ABSTRAK
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN
MALAYSIA
( Survey Pada Siswa Kelas 2 SMK Negeri 1 Bandung, Indonesia dan Siswa Tingkatan 4 Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai, Malaysia )
Pembimbing : 1. Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd
2. Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd
Nurul Affiq Nazril B. Ismail
Berdasarkan hasil temuan penelitian dilapangan, pada saat ini belum diketahui perbandingan proses kurikulum dalam pembelajaran pendidikan jasmani antara SMK Negeri 1 Bandung dan Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai. Peneliti meneliti perilaku guru, perilaku siswa, intraksi guru dan siswa, dan message atau goal yang ingin dicapai pada saat pembelajaran penjas untuk mengetahui perbedaan antara kedua sekolah.
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan populasi yaitu guru penjas dan siswa SMK Negeri 1 Bandung dan guru penjas dan siswa Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai. Manakala sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 2 SMK Negeri 1 Bandung dan siswa-siswa tingkatan 4 Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapati tidak terdapati perbedaan yang ketara pada saat proses pembelajaran penjas kedua sekolah. Tapi perbedaan terdapat pada pembuatan kurikulum dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) antara kedua negara. Namun, tujuan kurikulum kedua negara mengarah pada yang satu yaitu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
NURUL AFFIQ NAZRIL B. ISMAIL, 2015
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE COMPARISON OF THE IMPLEMENTATION OF CURRICULUM IN PHYSICAL EDUCATION LEARNING BETWEEN INDONESIA AND
MALAYSIA
(Survey in Grade 2 SMK Negeri 1 Bandung, Indonesia and Student Level 4 Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai, Malaysia)
Supervisors : 1. Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd
2. Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd
Nurul Affiq Nazril B. Ismail
Based on the result of the study, at the moment the comparison of curriculum process and physical education learning between SMK 1 Negeri Bandung and Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai is not yet known. Researchers examined the behavior of the teacher, student behavior, teachers and student interactions, and the message or goals that have to be achieved during physical education learning to know the difference between the two schools.
This research uses the descriptive research method with physical education teachers and students of SMK Negeri 1 Bandung and physical education teacher and Sekolah Menengah Kebangsaan students Puchong Permai as the population of the study. Whereas the sample in this study were students in grades 2 SMK Negeri 1 Bandung and students in level 4 Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai.
Based on the research that has been done, the researchers found that there are no significant differences during the physical education learning process at these schools. However, there are differences in the development of curriculum and lesson plan (RPP) between the two countries. Thus, both the of the state curriculum objectives leads to one certain thing that is developed cognitive, affective and psychomotor aspects of the student.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Kata Pengatar ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Batasan Masalah ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan ... 13
1.Pengertian Pendidikan a) Pengertian Pendidikan Berdasarkan Ruang Lingkup ... 17
b) Pengertian Pendidikan Berdasarkan Ilmiah ... 18
c) Pengertian Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem ... 20
2.Tujuan Pendidikan ... 22
ii NURUL AFFIQ NAZRIL B. ISMAIL, 2015
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pendidikan Jasmani ... 24
1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 25
2. Fungsi Pendidikan Jasmani ... 28
3. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 29
C. Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Jasmani ... 30
1. Belajar ... 30
2. Mengajar... 34
D. Konsep Kurikulum ... 37
1.Pengertian Kurikulum ... 41
2.Peran Kurikulum ... 44
3.Fungsi Kurikulum ... 45
4.Konsep Perencanaan Kurikulum ... 47
5.Implementasi Kurikulum Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 55
B. Populasi dan Sampel ... 57
C. Teknik Pengambilan Data ... 57
1. Pengamatan ... 58
2. Wawancara ... 62
3. Dokumentasi... 67
D. Kriteria Penilaian ... 69
E. Objek Penelitian ... 69
F. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 69
G. Analisis Dan Interpretasi Data ... 70
2. Teknik Analisis Data ... 70
3. Tahap-tahap Analisis Data ... 74
H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 75
1. Ketekunan Pengamatan ... 75
2. Auditing ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Latar Belakang ... 77
1. SMK Negeri 1 Bandung, Indonesia ... 77
2. Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai ... 79
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 81
1. Pengamatan Lapangan ... 81
a) SMK Negeri 1 Bandung ... 81
b) Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai ... 86
2. Wawancara ... 92
C. Deskripsi Temuaan Dan Pembahasan ... 97
1. Perencanaan Pembelajaran ... 97
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 98
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA xii
iv NURUL AFFIQ NAZRIL B. ISMAIL, 2015
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Sistem Yang Sederhana ... 21
3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model) ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 61
3.2 Kisi-kisi Intrukmen Wawancara ... 65
3.3 Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani ... 66
3.4 Pedoman Wawancara Siswa Pendidikan Jasmani ... 67
3.5 Kriteria Penilaian ... 69
4.1 Pengujian Lambda SMK Negeri 1 Bandung ... 91
4.2 Pengujian Lambda SMK Puchong Permai ... 91
4.3 Hasil Wawancara Antara SMK Negeri 1 Bandung dan Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai ... 92
4.4 Hasil Wawancara Siswa SMK Negeri 1 Bandung ... 95
4.5 Hasil Wawancara Siswa SMK Puchong Permai ... 96
4.6 Perilaku Guru dan Siswa ... 102
[image:7.612.111.489.168.448.2]vi NURUL AFFIQ NAZRIL B. ISMAIL, 2015
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Observasi SMK Negeri 1 Bandung ... 116
2 Hasil Observasi Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai... 120
3 Hasil Wawancara Guru Penjas SMK Negeri 1 Bandung ... 124
4 Hasil Wawancara Guru Penjas SMK Puchong Permai ... 126
5 Hasil Wawancara Uji Chi Kuadrat ... 131
6 Hasil Observasi Uji Lambda ... 133
7 Tabel Nilai X2. ... 136
8 Gambar Penelitian Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Permai, Malaysia ... 136
[image:8.612.115.487.170.386.2]BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan fondasi paling penting bagi kehidupan manusia
seutuhnya. Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan
sumber daya manusia yang lebih baik. Karena pendidikan sangat penting bagi
manusia khususnya negara-negara yang masih berkembang. Pendidikan
merupakan satu-satunya jalan untuk mengejar ketertinggalan dengan
bangsa-bangsa lain yang telah maju berkembang.
Menoleh dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli
pendidikan, diantaranya Langevent, menyebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap orang lain yang belum
dewasa agar mencapai kedewasaan ( Rasyidin dkk, 2010: 26). Pendidikan
berpengaruh membentuk pola pikir seseorang, untuk membentuk moral dan
karakter membangun anak bangsa sebagai generasi-generasi visioner yang
berkualitas.
Rasyidin dkk,(2009:3) memaparkan bahwa anak manusia yang terlahir tidak
berdaya, tidak dilengkapi insting yang sempurna, masih penyesuaian untuk
belajar memerlukan waktu yang cukup lama, kemampuannya masih terbatas,
oleh karenanya anak manusia perlu bantuan, perlu perlindungan dan perawatan.
Di sisi lain, manusia sebagai bagian dan masyarakat perlu budaya kelompok,
perlu warisan sosial budaya, perlu kehidupan beradab dan perlu pendidikan.
Dengan demikian manusia sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna, perlu
dan harus dididik dan mendidik. Menurut pendapat Soekidjo Notoatmodjo
(2013:2) “Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
2
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselengarakan di
Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia (Kemendiknas), dahulu bernama Departmen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud) dalam hal ini,
pemerintah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun untuk seluruh warga
negara, yakni enam tahun pendidikan dasar (sekolah dasar), tiga tahun
pendidikan menengah pertama (SMP) dan tiga tahun pendidikan menengah atas
(SMA).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecergasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Secara umum tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, lebih jelasnya adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU no.20,
Tahun 2003,Pasal 3)
Manakala di Malaysia, seluruh pendidikan dikembangkan oleh pihak
Kementerian Pendidikan Malaysia. Seperti yang telah ditetapkan oleh Pusat
Perkembangan Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia bahwa:
“Pendidikan adalah suatu usaha berterusan ke arah lebih
3
Pendidikan bertujuan untuk melahirkan warganegara Malaysia yang berilmu
pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan
kemampuan untuk mencapai kesejahterann diri serta memberi sumbangan
terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat dan negara.
Pendidikan di Malaysia harus di ikuti selama sebelas tahun, yakni enam tahun di
sekolah rendah dan lima tahun di sekolah menengah.
Dari sekian banyak unsur pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur
yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
perkembangan potensi peserta didik. Kurikulum diibaratkan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan.
Namun saat sekarang, jika diterapkan dalam dunia pendidikan bisa diartikan
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuhi oleh seorang
siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan
dalam bentuk ijazah. Menurut Alberty (1965:2) kurikulum adalah semua
kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of
the activities that are provided for the student). Kurikulum tidak dibatasi pada
kegiatan dalam kelas saja, tetapi mencakup kegiatan-kegiatan luar kelas juga.
Di negara Indonesia, struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi
konten dalam bentuk mata pelajaran, peranan konten pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten pelajaran dalam semester atau tahun, beban untuk mata
pelajaran dan beban belajar perminggu untuk setiap siswa. Kurikulum
mengembangkan tiga aspek yaitu aspek filosofis, aspek yuridis dan aspek
konseptual. Ketiga aspek tersebut adalah landasan pengembangan kurikulum di
Indonesia.
Dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki peserta didik yang disesuaikan dengan pendidikan. Gambaran mengenai
4
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skill dan sofl skill.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri-ciri dari suatu mata pelajaran.
Di Malaysia, kurikulum dikembangkan oleh Pusat Perkembangan
Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia. Kurikulum di Malaysia terdiri
dari Huraian Sukatan Pelajaran (kompetensi) yaitu dokumen yang
memperincikan kandungan Sukatan Pelajaran yang bertujuan untuk memenuhi
cita-cita murni dan semangat Falsafah Pendidikan Kebangsaan dan menyediakan
peserta didik untuk menghadapi arus globalisasi serta ekonomi.
Dalam Sukatan Pelajaran (kompetensi) Pendidikan Jasmani mengandungi
tiga konsep utama yaitu kecergasan (kecerdasan) yang menitikberatkan pada
kemampuan siswa melakukan aktivitas fisik, kemahiran menitikberatkan
keterampilan asas dalam permainan dan kesukanan (olahraga) yang
menitikberatkan pengetahuan jalan mengimplementasikan nilai-nilai dalam
pendidikan jasmani.
Secara umum kurikulum adalah alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya ke arah tujuan pendidikan kurikulum itu segala
aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru, sarana dan
prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara
sistematik dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam kurikulum mengandungi domain-domain atau aspek-aspek yang perlu
dikembangkan. Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam
5
skemata, yakni : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain
Psikomotorik”.
Aspek kognitif menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang
dari yang rendah sampai yang tinggi. Aspek afektif menekankan pada sikap,
perasaan, emosi dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di
masyarakat. Sedangkan aspek psikomotor, menekankan pada keterampilan gerak.
Keterampilan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau kemampuan fisik, baik
keterampilan fisik halus maupun kasar. Pendidikan yang bisa mengembangkan
ketiga aspek sekaligus yakni aspek kognitif, afektif dan psikomor adalah
pendidikan jasmani. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau
ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat membuat anak sibuk.
Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting untuk perkembangan anak dan
pendidikan anak secara menyeluruh.
Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi sistematis antara anak didik
dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan
efisien menuju pembentukkan manusia seutuhnya. Dengan demikian pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang
menunjang perkembangan siswa melalui kegiatan fisik. Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dalam proses pendidikan, karena banyaknya manfaat
yang diterima oleh siswa ketika mempelajari pendidikan jasmani di sekolah.
Menurut James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7):
„Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran
secara organic, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional dan
estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani‟.
Selain itu Piaget (2012: 7) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan
jasmani adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang
kreatif, berdaya-cipta dan yang dapat menemukan atau discover. Hal ini berarti
bahwa guru harus mendidik anak menjadi individu yang mampu melakukan
6
generasi sebelumnya, tanpa meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya.
Dewasa ini, banyak negara di dunia yang menempatkan pendidikan jasmani
sebagai bagian yang integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.
Misalnya di Jepang, China, Inggris, Jerman, Rusia, Amerika, Singapore dan
beberapa negara lainnya yang telah melaksanakan pendidikan jasmani meskipun
dengan cara dan prosedur yang berbeda.
Di Indonesia, pendidikan jasmani sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem
pendidikan nasional. Hal ini dapat diamati dari wajibnya pendidikan jasmani
diselenggarakan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Dari mulai Taman
Kanak-kanak (TK), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan ada
beberapa Perguruan Tinggi (PT) yang mewajibkan seluruh mahasiswanya
mengikuti perkuliahan pendidikan jasmani dan olahraga dengan jumlah Satuan
Kredit Semester (SKS) tertentu.
Begitu pun di Malaysia. Pendidikan Jasmani wajib diikuti seluruh siswa
mulai dari tingkat pra-sekolah sampai ke peringkat perguruan tinggi. Hal ini
terlihat dari siswa yang diminta memilih salah satu cabang olahraga yang telah
disediakan yang disebut dengan kokurikulum.
Proses belajar mengajar merupakan bagian yang terpenting dalam proses
pendidikan yang di dalamnya terdapat guru sebagai pengajar dan siswa yang
sedang belajar. Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 19), proses belajar mengajar
adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.”
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
7
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang
tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasi belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Proses
belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara opimal, yang
memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung
jawab sebagai anggota masyarakat.
Di Indonesia proses belajar mengajar harus sesuaian dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru sebelum dimulanya
pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar.
Setiap guru berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara
lengkap dan sistematik agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, kreatifitas dan kemandirian
siswa.
Dalam prosesnya pembelajaran harus mendorong pertumbuhan fisik,
perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,
penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Sedangkan proses pembelajaran pendidikan jasmani di Malaysia, guru harus
melaksanakan pembelajaran berdasarkan Sukatan Pelajaran atau yang disebut
RPP yang telah ditetapkan oleh kementerian atau pemerintah. Selain Sukatan
Pelajaran, guru juga perlu merujuk kepada dokumen Huraian Sukatan Pelajaran.
Sukatan Pelajaran Pendidikan Jasmani disusun mengikuti tiga tunjang atau aspek
8
Sukatan Pelajaran Pendidikan Jasmani tersebut mengandungi kurikulum
untuk tingkat sekolah menengah atau SMA yang rinci dan objektif. Objektif bagi
setiap tahun diberikan untuk membantu guru merancang pengajaran dan
pembelajaran mata pelajaran ini dengan lebih tepat dan berkesan.
Dalam sukatan pelajaran pendidikan jasmani tersebut mengandungi tiga jalur
bidang / unit pembelajaran yang merangkumi tajuk dan subtajuk yang terdapat
dalam pada setiap tahap pembelajaran. Guru bisa menambah tajuk atau
pembelajaran di mana perlu mengikuti kesesuaian murid, peralatan dan
lingkutan.
Guru memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Hal ini dikarenakan, dalam proses pembelajaran guru menguasai dan mengawal
segala aktivitas pelajaran seperti guru memberi penjelasan dan murid
mendengarkan. Menurut Mawer (2008:100), “Mengajar merupakan suatu
aktivitas berfikir yang professional dan apa-apa yang sebenarnya dilakukan di
dalam bilik darjah adalah tergantung kepada proses pemikiran guru sebelum
kelas bermula.”
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru memainkan peranan yang
sangat penting. Hal ini seperti diungkapkan oleh Undang-undang Guru dan
Dosen No 14 tahun 2005 sebagai berikut:
“pendidikan professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
Secara umum, Negara Indonesia dan Malaysia berada dalam satu rumpun.
Tetapi kedua negara tersebut memiliki budaya dan keyakinan yang berbeda dan
akan berdampak pada sistem pelaksanaan pendidikan jasmani di kedua Negara
ini. Karena itu untuk lebih menyakinkan corak dan warna mata pelajaran
pendidikan jasmani di kedua Negara ini, perlunya penelitian yang lebih dalam
9
Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa terdapat gejala-gejala yang
mengarahkan pada orentasi tujuan masing-masing, terutama pada tujuan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian pendidikan. Sehubungan
dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atau mengkaji yang akan
dituangkan berdasarkan judul yang telah ditetapkan yaitu: Perbandingan
Implementasi Kurikulum Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Antara
Indonesia dan Malaysia.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Secara umum, kurikulum adalah alat untuk mengembangkan peserta didik
yang harus ditempuh dari awal sampai akhir yang mengarahkan siswa untuk
belajar. Kurikulum adalah panduan untuk seorang guru dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan sepintas di lapangan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran pendidikan jasmani, terdapat beberapa
perbedaan pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
Indonesia dan di sekolah Malaysia.
Guru merupakan figure (sosok) sentral dalam mengantarkan manusia
(murid) kepada tujuan yang mulia. Khoe Yao Tung (2002, 10) menyebutkan guru
merupakan ujung tombak sekaligus faktor kunci dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Dalam ayat 2 pasal 1 disebut bahwa „dosen‟ adalah „pendidik
professional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Guru-guru pendidikan jasmani diharapkan dapat mengembangkan 3 aspek
10
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian (bahasa
Malaysia) yakni tiga aspek psikomotor, kognitif dan afektif.
Selama pengamatan ke sekolah, khususnya guru-guru di Bandung, peneliti
melihat guru-guru lebih menekankan pada aspek psikomotor siswa
berbandingkan aspek kognitif dan afektif siswa. Selama pengamatan proses
pembelajaran, peneliti melihat guru kurang menekankan perkembangan
aspek-aspek kognitif dan afektif siswa.. Hal ini menyebabkan anak akan lebih
berkembang pada aspek psikomotor yaitu skill atau gerak dibandingkan dengan
aspek kognitif dan afektif.
Kurangnya penekananan pada sikap kognitif siswa, akan menghambat
perkembangan pemikiran dan pengetahuan siswa tentang apa yang dipelajari
pada saat aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani. Siswa juga akan kurang
berdisiplin jika guru kurang menekankan aspek afektif pada saat pembelajaran.
Hal ini mengakibatkan, pada saat proses pembelajaran siswa cenderung
melakukan kegiatan sendiri dari pada melakukan kegiatan yang di berikan atau
disampaikan oleh guru.
Sedangkan di Malaysia, guru menitik beratkan pada psikomotor dan kognitif
siswa. Namun aspek afektif yang diterapkan pada siswa kurang dititik beratkan
oleh guru. Hal ini akan membuat siswa kurang berdisiplin pada saat aktivitas
pembelajaran dan aspek afektif siswa juga kurang berkembang dengan apa yang
diharapkan oleh pemerintah dan kementerian. Proses pembelajaran kurang
berjalan dengan apa yang diharapkan jika aspek afektif kepada siswa kurang
dikembangkan. Sehingga siswa bebas berkeliaran dan melakukan aktivitas
sendiri.
Interaksi antara guru dan siswa kedua negara bisa dikatakan humanis.
Namun masih ada sebagian guru yang menggunakan cara komando dengan cara
membariskan siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan bertujuan supaya
tertib. Maka dari itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti implementasi
11
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia dan
Malaysia?
2. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani di persekolahan
Indonesia dan Malaysia?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang telah dirumuskan
sesuai dengan latar belakang masalah. Maka tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum pendidikan jasmani dan
proses pembelajaran pendidikan jasmani di persekolahan Indonesia dan
Malaysia.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi panduan untuk guru-guru
pendidikan jasmani khusus guru-guru pendidikan jasmani di Indonesia dan
guru-guru di Malaysia untuk memajukan atau meningkatkan mutu
pendidikan jasmani kesehatan di Negara tersebut.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk
pemerintah atau kementerian pendidikan jasmani di Indonesia dan di
Malaysia mengenai kurikulum dan pelaksanaan proses pembelajaran
12
F. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal yang perlu
dikembangkan dari substansi yang ingin diketahui dalam penelitian tindakan
kelas ini agar tidak terjadi salah penafsiran dan permasalahan menjadi melebar
kemana-mana sehingga perlu adanya batasan masalah.
Adapun masalah-masalah penelitian yang ingin diketahui adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya menitik beratkan pada kurikulum dan proses pembelajran
pendidikan jasmani di sekolah.
2. Variable bebas adalah pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia dan
Malaysia.
3. Variable terikat adalah proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMK
Negeri 1 Bandung dan Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Baru Salak
Tinggi.
4. Sampel dalam penelitian ini adalah guru dan siswa SMK Negeri 1 Bandung
Kelas 2, Indonesia dan guru dan siswa Sekolah Menengah Kebangsaan
Bandar Baru Salak Tinggi Tingkatan 4, Malaysia.
5. Penelitian proses pembelajaran pendidikan jasmani lebih difokuskan seperti:
Kurikulum pendidikan jasmani, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
langkah-langkah pembelajaran
6. Instrument penelitian menggunakan berupa observasi, wawancara dan