• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN HEWAN INVERTEBRATA DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO DIVERSITY IN WATER ISLAND INVERTEBRATES BARRANG LOMPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN HEWAN INVERTEBRATA DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO DIVERSITY IN WATER ISLAND INVERTEBRATES BARRANG LOMPO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN HEWAN INVERTEBRATA DI PERAIRAN PULAU

BARRANG LOMPO

DIVERSITY IN WATER ISLAND INVERTEBRATES BARRANG LOMPO

Lasinrang Aditia1, Zulhaeni2 dan Taufik At3

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 37, Makassar, 92152, Indonesia

E-mail: lasinrang.aditia@gmail.com

ABSTRAK

Kawasan Pulau Barrang Lompo terletak di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Di daerah ini terkenal akan keanekaragaman spesies hewan invertebratanya seperti Bintang laut (Asterias vulgaris), Bintang ular (Ophioderma superba), Bulu babi (Diadema setosum), Landak laut (Echinus esculentus) dan masih banyak lagi. Hal inilah yang membuat kami sebagai penulis melakukan observasi di kawasan ini untuk mendata keanekaragaman tersebut. Tujuan dari obsevasi ini adalah untuk mengetahui dan mendata keanekaragan hewan invertebrata di Kawasan Pulau Barrang Lompo yang selanjutnya bisa dijadikan sebagai sumber informasi untuk penelitian dan sebagainya. Observasi dilakukan dengan berbagai pengamatan seperti pengamatan zooplanton dan fitoplanton, Fisikokimia dan pengamatan serangga malam serta pengumpulan hewan invertebrata yang termasuk golongan Porifera, Echinodermata, Mollusca, Arthropoda. Setelah melakukan observasi selama 2 hari kami memperoleh hasil yaitu hewan-hewan invertebrata yang ada pada perairan pantai kawasan Barrang Lompo kota makassar, yaitu Liosina paradoxa, Hymeniacidon massa, Spongilla lacustris, bintang laut kecil (Astropecten irregularis), Bintang laut (Asterias vulgaris), Bintang ular (Ophioderma superba), Bulu babi (Diadema setosum), Landak laut (Echinus esculentus), Anemon laut (Stichodactyla gigantea), Teripang (Parastichopus californicus), Kerang bulu (Anadara antiquata), kepiting (Scylla serrata), dan Laba-laba (Nephila moculata). Kesimpulan yang kami bisa tarik dari observasi ini yaitu Kawasan Pulau Barrang Lompo yang dikenal oleh banyak orang yang akan keanekaragamannya ternyata betul karena dari hasil observasi dari kami mendata akan keanekaragaman tersebut.

Kata kunci: Keanekaragaman, Invertebrata, Observasi

ABSTRACT

Barrang Lompo Island neighborhood located in the District of Lands End Makassar . In this area is famous for the diversity of species of invertebrate animals such as starfish (Asterias vulgaris), snake star (Ophioderma superba), sea urchin (Diadema setosum), sea urchin (Echinus esculentus) and many more . This is what makes us as a writer to make observations in the region to assess the diversity . The purpose of this observation is to determine and record diversity invertebrates Barrang Lompo Island Region which in turn could be used as resources for research and so on . Observations made with a variety of observations such as observation fitoplanton and zooplanton , Physicochemical and night observation and collection of insect invertebrate animals that belonged to the Porifera , Echinodermata , Mollusca , Arthropoda . After observation for 2 days we obtained results are invertebrate animals that exist in the coastal waters of Makassar city Barrang Lompo region , namely Liosina paradoxa , Hymeniacidon mass , Spongilla lacustris , small starfish (Astropecten irregularis), starfish (Asterias vulgaris), stars snake (Ophioderma superba), sea urchin (Diadema setosum), sea urchin (Echinus esculentus), sea anemones (Stichodactyla gigantea), cucumbers (Parastichopus californicus), Scallop fur (Anadara antiquata), crab (Scylla serrata), and Profit - earnings (Nephila moculata) . The conclusion we can draw from this observation is Barrang Lompo Island area is known by many people who turned out to be true because of its diversity from the observation of the diversity of our record .

(2)

1. PENDAHULUAN

Pulau Barrang Lompo, sebuah pulau yang terletak di Jalan Karunrung kota makassar merupakan pulau yang pemandangan dari luarnya sangat kotor tetapi setelah memasuki pulau. Pulau tersebut sangatlah bersih dari sampah dan desanya masih sangat terawat selain desanya yang sangat bersih penduduk setempat pun sangatlah ramah dan baik kepada pengunjung pulau.

Kawasan Pulau Barrang Lompo juga sangat dikenal akan keanekaragaman hewan invertebrata yang tersebar sekitar pantai dan lautan Pulau Barrang Lompo tersebut. Sebagai contoh hewan invertebratanya seperti Bintang laut (Asterias vulgaris), Bintang ular (Ophioderma superba), Bulu babi (Diadema setosum), Landak laut (Echinus esculentus) dan masih banyak lagi. Hal inilah yang melatar belakangi kami sebagai penulis untuk melakukan obsevasi dan mendata keanekaragaman hewan invertebrata yang ada di Kawasan Pulau Barrang Lompo. Tujuan dari kegiatan observasi ini yaitu untuk mengetahui dan mendata keanekaragaman hewan invertebrata yang ada di Kawasan Pulau Barrang Lompo yang nantinya bisa dijadikan bahan rujukan untuk penelitian.

Manfaat dari kegiatan observasi ini yaitu untuk mempublikasikan bahwa Di Kawasan Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Makassar menyimpan potensi keanekaragaman hewan invertebrata yang sangat besar. Data yang kami peroleh bisa dijadikan sebagai rujukan untuk kegiatan observasi dan penelitian. Bisa menarik para investor untuk datang di Pulau Barrang Lompo ini untuk melakukan budidaya di bidang pemanfaatan hewan invertebrata sebagai bahan-bahan yang nantinya bermanfaat untuk kehidupan manusia

seperti dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang industri serta bahan makanan.

Zoologi (Yunani, Zoon = hewan + logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang khusus mempelajari tentang hewan tidak bertulang belakang. Sejak zaman Aristoteles pengelompokan hewan di alam ini telah mengalami beberapa kali perubahan, bahkan pengelompokan ke dalam kategori takson filum pun berbeda-beda sesuai dengan dasar atau kriteria pengelompokan yang digunakan oleh masing-masing ahli. Sebagai contoh: pada awalnya kita hanya mengenal 7 filum yang termasuk ke dalam invertebrata, yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata, Vermes, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda.

Sejalan dengan perkembangannya yang dilakukan melalui observasi dan penelitian, para ahli sepakat bahwa filum Vermes yang semula membawahi 3 kelas (classis) yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida sudah tidak cocok lagi karena masing-masing kelas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dilihat dari habitat, struktur, maupun fisiologinya. Oleh karena itu kedudukan kategori takson kelas berubah menjadi filum dan Vermes tidak digunakan lagi. Dengan demikian sekarang ini kita mengenal 9 filum invertebrata, yaitu: Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda. Dilihat dari susunan filum tersebut, berdasarkan struktur tubuhnya para ahli menetapkan bahwa Protozoa merupakan filum yang paling rendah derajatnya dibandingkan dengan filum-filum berikutnya, filum Porifera/Sponge dianggap lebih tinggi dari Protozoa akan tetapi lebih rendah dari Coelenterata, demikian seterusnya. Namun pada saat ini, dasar penyusunan tinggi rendahnya tingkat filum tersebut telah mengalami

(3)

perkembangan, ada yang didasarkan pada fisiologi yang mencakup: respirasi; ekskresi; nutrisi; sistem saraf; sistem peredaran darah, reproduksi, filogenetik (kekerabatan), susunan kimia tubuh, dan coelomnya. Berdasarkan susunan kimia tubuh dan coelomnya, para ahli menetapkan bahwa Echinodermata dianggap paling tinggi derajatnya di antara invertebrata karena susunan kimia penyusun tubuh echinodermata paling lengkap dibandingkan dengan invertebrata lainnya, bahkan hampir sama dengan susunan kimia tubuh yang dimiliki Chordata. Berdasarkan filogenetiknya Annelida dianggap memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Arthropoda sehingga dalam urutannya Annelida senantiasa berdekatan Arthropoda. Demikian pula dengan fisiologi yang dimiliki oleh setiap filum, semakin lengkap fisiologinya semakin tinggi derajatnya. Namun yang menjadi masalah bagi para ahli adalah tidak adanya keteraturan di antara dasar pengelompkan yang digunakannya. Misalkan saja, tidak seluruh filum yang memiliki susunan kimia tubuh lebih lengkap, memiliki struktur tubuh yang lebih lengkap pula dibandingkan dengan filum-filum yang dianggap derajatnya lebih rendah, sebagai contoh: struktur tubuh Echinodermata tidak lebih baik dibandingkan dengan Arthropoda atau Mollusca, dan lain-lain.

Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil, sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang

memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori (Yusminah, 2007: 8). Umumnya, hewan-hewan anggota filum Porifera hidup dilaut, dan hanya beberapa yang hidup dalam air tawar. Hewan-hewan itu tidak aktif, tidak bertangkai (tumbuh pada pangkalnya). Bunga karang mempunyai ruang sentral atau ruang gastral yang berfungsi sebagai kloaka. Ruang itu dikelilingi oelh dinding yang ditembus oleh sejumlah saliran yang tersusun majemuk. Ruang gastral itu terbuka pada ujung tubuh bunga karang. Muara ruang sentral disebut oskulum (Mukayat, 1989: 71).

Ciri-ciri khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari system kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari spikula–spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik (Yusminah, 2007: 9).

Struktur tubuh Porifera kecuali berpori-pori dengan macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe Ascon yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana yang dilihat suatu rongga sentral yang disebut Spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan sering juga disebut ostium. Dalam tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air yang dimulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut oscolum.

(4)

Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu ditampung di alam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari berbagai jenis Porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk mengalirkan air dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan dikeluarkan kembali ke daerah eksternal (Maskoeri, 1992: 89).

Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat (Maskoeri, 1992: 89).

Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster =perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan

pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989: 111).

Echinodermata memiliki ciri yang khas yakni bersifat simetri radial dengan penguat tubuh dari zat-zat kapur dengan tonjolan duri-duri. Kelompok organisme ini semuanya hidup di laut. Pergerakan dari echinodermata termasuk lambat, gerakannya diatur oleh tekanan hidrostatis atau system vaskuler air. System saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radial. Sistem ekskresi pada Echinodermata tidak ada sehingga fungsi ekskresi dilakukan melalui penonjolan kulit (brank/papula). Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam fisiologi echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial 5 penjuru, meskipun echinodermata termasuk divisi Bilateria. Sebenarnya pada waktu larva mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup sebagai plankton, tetapi pada akhir stadium larva mengalami metamorfosa menjadi simetri radial. Echinodermata tidak mempunyai kepala; tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Rongga tubuh luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam perkembangannya sebagian rongga tubuh menjadi system pembuluh air, suatu organ yang tidak terdapat pada avetebrata lain (Maskoeri, 1992: 117).

Echinodermata terbagi atas 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut), tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan tubuh pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri. Pada sekitar duri terdapat modifikasi duri berupa penjepit, yang berfungsi melindungi insang dermal, mencegah serpihan-serpihan dan organisme kecil agar tidak tertimbun di permukaan tubuh, juga untuk menangkap mangsa. Berikutnya kelas

(5)

Ophiroidea (bintang ular) memiliki bentuk tubuh bola cakram kecil dengan 5 lengan bulat panjang. Pada lengan terdapat saluran coelom kecil, batang saraf, pembuluh darah dan cabang-cabang system vascular. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral yang sering disebut tentakel dengan alat hisap. Kelas Echinoidea, landak laut yang berbentuk bulat , tidak berlengan, tapi memiliki duri. Vicera tersimpan dalam cangkok yang berbentuk bola. Anus terdapat pada permukaan aboral, mulut terletak pada bagian oral yang dikelilingi oleh 5 buah gigi yang kuat dan tajam. Kelas berikutnya Holothuroida, mentimun laut memiliki tubuh bulat memanjang mengandung ossicula yang mikroskopis. Bagian anterior terdapat mulut dan 10-30 tentakel yang dapat dijulurkan dan tertarik kembali. Kaki ambulakral terletak pada daerah ventral yang memiliki alat hisap yang berfungsi untuk bergerak (Mukayat, 1989: 71). Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki oleh karena itu cir-ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat (Maskoeri, 1992: 150). Serangga adalah hewan-hewan bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan bersegmen. Segmentasi itu nampak jelas secara eksternal. Jumlah jenis dalam filum ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua filum lainnya. Baik laut , air tawar, maupun habitat terestial di diami oleh serangga. Coelom pada Arthopoda tereduksi. Jenis kelamin terpisah. Namun demikian, pada jenis-jenis tertentu reproduksi parthenogenesis merupakan karakteristiknya. Sirkulasi

terjadi karena gerakan pulsasi jantung dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan adanya porus berpasangan pada tiap segmen (Rusyana, 2011: 143).

2. METODE OBSERVASI

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam observasi yaitu: animometer, botol mineral, CD Disck, jaring, tali rapia,termometer, toples dan senter sebagai alat yang digunakan pada saat observasi sedangkan bahan yang digunakan yaitu: formalin dan aquadest.

Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya observasi yaitu sebagai berikut:

Hari/ Tanggal: Jum’at/14 Juni 2013 dan Sabtu/15 Juni 2013

Pukul: 21.00 - 23.00 WITA dan 06.00 -16.00 WITA Tempat : Kawasan Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar.

Prosedur Kerja

Untuk pengamatan zooplanton dan fitoplanton dilakukan sebanyak 6 kali dengan cara mengambil air laut sebanyak 1 botol masing-masing pada jam 21.00 WITA, 23.00 WITA, 06.00 WITA, 08.. WITA, 14.00 WITA, 16.00 WITA Kemudian ke enam sampel tersebut akan dibawa ke Laboratorium Biologi untuk di amati.

Untuk pengamatan fisikokimia dilakukan dengan cara mengukur suhu menggunakan termometer dan mengukur kecerahan dengan menggunakan CD Disk sebagai indikator kedalaman laut. Tahapan ini dilakukan di mulai dari jam 14.00 WITA sebanyak enam kali dengan selang waktu setengah jam jadi pengamatan dilakukan sampai jam 16.30 WITA.

(6)

Untuk pengamatan serangga malam dilakukan dengan cara menangkap hewan yang termasuk serangga malam dengan menggunakan jaring secara bertahap dengan selang waktu 1 jam di mulai dari jam 21.00 WITA dengan 6 kali pengambilan.

Untuk pengambilan sampel spesies yang termasuk Porifera, Echinodermata, dan Mollusca dilakukan pada waktu yang kosong saat pengamatan fisikokimia dilaksanakan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Observasi

Tabel 1. Tabel pengamatan Zooplanton dan Fitoplanton

No Waktu Pengambilan Zooplanton Fitoplanton

1. 21.00 I 0 0 2. 23.00 II 0 0 3. 06.00 III 0 0 4. 08.00 IV 0 0 5. 14.00 V 0 0 6. 16.00 VI 0 0

Tabel 2. Tabel pengamatan Fisikokimia

No Waktu Pengambil an Fisikokimia Suhu ºC Kecerahan (m) 1 14.00 I 27 ºC 1,5 m 2 14.30 II 29 ºC 1,5 m 3 15.00 III 31 ºC 1,5 m 4 15.30 IV 32 ºC 1,5 m 5 16.00 V 32 ºC 1,5 m 6 16.30 VI 30 ºC 1 m

Tabel 3. Tabel pengamatan Serangga malam No Waktu Pengambilan Jumlah

spesies 1 21.00 WITA I 7 spesies 2 22.00 WITA II 8 spesies 3 23.00 WITA III 11 spesies 4 24.00 WITA IV 6 spesies 5 01.00 WITA V 5 spesies 6 02.00 WITA VI 8 spesies Tabel 4. Tabel pengamatan hewan invertebrata yang

termasuk Porifera, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata

Filum Spesies atau Jenis

Jumlah yang terdata Porifera 1. Liosina paradoxa 15 2. Hymeniacidon massa 9 3. Spongilla lacustris 5 4. Heliclona sp 18 5. Chalina oculata 4 6. Pakhelia ventilabrum 12 Echinodermata

1. Bintang laut kecil (Astropecten irregularis)

25

2. Bintang laut (Asterias vulgaris) 14 3. Bintang ular (Ophioderma superba) 23

4. Bintang Laut biru (Linchia laevigata)

20 5. Bulu babi (Diadema

setosum)

56 6. Landak laut (Echinus

esculentus) 21 7. Anemon laut (Stichodactyla gigantea) 4

(7)

8. Teripang (Parastichopus californicus) 34 Mollusca 1. Kerang Bulu (Anadara antiquata) 11 2. Cumi-cumi (Loligo pealii) 5 Arthropoda 1. Laba-laba (Nephila moculata) 27 2. Kepiting (Scylla serrata) 23 3. Udang (Panaeus monodon) 54 Pembahasan

Pada pengamatan Zooplanton dan Fitoplanton yang dilakukan di Laboratorium Biologi tak ada satupun sampel yang terdapat Zooplanton maupun Fitoplanton dikarenakan pengamatan yang dilakukan terlambat jadi semua organisme yang ada pada sampel kemungkinan besar telah mati.

Pada pengamatan fisikokimia dapat disimpulkan pada pukul 14.00-16.00 tingkat suhu air meningkat dengan kecerahan yang sama yaitu 1,5 meter tetapi pada saat pukul 16.00 suhu air dan tingkat kecerahannya menurun dengan kedalaman 1 meter.

Pada pengamatan serangga malam, spesies banyak terdapat pada rerumputan dan pepohonan dan dapat disimpulkan pada saat tengah malam spesies yang ditemukan meningkat, contoh spesies ditemukan adalah walang sangit, laba-laba, semut, capung, dan undur-undur.

Habitat Pengambilan sampel/spesies a. Liosina paradoxa

Liosina paradoxa ditemukan pada permukaan laut sekitar kedalaman 1 meter dan biasanya berada di atas permukaan pasir.

b. Hymeniacidon massa

Hymeniacidon massa banyakditemukan pada permukaan pasir dengan kedalaman 1-1,5 meter dan biasanya dijadikan tempat bagi bintang ular melekat.

c. Spongilla lacustris

Spongilla lacutrisbanyak ditemukan di permukaan pasir dengan kedalaman 1,5 – 2 meter.

d. Bintang laut kecil (Astropecten irregularis)

Bintang laut kecil ini banyak ditemukan pada permukaan pasir dan hanya ditemukan pada kedalaman 0,5 – 1 meter bahkan dapat ditemukan di pesisir pantai.

e. Bintang laut (Asterias vulgaris)

Banyak di temukan pada kedalaman 1- 2 meter dan tampak sangat jelas di permukaan pasir.

f. Bintang ular (Ophioderma superba)

Bintang ular ini ditemukan melekat pada spesies porifera yang berada di kedalaman 1- 1,5 meter.

g. Bintang biru (Linchia laevigata)

Bintang laut biru di temukan pada kedalaman 1,5 - 3 meter dan terdapat pada permukaan pasir.

h. Bulu babi (Diadema setosum)

Bulu babi banyak ditemukan pada permukaan pasir dengan kedalaman 1 – 1,5 meter dan biasanya berkoloni. i. Landak laut (Echinus esculentus)

Landak laut ditemukan pada permukaan pasir dan biasanya terdapat melekat pada spesies porifera dengan kedalaman 1,5 meter.

j. Anemon laut (Stichodactyla gigantea)

Anemon laut ini ditemukan pada permukaan pasir dengan kedalaman 1 meter dan biasanya terdapat organisme lain contohnya saja ikan badut.

k. Teripang (Parastichopus californicus)

Ditemukan pada pemukaan pasir dengan kedalaman sekitar 1 – 1,5 meter.

(8)

l. Kerang bulu (Anadara antiquata)

Kerang bulu ditemukan melekat pada spesies porifera dengan kedalaman sekitar 1 – 2 meter.

m. Laba-laba (Nephila moculata)

Ditemukan pada ranting-ranting pepohonan dengan menggunakan jaringnya sebagai tempat tinggalnya. n. Kepiting (Scylla serrata)

Ditemukan pada pesisir pantai dan di dalam air laut sekitar kedalaman 0,5 meter dan biasa bersembunyi di bawah pasir.

4. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari observasi yang kami lakukan ini adalah hewan-hewan invertebrata yang ada pada perairan pantai kawasan Barrang Lompo kota makassar, yaitu Liosina paradoxa, Hymeniacidon massa, Spongilla lacustris, bintang laut kecil (Astropecten irregularis), Bintang laut (Asterias vulgaris), Bintang ular (Ophioderma superba), Bulu babi (Diadema setosum), Landak laut (Echinus esculentus), Anemon laut (Stichodactyla gigantea), Teripang (Parastichopus californicus), Kerang bulu (Anadara antiquata), kepiting (Scylla serrata), dan Laba-laba (Nephila moculata).

DAFTAR PUSTAKA

Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA.

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini kami sebagi penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan hidayahnya selama pelaksanaan observasi

sampai selesainya artikel ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih sebanyak-banyaknya kepada Dosen pembimbing, kepada ketua jurusan Biologi, kepada Teman-teman serta seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan observasi dan pembuatan artikel ilmiah ini. Tak lupa juga kami ucapkan banyak terimah kasih kepada pihak birokrasi kampus UIN Alauddin Makassar yang telah memberi kesempatan untuk kami membuat artikel imiah ini.

Gambar

Tabel 3. Tabel pengamatan Serangga malam

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2020 merupakan pemenuhan kebutuhan aspek perencanaan kebijakan pelaksanaan tugas dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

Batuan endapan *ekungan Bintuni tercenanggan menjadi jalur lipatan berarah  barat – barat laut dari kaki lentikan (Kuesta) Kepala Burung bagian tengah di hulu sungai imau

Gambar 3.13 ERD SPK Penilaian Kinerja Vendor di PLN dengan Metode SAW 43 Gambar 3.14 Rancangan Halaman Login Pengguna

Dimana, perlu diadakannya Analisa berkaitan aspek yuridis praktis (human rights due diligence) yang berupaya untuk mengkonkritkan hal yang abstrak yang dihadapi

Dari perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, didapatkan besar output daya listrik dan ukuran utama kapal PLTG yang didesain. Selanjutnya diketahui

Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang yang tidak stabil atau tidak dapat

KESIAPAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI GURU SMK PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DI KOTA SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN..

berkontraksi menarik koroid ke depan dan membebaskan tegangan pada zonula. Kapsul lensa yang elastic menjadikan lensa daya refraksinya bertambah