• Tidak ada hasil yang ditemukan

munitas Protektif Mencit Terhadap Cairan Kista Taenia saginata.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "munitas Protektif Mencit Terhadap Cairan Kista Taenia saginata."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1. Dr. drh. I Wa yan Batan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

1. Prof. Dr. drh. Ny o man Mant ik Asta wa, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

1. Prof.Dr. drh. N yo man Sa dra Dharmawan, [SCOPUS ID: 12140168300, h-index: 5] Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2. drh. Anak Agung Sagung Ken dran, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 3. drh. I Ma de Sukad a, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

4. Dr. drh. N i Gust i Agung Ayu Suartin i, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 5. drh. A ida L ouise Tenden Ro m pis

6. Dr. drh. I Gust i N gurah Sud is ma, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 7. Dr. drh. I Wa yan Suardana, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 8. Prof. Dr. drh. I Ny o man Suar sana, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 9. Dr. drh. I G. Made Kr isna Erawan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 10. Dr. drh. I N yo man Suartha, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 11. Prof. Dr. drh. I Ketut Berata, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 12. Dr. drh. T jok . G de Ok a Pe ma yun, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 13. Dr. drh. I Ketut Suatha, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

14. Prof. Dr. drh I Ketut Puja, [SCOPUS ID: 55342151000, h-index: 1] Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

15. Prof. Dr. I Gust i Ngurah Ka de Mahard ika, [SCOPUS ID: 6503977071, h-index: 4] Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

(2)

Morfologi Anatomi dan Histologi Usus Biawak Air (Varanus salvator) THE ANATOMICAL AND HISTOLOGICAL MORPHOLOGY OF INTESTINAL WATER MONITOR (VARANUS SALVATOR)

PDF

Hamny ., Sri Mulyani, Dian Masyitha, Sri Wahyuni, Muhammad Jalaluddin

Pengembangan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay Paratuberkulosis dengan Antigen Protoplasmik Mycobacterium avium Subspecies Paratuberculosis Isolat Lapang (DEVELOPMENT OF PARATUBERCULOSIS ENZYME-LINKED IMMUNO-SORBENT ASSAY WITH PROTOPLASMIC ANTIGEN OF MYCO

PDF

Rahmat Setya Adji, I Wayan Teguh Wawan, Denny Widaya Lukman, Surachmi Setiyaningsih

Protektivitas Sapi di Kabupaten Kupang Terhadap Penyakit Ngorok

(Septicaemia Epizootica) (PROTECTIVITY AGAINST SEPTICAEMIA EPIZOOTICA OF COWS IN KUPANG DISTRICT)

PDF

Hilda Susiyanti Debora Berek, Widagdo Sri Nugroho, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni

Imunitas Protektif Mencit Terhadap Cairan Kista Taenia saginata (PROTECTIVE IMMUNITY OF MICE AGAINST CYST FLUID OF TAENIA SAGINATA)

PDF

Nyoman Sadra Dharmawan, I Made Dwinata, I Made Damriyasa, Ida Bagus Made Oka, Kadek Swastika, Luh Dewi Anggreni, Nyoman Mantik Astawa

Respons Imun Mencit yang Diimunisasi dengan Cysticercus cellulosae (IMMUNE RESPONSE TO TAENIA SOLIUM CYSTICERCOSIS IN MICE)

PDF

Ida Bagus Ngurah Swacita, I Made Damriyasa, Nyoman Sadra Dharmawan, Nyoman Mantik Astawa, Ida Ayu Pasti Apsari, I Wayan Masa Tenaya

Seroprevalensi Positif Sistiserkosis pada Babi Hutan di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung (POSITIVE SEROPREVALENCE OF WILD BOAR CYSTICERCOSIS IN WAY KANAN DISTRICT, LAMPUNG PROVINCE)

(3)

Heri Yulianto, Fadjar Satrija, Denny Widaya Lukman, Mirnawati Sudarwanto

Inventarisasi Cacing Parasitik pada Ikan Kembung di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Ratu (THE HELMINTH PARASITES INVENTORY OF RASTRELLIGER SP. FROM BANTEN BAY AND PELABUHAN RATU BAY)

PDF

Forcep Rio Indaryanto, Yusli Wardiatno, Risa Tiuria

Pengimbuhan Ragi Roti dalam Pakan Meningkatkan Respons Imun Nonspesifik dan Pertumbuhan Ikan Nila (SUPPLEMENTATION OF BAKER’S YEAST IN FEED ENHANCE NONSPECIFIC IMMUNE RESPONSE AND GROWTH OF NILE TILAPIA)

PDF

Henky Manoppo, Magdalena EF Kolopita

Perkiraan Pasokan Nitrogen Mikrob pada Domba Ekor Tipis yang Diberi Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin (ESTIMATION OF MICROBIAL NITROGEN SUPPLY IN THIN-TAILED SHEEP FED WITH TANNIN PROTECTED SOYBEAN MEAL)

PDF

Husnaeni ., Sunarso ., Limbang Kustiawan Nuswantara

Kemampuan Ekstrak Jamur Lingzhi dalam Menghambat a-Glucosidase dan Menurunkan Kadar Gula Darah pada Tikus Hiperglikemia (THE ABILITY OF LINGZHI MUSHROOM EXTRACT (GANODERMA LUCIDUM) IN INHIBITING a-GLUKOSIDASE AND ITS EFFECT ON HIPERGLYCEMIAOF RATS)

PDF

Ratih Dwi Indriani, I Nyoman Suarsana, I Wayan Sudira

Identifikasi Keragaman Genetik Gen 12S Ribomsom RNA Sebagai Penanda Genetik untuk Penentuan Spesies Kuskus (IDENTIFICATION OF GENETIC DIVERSITY 12SRRNA GENES AS GENETIC MARKER FOR DETERMINING SPECIES CUSCUS)

PDF

Rini Widayanti, Hery Wijayanto, Woro Danur Wendo, Rony Marsyal Kunda

Kompetensi Perkembangan Oosit Kambing Kacang dengan Diameter Berbeda pada Medium yang Disuplementasi Cairan Folikel

(DEVELOPMENTAL COMPETENCE OF KACANG GOAT OOCYTES WITH DIFFERENT DIAMETER ON MEDIUM WITH FOLLICULAR FLUID SUPPLEMENTATION)

PDF

(4)

Kemampuan Maturasi dan Fertilisasi Oosit Sapi yang Diseleksi Menggunakan Teknik Pewarnaan Brilliant Cresyl Blue (SELECTING MATURATION AND FERTILIZATION ABILITY OF BOVINE OOCYTES USING BRILLIANT CRESYL BLUE)

PDF

Zultinur Muttaqin, Ni Wayan Kurniani Karja, Mohamad Agus Setiadi

Kriopreservasi Semen Domba Garut dengan Pengencer Tris yang

Disuplementasi Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (CRYOPRESERVATION OF GARUT RAM SEMEN WITH TRIS EXTENDER ETHYLENEDIAMINETETRAACETIC ACID)

PDF

Muhammad Rizal, Herdis ., Nasrullah ., Muhammad Riyadhi, Insun Sangadji, Yulnawati .

Karakteristik Semen dan Kadar Testosteron Berdasarkan Ukuran Lingkar Skrotum Kambing Kejobong Muda dan Dewasa (CHARACTERISTICS OF SEMEN AND TESTOSTERONE LEVELS BASED ON SCROTUM

CIRCUMFERENCE SIZE IN YOUNG AND ADULT KEJOBONG BUCKS)

PDF

Ono Syamyono, Daud Samsudewa, Enny Tantini Setiatin

Terapi Sel Punca Mesenkimal Sumsum Tulang Tikus dalam Meregenerasi Sel Sitotrofoblas Nekrosis yang Dipapar Carbon Black (RAT BONE MARROW MESENCHYMAL STEM CELL THERAPY IN REGENERATING NECROTIC CYTOTROPHOBLAST CELL FOLLOWING EXPOSED TO CARBON BLACK)

PDF

Widjiati ., Sri Pantja Madyawati, Rimayanti ., Agung Budianto Achmad

Tingkah Laku Menetas Piyik Burung Weris (Gallirallus philipensis) dan Burung Dewasa dalam Penangkaran (HATCHING BEHAVIOR AND BEHAVIOR IN CAPTIVITY OF GALLIRALLUS PHILIPPENSIS)

PDF

Lucia Johana Lambey, Ronny Rachman Noor, Wasmen Manalu, Dedy Duryadi

Respons Antibodi terhadap Penyakit Tetelo pada Ayam yang Divaksin Tetelo dan Tetelo-Flu Burung (NEWCASTLE DISEASE/ND ANTIBODY RESPONSE OF CHICKENS VACCINATED WITH ND SINGLE AND COMBINED ND AND AVIAN INFLUENZA VACCINES)

PDF

(5)

Karakterisasi Lactobacillus spp. yang Diisolasi dari Susu Kambing Etawa untuk Pengembangan Probiotik (CHARACTERIZATION OF LACTOBACILLUS SPP., ISOLATED FROM MILK OF ETAWA GOATS FOR LOCAL PROBIOTIC DEVELOPMENT)

PDF

(6)

174

Imunitas Protektif Mencit

Terhadap Cairan Kista

Taenia saginata

(PROTECTIVE IMMUNITY OF MICE AGAINST CYST FLUID OF TAENIA SAGINATA)

Nyoman Sadra Dharmawan1,2, I Made Dwinata1,3,

I Made Damriyasa1,2, Ida Bagus Made Oka1,3, Kadek Swastika4,

Luh Dewi Anggreni2, Nyoman Mantik Astawa5

1Centre for Studies on Animal Diseases; 2Laboratorium Patologi Klinik Veteriner,

3Laboratorium Parasitologi Veteriner, 5Laboratorium Virologi Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan,

4Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran,

Jln Sudirman, Denpasar, Bali

Telepon 0361-223791, Email: nsdharmawan@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui induksi kekebalan protektif vaksin

yang berasal dari protein imunogenik cairan kista Taenia saginata pada hewan coba. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan empat mencit (BALB/c mice) umur enam minggu. Keempat mencit divaksin secara

intraperitonial dengan cairan kista T. saginata yang telah disiapkan. Respons imun pada mencit diamati

dari kemunculan antibodi menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dan berdasarkan

kehadiran limfosit menggunakan pemeriksaan preparat ulas darah. Hasil penelitian menunjukan bahwa

cairan kista T. saginata bersifat antigenik. Cairan kista yang digunakan sebagai antigen bahan vaksin

bereaksi positif, mampu menimbulkan respons antibodi yang terdeteksi dengan uji ELISA. Rataan titer antibodi yang diperoleh pada hasil vaksinasi pertama, kedua, ketiga dan keempat berturut-turut adalah 3,3 unit;17,9 unit; 21,2 unit; dan 72,1 unit. Hasil pemeriksaan preparat ulas darah menunjukkan adanya peningkatan persentase limfosit pada mencit pascavaksinasi dengan rataan 66,75%, naik dari rataan limfosit pravaksinasi yaitu 40,75%. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan pada hewan coba yang

diberi vaksin yang kemudian diikuti dengan uji tantang dengan telur T. saginata.

Kata-kata kunci: imunitas, protektif, mencit, cairan kista Taenia saginata.

ABSTRACT

The aim of this research was to determine immune response of mice against vaccines derived from cyst fluid of Taenia saginata. The study was conducted using four BALB/c mice aged 6 weeks as experimental

animals. All experimental animals were vaccinated intra peritoneal with Taenia saginata cyst fluid

emulsified in Freund’s adjuvant. Immune response in the mice was determined by detecting antibodies using ELISA and by the presence of lymphocytes through evaluation of blood smear. The results showed that the cyst fluid of Taenia saginata was antigenic and capable of inducing antibody responses that were detected by ELISA. Mean antibody titers obtained in the results of the first, second, third, and fourth of vaccination was 3.3 units; 17.9 units; 21.2 units; and 72.1 units; respectively. Evaluation of blood smear of vaccinated mice showed an increase in the percentage of lymphocytes after vaccination with an average 66.75%, compared with the average of lymphocytes before vaccination which was 40.75%. Further research

is still required in experimental animals by vaccination followed by challenge test with Taenia saginata

eggs.

Keywords: immunity, protective, Taenia saginata cyst fluid.

Jurnal Veteriner Juni 2015 Vol. 16 No. 2 : 174-180

ISSN : 1411 - 8327

(7)

175

PENDAHULUAN

Taeniasis adalah infeksi parasit internal pada manusia, ditemukan di seluruh dunia. Taeniasis karena T. saginata adalah infeksi cacing pita bentuk dewasa yang ditemukan pada usus manusia, sementara bentuk larvanya menginfeksi otot sapi. Larva cacing pita juga disebut cysticercus, penyakitnya dikenal sebagai sistiserkosis. Sistiserkosis dan taeniasis selain merupakan masalah kesehatan masyarakat, juga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Sistiserkosis dapat menurunkan nilai jual daging, karena daging yang terinfeksi harus dimusnahkan (Flisser et al., 2006; Wilingham dan Engels, 2006; Prasad et al., 2008). Walaupun upaya pengendalian dan pemberantasannya tergolong mudah, di Indonesia penyakit ini masih terabaikan.

Pengendalian sistiserkosis dan taeniasis dapat dilakukan melalui peningkatan sanitasi dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, di antaranya dengan pemanfaatan jamban yang optimal (Garcia et al., 2003). Pengendalian dapat juga dilakukan dengan pemberian obat cacing yang efektif seperti praziquantel (Sarti et al., 2000; Peniche-Cardena et al., 2002; Wilingham dan Engels, 2006). Walaupun strategi pengendalian telah diterapkan, penyakit ini masih tetap ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah yang penduduknya gemar mengonsumsi daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna. Strategi lain yang perlu dipertimbangkan adalah melakukan vaksinasi pada sapi sebagai sumber penularnya.

Pemberian vaksin yang efektif pada hewan akan meniadakan sumber penularan infeksi ke manusia, sehingga dapat memutus siklus hidup parasit. Dengan demikian, pelaksanaan vaksinasi pada hewan, sekaligus dapat mengeliminasi agen penyakit yang berdampak buruk pada manusia. Beberapa penelitian tentang efektivitas vaksin untuk penanggu-langan sistiserkosis dan taeniasis telah dilakukan (Lightowlers dan Gauci, 2001; Gonzales et al., 2005; Assana et al., 2010; Lightowlers, 2010a; 2010b). Namun, sampai saat ini vaksin tersebut belum tersedia di Indonesia, sehingga vaksinasi sistiserkosis belum pernah dilakukan. Oleh karenanya, melalui penelitian ini akan dikembangkan kandidat vaksin dengan menggunakan cairan kista T. saginata isolat lokal. Penelitian telah diawali dengan penentuan protein khas cairan

kista yang bersifat imunogenik sebagai bahan vaksin (Dharmawan et al., 2013). Hasil penelitian berikut merupakan lanjutan yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kekebalan protektif protein cairan kista yang diperoleh sebagai vaksin pada hewan coba mencit.

METODE PENELITIAN

Bahan vaksin yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari protein imunogenik dari cairan kista T. saginata yang diperoleh dari penelitian Dharmawan et al., (2013). Bahan vaksin tersebut diuji untuk mengetahui kekebalan protektif yang ditimbulkan pada hewan coba mencit. Adanya respons imun pada mencit diamati dari kemunculan antibodi menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dan dari kehadiran limfosit dengan penghitungan diferensial leukosit menggunakan preparat ulas darah.

Vaksinasi

Protein imunogenik dari cairan kista T. saginata untuk bahan vaksin disiapkan dengan cara menggunting dinding kista T. saginata, sehingga cairannya keluar kemudian ditampung dengan tabung sentrifus. Cairan kista yang diperoleh ditambahkan dengan phosphate buffer saline (PBS) sampai volume 100 mL. Selanjutnya cairan kista disentrifus selama tiga menit dengan kecepatan 1500 rpm, lalu supernatannya diambil untuk digunakan sebagai bahan vaksin. Sebanyak empat mencit (BALB/c mice) umur enam minggu digunakan sebagai hewan coba. Setelah melewati adaptasi selama sepuluh hari, keempat mencit divaksinasi dengan bahan vaksin dari cairan kista T. saginata yang telah disiapkan, serta ditambah complete adjuvant, masing-masing dengan dosis 0,1 mL. Vaksinasi pada mencit diberikan secara intraperitonial.

Seminggu setelah vaksinasi pertama, keempat hewan coba diambil darahnya untuk mendapatkan serum. Kemudian divaksin ulang (booster), yaitu vaksinasi tahap kedua dengan penambahan incomplete adjuvant. Seminggu pascavaksinasi kedua, kembali dilakukan pengambilan darah untuk memperoleh serum, kemudian hewan coba divaksin seperti vaksinasi sebelumnya, juga dengan penambahan incomplete adjuvant. Vaksinasi yang terakhir, vaksinasi keempat dilakukan terhadap keempat hewan coba seminggu kemudian setelah

(8)

176

berlawanan dengan arah tadi sehingga darah akan merata di atas gelas objek sebagai lapisan tipis. Preparat ulas darah ini segera dikering-kan dengan menggoyang-goyangdikering-kan di udara.

Pewarnaan Giemsa dilakukan setelah preparat ulas darah difiksasi. Fiksasi dikerjakan dengan merendam preparat yang kering dengan methanol selama lima menit. Preparat kemudian diangkat dan dikeringkan di udara. Bila sudah kering ditaruh di atas rak bak pencuci, ditetesi dengan pewarna Giemsa yang telah diencerkan dengan buffer Giemsa dengan perbandingan 1:4, didiamkan selama 15-30 menit. Preparat ulas darah kemudian dicuci dengan air mengalir dari kran hingga bersih lalu dikeringkan di udara. Setelah kering siap untuk diperiksa di bawah mikroskop cahaya. Pemeriksaan limfosit di bawah mikroskop cahaya dilakukan dengan pembesaran kuat (lensa objektif 100 kali) menggunakan minyak emersi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pengamatan respons imun pada penelitian ini, diketahui hasil vaksinasi pada mencit yang dipakai sebagai hewan coba, menunjukkan bahwa cairan kista T. saginata bersifat antigenik. Cairan kista yang digunakan sebagai antigen bahan vaksin, mampu menimbulkan respons antibodi yang terdeteksi dengan uji ELISA.

Titer antibodi yang terukur mengalami peningkatan mengikuti jadwal vaksinasi yang dilakukan. Pada hasil vaksinasi tahap pertama, rataan titer antibodi yang diperoleh adalah 3,3, pada hasil vaksinasi kedua, ketiga dan keempat berturut-turut menjadi 17,9; 21,2; dan 72,1 unit. Data titer antibodi dari hasil pemeriksaan ELISA tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Bila diamati respons positif vaksinasi yang ditunjukkan dengan titer antibodi yang terdeteksi, tampak adanya peningkatan secara nyata dari tingkat kekebalan yang dihasilkan seperti diilustrasikan pada Gambar 1.

Pemeriksaan respons imun spesifik dengan mengamati sel limfosit dilakukan dengan menghitung diferensial leukosit pada sediaan ulas darah. Hasil pemeriksaan preparat ulas darah menunjukkan adanya peningkatan persentase limfosit pada mencit pascavaksinasi (Tabel 2). Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa rataan limfosit mencit pascavaksinasi yaitu pengambilan darah untuk memperoleh serum.

Pada vaksinasi yang terakhir ini, dosis vaksin yang diberikan sama dengan vaksinasi sebelumnya hanya tidak ditambahkan

adjuvant. Seminggu pascavaksinasi yang

terakhir, dilakukan pengambilan serum mencit untuk uji ELISA.

Pemeriksaan Respons Antibodi

Pemeriksaan respons humoral dengan mengamati antibodi spesifik yang timbul, dideteksi dengan pemeriksaan serum yang diperoleh dari hewan coba. Metode yang dipakai adalah uji ELISA dengan antigen cairan kista T. saginata. Pemeriksaan ELISA dilakukan menggunakan microtiter plates yang dilapisi 3,5 µg/mL antigen, diinkubasi selama satu malam dalam 0,05M buffer coating (pH 9,6). Plate dicuci menggunakan PBS Tween (PBS yang mengandung 0,05% Tween 20), diblock dengan 3% susu skim (Oxoid) dalam PBS pH 7,4 pada suhu 37oC selama satu jam lalu dicuci. Serum

diencerkan (1:200) dengan buffer (susu skim 0,05% Tween20, PBS 7,4) lalu didistribusikan ke dalam masing-masing sumuran dan diinkubasi pada suhu 37oC selama satu jam.

Setelah itu plate dicuci kembali dan ke dalam setiap sumuran ditambahkan 100 µL anti-mouse IgG peroxidase-conjugated (Sigma) dengan pengenceran 1:1000. Setelah inkubasi dan plate dicuci, reaksi enzimatik dilakukan dengan menambahkan 100 µL substrat tetra methyl benzidine (TMB) (KPL, USA)0,02% (v/v) H2O2 dalam 0,1 M buffer sitrat (pH 5,2) selama 15 menit. Reaksi kemudian dihentikan dengan penambahan 2N asam sulfur. Pembacaan hasil dilakukan dengan absorben pada 450 nm.

Pemeriksaan Respons Limfosit

Respons limfosit diamati dengan pemeriksaan diferensial leukosit. Secara singkat pemeriksaan limfosit dilakukan dengan metode pemeriksaan ulas darah, seperti diuraikan Thrall dan Weister (2002) dengan beberapa modifikasi. Pembuatan preparat ulas darah dengan metode slide sebagi berikut. Pada mulanya disiapkan dua gelas objek bersih dan kering, lalu ditetesi sampel darah yang akan diperiksa pada salah satu dari ujung gelas objek. Gelas penghapus diletakkan dekat dengan tetesan darah membentuk sudut 30-45o dengan

gelas objek. Gelas penghapus digeser ke arah tetesan darah sehingga darah tersebar ke seluruh permukaan gelas penghapus. Dengan cepat kemudian gelas penghapus digeserkan

(9)

177 65,75%, naik dari rataan limfosit pravaksinasi yaitu 40,75%. Rentang nilai limfosit pada mencit pascavaksinasi adalah 55-72%. Kenaikan limfosit pascavaksinasi menggambarkan adanya respons seluler dan humoral akibat pemberian vaksin dengan antigen cairan kista T. saginata, walaupun kenaikan ini masih dalam batas-batas normal. Normal limfosit pada mencit adalah 55-85% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Sementara itu Bolliger et al., (2010), melaporkan normal limfosit mencit adalah (6,10–18,45) x 103/µL.

Sel limfosit merupakan sel yang berperan utama dalam sistem imun spesifik. Limfosit/ sel-T pada imunitas selular dan sel-B pada imunitas humoral. Menurut Baratawidjaja dan Rengganis (2012), pada manusia 20% dari semua leukosit dalam sirkulasi darah adalah limfosit yang terdiri atas sel-T dan sel-B yang merupakan kunci pengontrol sistem imun. Secara morfologi adalah sangat sulit untuk membedakan berbagai sel limfosit dan diferensiasi subkelas sel-B dan sel-T (Tizard,

1982; Subowo, 1993). Limfosit mencit pascavaksinasi pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2A tampak adanya pengelompokan sel limfosit per lapang pandang rendah (low-power field) dan pada Gambar 2B tampak struktur limfosit per lapang tinggi (high-power field).

Peningkatan sel limfosit mencit pascavaksinasi pada penelitian ini sesuai pernyataan Subowo (1993) bahwa bila terjadi rangsangan imunogenik, tubuh akan merespons dengan perubahan pada sel-sel imunokompeten, baik itu limfosit-T maupun limfosit-B. Diungkapkan juga bahwa di dalam proses respons imun spesifik, paling sedikit akan melibatkan tiga jenis sel, yaitu limfosit-T, limfosit-B, dan sel makrofag (Subowo, 1993). Bila berlangsung respons imun humoral, limfosit-B akan berdeferensiasi menjadi sel efektor yang kemudian berubah menjadi plasmasit menghasilkan antibodi. Bila berlangsung respons imun seluler, limfosit-T akan menjadi sel dari jenis sitotoksik atau jenis Tabel 1. Titer antibodi hewan coba yang divaksinasi dengan antigen cairan kista Taenia saginata

Titer Antibodi pada Hewan Coba (unit) Waktu Vasinasi

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Rataan

Vaksinasi ke 1 0,0 1,93 2,85 8,5 3,3 Vaksinasi ke 2 9,2 23,3 20,4 18,7 17,9 Vaksinasi ke 3 6,18 14,9 30,8 33 21,2 Vaksinasi ke 4 67,1 92,7 66,7 61,9 72,1

Tabel 2. Diferensial leukosit hewan coba yang divaksin dengan antigen cairan kista Taenia saginata

Diferensial Leukosit pada Hewan Coba (%) Waktu Vasinasi

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Rataan

Pravaksinasi

Limfosit 50 40 35 38 40,75

Monosit 4 3 1 2 2,5

Neutrofil 37 48 53 49 46,75

Eosinofil 9 9 11 9 9,5

Basofil 0 0 0 2 0,5

Pascavaksinasi

Limfosit 72 74 62 55 65,75

Monosit 4 2 5 3 3,5

Neutrofil 15 12 31 32 22,5

Eosinofil 9 12 2 9 8

Basofil 0 0 0 1 0,25

(10)

178 subpopulasi T yang lain, yakni sel-T helper (Th). Pada hasil penelitian ini, rataan titer antibodi hewan coba yang divaksinasi dengan antigen cairan kista T. saginata tampak meningkat seiring dengan waktu vaksinasi (Tabel 1).

Menurut Baratawidjaja dan Rengganis (2012), imunitas perlu dikembangkan untuk jenis antibodi. Antibodi yang diproduksi oleh vaksinasi harus efektif terutama terhadap mikroba, termasuk juga terhadap parasit cacing. Namun, dari imunologi parasit diketahui bahwa respons inang terhadap infeksi cacing pada umumnya lebih kompleks oleh karena patogen lebih besar dan tidak bisa ditelan oleh sel-sel fagosit. Pertahanan terhadap banyak infeksi cacing diperankan oleh aktivasi sel Th2. Cacing merangsang subset Th2 sel CD4+ yang melepas interleukin/IL-4 dan IL-5.

Senyawa 4 merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil. Antibodi IgE yang berikatan dengan

permukaan cacing diikat eosinofil. Selanjutnya eosinofil diaktifkan dan mensekresi granul enzim untuk menghancurkan parasit (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).

Terdeteksinya antibodi pada penelitian ini menunjukkan bahwa vaksinasi menggunakan cairan kista T. saginata secara bertahap pada mencit, mampu menimbulkan respons imun humoral yang membangkitkan produksi antibodi spesifik terhadap substansi cairan kista tersebut. Hasil ini sesuai dengan upaya-upaya pengembangan vaksin yang telah dilakukan untuk pengendalian cacing pita secara umum dan sistiserkosis-taeniasis secara khusus yang dilaporkan oleh beberapa pakar (Geldhof et al., 2007; Gauci et al., 2008; Lightowlers, 2010a; 2010b; Rassy et al., 2010). Imunitas protektif dari hewan coba mencit terhadap kista hydatida, misalnya, telah dipelajari dengan cara melakukan vaksinasi pada mencit menggu-nakan antigen kasar (whole body) dari Gambar 2. Limfosit pada mencit yang divaksin dengan antigen cairan kista Taenia saginata.

A = low-power field;B = high-power field.

Gambar 1. Respons positif yang ditunjukkan titer antibodi pada mencit yang divaksin dengan antigen cairan kista Taenia saginata.

(11)

179 Echinococcus granulosus (Hashemitabar et al., 2006). Antigen tersebut ternyata mampu menginduksi kekebalan protektif mencit.

Hal serupa juga diungkapkan Zhang et al., (2008) yang melaporkan bahwa Echinococcus sebagai organisme patogen multiseluler yang sangat kompleks, memiliki sifat imunogenik yang tinggi, tidak saja mampu menggertak respons seluler, namun juga mampu memproduksi antibodi, sel limfosit-T, dan respons-respons lainnya yang berperantara sel, baik pada manusia maupun pada hewan sebagai inang antara. Sementara itu Lightowlers (2003), melaporkan keberhasilan pengembangan antigen vaksin rekombinan untuk sistiserkosis oleh T. ovis pada domba, telah menjadikan tonggak untuk upaya pengembangan vaksin sistiserkosis Taenia lainnya. Antigen vaksin rekombinan terhadap sistiserksosisT. saginata dilaporkan mampu menginduksi imunitas protektif terhadap infeksi tantangan telur T. saginata pada sapi (Lightowlers, 2003; Zhang et al., 2008).

Menurut Kumar dan Tadesse (2011) tersedianya bahan untuk vaksinasi sistiserkosis pada sapi tidak diragukan lagi akan sangat efektif digunakan untuk menekan kejadian, bahkan pemberantasan infeksi parasit tersebut. Telah dilaporkan bahwa vaksinasi pada pedet dengan menggunakan antigen yang diperoleh dari larva T. saginata yang kemudian ditantang dengan 4.000 telur T. saginata empat minggu pascavaksinasi, memperlihatkan bahwa pedet yang divaksinasi sangat resisten terhadap tantangan infeksi tersebut. Oleh karena itu, penelitian lanjutan untuk mengamati respons vaksinasi menggunakan hasil penelitian ini pada hewan coba, yang kemudian ditantang dengan telur cacing pita T. saginata perlu dilakukan.

SIMPULAN

Cairan kista T. saginata yang digunakan sebagai antigen bahan vaksin mampu menimbulkan respons antibodi. Titer antibodi yang terukur mengalami peningkatan mengikuti jadwal vaksinasi yang dilakukan. Cairan kista tersebut juga menyebabkan peningkatan persentase limfosit pada mencit pascavaksinasi.

SARAN

Setelah diketahui bahan protein immunogenik dari cairan kista T. saginata sebagai kandidat vaksin mampu menginduksi kekebalan protektif terhadap sistiserkosis pada hewan coba, maka penelitian tahap berikutnya yang perlu dikerjakan adalah melakukan uji tantang pascavaksinasi yang dilakukan pada hewan coba.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian Hibah Kompetensi Tahun II yang dikerjakan penulis pertama (NSD) dan kedua (IMD), dibiayai dari dana Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Tahun Anggaran 2013. Terima kasih disampaikan kepada Ni Luh Putu Shista Pawitri, Putu Sita Paramita Diyani, I Made Galih Diparayoga, Rendra Ari Purna, dan Endris Arif Wicaksono, mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang dengan tekun telah membantu pelaksanaan studi ini, terutama saat penelitian eksperimental di lapangan pada tahun I.

DAFTAR PUSTAKA

Assana E, Kyngdon CT, Gauci CG, Geerts S, Dorny P, Deken RD, Anderson GA, Zoli AP, Lightowlers MW. 2010. Elimination of Taenia solium transmission to pigs in a field trial of the TSOL 18 vaccine in Cameroon. Int J Parasitol 40 (5): 515-519.

Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bolliger AP, Everds NE, Zimmerman KL, Moore DM, Smith SA, Barnhart KF. 2010. Hematology of Laboratory Animals. In Weiss DJ, Wardrop KJ. Ed. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Iowa.

Wiley-Balckwell. Pp 852-887.

(12)

180 Dharmawan NS, Dwinata IM, Swastika K,

Damriyasa IM, Oka IBM, Astawa INM. 2013. Protein Spesifik Cairan Kista Cysticercus bovis pada Sapi Bali yang Diinfeksi dengan Taenia saginata. J Veteriner 14(1): 78-84.

Flisser A, Rodriguez-Canul R, Willingham AL. 2006. Control of the taeniosis/ cysticercosis complex: future developments. Vet Parasitol 139(4): 283-292.

Garcia HH, Gilman RH, Gonzalez AE, Verastegui M, Rodriguez S, Gavidia C, Tsang VC, Falcon N, Lescano AG, Moulton LH, Bernal T, Tovar M; Cysticercosis Working Group in Peru. 2003. Hyperen-demic human and porcine Taenia solium infection in Peru. Am J Trop Med Hyg 68: 268–275.

Gauci C, Vural G, Oncel T, Varcasia A, Damian V, Kyngdon CT, Craig PS, Anderson GA, Lightowlers MW. 2008. Int J Parasitol 38: 1041-1050.

Geldhof P, De Maere V, Vercruysse J, Claerebout E. 2007. Recombinant expression systems: the obstacle to helminth vaccines? Trends in Parasitol 23 (11): 527-532.

Gonzalez AE, Gauci CG, Barber D, Gilman RH, Tsang VCW, Garcia HH, Verastegui M, Lightowlers MW. 2005. Short report: vaccination of pigs to control human neurocysticercosis. American J Trop Med Hyg 72 (6): 837-839.

Hashemitabar GR, Razmi GR, Naghibi A. 2006. Protective immunity in mice with whole body of Echinococcus granulosus. Iranian Biomed J 10 (1): 51-55.

Kumar A, Tadesse G. 2011. Bovine cysticercosis in Ethiopia: a review. Ethiop Vet J 15(1): 15-35.

Lightowlers MW, Gauci CG. 2001. Vaccines against cysticercosis and hydatidosis. Vet. Parasitol 101(3-4): 337-352.

Lightowlers MW. 2003. Vaccine for prevention of cysticercosis. Acta Tropica 87: 129-135. Lightowlers MW. 2010a. Fact or hypothesis: concomitant immunity in taeniid cestode infections. Parasite Immun 32: 582-589.

Lightowlers MW. 2010b. Fact or hypothesis: Taenia crassiceps as a model for Taenia solium, and the S3Pvac vaccine. Parasite Immun 32: 701-709.

Peniche-Cardena A, Dominguez-Alpizer JL, Sima-Alvarez R, Argaez-Rodriguez F, Fraser A, Craig PS, Rodriguez-Canul R. 2002. Chemotherapy of porcine cysticercosis with albendazole sulphoxide. Vet Parasitol 108: 63-73.

Prasad KN, Prasad A, Verma A, Singh AK. 2008. Human cysticercosis and Indian scenario: a review. J Biosci 33 (4): 571-582.

Rassy D, Bobes RJ, Rosas G, Anaya VH, Brehm K, Hernandez B, Carvamtes J, Pedraza S, Morales J, Villalobos N, de Aluja AS, Laclette JP, Nunes CM, Biondi GF, Fragoso G, Hernandez M, Sciutto E. 2010. Charac-terization of S3Pvac anti-cysticercosis vaccine components: implications for the development of an anti-cestodiasis vaccine.

Plos ONE 5(6): e11287. Doi:10.1371/

journal.pone.0011287.

Sarti E, Schantz PM, Avila G, Ambrosio J, Medina-Santillen R, Flisser A. 2000. Mass treatment against human taeniasis for the control of cysticercosis: a population-based intervention study. Trans R Soc Trop Med Hyg 94 (1): 85-89.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis.

Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Subowo. 1993. Imunobiologi. Bandung.

Penerbit Angkasa.

Thrall MA, Weister MG. 2002. Hematology. In Hendrix CM. Editor. Laboratory Procedures for Veterinary Technicians. 4th

Ed. St Louis Missouri Mosby, Inc.

Willingham AL III, Engels D. 2006. Control of Taenia solium cysticercosis / taeniosis. Adv. Parasitol 61:509-566.

Zhang W, Ross AG, McManus DP. 2008. Mechanism of immunity in hydatid disease: implications for vaccine development. J Immun 181: 6679-6685.

Gambar

Tabel 2. Diferensial leukosit hewan coba yang divaksin dengan antigen cairan kista Taenia saginata
Gambar 1. Respons positif yang ditunjukkan titer antibodi pada mencit yang divaksin denganantigen cairan kista Taenia saginata.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sertifikasi tanah UKM di Desa Rajabasa Lama 1 dapat meningkatkan pendapatan

Mengingat akan fungsi dan peranan hutan mangrove yang unik dan sangat kompleks, begitu pula dalam kaitannya dengan ekosistem lain di sekitarnya terutama ekosistem lepas pantai,

Berdasarkan uraian di atas, maka Peneliti menyimpulkan bahwa kinerja organisasi publik adalah totalias hasil kerja yang dicapai suatu organisasi birokrasi pemerintahan

Koefisien korelasi antara kemampuan menggambar free body diagrams dan kemampuan kognitif bernilai 0,656 yang jika diinterpretasikan berada pada kategori tinggi

Hasil dari penelitian ini diperoleh cara mendesain dan tampilan hasil akhir desain media pembelajaran fisika interaktif pada materi momen inersia benda tegar

Dimensi reliability dengan indikator biaya pelayanan dan dimensi responsiveness daya tanggap dengan indikator waktu pelayanan merupakan dimensi yang menjadi

Pada penulisan ini kami akan memaparkan apa yang dimaksud dengan hubungan interpersonal itu, dan teori-teori apa saja yang menjelaskan tentang hubungan interpersonal, serta

Behavioural accounting research (BAR), Terdapat beberapa alasan yang sangat bagus bahwa BAR sangat pentig untuk praktisi akuntasi dan yang lain perlunya penelitian