• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE

CLIS (

CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE

) TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE

CLIS (

CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE

) TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

“Sesuatu yang positif yang sudah diakui, jangan takut untuk mencobanya. Sama

halnya seperti alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk keperluan hidup

hamba-hambanya. (Indra Pratama).

“Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan

dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Ibu dan Bapak, terima kasih atas do’a, kasih sayang, dukungan, dorongan dan perhatian yang penuh cinta selama ini diberikan.

2. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan segenap dukungan,

perhatian dan kepedulian.

3. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan semangat dan perhatian.

4. Pemerintah Daerah Aceh Singkil yang telah memberikan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan untuk putra daerah.

5. Almamater S1 PGSD Universitas Negeri Yogyakarta.

(8)

vii

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN

SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif Model Pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan yang berjumlah 49 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes. Teknik analisis data terdiri atas 3 tahap, tahap deskripsi data, tahap uji prasyaratan analisis (uji homogenitas), dan tahap pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan mean yang diperoleh kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu mean yang diperoleh kelompok eksperimen dari 59,4 menjadi 60,2, dan rata-rata pre post kelompok kontrol 56,00 menjadi 58,4. Perbedaan mean kedua kelompok tersebut kemudian di uji dengan menggunakan uji-t, hasil pengujian dengan uji t pre test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar 0,659 dan sig 0,517. Nilai sig menyatakan < 0,01, dan hasil pengujian dengan uji t post test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar -1,729 dan sig 0,097 nilai sig menyatakan > 0, 01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam peneliti sampaikan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan pujian dan lancar alhamdulillah..

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak internal

maupun eksternal akademik. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah

mempelancar proses penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, yang telah

memberikan motivasi dan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi. 4. Direktorat jendral pendidikan tinggi yang bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan Aceh Singkil, yang telah memberikan kesempatan untuk menimba

ilmu di tanah pendidikan ini.

5. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia

(10)
(11)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

(12)

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2. Model Pembelajaran IPA ... 9

3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 11

4. Komponen Utama CLIS ... 11

5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 14

6. Keunggulan dan Keterbatasannya ... 16

B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 16

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 18

1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA ... 18

2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar ... 19

3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar ... 21

D. Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 21

E. Penelitian Yang Relevan ... 26

F. Kerangka Pikir ... 28

G. Hipotesis ... 31

H. Definisi Operasional Variabel ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

(13)

xii

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41

H. Uji Coba Instrumen ... 43

I. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran CLIS ... 48

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional ... 49

3. Deskripsi Instrumen Penelitian ... 50

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen ... 54

1. Deskripsi Pelaksanaan Pre Test Siswa Kelas Eksperimen... 54

2. Deskripsi Pelaksanaan Post Test Siswa Kelas Eksperimen ... 56

3. Deskripsi Hasil Penelitian Kelas Kontrol ... 60

a. Deskripsi Data Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 60

b. Deskripsi Data Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 61

C. Uji Hipotesis ... 64

1. Uji Prasyarat ... 64

a. Uji Homogenitas Varians ... 64

(14)

xiii

c. Uji Hipotesis ... 67

1) Uji t Pre Test Eksperimen dan Kontrol ... 67

2) Uji t Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS ... 14

Tabel 2. Daftar Keseluruhan kelas V SDN Krapyak Wetan ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru ... 37

Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa ... 37

Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa ... 39

Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom ... 40

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 44

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas ... 46

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test ... 47

Tabel 11. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 47

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Eksperimen... 58

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol... 60

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 63

Tabel 16. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 65

Tabel 17. Uji normalitas data hasil belajar... 66

Tabel 18. Uji t pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 68

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar ... 30

Gambar 2. Diagram batang hasil belajar pre test kelas eksperimen ... 55

Gambar 3. Diagram batang hasil belajar post test kelas eksperimen ... 59

Gambar 4. Diagram batang hasil belajar pre test kelas kontrol ... 61

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran ... 80

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 95

Lampiran 3 Dokumentasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 121

Lampiran 4 Hasil Penelitian ... 127

Lampiran 5 Skor Pre Post Hasil Test ... 144

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 154

Lampiran 7 Frequensi dan Uji T KE dan KK ... 159

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konteks Kurikulum adalah salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, di dalam sistem pendidikan kurikulum

berfungsi sebagai pedoman utama yang memberikan arah dan tujuan bagi pendidikan. Disamping itu, kurikulum juga berfungsi mengembangkan

seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya, maka proses pengembangannya juga harus memerhatikan segala

aspek yang terdapat pada peserta didik.

Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak

kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, 1990: 10).

Kurikulum sekolah menciptakan pengalaman dan kegiatan siswa

didalam pembelajaran, maka untuk memahaminya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, dan memperhatikan bagaimana

proses pembelajaran peserta didik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Peserta didik adalah sasaran utama di dalam pembelajaran, pembelajaran yang dimaksud yaitu pembelajaran yang melibatkan antara guru dengan siswa atau

siswa dengan guru. Pembelajaran ini berperan sebagai timbal balik berantai yang akan mensukseskan pendidikan. Guru tidak hanya sebagai pemateri

(19)

2

yang efektif, Dapat dilihat dari usaha guru yang berperan aktif dan tanggap dalam mengelola pembelajaran.

Dalam perkembangan yang membantu keberhasilan pendidikan

terlaksana di dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, yang akan diolah sehingga menghasilkan keluaran

dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi pula interaksi antara kondisi-kondisi internal dan eksternal.

Model pembelajaran berperan penting untuk keberhasilan

pembelajaran, Model pembelajaran tidak selalu tepat pada semua mata pelajaran. Mata pelajaran yang di pilih pun harus sesuai dengan model

pembelajaran yang di ambil, tidak boleh sembarang mencocokkan antara model dengan mata pelajaran tanpa memperhatikan kesahihannya.

Media merupakan daya tarik perhatian peserta didik, yang digunakan

untuk media harus menarik perhatian siswa agar tidak sibuk sendiri. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat menarik

minat siswa untuk belajar.

Sains ( Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran

di Sekolah Dasar khususnya di Kelas V. James Conant, (1997: 14) mendefinisikan sains sebagai Suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil

(20)

3

Pendidikan IPA di SD hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan

bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan

anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.

Persoalan pembelajaran IPA di SD pada khususnya tertindihnya pola pikir anak terhadap konsepsi, konsep yang diajarkan guru tidak cukup hanya

diberikan begitu saja. Perubahan konsep perlu diberikan kesempatan kepada anak untuk membangkitkan penjelasan ilmiah dengan cara anak didorong

untuk mengembangkan cara berfikir logis agar alasan yang dikeluarkan bersifat hakiki dan praktis.

Model Children’s Learning In Science (CLIS) tentunya sesuatu yang

diajarkan itu akan berdampak pada sasaran. Apabila Model CLIS diterapkan, pengaruh yang diperoleh dari pembelajaran tersebut adalah hasil belajar yang meningkat. Pemberian materi sifat-sifat cahaya akan memberikan pengetahuan

kepada siswa, begitu juga dengan pembelajaran yang memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa. Namun, masalahnya dari sistem data

tertulis belum ditemukan pengaruh positif pada siswa, mungkin dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan model CLIS akan memberikan data yang dapat disimpulkan bahwa pengaruh suatu pembelajaran dengan model

(21)

4

Informasi yang dibagikan oleh Guru inisial P kelas V SDN Krapyak Wetan, bahwa kelas V dalam melakukan pembelajaran IPA dengan Model Tipe CLIS dalam satu kali semester tidak pernah digunakan. Secara umum

diketahui bahwa pelaksanaan model tipe CLIS tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap siswa antara kelompok yang tidak diberi

perlakuan yaitu kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan kelompok eksperimen, dapat di prediksi dari konsep dan cara pelaksanaannya. Selanjutnya Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, diperoleh

temuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu: (1) pembelajaran yang dilakukan guru masih kekurangan pengetahuan mengenai model pembelajaran

dan (2) siswa masih ada yang pasif dalam pembelajaran. Kelemahan tersebut menyebabkan nilai rata-rata hasil evaluasi mata pelajaran IPA rendah yaitu 58,46.

Pengetahuan itu memberikan hasil yang berbeda-beda walaupun menggunakan eksperimentasi yang sama. Kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara

memecahkan masalah. (Winaputra, 1992: 123).

Harapan anak pada umumnya adalah bersikap ilmiah didalam

berinteraksi sesuai karakter yang dimilikanya. Bagian ini menunjukkan bahwa Sains merupakan salah satu inisiatif utama untuk membangun karakter ilmiah siswa.

(22)

5

terhadap apa yang mereka sampaikan berakibat mental yang belum kuat dalam menyampaikan pendapatnya dengan reaksi pengikut dan lebih kepada pasif.

Jadi pembelajaran IPA di kelas tinggi khususnyaa siswa kelas V

termasuk dalam kategori belum optimal. Dibuktikan dari karakteristik para siswa dalam berinteraksi dengan temannya, adanya sikap ketidak pedulian

antar teman, ragu-ragu dalam menolong dan bila ada teman kesusahan masih ada yang menertawakan. Selain itu dapat dilihat dari pemahaman siswa pada Alam. Dibuktikan dengan pengetahuan siswa terhadap lingkungan sekitar,

kurang menyadari kegunaan alam untuk kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Menurut uraian latar belakang masalah diatas, menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang muncul diantaranya :

1. Belum tercapainya pembelajaran sains yang dibuktikan dari hasil belajar

IPA siswa yang belum memenuhi KKM (>70)

2. Penggunaan model pembelajaran yang belum optimal, disebabkan kurangnya pengalaman guru mengenai model pembelajaran IPA

3. Kurangnya penekanan guru terhadap tujuan pembelajaran yang disampaikan, karena terpokus pada materi yang disampaikan

4. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi, tampak pada siswa yang masih ragu-ragu dalam mengeluarkan pendapatnya

5. Hasil belajar sains siswa kelas V belum optimal, karena tampak pada hasil

(23)

6

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang dikemukakan bahwa tidak semua masalah diselesaikan karena keterbatasan dari peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini

dibatasi pada Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe Children’s Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V

SD Negeri Krapyak Wetan.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Krapyak

Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan di atas tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

manfaat diantaranya: 1. Bagi Siswa

a. Sebagai usaha untuk membuat siswa membangun kembali pengetahuan

yang telah dimilikinya

(24)

7

c. Sebagai pendorong siswa belajar agar memberikan hasil yang baik. 2. Bagi Guru

a. Memberikan manfaat bagi guru menambahkan kreativitasnya dan

mengembangkan cara mengajarnya dengan menggunakan model CLIS agar membantu siswa berpikir kritis.

b. Sebagai pengenalan kepada guru agar menggunakan model CLIS yang akan dicocokkan pada pelajaran sains

c. Sebagai masukan kepada guru dalam rangka memberikan kualitas

proses hasil belajar pada sains dan model CLIS. 3. Bagi Sekolah

(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran bisa diartikan dengan istilah sebagai gaya atau

strategi yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam aplikasinya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup

beberapa prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai.

Pengertian model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur

pembelajaran yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Menurut Tytler (Usman Samatowa, 2010: 57) menyatakan bahwa

setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu: (a) menggali gagasan siswa, (b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut,

kemudian (c) merefleksikannya secara eksplisit.

Jadi model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau

model pembelajaran identik dengan istilah strategi untuk menggali gagasan siswa, mengklarifikasi dan mengembangkan gagasan tersebut, kemudian merefleksikkannya secara eksplisit. Model pembelajaran dan

strategi merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri

(26)

9

harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2. Model Pembelajaran IPA

Masa kini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Salah satu pembelajaran

yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik

pembelajaran IPA.

Model pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan

pandangan konstruktivis ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Disarankan oleh Bell, (1993:16) agar pengetahuan siswa yang diperoleh

dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa dalam sasaran pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila Guru tidak mempedulikan konsepsi atau pengetahuan

awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.

Menurut pandangan kontruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi

(27)

10

Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun

pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentuk model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan saat model pembelajaran yang

disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.

Pembentukan sistem konseptual bukan dengan cara memasangkan

(match) dengan kenyataan di alam, melainkan dengan mencocokkan (fit) dengan kenyataan. Model konstruktivis menekankan pandangan

instrumental tentang pengetahuan atau sistem konseptual. Pada proses pembentukannya sistem konseptual mengalami pengujian secara terus-menerus. Menurut Usman Samatowa, (2010: 64) Kerangka konseptual

atau sistem konseptual IPA biasanya terdiri atas konsep-konsep. Pandangan hubungan-hubungan bermakna antar konsep-konsep yang dipelajari dengan yang telah ada. Karena itu pembentukan sistem

konseptual IPA haruslah melalui hubungan kebermaknaan antar konsep yang telah dipelajari.

Hubungan bermakna ini dapat bersifat superordinat, subordinat, dan koordinat, sesuai dengan ruang lingkup konsep IPA yang dapat lebih luas, lebih sempit atau sama luas. Jadi hubungannya dapat bersifat vertikal

(28)

11

3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s Learning In

Science)

Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In

Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver dan Tytler (Usman

Samatowa, 2010: 74). Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS

oleh Driver (Usman Samatowa, 2010: 74) di beri nama General Structure Of a Contructivist Teaching Sequence, sedangkan Tytler (Usman

Samatowa, 2010: 74) menyebutnya Constructivism and Conceptual

Change Views Of Learning In Science.

Model pembelajaran tipe ini kegiatannya berkelompok kecil di

dalam kelas, kelas yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan menyelesaikan tugas yang sama dan mungkin berbeda dari kreativitas gurunya. Interaksi didalam model ini sangat membutuhkan banyak orang

untuk menjalankan fungsinya, fungsinya model ini merupakan komponen utama yang akan menyelesaikan jalannya urutan pembelajaran model CLIS ini.

4. Komponen Utama CLIS

Model CLIS ada lima tahap utama, memiliki urutan pembelajaran yakni:

a. Orientasi

b. Permunculan gagasan c. Penyusunan ulang gagasan

(29)

12

Tahap penyusunan ulang gagasan masih dibedakan atas tiga bagian, yaitu pengungkapan dan pertukaran gagasan, Pembukaan pada situasi konflik dan konstruksi gagasan baru dan evaluasi.

a) Orientasi

Orientasi merupakan upaya guru untuk memusatkan

perhatian siswa, misalnya dengan menyebutkan dan mempertontonkan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.

Upaya mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan fenomena lingkungan (misalnya produk teknologi) juga merupakan salah satu

kegiatan dalam penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat.

b) Permunculan Gagasan

Permunculan gagasan merupakan upaya untuk memunculkan konsepsi awal siswa. Misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan apa saja yang telah diketahui tentang topik

pembicaraan, atau dengan menjawab beberapa pertanyaan uraian terbuka. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi

pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini juga dilakukan melalui wawancara informal.

c) Penyusunan Ulang Gagasan

(30)

13

memperjelas dan mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua (permunculan gagasan) dalam

kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi tersebut kepada seluruh kelas. Guru tidak

membenarkan atau menyalahkan.

Pada tahap pembukaan ke situasi konflik siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang

dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsep ilmiah

yang ada dalam buku teks atau hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan.

Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan untuk

mencocokan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagsan baru. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan observasi, kemudian

mendiskusikannya dengan kelompoknya.

d) Penerapan Gagasan

Pada tahap ini siswa diminta menjawab pertanyaan yang disusun untuk menerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan siswa melalui percobaan atau observasi ke dalam

(31)

14

memecahkan masalah yang ada di lingkunga, misalnya isu yang berkaitan dengan topik pernapasan adalah mewabahnya influenza, isu kanker paru-paru sebagai penyakit yang menimbulkan

kematian, dan adanya orang yang meninggal karena menggali sumur.

e) Pemantapan Gagasan

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan

demikian, diharapkan siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah sadar akan mengubah konsepsi awalnya

menjadi konsepsi ilmiah. Pada kesempatan ini dapat juga diberi kesempatan membandingkan konsep ilmiah yang sudah disusun dengan konsep awal pada tahap b.

5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s

Learning In Science)

Contoh model CLIS untuk konsep pernapasan di kelas IV Caturwulan

(32)

15

Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

1. Orientasi Menunjukkan Kantung Kresek Warna Hitam dan Mengajukan Pertanyaan: “jika kantung ini dipasang ke kepala ibu/ pak guru, apa yang akan

(33)

16

6. Keunggulan dan Keterbatasannya

Kejelasan setiap tahap dalam CLIS tidak selalu mudah

dilaksanakan, walaupun semula direncanakan dengan baik. Kesulitan ini

terutama untuk pindah dari satu fase ke fase lainnya, terutama dari pertukaran gagasan siswa, sehingga jika hal ini terjadi, tentunya siswa

akan kembali kepada konsepsi awal (yang memang sulit diubah).

Demikian pembahasan tentang model-model pembelajaran serta contohnya telah diuraikan di depan, mudah-mudahan dapat membekali

para guru SD dalam tugas kesehariannya. Dari berbagai model pembelajaran, model pembelajaran kognitif sangat cocok untuk

pembelajaran IPA, khususnya model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivis. Model pembelajaran konstruktivis memili karakteristik tertentu, semuanya melibatkan proses berpikir. Walaupun terdapat banyak

model pembelajaran IPA, model pembelajaran CLIS sangat menarik dicobakan di sekolah dasar secara realita dengan berlandasakan konstruktivis, sejumlah model pembelajaran telah dikembangkan secara

khusus untuk kelas-kelas tertentu di sekolah dasar yang sudah melalui tahap uji coba.

B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Kelas Tinggi

WHO, (Sunarto dan Agung Hastono, 2013: 57) membagi usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 dan remaja akhir 15-20 tahun. Jadi

(34)

17 1. Kepribadian sudah mulai mandiri

Kepribadian sudah mulai mandiri, yaitu kepribadian yang mencoba dengan hal-hal yang baru, dan akan tertarik pada yang belum pernah

dirasakan anak.

2. Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi

Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi, yaitu mulainya terbentuk sikap kepercayaan diri anak terhadap suatu keputusan yang dikeluarkan atas dasar mempertanggungjawabkan hal-hal yang ingin

disampaikan anak. 3. Toleransi

Yaitu Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya di pandang dari dirinya sendiri, tetapi juga dilihat dari diri orang lain.

4. Sudah mulai menunjukkan sikap yang kritis dan rasional

Yaitu terbentuknya pola pikir anak terhadap hal-hal yang diperhatian dengan menganalisa setiap apa yang di lihat dengan cara memprediksi.

5. Sudah bisa merepleksi diri sendiri

Yaitu sudah bisa menempatkan diri dengan memperhatikan situasi

(35)

18

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang lingkup pembelajaran IPA di usia sekolah dasar

menggunakan materi sifat-sifat cahaya diberikan khususnya pada kelas V terdapat dua dimensi yaitu:

a. Kerja Ilmiah

Pendidikan IPA menekakan pada pemberian belajar langsung.

Hal ini dijelaskan dalam Effendi dan Malihah, (2007: 120) bahwa

”pendidikan sains (IPA) menekankan pada pengalaman secara

langsung”. Dalam pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan

sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan

sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya

dan alam sekitar. Kerja ilmiah sains (IPA) dalam kurikulum SD terdiri

dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas

dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.

b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya

Adapun dimensi pemahaman konsep dan penerapannya mencakup:

1. Sifat-sifat cahaya, yang terdiri dari cahaya merambat lurus, cahaya

dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat

menembus benda bening.

(36)

19

a) Cahaya merambat lurus tidak dapat menghasilkan cahayanya

sendiri seperti kayu, batu tembok, dan sebagainya yang

termasuk benda gelap.

b) Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya terdiri atas pemantulan baur dan

pemantulan teratur.

c) Cahaya dapat dibiaskan

Pembiasan adalah sebuah peristiwa pembelokan arah

rambat cahaya, cahaya merambat dengan melalui 2 zat yang

mempunyai kerapatan yang berbeda. Apabila terdapat cahaya

datang dari zat yang mempunyai kerapatan yang kurang

menuju ke zat yang mempunyai kerapatan yang lebih, maka

cahaya itu akan dibiaskan mendekati garis normal.

d) Cahaya dapat menembus benda bening

Cahaya matahari dapat masuk kerumah dengan menembus

jendela yang berjenis kaca bening.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar

IPA untuk Sekolah Dasar sebagai disiplin ilmu dan penerapannya

dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi

pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak?

Oleh Karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan

dengan struktur kognitif ilmuan, pada hal mereka perlu diberikan

(37)

20

yang perlu dimodifikasi sesusai dengan tahap perkembangan

kognitifnya.

Berdasarkan permasalahan yaitu tidak pernah mengenal model

pembelejaran CLIS dalam pembelajaran di kelas, tujuan pembelajaran

IPA di usia Sekolah Dasar kelas tinggi sebagai berikut:

a. Untuk Mengenalkan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS Pada

Sekolah Dasar

b. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,

prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

c. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan

melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah

d. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan

lingkungan serta sumber daya alam

e. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya

f. Lebih jauh diungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari

menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar

diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi

(38)

21

3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar

Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini efisiensi pengalaman langsung pada pada anak tergantung pada konsistensi

antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Piaget (Usman Samatowa, 2010: 5) Mengatakan bahwa

pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun.

Jadi berdasarkan strategi langsung ini anak akan siap untuk

mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan

kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.

D. Pengertian Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik, (2001: 159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan

tingkah laku siswa. Lalu Menurut Nasution, (2006: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan guru. Tes yang diberikan pun sebagai hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan

(39)

22

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang

besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Kognitif siswa kelas V sudah mulai terasah dan menerima pembelajaran yang diberikan. Nemun, masih kurang efektif dan diterima secara konsisten oleh siswa. Kemudian sikap siswa tidak menentu dalam menerima setiap

materi pembelajaran yang diberikan guru, berkelanjutan dengan keterampilan yang ditunjukkan siswa sudah mulai tampak dan berekspresi dengan

berkomunikasi terhadap guru dan teman sebayanya. Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan, (2009: 1-2) adalah

sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif

(40)

23 3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif

lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil

penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Santoso, 2013: 5)

mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

(41)

24

Sedangkan Menurut Horward Kingsley bahwa: Tiga macam hasil belajar yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi bahan yang telah

ditetapkan oleh dalam kurikulum.

Dari evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik

apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini yaitu:

1. Prinsip Keseluruhan

Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan

secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan

perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.

Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya

menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata

pelajaran IPA, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan

(42)

25

Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran

evaluasi.

2. Prinsip Kesinambungan

Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara

berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau

perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.

3. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga

sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah

apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut

bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung

(43)

26

sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih

jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu”

dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya

menghasilkan nilai-nilai yang objektif.

Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh

kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap

masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.

E. Penelitian Yang Relevan

Solusi yang dapat ditawarkan untuk permasalahan tersebut adalah

penggunaan model pembelajaran yang bisa diterapkan sebagai salah satu inovasi pembelajaran IPA. Salah satunya adalah model pembelajaran

belajar IPA CLIS (Children Learning In Science). “Usman Samatowa, (2010: 74) menyatakan bahwa model pembelajaran Children Learning In Science

(CLIS) termasuk dalam model yang menganut pandangan kontruktivisme. Model ini dikembangkan oleh Driver di Inggris tahun 1998. Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS oleh Driver diberi nama General Structure

(44)

27

Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil

pengamatan dan percobaan. Tujuan pembelajaran CLIS adalah meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa yang dilandasi

pandangan kontruktivisme dengan memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa sebagai sumber belajar. (Handayani, 2004: 40). Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CLIS adalah situasi belajar yang terbuka

dan kesempatan bertanya secara bebas. Kemudian Seperti Judul Skripsi dari Universitas Pendidikan Ganesha yang saya beri kode penelitian 1 dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu”. Sementara peneliti sendiri memberi symbol 2 pada penelitiannya sendiri dan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd N Krapyak Wetan”.

Jadi adapun perbedaan dari penelitian 1 dengan penelitian 2 adalah,

penelitian 1 dilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar, dengan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan

kelompok konvensional, dan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014. Kemudian penelitian 2 dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan yang memberikan perbedaan hasil antara pre post kelompok

(45)

28

kontrol dengan post kontrol dan antara pre eksperimen dengan post eksperimen.

Model pembelajaran CLIS memiliki karakteristik yaitu, dilandasi

oleh pandangan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa, melakukan aktivitas handson/mind-on, dan menggunakan lingkungan

sebagai sumber belajar.

Pembelajaran dengan menerapkan model CLIS berusaha menciptakan suasana bebas berpendapat dengan selalu berinteraksi dengan

lingkungan serta aktivitas berpusat pada siswa. Hal ini membuat siswa lebih aktif, kreatif serta kritis dalam berpendapat. Dengan lingkungan

sebagai sumber belajar, konsep yang diajarkan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa karena akan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal.

F. Kerangka Pikir

Penelitian terhadap model tipe Children’s Learning In Science (CLIS) ini akan membentuk suatu konsep, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan

dan sampai pada hasil penelitian. Perolehan suatu data yang relevan memberikan suatu kejelasan terhadap perbaikan pendidikan di kelas,

pengaruhnya melebihi tingkat data yang masih keliru yang tampak pada kualitas penelitian.

Pembahasan penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa hasil

(46)

29

akan mencoba memperbaiki pendidikan kelas serta memperoleh hasil yang berbeda.

Perolehan pembelajaran IPA ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan penerapan model CLIS, aktivitas siswa ketika diterapkan model CLIS, dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model CLIS.

(47)

30 Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan

catatan lapangan. Pengumpulan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes tertulis. Instrumen yang digunkan adalah lembar observasi penyususnan RPP dan penerapan model CLIS, lembar observasi aktivitas

siswa, teknik dokumentasi dengan instrumen kamera, lembar catatan lapangan

Orientasi

Pemunculan Gagasan

CLIS

Penyusunan Ulang Gagasan

Penerapan Gagasan

Pemantapan Gagasan

Tujuan Pembelajaran

(48)

31

dan instrumen soal tes tertulis. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh

positif dengan Model Tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

H. Definisi Operasional Variabel

1. Model CLIS

Model pembelajaran tipe CLIS merupakan alternatif guru dalam melakukan pembelajaran dengan siswa untuk menumbuhkan gagasan siswa dalam berpendapat secara logis yang diperoleh dari pendekatan

langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan guru di SD N Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.

2. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan menggunakan model CLIS adalah adanya perbedaan dari Pre Test dan

(49)

32

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Kuasi eksperimen, dengan untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok kontrol

yang tidak diberikan perlakuan. Jenis penelitian ini digunakan pada pengaruh model pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS (Children’s Learning In Science)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi peneliti untuk melakukan penelitian. Menurut Sukardi (2005: 53) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan demikian, Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Krapyak

Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY, mulai tanggal 01 Mei 2016 sampai 31 Mei 2016 di Kelas V di SDN Krapyak Wetan terdiri dari dua

kelas yaitu kelas A, dan B. Penetapan tempat dalam penelitian ini dengan alasan kelas V belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian tentang pengaruh dari model pembelajaran IPA tipe CLIS.

C. Subjek Penelitian

Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan populasi atau universe adalah

(50)

33

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY yang terdiri dari:

Tabel 2. Daftar Keseluruhan Kelas V SDN Krapyak Wetan

No Kelas Jumlah Siswa

1 V A 24 Siswa

2 V B 25 Siswa

Jumlah 49 Siswa

Kemudian Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan sampel adalah sebagaian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel

adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini bersifat populatif. Zainal arifin, (2012: 217)

menyatakan bahwa Dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini, Kelas VA dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelas

VB dijadikan sebagai kelompok kontrol. Jumlah populasi penelitian ini adalah 49 siswa yang terdiri dari kelas VA sebanyak 24siswa dan kelas VB sebanyak

25 siswa. Jadi jumlah sampel penelitian yang pada akhirnya digunakan adalah seluruh siswa atau semua anggota populasi, dengan demikian penelitian ini bersifat populatif.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, variabel merupakan gejala fokus penelitian

(51)

34

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 2).

Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel

bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat. Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akbat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4).

Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini ada dua variabel yang

menjadi titik tolak perhatian, yaitu:

a. Variabel bebas (X) : pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS

b. Variabel terikat (Y): hasil belajar

Pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS dilakukan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol,

setalah melakukan kegiatan tersebut maka akan memperoleh hasil akhir berupa hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah pengumpulan data

merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian quasi eksperimen, karena proses ini menentukan baik tidaknya proses penelitian. Oleh Karena itu harus

(52)

35

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah, Observasi dan Tes.

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengamati cara guru menyampaikan pelajaran IPA dengan menggunakan model Pembelajaran IPA dengan Tipe

Children’s Learning In Science dan mengamati aktivitas guru dan siswa

dalam mengikuti pembelajaran IPA untuk kelompok eksperimen, dan

model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. b. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden (Zainal Arifin, 2012: 226). Tes

yang digunakan dalam penelitian ini sangat diharapkan jawaban tertulis langsung dari sampel yang penelitian ini.

Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yang mengacu pada aspek kognitif. Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test adalah tes

yang menuntut jawaban responden dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif. Tes bentuk uraian ini

(53)

36

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu

metode (Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Alat yang digunakan sebagai alat

ukur adalah:

1. Validitas Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk sebagai pedoman penilaian dalam proses pembelajaran, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Menurut Wina Sanjaya, (2011: 92-96)

ada beberapa instrumen observasi yang bisa digunakan dalam penelitian yaitu Chek List, Anecdotal Record, dan Ranting Scale. Dalam penelitian

ini lembar observasinya daftar cek dengan pilihan “ya” atau “tidak”

terhadap kemunculan aspek pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama perlakuan berlangsung sikap guru dan siswa selama

pembelajaran sangat penting untuk diamati. Dalam menentukan variabel yang diamati dan menyusun instrumen penelitian, perlu diingat bahwa semakin banyak obyek yang diamati maka pengamatan semakin sulit dan

hasil menjadi tidak teliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 273). Penyusunan lembar observasi ini dikonsultasikan kepada Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd.

Lembar observasi yang digunakan adalah observasi sikap guru dan siswa. Lembar observasi ini meliputi, lembar observasi untuk guru dan

(54)

37

Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru

No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah

1 Kegiatan Awal a,b,c,d,e, 5

2 Kegiatan Inti f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q, 12

3 Kegiatan Akhir r,s. 2

Jumlah 18

(Sub Aspek Terlampir Pada Lampiran 2. Instrumen Penelitian)

Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa

No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah

1 Antusias Siswa dalam

Mengikuti Pembelajaran

a,b,c,d,e, 5

2 Keterlibatan siswa/keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran

f,g,h,i,j,k,l,m,n 8

3 Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran

o,p 2

Jumlah 15

(55)

38

2. Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yaitu: tes berbentuk pilihan ganda yang disusun berdasarkan penduan

kisi-kisi instrumen tes yang telah disiapkan. Tes tertulis ini akan diberikan kepada siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan

tipe CLIS untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V. Instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya yang ingin diketahui. Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud sebelumnya.

Instrumen tes penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Soal tes yang akan digunakan pun untuk mengetahui apakah materi dari guru telah

dipahami oleh siswa. Soal yang sama diberikan pada pre test dan post test. Materi tes yang digunakan yaitu tentang sifat-sifat cahaya.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa materi

(56)

39

Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa

Standar Kompetensi 6, Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan penemuan

Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya

No

Indikator

No Soal Jumlah

Item

C1 C2 C3

1 Mendeskripsikan sumber cahaya

2, 9 2

2 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening beserta contoh penerapnya dalam kehidupan sehari-hari

4 5, 15 3

3 Mengidentifikasi benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya

7, 18 19 3

4 Membedakan macam-macam pemantulan cahaya

1, 3, 16

3

5 Mendeskripsikan sifat cahaya dapat dipantulkan

11 6, 10, 12, 20

8

(57)

percobaan-40

dikonsultasikan kepada dosen ahli IPA dari Fakultas Ilmu Pendidikan, yaitu Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Setelah instrumen tersusun peneliti melakukan uji coba instrumen sebagai syarat menguji validitas dan

reliabilitas instrumen.

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan SPSS for windows 16,0. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2008: 187) bahwa suatu butir

pertanyaan dinyatakan validapabila rtebel < r hitung, dimana df = n-2 dengan sig 5% atau 0,05. Sehingga dalam penelitian ini butir pertanyaan

dinyatakan valid apabila r hitung > dari r tabel atau r hitung > 0,291, selanjutnya item soal yang valid dapat digunakan sedangkan soal yang

tidak valid dihilangkan.

Dari data hasil uji coba instrumen tes di SD Negeri Krapyak Wetan tersebut maka peneliti menggunakan semua butir soal yang valid yang

berjumlah 20 soal yang akan diberikan kepada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.

Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom

Tingkat taksonomi No Soal

Pengetahuan/Ingatan 1, 2, 3, 11, 16.

Pemahaman 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 17, 18, 20

Aplikasi 5, 8, 15, 19.

Analisis -

Sintesis -

(58)

41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang

diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Sedangkan mardapi,

(Burhan Nurgiyantoro, 2011: 152) Menyatakan bahwa validitas adalah dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes.

Dalam penelitian ini, oleh karena instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan membaca pemahaman dengan mengkontruksi jawaban

sendiri, maka validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). “Validitas isi merupakan derajad yang menunjukkan bahwa

sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur” (Sukardi,

2011: 123). Materi sifat cahaya yang digunakan sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum yang dipakai, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas V di SD Negeri Krapyak Wetan.

Dalam pemberian tes di ujikan dengan 24 siswa yang sekelompok siswa itu bukan merupakan dari anggota subjek penelitian, pada uji soal

tes ditawarkan 25 soal yang akan di jawab siswa, Hanya 20 dari 25 soal yang valid dan akan dilanjutkan untuk pengambilan data. Pengambilan butir tes dilakukan secara acak dan perlakuan yang sama diberikan kepada

(59)

42 2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Kriteria kepercayaan tes menunjuk pada pengertian tes mampu mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu.

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan angka 1 dan 0, yaitu satu dengan simbol (1) bila benar dan nol dengan simbol (0) bila salah. (lihat pada lampiran 4. skor pre post hasil penelitian).

Perhitungan reliabilitas hanya dilakukan hanya pada instrumen tes. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikanto, 2010: 221).

Sumarna surapranata (2009: 114) menyatakan bahwa tidak ada

ukuran yang pasti mengenai berapa tinggi koefisien reliabilitas, namun untuk suatu penelitian dasar koefisien reliabilitas 0,7 sampai 0,8 dinyatakan sudah cukup tinggi. Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas

yang dipakai adalah ≥ 0,70. (lihat di lampiran 5. hasil uji validitas dan reliabilitas).

Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini, sama halnya dengan perhitungan validitas, yaitu dengan menggunakan SPSS for windows 16,0. Hasil uji coba reliabilitas yang diperoleh dari uji coba instrumen di SD

(60)

43

H. Uji Coba Instrumen

Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus memenuhi beberapa persyaratan. Untuk memenuhi baik tidaknya suatu instrumen perlu diadakan

uji coba instrumen. Dalam penelitian ini dilaksanakan uji coba observasi dan Tes. Observasi berbentuk pertanyaan terkait model, materi, dan media

pembelajaran sebanyak, 19 butir untuk observasi guru dan 15 untuk observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa, dan 20 butir soal evaluasi hasil belajar dengan nama pkaet A untuk kelas eksperimen dan

dengan nama paket B untuk kelas kontrol pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.

I. Teknik Analisis Data

Data hasil Observasi guru dan siswa dianalisis melalui tiga tahap, yaitu: Tahap deskripsi data, tahap uji prasyarat, dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskripsi Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat rangkuman distribusi data pre test dan post test dari hasil

statistic deskriptif program SPSS 16.0 for windows.

2. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahuiapakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

(61)

44

berdistribusi normal jika nilai taraf signifikan lebih besar 0,05 (p>5%) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

kolmogorov-Smirnov, yaitu:

Keterangan:

Kd: harga kolmogorov-smirnov

N1: jumlah sampel yang diobservasi

N2: jumlah sampel yang diharapkan.

(Sugiyono, 2010: 159).

One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test

(62)

45 menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Rumus

yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus levene dengan menggunakan bantuan jasa komputer program SPSS versi 16.0 for

windows.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian homogenitas ini yaitu, apabila nilai uji levene lebih kecil dari nilai tabel. Atau nilai

sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat homogen atau memiliki kesamaan.

Apabila nilai uji levene lebih besar dari nilai tabel, atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka populasi dalam kelompok bersifat tidak homogen.

One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test

(63)

46

Perhatikan tabel 9 berikut ini merupakan hasil dari uji homogenitas.

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas

3. Tahapan Pengujian Hipotesis

Melihat tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan model CLIS

dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan dan besarnya pengaruh penggunaan model CLIS maka, uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Uji t ini digunakan karena

untuk membandingkan kedua mean dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga diketahui perbedaan

peningkatan hasil belajar antara kedua kelompok. Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

________

n (n-1)

Te st of Homogeneity of Variances

(64)

47

Keterangan:

MA & Ma= masing-masing adalah mean dari kelompok kontrol dan mean dari kelompok eksperimen.

∑ (D-MD = jumlah kuadrat deviasi dari mean perbedaan

n= jumlah replikasi (Sutrisno Hadi, 2004: 491).

Perhatikan Hasil dari pre test dan post test kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test

(65)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Beberapa data yang diperoleh di ambil dari hasil penelitian. Data-data tersebut meliputi Data-data hasil pre test dan post test siswa kelas kontrol

dan data hasil belajar pre test dan post test kelas eksperimen, selain itu diperoleh data pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk

mengetahui kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data-data tersebut dari sampel penelitian kelas eksperimen 24 dan

sampel kelas kontrol yaitu 25 sampel.

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Model CLIS (Children’s

Learning In Science)

Pelaksanaan pembelajaran dengan model CLIS (Children’s Learning In Science) dengan tahapan-tahapan yang telah dilakukan

yaitu Orientasi, pemunculan gagasan, pertukaran gagasan dengan

situasi konflik dan kontruksi gagasan baru, penerapan gagasan, dan tahapan pemantapan gagasan.

a. Orientasi: interkasi yang dilakukan Guru yaitu menjelaskan tujuan dan hasil belajar yang ingin dicapai, kemudian menunjukkan pentingnya topik dalam kegiatan belajar. Kemudian dilengkapi

guru dengan mengajukan pertanyaan dari pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa.

(66)

49 c. 3a. Pertukaran Gagasan

Dilakukan perlakuan Guru memberikan aba-aba untuk siswa supaya mendiskusikan jawaban atas pertanyaan dalam

kelompok masing-masing. 3b. Situasi Konflik

Dalam situasi konflik ini guru mengontrol aktivitas siswa dengan pemberian perlakuan yang sama pada kelompok eksperimen dan melakukan pembimbingan terhadapat siswa atas

kegiatan percobaan 1 dan percobaan 2 di lembar kerja siswa 1. 3c. Kontruksi Gagasan Baru

Guru Telah melakukan pembimbingan lanjutan dari situasi konflik dalam kontruksi gagasan baru ini yaitu membimbing siswa yang kurang menegerti dengan teknik bertanya “probling”.

d. Penerapan Gagasan: dengan menentukan jawaban yang tepat berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

e. Pemantapan Gagasan : dilakukan dalam 2 pokok yaitu:

1) Membimbing siswa untuk membuat keismpulan dari permasalahan yang dibahas.

2) Meyakinkan jawaban dari siswa dengan menentukan data-data yang relevan.

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Gambar

Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom Tingkat taksonomi No Soal
Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
+6

Referensi

Dokumen terkait