• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial manusia. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi penting dalam kegiatan berinteraksi antar sesama manusia yang bertujuan untuk menyampaikan pikiran, maksud, dan keinginan kepada lawan bicara. Menurut Kridalaksana bahasa sebagai sistem lambang bunyi arbiter1 yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial, untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2007: 32). Sesuai dengan pengertiannya bahasa bukan hanya digunakan sebagai alat berkomunikasi antar sesama manusia. Melalui bahasa juga dapat menunjukkan status sosial dan kelompok sosial pemilik bahasa.

Menurut Badudu (2008) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karena digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa akan selalu tumbuh dan berkembang. Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam masyarakat akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa yang memakai dan memiliki bahasa tersebut.

1

Kata arbiter dapat diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’ (Chaer, 2007:45). Bahasa bersifat abiter berarti bahwa bahasa tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.

(2)

Sesuai dengan perkembangannya, bahasa berkembang menjadi cabang-cabang ilmu kebahasaan dan simbol seni atau kebudayaan yang tentunya dapat dipelajari, salah satu contohnya adalah peribahasa. Peribahasa adalah salah satu kelompok kata atau kalimat yang mempuyai makna implisit atau maksud tertentu. Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1983: 131) mengartikan peribahasa sebagai kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna dan fungsinya dalam masyarakat, bersifat turun-temurun, dipergunakan untuk penghias karangan, pemberi nasehat, pengajaran, dan pedoman hidup.

Chaer (2007:297) menyatakan bahwa peribahasa terdapat pada semua bahasa yang ada di dunia ini, terutama pada bahasa-bahasa yang penuturnya sudah memiliki kebudayaan tinggi. Mempelajari peribahasa adalah salah satu cara untuk memahami budaya suatu suku atau etnik. Peribahasa mengandung nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi, keagamaan, dan pandangan hidup. Salah satu contoh bangsa yang mempunyai beraneka ragam peribahasa adalah bangsa Korea. Bangsa Korea mempunyai peribahasa yang sebagian besar berisi tentang kehidupan, perbandingan, nasehat, pendidikan, tingkah laku, dan lain sebagainya.

Dari beraneka ragam peribahasa tersebut biasanya menggunakan unsur-unsur yang diambil dari unsur-unsur yang berkaitan dengan alam seperti gunung, laut, langit. Selain itu, terdapat juga unsur yang berkaitan dengan anggota tubuh manusia seperti mata, telinga, bibir, dan unsur yang berkaitan dengan binatang seperti harimau, keledai, anjing, dan lain sebagainya.

(3)

Penelitian ini mengambil tema tentang peribahasa yang mengandung salah satu unsur kebudayaan bangsa Korea yang berkaitan dengan makanan khas bangsa Korea. Penelitian ini akan membahas peribahasa Korea yang di dalamnya terdapat leksem tteok () „kue beras‟. Tteok (떡) „kue beras‟ adalah hasil dari produk beras yang kemudian diolah menjadi berbagai macam produk makanan khas Korea, contohnya: jjineun tteok (찌는떡), chineun tteok (치는떡), bitneun

tteok (빚는떡), jijjineun tteok (지지는떡), tteokbokki (떡복이), tteok guk (떡국),

꿀떡 (kkul tteok), 송편 (songpyeon), 시루 떡 (siru tteok) dan lain sebagainya.

Menurut buku Korean Traditional Desserts: Ricecakes, Cookies, and

Beverages, karya Sook Ja Yoon, Tteok (떡) „kue beras‟ juga digunakan oleh masyarakat Korea dalam merayakan upacara-upacara adat atau ritual khusus yang dipercaya sebagai makanan yang membawa keberuntungan dan keberkahan, seperti perayaan peringatan khusus baekil (배길) untuk menandai 100 hari setelah bayi lahir yang menyajikan hidangan spesial antara lain semangkuk nasi, sup rumput laut, dan songpyeon (송편) „kue beras‟. Selain itu, tteok (떡) juga digunakan dalam perayaan ulang tahun pertama pada bayi, yang disebut dol jan

chi (돌 잔 치). Dalam perayaan ini, kue beras putih merupakan salah satu bagian terpenting. Orang Korea percaya bahwa takdir bayi dapat dilihat berdasarkan pada jensi hidangan yang diambil oleh sang bayi. Untuk bayi laki-laki, item berupa beras, seikat benang putih, buku, kertas, busur dan anak panah diletakkan di atas meja. Sedangkan untuk bayi perempuan berupa, gunting, jarum, dan penggaris diletakkan di atas meja, dan perayaan-perayaan penting lainnya.

(4)

Dari penjelasan di atas, peran tteok (떡) „kue beras‟ dalam kehidupan masyarakat Korea telah membentuk pola pikir mereka, sehingga menjadi sebuah tradisi turun-temurun dan telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Korea itu sendiri. Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan bisa mengungkapkan makna dan arti peribahasa Korea yang menggunakan leksem

tteok () „kue beras‟.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang hendak diteliti yakni sebagai berikut :

1. Apakah makna leksem tteok (떡) „kue beras‟ yang terkandung dalam peribahasa Korea?

2. Apa sajakah jenis klasifikasi makna leksem tteok (떡) „kue beras‟ dalam peribahasa Korea?

3. Termasuk ke dalam apa sajakah jenis peribahasa Korea yang menggunakan leksem tteok (떡) „kue beras‟?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang mengulas makna leksem tteok (떡) „kue beras‟ dalam peribahasa Korea ini memiliki beberapa tujuan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

(5)

1. Mendeskripsikan makna leksem tteok (떡) „kue beras‟ dalam peribahasa Korea.

2. Mengklasifikasi jenis makna peribahasa yang menggunakan leksem

tteok (떡) „kue beras‟.

3. Mengklasifikasi jenis peribahasa yang menggunakan leksem tteok (떡) „kue beras‟.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya batasan masalah supaya mempunyai tujuan yang jelas, terarah dan tidak meluas. Penelitian ini menggunakan buku

Maxims and Proverbs of Old Korea, karya dari Tae Hung Ha sebagai sumber

penelitian. Dipilihnya buku tersebut, dikarenakan buku tersebut berisi cukup banyak peribahasa Korea. Selain itu, dibandingkan buku peribahasa lainnya, buku

Maxims and Proverbs of Old Korea menjabarkan arti dari masing-masing

peribahasa beserta cerita yang berkaitan dengan peribahasa tersebut, sehingga banyak pecinta sastra, pembaca, maupun peneliti menggunakannya.

Akan tetapi, dalam objek penelitian ini, hanya mengambil dan memfokuskan peribahasa yang mengandung leksem tteok (떡) „kue beras‟. Alasan dipilihnya objek penelitian ini, dikarenakan tteok (떡) „kue beras‟merupakan makanan yang memiliki peran yang sangat penting di kehidupan masyarakat Korea, karena di setiap perayaan atau peringatan tteok (떡) „kue beras‟ selalu

(6)

hadir sebagai salah satu hidangan terpenting. Tteok (떡) „kue beras‟ juga menjadi salah satu makanan representatif di kebudayaan masyarakat Korea.

Selanjutnya, dari pemilihan objek tersebut, ditemukan sembilan belas peribahasa yang menggunakan leksem tteok (떡) „kue beras‟, dari sembilan belas peribahasa tersebut kemudian akan dianalisis mengenai makna tteok (떡), jenis, dan fungsinya masing-masing.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Semantik Leksem tteok (떡) „kue beras‟ Dalam Kalimat Peribahasa Korea” ini memiliki dua manfaat pokok, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini menerapkan teori semantik yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti dalam bahasa. Teori ini berguna untuk menjawab makna yang muncul dalam menganalisis peribahasa yang mengandung leksem tteok (떡) „kue beras‟, sehingga makna tersebut dapat ditemukan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan bagi para pembaca dalam memahami makna peribahasa Korea yang mengandung leksem tteok

(7)

(떡) „kue beras‟ secara ilmiah dan sistematis. Selain itu, penelitian ini bisa memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baru. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan masyarakat umum dalam memahami peribahasa, khususnya peribahasa Korea.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang membahas mengenai peribahasa pada umumnya sudah cukup banyak. Terdapat beberapa karya yang meneliti tentang peribahasa. Salah satunya skripsi yang ditulis oleh Dita Oktamaya (2013) yang berjudul Makna

Kata „Langit‟ pada Peribahasa Korea Sebuah Kajian Semantik. Dalam

penelitiannya, ia membahas peribahasa yang menggunakan kata langit dalam peribahasa Korea. Dalam hal ini Dita Oktamaya memakai teori semantik yang mengulas makna kata langit, menjelaskan tentang situasi, hal, dan keadaan yang dingukapkan dalam peribahasa Korea yang menggunakan unsur langit. Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peribahasa Korea adalah Analisis Makna

Horangi „Harimau‟ Dalam Peribahasa Korea yang ditulis oleh Aurelia Tanjung

Ardiana (2013). Dalam skripsi tesebut, meneliti tentang makna, diksi, dan fungsi peribahasa Korea yang menggunakan kata harimau.

Selanjutnya, terdapat penelitian tesis yang membahas makna tteok (떡) „kue beras‟ yang ditulis oleh Moon Ae-Seon, berjudul tteok-eul sojaero han

(8)

„Sebuah Kajian Arti Peribahasa Korea Tteok‟. Dalam tesis ini meneliti tentang makna peribahasa, dan jenis peribahasnya.

Dari skripsi yang telah disebutkan di atas, penelitian yang secara khusus mengulas mengenai makna dan jenis peribahasa Korea yang menggunakan leksem tteok (떡) „kue beras‟ sejauh ini sudah ada. Namun, penelitian yang sudah dilakukan oleh Moon Ae-Seon tidak membahas peribahasa tteok (떡) „kue beras‟ secara keseluruhan, dan tidak menjelaskan secara spesifik makna dari masing-masing peribahasa tteok (떡) „kue beras‟. Selebihnya, tesis tersebut tidak mengklasifikasikan peribahasa berdasarkan jenisnya, dan penelitian tersebut ditulis menggunakan bahasa Korea sepenuhnya. Oleh karena itu, skripsi ini berbeda dengan tesis yang telah ditulis oleh Moon Ae-Seon. Skripsi ini berusaha untuk menentukan dan mengklasifikasikan makna peribahasa dan jenis peribahasanya. Selain itu, penelitian ini berusaha untuk memberikan referensi dan gambaran tentang karakteristik yang dimiliki oleh peribahasa Korea.

Sumber lain yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah buku yang berjudul Maxims and Proverbs of Old Korean karya Tae Hung Ha dan urimal

sokdam kheun sajeon (우리말 속담 큰 사전) „Kamus Besar Peribahasa Korea‟ yang didalamnya tedapat kumpulan-kumpulan peribahasa Korea. Dalam penelitian ini hanya akan meneliti peribahasa yang mengandung leksem tteok (떡) „kue beras‟ saja. Selanjutnya, diperlukan beberapa tambahan referensi untuk menguatkan analisis penelitian ini. Dalam penelitian ini, selain menganalisis

(9)

tentang pemaknaan, penelitian juga akan mengklasifikasi jenis peribahasa Korea berleksem tteok (떡) „kue beras‟.

Sebagai acuan, penelitan ini menggunakan buku yang berjudul Pengantar

Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer dan Semantik, Teori dan Analisis

karya Pof. Dr. I Dewa Putu Wijana, dan Muhammad Rohmadi. Kedua buku tersebut adalah buku yang menerangkan tentang ilmu semantic yang menjelaskan tentang pengertian dasar semantik dan jenis-jenis makna yang terdapat dalam ilmu semantik. Buku Diksi dan Gaya Bahasa karya Gorys Keraf juga menjadi buku yang membantu dalam meneliti peribahasa Korea yang menggunakan leksem

tteok () „kue beras‟. Disamping itu, buku yang berjudul Kamus Peribahasa :

Memahami Arti dan Kiasan, Peribahasa, Pepatah dan Ungkapan karya J.S

Badudu dan buku Kamus Linguistik karya Harimurti Kridalaksana digunakan sebagai salah satu referensi dalam proses penelitian pemaknaan, kiasan, dan ungkapan yang terkandung dalam peribahasa Korea.

Selanjutnya, dikarenakan obyek utama dari penelitian ini adalah peribahasa Korea, maka dibutuhkan pula beberapa referensi berupa kamus Indonesia–Korea untuk mendapatkan arti dari setiap kata yang tidak diketahui dalam peribahasa tersebut. Kamus yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus online Naver atau yang biasa disebut dengan neibeo sajeon (네이버 사전) yang dapat diakses di website http://krdic.naver.com, Kamus Korea-Indonesia Modern, dan urimal

(10)

karya Seong Jae Seon, dan kamus Learner‟s Dictionary of Korea karya Woo In He.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui metode studi kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis. Sumber tersebut bisa berupa buku maupun sumber online seperti ensiklopedia, kamus, buku kesusastraan dan sumber data utama dari buku

Maxims and Proverbs of Old Korea karya Tae Hung Ha, dan urimal sokdam kheun sajeon (우리말 속담 큰 사전) „Kamus Besar Peribahasa Korea‟ karya Seong Jae Seon.

Secara umum tahap pengumpulan data dan analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan semua peribahasa Korea yang menggunakan leksem

tteok () „kue beras‟ yang diperoleh dari sumber buku Maxims and

Proverb of Old Korea karya Tae Hung Ha. Buku Maxims and Proverb of Old Korea adalah kumpulan berbagai macam peribahasa Korea

yang kemudian dihimpun menjadi sebuah buku.

2. Mengumpulkan dan menentukan teori yang akan digunakan sebagai bahan dasar penelitian leksem tteok (떡) „kue beras‟ yaitu teori semantik, teori semantik adalah teori yang menjelaskan tentang makna

(11)

yang bertujuan untuk menghubungkan makna pada setiap kata dalam peribahasa.

3. Menerjemahkan setiap peribahasa Korea yang menggunakan leksem

tteok (떡) „kue beras‟ ke dalam bahasa Indonesia. Dalam proses penerjemahan, menggunakan beberapa jenis buku, antara lain: kamus modern Korea-Indonesia dan urimal sokdam kheun sajeon (우리말 속담 큰 사전) „Kamus Besar Peribahasa Korea‟. Penerjemahan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam teori terjemahan. Selain itu, juga menggunakan situs online Korea

www.naver.com dan www.daum.net dalam mencari makna sebenarnya

yang terdapat pada peribahasa yang mengandung leksem tteok (떡) „kue beras‟, dengan mencari kata kunci tteok sokdam (떡 속담) sebagai sumber penelitian.

4. Menganalisis interpretasi makna, dan jenis peribahasa Korea yang menggunakan leksem tteok (떡) „kue beras‟. Dalam tahap interpretasi ini, menggunakan teori semantik untuk menafsirkan makna dalam tiap peribahasa, kemudian makna peribahasa tersebut dihubungkan dengan keadaan yang sesungguhnya. Setelah itu, setiap peribahasa yang telah di interpretasikan maknanya diklasifikasi sesuai dengan golongan maknanya masing-masing. Tahap selanjutnya adalah mengklasifikasi jenis-jenis peribahasanya.

5. Tahap akhir dari penelitian ini adalah tahap penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode formal dan informal. Metode informal,

(12)

yaitu metode yang menggunakan rumusan kata-kata dalam bentuk susunan kalimat dengan memakai kata-kata yang biasa (Sudaryanto, 1993:145), sedangkan penyajian analisis secara formal adalah dengan menggunakan kaidah. Kaidah dapat diartikan sebagai suatu bentuk rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar. Demi kemudahan pemahaman, penyajian kaidah biasanya di dahului dan/atau diikuti oleh penyajian yang bersifat informal.

1.8 Sistematika Penelitian

Sistematika Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II merupakan landasan teori yang berisi mengenai tinjauan teoritis tentang peribahasa, makna, dan jenis peribahasa yang digunakan sebagai teori pendukung dalam melakukan penelitian ini.

Bab III merupakan paparan mengenai analisis makna dari peribahasa, lalu dilanjutkan dengan memaparkan analisis jenis peribahasa yang menggunakan leksem tteok () „kue beras‟ dengan teori makna dan peribahasa.

Bab IV merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dari keselurahan analisis sampai pada hasil analisis serta saran bagi penulis yang akan meneliti objek yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan prakiraan beban Sistem dan Kesiapan pembangkit, dalam 1 Minggu kedepan pada Waktu Beban Puncak Malam di Sistem Khatulistiwa diperkirakan mengalami 0

menunjukkan teknik aplikasi dengan penyemprotan di Kabupaten Sampang terlihat bahwa lebih rendah bila dibandingkan dengan metode umpan dimana mortalitas pada rayap tanah

Penurunan frekuensi panen bersamaan dengan harga pupuk yang terus meningkat, biaya produksi, kebijakan harga pemerintah yang menetapkan HPP yang terlau rendah sehingga

Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat bercampur

Pada bagian ini dijelaskan bahwa, jika pemberi kerja tidak mampu untuk membayar pekerjaan yang telah dilaksanakan selama lebih dari 28 hari, pemberi kerja dinyatakan bangkrut

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang penggambaran kontur dengan surfer pada perkuliahan Praktikum Ilmu Ukur

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Pada Materi Iman Kepada Rasul- Rasul Allah Melalui Model Pembelajaran Word Square Bagi Siswa Kelas V Sdn Puntik Luar 1 Kecamatan

Selain itu upaya peningkatan kualitas sistem pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Purwakarta yang sakit secara gratis melalui Sistem Jaminan Kesehatan juga menjadi