• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK : Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK : Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN

REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI

PERILAKU MEROKOK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh:

RADEN PUTRI PURNAMASARI 0900772

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

(2)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT

POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh

Raden Putri Purnamasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

(3)

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Raden Putri Purnamasari (2013). Rancangan Teknik Self Monitoring dan Reinforcement Positive untuk Mereduksi Perilaku Merokok (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 KarawangTahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian ini mengungkap fenomena perilaku merokok remaja sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 karawang, dengan menyajikan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa. Serta merancang strategi layanan intervensi dengan pendekatan pribadi-sosial melalui rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengetahui gambaran umum perilaku merokok serta merancang strategi layanan intervensi melalui teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Desain penelitian dengan menggunakan metode Kuanitatif-deskriptif. Sampel siswa yang teridentifikasi memiliki kriteria tertentu, pemilihan sampel dilakukan secara sensus. Hasil penelitian: (1) Gambaran tingkat perilaku merokok siswa kelas X secara umum berada pada kategori perokok sedang; (2) Gambaran tingkat perilaku merokok siswa kelas X pada tiap aspek berada pada aspek waktu merokok; dan (3) Upaya bantuan melalui layanan intervensi rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang.

Rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang meliputi Rasional, Tujuan, Sasaran Program Intervensi, Sesi Intervensi, Indikator Keberhasilan, Rancangan Operasional, Kegiatan Satuan Layanan (SKLBK).

Rekomendasi dari penelitian ini adalah : (a) Pihak Sekolah, mengevaluasi, memfasilitasi kebutuhan siswa melalui layanan intervensi bimbingan dan konseling serta melakukan Kolaborasi dari berbagai pihak melibatkan seluruh personel sekolah dan orang tua, adanya konseling referal dengan orang tua murid dalam penanganan perilaku merokok siswa. (b) Guru bimbingan dan konseling, dapat melaksanakan rancangan teknik self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok. (c) Peneliti Selanjutnya, untuk menggunakan metode Pra-Eksperimen dengan menguji efektivitas Teknik Self-monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Metode penelitian yang di gunakan adalah One Group Pre-test – Post-test Design (desain pretes-postes satu kelompok). Desain yang melibatkan sekelompok partisipan yang diberi treatment (penangan dan perlakuan) atau menerima intervensi. Observasi terhadap perilaku merokok dilakukan sebelum tes (pretes) dan setelah (postes) penanganan di berikan.

(5)

ABSTRACT

Purnamasari Putri Raden (2013). The design of Self Monitoring Techniques and Positive Reinforcement to Reduce Smoking Behavior (Studies of Class X Students of SMA Negeri 2 teaching KarawangTahun 2012/2013).

This study reveals the phenomenon of adolescent smoking behavior in high school SMA Negeri 2 karawang, by presenting an overview of the discussion on student smoking behavior. Intervention services as well as designing strategies with personal - social approach through the design of Self Monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . The final goal of this study was to determine the general picture of smoking behavior and devise strategies intervention services through the Self Monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . Research design using Kuanitatif - descriptive . Sample of students who are identified as having a certain criteria , sample selection is done by the census. The results : ( 1 ) The level of class X student smoking behavior in general is the category of moderate smokers, (2 ) The level of class X student smoking behavior in every aspect of smoking is the aspect of time, and ( 3 ) relief efforts through design intervention services Self Monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior class X SMA Negeri 2 Karawang. The design of Self Monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior class X SMA Negeri 2 Karawang includes Rational , Goal , Target Intervention Program , Intervention Session , Indicators of Success, Operational Design , Event Services Unit (SKLBK) .

Recommendations from this study are : ( a) The School , evaluate , facilitate the needs of students through guidance and counseling intervention services and undertake collaboration of the various parties involved all school personnel and parents , the counseling referrals to parents in the handling of student smoking behavior . ( b ) The teacher guidance and counseling , can carry out the design of self- monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior . ( c ) Researchers Furthermore , to use the Pre - experiment method to test the effectiveness of self - monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . The research method used is the One Group Pre -test - Post - test Design ( pretest - posttest design group) . Design involving a group of participants who were given treatment( handling and treatment ) or received no intervention . Observation of smoking behavior conducted before the test ( pretest) and after (posttest) treatment is given.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Identifikasi danRumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian... 11

D.Manfaat Penelitian... 12

E. Populasi dan Sampel Penelitian... 13

F. Sistematika Penulisan... 13

BAB II TEKNIK SELF MONITORING, REINFORCEMENT POSITIVE, PERILAKU MEROKOK A.Karakteristik Remaja... 15

B.Konsep Perilaku merokok... 21

C.Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk Mereduksi Perilaku Merokok... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Sampel Penelitian... 45

B.Desain Penelitian... 45

C.Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian... 46

D.Definisi Operasional Variabel... 47

E. Instrument Pengumpulan Data... 48

F. Uji Coba Alat Ukur... 55

G.Langkah-langkah Penelitian... 57

H.Analisis Data... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 81

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan... 106

B.Rekomendasi... 108

DAFTAR PUSTAKA... 109 1107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aktivitas Subjek Perilaku Merokok Remaja... 23

Tabel 2.2 Bahan Kimia dan Dampak pada Rokok... 32

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Merokok Remaja... 49

Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... 55

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas... 56

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas... 56

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Instrumen... 57

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Perilaku Merokok Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 ... 81

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambaran Tingkat Perilaku Merokok Siswa Kelas X

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 SURAT-SURAT PENELITIAN

Surat pengangkatan dosen pembimbing Surat izin penelitian

Surat pernyataan telah melakukan penelitian

2

INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-kisi instrumen penelitian

Surat-pernyataan peminjaman instrumen

3

HASIL PENGOLAHAN DATA

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4 DATA HASIL PENELITIAN

Data gambaran umum perilaku merokok

5 RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN

REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

Format penilaian judgment rancangan-program intervensi layanan bk Dokumentasi kegiatan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Semakin berkembang perkembangan zaman semakin berkembang pula para pengkonsumsi rokok dalam melakukan aktivitas dan kebiasaan perilaku merokok. Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya lalu menghembuskan keluar dari mulut yang dapat menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh orang-orang sekitar. Nasution (2007 : 10)

Menurut Chaplin (2005) perilaku merokok terbagi dalam dua kata, yaitu perilaku dan merokok. Perilaku dalam arti arti luas yaitu sebagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan, sedangkan dalam arti sempit perilaku merupakan reaksi yang diamati secara objektif.

Sedangkan perilaku merokok menurut Dewi (2011 : 34) mengemukakan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap rokok dan menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok dengan cara menetap dan berbentuk melalui empat tahap, yaitu tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.

(11)

1980 : 206) “Remaja berasal dari kata adolencere (kata bendanya, adolescentia

yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescence mencangkup kematangan emosional, sosial dan fisik”.

Menurut Sarwono (2010 : 11) remaja dalam arti adolescence berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya kematangan fisik, melainkan kematangan sosial dan psikologis. Remaja dalam arti psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1980 : 206).

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder hingga mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, individu terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri yang berada pada fase perkembangan dekade kedua masa kehidupan. Sarwono (2010 : 12).

Kehidupan dan aktivitas yang dilakukan remaja merupakan hal yang dapat ditiru dan mudah ditiru. Ketika remaja mencoba untuk merokok dan menikmati sensasi rokok adanya hasrat keinginan merokok, pengaruh-pengaruh untuk merokok dan faktor- faktor remaja merokok. Merokok adalah aktivitas yang dilakukan orang dewasa, remaja bahkan anak-anak sekolah dasar dan balita. Perlunya pemahaman dan

pengetahuan akan bahaya merokok, yaitu merokok dapat menyebabkan penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin (Faozioetama : 2012 : 3).

(12)

remaja merupakan suatu ajang atau pencarian jati diri, dalam hal ini remaja melakukan kebiasaan merokok sebagai simbol kejantanan, merokok dapat mengurangi kecemasan bahkan menjadikan macho apabila melakukan aktivitas dan bahkan menjadi kebiasaan ini. Awal mulanya dengan mencoba-coba rokok karena tawaran dari teman sebaya, bahkan melihat sendiri orang tua, teman sebaya, pengaruh iklan sehingga menimbulkan motif pribadi untuk merokok. Merokok dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Perokok merasakan sensasi yang begitu nyata dari merokok khusunya perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja di kalangan sekolah. Faktor yang menyebab remaja merokok, yaitu diantaranya remaja merokok karena ikut-ikutan dengan teman, untuk iseng, agar lebih tenang apalagi pada waktu berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan dan supaya kelihatan seperti orang dewasa. Secara psikologis perilaku merokok sudah dianggap kebutuhan dan sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan afeksi positif, menimbulkan efek relaksasi, menghilangkan kecemasan, menimbulkan ketergantungan psikologis untuk mengatur keadaan emosi. Keuntungan psikologis dari merokok bukanlah cara yang efektif untuk mengatasi masalah, keuntungan yang diperoleh dari merokok tidak sebanding dengan kesehatan. Maka dari itu merokok yang dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat pemerintah dan kesehatan, orang tua di rumah maupun pihak sekolah dan pembimbing sekolah. Upaya ini dilakukan agar siswa dapat menyadari bahwa kesehatan jauh lebih penting. Menurut Brandon (Yusti, 2010 : 12 ) “Merokok digunakan untuk mengatur afeksi, terutama afeksi negative yaitu perasaan sedih, marah dan distress. Bahkan lebih dari setengah penyebab kambuhnya perilaku merokok berhubungan dengan afeksi negatif”.

(13)

per penduduk, 5. Amerika Serikat =58 juta perokok atau 19 % per penduduk, 6. Jepang = 49 juta perokok atau 38% per penduduk, 7. Brazil = 24 juta perokok atau 12.5% per penduduk, 8. Bangladesh=23.3 juta perokok atau 23.5% per penduduk, 9. Jerman= 22.3 juta perokok atau 27%, 10. Turki = 21.5 juta perokok atau 30.5%. Hasil laporan WHO 2008 menyatakan statistik jumlah perokok 1.35 miliar orang. Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja, berkisar antara 24.1% pada anak/remaja pria, dan 4.0% anak/ remaja wanita. (www.carahidup.um.ac.id)

Wahyuningsih (Hartini, 2012:2) mengungkap bahwa Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia pada tahun 2010, perokok terbanyak setelah China 300 Juta, India 120 Juta, dan Indonesia 82 Juta Perokok.

Data di atas menyebutkan bahwa perokok Indonesia berada pada urutan ke-3 terbesar di dunia, berikut pemaparan perokok di Indonesia berdasarkan Usia:

Penelitian yang dilakukan Komalasari dan Helmi (Khairun, 2011 : 3) pada remaja perokok usia 15-18 tahun menunjukan 40,9% diantaranya menjadi perokok karena merasakan kepuasan psikologis dari perilaku merokoknya.

Sedangkan data dari Indonesia Tobacco Control Network (ITCN), proporsi perokok pemula pada tahun 2007 adalah 80% masih berusia di bawah 19 tahun.(http://artikel.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/mayoritas-perokokberusia-di-bawah-19-tahun.html)

Erickson (Hamzal : 2012 : 4) mengemukakan bahwa, ”remaja mulai

merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang

mencari jati dirinya”.

(14)

Perilaku merokok yang dilakukan remaja, seharusnya semakin menurun, tetapi tidak terjadi penurunan pada kenyataan. Perilaku merokok dilingkungan pelajar justru semakin marak. Perilaku merokok yang dilakukan pelajar sekolah menengah dapat dilihat dari fenomena dan aktivitas remaja dalam melakukan kebiasaan perilaku merokok. Secara psikologis, remaja adalah individu yang bermasyarakat dan terikat dalam suatu interaksi sosial dengan masyarakat, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja dalam pencapaian tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja adalah mampu menerima keadaan fisik, memahami dan menerima peran seks atau jenis kelamin, membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai moral dan perilaku, mengembangkan perilaku tanggung jawab pribadi-sosial, serta merencanakan masa depan (Asrori, 2011 : 10). Karakteristik remaja yang erat kaitannya dengan keinginan dan kebebasan, independensi dan pemberontakan, merokok pada usia remaja, merupakan hal yang menyimpang dari norma-norma.

(15)

Penelitian ini mengungkap fenomena perilaku merokok remaja sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 karawang, dengan menyajikan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa. Serta merancang strategi layanan intervensi dengan pendekatan pribadi-sosial melalui rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

Penelitian terdahulu Sintia Dewi dengan judul Profil perilaku merokok siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013, siswa yang paling banyak merokok berada pada fase remaja madya dengan sebagian besar usia awal mereka pada fase remaja awal. Siswa merokok yang lebih besar adalah siswa laki-laki dan setengah dari mereka berada pada tahap becoming a smoker, rata-rata siswa mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per-hari dan memeiliki kecenderungan untuk menjadi perokok. Sebagian dari mereka merasa nyaman merokok bersama dengan para perokok lainnya dan umumnya mereka masih menghargai orang lain dalam melakukan perilaku merokok, berdasarkan rasa rokok, sebagian besar siswa merokok dengan rasa original, rokok putih, dan rokok berfilter. Malam hari merupakan waktu yang paling banyak digunakan siswa untuk merokok dan kebanyakan dari mereka melakukannya ketika berkumpul bersama teman.

Berdasarkan studi pendahulu yang dilakukan di SMA Negeri 2 Karawang, hari kamis, tanggal 10 Mei 2012. Peneliti menemukan kasus perilaku merokok pada siswa kelas X, sejumlah 50 siswa. Data diperoleh sebagai berikut: Perokok berat 10,2%, Perokok sedang 61,4%, perokok ringan 25,6%. Faktor yang mempengaruhi mereka yaitu pengaruh orang tua 85,5%, pengaruh teman sebaya 85,5%, pengaruh psikologis 86,5%, dan pengaruh iklan 85%.

Berdasarkan hasil rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 2 Karawang, identifikasi masalah yang dialami anak didiknya yaitu merokok. sehingga peneliti direkomendasikan untuk membuat rancangan strategi untuk mereduksi perilaku merokok. Penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja di SMAN 2 Karawang, khususnya pada siswa kelas X.

(16)

disekolah memerlukan sebuah upaya bantuan dari konselor sekolah pada siswa melalui proses pemberian layanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam rangka melakukan upaya kuratif- terkait masalah pribadi dan sosial siswa. Bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa, agar mampu mengatasi permasalahan pribadi dan sosial siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. serta siswa dapat membina hubungan sosial yang harmonis dengan masyarakat di lingkungan. Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, efektif, interaksi dan komunikasi yang akrab, mengembangkan pemahaman diri, menyalurkan sikap positif, serta kemampuan pribadi-sosial yang tepat dan akurat. Pada penelitian ini ditunjukan untuk memperoleh gambaran umum perilaku merokok serta merancangan program teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok, sehingga diharapkan mampu membuat program layanan sebagai bahan rujukan menangani perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang. Cognitive-behavior therapy (CBT) merupakan salah satu rumpun aliran konseling direktif yang dikemukakan oleh Williamson dengan modifikasi bersama teknik kognitif. Pemantauan Diri (Self Monitoring) merupakan salah satu teknik rumpunan dari Manajemen Diri pada salah satu model Cognitive-behavior therapy (CBT). Pemantauan diri adalah proses pengamatan diri pada kemampuan individu dalam menampilkan diri terhadap orang lain dan lingkungan dengan mengamati dan merekam tingkah laku diri yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosial. Serta sebagai proses evaluasi dari pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan.

(17)

Reinforcement positive digunakan untuk membantu remaja untuk mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui konsekuensi yang diperolehnya.

Konsekuensi yang diperoleh remaja dikendalikan oleh konsekuensi eksternal. Bandura (Detria, 2012:35) yaitu “mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penguatan positif merupakan dua kategori yang diklasifikasikan kedalam penghargaan diri yaitu penghargaan diri yang positif dan negatif.

Reinforcement positive (penguatan positif) melalui penghargaan diri, berupa pujian yang dilontarkan untuk memuji diri sendiri, penguatan, hadiah; senyuman, pelukan, pujian atas keberhasilan dan ketercapaian perilaku yang sudah diubahnya.

Cormier dan Cormier (Detria, 2012:35) Penghargaan diri yang positif lebih efektif untuk mengubah atau mengembangkan perilaku sasaran. Oleh sebab itu, yang lebih dianjurkan adalah penghargaan diri yang positif.

Cormier dan Cormier (1985 : 520) menyebutkan 5 ciri dari program pengelolaan diri dan penghargaan diri yang efektif, yaitu : 1). Kombinasi dari program pengelolaan diri sangat efektif dilaksanakan untuk perubahan perilaku, 2. Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial, 3. Penetapan sasaran perubahan perilaku yang akan diubah, kemudian dievaluasi tingkatan seberapa bisa sasaran yang telah dicapai, 4. Penggunaan penghargaan diri merupakan komponen yang penting dari pengelolaan diri sendiri, 5. Penghargaan diri berupa penguatan positif yang diberikan oleh lingkungan sebagai strategi penguatan diri dalam memperkuat, menambah respon dan mempercepat target tingkah laku sebagai hasil dari ketercapainya pelaksanaan program penguatan diri melalui reinforcement positive.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Perilaku Merokok adalah Aktivitas menghirup, menghisap rokok melalui

(18)

rokok yang dapat di amati secara objektif dapat yang dilakukan oleh orang dewasa,

remaja sekolah mengengah pertama dan sekolah menengah atas, bahkan anak-anak

sekolah dasar dan balita dalam melakukan perilaku merokok. Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fisik. Pada tahap awal perokok merasakan ketidak enakan dalam mengkonsumsi. Helmi (Juliansyah, 2010 : 2) berpendapat bahwa saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Ferdi (2009 : 3) berpendapat Rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus kertas. Jenis ini berasal dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica

dan spesies yang mengandung nicotin dan tar.

Rokok termasuk dalam jenis obat-obat psikoaktif (Nikotin). Nikotin atau nicotine adalah bahan psikoaktif di semua rokok. Efek nikotin yaitu meningkatnya kepercayaan diri dan kesiagaan, mengurangi marah dan kecemasan, dan menyembuhkan rasa sakit. Knott et al (King, 2012 : 319). Efek mengenaskan merokok sejak dini. Perilaku merokok yang dilakukan pada masa remaja menyebabkan perubahan genetika yang permanen di paru-paru dan selamanya meningkatkan resiko kanker paru-paru, bahkan bila perokok berhenti merokok akan menimbulkan stres. Weineke et al (King, 2012 : 327).

Menurut penyelidikan Gilbert dan Shirley (Nainggolan, 2001 : 17). Merokok

yang dilakukan remaja karena ikut-ikutan dengan teman, untuk iseng, agar lebih

tenang apalagi pada waktu pacaran, berani ambil resiko, bosan dan tidak ada yang

sedang di lakukan, supaya kelihatan seperti orang dewasa.

(Nainggolan, 2001: 18) menerangkan bahwa“perokok tergolong yang senang menyiksa diri sendiri dengan tidak menyadarinya. Perokok cenderung lebih ekstropert atau bertindak dengan dorongan hati dari tidak perokok, dan tipe ini cenderung lebih banyak minum teh dan kopi”

Kebanyakan perokok mulai menghisap rokok waktu umur belasan tahun.

Perokok sangat menikmati rokoknya yang pertama. Bahkan, biasanya rokok pertama

itu membuat seseorang merasa mual dan pening (Nainggolan, 2001 : 18).

Di Indonesia, remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat

teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-teman-temannya.

(19)

menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka mulai dari perokok

pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) kemudian menjadi perokok

aktif. Awal merokok sebatas mencoba-coba dan kemudian menjadi ketagihan, akibat

adanya nikotin di dalam rokok. Hampir disetiap tempat berkumpul remaja atau

anak-anak usia sekolah menengah merokok. (Hamzal, 2012 : 3). Menurut Piaget (Santrock, 2010 : 10) „berfikir operasional formal adalah yang paling tepat

menggambarkan cara berfikir remaja.‟ Pada usia remaja individu mampu

membayangkan situasi dan kejadian dengan pemikiran logis. Pada fase operasional formal remaja memiliki pemikiran yang logis terhadap konsekuensi-konsekuensi atas semua hal yang dilakukannya. Remaja yang memutuskan untuk melakukan kebiasaan merokok semestinya mengetahui dan menyadari dampak dari kebiasaan merokok secara berlebihan.

Kecemasan orang tua mengenai perilaku merokok remaja yang dilakukan setelah pulang sekolah, merokok di tiap warung, di pinggiran jalan, sekitaran sekolah, serta mengkonsumsi rokok dalam waktu yang singkat-padat maupun dalam waktu yang lama, membuat semua kegiatan yang penting diabaikan. seperti; keinginan untuk selalu mengkonsumsi rokok, menyisakan uangnya hanya untuk membeli rokok. Sehingga semuanya akan berdampak buruk terhadap diri anak di sekolah baik kesehatan jasmani, psikis, maupun psikologisnya.

Menurut Conrad and Miller dalam Sitepoe (Hamzal : 2012 : 3) menyatakan bahwa “seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan

kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan

sehingga seseorang ingin terus merokok.

Berdasarkan identifikasi masalah di rumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian adalah

(20)

2. Bagaimana rancangan prosedur Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMANegeri 2 Karawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka Tujuan akhir dari penelitian akhir ini adalah mengetahui Gambaran umum Perilaku Merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok.

Permasalahan perilaku merokok siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Desain penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar (basic). Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa buatan manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Pandangan metode deskriptif sebagai berikut, yakni metode deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara mengolah data, menganalisis, menafsirkan, memperoleh makna yang lebih luas dari metode deskriptif (kuantitatif) ataupun kualitatif, melakukan pengamatan, study dokumenter, study pendahulu, dan menyimpulkan data hasil penelitian sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu sebagai treatment. Penelitian deskriptif tidak terhenti pada pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan melainkan penemuan makna penelitian merupakan fokus dari keseluruhan proses kegiatan penelitian mengenai profil perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 karawang yang diuraikan secara terurai.

(21)

self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

Secara khusus penelitian bertujuan untuk memperoleh data empiris sebagai berikut:

a. Memperoleh gambaran umum Perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

b. Merancang teknik Self monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Menambah khazanah keilmuan mengenai Perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam merancangan program layanan teknik Self Monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi konselor

Bagi konselor untuk mengetahui analisis kebutuhan siswa tentang Profil Perilaku Merokok yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai upaya pemberian bantuan kepada siswa disekolah untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

b. Manfaat bagi siswa

(22)

c. Manfaat bagi sekolah

Memberikan rekomendasi kriteria siswa untuk mereduksi perilaku merokok, serta memberikan manfaat bagi para guru dalam menyikapi perilaku merokok siswa dan indikator-indikator perilaku merokok siswa dengan memberikan informasi empiris tentang gambaran umum perilaku merokok siswa serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran umum perilaku merokok sehingga diharapkan mampu membuat rancangan program layanan teknik Self Monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karawang, kelompok yang dikenai penangan adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 sampel penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja kelas X yang merokok dan berjumlah 72 orang, berdasarkan studi pendahulu yang telah peneliti laksanakan pada bulan Mei 2013, terdapat siswa kelas X yang memiliki kecenderungan perilaku merokok sedang. Sampel yang digunakan pada semua siswa kelas X melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah perolehan data dari seluruh anggota populasi siswa kelas X.

Siswa kelas X menjadi pilihan populasi dalam penelitian dengan asumsi bahwa di SMA Negeri 2 Karawang belum memiliki program layanan intervensi sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Strategi yang digunakan yaitu melalui teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

F. Sistematika Penulisan

(23)
(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian. Penjelasannya mengenai Lokasi dan Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian, Definisi Operasional Variabel, Instrumen pengumpulan data, Uji coba alat ukur, Langkah-langkah penelitian dan Analisis data

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karawang, kelompok yang dikenai penangan adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 sampel penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja kelas X yang merokok dan berjumlah 72 siswa yang merokok. Diperoleh kategori perokok sedang 49 orang, dan perokok ringan sebanyak 23 siswa. berdasarkan studi pendahulu yang telah peneliti laksanakan pada bulan mei 2013 yang menunjukan terdapat siswa yang memiliki kecenderungan 68,1% perokok sedang, dan 31,9% perokok ringan. Sampel yang digunakan pada semua siswa kelas X melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah perolehan data dari seluruh anggota populasi siswa kelas X.

Siswa kelas X menjadi pilihan populasi dalam penelitian dengan asumsi bahwa di SMA Negeri 2 Karawang belum memiliki program ataupun strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Strategi yang digunakan dalam bentuk rancangan program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

B. Desain Penelitian

(25)

pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Desain penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar (basic). Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa buatan manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Pandangan metode deskriptif sebagai berikut, yakni metode deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara mengolah data, menganalisis, menafsirkan, memperoleh makna yang lebih luas dari metode deskriptif (kuantitatif) ataupun kualitatif, melakukan pengamatan, study dokumenter, study pendahulu, dan menyimpulkan data hasil penelitian sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu sebagai treatment. Penelitian deskriptif tidak terhenti pada pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan melainkan penemuan makna penelitian merupakan fokus dari keseluruhan proses kegiatan penelitian mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 karawang serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa yang diuraikan secara terurai.

Deskripsi data hasil penelitian mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa merupakan dasar dari rancangan program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

C. Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian

(26)

Penelitian menggunakan pendekatan yaitu secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang menekankan kepada analisis data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (menguji hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur dengan menggunakan metode kuantitatif akan diperoleh signifikan perbedaan kelompok atau signifikan hubungan antara variable yang diteliti, pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan sampel besar.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian meliputi Self Monitoring, Reinforcement positive dan Perilaku merokok.

1. Self Monitoring

Teknik Self-Monitoring merupakan strategi evaluasi atau pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan. Penelitian (Mcfall, Richard M: hammen, Constance L(1971) mengemukakan bahwa teknik self monitoring cocok untuk para pengguna rokok berhenti merokok.

Tahapan intervensi Self-Monitoring untuk mereduksi perilaku merokok remaja (Cormier & Cormier, 1985 : 524).

1). Remaja menyeleksi perilaku atau perasaan yang ingin di ubah

2). Remaja menyusun tujuan-tujuan untuk target yang diharapkan dan menghindari hambatan-hambatannya

(27)

5). Remaja mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat keberhasilan self-managementnya.

2. Reinforcement Positive

Reinforcement positive merupakan suatu strategi untuk memperkuat diri yang digunakan untuk membantu remaja dalam mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui konsekuensi yang diperolehnya dalam mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penghargaan diri diklasifikasikan kedalam beberapa jenis diantaranya: a. Penghargaan Verbal/Simbolik b. Penghargaan material, c. Penghargaan imaginal, d. Penghargaan lumrah (current), e. penghargaan potensial.

3. Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap, menghirup, dan mengeluarkan asap rokok melalui mulut dengan menggunakan rokok atau pipa rokok. Perilaku merokok merupakan reaksi yang dapat diamati secara umum dan objektif.

Perilaku merokok merupakan aktivitas subjek berdasarkan pengakuan remaja tentang a) jumlah rokok, b) waktu merokok (aktivitas, waktu yang dihabiskan untuk merokok, c) tempat (tempat homogen dan heterogen, tempat pribadi dan tempat lingkungan sekolah), d) faktor determinan (pengaruh psikologis, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya dan pengaruh iklan media).

E. Instrument Pengumpulan Data 1. Jenis Instrumen

(28)

dilandaskan dari hasil angket atau kuesioner melalui program SPSS 16.0 for windows.

Angket atau Kuesioner adalah pernyataan dalam bentuk tertulis yang diberkan kepada responden sesuai dengan permintaan pengguna, tujuan dari penyebaran angket atau kuesioner adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden sesuai kebutuhan dari penelitian yang akan di teliti dengan memperoleh data yang spesifik dan nyata, tidak di peroleh dari data yang sudah ada. Penyebaran angket ini merupakan teknik pengumpulan data melalui cara penyusunan daftar pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya dan dibagikan kepada responden untuk memperoleh jawaban sesuai tujuan penelitian. Penelitian ini mengajukan pernyataan kepada responden mengenai perilaku merokok remaja.

Dalam penelitian ini, tingkat perilaku merokok menggunakan data primer yang diungkap dengan angket/kuesioner yang dikembangkan oleh Deassy tahun 2011, angket terebut memiliki indek reliabilitas 0,898 artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi, yang menunjukan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu di revisi. Kisi-kisi disajikan sebagai berikut (tabel 3.1)

Kisi-Kisi Instrumen mengungkap perilaku merokok dikembangkan dari definisi operasional variabel. Kisi-kisi instrumen Perilaku Merokok didalamnya terdapat aspek Kebiasaan perilaku merokok; Jumlah rokok yang dihisap, Waktu merokok; aktivitas merokok, waktu yang dihabiskan untuk merokok, waktu merokok,Tempat; tempat umum (homogen, tempat umum (heterogen), tempat pribadi (kamar tidur/ ruangan pribadi/kamar mandi), Determinan; pengaruh psikologis, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, pengaruh iklan. Kisi-kisi instrumen Perilaku Merokok Remaja pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Merokok Remaja

(29)

(+) (-) air besar/ buang air kecil

(30)

Saya merokok ketika ada

(31)
(32)

Jenis rokok lawan jenis yang di sukai

(33)

Determinan

Saya merokok agar tidak di jauhi teman-teman

(34)

2. Pedoman Skoring

Item pernyataan perilaku merokok dibuat dalam bentuk alternatif respon subjek yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Jika siswa menjawab pada kolom selalu diberi skor 4, kolom sering diberi skor 3, kolom jarang diberi skor 2, dan kolom tidak pernah diberi skor 1. Ketentuan pemberian skor perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Nilai untuk Skor Positif Nilai untuk Skor Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Jarang (JR) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

F. Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan Angket dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut:

1. Uji Validitas Butir Item

(35)

3.3

Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Item Jumlah

Valid 1,7,9,14,17,18,20,23,28,29,36,39,40,43,44,45,46,47,49 51,53,57,63

23

Tidak Valid 1,2,3,4,5,6,8,10,11,12,13,15,16,19,21,22,24,25,26,27, 30,31,32,33,34,45,37,38,41,42,48,50,52,54,55,56,58, 59,60,61,62

40

Jumlah 63

Hasil pengujian validitas instrumen perilaku merokok dengan menggunakan korelasi item total Product Moment Person, dari 63 item pernyataan yang disusun didapat bahwa 23 item pernyataan dinyatakan valid dan sebanyak 40 item pernyataan tidak valid pada tingkatan kepercayaan 95%.

2. Uji Reabilitas Instrumen

Pengujian Reliablitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen, konsistensi internal instrumen yanag diguanakan sebagai ketetapan alat ukur. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang baik, apabila instrumen tersebut memiliki kesamaan dalam waktu yang berbeda sehingga instrumen dapat di gunakan berkali-kali. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan menggunakan metode statistika memakai program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows.

Kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Furqon,1999) sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas tersaji pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas

Kriteria Kategori

(36)

0.71-0.90 Derajat keteradalan tinggi 0.41-0.70 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keteradalan rendah

R<20 Derajat keterandalan sangat rendah

3.5

Tingkat Reliabilitas Instrumen Cronbach’s

Alpha

N of items

.898 63

Pada tabel 3.4 disajikan intrepetasi ketercapaian tingkat reliabilitas instrumen. Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan Software SPSS 16.0 pada 23 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (r hitung) sebesar 0.898 pada . berdasarkan pada tabel 3.5 diketahui harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan tinggi. Artinya skor perilaku merokok mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak digunakan dalam penelitian.

G. Langkah-langkah Penelitian

Pelaksanaan metode deskriptif yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi rumusan masalah

2. Mengkaji permasalahan dengan teori-teori yang relevan

3. Melakukan perizinan penelitian kepada pimpinan SMA Negeri 2 Karawang

4. Melakukan pengambilan data 5. Menghitung data hasil penelitian

6. Menganalisis hasil instrumen yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya instrumen dianalisis atau di uji validitas dan reliabilitan

7. Mendeskripsikan data

(37)

9. Strategi yang dirancang ditimbang kepada dosen ahli 10.Merevisi strategi

H. Analisis Data

Penelitian ini memiliki dua rumusan pertanyaan penelitian, pertanyaan penelitian dijelaskan jawabannya sebagai berikut.

1. Pertanyaan pertama mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, akan dijawab melalui distribusi skor responden berdasarkan konversi skor yang telah di tentukan, pada perhitungan skor yang telah ditentukan. Perhitungan skor perilaku merokok adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap pernyataan didapat total skor perilaku merokok. Untuk membagi kategori perilaku merokok digunakan 3 kategori tingkat perilaku merokok, yaitu Perokok berat, Perokok sedang, Perokok ringan. Menurut Arikunto (2006 : 263-264) adalah sebagai berikut :

a. Menentukan nilai rata-rata idel, dengan menggunakan rumus X ideal = ½ {(Xmin)+ (Xmax)}

Keterangan

X ideal : Rata-rata ideal X min : Skor minimal item X max : Skor maximal item

Dalam penelitian ini skor max dan skor min dikalikan dengan jumlah item (n)

b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (Sideal) dengan menggunakan rumus

Sideal= 1/3 (X ideal) Keterngan :

(38)

c. Menentukan batas kelompok menggunakan skor ideal, dapat dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu Perokok berat, perokok sedang, perokok ringan.

1). Kelompok Perokok berat

Semua peserta didik yang memiliki skor sebanyak skor rata-rata +1 deviasi keatas;

2). Kelompok perokok sedang

Semua peserta didik memiliki skor antara -1 standar deviasi dan +1 standar deviasi

3). Kelompok perokok ringan

Semua peserta didik yang memiliki skor antara -1 standar deviasi dan kurang dari itu.

Maka dapat dirumuskan sebagai berikut

Kategori Rumus

Perokok berat x > (µ+1,0 dikalikan standar deviasi)

Perokok sedang Skor antara -1,0 standar deviasi dan +1,0 standar deviasi

Perokok ringan x < (µ-1,0 dikalikan standar deviasi)

Berdasarkan analisis data, maka didapatkan 3 kategori perilaku merokok sebagai berikut :

Kategori Derajat Interpretasi

>78 Perokok berat Siswa menghabiskan

(39)

rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

39-77 Perokok sedang Siswa menghabiskan

rokok sebanyak 9-15 batang perhari dalam waktu 10-30 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

>38 Perokok ringan Siswa menghabiskan

rokok sebanyak 2-8 batang perhari dalam waktu < 30 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

(40)
(41)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

A.Rasional

(42)

Remaja awal lebih menekankan kepada pemikiran egosentrisme remaja yaitu pemikiran yang melibatkan kepercayaan bahwa orang lain sama terlibatnya dengan dirinya, hal ini lebih menekankan kepada faktor yang beresiko. Keyakinan akan mendorong perilaku seperti kebut-kebutan, percobaan bunuh diri, perilaku seks yang tidak aman (freesexs), dan penggunaan obat terlarang. Perkembangan sosial-emosional remaja, hubungan dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya dan sahabat. Hal ini remaja menekankan pada perkembangan identitas, yaitu identitas diri dalam berkomitmen dan menentukan pilihan, mempertimbangkan aktivitas dan kegiatan yang akan dilakukan remaja khususnya dalam mereduksi perilaku merokok remaja.

Berdasarkan pengumpulan data diperoleh gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 68,1% berada pada kategori perokok perokok sedang. Perokok sedang menghabiskan rokok sebanyak 9-15 batang per-hari dalam waktu 10-30 menit, rokok yang dihisap lalu mengambil rokok yang baru. Sedangkan 31,9% berada pada kategori perokok ringan. Perokok ringan menghabiskan rokok sebanyak 2-8 batang per-hari dalam waktu 5-10 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru.

Fenomena perilaku merokok diatas mengisyaratkan bahwa diperlukan suatu rancangan strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa di sekolah. Rancangan strategi intervensi untuk mereduksi perilaku merokok dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Keberadaan konselor dapat membantu siswa dalam mereduksi perilaku merokok. Bantuan yang diberikan berdasarkan pada kebutuhan siswa secara individual maupun berkelompok.

(43)

kepada tanggung jawab untuk mengubah dan mengembangkan perilaku sendiri, teknik ini membantu konseli dalam memantau dirinya sendiri pada perubahan-perubahan diri yang akan diubahnya.

Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat mengimbulkan asap yang dapat dihisapnya oleh orang-orang sekitar. Nasution (2007 : 10)

Apabila seorang perokok menjadikan aktivitas perilaku merokok sebagai bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol sehingga tidak memperdulikan konsekuensi dari perilaku merokok, maka dampak dan akibat resiko kesehatan yang dialami dari merokok adalah Kanker dan penyakit kardiovaskule (King, 2012: 331)

Self-monitoring merupakan strategi perubahan perilaku konseli (remaja) yang dapat diamati dan dicatat, berkaitan tentang diri mereka sendiri dan interaksi mereka dengan situasi lingkungan. Self-monitoring merupakan assesment yang berguna sebagai data tambahan yang dapat dipertanggung jawabkan dan di manipulasi variabel internal-eksternal untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan dan self monitoring merupakan langkah pertama dalam pembuatan program perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang sedang terjadi dan terekam pada konseli yang ditampilkan dilingkungan sosial. (Cormier & Cormier, 1985 : 524).

(44)

Reinforcement positive merupakan strategi untuk memperkuat diri dalam berperilaku. Perhatian, kasih sayang, senyuman, pujian, hadiah.(Myers, 2004). Reinforcement positive digunakan untuk membantu remaja untuk mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui perhatian, pemenuhan kebutuhan, senyuman, pujian, hadiah. Bandura (Detria, 2012 : 35) yaitu “mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penguatan positif merupakan dua kategori yang diklasifikasikan kedalam penghargaan diri yaitu penghargaan diri yang positif dan negatif.

Reinforcement positive (penguatan positif) melalui penghargaan diri berupa pujian yang dilontarkan untuk memuji diri sendiri, penguatan, hadiah; senyuman, pelukan, pujian atas keberhasilan dan ketercapaian perilaku yang sudah diubahnya.

Mcfall, Richard M.; Hammen, Constance L. (1971) mengemukakan bahwa Self-monitoring efektif untuk para pengguna rokok dan cocok untuk berhenti merokok.

Sedangkan Penghargaan diri yang positif lebih efektif untuk mengubah atau mengembangkan perilaku sasaran. Oleh sebab itu, yang lebih dianjurkan adalah penghargaan diri yang positif sebagai penguatan positif. Cormier dan Cormier (Detria, 2012 : 35)

(45)

Berdasarkan Penelitian Puspitaningtias. (2010), mengenai Keefektifan Teknik Self Monitoring dan Self Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Off Task Siswa SMP Negeri 20 Malang. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hipotesis dari penelitian ini adalah teknik self monitoring dan self reinforcement efektif untuk mengurangi perilaku off task siswa SMP Negeri 20 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perubahan perilaku off task yang dimunculkan selama diberi treatment, mengalami penurunan 50% sampai 83,1%. Persentase perubahan tersebut mengandung pengertian bahwa teknik self monitoring dan self reinforcement efektif untuk mengurangi perilaku off task siswa.

Program layanan bimbingan dan konseling didasarkan kepada beberapa landasan hukum, diantaranya:

1. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.23 tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. SK Mendikbud No.025 tahun 1995, tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling pada suatu pendidikan formal.

6. Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

(46)

merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada siswa secara optimal, yang merujuk pada empat aspek. Aspek diantaranya: pribadi-sosial, akademik dan karir. Bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing (konselor sekolah).

B. Tujuan

Secara umum tujuan dari teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive adalah untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang tahun ajaran 2012/2013. Secara khusus tujuan intervensi teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam:

1. Memahami bahaya merokok

2. Mengidentifikasi kebiasaan negatif dari perilaku merokok

3. Mengidentifikasi masalah yang timbul akibat perilaku merokok yang dialami.

4. Menetapkan tujuan-tujuan yang berdasarkan pada penetapan perilaku sasaran yang ingin di ubah

5. Mampu mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi perubahan perilaku merokok yang telah ditetapkan

6. Memonitor perilaku merokok (Pemantauan diri)

7. Memelihara dan meningkatkan perubahan perilaku merokok yang diinginkan

8. Menanyangkan dan menganalisis data perubahan perilaku merokok berdasarkan tujuan yang diharapkan.

(47)

C. Sasaran Program Intervensi

Sasaran program intervensi teknik self montoring dan reinforcement positive yaitu siswa-siswa kelas X SMAN 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013, intervensi yang dilakukan kepada perokok ringan dan Perokok sedang, yang memiliki karakteristik :1) jumlah rokok yang dihisap setiap hari 2-8 batang, 2) waktu yang dihabiskan untuk merokok sangat sering, 3) tempat yang digunakan untuk merokok beragam, 4) faktor determinan yang mendorong remaja merokok sangat kuat.

D. Sesi Intervensi

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai intervensi, rancangan program layanan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive (reward) untuk mereduksi perilaku merokok siswa berlangsung dalam 8 sesi. Pelaksanaan sesi 1-8 dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. tempat pelaksanaan intervensi dilaksanakan di SMAN 2 Karawang dengan waktu 1 minggu 2x. Konseling kelompok teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. terlampir

E. Indikator Keberhasilan

Evaluasi keberhasilan intervensi perilaku merokok dilakukan pada setiap sesi intervensi dan seluruh rancangan strategi intervensi terlaksanakan. Perubahan perilaku pada siswa merupakan keberhasilan dalam pelaksanaan dan kegiatan intervensi, sehingga siswa mampu mengubah kebiasaan negatif pada perilaku merokok menjadi kebiasaan yang positif dalam mereduksi perilaku merokok. F. Rancangan Operasional

(48)

positive. strategi Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa dilakukan selama 1 minggu 2x. Berikut adalah rancangan operasional strategi teknik Self Monitoring dan reinforcement positive yang disusun berdasarkan langkah-langkah dalam strategi self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa tertera pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Rancangan Operasional Teknik Self Monitoring dan Reinforcement Positive (Reward) sebagai strategi untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013

Tahapan Layanan

Tujuan Tema Layanan Teknik Alat dan Media Waktu Sesi 1 1. siswa

Change” Diskusi Self MonitoringLembar kerja

(49)

mencatat diri pada

terbesarku” Diskusi Kertas Harapan menit1x40

Sesi 7 Siswa mampu

Kegiatan Satuan Layanan Teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013

(50)

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

SESI 1

Nama Kegiatan Self Monitoring

Tujuan 1. siswa mampu menyeleksi perilaku dan perasaan yang ingin di ubah (diharapkan siswa memahami esensi perilaku merokok, bahaya dan dampak dari merokok)

2. siswa mampu mengidentifikasi masalah dan faktor penyebab timbulkan perilaku merokok

3. siswa mampu mengidentifikasi kebiasaan dari perilaku merokok dan aktivitas merokok.

Teknik Diskusi

Strategi Konseling Kelompok

Tema Bebaskan aku dari asap rokok dan batangan rokok..!!

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menjelaskan rasional dari self

monitoring

6. Konselor menyampaikan materi mengenai “bebaskan aku dari asap rokok dan batangan rokok”

(51)

8. Konselor meminta kepada konseli untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi 9. Konselor memberikan selembar kertas

hand-out yang berisi esensi dari perilaku merokok, bahaya dan dampak dari perilaku merokok 10.Konselor mempersilahkan konseli untuk

mengemukakan pendapat mengenai esensi perilaku merokok, bahaya dan dampak dari merokok

11.Konselor membagikan lembar kerja identifikasi kebiasaan perilaku merokok 12.Konselor membantu siswa mengidentifikasi

kebiasaan yang sering muncul dan sering dilakukan oleh konseli pada perilaku merokok

13. Konselor membantu konseli

mengidentifikasi masalah dan faktor

penyebab timbulnya perilaku merokok pada konseli

Media Lembar Hangout (esensi perilaku merokok, bahaya- dampak merokok) dan lembar kerja identifikasi kebiasaa merokok

(52)

SESI 2

Nama Kegiatan Self-Monitoring

Tujuan siswa menyusun tujuan-tujuan dan target yang diharapkan pada perubahan perilaku merokok

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

Tema “I’m want Change”

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menyampaikan tema mengenai

“Change..?? I can”

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 2

7. “konselor meminta kepada konseli untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor memberikan selembar kertas kerja

self monitoring

9. Konselor mempersilahkan konseli untuk mengisi self monitoring

10. Konselor memberikan dukungan dan eksplorasi kepada konseli dalam menyusun tujuan-tujuan dan target yang diharapkan pada perubahan perilaku merokok

Media Lembar kerja self monitoring

(53)

menyusun tujuan-tujuan dan target yang diharapkan pada perubahan perilaku merokok

SESI 3

Nama Kegiatan Self Monitoring

Tujuan Siswa mampu memahami dan menyadari

kepentingan mencatat diri pada perubahan perilaku merokok

Teknik Diskusi

Strategi Konseling Kelompok

Tema “Catatanku”

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menyampaikan tema mengenai

“Catatanku”(kelanjutan dari pertemuan 2)

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 3

7. Konselor meminta kepada konseli untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor memberikan selembar kertas kerja

self monitoring

9. Konselor mempersilahkan konseli untuk mengisi self monitoring

(54)

Media Lembar kerja self monitoring

Evaluasi Sesi ini dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami dan menyadari kepentingan mencatat diri pada perubahan perilaku merokok

SESI 4

Nama Kegiatan Self Monitoring

Tujuan Siswa mampu memantau diri pada setiap perilaku dan perubahan perilaku merokok dengan menganalisis data perubahan perilaku merokok

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

Tema “I’m so perfect, not smoking. Self monitoring chart.

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menyampaikan tema mengenai

“I’m so perfect, not smoking. Self

monitoring chart.”(kelanjutan dari

pertemuan 3)

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 4

(55)

self monitoring

9. Konselor mempersilahkan konseli untuk mengisi self monitoring

10. Konselor memberikan dukungan dan

eksplorasi kepada konseli dalam memahami dan menyadari kepentingan mencatat diri pada perubahan perilaku merokok

Media Lembar kerja self monitoring

Evaluasi Sesi ini dikatakan berhasil apabila siswa dapat memantau diri pada setiap perilaku dan perubahan perilaku merokok dengan menganalisis data perubahan perilaku merokok

SESI 5

Nama Kegiatan Self-Monitoring

Tujuan Siswa mampu memantau penggunaan teknik self monitoring dengan menganalisis data perubahan perilaku merokok

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

Tema “Aku Sukses Luar biasa, katakan tidak untuk merokok”

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menyampaikan tema mengenai

(56)

monitoring chart.”(kelanjutan dari

pertemuan 4)

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 5

7. “konselor meminta kepada konseli untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor memberikan selembar kertas kerja

self monitoring

9. Konselor mempersilahkan konseli untuk mengisi self monitoring

10. Konselor memberikan dukungan dan

eksplorasi kepada konseli dalam memantau penggunaan teknik self monitoring dengan menganalisis data perubahan perilaku merokok

Media Lembar kerja self monitoring

Evaluasi Sesi ini dikatakan berhasil apabila siswa dapat memantau penggunaan teknik self monitoring dengan menganalisis data perubahan perilaku merokok.

SESI 6

Nama Kegiatan Reinforcement positive (reward)

Tujuan Siswa mampu menentukan reward terhadap

perubahan perilaku merokok yang ingin diubahnya

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

Tema “Impian terbesarku”

(57)

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa

5. Konselor menyampaikan tema mengeni “ini

untukku, dan kamu?”

6. Konselor menyampaikan pada pertemuan 6 7. Konselor meminta kepada konseli untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor meminta siswa untuk menentukan

reward terhadap perubahan perilaku merokok yang ingin diubahnya.

9. Konselor memberi dukungan, semangat, dan penguatan positif kepada konseli

terhadapperubahan perilaku yang akan dicapai

Media Kertas harapan

Evaluasi Sesi ini dikatakan berhasil apabila siswa dapat menentukan reward terhadap perubahan perilaku merokok yang ingin dirubahnya akan dicapai

SESI 7

Nama Kegiatan Reinforcement positive (reward)

Tujuan Siswa mampu menunjukan reaksi perubahan

perilaku merokok dan berhak mendapat reward

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

Tema “Ini untukku, dan kamu?”

(58)

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa

5. Konselor menyampaikan tema mengenai “ini

untukku, dan kamu?”

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 7

7. Konselor meminta kepada konseli untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor meminta siswa untuk

mengeksplorasi terhadap perubahan perilaku yang sudah dicapai

9. Konselor memberi dukungan, semangat, dan penguatan positif kepada konseli

terhadapperubahan perilaku yang sudah dicapai dan memberikan reward

Media Reward

Evaluasi Sesi ini dikatakan berhasil apabila siswa akan mendapatkan reward berdasarkan perubahan perilaku yang sudah dicapai.

SESI 8

Nama Kegiatan Review dan Penguatan positif

Tujuan Siswa mampu mengevaluasi diri, selama proses intervensi berlangsungdari tahap 1-7

Teknik Diskusi

Strategi Konseling kelompok

(59)

Waktu 1x40 menit

Deskripsi kegiatan 1. Konselor memberikan salam kepada konseli 2. Konseli menjawab salam

3. Konselor membuka pertemuan dengan doa 4. Konselor mengabsensi kehadiran siswa 5. Konselor menyampaikan tema mengenai

“Refleksi dan Evaluasi”

6. Konselor menyampaikan tujuan pada pertemuan 8

7. Konselor meminta kepada konseli untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan konseling 8. Konselor meminta siswa untuk

merefleksikan dan mengevaluasi diri selama sesi konseling berlangsung sesi 1-sesi 7 9. Konselor mempersilahkan konseli untuk

merefleksian dan mengevaluasi diri melalui selembar kertas

10.Konselor memberikan semangat, pujian, pada perubahan perilaku siswa

11.Konselor memberikan penuatan positif kepada konseli untuk tetap menjaga

kesehatan tubuh dan terhindar dari dampak negatif merokok

Media Kertas, Alat tulis

Gambar

Tabel 2.1 Tabel 2.2
Gambar 4.1 Gambaran Tingkat Perilaku Merokok Siswa Kelas X  SMA Negeri 2 Karawang...........................................................
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir Sintesis Biosorben dari Limbah Kayu Jati dan Aplikasinya untuk menyerap Logam Pb dalam Limbah Cair Artifisial.. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

buat.Bila foto dari orang yang sedang di khitan tadi ingin di masukkan ke dalam kartu undangan tersebut dengan langkah ,minimez program corel draw 11 dan buka my computer dan

Hal ini diakibatkan pada berat media 80 g/l tersebut, FBA mempunyai gaya tarik elektrik yang cukup besar untuk berikatan dengan ALS atau dapat dikatakan FBA mempunyai kemampuan

Tidak mampu menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan capaian pembelajaran dari sub pokok atau materi bahasan yang ditugaskan..

Dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan diseminasi, Prima Tani merupakan wahana untuk menghubungkan secara langsung Badan Litbang sebagai penyedia teknologi

Pada penelitai ini dilakukan untuk menganalisis beberapa komponen yang ada di dalam gaya bahasa artis di media sosial, yaitu (1) jenis-jenis gaya bahasa artis di media sosial, dan

Hasil: Berdasarkan uji hipotesis dengan metode Mc Nemar didapati nilai p sebesar 0,021 (CI 95%) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian limfadenitis TB pada

Sesuai dengan yang telah dibahas oleh Morissan dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Televisi Mutakhir”, yaitu Berita keras atau hard news adalah segala informasi