PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE
CLIS (
CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE
) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Indra Pratama NIM 12108249047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE
CLIS (
CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE
) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Indra Pratama NIM 12108249047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
“Sesuatu yang positif yang sudah diakui, jangan takut untuk mencobanya. Sama
halnya seperti alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk keperluan hidup
hamba-hambanya. (Indra Pratama).
“Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan
dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak, terima kasih atas do’a, kasih sayang, dukungan, dorongan dan perhatian yang penuh cinta selama ini diberikan.
2. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan segenap dukungan,
perhatian dan kepedulian.
3. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan semangat dan perhatian.
4. Pemerintah Daerah Aceh Singkil yang telah memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan untuk putra daerah.
5. Almamater S1 PGSD Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN
SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”
Oleh Indra Pratama NIM 12108249047
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif Model Pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan yang berjumlah 49 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes. Teknik analisis data terdiri atas 3 tahap, tahap deskripsi data, tahap uji prasyaratan analisis (uji homogenitas), dan tahap pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan mean yang diperoleh kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu mean yang diperoleh kelompok eksperimen dari 59,4 menjadi 60,2, dan rata-rata pre post kelompok kontrol 56,00 menjadi 58,4. Perbedaan mean kedua kelompok tersebut kemudian di uji dengan menggunakan uji-t, hasil pengujian dengan uji t pre test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar 0,659 dan sig 0,517. Nilai sig menyatakan < 0,01, dan hasil pengujian dengan uji t post test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar -1,729 dan sig 0,097 nilai sig menyatakan > 0, 01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta.
viii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam peneliti sampaikan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan pujian dan lancar alhamdulillah..
Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak internal
maupun eksternal akademik. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
mempelancar proses penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, yang telah
memberikan motivasi dan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi. 4. Direktorat jendral pendidikan tinggi yang bekerja sama dengan Dinas
Pendidikan Aceh Singkil, yang telah memberikan kesempatan untuk menimba
ilmu di tanah pendidikan ini.
5. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 8
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8
2. Model Pembelajaran IPA ... 9
3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 11
4. Komponen Utama CLIS ... 11
5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 14
6. Keunggulan dan Keterbatasannya ... 16
B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 16
C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 18
1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA ... 18
2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar ... 19
3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar ... 21
D. Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 21
E. Penelitian Yang Relevan ... 26
F. Kerangka Pikir ... 28
G. Hipotesis ... 31
H. Definisi Operasional Variabel ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
xii
C. Subjek Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Instrumen Penelitian ... 36
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41
H. Uji Coba Instrumen ... 43
I. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran CLIS ... 48
2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional ... 49
3. Deskripsi Instrumen Penelitian ... 50
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen ... 54
1. Deskripsi Pelaksanaan Pre Test Siswa Kelas Eksperimen... 54
2. Deskripsi Pelaksanaan Post Test Siswa Kelas Eksperimen ... 56
3. Deskripsi Hasil Penelitian Kelas Kontrol ... 60
a. Deskripsi Data Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 60
b. Deskripsi Data Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 61
C. Uji Hipotesis ... 64
1. Uji Prasyarat ... 64
a. Uji Homogenitas Varians ... 64
xiii
c. Uji Hipotesis ... 67
1) Uji t Pre Test Eksperimen dan Kontrol ... 67
2) Uji t Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 69
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS ... 14
Tabel 2. Daftar Keseluruhan kelas V SDN Krapyak Wetan ... 33
Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru ... 37
Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa ... 37
Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa ... 39
Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom ... 40
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 44
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 45
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas ... 46
Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test ... 47
Tabel 11. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 47
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 55
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Eksperimen... 58
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol... 60
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 63
Tabel 16. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 65
Tabel 17. Uji normalitas data hasil belajar... 66
Tabel 18. Uji t pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar ... 30
Gambar 2. Diagram batang hasil belajar pre test kelas eksperimen ... 55
Gambar 3. Diagram batang hasil belajar post test kelas eksperimen ... 59
Gambar 4. Diagram batang hasil belajar pre test kelas kontrol ... 61
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran ... 80
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 95
Lampiran 3 Dokumentasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 121
Lampiran 4 Hasil Penelitian ... 127
Lampiran 5 Skor Pre Post Hasil Test ... 144
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 154
Lampiran 7 Frequensi dan Uji T KE dan KK ... 159
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Konteks Kurikulum adalah salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, di dalam sistem pendidikan kurikulum
berfungsi sebagai pedoman utama yang memberikan arah dan tujuan bagi pendidikan. Disamping itu, kurikulum juga berfungsi mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya, maka proses pengembangannya juga harus memerhatikan segala
aspek yang terdapat pada peserta didik.
Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak
kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, 1990: 10).
Kurikulum sekolah menciptakan pengalaman dan kegiatan siswa
didalam pembelajaran, maka untuk memahaminya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, dan memperhatikan bagaimana
proses pembelajaran peserta didik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Peserta didik adalah sasaran utama di dalam pembelajaran, pembelajaran yang dimaksud yaitu pembelajaran yang melibatkan antara guru dengan siswa atau
siswa dengan guru. Pembelajaran ini berperan sebagai timbal balik berantai yang akan mensukseskan pendidikan. Guru tidak hanya sebagai pemateri
2
yang efektif, Dapat dilihat dari usaha guru yang berperan aktif dan tanggap dalam mengelola pembelajaran.
Dalam perkembangan yang membantu keberhasilan pendidikan
terlaksana di dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, yang akan diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi pula interaksi antara kondisi-kondisi internal dan eksternal.
Model pembelajaran berperan penting untuk keberhasilan
pembelajaran, Model pembelajaran tidak selalu tepat pada semua mata pelajaran. Mata pelajaran yang di pilih pun harus sesuai dengan model
pembelajaran yang di ambil, tidak boleh sembarang mencocokkan antara model dengan mata pelajaran tanpa memperhatikan kesahihannya.
Media merupakan daya tarik perhatian peserta didik, yang digunakan
untuk media harus menarik perhatian siswa agar tidak sibuk sendiri. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat menarik
minat siswa untuk belajar.
Sains ( Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran
di Sekolah Dasar khususnya di Kelas V. James Conant, (1997: 14) mendefinisikan sains sebagai Suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil
3
Pendidikan IPA di SD hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan
bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan
anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.
Persoalan pembelajaran IPA di SD pada khususnya tertindihnya pola pikir anak terhadap konsepsi, konsep yang diajarkan guru tidak cukup hanya
diberikan begitu saja. Perubahan konsep perlu diberikan kesempatan kepada anak untuk membangkitkan penjelasan ilmiah dengan cara anak didorong
untuk mengembangkan cara berfikir logis agar alasan yang dikeluarkan bersifat hakiki dan praktis.
Model Children’s Learning In Science (CLIS) tentunya sesuatu yang
diajarkan itu akan berdampak pada sasaran. Apabila Model CLIS diterapkan, pengaruh yang diperoleh dari pembelajaran tersebut adalah hasil belajar yang meningkat. Pemberian materi sifat-sifat cahaya akan memberikan pengetahuan
kepada siswa, begitu juga dengan pembelajaran yang memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa. Namun, masalahnya dari sistem data
tertulis belum ditemukan pengaruh positif pada siswa, mungkin dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan model CLIS akan memberikan data yang dapat disimpulkan bahwa pengaruh suatu pembelajaran dengan model
4
Informasi yang dibagikan oleh Guru inisial P kelas V SDN Krapyak Wetan, bahwa kelas V dalam melakukan pembelajaran IPA dengan Model Tipe CLIS dalam satu kali semester tidak pernah digunakan. Secara umum
diketahui bahwa pelaksanaan model tipe CLIS tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap siswa antara kelompok yang tidak diberi
perlakuan yaitu kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan kelompok eksperimen, dapat di prediksi dari konsep dan cara pelaksanaannya. Selanjutnya Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, diperoleh
temuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu: (1) pembelajaran yang dilakukan guru masih kekurangan pengetahuan mengenai model pembelajaran
dan (2) siswa masih ada yang pasif dalam pembelajaran. Kelemahan tersebut menyebabkan nilai rata-rata hasil evaluasi mata pelajaran IPA rendah yaitu 58,46.
Pengetahuan itu memberikan hasil yang berbeda-beda walaupun menggunakan eksperimentasi yang sama. Kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. (Winaputra, 1992: 123).
Harapan anak pada umumnya adalah bersikap ilmiah didalam
berinteraksi sesuai karakter yang dimilikanya. Bagian ini menunjukkan bahwa Sains merupakan salah satu inisiatif utama untuk membangun karakter ilmiah siswa.
5
terhadap apa yang mereka sampaikan berakibat mental yang belum kuat dalam menyampaikan pendapatnya dengan reaksi pengikut dan lebih kepada pasif.
Jadi pembelajaran IPA di kelas tinggi khususnyaa siswa kelas V
termasuk dalam kategori belum optimal. Dibuktikan dari karakteristik para siswa dalam berinteraksi dengan temannya, adanya sikap ketidak pedulian
antar teman, ragu-ragu dalam menolong dan bila ada teman kesusahan masih ada yang menertawakan. Selain itu dapat dilihat dari pemahaman siswa pada Alam. Dibuktikan dengan pengetahuan siswa terhadap lingkungan sekitar,
kurang menyadari kegunaan alam untuk kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Menurut uraian latar belakang masalah diatas, menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang muncul diantaranya :
1. Belum tercapainya pembelajaran sains yang dibuktikan dari hasil belajar
IPA siswa yang belum memenuhi KKM (>70)
2. Penggunaan model pembelajaran yang belum optimal, disebabkan kurangnya pengalaman guru mengenai model pembelajaran IPA
3. Kurangnya penekanan guru terhadap tujuan pembelajaran yang disampaikan, karena terpokus pada materi yang disampaikan
4. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi, tampak pada siswa yang masih ragu-ragu dalam mengeluarkan pendapatnya
5. Hasil belajar sains siswa kelas V belum optimal, karena tampak pada hasil
6
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang dikemukakan bahwa tidak semua masalah diselesaikan karena keterbatasan dari peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini
dibatasi pada Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe Children’s Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Krapyak Wetan.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Krapyak
Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
manfaat diantaranya: 1. Bagi Siswa
a. Sebagai usaha untuk membuat siswa membangun kembali pengetahuan
yang telah dimilikinya
7
c. Sebagai pendorong siswa belajar agar memberikan hasil yang baik. 2. Bagi Guru
a. Memberikan manfaat bagi guru menambahkan kreativitasnya dan
mengembangkan cara mengajarnya dengan menggunakan model CLIS agar membantu siswa berpikir kritis.
b. Sebagai pengenalan kepada guru agar menggunakan model CLIS yang akan dicocokkan pada pelajaran sains
c. Sebagai masukan kepada guru dalam rangka memberikan kualitas
proses hasil belajar pada sains dan model CLIS. 3. Bagi Sekolah
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran bisa diartikan dengan istilah sebagai gaya atau
strategi yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam aplikasinya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup
beberapa prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai.
Pengertian model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur
pembelajaran yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Menurut Tytler (Usman Samatowa, 2010: 57) menyatakan bahwa
setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu: (a) menggali gagasan siswa, (b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut,
kemudian (c) merefleksikannya secara eksplisit.
Jadi model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau
model pembelajaran identik dengan istilah strategi untuk menggali gagasan siswa, mengklarifikasi dan mengembangkan gagasan tersebut, kemudian merefleksikkannya secara eksplisit. Model pembelajaran dan
strategi merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri
9
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2. Model Pembelajaran IPA
Masa kini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Salah satu pembelajaran
yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA.
Model pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivis ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Disarankan oleh Bell, (1993:16) agar pengetahuan siswa yang diperoleh
dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa dalam sasaran pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila Guru tidak mempedulikan konsepsi atau pengetahuan
awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.
Menurut pandangan kontruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi
10
Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun
pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentuk model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan saat model pembelajaran yang
disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.
Pembentukan sistem konseptual bukan dengan cara memasangkan
(match) dengan kenyataan di alam, melainkan dengan mencocokkan (fit) dengan kenyataan. Model konstruktivis menekankan pandangan
instrumental tentang pengetahuan atau sistem konseptual. Pada proses pembentukannya sistem konseptual mengalami pengujian secara terus-menerus. Menurut Usman Samatowa, (2010: 64) Kerangka konseptual
atau sistem konseptual IPA biasanya terdiri atas konsep-konsep. Pandangan hubungan-hubungan bermakna antar konsep-konsep yang dipelajari dengan yang telah ada. Karena itu pembentukan sistem
konseptual IPA haruslah melalui hubungan kebermaknaan antar konsep yang telah dipelajari.
Hubungan bermakna ini dapat bersifat superordinat, subordinat, dan koordinat, sesuai dengan ruang lingkup konsep IPA yang dapat lebih luas, lebih sempit atau sama luas. Jadi hubungannya dapat bersifat vertikal
11
3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s Learning In
Science)
Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In
Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver dan Tytler (Usman
Samatowa, 2010: 74). Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS
oleh Driver (Usman Samatowa, 2010: 74) di beri nama General Structure Of a Contructivist Teaching Sequence, sedangkan Tytler (Usman
Samatowa, 2010: 74) menyebutnya Constructivism and Conceptual
Change Views Of Learning In Science.
Model pembelajaran tipe ini kegiatannya berkelompok kecil di
dalam kelas, kelas yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan menyelesaikan tugas yang sama dan mungkin berbeda dari kreativitas gurunya. Interaksi didalam model ini sangat membutuhkan banyak orang
untuk menjalankan fungsinya, fungsinya model ini merupakan komponen utama yang akan menyelesaikan jalannya urutan pembelajaran model CLIS ini.
4. Komponen Utama CLIS
Model CLIS ada lima tahap utama, memiliki urutan pembelajaran yakni:
a. Orientasi
b. Permunculan gagasan c. Penyusunan ulang gagasan
12
Tahap penyusunan ulang gagasan masih dibedakan atas tiga bagian, yaitu pengungkapan dan pertukaran gagasan, Pembukaan pada situasi konflik dan konstruksi gagasan baru dan evaluasi.
a) Orientasi
Orientasi merupakan upaya guru untuk memusatkan
perhatian siswa, misalnya dengan menyebutkan dan mempertontonkan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.
Upaya mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan fenomena lingkungan (misalnya produk teknologi) juga merupakan salah satu
kegiatan dalam penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat.
b) Permunculan Gagasan
Permunculan gagasan merupakan upaya untuk memunculkan konsepsi awal siswa. Misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan apa saja yang telah diketahui tentang topik
pembicaraan, atau dengan menjawab beberapa pertanyaan uraian terbuka. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi
pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini juga dilakukan melalui wawancara informal.
c) Penyusunan Ulang Gagasan
13
memperjelas dan mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua (permunculan gagasan) dalam
kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi tersebut kepada seluruh kelas. Guru tidak
membenarkan atau menyalahkan.
Pada tahap pembukaan ke situasi konflik siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang
dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsep ilmiah
yang ada dalam buku teks atau hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan.
Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan untuk
mencocokan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagsan baru. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan observasi, kemudian
mendiskusikannya dengan kelompoknya.
d) Penerapan Gagasan
Pada tahap ini siswa diminta menjawab pertanyaan yang disusun untuk menerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan siswa melalui percobaan atau observasi ke dalam
14
memecahkan masalah yang ada di lingkunga, misalnya isu yang berkaitan dengan topik pernapasan adalah mewabahnya influenza, isu kanker paru-paru sebagai penyakit yang menimbulkan
kematian, dan adanya orang yang meninggal karena menggali sumur.
e) Pemantapan Gagasan
Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan
demikian, diharapkan siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah sadar akan mengubah konsepsi awalnya
menjadi konsepsi ilmiah. Pada kesempatan ini dapat juga diberi kesempatan membandingkan konsep ilmiah yang sudah disusun dengan konsep awal pada tahap b.
5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s
Learning In Science)
Contoh model CLIS untuk konsep pernapasan di kelas IV Caturwulan
15
Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan
1. Orientasi Menunjukkan Kantung Kresek Warna Hitam dan Mengajukan Pertanyaan: “jika kantung ini dipasang ke kepala ibu/ pak guru, apa yang akan
16
6. Keunggulan dan Keterbatasannya
Kejelasan setiap tahap dalam CLIS tidak selalu mudah
dilaksanakan, walaupun semula direncanakan dengan baik. Kesulitan ini
terutama untuk pindah dari satu fase ke fase lainnya, terutama dari pertukaran gagasan siswa, sehingga jika hal ini terjadi, tentunya siswa
akan kembali kepada konsepsi awal (yang memang sulit diubah).
Demikian pembahasan tentang model-model pembelajaran serta contohnya telah diuraikan di depan, mudah-mudahan dapat membekali
para guru SD dalam tugas kesehariannya. Dari berbagai model pembelajaran, model pembelajaran kognitif sangat cocok untuk
pembelajaran IPA, khususnya model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivis. Model pembelajaran konstruktivis memili karakteristik tertentu, semuanya melibatkan proses berpikir. Walaupun terdapat banyak
model pembelajaran IPA, model pembelajaran CLIS sangat menarik dicobakan di sekolah dasar secara realita dengan berlandasakan konstruktivis, sejumlah model pembelajaran telah dikembangkan secara
khusus untuk kelas-kelas tertentu di sekolah dasar yang sudah melalui tahap uji coba.
B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Kelas Tinggi
WHO, (Sunarto dan Agung Hastono, 2013: 57) membagi usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 dan remaja akhir 15-20 tahun. Jadi
17 1. Kepribadian sudah mulai mandiri
Kepribadian sudah mulai mandiri, yaitu kepribadian yang mencoba dengan hal-hal yang baru, dan akan tertarik pada yang belum pernah
dirasakan anak.
2. Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi
Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi, yaitu mulainya terbentuk sikap kepercayaan diri anak terhadap suatu keputusan yang dikeluarkan atas dasar mempertanggungjawabkan hal-hal yang ingin
disampaikan anak. 3. Toleransi
Yaitu Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya di pandang dari dirinya sendiri, tetapi juga dilihat dari diri orang lain.
4. Sudah mulai menunjukkan sikap yang kritis dan rasional
Yaitu terbentuknya pola pikir anak terhadap hal-hal yang diperhatian dengan menganalisa setiap apa yang di lihat dengan cara memprediksi.
5. Sudah bisa merepleksi diri sendiri
Yaitu sudah bisa menempatkan diri dengan memperhatikan situasi
18
C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup pembelajaran IPA di usia sekolah dasar
menggunakan materi sifat-sifat cahaya diberikan khususnya pada kelas V terdapat dua dimensi yaitu:
a. Kerja Ilmiah
Pendidikan IPA menekakan pada pemberian belajar langsung.
Hal ini dijelaskan dalam Effendi dan Malihah, (2007: 120) bahwa
”pendidikan sains (IPA) menekankan pada pengalaman secara
langsung”. Dalam pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan
sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan
sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya
dan alam sekitar. Kerja ilmiah sains (IPA) dalam kurikulum SD terdiri
dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas
dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.
b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya
Adapun dimensi pemahaman konsep dan penerapannya mencakup:
1. Sifat-sifat cahaya, yang terdiri dari cahaya merambat lurus, cahaya
dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat
menembus benda bening.
19
a) Cahaya merambat lurus tidak dapat menghasilkan cahayanya
sendiri seperti kayu, batu tembok, dan sebagainya yang
termasuk benda gelap.
b) Cahaya dapat dipantulkan
Pemantulan cahaya terdiri atas pemantulan baur dan
pemantulan teratur.
c) Cahaya dapat dibiaskan
Pembiasan adalah sebuah peristiwa pembelokan arah
rambat cahaya, cahaya merambat dengan melalui 2 zat yang
mempunyai kerapatan yang berbeda. Apabila terdapat cahaya
datang dari zat yang mempunyai kerapatan yang kurang
menuju ke zat yang mempunyai kerapatan yang lebih, maka
cahaya itu akan dibiaskan mendekati garis normal.
d) Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya matahari dapat masuk kerumah dengan menembus
jendela yang berjenis kaca bening.
2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar
IPA untuk Sekolah Dasar sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi
pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak?
Oleh Karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan
dengan struktur kognitif ilmuan, pada hal mereka perlu diberikan
20
yang perlu dimodifikasi sesusai dengan tahap perkembangan
kognitifnya.
Berdasarkan permasalahan yaitu tidak pernah mengenal model
pembelejaran CLIS dalam pembelajaran di kelas, tujuan pembelajaran
IPA di usia Sekolah Dasar kelas tinggi sebagai berikut:
a. Untuk Mengenalkan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS Pada
Sekolah Dasar
b. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
c. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan
melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah
d. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam
e. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
f. Lebih jauh diungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari
menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar
diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi
21
3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar
Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini efisiensi pengalaman langsung pada pada anak tergantung pada konsistensi
antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Piaget (Usman Samatowa, 2010: 5) Mengatakan bahwa
pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun.
Jadi berdasarkan strategi langsung ini anak akan siap untuk
mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan
kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.
D. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik, (2001: 159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan
tingkah laku siswa. Lalu Menurut Nasution, (2006: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru. Tes yang diberikan pun sebagai hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
22
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Kognitif siswa kelas V sudah mulai terasah dan menerima pembelajaran yang diberikan. Nemun, masih kurang efektif dan diterima secara konsisten oleh siswa. Kemudian sikap siswa tidak menentu dalam menerima setiap
materi pembelajaran yang diberikan guru, berkelanjutan dengan keterampilan yang ditunjukkan siswa sudah mulai tampak dan berekspresi dengan
berkomunikasi terhadap guru dan teman sebayanya. Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan, (2009: 1-2) adalah
sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif
23 3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Santoso, 2013: 5)
mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
24
Sedangkan Menurut Horward Kingsley bahwa: Tiga macam hasil belajar yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi bahan yang telah
ditetapkan oleh dalam kurikulum.
Dari evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik
apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini yaitu:
1. Prinsip Keseluruhan
Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan
secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya
menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata
pelajaran IPA, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan
25
Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran
evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara
berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau
perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga
sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah
apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut
bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung
26
sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih
jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu”
dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya
menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap
masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
E. Penelitian Yang Relevan
Solusi yang dapat ditawarkan untuk permasalahan tersebut adalah
penggunaan model pembelajaran yang bisa diterapkan sebagai salah satu inovasi pembelajaran IPA. Salah satunya adalah model pembelajaran
belajar IPA CLIS (Children Learning In Science). “Usman Samatowa, (2010: 74) menyatakan bahwa model pembelajaran Children Learning In Science
(CLIS) termasuk dalam model yang menganut pandangan kontruktivisme. Model ini dikembangkan oleh Driver di Inggris tahun 1998. Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS oleh Driver diberi nama General Structure
27
Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil
pengamatan dan percobaan. Tujuan pembelajaran CLIS adalah meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa yang dilandasi
pandangan kontruktivisme dengan memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa sebagai sumber belajar. (Handayani, 2004: 40). Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CLIS adalah situasi belajar yang terbuka
dan kesempatan bertanya secara bebas. Kemudian Seperti Judul Skripsi dari Universitas Pendidikan Ganesha yang saya beri kode penelitian 1 dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu”. Sementara peneliti sendiri memberi symbol 2 pada penelitiannya sendiri dan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd N Krapyak Wetan”.
Jadi adapun perbedaan dari penelitian 1 dengan penelitian 2 adalah,
penelitian 1 dilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar, dengan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan
kelompok konvensional, dan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014. Kemudian penelitian 2 dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan yang memberikan perbedaan hasil antara pre post kelompok
28
kontrol dengan post kontrol dan antara pre eksperimen dengan post eksperimen.
Model pembelajaran CLIS memiliki karakteristik yaitu, dilandasi
oleh pandangan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa, melakukan aktivitas handson/mind-on, dan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Pembelajaran dengan menerapkan model CLIS berusaha menciptakan suasana bebas berpendapat dengan selalu berinteraksi dengan
lingkungan serta aktivitas berpusat pada siswa. Hal ini membuat siswa lebih aktif, kreatif serta kritis dalam berpendapat. Dengan lingkungan
sebagai sumber belajar, konsep yang diajarkan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa karena akan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal.
F. Kerangka Pikir
Penelitian terhadap model tipe Children’s Learning In Science (CLIS) ini akan membentuk suatu konsep, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
dan sampai pada hasil penelitian. Perolehan suatu data yang relevan memberikan suatu kejelasan terhadap perbaikan pendidikan di kelas,
pengaruhnya melebihi tingkat data yang masih keliru yang tampak pada kualitas penelitian.
Pembahasan penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa hasil
29
akan mencoba memperbaiki pendidikan kelas serta memperoleh hasil yang berbeda.
Perolehan pembelajaran IPA ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan penerapan model CLIS, aktivitas siswa ketika diterapkan model CLIS, dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model CLIS.
30 Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan
catatan lapangan. Pengumpulan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes tertulis. Instrumen yang digunkan adalah lembar observasi penyususnan RPP dan penerapan model CLIS, lembar observasi aktivitas
siswa, teknik dokumentasi dengan instrumen kamera, lembar catatan lapangan
Orientasi
Pemunculan Gagasan
CLIS
Penyusunan Ulang GagasanPenerapan Gagasan
Pemantapan Gagasan
Tujuan Pembelajaran
31
dan instrumen soal tes tertulis. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh
positif dengan Model Tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
H. Definisi Operasional Variabel
1. Model CLIS
Model pembelajaran tipe CLIS merupakan alternatif guru dalam melakukan pembelajaran dengan siswa untuk menumbuhkan gagasan siswa dalam berpendapat secara logis yang diperoleh dari pendekatan
langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan guru di SD N Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.
2. Hasil Belajar IPA
Hasil belajar yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan menggunakan model CLIS adalah adanya perbedaan dari Pre Test dan
32
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Kuasi eksperimen, dengan untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok kontrol
yang tidak diberikan perlakuan. Jenis penelitian ini digunakan pada pengaruh model pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS (Children’s Learning In Science)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi peneliti untuk melakukan penelitian. Menurut Sukardi (2005: 53) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan demikian, Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Krapyak
Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY, mulai tanggal 01 Mei 2016 sampai 31 Mei 2016 di Kelas V di SDN Krapyak Wetan terdiri dari dua
kelas yaitu kelas A, dan B. Penetapan tempat dalam penelitian ini dengan alasan kelas V belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian tentang pengaruh dari model pembelajaran IPA tipe CLIS.
C. Subjek Penelitian
Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan populasi atau universe adalah
33
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY yang terdiri dari:
Tabel 2. Daftar Keseluruhan Kelas V SDN Krapyak Wetan
No Kelas Jumlah Siswa
1 V A 24 Siswa
2 V B 25 Siswa
Jumlah 49 Siswa
Kemudian Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan sampel adalah sebagaian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel
adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini bersifat populatif. Zainal arifin, (2012: 217)
menyatakan bahwa Dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini, Kelas VA dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelas
VB dijadikan sebagai kelompok kontrol. Jumlah populasi penelitian ini adalah 49 siswa yang terdiri dari kelas VA sebanyak 24siswa dan kelas VB sebanyak
25 siswa. Jadi jumlah sampel penelitian yang pada akhirnya digunakan adalah seluruh siswa atau semua anggota populasi, dengan demikian penelitian ini bersifat populatif.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, variabel merupakan gejala fokus penelitian
34
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 2).
Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel
bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat. Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akbat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4).
Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini ada dua variabel yang
menjadi titik tolak perhatian, yaitu:
a. Variabel bebas (X) : pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS
b. Variabel terikat (Y): hasil belajar
Pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS dilakukan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol,
setalah melakukan kegiatan tersebut maka akan memperoleh hasil akhir berupa hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah pengumpulan data
merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian quasi eksperimen, karena proses ini menentukan baik tidaknya proses penelitian. Oleh Karena itu harus
35
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah, Observasi dan Tes.
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengamati cara guru menyampaikan pelajaran IPA dengan menggunakan model Pembelajaran IPA dengan Tipe
Children’s Learning In Science dan mengamati aktivitas guru dan siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPA untuk kelompok eksperimen, dan
model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. b. Tes
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden (Zainal Arifin, 2012: 226). Tes
yang digunakan dalam penelitian ini sangat diharapkan jawaban tertulis langsung dari sampel yang penelitian ini.
Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yang mengacu pada aspek kognitif. Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test adalah tes
yang menuntut jawaban responden dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif. Tes bentuk uraian ini
36
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu
metode (Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Alat yang digunakan sebagai alat
ukur adalah:
1. Validitas Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk sebagai pedoman penilaian dalam proses pembelajaran, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Menurut Wina Sanjaya, (2011: 92-96)
ada beberapa instrumen observasi yang bisa digunakan dalam penelitian yaitu Chek List, Anecdotal Record, dan Ranting Scale. Dalam penelitian
ini lembar observasinya daftar cek dengan pilihan “ya” atau “tidak”
terhadap kemunculan aspek pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama perlakuan berlangsung sikap guru dan siswa selama
pembelajaran sangat penting untuk diamati. Dalam menentukan variabel yang diamati dan menyusun instrumen penelitian, perlu diingat bahwa semakin banyak obyek yang diamati maka pengamatan semakin sulit dan
hasil menjadi tidak teliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 273). Penyusunan lembar observasi ini dikonsultasikan kepada Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd.
Lembar observasi yang digunakan adalah observasi sikap guru dan siswa. Lembar observasi ini meliputi, lembar observasi untuk guru dan
37
Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru
No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah
1 Kegiatan Awal a,b,c,d,e, 5
2 Kegiatan Inti f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q, 12
3 Kegiatan Akhir r,s. 2
Jumlah 18
(Sub Aspek Terlampir Pada Lampiran 2. Instrumen Penelitian)
Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa
No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah
1 Antusias Siswa dalam
Mengikuti Pembelajaran
a,b,c,d,e, 5
2 Keterlibatan siswa/keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
f,g,h,i,j,k,l,m,n 8
3 Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran
o,p 2
Jumlah 15
38
2. Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yaitu: tes berbentuk pilihan ganda yang disusun berdasarkan penduan
kisi-kisi instrumen tes yang telah disiapkan. Tes tertulis ini akan diberikan kepada siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan
tipe CLIS untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V. Instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya yang ingin diketahui. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud sebelumnya.
Instrumen tes penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Soal tes yang akan digunakan pun untuk mengetahui apakah materi dari guru telah
dipahami oleh siswa. Soal yang sama diberikan pada pre test dan post test. Materi tes yang digunakan yaitu tentang sifat-sifat cahaya.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa materi
39
Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa
Standar Kompetensi 6, Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan penemuan
Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya
No
Indikator
No Soal Jumlah
Item
C1 C2 C3
1 Mendeskripsikan sumber cahaya
2, 9 2
2 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening beserta contoh penerapnya dalam kehidupan sehari-hari
4 5, 15 3
3 Mengidentifikasi benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya
7, 18 19 3
4 Membedakan macam-macam pemantulan cahaya
1, 3, 16
3
5 Mendeskripsikan sifat cahaya dapat dipantulkan
11 6, 10, 12, 20
8
percobaan-40
dikonsultasikan kepada dosen ahli IPA dari Fakultas Ilmu Pendidikan, yaitu Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Setelah instrumen tersusun peneliti melakukan uji coba instrumen sebagai syarat menguji validitas dan
reliabilitas instrumen.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan SPSS for windows 16,0. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2008: 187) bahwa suatu butir
pertanyaan dinyatakan validapabila rtebel < r hitung, dimana df = n-2 dengan sig 5% atau 0,05. Sehingga dalam penelitian ini butir pertanyaan
dinyatakan valid apabila r hitung > dari r tabel atau r hitung > 0,291, selanjutnya item soal yang valid dapat digunakan sedangkan soal yang
tidak valid dihilangkan.
Dari data hasil uji coba instrumen tes di SD Negeri Krapyak Wetan tersebut maka peneliti menggunakan semua butir soal yang valid yang
berjumlah 20 soal yang akan diberikan kepada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.
Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom
Tingkat taksonomi No Soal
Pengetahuan/Ingatan 1, 2, 3, 11, 16.
Pemahaman 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 17, 18, 20
Aplikasi 5, 8, 15, 19.
Analisis -
Sintesis -
41
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang
diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Sedangkan mardapi,
(Burhan Nurgiyantoro, 2011: 152) Menyatakan bahwa validitas adalah dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes.
Dalam penelitian ini, oleh karena instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan membaca pemahaman dengan mengkontruksi jawaban
sendiri, maka validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). “Validitas isi merupakan derajad yang menunjukkan bahwa
sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur” (Sukardi,
2011: 123). Materi sifat cahaya yang digunakan sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum yang dipakai, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas V di SD Negeri Krapyak Wetan.
Dalam pemberian tes di ujikan dengan 24 siswa yang sekelompok siswa itu bukan merupakan dari anggota subjek penelitian, pada uji soal
tes ditawarkan 25 soal yang akan di jawab siswa, Hanya 20 dari 25 soal yang valid dan akan dilanjutkan untuk pengambilan data. Pengambilan butir tes dilakukan secara acak dan perlakuan yang sama diberikan kepada
42 2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Kriteria kepercayaan tes menunjuk pada pengertian tes mampu mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu.
Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan angka 1 dan 0, yaitu satu dengan simbol (1) bila benar dan nol dengan simbol (0) bila salah. (lihat pada lampiran 4. skor pre post hasil penelitian).
Perhitungan reliabilitas hanya dilakukan hanya pada instrumen tes. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikanto, 2010: 221).
Sumarna surapranata (2009: 114) menyatakan bahwa tidak ada
ukuran yang pasti mengenai berapa tinggi koefisien reliabilitas, namun untuk suatu penelitian dasar koefisien reliabilitas 0,7 sampai 0,8 dinyatakan sudah cukup tinggi. Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas
yang dipakai adalah ≥ 0,70. (lihat di lampiran 5. hasil uji validitas dan reliabilitas).
Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini, sama halnya dengan perhitungan validitas, yaitu dengan menggunakan SPSS for windows 16,0. Hasil uji coba reliabilitas yang diperoleh dari uji coba instrumen di SD
43
H. Uji Coba Instrumen
Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus memenuhi beberapa persyaratan. Untuk memenuhi baik tidaknya suatu instrumen perlu diadakan
uji coba instrumen. Dalam penelitian ini dilaksanakan uji coba observasi dan Tes. Observasi berbentuk pertanyaan terkait model, materi, dan media
pembelajaran sebanyak, 19 butir untuk observasi guru dan 15 untuk observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa, dan 20 butir soal evaluasi hasil belajar dengan nama pkaet A untuk kelas eksperimen dan
dengan nama paket B untuk kelas kontrol pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.
I. Teknik Analisis Data
Data hasil Observasi guru dan siswa dianalisis melalui tiga tahap, yaitu: Tahap deskripsi data, tahap uji prasyarat, dan tahap pengujian hipotesis.
1. Tahap Deskripsi Data
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat rangkuman distribusi data pre test dan post test dari hasil
statistic deskriptif program SPSS 16.0 for windows.
2. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahuiapakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
44
berdistribusi normal jika nilai taraf signifikan lebih besar 0,05 (p>5%) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
kolmogorov-Smirnov, yaitu:
Keterangan:
Kd: harga kolmogorov-smirnov
N1: jumlah sampel yang diobservasi
N2: jumlah sampel yang diharapkan.
(Sugiyono, 2010: 159).
One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test
45 menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Rumus
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus levene dengan menggunakan bantuan jasa komputer program SPSS versi 16.0 for
windows.
Kriteria yang digunakan dalam pengujian homogenitas ini yaitu, apabila nilai uji levene lebih kecil dari nilai tabel. Atau nilai
sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat homogen atau memiliki kesamaan.
Apabila nilai uji levene lebih besar dari nilai tabel, atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka populasi dalam kelompok bersifat tidak homogen.
One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test
46
Perhatikan tabel 9 berikut ini merupakan hasil dari uji homogenitas.
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas
3. Tahapan Pengujian Hipotesis
Melihat tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan model CLIS
dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan dan besarnya pengaruh penggunaan model CLIS maka, uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Uji t ini digunakan karena
untuk membandingkan kedua mean dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga diketahui perbedaan
peningkatan hasil belajar antara kedua kelompok. Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
________
n (n-1)
Te st of Homogeneity of Variances
47
Keterangan:
MA & Ma= masing-masing adalah mean dari kelompok kontrol dan mean dari kelompok eksperimen.
∑ (D-MD = jumlah kuadrat deviasi dari mean perbedaan
n= jumlah replikasi (Sutrisno Hadi, 2004: 491).
Perhatikan Hasil dari pre test dan post test kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Beberapa data yang diperoleh di ambil dari hasil penelitian. Data-data tersebut meliputi Data-data hasil pre test dan post test siswa kelas kontrol
dan data hasil belajar pre test dan post test kelas eksperimen, selain itu diperoleh data pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data-data tersebut dari sampel penelitian kelas eksperimen 24 dan
sampel kelas kontrol yaitu 25 sampel.
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Model CLIS (Children’s
Learning In Science)
Pelaksanaan pembelajaran dengan model CLIS (Children’s Learning In Science) dengan tahapan-tahapan yang telah dilakukan
yaitu Orientasi, pemunculan gagasan, pertukaran gagasan dengan
situasi konflik dan kontruksi gagasan baru, penerapan gagasan, dan tahapan pemantapan gagasan.
a. Orientasi: interkasi yang dilakukan Guru yaitu menjelaskan tujuan dan hasil belajar yang ingin dicapai, kemudian menunjukkan pentingnya topik dalam kegiatan belajar. Kemudian dilengkapi
guru dengan mengajukan pertanyaan dari pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa.
49 c. 3a. Pertukaran Gagasan
Dilakukan perlakuan Guru memberikan aba-aba untuk siswa supaya mendiskusikan jawaban atas pertanyaan dalam
kelompok masing-masing. 3b. Situasi Konflik
Dalam situasi konflik ini guru mengontrol aktivitas siswa dengan pemberian perlakuan yang sama pada kelompok eksperimen dan melakukan pembimbingan terhadapat siswa atas
kegiatan percobaan 1 dan percobaan 2 di lembar kerja siswa 1. 3c. Kontruksi Gagasan Baru
Guru Telah melakukan pembimbingan lanjutan dari situasi konflik dalam kontruksi gagasan baru ini yaitu membimbing siswa yang kurang menegerti dengan teknik bertanya “probling”.
d. Penerapan Gagasan: dengan menentukan jawaban yang tepat berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.
e. Pemantapan Gagasan : dilakukan dalam 2 pokok yaitu:
1) Membimbing siswa untuk membuat keismpulan dari permasalahan yang dibahas.
2) Meyakinkan jawaban dari siswa dengan menentukan data-data yang relevan.
2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional