• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MENGATASI ANAK TEMPER TANTRUM: Studi Deskriftif-kualitatif terhadap anak TK B pada TK Nurul Falaah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MENGATASI ANAK TEMPER TANTRUM: Studi Deskriftif-kualitatif terhadap anak TK B pada TK Nurul Falaah."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

NO. DAFTAR : 31/PGPAUD/VIII/2013

UPAYA GURU DALAM MENGATASI ANAK TEMPER TANTRUM

(Studi Deskriftif-kualitatif terhadap anak TK B pada TK Nurul Falaah)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh Wina Winawaty

0801802

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UPAYA GURU DALAM MENGATASI

ANAK TEMPER TANTRUM

(Studi Deskriftif-kualitatif terhadap anak

TK B pada TK Nurul Falaah)

Oleh Wina Winawaty

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wina Winawaty 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Temper Tantrum

Wina Winawaty

0801802

Kata kunci: temper tantrum pada anak

Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang tidak terkontrol yang dilakukan jika keinginannya tidak terpenuhi ia akan mengamuk, memukul, meludah, meninju, merenggut, menyepak, menangis, menjerit, melempar barang yang berada di dekatnya, menengis jika tidak terpenuhi keinginannya, tidak mau beranjak dari tempatnya, menggigit bahkan melukai temannya. Penyebab muncul tantrumnya tidak terkendali jika ia ingin melakukan sesuatu atau ingin sesuatu dan tidak terpenuhi.

Upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum telah diteliti melalui pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriftif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum yaitu mengabaikan perilaku buruk anak yang dapat memicu kembali tantrumnya, mengajarkan anak mengungkapkan kemarahannya. Mengajarkan anak bagaimana mengungkapkan kemarahannya tanpa mengamuk dengan cara bercerita kepada anak, membantu anak menenangkan diri, memafkan dan melupakan kejadian tantrum anak, memberikan pelukan dan kasih sayang, bercerita kepada anak dan mengajaknya bermain.

Orang tua hendaknya sering berkomunikasi dan bercengkrama dengan anak sehingga orang

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Batasan Istilah 6

F. Asumsi Dasar 6

G. Sistematika Penelitian 7

BAB II KONSEP TEORI TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK

A. Temper Tantrum

1. Pengertian Temper Tantrum 9

2. Penyebab Anak Mengalami Temper Tantrum 10 B. Mengatasi Anak Yang Mengalami Temper Tantrum 12 C. Peran Orang Tua/Guru Dalam Mengatasi Anak Temper Tantrum 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 21

B. Lokasi Dan Objek Penelitian 21

C. Teknik Pengumpulan Data 22

D. Teknik Analisis Data 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(7)

1. Identitas Subjek Penelitian 25

2. Konsep Temper Tantrum 26

3. Penyebab Anak Mengalami Temper Tantrum 27

4. Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Temper Tantrum 28 5. Kendala Guru Dalam Mengatasi Anak Temper Tantrum 31 B. Pembahasan

1. Konsep Temper Tantrum 31

2. Penyebab Anak Mengalami Temper Tantrum 32

3. Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Temper Tantrum 35 4. Kendala Guru Dalam Menghadapi Subjek Penelitian

MengalamiTemper T antrum 37

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan 39

B. Rekomendasi 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Orang tua juga tidak dapat memaksakan kehendaknya agar anak dapat mengendalikan emosi sesuai cara orang tua karena kemampuan anak dalam mengendalikan emosinya dengan cara yang berbeda-beda.

Salah satu permasalahan anak adalah tempertantrum. Temper tantrum merupakan luapan emosi secara berlebihan dan tidak terkontrol yang khas pada anak-anak kecil seperti memukul, menjerit, menggigit, meninju, melempar barang atau bahkan menangis. Temper tantrum anak lebih daripada sekadar cara anak menyalurkan perasaan emosi dan keamanannya yang tidak terpenuhi. Temper tantrum juga cara anak menghadapi frustasi yang ia rasakan ketika ia tidak mampu lagi mempertahankan perasaannya. Tetapi anak belum bisa membatasi apa yang ia inginkan. Anak hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan dan melakukan nya sekarang juga. Sehingga temper tantrum membuat orang disekitarnya terpicu emosinya.

(9)

Emosi yang biasanya terlihat pada anak TK yaitu marah. Sutadi (1996:28) mengatakan luapan kemarahan terlihat lebih sering pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak, memperlihatkan amarahnya dengan cara menangis; berteriak; menggertak; menendang; melompat-lompat atau memukul.

Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi. Semakin sering anak tantrum, semakin tinggi cenderungnya untuk kembali memanfaatkan tantrum ketika dia berkomunikasi. Mengeluh atau melampiaskan energi dan emosinya yang terpendam. Temper tantrum membuat terpengaruh emosi orang disekitarnya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, anak yang diduga mengalami tempertantrum jika ia marah selalu dengan cara membentak, berteriak, dan merusak/melempar barang. Ketika ia marah dan mengamuk tidak dapat dikendalikan dan di dekati/dipeluk tidak berpengaruh dengan baik.

Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Tasmin (2002) berpendapat anak temper tantrum dapat berakibat memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur; sulit menyukai situasi, makanan, orang-orang baru; lambatnya beradaptasi terhadap perubahan; moodnya (suasana hati) lebih sering negatif; mudah terprofokasi; gampang merasa marah/kesal; dan sulit dialihkan perhatiannya.

Anak usia TK merupakan masa esensial dalam pertumbuhannya. Pada perkembangan sosial, emosi, kognitif, dan moral anak akan lebih belajar bersosialisasi, dapat meredam emosi dan kognitif anak berkembang secara optimal melalui kegiatan menggambar.

(10)

juga penting. Tingkah laku emosi dan perasaan kanak kanak menurut Agustina (2013) boleh diklasifikasikan dalam dua cara yang paling umum yaitu:

a. Faktor luaran yaitu kanak kanak sering menunjukkan reaksi emosi melalui riak muka seperti ketawa, senyum, menangis, bermasam muka, tidak berkata kata dan sebagainya.

b. Faktor dalaman yaitu perasaan emosi yang dilahirkan melalui tingkah laku emosi yang berubah ubah mengikut tindak balas emosi untuk menarik perhatian penjaga atau rakan rakan sebaya.

Emosi adalah penggerak pada tingkah laku kanak kanak dan merupakan cara yang termudah untuk kanak-kanak melahirkan apa yang mereka fikirkan dan apa yang mereka rasa. Segala situasi yang berlaku dikeliling dan juga perubahan biologi yang mereka lalui akan bertindak untuk mewujudkan tingkahlaku emosi seperti meradang, marah, naik angin, takut, benci dan sebagainya.

(11)

tingkah laku emosi ini akan berulang ulang dan berterusan karena anak-anak itu tidak belajar bahwa „menangis‟ atau „takutkan‟ „hukuman‟ merupakan perasaan emosi yang keluar dari dirinya.

Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Dampak ini berakibat pada sulit pada proses pembelajaran anak di rumah maupun di sekolah. Maka hal ini anak perlu menyalurkan/mengekspresikan tempertantrum dalam aktivitas yang positif.

Dengan melihat dampak negatif yang diakibatkan oleh temper tantrum maka tidak pelak lagi diperlukan aktivitas yang dapat menyalurkan/mengekspresikannya untuk mengatasi hal ini. Berdasarkan fakta-fakta dan hasil penelitian anak tempertantrum maka penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang “upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum di TK Nurul Falaah”

B. Rumusan Masalah

Permasalahan utama dalam penelitian ini secara umum difokuskan,

“bagaimana mengetahui upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK

Nurul Falaah?”. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan khusus yang terdiri dari:

1. Apa yang dimaksud dengan tempertantrum?

2. Apa yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum?

3. Bagaimana upaya guru mengatasi anak yang mengalami tempertantrum? 4. Apa kendala yang dihadapi guru dalam menangani anak yang mengalami

(12)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK Nurul Falaah. Tujuan tersebut dijabarkan dalam tujuan khusus, tujuan khusus penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan tempertantrum.

2. Mengetahui yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum. 3. Mendeskripsikan penanganan/mengatasi anak yang mengalami

tempertantrum.

4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi anak tempertantrum.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai anak tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak.

2. Bagi Pembaca

Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai anak tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak.

3. Bagi Orang Tua

Memberikan informasi dan arahan mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum.

(13)

Para guru dan pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam upaya menstimulasi dan mengatasi anak temper tantrum.

5. Bagi PRODI PGPAUD

Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum.

E. Batasan Istilah

1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan cara ini keinginan di penuhi.

2. Emosi menurut Hurlock (1978) semua emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak karena pengaruhnya terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.

F. Asumsi Dasar

1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi.

2. Tasmin (2002) berpendapat tempertantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Tempertantrum (untuk selanjutnya disebut tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.

(14)

4. Hurlock (1978) berpendapat bahwa ledakan kemarahan yang kuat atau tempertantrum adalah khas pada anak-anak kecil. Anak-anak tidak ragu-ragu lagi melukai orang lain dengan cara apapun misalnya memukul, menggigit, meludah, menyepak, meninju, atau merenggut.

5. Temper tantrum adalah letupan kemarahan anak atau disebut pula sebagai mengamuk. Temper tantrum adalah hal yang sering terjadi dalam hal yang sering terjadi dalam empat tahun pertama usia anak. Tempertantrum bias terjadi dari gabungan tingkah laku menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuh kaku, memukul serta berguling-guling di lantai atau tidak mau beranjak dari tempat tertentu. (Seri Ayahbunda:1992).

6. Forge (2002) menyatakan bahwa tantrum adalah bagian normal dari proses perkembangan vital dan harus diperlakukan dengan pengertian dan cinta.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kajian mengenai penyebab anak temper tantrum dan mengatasi anak tempertantrum. Penulisan penelitian ini membatasi permasalahan lebih kepada Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Tempertantrum Di TK Nurul Falaah. Sistematikanya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi ; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Konsep Teoritis temper tantrum pada anak usia taman kanak-kanak meliputi : teori, konsep serta informasi mengenai judul penelitian ini.

(15)

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : pendeskripsian hasil temuan penelitian, bagian analisis dan pembahasan mengenai hasil temuan penelitian, dimana bab ini mencoba mengungkap bagaimana upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum. BAB V Simpulan dan rekomendasi, meliputi: pemaparan

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriftif kualitatif, karena bertujuan untuk memperoleh upaya mengatasi anak temper tantrum. Metode penelitian deskriftif kualitati ini dalam pelaksanaannya memperhatikan pada tiga hal yaitu Pertama karakteristik temper tantrum, kedua penyebab temper tantrum, dan ketiga upaya mengatasi temper tantrum.

Bugin (2007) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif melampaui tahapan berpikir menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apayang diamati. Lebih lanjut, Millan dan Schumacher (2003) berpendapat bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.

Untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan guna memperoleh kebenaran ilmiah maka digunakan metode penelitian deskriptif. Narkubo dan Achmadi (2004) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data, metode ini juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan data. Bersifat komperatif dan korelatif.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

(17)

Penelitian ini dilaksanakan di TK Nurul Falaah yang beralamat di Jalan Rajamantri Kidul No. 6 Kecamatan lengkong Bandung.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sekarang duduk di TK B dimana anak tersebut mengalami temper tantrum. Sampel yang digunakan yaitu dua orang anak karena dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, anak yang mengalami temper tantrum berjumlah 2 karena hasil observasi yang ditemukan peneliti ada 2 orang yang mengalami temper tantrum.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Oleh karena itu diperlukan teknik-teknik tertentu untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahn yang hendak dicapai. Adapun yang dimaksud teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara-cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data untuk menjawab permasalah dari penelitian ini.

Sugiyono (2005) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya:

1. Observasi

(18)

sebagai anak temper tantrum. Observasi tersebut dilakukan untuk memperoleh upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah wawancara. Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting, karena selain merupakan teknik yang berdiri sendiri, juga merupakan teknik pelengkap sewaktu melakukan pengamatan dan analisis dokumen.

Teknik wawancara ini digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari guru. Adapun jenis wawancara semi struktur yang dikategorikan sebagai in depth interview, dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahn secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Wawancara pada guru untuk menggali ide-ide dan metode mengajar.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh berbagai dokumen. Maksud dari penggunaan teknik studi dokumentasi ini adalah untuk menghimpun data otentik yang tersimpan dalam dokumentasi.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat induktif, dimana analisis berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan secara berulang-ulang hingga pada akhirnya mencapai suatu kesimpulan.

(19)

tertentu. Jenis analisis data yang digunakan adalah model Miles dan hubberman. Miles dan hubberman dalam Sugiyono (2005), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data model Miles dan Huberman, terdiri dari:

1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untukmelakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data, merupakan langkah kedua setelah reduksi data. Penyajian data dilakukan dengan cara pengorganisasian data dan menyusun pola hubungan, sehingga akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.

(20)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

1. Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang tidak terkontrol yang dilakukan jika keinginannya tidak terpenuhi ia akan mengamuk, memukul, meludah, meninju, merenggut, menyepak, menangis, menjerit, melempar barang yang berada di dekatnya, menengis jika tidak terpenuhi keinginannya, tidak mau beranjak dari tempatnya, menggigit bahkan melukai temannya.

2. Penyebab muncul tantrumnya tidak terkendali jika ia ingin melakukan sesuatu atau ingin sesuatu dan tidak terpenuhi ia akan mengamuk, memukul, meludah, meninju, merenggut, menyepak, menangis, menjerit, melempar barang yang berada di dekatnya, menangis jika tidak terpenuhi keinginannya, tidak mau beranjak dari tempatnya, menggigit bahkan melukai temannya. Dari pola asuh orang tua juga mempengaruhi anak menyebabkan temper tantrum.

3. Mengatasi anak temper tantrum yaitu mengabaikan perilaku buruk anak yang dapat memicu kembali tantrumnya, mengajarkan anak mengungkapkan kemarahannya. Mengajarkan anak bagaimana mengungkapkan kemarahannya tanpa mengamuk dengan cara bercerita kepada anak, membantu anak menenangkan diri, memafkan dan melupakan kejadian tantrum anak, memberikan pelukan dan kasih sayang, bercerita kepada anak dan mengajaknya bermain.

(21)

B.Rekomendasi Bagi Orang Tua Dan Guru

1.Bagi Orang Tua

a. Orang tua hendaknya sering berkomunikasi dan bercengkrama dengan anak sehingga orang tua mengetahui perkembangan dan kebutuhan anak dengan baikMemberikan informasi dan arahan mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum.

b. Orang tua hendaknya sering berkomunikasi dengan guru/psikolog mengenai perkembangan anak. dan batas perilaku anak serta sikap yang tegas.

e. Jika anak temper tantrum tidak dapat diatasi oleh orang tua, orang tua hendaknya berkonsultasi dengan psikolog mengenai strategi yang tepat dalam mengatasi anak temper tantrum. Kemudian hasil konsultasi dengan psikolog dikomunikasikan dengan guru agar penanganannya sama di sekolah dan di rumah.

2. Bagi Guru

a. Gambaran mengenai temper tantrum dapat digunakan sebagai acuan untuk mengatasinya anak temper tantrum

b. Guru hendaknya menciptakan suasana penuh kehangatan dan kasih sayang untuk mengoptimalkan proses belajar dan tumbuh kembang anak sehingga anak merasa aman dan nyaman dalam belajar.

(22)

d. Guru hendaknya sering berkomunikasi mengenai perkembangan anak didik kepada orang tuanya.

e. Guru hendaknya dapat mengkomunikasikan kepada orang tua anak yang mengalami temper tantrum mengenai fakta temper tantrum yang dialami anak.

f. Jika anak temper tantrum tidak dapat diatasi oleh guru/pihak sekolah, guru/pihak sekolah hendaknya berkonsultasi dengan psikolog mengenai strategi yang tepat dalam mengatasi anak temper tantrum dan cara mengkomunikasikan kepada orang tua anak yang mengalami temper tantrum.

3. Kelemahan Penelitian

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Agustine. (2008). Mengapa Anak Tantrum/marah-marah Dan Cara

Penanganannya.http://yani.widianto.com/2012/05/03/mengapa-anak-tantrummarah-marah-dan-cara-penanganannya/. (Akses:10 September 2013).

Ayahbunda. (2001). Balita Dan Masalah Perkembangannya. Jakarta; Yayasan Aspirasi Pemuda.

Ayahbunda. (2001). Perkembangan Anak dari A Sampai Z. Jakarta; Yayasan Aspirasi Pemuda.

Bugin. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta;

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Forge, Ann E La. (2002). Kiat-kiat Meredakan Balai Kerewelan Balita Anda.

Bandung; Kaifa.

Hames, Penney. (2003). Tantrum. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hames, Penney. (2003). Menghadapi Dan Mengatasi Anak Yang Suka Ngamuk. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid I . Jakarta; Erlangga. Mariyana. (2007). Metode Penelitian. Bandung; Alfabeta.

Millar dan Schumacher. (2003). Metode Penelitian. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Umum.

Psikologi Zone. (2012). Pengertian, Sebab, Dan Cara Mengatasi Temper

Tantrum. (Online). Tersedia: http://www.psikologizone.com/pengertian-

sebab-dan-cara-mengatasi-temper-tantrum/065113939. (Akses:10 September 2013).

Radiyah. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Intensitas Temper

Tantrum Pada Anak Autis Di SLB Bhakti Luhur Malang

https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=41269. (Akses:10 September 2013).

(24)

Sutadi, Rusda koto. (1996). Permasalahan Anak Taman Kanak-kanak.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tasmin, Martina Rini S. (2002). “Tantrum” . (Online). Tersedia:

http://www.e-psikologi.com/anak/290402.htm. (Akses:31 Agustus 2007). Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung;

Rosda.

Widianto, Dwika Sanubari. (2008). Persepsi Orang Tua Tentang Temper Tantrum

Dan Cara Mengatasi Pada Anak Usia 2- 4 Tahun Di PAUD amanah Malang.(Online).Tersedia:

http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-

gdl-s1-2008-dwikasanub-14647&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985. (Akses:10 September 2013).

Wulandari, Agustina. (2013). Pelatihan komunikasi efektif untuk

meningkatkanpengetahuan ibu dalam mengatasi tantrum pada anak usia

prasekolah. Jakarta. (Online). Tersedia :

https://sso.ui.ac.id/cas/login?service=http%3A%2F%2Fwww.lib.ui.ac.id% 2Funggah%2F%3Fq%3Dsystem%2Ffiles%2Fagustina%2520wulandari-

Referensi

Dokumen terkait

Definisi UMKM menurut Bank Indonesia dalam Aufar (2014:9) : Usaha kecil adalah usaha produktif milik warga negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan

Mengapa dalam reaksi inti dan reaksi nuklir dalam pemanfatannya sebagai energi sering dihindarkan, mohon keterbatsan dari penggunaan reaksi inti tersebut dalam pengadaan energi

With respect to the use of the aiming eyepiece camera, the tests (TDC) realized in laboratory (close distance -4 m- and good light conditions) show very small spatial

Pendaftaran secara online melalui pesertadidik.ditpsmk.net dilengkapi dengan fotocopy/scan rapor terakhir yang menandakan masih aktif sebagai siswa SMK dan pas foto (3

Pada kehidupan sehari-hari dikenal berbagai penerapan reaksi kimia organik dalam Industri atau kehidupan sehari-hari, diantaranya pada industri mentega.. Pada industri

This means, at baseline distance of only 10 mm two cameras of the same type will likely not cause projective problems and follow the above mentioned theory for point features, whilst

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 34/PRT/M/2015 yang telah diubahan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

Hasil dari karakterisasi luas permukaan dapat dilihat pada Tabel IV.3., luas permukaan yang dihasilkan dengan menggunakan metode Hummers Termodifikasi dipengaruhi