1048
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
PELATIHAN PENYUSUNAN CERITA ANAK
YANG KREATIF DENGAN MEDIA
STORYBIRD
DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA
Fitri Puji Rahmawati1), Kukuh Sandy Sudrajat2) ,Rizki Widyawulandari3)
1FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta email: fitri_pr@ums.ac.id
2FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta email: a510130001@student.ums.ac.id 3FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: a510130143@student.ums.ac.id Abstract
Stories for children should be packed specials. Develop children's story must have a strategy so that the story can be meaningful for anak.Tujuan community service is to train teachers write creative children's story with the media storybird in SD Muhammadiyah Surakarta Special Program. The method of implementation of activities are divided into the preparation, implementation and monitoring of community service. This devotion was conducted in SD Muhammadiyah Surakarta Special Program with participants 28 teachers. Develop children's stories require expertise and creativity, so that the story can be easily understood, exciting and fun of children, and to make the experience meaningful for children. Storybird is a means to create a visual story in a short time. With artwork and illustrations and animations are chosen from various creators of art in the world, storybird can be made by the authors of all ages to transform images into a story fresh and exciting.
Keywords:
children stories, creative, storybird1. PENDAHULUAN
Kemampuan bersastra siswa sekolah dasar meliputi berbagai jenis dan bentuk
sastra, seluruhnya melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Kemampuan bersastra yang
berkembang di sekolah dasar, yakni: (1) kemampuan menelaah hasil sastra, (2) kemampuan mengapresiasi sastra, dan (3) kemampuan berekspresi sastra (Djuanda, 2006: 377). Berekspresi dan mengapresiasi sastra dilakukan dengan kegiatan menonton, mendengarkan, membaca, dan melisankan hasil sastra berupa puisi, dongeng, drama, serta menuliskan pengalaman dalam bentuk puisi dan cerita.
Pembelajaran sastra di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mengapresiasi karya sastra (Resmini,
2006:91). Kegiatan mengapresiasi karya sastra ini berkaitan dengan latihan penalaran, daya khayal, mempertajam perasaan, serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sastra dapat menjadi salah satu sarana untuk mengajarkan pembiasaan kebaikan hingga menguatkannya menjadi karakter.
Namun, dewasa ini, bangsa Indonesia memperlihatkan kondisi yang tidak baik. Indonesia mengalami krisis multidimensi, seperti rendahnya loyalitas generasi muda, korupsi, kriminalitas, dan lain-lain. Krisis
multidimensional ini saling mengait
(Sumantri, 2010:1). Krisis ekonomi yang tidak kunjung berakhir berdampak pada krisis
sosial dan politik, yang pada
perkembangannya justru menyulitkan upaya pemulihan ekonomi. Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi, yang tentu akan melahirkan disintegrasi bangsa. Bahkan, akibat terlalu menjunjung tinggi modernisasi, masyarakat
1049
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
Indonesia mengalami krisis jati diri (Sujana dalam Karyanto, 2008: 46).
Cerita, dongeng, puisi, prosa, dan drama sebagai media mengajarkan karakter hingga menguatkannya menjadi salah satu alternatif membangun dan menyadarkan genenasi muda akan karakter yang baik. Menyusun cerita
anak bukan hal yang mudah sebab
memerlukan kreativitas tinggi. Beberapa media atau sarana untuk mempermudah menyusun cerita telah tersaji, salah satunya
dengan media storybird.
Storybird merupakan sarana untuk
membuat cerita visual dalam waktu yang singkat. Dengan karya seni dan ilustrasi dan animasi yang terpilih dari berbagai kreator
seni di dunia, storybird dapat dibuat oleh
penulis dari segala usia untuk mengubah gambar menjadi sebuah cerita yang segar dan mengasyikkan.
SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat merupakan SD yang terkemuka di Surakarta. Dengan jumlah siswa kurang lebih 370 siswa, sekolah ini memiliki tenaga pengajar 28 guru. Sumber daya manusia yang mumpuni menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah favorit dan semakin meningkat ketika setiap tahunnya sekolah ini masuk ke dalam 10 besar sekolah dengan hasil UN tertinggi di Kota Surakarta. Berbagai fasilitas modern tersedia di sekolah seperti laboratorium komputer dan free wifi untuk menunjang pembelajaran.
Fasilitas tersebut belum dapat
sepenuhnya dimanfaatkan oleh seluruh guru. Guru menggunakan fasilitas tersebut terutama untuk menambah referensi materi dan contoh materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Pemanfaatan wifi bisa sangat besar apabila seluruh guru mengetahui aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk mengajar siswa.
Selain fasilitas yang memadai, sekolah ini juga sedang menggalakkan kemampuan
mendongeng guru yang akan selalu
diimplementasikan di awal pembelajaran. Hal ini berarti guru sangat didorong untuk
menguasai teknik menulis cerita atau
menciptakan cerita. Namun, beberapa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun cerita khususnya cerita anak, sebab cerita anak
harus memiliki kriteria khusus yang mampu menjadikan cerita tersebut menarik dan bermakna.
Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan tujuan melatih kemampuan guru menyusun cerita anak yang kreatif, sehingga siswa tertarik dan senang mendengarkan cerita, yang kemudian tujuan utamanya dengan perasaan senang dan tertarik tersebut, siswa akan belajar lebih bermakna. Cerita yang disampaikan harus memiliki nilai-nilai karakter yang kuat, sehingga siswa tidak akan pernah lepas dari penguatan karakter saat menyimak cerita dari guru.
2. METODE PENELITIAN
Metode menyusun cerita akan lebih
kreatif dengan menerapkan aplikasi storybird.
Aplikasi ini dapat mudah digunakan oleh guru untuk membantu menyusun cerita bergambar.
Storybird merupakan media menuangkan
cerita melalui gambar yang beragam dan sangat kaya. Guru dapat membuat cerita fiksi
atau cerita yang mengaitkan materi
pembelajaran saat itu dengan mudah dan menyenangkan karena guru tidak lagi hanya bercerita secara oral tanpa media. Guru akan bercerita dengan sangat mengasyikkan sebab ada media gambar yang menjadikan cerita menjadi sangat menarik. Selain itu, gambar yang ada dalam cerita menjadikan siswa lebih mudah memahami cerita sebab gambar dapat mengkonkretkan hal-hal abstrak yang belum dipahami siswa.
Langkah yang ditempuh dalam kegiatan
pengabdian masyarakat ini mencakup
beberapa tahap sebagai berikut: a. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan pengabdian. Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan:
1) koordinasi internal, dilakukan oleh
tim untuk merencanakan pelaksanaan secara konseptual dan operasional. 2) koordinasi secara eksternal, dilakukan
dengan pihak luar yang terkait. 3) pembuatan instrumen pengabdian,
seperti: presensi, media, dan
sebagainya.
4) persiapan lansam, publikasi, lokasi, dokumentasi, dan persiapan lainnya.
1050
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
b. Pelaksanaan kegiatan
Tahap ini merupakan tahap sosialisasi dilaksanakan yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Pembukaan program pengabdian masyarakat
2) Penyajiaan materi, simulasi, diskusi, praktik, dan tanya jawab
3) Penutup c. Monitoring
Monitoring dilakukan dengan melihat
perkembangan media storybird untuk
menyusun cerita yang telah dibuat guru SDM Program Khusus Kottabarat Surakarta.
Target luaran dari pengabdian
masyarakat ini adalah artikel ilmiah yang akan disampaikan pada forum seminar nasional
maupun jurnal pengabdian masyarakat
(Warta), guru memiliki kemampuan
menciptakan karya cerita bergambar yang menunjang pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pelaksanaan
Pengabdian kepada masyarakat ini
dilaksanakan di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta pada bulan Maret 2016. Kegiatan ini dilaksanakan oleh satu ketua dengan dibantu dua anggota dari
mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Kegiatan yang dilakukan pada pengabdian masyarakat ini sebagai berikut: 1) Analisis Situasi dan Kondisi Awal
SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta merupakan sekolah unggulan yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai untuk keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini memiliki gedung yang cukup representatif lokasinya yakni di tengah pusat kota. Dengan gedung yang megah dan fasilitas yang
memadai, sekolah ini menjadi pilihan
masyarakat yang berani bersaing dengan sekolah yang lain.
Apabila dilihat dari latar belakang
pendidik dan tenaga kependidikannya,
sekolah ini pun mampu bersaing dengan sekolah lain. Dengan mayoritas pendidik muda yang kreatif dan energik, penguasaan terhadap ilmu dan teknologi modern sangat
kuat, sekolah ini seharsnya mampu
memanfaaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sangat maksimal. Hal ini lebih ditunjang lagi dengan input siswa, siswa SDM PK Kottabarat Surakarta banyak yang berasal dari latar belakang orang tua mampu sampai menengah.
Dengan mencermati fenomena tersebut, SDM dan fasilitas sekolah tidak ada permasalahan dalam pengadaaannya. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru yang
belum memanfaatkan fasilitas sekolah,
misalnya wifi yang gratis dan kuat, untuk menjadi salah satu media pembelajaran. 2) Pelaksanaan
Setelah melihat fenomena dan analisis situasi dan kondisi di atas, maka pengabdian ini diarahkan kepada pemberian pelatihan pembuatan media yang memanfaatkan wifi sekolah. Pelatihan yang dimaksud dikaitkan dengan pembiasaan membaca siswa yang masih rendah, sehingga diputuskan untuk
pengabdian dengan judul ”Pelatihan
Penyusunan Cerita Anak yang Kreatif dengan
Media Storybird di SD Muhammadiyah
Program Khusus Surakarta”.
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 10.00-14.00 wib di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Pelatihan ini dihadiri oleh 25 guru SDM PK Surakarta. Pelaksanaan dengan memanfaatkan wifi sekolah dan dipandu oleh ketua serta dibantu dua anggota dari
mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pelaksanaan pelatihan dimulai dari
penyampaian materi tentang cerita anak, prinsip-prinsip, unsur-unsur, dan hal-hal yang perlu dicermati untuk membuat cerita anak.
Materi ini bertujuan untuk melandasi
pengetahuan guru bahwa membuat cerita anak berbeda dengan membuat cerita secara umum. Selain itu, banyak guru yang bukan berasal dari lulusan pendidikan bahasa dan sastra
1051
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
Indonesia sehingga materi ini menjadi materi yang sangat baru bagi mereka.
Setelah penyampaian materi tentang cerita anak, pelatihan dilanjutkan dengan pembuatan media pembelajaran dan buku
cerita anak dengan aplikasi storybird.
Pemanfaatan aplikasi ini karena guru akan dimudahkan dengan tersedianya banyak
gambar yang akan mendukung cerita.
Storybird menyediakan banyak gambar yang
dapat dipilih oleh guru, sehingga guru hanya menyiapkan cerita yang akan dibuat dan menyusunnya dengan gambar. Kegitan ini sangat menarik bagi guru sebab guru diasah untuk berkreasi tentang cerita sekaligus menyesuaikan dengan gambar yang akan atau telah dipilihnya.
Pembuatan cerita anak dengan aplikasi
storybird diikuti oleh guru dengan sangat
serius namun tetap menyenangkan. Beberapa
guru sesekali meminta bantuan untuk
menyesuaikan cerita dengan gambar. Pada akhir kegiatan, diambil contoh tiga hasil
storybird yang telah selesai dan diperlihatkan
kepada peserta pelatihan. Hasil cerita anak yang tersusun sangat menarik dan kreatif dengan ide-ide yang beragam. Guru telah mampu menyesuaikan cerita dengan ilustrasi
dari aplikasi storybird. Cerita juga sangat
menarik dengan warna-warni yang
dikreasikan oleh guru pada setiap tampilan.
3)
Review
Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan rangkaian kegiatan
pengabdian masyarakat ini telah
dilaksanakaan dengan baik. Review tentang
kegiatan ini: dari segi kelebihan, guru semakin bertambah pengetahuan tentang
pemanfaatan wifi di sekolah untuk
kepentingan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, pengetahuan tentang penyusunan bahan ajar bagi siswa dengan berbasis cerita anak
semakin kaya berkat media storybird. Guru
juga dapat menyusun bahan ajar untuk mata pelajaran apapun dengan berbasis media
storybird, misalnya mengajarkan tentang
metamorfosis, berhitung, pembangunan
karakter, dunia, luar angkasa, dan sebagainya. Guru di SD Muhammadiyah PK Surakarta dapat terasah kemampuan mengajarnya sebab
menggunakan media baru dalam
pembelajaran, yakni menggunakan storybird.
Selain itu, guru juga dapat mengajarkan
kepada siswa untuk mengaplikasikan
storybird, sehingga siswa pun memiliki kemampuan menulis dan membaca (literasi) yang baik juga.
Selain kelebihan, ada beberapa kendala yang terjadi, yakni terkait keinginan guru yang tidak semua mau mengimplementasikan
penyusunan cerita dengan media storybird
sebab merasa kesulitan mengakses wifi jika digunakan secara bersama-sama di sekolah. Penyelesaian dari kendala ini adalah SD
mestinya dapat memfasilitasi dengan
pembuatan media tidak saat pembelajaran aktif di sekolah, bisa dilaksanakan di jam istirahat atau hari Sabtu. Kendala yang lain yakni kurang mampunya guru terutama guru
senior dalam menggunakan perangkat
komputer, namun kendala ini hanya terjadi pada satu dua guru saja.
Secara keseluruhan, pelatihan ini telah mencapai hasil yang baik dalam rangka pendampingan dan pembekalan bagi guru SD untuk membuat alternatif media pembelajaran yang menyenangkan yakni menyusun cerita
dengan media storybird.
b. Keberlanjutan
Pelatihan penyusunan cerita anak dengan
media storybird merupakan awal pengenalan
guru pada salah satu media pembelajaran
berbasis IT. Selama ini guru hanya
memanfaatkan wifi dan internet yang ada di sekolah untuk mencari materi sebagai
penunjang pembelajaran saja. Setelah
pelatihan, guru memiliki kemampuan
membuat media pembelajaran yang lebih kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Selain sebagai media pembelajaran, guru juga dapat menyusun buku cerita yang dapat disesuaikan dengan keinginannya sendiri.
Program pembuatan cerita anak/buku cerita tidak hanya dilakukan oleh guru, guru
akan mengajarkan storybird juga kepada
siswa, sehingga siswa dapat memiliki banyak buku sesuai dengan ide dan imajinasi yang dimilikinya.
1052
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7 4. KESIMPULAN
Storybird menjadi media untuk
menyusun cerita anak yang kreatif. Guru
sangat antusias mengikuti kegiatan
pengabdian ini. Beberapa guru telah
mempraktikkan menyusun cerita untuk
berbagai tujuan pembelajran di kelas.
5. REFERENSI
Djuanda, Dadan dan Prana Dwija Iswara.
2006. Apresiasi Sastra Indonesia.
Bandung: UPI Press.
Erma Dwicitawati, N.M., I N. Sudiana, dan M. Sutama. 2013. Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pensdidikan Karakter pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII di
Singaraja. (e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia ,vol. 2).
Karyanto, Puji, dkk.. 2008. Pembentukan Karakter Anak Menurut Teks Cerita Rakyat Ranggana Putra Demang Balaraja:
Kajian Pragmatik Sastra. Jurnal Penelitian