DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Olahraga ... Error! Bookmark not defined.
B. Kondisi Fisik ... Error! Bookmark not defined.
C. Kekuatan (Strength) ... Error! Bookmark not defined.
1. Kekuatan Maksimal (Maximum Strength) ... Error! Bookmark not
defined.
2. Kekuatan yang Cepat (Speed Strength/Power) ... Error! Bookmark not
defined.
3. Daya Tahan Otot (Muscle Endurance) .... Error! Bookmark not defined.
D. Daya Tahan Otot (Muscular Endurance) .... Error! Bookmark not defined.
E. Latihan Beban (Weight Training) ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Latihan Beban (Weight Training) ... Error! Bookmark not
2. Prinsip-prinsip Latihan Beban ... Error! Bookmark not defined.
3. Metode dan Sistem Latihan Weight Training ... Error! Bookmark not
defined.
F. Peningkatan Daya Tahan Otot Melalui Metode Latihan Burn-out ... Error!
Bookmark not defined.
G. Peningkatan Daya Tahan Otot Melalui Metode Latihan Giant Set... Error!
Bookmark not defined.
H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... Error! Bookmark not defined.
I. Posisi Teoritis ... Error! Bookmark not defined.
1. Dimensi Bidang Teori (Theory Field) ... Error! Bookmark not defined.
2. Dimensi Kajian (Research) ... Error! Bookmark not defined.
3. Dimensi Kecabangan Olahraga ... Error! Bookmark not defined.
4. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Partisipan ... Error! Bookmark not defined.
C. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
D. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined.
E. Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined.
F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Kelompok Metode Latihan Burn-out ... Error! Bookmark not defined.
2. Kelompok Metode Latihan Giant Set ... Error! Bookmark not defined.
3. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark
not defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Implikasi ... Error! Bookmark not defined.
C. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masyarakat telah menyadari akan perlunya melakukan olahraga. Hal ini
terbukti dari banyaknya anggota masyarakat yang melakukan olahraga pada
hari-hari libur di lapangan-lapangan serta tempat-tempat tertentu yang memungkinkan.
Menurut Giriwijoyo (2009, hlm.34) dari sudut pandang ilmu faal olahraga,
olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur dan terencana yang dilakukan
orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai
dengan tujuannya melakukan olahraga. Berdasarkan sifat dan tujuannya, olahraga
dibagi menjadi empat antara lain olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga
kesehatan, dan olahraga pendidikan. Hal yang sama dikemukakan Sajoto (1988)
mengenai tujuan olahraga yaitu : (1) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga
hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal,
baik tempat peraturannya; (2) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk
tujuan pendidikan; (3) Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani tertentu; dan (4) Mereka yang melakukan
kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasiDalam olahraga yang bersifat
prestatif diperlukan kondisi fisik yang sempurna. Tidak hanya kondisi fisik yang
harus dilatih, tetapi aspek lain pun perlu dilatih pula. Aspek-aspek tersebut
diantaranya : teknik, taktik, dan mental. Mengenai pentingnya aspek-aspek
tersebut, Harsono (1988, hlm.100) mengemukakan : Ada empat aspek latihan
yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu latihan fisik,
latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental.
Dari keempat aspek latihan di atas, latihan fisik memegang peranan yang
sangat penting. Hal ini karena kondisi fisik merupakan dasar untuk dapat
mengikuti latihan selanjutnya dengan baik seperti yang dikatakan oleh Harsono
amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat
mengikuti latihan-latihan dengan sempurna”.
Ada beberapa komponen kondisi fisik yang harus dikembangkan, yaitu
kecepatan, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan daya tahan otot (Dikdik Zafar
Sidik, 2008, hlm.55). Pada dasarnya, dari beberapa komponen kondisi fisik yang
harus dikembangkan, seorang atlet paling tidak haruslah mempunyai kekuatan.
Tanpa kekuatan akan sulit bagi atlet untuk bisa mengembangkan kondisi fisik
selanjutnya dengan baik. Kekuatan merupakan basis dari semua komponen
kondisi fisik. Dengan kekuatan, seorang atlet sepeda akan mampu mengayuh
pedal sepeda dengan cepat dan kuat. Bukan itu saja, dia juga dapat menempuh
jarak yang jauh karena mempunyai daya tahan otot yang baik.
Pentingnya kekuatan ini dikatakan pula oleh Harsono (1988, hlm.177) yakni
kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting (kalau bukan yang paling
penting) guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Imanudin (2008,
hlm.96) mengatakan bahwa Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Ada beberapa
jenis kekuatan yang mana pelatih harus benar-benar memahami dan mengerti
sehingga akan benar dalam aplikasi proses pelatihannya. Kekuatan meliputi
kekuatan maksimal (maximum strength), kekuatan yang cepat (speed strength /
power), dan daya tahan kekuatan (muscle endurance). Menurut Harsono (1988,
hlm.177), daya tahan kekuatan atau daya tahan otot mengacu kepada suatu
kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi berturut-turut (misalnya
push-up dan sit-up) atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk
waktu yang lama (misalnya menggantung pada restock, menahan suatu beban
dengan lurus ke samping untuk waktu yang lama).
Daya tahan otot menjadi unsur terpenting karena daya tahan otot diperlukan
untuk menghindari kelelahan berlebihan sehingga atlet mampu menjalani waktu
pertandingan yang lebih lama. Atlet harus mempunyai daya tahan otot yang baik
agar dapat menyelesaikan pertandingan tanpa mengalami kelelahan. Hampir
dayung, renang, tinju, panahan, atletik, pencak silat, tenis, anggar dan lain
sebagainya. Otot yang kuat, meskipun mempunyai daya ekplosif yang dahsyat,
belumlah cukup apabila otot-otot tersebut tidak tahan bekerja untuk waktu yang
lama. Otot-otot yang kuat harus dilatih dan dikembangkan agar menjadi otot yang
tidak hanya kuat, tetapi juga mempunyai daya tahan yang tinggi.
Pada kenyataannya, masih terdapat beberapa atlet yang mempunyai daya
tahan otot yang kurang baik atau cukup. Beberapa penelitian mengenai profil
kondisi fisik atlet (dalam hal ini daya tahan otot) antara lain seperti yang diteliti
oleh Yogie (2015, hlm.63-66) yang meneliti tentang profil kondisi fisik atlet pelatda cabang olahraga judo menyatakan bahwa : “Hasil tes push-up dari 14
orang atlet yang diteliti, hasilnya 7,1% masuk dalam kategori baik sekali, 50%
masuk dalam kategori baik, dan 37,7% masuk dalam kategori cukup. Hasil tes
daya tahan otot lokal perut (sit-up), hasilnya 50% masuk dalam kategori baik dan
50% masuk dalam kategori cukup. Hasil tes daya tahan otot lokal punggung (back
lift), hasilnya 42,9% masuk dalam kategori cukup, dan 57,1% masuk dalam
kategori baik. Hasil tes daya tahan otot lokal tungkai (squat jump), hasilnya
14,3% masuk dalam kategori kurang, 42,9% masuk dalam kategori cukup, 35,7%
masuk dalam kategori baik, dan 7,1% masuk dalam kategori baik sekali”. Dalam
hal ini menjadi tugas para pelatih untuk dapat meningkatkan kondisi fisik atlet,
terutama, kekuatan, power dan daya tahan otot.
Latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-latihan
tahanan. Hal ini seperti yang dikemukakan Harsono (1988, hlm.178) : “Latihan
yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan yaitu
internal resisten (latihan tahanan melalui beban dari berat badan) dan eksternal
resisten (latihan tahanan melalui beban dari luar)”. Salah satu macam latihan
tahanan secara isotonis yang paling popular dalam olahraga adalah latihan beban
(weight training).
Latihan beban merupakan salah satu macam latihan tahanan secara isotonis
yang paling sering digunakan dalam olahraga. Menurut Suharjana (2007, hlm.87)
dengan menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna
memperbaiki kondisi fisik atlet, mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan
kesehatan. Sedangkan tujuan latihan tahanan secara umum menurut ACSM (The
American College of Sport and Medicine) meliputi kekuatan otot, daya tahan otot,
hipertropi otot, dan power otot. Latihan beban dapat dilakukan dengan
menggunakan beban dari badan sendiri (beban dalam) atau menggunakan beban
luar yaitu beban bebas (free weight) seperti dumbell, barbell, atau mesin beban
(gym machine). Mesin beban (gym machine) terdiri atas dua jenis mesin latihan
yaitu mesin pivot dan mesin cam.
Dari hasil weight training terdapat banyak perubahan yang terjadi atas sikap
dan pandangan seseorang dalam latihan kekuatan. Sebagian besar pelatih telah
memasukkan latihan kekuatan (weight training) dalam tahap persiapan umum
sebagai komponen penting dalam program latihan atlet. Hampir semua atlet
merasakan manfaat yang sangat besar dari weight training diantaranya untuk
meningkatkan kekuatan, power dan daya tahan otot yang memberikan duukungan
terhadap proses penguasaan teknik, termasuk mereka yang bukan atlet atau yang
sekedar menjaga kesehatan dengan memperoleh manfaat dari weight training.
Dalam weight training terdapat perbedaan yang jelas pada pembebanan serta
pengulangan (repetisi). Berkaitan dengan pembebanan dalam weigh training,
khususnya untuk mengembangkan kekuatan, power dan daya tahan otot, Harsono
(1988, hlm. 188) menjelaskan bahwa :
Range 8-12 dipakai untuk melatih kekuatan pada cabang olahraga
seperti basket, voli, renang, sepak bola dan sebagainya. Sedangkan untuk cabang olahraga yang lebih banyak membutuhkan kekuatan seperti gulat, tinju dan sebagainya 6-10 RM, kalau berlatih untuk power 12-15 RM, kalau berlatih untuk daya tahan otot antara 20-25 RM, jumlah set yang digunakan 3 set dengan rest interval 3-5 menit.
Penggunaan metode latihan yang cermat dan tepat dari pelatih dapat
menghilangkan kejenuhan dalam latihan. Pada saat musim pertandingan, materi
fisik yang diberikan hanya untuk kebugaran fisik, bisa dengan bentuk permainan
atau metode latihan yang sifatnya tidak monoton seperti metode circuit training,
dalam skripsi Ahmad Daylami (2015) bahwa : “Cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan suatu alat tertentu”. Metode merupakan pengetahuan tentang cara atau urutan penyelenggaraan yang dilakukan dari permulaan sampai akhir.dengan
memperhatikan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan suatu cara jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan.
Ada beberapa metode dan sistem latihan beban, seperti yang dikemukakan
Harsono (1988, hlm.196-198) yaitu : 1) Sistem set, 2) Sistem superset, 3) Split
routines, 4) Metode multi-poundage, 5) Burn-out, 6) Sistem pyramid. Ade Rai
(2006, hlm.37,83) dalam skripsi Puji Santoso (2012) juga mengemukakan
mengenai berbagai macam metode latihan yang dapat digunakan untuk menyusun
atau merancang program latihan, antara lain : metode superset, compound set,set
block/set sistem, tri set, giant set, pyramid set, drop set, staggered set, dan masih
banyak lagi metode-metode latihan lainnya.
Pelaksanaan berbagai metode latihan beban tersebut tentunya akan
berbeda-beda. Jika pelaksanaannya berbeda, ada kemungkinan peningkatan daya tahan
ototnya pun akan berbeda pula, meskipun daya tahan ototnya akan sama-sama
meningkat. Seorang pelatih seharusnya memberikan apa yang terbaik bagi
peningkatan prestasi atletnya. Pelatih harus mempunyai wawasan yang luas untuk
dapat meningkatkan kemampuan kondisi fisik atlet, salah satunya memberikan
metode latihan yang tepat. Ada beberapa metode yang dianggap baik untuk
meningkatkan kekuatan, dalam hal ini daya tahan otot, yaitu burn-out dan giant
set.
Harsono (1988, hlm.197) mengungkapkan, “Untuk metode burn-out
mengartikan bahwa sistem ini adalah suatu sistem latihan beban yang mengharuskan otot bekerja secara maksimal sampai habis tenaga (burned
out) yang berarti otot sudah tidak sanggup lagi untuk melakukan kerja
Dalam penggunaan dua metode di atas, diharapkan akan memberikan
kontribusi terhadap daya tahan otot atlet agar dapat bertanding dengan performa
yang maksimal. Kedua metode latihan di atas merupakan metode yang asing bagi
para pelatih. Dalam kenyataan di lapangan, pelatih lebih sering menggunakan
metode yang sudah dikenal oleh mereka dan sudah banyak diteliti. Seperti contoh
beberapa penelitian mengenai metode latihan set sistem dan super set terhadap
daya tahan otot yang diteliti oleh Yolif Citra Resmi (2014), metode piramid dan
piramid terbalik oleh Sandra Arhesa (2012). Selain itu, yang menjadi kendala bagi
para pelatih karena pelaksanaan kedua metode latihan tersebut sangat berat,
seperti yang telah dijelaskan Harsono di atas. Berdasarkan hal-hal di atas penulis
ingin mencoba meneliti metode latihan beban manakah yang mempunyai nilai
rata-rata lebih baik dalam peningkatan daya tahan otot antara metode latihan
burn-out dan metode latihan giant set, dan sejauh mana peningkatan daya tahan otot
yang dihasilkan dari metode latihan tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
mencoba membandingkan sistem burn-out dengan sistem giant set. Adapun judul
dari penelitian ini adalah “Pengaruh Latihan Beban Menggunakan Metode
Burn-out dan Metode Giant Set terhadap Peningkatan Daya Tahan Otot”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Sebuah penelitian tidak lepas dari permasalahan sehingga perlu masalah
tersebut untuk diteliti, dianalisis dan dipecahkan. Setelah diketahui latar belakang
penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh dari latihan beban menggunakan metode latihan
burn-out terhadap peningkatan daya tahan otot?
2. Apakah terdapat pengaruh dari latihan beban menggunakan metode latihan
giant set terhadap peningkatan daya tahan otot?
3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata antara latihan beban menggunakan
metode burn-out dan metode latihan giant set terhadap peningkatan daya
tahan otot?
Tujuan merupakan suatu dorongan dan arahan yang ingin dicapai, sebab
dengan tujuan seseorang akan dapat terdorong untuk dapat berbuat dan
menyeleksi apa yang telah diperbuat tersebut. Perbuatan yang tanpa dilandasi
dengan tujuan maka hasil yang dicapai akan sulit untuk dilakukan evaluasi
sehingga diketahui faktor pendukung serta hambatan yang ada.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji pengaruh latihan beban menggunakan metode latihan
burn-out terhadap peningkatan daya tahan otot.
2. Untuk menguji pengaruh latihan beban menggunakan metode latihan giant
set terhadap peningkatan daya tahan otot.
3. Untuk menguji perbedaan rata-rata latihan beban menggunakan metode
latihan burn-out dengan metode latihan giant set terhadap peningkatan
daya tahan otot.
D. Manfaat Penelitian
Setiap hasil penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu-ilmu yang dijadikan objek penelitian. Adapun manfaat yang
diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1. Peneliti
Penelitian ini dijadikan sebagai sumber informasi keilmuan yang mengkaji
disiplin ilmu olahraga kebugaran, khususnya latihan beban dan bisa menjadi
referensi peneliti lain yang ingin meneliti lebih dalam mengenai latihan beban.
2. Lembaga
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan sebagai bahan
pertimbangan bagi lembaga yang berkompeten dengan pembinaan olahraga
kecabangan, klub-klub dan lembaga-lembaga kebugaran lain yang sekarang sudah
banyak berkembang.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bab I, penulis memaparkan mengenai masalah yang terjadi yang akan
diteliti. Adapun materi yang akan dibahas pada bab ini mengenai :
A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Ogranisasi Penelitian
2. Bab II : Kajian Pustaka
Pada bab II, penulis memaparkan mengenai teori-teori yang relevan terkait
dengan tema masalah beserta pemecahan masalahnya.
3. Bab III : Metode Penelitian
Pada Bab ini, penulis memaparkan mengenai alur penelitian dari mulai desain
penelitian, penetapan partisipan, populasi dan sampel serta instrument penelitian
hingga analisis data yang digunakan. Adapun pokok-pokok bahasan dalam bab II
antara lain :
A. Desain Penelitian
B. Partisipan
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Prosedur Penelitian
F. Analisis Data
4. Bab IV : Temuan dan Pembahasan
Penulis memaparkan tentang hasil peneltian, pengolahan data dan analisis
temuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam
pembahasan sebelumnya.
5. Bab V : Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Dalam bab ini, dipaparkan simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Penulis
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode
penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm.107) penelitian eksperimen
dilakukan di laboratorium sedangkan naturalistic/kualitatif dilakukan pada kondisi
alamiah. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan
dalam penelitian naturalistik tidak ada perlakuan. Dengan demikian metode
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
A. Desain Penelitian
Dalam sebuah penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai
dengan apa yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian yang akan di
uji kebenarannya. Penelitian mengenai pengaruh latihan beban dengan
menggunakan metode burn-out dan giant set terhadap peningkatan daya tahan
otot. Adapun jenis metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pre-Experimental Design atau Weak Experimental Design. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang digunakan adalah The
Static Group Posttest Design.. Mengenai desain The Static Group
Pretest-Posttest Design, Fraenkel dan Wallen (2012, hlm. 270) mengemukakan bahwa,
“The static group pretest-posttest design differs from the static group comparison design only in that a pretest is givven to both groups.” Static group pretest
-posttest design berbeda dari static group comparison design, pretest atatu tes awal
diberikan pada kedua kelompok. Pada penelitian ini kedua kelompok diberikan
perlakuan (treatment) yang berbeda, yaitu kelompok metode latihan burn-out dan
kelompok metode latihan giant set.
Pada pelaksanaan desain ini dilakukan dengan cara meneliti terlebih dahulu
pengidentifikasian variabel bebas (X) setelah melakukan pretest kemudian
pengukuran pretest (T1) dibandingkan dengan hasil posttest (T2) untuk
mengetahui hubungan sebab akibat dari munculnya X.
Desain penelitian ini merupakan desain penelitian yang menggunakan dua
kelompok yang dipilih sesuai dengan tujuan kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal dan dibandingkan dengan sampel setelah diberi
perlakuan.
Berikut desain penelitiannya :
O1 X1 O2
[image:15.595.125.480.164.489.2]O1 X2 O2
Gambar 3. 1
The Static Group Pretest-Posttest Design
(Sumber : Fraenkel dan Wallen (2012, hlm.270))
Keterangan :
O1 : Tes awal daya tahan otot (pretest)
O2 : Tes akhir daya tahan otot (posttest)
X1 : Kelompok eksperimen 1 (metode burn-out)
X2 : Kelompok eksperimen 2 (metode giant set)
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen metode latihan
burn-out dan metode latihan giant set, serta satu variabel terikat yaitu daya tahan otot.
Desain ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan metode latihan burn-out
dan metode latihan giant set terhadap peningkatan daya tahan otot.
B. Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah anggota Unit Kegiatan
Mahasiswa Ideal Body and Fitness (IBAF) Universitas Pendidikan Indonesia yang
berjumlah 38 orang, yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang latihan beban FPOK Padasuka Cicaheum.
Karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah : Anggota UKM IBAF UPI
yang berjumlah 38 orang.
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 20 orang. 10 orang sebagai sampel pada kelompok metode
burn-out dan 10 orang pada kelompok metode giant set. Untuk penentuan jumlah
sampel, tidak ada patokan yang standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan
sampel penelitian, akan tetapi untuk memilih sampel harus diketahui dahulu dari
sifat populasinya. Hal ini sesuai yang dikemukakan Nasution (2004, hlm.134)
dalam skripsi Surya (2013) bahwa : “Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah
sampel yang dipergunakan atau suatu penelitian di populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud sampel besar dan kecil”. Adapun teknik pemilihan sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Probability
sampling dengan jenis simple random sampling. Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Mengenai simple
random sampling, Sugiyono (2014, hlm.82) mengemukakan bahwa : “dikatakan
simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan poin penting dalam sebuah penelitian, instrument
berfungsi untuk memperoleh data yang diinginkan dari sebuah penelitian seperti yang diungkapkan Sugiono (2011, hlm.102) bahwa “instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
tertentu. Adapun item tes yang akan digunakan adalah tes push-up, dan tes
pull-up. Adapun langkah pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut :
1. Push-up
a) Tujuan : Untuk mengukur daya tahan otot lengan
b) Alat dan Fasilitas :
o Stopwatch
o Alat tulis
o Lapangan datar
o Tester (penghitung waktu dan pencatat hasil)
c) Pelaksanaan :
o Sikap permulaan
o Sikap telungkup, kepala, punggung, dan kaki lurus.
o Kedua telapak tangan bertumpu di lantai di samping dada, jari-jari
tangan ke depan.
o Kedua telapak kaki bertumpu di lantai.
o Dalam sikap telungkup hanya dada yang menyentuh lantai, kepala,
perut dan tungkai bawah terangkat.
o Dari sikap telungkup, angkat tubuh dengan meluruskan kedua
tangan, kemudian turunkan lagi tubuh dengan membengkokkan
kedua tangan sehingga dada menyentuh lantai.
o Setiap kali mengangkap dan menurunkan badan, kepala,
punggung, dan tungkai bawah tetap lurus. Setiap kali tubuh
terangkat dihitung sekali.
o Hanya pelaksanaan yang betul yang dihitung.
o Pelaksanaan push-up dilakukan sebanyak mungkin selama 60
Gambar 3.2 Pelaksanaan Tes Push-up Sumber : www.dericsantoso.my.id
Adapun norma penilaian pada tes ini seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Norma penilaian tes push-up
Kategori Umur (tahun)
15 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69 Laki-laki Baik Skl Baik Cukup Kurang Kurang Skl
≥ 39 29 – 38
23 – 28
19 – 22 ≤ 17
≥ 36 29 – 35
22 – 28
17 – 21 ≤ 16
≥ 30 21 – 29
15 – 20
10 – 14 ≤ 9
≥ 22 17 – 21
13 – 16
10 – 12 ≤ 9
≥ 21 13 – 20
10 – 12
7 – 9 ≤ 6
≥ 18 11 – 17
8 – 10
5 – 7 ≤ 4 Perempuan Baik Skl Baik Cukup Kurang Kurang Skl
≥ 33 25 – 32
18 – 24
12 – 17 ≤ 11
≥ 30 21 – 29
15 – 20
10 – 14 ≤ 9
≥ 27 20 – 26
13 – 19
8 – 12 ≤ 7
≥ 24 15 – 23
11 – 14
5 – 10 ≤ 4
≥ 21 11 – 20
7 – 10
2 – 6 ≤ 1
≥ 17 12 – 16
5 – 11
[image:18.595.114.512.414.721.2]2. Pull-up
a) Tujuan : Untuk mengukur daya tahan otot lengan
b) Alat dan fasilitas :
o Lantai rata dan bersih.
o Palang tunggal.
o Stopwatch
o Serbuk kapur atau magnesium karbonat.
o Alat tulis
o Pengamat waktu
o Penghitung gerakan dan pencatat hasil.
c) Pelaksanaan :
o Peserta berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan
berpegangan pada palang tunggal selebar bahu, pegangan tangan
menghadap ke arah letak kepala.
o Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan,
sehingga dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal
kemudia kembali ke sikap permulaan. Gerakan dihitung satu kali.
o Selama melakukan gerakan, mulai dari kepala sampai ujung kaki
tetap merupakan satu garis lurus.
o Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat sebanyak
mungkin.
o Angkatan dianggap gagal dan dihitung apabila pada waktu
mengangkat badan peserta melakukan gerakan mengayun dan
pada waktu menganggkat badan, dagu tidak menyentuh atau
melewati palang tunggal.
o Yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan secara sempurna.
o Yang dicatat adalah jumlah angkatan yang dapat dilakukan dengan
sikap sempurna tanpa istirahat.
Gambar 3.3 Pelaksanaan Tes Pull-up Sumber : www.Artofmanliness.com
Adapun norma penilaian pada tes ini seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Norma penilaian tes pull-up
Kategori Umur (tahun)
15 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
> 10
9 – 10
7 – 8
5 – 6
3 – 4
> 8
7 – 8
5 – 6
3 – 4
1 – 2
> 6
5 – 6
3 – 4
2
1
> 4
4
3
2
1
Sumber : David C. Nieman, DHSc. MPH, Fitness and Sports Medicine An Introduction, Bull Publishing Company, 1990
E. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Adapun tahapun yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan tema mengenai permasalah yang akan diteliti.
[image:20.595.146.481.417.578.2]3. Pendalaman kajian pustaka mengenai penelitian.
4. Merumuskan metode penelitian yang tepat.
5. Mengumpulkan dan menyususn data hasil dan pembahasan
6. Analisis data
7. Menarik simpulan, implikasi dan rekomendasi.
Berikut adalah alur prosedur penelitian :
Gambar 3. 4
Pretest
Pengumpulan
Data
Pengolahan Data dan
Analisis Data Populasi
Sampel
Posttest Treatment
Metode Burn-out
Posttest Treatment
Metode Giant Set Pretest
Hasil
[image:21.595.131.521.194.756.2]Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan adalah penentuan populasi
dan sampel. Setelah itu dilakukan pretest atau tes awal terlebih dahulu untuk
mengetahui daya tahan otot sebelum perlakuan (treatment). Kemudian, sampel
tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dengan metode latihan
burn-out dan kelompok dengan metode latihan giant set. Perlakuan (treatment)
dilakukan selama 6 minggu (16 kali pertemuan) dengan frekuensi latihan
[image:22.595.100.530.274.748.2]sebanyak 3 kali per minggu. Adapun jadwal latiihan dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Jadwal Latihan
Minggu Ke-
Pertemuan
Ke- Hari/Tanggal
Alokasi
Waktu Keterangan
1
1 Rabu, 6/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
2 Jum’at, 8/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan
2
3 Senin, 11/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
4 Rabu. 13/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
5 Jum’at, 15/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan
3
6 Senin, 18/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
7 Rabu, 20/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
8 Jum’at, 22/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan
4
9 Senin, 25/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
10 Rabu, 27/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
11 Jum’at, 29/5/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan
5
12 Senin, 1/6/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
13 Rabu, 3/6/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
14 Jum’at, 5/6/2015 60-90 menit Pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan
Jumlah perlakuan sebanyak 16 kali pertemuan (6 minggu) cukup untuk dapat
melihat perubahan yang terjadi. Sebelum diberi perlakuan, sampel sudah melewati
tahapan-tahapan latihan kekuatan (daya tahan otot) diantaranya adaptasi anatomi,
hipertropi, dan neural activation. Sampel dalam penelitian ini sudah terbiasa
melakukan latihan beban dan minimal sebelumnya sudah berlatih selama satu
bulan di UKM IBAF. Ini memudahkan penelitian karena tidak harus dimulai dari
awal (adaptasi anatomi) sehingga tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Setelah selesai menjalankan program latihan, ada evaluasi berupa posttest. Data
dari awal sampai akhir dikumpulkan untuk diolah dan dianalsis sampai bisa
menemukan hasil dan kesimpulkan.
F. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah analisis data. Kegiatan dalam analisis data adalah input data dan
menguji hipotesis yang sudah diajukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji statistik antara lain : uji normalitas data untuk mengetahui data
tersebut berdistribusi normal atau tidak, Paired Sample t Test untuk pengujian
terhadap dua sampel yang berpasangan (paired), sampel yang berpasangan
diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua
perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Peneliti juga menggunakan uji statistik
Independent Sample t Test untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara variable numeric sehingga bisa digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan antara metode latihan burn-out dengan metode latihan
DAFTAR PUSTAKA
Abernethy, Bruce, dkk (1997). The Biophysical Foundations of Human
Movement. United States : Human Kinetics.
Ambarukmi dkk (2007). Pelatihan Pelatih Fisik Level 1. Jakarta: Asisten Deputi Pengembangan Tenaga dan Pembinaan Keolahragaan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
Arhesa, S (2012). Pengaruh Metode Latihan Piramid Normal dan Piramid
Terbalik Terhadap Peningkatan Hipertrofi Otot. (Skripsi). Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Bompa (1994). Theory and Methodology of Training. Canada: Kendall/Hunt Publishing Company.
Depdiknas (2000). Pedoman dan Modal Penataran Pelatihan Kesehatan
Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Direktorat
Pendidikan dan Kebudayaan.
Evan, N (2007). Body Building Anatomy. Human Kinetics
Fraenkel, R, Wallen, E & Hyun, H (2012). How to Design and Evaluate Research
in Education, Eighth Edition. Asia : Mc Graw-Hill Education.
Giriwijoyo, S (2009). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, Santosa & Zafar, Dikdik (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi
Olahraga). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Guyton, (2006). Text Book of Medical Physiology. Edisi 7.
Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Irwan Jakarta.
Imanudin, Iman (penyunting). (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kraemer, W (penyunting). (2006). Handbook of Sport Medicine and Science
Strength Training for Sport. USA : Replika Press Pvt.
Nasrullah, A (2011). Pengaruh Latihan Circuit Training terhadap Kekuatan dan
Daya Tahan Otot Mahasiswa IKORA Angkatan 2009. (Skripsi). Fakultas
Ilmu Keolahragaan UNY.
, (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Rai, Ade (2006). Gaya Hidup Sehat Fitness dan Binaraga. Jakarta: Tabloid BOLA.
Ruswan, A (2009). Pengaruh Beberapa Macam Metode Latihan Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,
Purwakarta.
Sajoto (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Santoso, Deni (2015). Nama Gerakan dalam Fitness dan Petunjuk Melakukannya
. Diakses dari http://duniafitnes.com/category/workout-list. pada tanggal
15 April 2015, jam 11.15 WIB.
Soegiarto, Tjalik (2002). Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY.
Sugiyono (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. edisi 20, Bandung: Alfabeta cv Bandung.
Suharjana (2007). Diktat Kuliah Latihan Beban. Yogyakarta: FIK UNY.
Suherman, Adang & Rahayu, Nur Indri (penyunting). (2013). Statistika Untuk
Ilmu Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukadiyanto (2011). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung.
Sukmadinata (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja. Rosda Karya.
Suntoda, A. Tes, Pengukuran, dan Evaluasi dalam Cabang Olahraga. (Artikel).
Thomas (2000). Bugar dengan Latihan Beban. (Razi Siregar. Terjemahan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tri, A (2014). Perbandingan Hasil Latihan Squat dengan Menggunakan Weight
Training Metode Pyramid Sistem dan Metode Burnout Sistem terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Otot Tungkai. (Skripsi). Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
UPI (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Yogie (2015. Profil Kondisi Fisik Atlet Pelatda Jawa Barat Tahun 2015 pada
Cabang Olahraga Judo. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,
Yolif (2014). Metode Set Sistem dan Metode Super Set Kaitannya dengan
Peningkatan Daya Tahan Otot. (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.