• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COLLABORATIVE LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COLLABORATIVE LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA KELAS X."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COLLABORATIVE LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA SMA KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Muhammad Hanif

0900325

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Model Pembelajaran

Collaborative Learning

Untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Sma Kelas X

Oleh Muhammad Hanif

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA

© Muhammad Hanif 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COLLABORATIVE LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA SMA KELAS X

Disusun oleh:

MUHAMMAD HANIF 0900325

PENDIDIKAN MATEMATIKA

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed

NIP. 196210111991011001

Pembimbing II,

Drs. H. Firdaus, M.Pd NIP 195803230983031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Muhammad Hanif (0900325)

Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model pembelajaran collaborative learning di kelas X salah satu SMA Negeri di Cimahi, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan untuk mengetahui respon siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cimahi. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Cimahi dan banyak sampel kelompok eksperimen 38 siswa dan kelompok kontrol 38 siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non ekuivalen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak. Hasil analisis pretest-posttest dan proses pembelajaran menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil obeservasi dan angket siswa, diketahui bahwa sebagian besar siswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan model pembelajaran collaborative learning.

(6)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Muhammad Hanif (0900325) Mathematics education department, UPI

Mathematic learning research by using the implementation of collaborative learing in first grade of senior high school is to increase mathematical

communication skill and to know students’ response who get implementation of collaborative learing. This research was done in senior high school 1 Cimahi. It used quasi experimental research with the population is all of first grade students. The sample in this research are 38 experiments students dan 38 controls students, nonrandom The research conclusion is students who get the implementation of collaborative learning has better improvement in mathematical communication skill then students who get the implementation of conventional learning. The result of observation and student questionnaire shows that most studsnts gave positive response toward the implementation of collaborative learning.

(7)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II MODEL COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA ... 6

A. Collaborative Learning ... 6

B. Komunikasi Matematis ... 9

C. Penelitian yang Relevan ... 13

D. Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

A. Metode Penelitian ... 15

B. Desain Penelitian ... 15

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

(8)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

E. Instrumen ... 17

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 28

H. Jadwal Kegiatan ... 34

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskriptif Hasil Pengolahan Data ... 35

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(9)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah disiplin ilmu yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran dan sumbangan matematika, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi sangat lambat, bahkan bisa jadi akan berhenti berkembang sama sekali. Karena perannya yang begitu besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dikatakan bahwa matematika adalah ratu dari ilmu pengetahuan.

Pada salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu fisika, konsep limit, turunan, dan integral digunakan untuk menentukan hubungan antara jarak tempuh, kecepatan, dan percepatan suatu benda. Pada salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial, yaitu ekonomi, konsep persamaan garis digunakan untuk menentukan keseimbangan harga. Konsep turunan dan program linear digunakan untuk menetukan keuntungan maksimum yang dapat dicapai suatu perusahaan yang menjual barang atau jasa.

Karena konsep-konsep dalam matematika banyak digunakan dalam berbagai cabang di ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial, pemahaman konsep matematika yang benar dan baik, akan memberikan keuntungan bagi siswa, terutama siswa di jenjang SMA. Keuntungan tersebut berupa kemudahan dalam proses memahami konsep-konsep yang ada di ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Sehingga, angka harapan peningkatan prestasi siswa di sekolah akan menjadi lebih tinggi.

(10)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

NCTM (2000), pembelajaran matematika seharusnya mampu membuat peserta didik agar mengerti terhadap apa yang dipelajarinya, membelajarkan peserta didik, dan memberikan dukungan kepada peserta didik agar mampu belajar dengan baik.

Pada kenyataannya, pembelajaran matematika pada saat ini masih belum sesuai dengan harapan. Seperti yang dilansir pada properti.kompas.com, Latief (2011) berpendapat bahwa “pembelajaran matematika yang ada saat ini hanya menjadikan guru matematika yang membosankan”. Selain itu, Iwan Pranoto, seorang pakar matematika dari Institut Teknologi Bandung (Latief, 2011) menyatakan

“ ...siswa Indonesia dengan profisiensi di bawah level dua sangat tinggi, mencapai 76,6 persen dari populasi. Juga tampak, jika dibandingkan dengan 2003, kondisinya hampir tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika yang sekarang tidak mampu mengangkat ke level dua atau lebih.”

Salah satu penyebab guru matematika membosankan, karena guru masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional sebagai senjata utama mereka dalam menjelaskan materi. Umumnya, pada model pembelajaran konvensional komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi rendah. Kemampuan komunikasi matematis yang rendah dapat mengakibatkan siswa kesulitan mengemukakan gagasan yang ada dalam pikirannya untuk menjawab pertanyaan dari guru, siswa lain, maupun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di lembar soal.

Dalam model pembelajaran konvensional, guru mendominasi dan mengatur hampir seluruh kegiatan pembelajaran. Tugas siswa hanyalah duduk manis mendengarkan guru berceramah dan menjelaskan materi yang sedang dipelajari. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa diibaratkan sebagai gelas kosong yang siap diisi oleh guru.

(11)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

pembelajaran di kelas. Siswa hanya diposisikan sebagai pendengar pasif yang harus mendengar dan merekam yang mereka dengar dari gurunya dalam tulisan di buku.

Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran matematika yang tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar pasif saja. Tapi juga sebagai seorang siswa yang diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapatnya dan didengar oleh guru dan rekan-rekannya. Belajar mendengar dan menghargai pendapat rekannya, memberikan komentar atau masukan atas pendapat rekannya, kemudian bersama-sama merangkum hasil diskusi bersama. Model pembelajaran yang kiranya tepat untuk membuat siswa tidak sekedar menjadi pendengar yang pasif dalam kegiatan belajar di kelas dan dapat memfasilitasi siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah penerapan model pembelajaran collaborative learning.

Nizar (Nurbono: 2012) berpendapat bahwa collaborative learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota kelompok. Sedangkan, menurut Gunawan (Nurbono: 2012) collaborative learning bukan hanya sekadar bekerja sama dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh di dalam kelas. Proses tersebut harus meliputi :

1. Bagaiman cara guru berkomunikasi dengan murid dalam kaitannya dengan informasi yang akan diajarkan dan bagaimana guru menentukan kriteria penilaian tes?

2. Bagaimana cara murid berkomunikasi dengan guru dan dengan murid lainnya?

(12)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

4. Apakah komunikasi yang terjadi mencakup bentuk tulisan, ucapan, dan peragaan?

Berdasarkan uraian dari Gunawan (Nurbono: 2012), inti dari collaborative

learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan aspek komunikasi secara

utuh sehingga model pembelajaran collaborative learning dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk menginformasikan pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui tulisan atau suatu media. Komunikasi yang terjadi haruslah berjalan dua arah. Agar komunikasi yang terjadi tidak berjalan satu arah, pembawa pesan harus memikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima pesan.

Sedangkan, komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus atau algoritma, atau strategi pemecahan suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam komunikasi adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesan dapat langsung secara lisan maupun tak langsung melalui tulisan atau media lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan.

(NCTM, 2000 : 348) berpendapat bahwa “hal yang paling mendasar dalam

pembelajaran matematika adalah komunikasi”. Sehingga, kemampuan komunikasi matematis sangat penting bagi siswa. Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Selain itu, tanpa kemampuan komunikasi matematis yang memadai, siswa akan kesulitan untuk menyamapaikan gagasan dan ide yang ada dalam pikirannya.

(13)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

eksperimen dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Collaborative

Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

SMA Kelas X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

collaborative learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana respon siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran konvensional

2. Untuk mengetahui respon siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning

D. Manfaat Penelitian

(14)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dalam mengembangkan model pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Manfaat Praktis

(15)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara memberikan perlakuan. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan varaibel terikat. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian yaitu kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan pengajaran model pembelajaran

Collaborative learning .

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non ekuivalen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tapi menerima keadaan subjek yang dikelompokkan oleh sekolah. Desain penelitian ini berbentuk :

Kelas eksperimen : O X O Kelas kontrol : O O Keterangan :

O : Pretest dan posttest

X : Pembelajaran dengan penerapan model Collaborative learning Pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan oleh peneliti. Agar tindakan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti dapat terlaksana dengan optimal serta terdapat observer dari pihak sekolah untuk memastikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan.

(16)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cimahi tepatnya di jalan Pacinan no. 22 A dan penelitian ini dilaksankan pada tahun Ajaran 2013/2014. SMA Negeri 1 Cimahi berada dalam cluster atas dimana hal ini diperlukan untuk kebutuhan penelitian dan tingkat kelas yang dipilih adalah kelas X.

Adapun pengambilan sampel dilakukan seadanya, yaitu mengambil dua kelas dari seluruh kelas X SMA Negeri 1 Cimahi yang telah terbentuk. Dari dua kelas tersebut, dipilih kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran matematika dengan penerapan model collaborative learning dan kelas X-1 sebagai kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional.

D. Definisi Operasional

1. Collaborative learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota kelompok.

2. Komunikasi matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya baik secara lisan maupun tulisan. Hal-hal yang disampaikan berisi tentang materi matematika, misalnya berupa konsep, rumus atau strategi pemecahan masalah. Indikator untuk melihat kemampuan komunikasi tertulis dikemukakan Ross (Yonandi, 2011) sebagai berikut :

a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar

b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis

(17)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

17

d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tertulis

e. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat

E. Instrumen

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah seperangkat instrumen yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di dalam penelitian ini. Instrumen pembelajaran terdiri dari :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat untuk satu kali pertemuan yang merupakan persiapan guru untuk mengajar. Pada kelas eksperimen, pembelajaran lebih terpusat pada kegiatan siswa yang terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran lebih terpusat pada guru sebagai pemberi informasi karena pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Pada kelas eksperimen disusun RPP yang sesuai dengan penerapan model Collaborative learning.

b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi siswa secara berkelompok. LKK ini disusun sesuai kurikulum dan standar kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. LKK ini pun disusun sesuai dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diteliti dalam penelitian ini.

(18)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

18

Instrumen pengumpulan data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Ada tiga macam instrumen pengumpulan data, yaitu tes (pretest dan posttest), angket (skala sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan), dan observasi (perekaman proses pembelajaran). Adapun rancangan instrumen penelitiannya sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen No Target Sumber

Data Teknik/Cara

Instrumen yang Digunakan 1. Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Tertulis Tes 2.

Respon terhadap model pembelajaran

collaborative learning

Siswa Tertulis Angket, Observasi Berikut penjelasannya.

a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mendapat perlakuan. Sedangkan pada tes akhir, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi tes dengan tipe soal yang identik baik dalam tes awal maupun tes akhir.

(19)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

19

uraian adalah agar dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis.

Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes, yang didalamnya memuat Nomor soal, Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis, Indikator KTSP, Soal, dan Jawaban. Di dalam kolom soal memuat soal dan di dalam kolom jawaban memuat jawaban. Pemberian skor berdasarkan Maryland Math

Communication Rubric (Ramadhan : 2013) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Pemberian Skor Skor Spesifikasi

4 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sangat efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya

3 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sebagiannya efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya

2 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang cukup efektif, akurat, dan tidak lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya

1 Jawaban yang salah namun ada upaya untuk mengerjakan jawaban tersebut

(20)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20

b. Analisa Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur oleh ahli dalam hal ini dosen pembimbing dan rekan mahasiswa. Kemudian tes diujicobakan untuk memeriksa keterbacaan, validitas butir soal, validitas soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Uji coba dilakukan di SMA Negeri 1 Cimahi yang berada pada tingkat cluster atas.

Analisa instrumen menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007 dan Anates, kemudian masing-masing hasil yang diperoleh dikonsultasikan menggunakan ukuran tertentu. Berikut ini adalah hasilnya.

1) Validitas Tes

Menurut Suherman (1990:135) suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi menggunakan angka kasar.

2 2 2 2

( ( ) )( ( ) )

keterangan:

koefisien validitas jumlah siswa

jumlah total skor soal ke-i dikalikan dengan skor persubyek jumlah total skor perbutir soal

jumlah total skor t

jumlah total skor tiap butir soal dikuadratkan jumlah total skor tiap subyek dikuadratkan

(21)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

Validitas sangat tinggi

Validitas tinggi

Validitas sedang

Validitas rendah

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Hasil perhitungan validitas butir soal yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.

Tabel 3.4 Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No. Soal Interpretasi

1 Sedang

2 Tinggi

3 Tinggi

4 Tinggi

5 Sedang

6 Tinggi

(22)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22 2) Reliabilitas Tes

Menurut Suherman (1990 : 167) reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama messkipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

2

jumlah varians skor setiap item

varians skor total

jumlah skor kuadrat setiap item jumlah skor setiap item

n = jumlah subjek

Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990 : 177) berikut dalam tabel.

(23)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

Klasifikasi Derajat Reliabilitas Nilai Keterangan

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sangat tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan komunikasi matematis pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6 Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Interpretasi

Tinggi

Dari hasil tersebut diperoleh bahwa tes kemampuan komunikasi matematis memiliki reliabilitas tinggi, sehingga tes tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama.

3) Daya Pembeda

Menurut Suherman (1990;199) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara hasil testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Untuk menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut:

A B

X X

DP

SMI

 

(24)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24 Daya pembeda

Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas

Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah atau rat

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam bentuk tabel Tabel 3.7

Hasil perhitungan daya pembeda dari soal yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.8 Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No Soal Daya Pembeda Interpretasi

(25)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25 4) Indeks Kesukaran

Menurut Suherman (1990;212) derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00 yang menyatakan tingkatan mudah atau sukarnya suatu soal.Untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian digunakan rumus:

Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 3.9

Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran untuk tiap butir soal yang rangkumannya dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.

(26)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

1 Soal Sedang

2 Soal Mudah

3 Soal Sedang

4 Soal Mudah

5 Soal Sedang

6 Soal Sukar

Dari tabel diatas, terdapat 1 soal sukar dan 2 soal berada pada tingkat kesukaran sedang, dan tiga soal pada tingkat kesukaran mudah.

5) Rekapitulasi Analitis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Kesimpulan dari semua perhitungan analisis soal tes kemampuan komunikasi matematis disajikan secara lengkap pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11 Rekapitulasi Analitis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No. Soal Validitas Korelasi Reliabilitas Daya Pembeda Indeks

Kesukaran 1 Sedang

Tinggi Tinggi

Cukup Soal Sedang 2 Tinggi Baik Soal Mudah 3 Tinggi Sangat Baik Soal Sedang 4 Tinggi Cukup Soal Mudah 5 Sedang Cukup Soal Sedang 6 Tinggi Baik Soal Sukar c. Skala Sikap Siswa

Skala sikap siswa bertujuan untuk mengetahui sikap siswa selama pembelajaran melalui model collaborative learning. Sikap siswa tersebut berkenaan dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, collaborative

learning dan soal-soal komunikasi matematis. Skala sikap ini terdiri dari

(27)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

setiap pernyataan positif adalah 1 (STS), 2 (TS), 4 (S), dan 5 (SS), untuk setiap pernyataan negatif diberikan penilaian berupa 5 (STS), 4 (TS), 2 (S), dan 1 (SS). Empat pilihan tersebut untuk menghindari sikap ragu-ragu atau rasa aman dan sikap tidak memihak pada suatu pernyataan.

d. Lembar Observasi

Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh informasi gambaran mengenai aspek-aspek proses pembelajaran, cara guru mengajar, interaksi dan keaktifan siswa saat pembelajaran, serta kekurangan atau hambatan selama pembelajaran. Hasil data ini bersifat relatif, karena akan dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas observer.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti 2. Melakukan observasi ke lokasi penelitian

3. Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian

4. Menyususun rancangan penelitian yang kemudian akan diseminarkan 5. Penyusunan komponen-komponen pembelajaran

6. Mendesain instrumen penelitian 7. Menguji coba instrument penelitian

8. Merevisi instrument penelitian (jika diperlukan) 9. Perizinan

(28)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengadakan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan jumlah jam pelajaran, pengajar, dan pokok bahasan serta pendekatan yang sama. Pada kelas eksperimen, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan penerapan model collaborative

learning, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran yang

dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif

b. Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol c. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap pretes dan postes

d. Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket tanggapan siswa dan lembar observasi

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Tahap pembuatan kesimpulan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai hasil pengaruh dari penerapan model pembelajaran

(29)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

b. Membuat kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran

collaborative learning

G. Teknik Analisis Data

a. Pengolahan Data Kuantitatif

1. Analisis data pretest

Analisis data skor pretest bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis antara kelas eperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah yang dilakukan dalam analisis data

pretest adalah sebagai berikut.

a. Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari data hasil pretest.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena dapat digunakan untuk data tunggal, dapat dihitung dengan banyak sampel kecil atau besar, dan kuantitatif (Cahyono, 2006).. Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun, apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik Mann-Whitney.

c. Uji Homogenitas varians

(30)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal komunikasi matematis kedua kelas sama atau tidak. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian dengan uji t. sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t varians yang berbeda. Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian menggunakan uji Non-Parametrik

Mann-Whitney.

2. Analisis data posttest

Analisis data skor posttest bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara kelas eperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan. Adapun langkah yang dilakukan dalam analisis data posttest adalah sebagai berikut.

a. Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari data hasil penelitian.

b. Gambaran Umum Kemampuan Komunikasi Matematis

Gambaran umum kemampuan komunikasi matematis siswa yang berupa data skor tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis secara deskriptif atas dasar prosentase dan dirumuskan sebagai berikut :

(31)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31 Keterangan:

N = nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan S = Skor mentah

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100% = bilangan teta

Tabel 3.12 Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Komunikasi matematis No Tingkat Penguasaan Predikat

1 75% - 100% Baik 2 50% - 75% Cukup 3 < 50% Kurang c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena dapat digunakan untuk data tunggal, dapat dihitung dengan banyak sampel kecil atau besar, dan kuantitatif (Cahyono, 2006). Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun, apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik Mann-Whitney.

d. Uji Homogenitas varians

Uji Homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05.

e. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

(32)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

dilakukan pengujian dengan uji t. sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t varians yang berbeda. Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian menggunakan uji Non-Parametrik

Mann-Whitney.

3. Analisis Data Indeks Gain

Jika kemampuan awal komunikasi matematis kedua kelas berbeda,

maka dilakukan analisis data indeks gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Hake (1999) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa indeks gain yang dinyatakan dalam tabel berikut

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain

No. Indeks Gain Kriteria

1. g > 70 Tinggi

2. 0,30 < g < 0,70 Sedang

3, g < 30 Rendah

Adapun langkah yang dilakukan dalam analisis data indeks gain adalah sebagai berikut.

a. Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari data hasil penelitian.

(33)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena dapat digunakan untuk data tunggal, dapat dihitung dengan banyak sampel kecil atau besar, dan kuantitatif (Cahyono, 2006). Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun, apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik

Mann-Whitney.

c. Uji Homogenitas varians

Uji Homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal komunikasi matematis kedua kelas sama atau tidak. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian dengan uji t. sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t varians yang berbeda. Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian menggunakan uji Non-Parametrik

(34)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

b. Pengolahan Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Angket

Pengolahan data angket dilakukan dengan menggunakan skala Likert (Suherman, 2003: 191). Setiap jawaban diberikan bobot tertentu sesuai dengan jawabannya. Adapun bobot yang diberikan disajikan ke dalam tabel di bawah ini

Tabel 3.14

Bobot Skor Pernyataan Angket

No Jawaban Siswa Skor Untuk Tiap Pernyataan Positif Negatif 1. Sangat Setuju (SS) 5 1 2. Setuju (S) 4 2 3. Tidak Setuju (S) 2 4 4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Besar perolehan persentase dalam angket dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut.

dengan :

P = Persentase Jawaban,

f = Frekuensi jawaban, dan

n = Banyaknya jawaban

Penafsiran atau interpretasi dengan kategori persentase berdasarkan kriteria Kuntjaraningrat (Sukses: 2011) tersaji dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.15

(35)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

Persentase Interpretasi

0% Tak seorangpun 1% - 24% Sebagian kecil 25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya 51% - 74% Sebagian besar 75% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

2. Pengolahan Lembar Obervasi

Data hasil lembar observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini yang bermaksud untuk mengetahui sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran yang diberikan. Data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif. Keterlaksanaan setiap langkah dalam lembar observasi disajikan dalam bentuk persentase.

H. Jadwal Kegiatan

Tabel 4.16 Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan

Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sep 1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Bimbingan Penyusunan

(36)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36 Bahan Ajar

5 Pembuatan Instrumen 6 Uji Coba dan

Pemyempurnaan 7 Proses Perizinan 8 Melaksanakan

(37)

51

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran matematika dengan model pembelajaran collaborative learning yang telah dilaksanakan, didapat kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative

learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran collaborative learning mendapat respon yang positif dari siswa.

B. Saran

1. Kepada Guru

Untuk guru bidang studi matematika, model pembelajaran collaborative

learning dapat menjadi alternatif dalam pengembangan pembelajaran.

Saran bagi guru yang akan menggunakan model tersebut adalah membuat perencanaan dengan baik dan mampu mengkondisikan seluruh siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Guru sebagai fasilitator disarankan berdiskusi dengan siswa tentang hal-hal yang harus ditingkatkan dan hal-hal yang harus dihilangkan pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Kepada Peneliti

(38)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DaftarPustaka

Arikunto, Suharsimin. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Barkley, Elizabeth E., Cross K. Atricia., and Major, Claire Howell,.(2005). Collaborative

Techniques. San Fransisco: Jossey-Bass.

Cahyono,Tri. (2006). Uji Normalitas. [Online]. Tersedia

:http://www.scribd.com/doc/19375287/Uji-Normalitas-Data-Statistik (10 September 2013)

Fitriah, P. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Hake. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange-Gain.pdf. [9 april 2013]

Herdian. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/. [9 april 2013]

Kartini. (2010). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:

http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuan-komunikasi.html. [9 april 2013]

Kusniawati, Rina. (2010). Penarikan Sampel. [Online]. Tersedia:

http://rinakusniawati.blogspot.com/2010/04/penarikan-sampel.html. [9 april 2013]

Latief, M. (2011, 6 Januari). Matematika dan Guru yang membosankan. Kompas [Online]. Tersedia : http://properti.kompas.com/read/2011/01/06/17533529/

(39)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Latief, M. (2011, 31 Januari). 76,6 persen Siswa SMP “Buta” Matematika. Kompas. [Online]. Tersedia : http://properti.kompas.com/read/2011/01/31/19444535/76. 6.Persen.Siswa.SMP. Buta.Matematika.

NCTM, 2000. Principles and Standards for School Mathematics.

Nurbono, Sundo. (2012). Pengertian Collaborative Learning. [Online]. Tersedia:

http://motamatika.blogspot.com/2012/11/pengertian-collaborative-learning.html. [9 april 2013]

Nurdin,Ahmat Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. [Online]. Tersedia :

http://www.ahmatnurdin.com/pengertian-kemampuan-komunikasi-matematis.html [20 Maret 2013]

Nurhafsari, A. (2013). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Model

Eliciting Activities (MEAS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa SMP.

Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Rahajo,Kurniawan Budi (2013). Collaborative Learning. [Online]. Tersedia :

kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/collaborative- learning [20 Juli 2013]

Rahman, Rudi (2010). Perbandingan Penggunaan Metode Collaborative Learning Dan Metode

Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMK Budi Utomo 2 Way Jepara.

[Online].Tersedia : http://basketprofesor.blogspot.com/2010/07/perbandingan-penggunaan-metode.html [24 maret 2013]

Ramadhan, Hilman Nuha (2013). Penerapan Strategi React Dengan Berbantu Aplikasi

Geogebra Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa SMP.

Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Solihin, A. (2011). Pengaruh Pendekatan Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

(40)

Muhammad Hanif,2013

Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suherman, E.,dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI Bandung: JICA FPMIPA- UPI.

Suherman, E. danKusumah, Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sukses, G. (2011). Metodelogi Penelitian. [Online]. Tersedia: http://jendelailmu-menatahati.blogspot.com/2011/11/bab-iii.html. [9 April 2013]

Suyatno. (2008). Metode Kolaboratif untuk Pembelajaran di Kelas. [Online]. Tersedia: http://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-kolaboratif-untuk-pembelajaran.html. [9 april 2013]

UPI. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Press: Bandung.

UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Press: Bandung.

Yonandi. 2011. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematik

Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer Pada Siswa SMA. Disertasi pada Sekolah Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen
Tabel 3.2 Pemberian Skor
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel 3.4 Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika Perbedaan Tingkat Perilaku Inovatif Kerja Pada Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional. Perilaku inovatif kerja merupakan merupakan perilaku kerja

Dalam psikotes online ini user dapat menyingkat waktunya dalam pengerjaan soal-soal dan user juga tidak perlu lagi menunggu hasil tes dalam waktu yang lama karena sudah secara

Pengaruh tingkat substitusi konsentrat dengan daun murbei pada pakan berbasis jerami padi terhadap nilai pH, konsentrasi amonia, VFA total dan produksi gas media in vitro

Merupakan tahapan penetapan fitur, kendala, tujuan dan data yang diperlukan sistem melalui konsultasi dengan pengguna sistem. Semua hal tersebut akan ditetapkan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan konstitusi yang hidup sehingga responsif terhadap perubahan masyarakat, maka penafsiran terhadap kaidah konstitusi

penulis dari segala usia untuk mengubah gambar menjadi sebuah cerita yang segar dan mengasyikkan. SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat merupakan SD yang terkemuka

role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi dirancang setelah penyebaran pre-test sampel yang kategori self- efficacy