X-1
1
1
0
0
.
.
1
1
.
.
ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM
bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan
mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan
pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya
dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan
X-2 4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program
agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal. 2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
X-3 f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan. g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
10.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam JM adalah karena
RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam
hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan,
rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan
pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap
lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan
fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat
mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya
X-4 Sumber: Permen LH No.9/2011
Gambar 10. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan
iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3)
peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber
daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang
disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tabel 10. 1
Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya
X-5 cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang
Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan
Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh
Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam
dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan
hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
X-6 Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1)Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS
2)Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3)Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4)Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 10. 2
Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
No Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lembaga
1 Pembuat Keputusan a. Bupati
b. DPRD
2 Penyusun Kebijakan, Rencana dan/ atau program Dinas PU-Cipta Karya
3 Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
4
Masyarakat yang memiliki informasi dan/ atau keahlian (perorangan/ tokoh/
kelompok)
5 Masyarakat Terkena dampak
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek
tersebut;
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
X-7 Tabel 10. 3
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Penjelasan Singkat
(1) (2)
Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum
Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas
air
Sumber air bersih yang terdapat di empat kelurahan kawasan perkotaan prioritas terdiri dari PDAM, dan Sumur Bor. Sebagian besar penduduk memanfaatkan sumber-sumber`air dari pelayanan PDAM untuk keperluan kehidupan sehari-hari
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal
Contoh: pencemaran tanah oleh septictank
yang bocor, pencemaran badan air oleh air
limbah permukiman
pada beberapa titik lokasi saluran drainase tidak berfungsi dengan optimal dan lancar karena beban kapasitas saluran yang sudah tidak sebanding dengan debit aliran serta akibat tersumbat oleh material sampah pada saluran-saluran
Isu 3: dampak kawasan kumuh
terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan conblock, pembuatan talud dan lain-lain
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh
X-8 Tabel 10.4 Tabel Identifikasi KRP
No Komponen Kebijakan/ rencana/
Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/
Tabel 10.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
No Komponen
kebijakan,
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
2. Penataan Bangun- an & Lingkungan
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- Aspek Pembangunan Berkelanjutan** Bobot
Lingkungan Hidup Permukiman
Bobot Sosial Bobot
Ekonomi
Total Bobot
X-9 Isu 1:
… Isu 2: … Isu 1: … Isu 2: … Isu 1: … Isu 2: … (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3. Pengembangan Air minum
1). 2). Dst
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1).
2). Dst
Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya
**) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat
data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.
1. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan
menjamin pembangunan berkelanjutan.Setelah dilakukan kajian, dan disepakati
bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan
dampak negative pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa
alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk menyempurnakan dan atau
mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan
berkelanjutan .
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
X-10 d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 10.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No. Komponen kebijakan, rencana dan/atau program
Alternatif Penyempurnaan KRP
(1) (2) (3)
1. Pengembangan Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
1). 2). Dst
3. Pengembangan Air minum 1).
2).
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1)
2)
2. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 10.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No. Komponen Kebijakan,
Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
(1) (2) (3)
1. Pengembangan Permukiman 2. Penataan Bangunan dan
Lingkungan
3. Pengembangan Air minum 4. Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW
Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan
X-11 instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan
pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan
adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 10.8 menjelaskan beberapa perbedaan
antara KLHS dan AMDAL.
10.1.2. AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Berikut adalah daftar hal-hal yang harus dimasukkan dalam analisis dan
laporan proyek. Rincian daftar isi laporan ANDAL dan RKL/RPL disampaikan secara
khusus dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Implementation Plan -
PIP).
Isi laporan ANDAL sekurang-kurangnya meliputi: Ringkasan Eksekutif :
Pendahuluan, meliputi: kerangka kebijakan, hukum, kelembagaan, dan
administratif
Lingkup studi, meliputi kedalaman dan keluasan substansi yang dikaji dan batas
spasial pengamatan
Metode studi, termasuk metode pengumpulan dan analisis data, metode
prakiraan dampak, dan metode evaluasi dampak;
Pemerian proyek secara teknis dan rinci;
Rona lingkungan awal, meliputi lingkungan fisik-kimia-geologis, lingkungan
biologis, dan lingkungan sosial-ekonomi;
Prakiraan dampak lingkungan, termasuk dampak tidak langsung dan kumulatif
Analisis alternatif, termasuk alternatif tanpa-proyek
Evaluasi dampak besar dan penting;
Lampiran-lampiran pendukung, termasuk proses konsultasi publik dan ringkasan
hasil-hasil yang dicapai
Keluasan, kedalaman dan jenis analisis bergantung kepada sifat, skala dan potensi
dampak lingkungan proyek dimaksud. Pemrakarsa mengevaluasi risiko dan
dampak lingkungan, mengkaji alternatif-alternatif proyek, mengidentifikasi
X-12
proyek, dengan mencegah, meminimalkan, menanggulangi, atau
mengkompensasi dampak lingkungan negatif serta meningkatkan dampak positif.
Isi laporan RKL/RPL sekurang-kurangnya meliputi:
Ringkasan Eksekutif
Pendahuluan
Pendekatan pengelolaan lingkungan (teknologi, sosial-ekonomi, institusional);
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL)
Dampak lingkungan besar dan penting, dan sumbernya: komponen
lingkungan yang terkena dampak, dan sumber dampak;
Indikator dampak.
Tujuan pengelolaan lingkungan.
Rencana pengelolaan dan tindakan penanggulangan pada tahap
pra-konstruksi, konstruksi dan operasi.
Lokasi dan periode pengelolaan.
Anggaran dan jadwal.
Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan
pelaporan.
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Dampak besar dan penting yang hendak dipantau;
Sumber dampak;
Indikator pemantauan;
Tujuan pemantauan lingkungan;
Metode dan lokasi pemantauan;
Anggaran dan jadwal
Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan
pelaporan.
RKL/RPL harus menggambarkan perangkat penanggulangan, pemantauan,
dan tindakan-tindakan kelembagaan yang perlu dijalankan selama tahap
implementasi dan operasi proyek guna meminimalkan dampak lingkungan negatif,
mengkompensasi kerugian, atau menekannya sampai pada tingkat yang dapat
X-13
Prosedur AMDAL dan Konsultasi Publik
Pemrakarsa perlu bekerja sama dengan warga yang mungkin terkena dampak
proyek dan perlu berkoordinasi dengan Komisi AMDAL dalam sejumlah langkah
esensial berikut:
Keputusan
untukmenentukan kategori proyek dan seleksi
ketentuan-ketentuan safeguard yang tepat (seperti diilustrasikan dalam Tabel 3 di
atas),
Penyusunan dan persetujuan Kerangka Acuan (TOR) bagi penyiapan
dokumen-dokumen
safeguard yang memadai; danPenyusunan dan persetujuan dokumen safeguard.
Selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL, Pemrakarsa harus menjamin terpenuhinya
persyaratan prosedural minimal, yang terdiri dari:
Persetujuan: Komisi AMDAL adalah lembaga resmi yang bertanggung jawab
mengkaji dan menilai KA dan draft ANDAL dan RKL/RPL. Mendahului persetujuan
KA, Pemrakarsa harus melakukan konsultasi dengan Forum Stakeholder dan
warga yang terkena dampak proyek. Konsultasi ini bersifat wajib, dan hasilnya
dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL.
Pelaporan: Secara administratif, Komisi AMDAL melaporkan kegiatannya kepada
Walikota (untuk Komisi AMDAL Kota), atau Gubernur (untuk Komisi AMDAL
Provinsi). Pemrakarsa harus melaporkan implementasi RKL/RPL kepada
dinas-dinas terkait seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 tersebut..
Pemantauan: Pemrakarsa adalah pihak yang bertanggung jawab melaksanakan
pemantauan lingkungan berkaitan dengan implementasi proyek. Namun demikian,
Bapedalda merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab memantau
kualitas lingkungan di dalam wilayah penugasannya. Karena itu, Bapedalda dapat
diminta untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pemantauan yang dilaksanakan
oleh Pemrakarsa untuk menjamin kesesuaian kegiatan dimaksud dengan standar
dan peraturan yang berlaku.
Konsultasi Publi
k selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL serta implementasi
X-14 Gambar Prosedur AMDAL
Untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan akibat
(kemungkinan) adanya konflik kepentingan di antara para stakeholder dari kalangan
Pemerintah Kota – mereka terlibat sebagai Pemrakarsa, sekaligus anggota tetap dan
sekretariat Komisi AMDAL – konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang
terkena dampak proyek merupakan langkah yang wajib dilaksanakan.
Konsekuensinya, tanggapan yang disampaikan selama konsultasi publik berkenaan
Penyaringan dampak lingkungan besar dan
penting
Pemrakarsa mengajukan KA kepada Komisi AMDAL Pemrakarsa mengajukan
draft UKL/UPL ke Bapedalda atau Dinas
Lingkungan Hidup
Pemrakarsa mengajukan draft ANDAL dan RKL/RPL pada
Komisi AMDAL
Pemrakarsa mengimplementasikan RKL/RPL
Permakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum
Stakeholder dan warga yang terkena dampak
Pemrakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum
Stakeholder dan warga yang terkena dampak pemantauan dan evaluasinya kpd Meneg. LH (sekurang-kurangnya 2
kali setahun), dengan tembusan lembaga perijinan dan gubernur Penyaringan untuk
Pemrakarsa , yaitu: Dinas atau unit di lingkungan Pemerintah Kota mengajukan
X-15 dengan dampak proyek, harus diperhatikan dan dijawab secara tepat, serta dimuat
sebagai Lampiran dalam dokumen ANDAL dan RKL/RPL
Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3) menyatakan
bahwa dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak
lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa.
Selama proses AMDAL, Pemrakarsa menginformasikan Forum Stakeholder, LSM
setempat yang tidak terwakili dalam Forum Stakeholder, dan warga yang terkena
dampak proyek, mendiskusikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan dampak proyek;
serta menimbang pandangan pihak-pihak dimaksud dalam kajian. Pemrakarsa
berkonsultasi dengan kelompok-kelompok dimaksud sedikitnya dua kali, yaitu: (i)
segera setelah penapisan awal dan sebelum finalisasi Kerangka Acuan (TOR); dan (ii)
setelah draft Laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun serta siap untuk dievaluasi (oleh
Komisi AMDAL). Di samping itu, jika diperlukan, Pemrakarsa juga berkonsultasi
dengan kelompok-kelompok tersebut selama implementasi proyek, untuk membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan AMDAL dan dampak proyek
Agar konsultasi antara Pemrakarsa, Forum Stakeholder, LSM setempat, dan
warga yang terkena dampak proyek bermakna, Pemrakarsa perlu menyediakan
semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum proses konsultasi
dilakukan, dan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami. Bahan dimaksud
setidak-tidaknya mencakup: ringkasan tujuan proyek, rincian pemerian proyek, dan
gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Untuk konsultasi setelah draft laporan
ANDAL dan RKL/RPL disusun, Pemrakarsa menyediakan ringkasan laporan ANDAL
dan RKL/RPL dimaksud, termasuk kesimpulan dan sarannya. Di samping itu,
Pemrakarsa juga harus mengungkapkan draft laporan ANDAL dan RKL/RPL atau
UKL/UPL kepada publik dalam waktu yang tidak terbatas, serta dapat diakses oleh
Forum Stakeholder, dan LSM setempat.
Berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan dan sosial, perlu dikembangkan
prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab
sebelum tahap pelelangan proyek dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum
konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi proyek perlu diselesaikan secara
X-16 Keluhan yang tidak dapat diselesaikan oleh Pemrakarsa dalam waktu 30 hari kalender
harus diteruskan kepada Tim Pemantau Safeguard untuk ditengahi. Apabila keluhan
yang diajukan sebelum konstruksi tidak dapat diselesaikan secara damai dalam kurun
waktu satu tahun, konstruksi proyek harus diubah, disesuaikan, atau ditunda.
UKL/UPL dan Prosedur Operasi Baku (SOP)
Proyek yang tidak termasuk memerlukan AMDAL, mungkin akan memerlukan
UKL/UPL atau SOP. Persiapan UKL/UPL harus sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL.
Penyusunan UKL/UPL dan SOP untuk masing-masing proyek harus terlebih dahulu
menyiapkan hal-hal seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Untuk semua kegiatan
Gambaran lengkap aspek-aspek teknis proyek dengan peta yang memadai.
1. Identifikasi lokasi-lokasi yang sensitif secara lingkungan dalam peta
yang memadai.
(1) Sekolah, rumah sakit, rumah penduduk
(2) Tempat pengambilan air
(3) Sungai, kolam, danau, saluran irigasi
(4) Kawasan lindung
(5) Peninggalan budaya
2. Pengembangan langkah-langkah mitigasi untuk lokasi-lokasi sensitif.
3. Identifikasi masalah lingkungan penting untuk ditangani segera.
Air Bersih
1. Identifikasi dampak ke wilayah hilir sumber air.
2. Bagaimana menangani lumpur (endapan) dari proses penyaringan air.
3. Dimana membuang endapan tersebut.
Sampah / Konstruksi IPAL dan Sewerage
1. Kesesuaian dengan peraturan-perundangan yang mengatur tentang
struktur fasilitas.
2. Analisis rinci dampak fasilitas tersebut terhadap badan air permukaan,
air bawah tanah dan tanah.
X-17 4. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang jalan
masuk.
5. Identifikasi lokasi pembuangan endapan dari pengoperasian IPAL.
6. Identifikasi lokasi pembuangan endapan limbah konstruksi dari
sewerage.
7. Identifikasi lokasi pembuangan endapan kakus (jika tidak dibuang di
IPAL).
Drainase / Normalisasi Sungai / Kanal Banjir / Pelabuhan
1. Identifikasi sumber-sumber pencemaran, seperti logam berat dan
senyawa organik kuat (PCB, DDT, dll)
2. Identifikasi kuantitas bahan yang akan dikeruk.
3. Pemeriksaan (laboratorium) kualitas bahan yang akan dikeruk.
4. Identifikasi lokasi pembuangan.
Jalan
1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di
atas peta.
2. Identifikasi sumber-sumber bahan (bahan galian) dan lokasi
pembuangan.
3. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang lintasan
antara lokasi konstruksi dan lokasi sumber material atau lokasi
pembuangan.
Jembatan
Identifikasi dampak lingkungan terhadap kawasan yang volume lalu lintasnya
akan meningkat karena konstruksi jembatan baru.
Pengembangan Perumahan dan Permukiman
1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di
atas peta.
2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.
3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas
karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta
X-18 4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang
dikembangkan.
Bangunan
1. Uraian lengkap tentang sistem pengumpulan sampah dan pengolahan
air limbah.
2. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas
karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta
langkah-langkah penanggulangannya.
Program Perbaikan Kampung (KIP)
1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di
atas peta.
2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.
3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas
karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta
langkah-langkah penanggulangannya.
4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang
dikembangkan.
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
X-19
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan
Peraturan
Perundangan
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum
KLHS
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU
wajib UKL UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian
Umum
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk
aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban
pelaksanaan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria
sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan
studi lingkungan
dengan:
i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan
RPJM
ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme
pelaksanaan
i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau
program terhadap kondisi lingkungan
X-20 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
hidup di suatu wilayah;
ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan f) Muatan Studi
Lingkungan
i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan
iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program
i. Kerangka acuan; ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
X-21 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.
i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-
RPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada
anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
j) Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;
ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
X-22 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) k) Atribut Lainnya:
a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus analisis
Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
d. Dampak kumulatif
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas
e. Titik berat telaahan
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk
mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
h. Deskripsi proses
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
akhir i. Fokus
pengendalia n dampak
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan
j. Institusi Penilai
Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
I0-
1
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajibdilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 10.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau - Kapasitas Total
semua kapasitas/ besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha 3 b. Pembangunan IPAL limbah domestik,
termasuk - Luas, atau - Kapasitasnya
> 3 ha
> 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha 3 D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota
a. Pembangunan jaringan distribusi
I0-
2
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batasmenjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan
kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.10
Tabel 10.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang Luas < 2 ha
3 Atau kapasitas < 11 m /hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah c. Drainase
Permukaan Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:
I0-
3
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnyaii. Pembangunan jaringan pipa transmisi Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang : -
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber
air permukaan lainnya (debit) Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
e. Pembangunan Gedung
i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah
tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja
termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
I0-
4
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnyaperkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di
atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
I0-
5
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnyaf. Pengembangan kawasan permukiman baru
i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi,
fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan); Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap
g. Peningkatan Kualitas Permukiman
i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan
kebutuhan
dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih h. Penanganan
Kawasan Kumuh Perkotaan
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang
dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota
(urban renewal), disertai dengan pemindahan
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen
UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
I0-
6
Tabel 10.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkunganpada Program Cipta Karya
No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun
pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan
infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan
sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta
pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan
I0-
7
penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudianpada pasca pembangunan atau
pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya
tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunyamemperhatikan
aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal
di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hokum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
I0-
8
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis
nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional
ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
I0-
9
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dikabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota
I0-
10
BAB X ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DI KABUPATEN/KOTA 10.1 Aspek Lingkungan
10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 10.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
10.2 Aspek Sosial
10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 10.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 10.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
BAB X ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
10.1 Aspek Lingkungan
10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 10.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
10.2 Aspek Sosial
I1-
1
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
I1-
2
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakatdan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya.
1
1
1
1
.
.
1
1
.
.
ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
K
K
A
A
B
B
U
U
P
P
A
A
T
T
E
E
N
N
S
S
I
I
D
D
O
O
A
A
R
R
J
J
O
O
Arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan dan manfaat sebagai konsekuensi hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka mendukung terwujudnya good and clean goverment, pengelolaan keuangan Kabupaten Sidoarjo. disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah serta dilakukan secara profesional mengacu perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip :
1.Partisipasi masyarakat
2.Transparansi dan akuntabilitas 3.Disiplin
4.Keadilan
5.Efisiensi dan efektifitas
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
I1-
3
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan kriteria teknis.4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber
dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
I1-
4
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan PembiayaanPengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi
sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
I1-
5
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
11.2.
PROFIL APBD KABUPATEN/KOTA
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah equitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2012 menekankan pada upaya menggali potensi dan memobilisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung kemandirian daerah, disamping itu pemerintah daerah juga berupaya membuat berbagai terobosan guna meningkatkan penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat, swasta serta masyarakat.
Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber – sumber pendapatan daerah terdiri dari :
1.Pendapatan asli daerah meliputi : Pajak daerah ;
Retribusi Daerah;
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2.Dana Perimbangan meliputi :
Dana bagi hasil pajak / bukan pajak;
Dana Alokasi Umum;
I1-
6
3.Lain – lain pendapatan daerah yang sah, meliputi : Hibah;
Dana Darurat;
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya; Dana penyesuaian dan otonomi khusus;
Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.
Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui :
Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah;
Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah;
I1-
7
Tabel 11. 1
Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2009-2013
Pendapatan Daerah TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Usaha Daerah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
DANA PERIMBANGAN
Bagian Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Hibah
Dana Perimbangan dari Propinsi
Dana Penyesuaian otonomi khusus
Bantuan Keuangan dari Propinsi
I1-
8
Tabel 11. 2
Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2009-2013
Belanja Daerah TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 %
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Bantuan Pemda lain
Belanja Tidak Terduga
BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
Total Belanja Daerah
I1-
9
Tabel 11. 3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2009-2013
Pembiayaan Daerah TAHUN
2008 2009 2010 2011 2012
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Piutang Daerah
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal
Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah
TOTAL PEMBIAYAAN DAERAH
I1-
10
11.3.
PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun
terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan
masyarakat/swasta.
11.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut
Tabel 11. 4
APBN Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo.. dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)
Sektor Alokasi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
I1-
11
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 11. 5
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo.. dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)
Jenis DAK Alokasi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
DAK Air Minum DAK Sanitasi
Sumber:
11.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun
Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten Sidoarjo.. dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel 9.6 dibawah ini.
Tabel 11. 6
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo.. dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)
Sektor
TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
I1-
12
Total Belanja APBD Bidang CK Total Belanja APBD
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten Sidoarjo... DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 11.7.
Tabel 11. 7
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)
Sektor Alokasi Tahun (dalam x 1000)
2008 2009 2010 2011 2012
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PPLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total
11.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta