No. Daftar FPIPS: 4699/UN.40.2.6.1/PL/2015
PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI ASRAMA SMP DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Yunita Latifah
1103706
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH BERASRAMA (Studi Deskriptif di Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung)
Oleh: Yunita Latifah
Skripsi yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Yunita Latifah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan
Pembinaan Keagamaan Siswa di Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung Yunita Latifah (1103706)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan kenakalan remaja yang semakin komplek. Sekolah yang dianggap dapat membantu mengatasi masalah-masalah sosial tersebut pada kenyataannya hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Dengan mengangkat topik mengenai pembinaan keagamaan siswa pada sekolah berasrama, diharapkan para orangtua tidak lagi memandang sebelah mata mengenai pendidikan di asrama atau pesantren, karena pada kenyataannya pendidikan asrama atau pesantren sangat membantu memperbaiki akhlak peserta didik, serta membantu menambah pengetahuan keagamaan tanpa mengesampingkan prestasi akademik mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui secara lebih rinci mengenai: perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung, pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung dan yang terakhir, hasil program pembinaan keagamaan siswa di SMP Daarut Tauhiid Bandung. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Perencanaan dari program tersebut direncanakan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah, yang dilakukan oleh pihak-pihak asrama antara lain mudaris-mudarisah, kepala pengasuhan dan juga kepala sekolah, dimana dalam perencanaan tersebut terdapat tiga program kerja keagamaan yang dicanangkan, antara lain program tahfidz, kajian islam dan mufrodat. Dalam pelaksanaannya ketiga program kerja tersebut dilakukan diluar jam sekolah yakni di pagi hari dan sore setelah melaksanakan kegiatan di sekolah. Kegiatan tersebut diawasi oleh mudaris masing-masing yang dibantu oleh bina siswa sebagai kesiswaan di lingkungan asrama. Selain itu evaluasi belajar juga dilaksanakan dalam bentuk tes lisan dan tes perbuatan dengan waktu pelaksanaan setiap hari untuk tes perbuatan dan setiap satu semester sekali untuk tes lisan.
Student Religiosity Development
in Dormitory of Daarut Tauhiid Junior High School Bandung Yunita Latifah (1103706)
ABSTRACT
The background to the research is the increasingly complex juvenile problems. Schools that are regarded as being able to solve the social problems are in fact merely trying to shed their obligations. By taking the topic of student religiosity development in boarding schools, it is expected that parents will no longer undermine education in boarding school or pesantren (Islamic boarding school), for in reality boarding school is really helpful in improving students’ morals as well as increasing their religious knowledge without putting aside their academic achievements. The aim of this research is to find in more detail: The planning of student religiosity development program in the dormitory of SMP (Junior High Boarding School) Daarut Tauhiid Bandung, the implementation of student religiosity development program in the dormitory of SMP Daarut Tauhiid Bandung, and the results of student religiosity development program in the dormitory of SMP Daarut Tauhiid Bandung. In this research, descriptive method with qualitative approach was adopted. Meanwhile, the techniques of data collection comprised interview, observation, and documentary analysis. It is found that the planning of the program is designed based on the school vision, missions, and objectives formulated by the administrators of the dormitory, namely mudaris-mudarisah (male and female teachers), head of the dormitory supervisory board, and the principal, where the planning constitutes three religious programs, namely tahfidz program, Islamic studies, and mufrodat. In their implementation, the three working programs are carried out outside the school hours, namely in the morning and afternoon, after the school activity is finished. The activities are monitored by mudaris who are each assisted by a student supervisor involved in the student board in the dormitory. In addition, learning evaluation is executed in the forms of oral as well as practicum tests, where practicum test is conducted daily, while oral test once per semester.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan berkembangnya
kehidupan serta pola pikir manusia. Hal tersebut menjadikan pola kehidupan
manusia bergeser pada pola kehidupan yang semakin universal. Dalam pola
kehidupan yang universal ini, permasalahan yang timbul di masyarakat akan
semakin universal, terutama permasalahan yang melibatkan remaja,
pendidikan serta pergaulan masyarakat. Kehidupan remaja saat ini
dihadapkan pada masalah yang semakin kompleks, hal tersebut memerlukan
perhatian secara khusus dari berbagai pihak, baik keluarga, sekolah ataupun
masyarakat tempat mereka bersosialisasi. Masalah yang terjadi dalam
kehidupan remaja saat ini antara lain semakin menurunnya nilai tata krama
kehidupan sosial serta etika moral remaja, baik di rumah, di sekolah atau di
lingkungan masyarakat. Hal tersebut menimbulkan adanya efek negatif di
lingkungan masyarakat, yang mengakibatkan semakin maraknya
penyimpangan dalam berbagai norma kehidupan, baik norma agama maupun
norma sosial yang dilakukan oleh kaum remaja (Syafaat, dkk, 2008, hlm. 1-2)
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan terutama bagi dunia
pendidikan. Remaja yang seharusnya menjadi pengubah dunia dalam hal
positif, pada kenyataannya justru menjadi pelaku kejahatan di lingkungan
sosial. Pendidikan yang dianggap dapat membantu proses pembinaan moral
remaja, justru tidak berarti apapun dalam penerapannya. Pada kenyataannya
para remaja melaksanakan pendidikan hanya sebatas menggugurkan
kewajiban serta melaksanakan tuntutan dari orang tua. Setelah mereka
melaksanakan pendidikan di sekolah, pergaulan di masyarakat lah yang
kemudian akan lebih banyak membentuk karakter serta kepribadian para
remaja tersebut.
Masalah yang cukup memprihatinkan berkenaan dengan remaja
memberikan dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab
terjadi, misalnya pihak edukatif di lingkungan sekolah, pihak jaksa dan hakim
mengenai penyuluhan serta penegakan hukum. Demikian juga pihak
pemerintah yang berperan sebagai pemelihara kebijakan umum dalam
pembinaan, penciptaan, dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Serta peranan keluarga dan juga masyarakat dalam menunjang
penyelesaian masalah-masalah dikalangan remaja (Sudarsono, 2008, hlm. 2).
Pendidikan menjadi sorotan utama dalam penyelesaian masalah
remaja yang terjadi, hal ini sesuai dengan arti pendidikan dalam pasal 1 ayat 1
undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang berbunyi,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Dari pengertian pendidikan tersebut sudah sangat jelas bahwa
pendidikan seharusnya mampu membawa perubahan bagi pesera didik baik
dalam keagamaan, kecerdasan hidup bersosial bahkan kecerdasan intelektual.
Namun kenyataannya pendidikan di sekolah saja tidak membuat remaja
sebagai peserta didik menyadari esensi dari pendidikan yang ditempuh selama
ini.
Pendidikan yang mereka tempuh seharusnya memiliki manfaat bagi
dirinya sendiri dan bagi sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan yang terdapat dalam tujuan pendidikan nasional pada pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003:
“Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Namun demikian, ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan ini
membuat resah masyarakat. Pendidikan yang seharusnya dapat dijadikan
dasar berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat hanya sebatas
teori tanpa praktik yang nyata. Selain itu kebanyakan dari remaja
3
pulang ke rumah saja, sedangkan dalam praktik kehidupan sehari-hari tidak
sejalan dengan ilmu yang diperoleh di sekolah. Sehingga banyak remaja yang
berprilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta norma hukum
yang berlaku. Pendidikan dari orang tua yang tidak mencerminkan sikap -
sikap keagamaan dapat menjadikan anak bersikap sesuai dengan pendidikan
atau sikap yang dicontohkan oleh orang tuanya tersebut. Orang tua sering kali
terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktifitas dirinya sendiri sehingga
pergaulan anak tidak termonitori dengan baik, orang tua juga terkadang tidak
mengetahui dengan siapa anak bergaul dan bagaimana pergaulannya di luar
pengawasan orang tua.
Oleh sebab itu bagi orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup
dalam mengawasi perkembangan buah hatinya, sebaiknya memilih
sekolah-sekolah dengan program full day, sekolah-sekolah-sekolah-sekolah islam yang berada di
bawah naungan pondok pesantren, atau sekolah-sekolah berasrama (boarding
school). Hal ini selain dapat membantu pengawasan buah hati, juga
memberikan pendidikan yang lebih baik dari sekolah-sekolah biasa. Baik
pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan.
Dalam sekolah-sekolah yang berada di bawah lembaga pendidikan
islam biasanya memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaan pendidikannya.
Antara lain: 1) Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang
dapat membawa manusia kepada api neraka. Hal tersebut sesuai dengan
Al-Qur'an Surat Al-Taḥrim [66] ayat 6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allāh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. Al-Taḥrim [66]: 6) *
*
2) Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allāh yang
memiliki sifat keselarasan serta keseimbangan antara kehidupan dunia dan
akhirat, sebagai bentuk makhluk yang beriman dan bertakwa, yang senantiasa
memanjatkan doa kepada Allāh dan juga berikhtiar semaksimal mungkin
dalam menjalankan kehidupan di dunia. 3) Prinsip „amr ma’ruf nahyī munkar
serta pembebasan manusia dari belenggu kenistaan. 3) Prinsip pengembangan
daya pikir, daya nalar, daya rasa, sehingga dapat menciptakan anak didik
yang kreatif sehingga dapat menciptakan daya cipta, daya rasa dan daya
karsanya. 4) Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar
keimanan yang kaya akan ilmu pengetahuan, dimana antara satu dengan
lainnya saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri pada
Sang Pencipta (Rukiati, 2006, hlm. 99-100).
Dari prinsip-prinsip yang dimiliki tersebut sudah seharusnya
sekolah-sekolah di bawah lembaga islam dapat mencetak peserta didik menjadi
manusia yang berakhlak mulia serta memiliki intelektual yang tinggi.
Sehingga orang tua serta masyarakat tidak lagi diresahkan dengan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian besar remaja.
Dengan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah tersebut para remaja akan
lebih banyak menghabiskan waktu bersama pendidik dan teman sebayanya di
lingkungan sekolah, pondok atau asrama, dengan melakukan kegiatan yang
bermanfaat. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya pergaulan yang tidak
diharapkan, serta dapat membentuk remaja yang kreatif dan berdaya saing
tinggi.
Asrama yang merupakan bagian dari pesantren ini menjadi sebagai
lembaga pendidikan non-formal yang dapat mencetak peserta didik menjadi
manusia yang berakhlak mulia serta memiliki intelektual yang tinggi. Asrama
merupakan sebuah lingkungan pendidikan yang dibina sesuai dengan
tujuannya dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Cara-cara
pendidikan serta alat-alat pendidikan dalam asrama tersebut berbeda-beda
sesuai dengan kepentingan dan tujuannya, namun senantiasa mewujudkan
Jakarta: CV Darus Sunnaħ, 2002. Kutipan ayat Al-Quran disingkat Q.S.= Qur'an Surat
5
suasana “kehidupan keluarga” dengan rasa kasih sayang serta kehidupan
keagamaan dapat diwujudkan secara wajar. Selain itu pengalaman bergaul
dengan teman sebaya di asrama juga dapat memajukan dan
memperkembangkan hidup bermasyarakat antar sesama. Sehingga
pengalaman sosial yang demikian itu dapat menegakkan keteraturan dan
kemandirian sehingga mempermudah terwujudnya penguasaan diri (Daradjat,
2006, hlm. 68-69).
Sesuai dengan judul penelitian yang peneliti akan lakukan mengenai
“Pembinaan Keagamaan Siswa di Sekolah Berasrama”, maka peneliti
melakukan survey penelitian, dan peneliti memilih Asrama SMP Daarut
Tauhiid Bandung sebagai objek penelitian, hal ini dikarenakan SMP tersebut
merupakan salah satu SMP di kota Bandung yang berada di bawah naungan
Pesantren Daarut Tauhiid dan juga memiliki Asrama Siswa sebagai
fasilitasnya, dimana asrama siswa tersebut berkompeten untuk membina
keagamaan siswa baik dari segi pengetahuan agama maupun dalam praktik
keagamaannya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian mengenai pembinaan keagamaan siswa di sekolah
berasrama ini, yang menjadi fokus masalah adalah “Bagaimana pembinaan
keagamaan pada siswa SMP yang berasrama di asrama siswa Daarut Tauhiid
Bandung?”. Dari fokus masalah tersebut dapat dirinci dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Profil dari Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung?
2. Bagaimana perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama
SMP Daarut Tauhiid Bandung?
3. Bagaimana pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama
SMP Daarut Tauhiid Bandung?
4. Bagaimana hasil dari program pembinaan keagamaan siswa di asrama
SMP Daarut Tauhiid Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian mengenai pembinaan keagamaan siswa
siswa SMP yang berasrama di asrama siswa Daarut Tauhiid Bandung?”, sedangkan yang menjadi tujuan khususnya antara lain:
1. Mengetahui Profil dari Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung
2. Mengetahui perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di
asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung.
3. Mengetahui pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama
SMP Daarut Tauhiid Bandung.
4. Mengetahui hasil dari program pembinaan keagamaan siswa di asrama
SMP Daarut Tauhiid Bandung.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
1. Manfaat dari Segi Teori
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai
positif berupa gambaran perencanaan, pelaksanaan serta hasil dari
pembinaan kegamaan di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung. Sehingga
Pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata serta mendapat nilai luhur dari
masyarakat.
2. Manfaat dari Segi Kebijakan
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan kajian
bagi pemerintah dalam menanggulangi kenakalan remaja yang semakin
merajalela, serta dapat menjadikan pesantren sebagai suatu lembaga yang
dinilai positif dalam membantu memperbaiki akhlak serta keagamaan siswa.
3. Manfaat dari Segi Praktik
Peneliti berharap penelitian ini dapat membawa manfaat bagi
berbagai pihak, seperti:
a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam melaksanakan
pembinaan keagamaan di lingkungan kampus.
b. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Al-Islām, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh dalam penelitian
selanjutnya mengenai sekolah berasrama serta pembinaan keagamaan
7
c. Bagi para orang tua, hasil penelitian ini diharapkan para orang tua tidak
menganggap rendah pendidikan pesantren serta menjadikannya contoh
bagaimana cara mendidik anak dengan pengetahuan agama yang sesuai
dengan syariat Al-Islām.
d. Bagi para pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam melaksanakan pembinaan keagamaan baik dalam proses belajar
menagajar atau dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
proses pembelajaran di lapangan. Serta menjadi bahan latihan dalam
penulisan karya ilmiah.
4. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial
Penelitian ini dilaksanakan guna menaggapi problematika yang
banyak berkembang dalam pendidikan remaja khususnya mengenai
keagamaan siswa.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi skripsi bertujuan memberikan gambaran isi dan
kandungan dalam setiap bab secara umum, urutan serta keterkaitan antar
setiap bab.
Bab I, terdiri dari latar belakang masalah yang menjelaskan secara
garis besar sebab atau alasan penelitian ini diambil, rumusan masalah yang
merumuskan masalah-masalah yang akan menjadi bahan penelitian, tujuan
penelitian yang merupakan hasil dari cerminan rumusan masalah,
manfaat/signifikansi penelitian yang menjelaskan mengenai manfaat dari
penelitian yang dilaksanakan bagi masyarakat, serta struktur organisasi yang
menjelaskan tentang gambaran umum dari setiap bab dalam penulisan skripsi.
Bab II, merupakan kajian teoritis yang menjelaskan mengenai
teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang diambil. Bab III, merupakan
metode penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan yang digunakan
saat melaksanakan penelitian, yang meliputi: a) Desain penelitian, b)
Partisipasi dan tempat penelitian, c) Teknik pengumpulan data, d) Analisis
Bab IV, berisi tentang temuan dan pembahasan yang merupakan hasil
dari rumusan masalah yang telah dirumuskan kemudian dibahas berdasarkan
teori yang telah dijelaskan. Dan yang terakhir Bab V, berisi tentang simpulan,
implikasi dan rekomendasi. Bab ini berisi tentang intisari hasil penelitian
berdasarkan rumusan masalah, serta berisi tentang implikasi dan rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Syaodih (dalam Musfiqon, 2012, hlm. 84) mengemukakan bahwa
setiap penelitian memiliki rancangan (desain) tertentu. Rancangan atau desain
yang dibuat dalam penilitian menggambarkan langkah-langkah atau prosedur
yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian. Prosedur yang ditempuh
meliputi, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti data, serta bagaimana
data dihimpun dan diolah.
Secara sederhana Karlinger & Lee (dalam Setyosari, 2012, hlm. 168)
mengemukakan bahwa, rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan
struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga kita dapat
memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.
Menurut Nasution (2009), desain penelitian berkaitan erat dengan
tujuan penelitian. Tujuan penelitian sosial adalah eksploratoris, deskriptif,
dan eksperimental. 1) Penelitian Eksploratoris, menjajaki sesuatu yang belum
dikenal atau sedikit dikenal. 2) Penelitian Deskriptif, mengadakan deskripsi
guna memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. 3)
Penelitian Eksperimental, mengadakan percobaan atau eksperimen, untuk
mentes hipotesis. Suatu eksperimen dilakukan dalam kondisi di mana satu
atau beberapa variabelnya dapat dikontrol.
Dari penjelasan di atas, jika dilihat dari tujuan dari penelitian yang
akan peneliti lakukan denngan judul penelitian “Pembinaan Keagamaan Siswa di Sekolah Berasrama”, maka penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran-gambaran yang lebih jelas
mengenai situasi sosial yang ada di sekolah berasrama.
Desain penelitian berdasarkan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah dengan menggunakan desain case study sebagai desain penelitian. Hal
tersebut karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian
bersumber dari laporan hasil pengamatan serta keterangan dari orang-orang
yang tahu mengenai indikator yang diteliti oleh peneliti.
Desain Case Study merupakan bentuk penelitian yang mendalam
mengenai suatu aspek sosial. Case Study dapat dilakukan pada individu,
kelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau
lembaga sosial. Case Study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat
pula menggambarkan keadaan yang ada. Bahan case study ini dapat diperoleh
dari sumber-sumber seperti laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, kitab
harian atau biografi orang yang diselidiki, serta laporan atau keterangan yang
orang yang mengetahui mengenai hal tersebut (Nasution, 2009, hlm. 27-28).
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah
pendekatan kualitatif. Dimana dalam pendekatan kualitatif ini data hasil
penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang telah
ditemukan di lapangan. Selain itu dalam pendekatan kualitatif ini, peneliti
sebagai instrumen kunci, dan teknik pengumpulan data yang dilaukan dengan
trianggulasi (gabungan) (Sugiyono, 2013, hlm. 13-15).
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan penelitian adalah orang yang mengambil bagian dalam
proses penelitian, atau orang yang berpartisispasi dalam penelitian. Partisipan
dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMP Boarding School Daarut
Tauhiid, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Boarding School
Daarut Tauhiid, Wali Kelas, Kepala Asrama Putri SMP Daarut Tauhiid, serta
Siswa SMP Daarut Tauhiid. Sedangkan Penelitian ini berlangsung di
lingkungan asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung, yang terletak di Jl. Geger
Kalong Girang komp Setiabudi Indah kav 25-26 Bandung.
C. Definisi Operasional 1. Pembinaan
Pembinaan memiliki arti membina atau membangun sesuatu kearah
yang lebih baik, dalam kegiatan membina atau membangun tersebut
dilakukan dengan efektif dan efesien sehingga hasil yang diperoleh sesuai
32
2. Keagamaan
Keagamaan merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
ajaran serta tata keimanan guna mendekatkan diri kepada Tuhan, serta
mengatur tata cara berhubungan antara manusia dengan Tuhaannya dan
manusia dengan manusia.
3. Asrama
Asrama merupakan suatu tempat tinggal yang digunukan oleh siswa
guna mendapatkan pengajaran yang lebih dari seorang guru, baik
pengajaran yang berkaitan dengan keagamaan atau pengajaran yang
berkaitan dengan pengetahuan umum, sehingga dapat menambah wawasan
siswa.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam suatu penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2013, hlm. 308).
Teknik pengumpulan data bila dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah seperti pada laboratorium, di sekolah, di
rumah, di jalan dan lain lain. Sedangkan bila dilihat dari sumber datanya
maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data
langsung memeberikan data kepada pengumpul data), dan sumber skunder
(sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data).
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara, maka teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya (Sugiyono,
2013, hlm. 308-309).
Metode (cara atau teknik) pengumpulan data ialah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpukan data. Metode menunjuk suatu
yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan (observasi), ujian
atau gabungan dari beberapa teknik tersebut tergantung keperluan ketika
mengumpulkan data yang diteliti (Riduwan, 2012, hlm. 69).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Burn (dalam Basrowi, 2008, hlm. 93) mengungkapkan bahwa
observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikandan merefleksi secara
sistematis terhadap kegiatan dan interaksi objek sosial.
Fathoni (2006) mengemukakan dalam bukunya bahwa, Observasi
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan observasi, antara lain yang pertama, observasi diarahkan
pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan sistematis dan
terencana. Kedua dalam observasi harus dilakukan pencatatan sesegera
mungkin, jangan ditangguhkan dengan mengandalkan kekuatan daya ingat.
Ketiga, diusahakan sedapat mungkin, melakukan pencatatan secara
kuantitatif. Dan yang keempat, hasil yang diperoleh harus dapat diperiksa
kembali untuk diuji kebenarannya.
Pengamatan bisa dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data,
jika pengamatan mempunyai kriteria sebagai berikut: a) Sebelum
melakukan pengamatan, peneliti telah merencanakan secara sistematik
berdasarkan berbagai hal yang akan diamati yang tertuang pada pedoman
pengamatan. b) Pengamatan harus dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah ditentukan sebelumnya. c) Pada waktu melakukan pengamatan,
peneliti melakukan pencatatan dalam bentuk catatan lapangan. d) Pada
waktu melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan kontrol terhadap
hasil pengamatan, sehingga diperoleh validitas dan reliabilitas (Basrowi,
2008, hlm. 97).
Dalam observasi atau pengamatan ada beberapa tahap yang harus
34
a. Pengamatan deskriptif. Pengamatan deskriptif ini dilaksanakan pada
tahap eksplorasi secara umum. Selain itu dalam pengamatan ini peneliti
memperhatikan dan merekam sebanyak mungkin aspek elemen situasi
sosial yanng diamati, sehingga memperoleh gambarannya yang bersifat
umum.
b. Pengamatan terfokus. Pengamatan terfokus merupakan kelanjutan dari
pengamatan deskriptif. Pengamatan ini lebih terfokus terhadap
detail/rincian-rincian suatu ranah/domain. Pada pengamatan ini
digunakan untuk menunjukkan analisis taksonomi.
c. Pengamatan terseleksi. Pengamatan ini ditujukan guna mendapatkan
data yang diperlukan dalam anailisis komponensial. Selain itu
komponen-komponen yang diamati sudah tertentu.
Dalam penelitian yang peneliti lakukan mengenai pembinaan
keagamaan siswa di sekolah berasrama ini menggunakan teknik observasi
guna mengetahui bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak
asrama kepada siswa atau santri.
2. Wawancara
Fathoni (2006) mengungkapkan bahwa, “Wawancara adalah teknik
pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu
arah, maksudnya adalah pertanyaan wawancara datang dari pihak yang
mewawancarai sedangkan jawaban dari wawancara datang dari pihak yang
diwawancarai”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
wawancara yakni: a) Menjalani hubungan baik dengan yang akan
diwawancarai serta menjelaskan maksud dari wawancara yang akan
dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data
yang ingin digali. b) Menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam
kuesioner yang disusun secara sistematis. c) Mencatat semua jawaban lisan
yang diberikan oleh responden/informan secara teliti, efesien dan efektif
dengan memperhatikan maksud yang tersirat dalam jawaban itu.
Basrowi (2008) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan
wawancara ada beberapa pedoman dalam melakukan wawancara saat
a. Setiap pertemuan, batasi pertanyaan sehingga tidak terlalu banyak.
Pertanyaan kurang lebih 10 sampai dengan 15 butir. Pertemuan
berikutnya bisa diajukan pertanyaan lain yang belum ditanyakan.
b. Lihat kembali masalah riset untuk memastikan semua pertanyaan telah
disampaikan. Apabila ada pertanyaan yang terlewat, maka peneliti bisa
menanyakan aspek yang belum tersebut meskipun tidak sistematis
berdasarkan pedoman wawancara.
c. Usahakan setiap pertanyaan mengandung unsur-unsur faktual dan opini
responden. Dengan fakta dan opini, hasil wawancara akan semakin
variatif dan terkesan lebih kaya.
d. Pastikan bagaimana data wawancara tersebut akan direkam (vidio-tape,
audio-tape, buku catatan). Proses perekaman akan membantu peneliti
mengingat kembali hasil wawancara yang telah dilakukan.
e. Wawancara dapat digunakan untuk mengungkap aspek sikap,
tergantung pada kualitas pertanyaan.
f. Usahakan jelas, praktikkan dengan teman terlebih dahulu. Apabila
langkah ini bisa dilalui, maka tidak ada kesan canggung atau kurang
percaya diri. Sehingga informan dapat memberikan jawaban dengan
baik.
g. Usahakan singkat, jangan terlalu lama hingga lebih dari 45 menit.
h. Beri kesempatan informan memberi penjelasan lengkap. Ketika
informan berbicara jangan memotong pembicaraan atau bahkan tidak
diperhatikan. Namun jika apa yang disampaikan informan keluar dari
alur pembicaraan maka diarahkan kembali ke alur pembicaraan dengan
tidak menyinggung.
Nasution (2009) mengemukakan mengenai manfaat wawancara,
yakni untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau
dirasakan orang mengenai berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya jawab
kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita dapat
memperoleh gambaran tentang dunia mereka. Sehingga peneliti dapat
memperoleh gambaran yang lebih objektif dan lebih jelas tentang masalah
36
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui
informasi dari informan yang dapat menjelaskan tentang masalah yang
diteliti. Masalah-masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik
wawancara ini meliputi perencanaan program pembinaan keagamaan sisiwa
di sekolah berasrama, mengenai pelaksanaan program pembinaan
keagamaan serta mengenai hasil dari pelaksanaan program pembinaan
keagamaan. Hal tersebut dikarekan pengambilan data tidak memungkinkan
dilakukan dengan teknik observasi saja, sehingga pengambilan data melalui
wawancara dinilai efektif dan efesien.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian sosial. Metode ini merupakan metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis, karena sejumlah besar fakta dan
data sosial tersipan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Biasanya
sebagian besar data tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian,
cindera mata, laporan dan sebagainya (Bungin, 2007, hlm. 124-125).
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. Dalam metode ini peneliti hanya mengambil data
yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah anak, pendapatan, luas tanah,
jumlah penduduk. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari
dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan
pelengkap data primer, yang diperoleh melalui proses wawancara dan
observasi (Basrowi, 2008, hlm. 158).
Bungin (2007) juga mengungkapkan bahwa, bahan dokumen ini
berbeda dengan literatur, literatur adalah bahan yang diterbitkan baik secara
rutin atau berkala, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan
atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara detai bahan
dokumenter tersebut antara lain: a) Otobiografi, b) Surat-surat pribadi,
pemerintah maupun swasta, e) Cerita roman dan cerita rakyat, f) Data di
server dan flashdisk, g) Data tersimpan di web site.
Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut sugiyono
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu objek yang
alamiah, dimana peneliti menjadi instrumen kunci, pengambilan data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, dengan teknik pengumpulan data
triangulasi (penggabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif serta hasil
penelitian lebih menekan pada makna (Sugiyono, 2013, hlm. 15).
Sehingga dengan metode penelitian kualitatif, untuk mendapatkan
data penelitian yang diinginkan berkaitan dengan judul penelitian yang akan
diteliti oleh peneliti, maka teknik pengumpulan data yang akan peneliti
lakukan adalah triangulasi atau gabungan dari tiga teknik pengumpulan data.
Tiga teknik pengumpulan data penelitian yang akan digunakan tersebut antara
lain observasi atau pengamatan, kemudian wawancara yang akan dilakukan
kepada beberapa narasumber, serta pengumpulan data melalui studi dokumen.
Penelitian yang dilakukan oleh peniliti cenderung menggunakan
teknik observasi dan wawancara guna mendapatkan data yang diingkan,
namun juga tidak menutup kemungkinan proses pengambilan data dilakukan
dengan studi dokumentasi. Studi dokumen ini peneliti lakukan guna
mendapatkan data mengenai perencanaan program pembinaan keagamaan
siswa di sekolah berasrama serta hasil dari program pembinaan keagamaan
siswa di sekolah berasrama, sehingga data yang diperoleh melalui observasi
dan wawancara dapat dikuatkan dengan adanya dokumen tersebut.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun pada
penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 336).
Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 336) mengemukakan bahwa,
38
terjun ke lapangan dan terus berlanjut hingga penulisan hasil penelitian.
Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika
mungkin, teori yang grounded”.
Menurut Creswell (2013, hlm. 274), analisis data merupakan proses
berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian. Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses
pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan
bersama-sama.
Analisis data kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada
adanya hubungan semantik antar masalah penelitian. Analisis kualitatif ini
dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data guna
menjawab masalah penelitian. Oleh sebab itu, dalam analisis kualitatif
data-data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan, disemantikkan,
dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh (Musfiqon, 2012, hlm.
153).
Prosedur analisis data pada penelitian kualitatif berbeda dengan
penelitian kuantitaif. Ada beberapa langkah analisis data kualitatif yang perlu
diperhatikan oleh peneliti, antara lain: (1) mengorganisasi data, (2) membuat
kategori, (3) mereduksi data, (4) menyajikan data terfokus, (5) menganalisis
data, (6) memaknai temuan penelitian (Musfiqon, 2012, hlm. 153-154).
Sugiyono, (2013, hlm. 336) mengemukakan lebih rinci mengenai
prosedur analisis data pada penelitian kualitatif. Menurutnya analisis data
penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah selesai memasuki lapangan.
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Analisis data sebelum memasuki lapangan ini dilakukan terhadap
data hasil studi pendahuluan, atau data skunder, yang selanjutnya akan
digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian yang telah
dirumuskan tersebut hanya bersifat sementara, yang selanjutnya akan
Dalam kegiatan ini peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan,
dimana peneliti melihat situasi sosial yang terjadi di lingkungan asrama,
serta melakukan wawancara kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum
mengenai kegiatan-kegiatan keagamaa yang telah dilaksanakan di asrama
tersebut.
2. Analisis Selama di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selelsai mengeumpulkan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan
analisis data, dan apabila data yang diperoleh belum memuaskan, maka
peneliti melanjutkan pertanyaan hingga diperolehnya data yang kredibel.
Menurut Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga data yang diperoleh
mencapai titik kejenuhan (Sugiyono, 2013, hlm. 337).
a. Data Reduction
Reduksi data merupakan suatau tahapan dimana peneliti melakukan
analisis data yang telah diperoleh, analisis tersebut dilakukan dengan cara
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
dianggap penting dan membuang hal-hal yang tidak diperlukan. Dengan
demikian data yang dieproleh menjadi semakin jelas dan dapat
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data ini dilakukan dengan memberikan kode-kode pada sapek
tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 338).
b. Data Display
Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat, bagan, hubungan antar
katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memeudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi dan
merencanakan kerja yang akan dilakukan selanjutnya sesuai dengan
pemahaman yang dimiliki tersebut (Sugiyono, 2013, hlm. 341).
40
Tahap terakhir dalam analisis data di lapangan menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 345) yakni penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Hal ini dilakukan karena kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila
ditemukan data-data yang lebih kuat pada pengumpulan data berikutnya.
Namun apabila data yang diperoleh selanjutnya meruakan data yang
mendukung kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan yang dikeukakan
tersebut bersifat kedibel.
Lacey & Luff (dalam Patilima, 2011, hlm. 95-96) mengatakan bahwa
dalam proses pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4
tahap, yaitu:
1. Transkripsi
Transkripsi merupakan kegiatan mentransfer data hasil rekaman dari
proses wawancara dan diskusi dengan informan, data tersebut biasanya
berupa audio tape, video, dan catatan lapangan yang kemudian ditransfer
kedalam disket atau flashdisk atau bentuk lainnya.
2. Pengorganisasian Data
Setelah melakukan transkrip, selanjutnya adalah mengorganisasi
data. Dalam pengorganisasian data, perlu dicatat tanggal pengumpulan data
dan menandai data setiap informan dengan menggunakan angka atau kode.
Kode tersebut nantinya akan dapat digunakan sebagai acuan untuk setiap
kegiatan wawancara.
3. Pengenalan
Setelah melalui proses diatas, maka selanjutnya adalah proses
pengenalan. Dalam proses pengenalan ini peneliti mendengarkan tape dan
menonton video hasil wawancara dengan informan serta membaca kembali
data, membuat memo dan rangkuman sebelum analisis formal dimulai.
4. Koding
Tahap terakhir dalam analisis data penelitian yakni koding. Bagian
ini disebut juga koding terbuka dalam grounded theory. Asumsi, kita
tertarik dengan gagasan informan, maka pastikan gagasan tersebut dapat
kemampuan peneliti dalam merumuskan kode. Ada empat tahap yang harus
dilewati oleh peneliti dalam melakukan koding, pertama, peneliti menyusun
pernyataan jawaban singkat, kedua, peneliti menyusun pernyataan jawaban
panjang atau utuh, ketiga, peneliti menyusun contoh kasus yang tepat
dengan jawaban, dan yang keempat, peneliti menyusun pernyataan yang
menyebutkan bahwa kode tersebut tidak cocok untuk jawaban tertentu.
Sesuai dengan teori di atas, maka pada tahap analisis data yang telah
diperoleh di lapangan ini, peneliti melakukan transkripsi data terlebih dahulu
yang kemudian melakukan pengorganisasian data, kemudian peneliti akan
melakukan pengenalan dimana data akan dibaca kembali sera dianalisis, dan
tahap yang terakhir adalah pengkodingan atau memberi kode pada data yang
telah diperoleh.
Adapun kode-kode hasil penelitian yang telah penulis susun antara
lalin, WKPa (Wawancara Kepala Pengasuhan Putra), WKPi (Wawancara
Kepala Pengasuhan Putri), WB (Wawancara Bina Siswa), WM1 (Wawancara
Mudarisah 1) yang dilakukan kepada Ibu Nurul, WM2 (Wawancara
Mudarisah 2) yang dilakukan kepada Ibu Melia, WS (Wawancara Siswa),
OVHq (Observasi Halaqoh), OVKi (Observasi Kajian Islam), OVMt
DAFTAR PUSTAKA
... (2002). Al-Qur'an in word. (T. D. RI, Penerj.) Jakarta: CV Darus Sunnaħ.
Aat Syafaat, dkk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali.
Aries, E. F. (2011). Asesmen dan Evaluasi. Malang: Aditya Media Publishing.
Arifin. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama .
Jakarta: Golden Terayon.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi, S. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Creswell, J. W. (2013). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Enung Rukiati, Fenti Hikmawati. (2006). Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
'Isa, K. M. (1994). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Fikahati Aneska.
Mujahidin. (2012, Juli 7). MUJAbgs. Diambil kembali dari
Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Muslimin, S. (2008, September 8). Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah
Berasrama (Boarding School).
Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Ramayulis. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.
Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Prodution.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kulaitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Udin Syaefudin Sa'ud, Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan