• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. 02/12/81/Th.VIII, 1 Desember 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No. 02/12/81/Th.VIII, 1 Desember 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada November 2016 adalah sebesar 100,83, atau turun sebesar 0,10 persen dibanding Oktober 2016 yang tercatat sebesar 100,93. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,32 persen, lebih rendah dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,42 persen.

 NTP tertinggi pada November 2016 masih terjadi di subsektor tanaman hortikultura yang mencapai 112,49 sedangkan NTP terendah terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat yang masih tetap bertahan pada level di bawah 100 yaitu sebesar 91,01.

 Penurunan NTP disumbangkan oleh turunnya NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,68 dan pada sub sektor perikanan juga terjadi penurunan pada kelompok budidaya sebesar 0,83 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami peningkatan NTP yaitu tertinggi pada subsektor perikanan sebesar 0,88 yang disumbangkan oleh kelompok perikanan tangkap sebesar 1,22 persen, selanjutnya adalah sub sektor tanaman hortikultura sebesar 0,75 persen, dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,39 persen.

 NTP Provinsi Maluku tanpa Subsektor Perikanan November 2016 sebesar 100,31 atau turun sebesar 0,22 persen dibanding Oktober 2016 yang tercatat sebesar 100,53.

 Pada November 2016, terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Maluku sebesar 0,50 persen, disumbangkan oleh 6 (enam) kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks atau inflasi perdesaan, diantaranya yang tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,73 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,66 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, dan kelompok perumahan sebesar 0,22 persen, dan kelompok sandang sebesar 0,11 persen. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,27 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku pada November 2016 tercatat sebesar 119,04, naik sebesar 0,20 persen dibanding Oktober 2016 yang tercatat sebesar 118,81.

No. 02/12/81/Th.VIII, 1 Desember 2016

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2016 SEBESAR 100,83, TURUN 0,10 PERSEN

1. Nilai Tukar Petani (It)

Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan Indeks Harga Yang Diterima Petani terhadap Indeks Harga Yang Dibayar Petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trading) dari harga produk pertanian dengan harga barang dan jasa yang dikonsumsi

(2)

maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli/daya tukar petani.

Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Per Subsektor November 2016 (2012 = 100)

Subsektor Oktober B u l a n Persentase

2016 November 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Indeks yang Diterima (It)

a. Tanaman Pangan 124.09 125.15 0.86

b. Hortikultura 140.05 141.60 1.11

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 115.63 113.99 -1.41

d. Peternakan 130.70 131.43 0.56

e. Perikanan 128.24 130.29 1.60

e.1. Perikanan Tangkap 128.80 131.31 1.94

e.2. Perikanan budidaya 125.45 125.24 -0.17

f. Gabungan 126.11 126.52 0.32

g. Gabungan Tanpa Ikan 125.86 126.06 0.17

2. Indeks yang Dibayar (Ib)

a. Tanaman Pangan 126.13 126.72 0.47 b. Hortikultura 125.44 125.88 0.36

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 124.91 125.26 0.27

d. Peternakan 123.70 124.39 0.56

e. Perikanan 123.02 123.89 0.71

e.1. Perikanan Tangkap 123.48 124.37 0.72

e.2. Perikanan budidaya 120.70 121.52 0.67

f. Gabungan 124.95 125.48 0.42

g. Gabungan Tanpa Ikan 125.19 125.68 0.39

3. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP)

a. Tanaman Pangan 98.39 98.77 0.39

b. Hortikultura 111.65 112.49 0.75

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 92.57 91.01 -1.68

d. Peternakan 105.66 105.66 0.00

e. Perikanan 104.24 105.17 0.88

e.1. Perikanan Tangkap 104.31 105.58 1.22

e.2. Perikanan budidaya 103.93 103.06 -0.83

f. Gabungan 100.93 100.83 -0.10

g. Gabungan Tanpa Ikan 100.53 100.31 -0.22

NASIONAL 101.71 101.31 -0.40

(3)

Berdasarkan hasil pemantauan harga – harga perdesaan di 42 kecamatan di Provinsi Maluku pada November 2016, diketahui bahwa NTP Provinsi Maluku kembali mengalami penurunan sebesar 0,10 persen dibanding Oktober 2016, atau turun dari 100,93 pada Oktober 2016 menjadi 100,83 pada November 2016. Penurunan NTP pada November 2016 disebabkan peningkatan indeks harga hasil produksi pertanian yang tercatat sebesar 0,32 persen, lebih rendah dari peningkatan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian yang tercatat sebesar 0,42 persen.

Penurunan NTP disumbangkan oleh turunnya NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,68 dan pada sub sektor perikanan juga terjadi penurunan pada kelompok budidaya sebesar 0,83 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami peningkatan NTP yaitu tertinggi pada subsektor perikanan sebesar 0,88 yang disumbangkan oleh kelompok perikanan tangkap sebesar 1,22 persen, selanjutnya adalah sub sektor tanaman hortikultura sebesar 0,75 persen, dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,39 persen.

NTP Provinsi Maluku tanpa subsektor perikanan pada November 2016 seperti yang ditunjukan dalam Tabel 1 juga mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dibanding Oktober 2016 atau dari 100,53 pada Oktober 2016 menjadi 100,31 pada November 2016.

Jika dibandingkan dengan NTP Nasional November 2016, maka NTP Provinsi Maluku masih berada di bawah level NTP Nasional yang tercatat sebesar 101,31.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Data dalam Tabel 1 menunjukan bahwa indeks harga yang diterima petani (it) Provinsi Maluku pada November 2016 sebesar 126,52. Peningkatan It disumbangkan oleh oleh naiknya It pada 4 (empat) subsektor, yakni tertinggi pada subsektor perikanan sebesar 1,60 persen, diikuti subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,11 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 0,86 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,56 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan It sebesar 1,41 persen.

3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani meliputi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan memproduksi hasil pertaniannya.

Pada November 2016, Ib Provinsi Maluku tercatat sebesar 125,48, naik 0,42 persen dibanding Oktober 2016 yang tercatat sebesar 124,95. Peningkatan ini disebabkan naiknya Ib pada semua subsektor, yakni pada subsektor perikanan sebesar 0,71 persen, diikuti subsektor peternakan sebesar

(4)

0,56 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 0,47 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,36 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,27 persen.

4. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P)

Pada November 2016, NTP-P mengalami peningkatan sebesar 0,39 persen karena terjadi peningkatan It sebesar 0,86 persen, lebih tinggi dari peningkatan Ib yang tercatat sebesar 0,47 persen .

Peningkatan It disumbangkan oleh naiknya indeks pada kelompok padi dan kelompok palawija masing-masing sebesar 1,94 persen dan sebesar 0,50 persen. Peningkatan Ib disumbangkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,51 persen serta indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Pada November 2016, NTP-H mengalami peningkatan sebesar 0,75 persen dibanding Oktober 2016, karena terjadi peningkatan It mencapai 1,11 persen, lebih tinggi dari peningkatan Ib yang tercatat sebesar 0,36 persen.

Peningkatan It disumbangkan oleh naiknya indeks pada kelompok sayur sayuran dan kelompok buah-buahan masing-masing sebesar 1,80 persen, dan sebesar 0,56 persen, sedangkan kelompok tanaman obat mengalami penurunan It sebesar 0,43 persen. Peningkatan Ib disebabkan naiknya IKRT dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,40 persen dan sebesar 0,07 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada November 2016, NTP-R mengalami kembali mengalami penurunan sebesar 1,68 persen dibanding Oktober 2016, karena terjadi penurunan It sebesar 1,41 persen, sedangkan Ib justru mengalami peningkatan sebesar 0,27 persen.

Penurunan It disumbangkan oleh turunnya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,41 persen. Peningkatan pada Ib disebabkan naiknya IKRT sebesar 0,32 persen sedangkan indeks BPPBM tidak mengalami perubahan dibanding Oktober 2016.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada November 2016, NTP-T tidak mengalami perubahan dibanding Oktober 2016, atau masih tetap pada kisaran 105,66. Hal ini terjadi karena It dan Ib sama-sama mengalami peningkatan dengan nilai tercatat sebesar 0,56 persen.

(5)

Peningkatan It disebabkan naiknya It pada kelompok ternak besar sebesar 0,39 persen, dan kelompok ternak kecil sebesar 1,15 persen. Sedangkan kelompok unggas mengalami penurunan sebesar 0,80 persen. Peningkatan Ib disebabkan naiknya IKRT sebesar 0,65 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,33 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTP-NP)

Pada November 2016, NTP-NP kembali mengalami peningkatan sebesar 0,88 persen dibanding Oktober 2016, karena terjadi peningkatan It mencapai 1,60 persen lebih tinggi dari peningkatan Ib yang tercatat sebesar 0,71 persen.

Peningkatan It disebabkan naiknya indeks pada kelompok penangkapan sebesar 1,94 persen sedangkan kelompok budidaya turun sebesar 0,17 persen. Peningkatan Ib disumbangkan oleh naiknya IKRT dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,93 persen dan sebesar 0,26 persen.

e.1.) Kelompok Perikanan Tangkap (NTN)

Pada November 2016, NTN naik sebesar 1,22 persen karena terjadi peningkatan It sebesar 1,94 persen, lebih tinggi dari peningkatan Ib yang tercatat sebesar 0,72 persen.

e.2.) Kelompok Perikanan Budidaya (NTPi)

Pada November 2016, NTPi turun sebesar 0,83 persen, terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,17 persen dibanding Oktober 2016, sedangkan Ib justru naik sebesar 0,67 persen. Penurunan It disumbangkan oleh turunnya indeks pada kelompok budidaya laut sebesar 0,17 persen. Peningkatan Ib disumbangkan oleh peningkatan IKRT sebesar 0,92 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.

Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Per Subsektor dan Perubahannya November 2016 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok B u l a n Persentase

Oktober 2016 November 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTPP) 98.39 98.77 0.39

a. Indeks Diterima Petani 124.09 125.15 0.86

- Padi 108.69 110.79 1.94

- Palawija 130.20 130.85 0.50

b. Indeks Dibayar Petani 126.13 126.72 0.47

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.65 130.32 0.51

- Indeks BPPBM 105.45 105.61 0.15

2. Hortikultura (NTPH) 111.65 112.49 0.75

a. IndeksDiterimaPetani 140.05 141.60 1.11

- Sayur-sayuran 148.54 151.22 1.80

(6)

- Tanaman Obat 127.16 126.62 -0.43

b. IndeksDibayarPetani 125.44 125.88 0.36

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.18 129.69 0.40

- Indeks BPPBM 105.28 105.36 0.07

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 92.57 91.01 -1.68

a. IndeksDiterimaPetani 115.63 113.99 -1.41

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 115.63 113.99 -1.41

b. IndeksDibayarPetani 124.91 125.26 0.27 - IndeksKonsumsiRumahTangga 129.03 129.45 0.32 - Indeks BPPBM 105.29 105.30 0.00 4. Peternakan (NTPT) 105.66 105.66 0.00 a. IndeksDiterimaPetani 130.70 131.43 0.56 - Ternak Besar 128.20 128.71 0.39 - Ternak Kecil 134.58 136.12 1.15 - Unggas 125.42 124.41 -0.80 - Hasil Ternak 128.96 128.96 0.00

b. Indeks Dibayar Petani 123.70 124.39 0.56

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.17 133.03 0.65

- Indeks BPPBM 106.91 107.27 0.33

5. Perikanan (NTNP) 104.24 105.17 0.88

a. Indeks Diterima Petani 128.24 130.29 1.60

- Penangkapan 128.80 131.31 1.94

- Budidaya 125.45 125.24 -0.17

b. Indeks Dibayar Petani 123.02 123.89 0.71

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.87 131.07 0.93

- Indeks BPPBM 110.86 111.15 0.26

5.1. Perikanan Tangkap (NTN) 104.31 105.58 1.22

a. Indeks Harga yang Diterima Petani 128.80 131.31 1.94

- Penangkapan Laut 128.80 131.31 1.94

b. Indeks Harga yang Dibayar Petani 123.48 124.37 0.72

-Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.90 131.10 0.93

- BPPBM 112.37 112.70 0.29

5.1. Perikanan Budidaya (NTPi) 103.93 103.06 -0.83

a. Indeks Harga yang Diterima Petani 125.45 125.24 -0.17

- Budidaya Air Tawar 98.80 98.80 0.00

- Budidaya Laut 125.62 125.41 -0.17

b. Indeks Harga yang Dibayar Petani 120.70 121.52 0.67

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.71 130.91 0.92

- BPPBM 103.36 103.42 0.06

BPPBM= Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

5. Inflasi Pedesaan

(7)

Pasar Tradisonal yang tersebar di 20 Kecamatan di daerah perdesaan Provinsi Maluku pada November 2016 menunjukan terjadi peningkatan IKRT atau terjadi inflasi perdesaan di Maluku sebesar 0,50

persen.

Peningkatan IKRT disumbangkan oleh 6 (enam) kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi perdesaan, diantaranya yang tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,73 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,66 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, dan kelompok perumahan sebesar 0,22 persen, dan kelompok sandang sebesar 0,11 persen. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,27 persen.

Data dalam Tabel 3 juga menunjukan bahwa inflasi perdesaan Provinsi Maluku lebih rendah dari angka nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,87 persen.

Tabel 3. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Maluku

November 2016 (2012=100)

K e l o m p ok Perubahan

(%)

(1) (2)

Bahan Makanan 0.73

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.27

Perumahan 0.22

Sandang 0.11

Kesehatan 0.55

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0.27

Transportasi & Komunikasi 0.66

Umum / Gabungan 0,50

Nasional 0,87

6. Kecepatan Perubahan Harga per Kelompok Pengeluaran

Data dalam Tabel 4 menunjukan kecepatan kenaikan harga per kelompok pengeluaran dari tahun dasar 2012 sampai dengan November 2016 yang dirinci dari kelompok pengeluaran tertinggi ke terendah. Kelompok bahan makanan masih menduduki urutan tertinggi dengan nilai indeks

(8)

sebesar 144,45, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan nilai indeks sebesar 123,98, selanjutnya kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 121,80, kelompok sandang sebesar 120,52, kelompok perumahan sebesar 118,64, kelompok kesehatan sebesar 113,28, dan terendah adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 108,88.

Tabel 4. Indeks Harga Per Sub Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga ( 2012 = 100 )

U r a i a n Oktober 2016 November 2016 Deflasi Inflasi/

(1) (2) (3) (4)

Bahan Makanan 143.41 144.45 0.73

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 123.64 123.98 0.27

Transportasi dan Komunikasi 121.00 121.80 0.66

Sandang 120.39 120.52 0.11

Perumahan 118.38 118.64 0.22

Kesehatan 113.28 113.28 0.55

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 109.17 108,88 -0.27

UMUM / GABUNGAN 129.73 130.37 0.50

7. Kebutuhan Petani Untuk Biaya Produksi

Kebutuhan petani untuk biaya produksi terdiri dari Bibit, Obat-Obatan dan Pupuk, Sewa Lahan, Pajak dan Lainnya, Transportasi, Penambahan Barang Modal, dan Upah Buruh Tani. Kebutuhan biaya produksi ini dihitung dalam bentuk Indeks Harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) seperti yang terlihat pada Tabel 5 secara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen dibanding Oktober 2016.

Jika dirinci menurut kelompok pengeluaran seperti yang terlihat dalam Tabel 5, maka semua pengeluaran memberikan sumbangan terhadap peningkatan indeks BPPBM yaitu, tertinggi pada kelompok bibit yaitu sebesar 0,22 persen, diikuti kelompok penambahan barang modal sebesar 0,14, kelompok transportasi sebesar 0,12 persen, kelompok obat-obatan dan pupuk sebesar 0,10 persen, serta kelompok sewa lahan, pajak, & lainnya dan kelompok upah buruh tani masing-masing sebesar 0,07 persen.

(9)

Data dalam Tabel 5 juga menunjukan bahwa kelompok transportasi masih tetap menduduki urutan tertinggi indeks pengeluaran petani untuk ongkos produksi yakni sebesar 114,65 dan terendah adalah kelompok upah buruh tani sebesar 102,02.

Tabel 5. Indeks Harga BPPBM dan Laju Inflasi/Deflasi Provinsi Maluku Pada November 2016 ( 2012 = 100 ) Kelompok Oktober 2016 November 2016 Inflasi/Deflasi (1) (2) (3) (4) BPPBM 106.15 106.29 0.13 Bibit 103.96 104.19 0.22

Obat-Obatan dan Pupuk 102.44 102.53 0.10

Sewa Lahan, Pajak dan Lainnya 104.34 104.41 0.07

Transportasi 114.51 114.65 0.12

Penambahan Barang Modal 108.29 108.43 0.14

Upah Buruh Tani 101.94 102.02 0.07

8. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Data dalam Tabel 6 menunjukan bahwa NTUP Provinsi Maluku pada November 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen dibanding Oktober 2016, yaitu dari 118,81 menjadi 119,04. Hal ini terjadi karena It mengalami peningkatan sebesar 0,32 persen, lebih tinggi dari peningkatan indeks BPPBM yang tercatat sebesar 0,13 persen.

Peningkatan NTUP pada November 2016 oleh naiknya NTUP pada 4 (empat) subsektor, yakni tertinggi pada subsektor perikanan sebesar 1,34 persen, diikuti subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,04 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 0,71 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,23

(10)

persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan NTUP sebesar 1,42 persen.

Tabel 6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Maluku per subsektor pada November 2016 ( 2012 = 100 ) Subsektor B u l a n Perubahan Oktober 2016 November 2016 (%) (1) (2) (3) (4) a. Tanaman Pangan 117.68 118.51 0.71 b. Hortikultura 133.03 134.41 1.04

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 109.81 108.26 -1.42

d. Peternakan 122.24 122.53 0.23

e. Perikanan 115.67 117.22 1.34

e.1. Perikanan Tangkap 114.62 116.51 1.65

e.2. Perikanan Budidaya 121.37 121.09 -0.23

f. Gabungan 118.81 119.04 0.20

g. Gabungan Tanpa Ikan 119.21 119.27 0.05

NASIONAL 110.26 110.33 0.07

(11)

Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Jessica Eliziana Pupella Kepala Bidang Statistik Distribusi

e-mail : chika@bps.go.id Telepon: 0911-361319, 361320

Gambar

Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Per Subsektor November 2016  (2012 = 100)
Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Per Subsektor dan Perubahannya   November 2016  (2012=100)
Tabel 3. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan  Menurut Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Maluku
Tabel 4. Indeks Harga Per Sub Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga   ( 2012 = 100 )
+3

Referensi

Dokumen terkait

KJKS Baituttamwil Tamzis adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya mendasarkan diri pada prinsip syari’ah. KJKS

Duodenum merupakan tempat pencernaan makanan secara sempurna menjadi partikel-partikel sari makanan yang siap diserap oleh mukosa usus.. Jejunum dan ileum merupakan tempat

[r]

Fasilitas terminal LPG berfungsi menerima, menimbun dan memindahkan produk LPG yang berasal dari pengapalan impor dengan kapal tanker dan/atau dari kilang-kilang

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perolehan minyak tertinggi dari pirolisis sampah plastik PP diperoleh pada suhu 400 o C sebesar 50,08% berat sedangkan sampah plastik jenis

scanning) pada bahan bakar nuklir digunakan untuk mengetahui pola distribusi fraksi bakar dalam bahan bakar yang ditunjukkan dari pengamatan distribusi hasil belah

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

1) Hasil wawancara penulis dengan (Kiai Abdur Rahman) selaku Pengasuh Pondok Pesantren di Sukorejo Situbondo yang menyatakan bahwa pencatatan perkawinan poligami penting