ANALISA PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN STRUKTUR PELAT LANTAI
DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN HALF SLAB PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG MANHATTAN
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil
Disusun Oleh :
RANDY TANDIONO 120404060
BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Randy Tandiono
NIM : 120404060
Departemen : Teknik Sipil FT USU
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir saya dengan judul “Analisa Perbandingan Biaya dan Waktu Pekerjaan Struktur Pelat Lantai dengan Metode Konvensional dan Half Slab pada Proyek Pembangunan Gedung Manhattan Medan” adalah bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam Tugas Akhir saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan.
Demikan pernyataan ini saya perbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan, Mei 2018 Penulis
(Randy Tandiono) 120404060
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena hanya oleh kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :
“Analisa Perbandingan Biaya Dan Waktu Pekerjaan Struktur Pelat Lantai
Dengan Metode Konvensional Dan Half Slab Pada Proyek Pembangunan Gedung Manhattan Medan”.
Adapun Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yaitu :
1. Terutama kepada kedua orang tua saya, ayahanda Asnadi Tandiono dan Ibunda Ernie Rimbun, dan kakak saya Stephanie yang telah memberikan doa dan dukungan penuh dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Nursyamsi, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing dan Bapak Indra Jaya, S.T., M.T. sebagai dosen co-pembimbing, yang telah dengan sabar memberi bimbingan dan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Medis Surbakti, S.T, M.T selaku ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Andi Putra Rambe, M.B.A dan Bapak Ir. Indra Jaya Pandia,M.T sebagai penguji yang telah memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu staff pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Teman-teman angkatan 2012, Jeffry, Harry Chandra, Michael Tanaka, Winston Chennady, Danan AS, Hendrik, Michael Dai, Larry Djono, Victor, Wahyu Tanadi, Prayogo Liuputra, Sarah Hutabarat, Yulistia Hadi, serta teman-teman angkatan 2012 lainnya.
7. Teman – teman kerja praktek saya, Juvianto, Michael Keilson, Benny Wirawan, Dicky Yongko, Thompson Kwan.
8. Teman - teman dekat saya, Andi, Andreas, Christine, Cindy, Raymond, Meryana, Veronika, Vince, Winny.
9. Pemberi izin pengambilan data tugas akhir, PT. Pembangunan Perumahan (PP).
10. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas dukungannya yang sangat baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk kesempurnaan, penulis menerima kritik dan saran. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, sekian dan terima kasih.
Medan, Mei 2018 Penulis
(Randy Tandiono) 12 0404 060
ABSTRAK
Kemajuan teknologi dunia konstruksi semakin pesat. Berbagai inovasi terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan metode pengerjaan yang efisien dan efektif terus dikembangkan untuk peningkatan kualitas pekerjaan konstruksi. Salah satunya adalah metode pekerjaan pelat lantai menggunakan pelat half slab. Pelat half slab terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan pertama menggunakan pelat pracetak yang juga berperan sebagai bekisting / cetakan dan lapisan kedua menggunakan beton cor konvensional. Penggunaan pelat half slab bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan pelat lantai. Pada tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang menganalisa perbandingan biaya dan waktu pekerjaan pelat half slab dengan pelat konvensional pada pembangunan gedung Manhattan Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Metode perhitungan biaya yang digunakan adalah metode analisa harga satuan pekerjaan.
Adapun hasil analisa perbandingan biaya dan waktu pengerjaan pelat half slab dan pelat konvensional pada pembangunan gedung Manhattan Medan didapati bahwa penggunaan pelat half slab dapat menghemat biaya sebesar 8%, dengan penggunaan precast produksi insitu, penggunaan metode half slab lebih lambat 29,9% daripada metode konvensional, dengan penggunaan precast fabrikasi penggunaan metode half slab dapat menghemat waktu pengerjaan sebesar 57,41%.
Kata Kunci : Pelat Half Slab, Pelat Konvensional, Perbandingan Biaya dan Waktu. .
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Pembatasan Masalah 4
1.6 Metodologi Penelitian 4
1.7 Sistematika Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelat Lantai 6
2.1.1 Pengertian Pelat Lantai 6
2.1.2 Fungsi Pelat Lantai 6
2.1.3 Jenis-jenis pelat lantai 6
2.1.4 Metode Pengerjaan Struktur Pelat Lantai 13
2.2 Biaya Konstruksi 17
2.2.1 Pengertian Biaya Konstruksi 17
2.2.2 Jenis-jenis biaya 18
2.2.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 20
2.2.3.1 Volume / Kubikasi Pekerjaan 21
2.2.3.2 Harga Satuan Pekerjaan 21
2.2.3.3 Analisa Harga Satuan 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Umum 23
3.2 Tempat penelitian 24
3.3 Jenis data penelitian 26
3.4 Metode pengambilan data 27
3.5 Proses penelitian 27
3.6 Diagram Alir Penelitian 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum 31
4.2 Analisa Data 31
4.2.1 Volume Pekerjaan 32 4.2.2 Analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai metode
konvensional 33
4.2.3 Analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai metode Half Slab 42 4.2.4 Analisa waktu pengerjaan pelat lantai aktual 56 4.2.5 Analisa waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional 56 4.2.5.1 Pekerjaan acuan dan perancah 56 4.2.5.2 Pekerjaan pembesian pelat konvensional 57 4.2.5.3 Pekerjaan pengecoran pelat konvensional 57 4.2.6 Analisa waktu pekerjaan pelat lantai dengan metode Half slab59 4.2.6.1 Pekerjaan produksi precast half slab 60
4.2.6.2 Pekerjaan ereksi precast 60
4.2.6.3 Pekerjaan pembesian 62
4.2.6.4 Pekerjaan pengecoran 62
4.2.7 Analisa perbandingan biaya dan waktu pekerjaan pelat lantai 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas area pelat lantai 32
Tabel 4.2 Volume Pembesian Pelat Lantai 32
Tabel 4.3 Volume Pembetonan Pelat Lantai 32
Tabel 4.4 Analisa Pemasangan 1m2 bekisting lantai 33
Tabel 4.5 Analisa Bongkar 1m2 Bekisting 34
Tabel 4.6 Analisa Mengangkut/ menaikkan 100 kg tulangan 35 Tabel 4.7 Analisa Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir 36 Tabel 4.8 Analisa Pengecoran 1 m³ Beton menggunakan Ready Mixed dan
bahan aditif 37
Tabel 4.9 Analisa Pemadatan 1 m3 beton pada saat mengecor 38
Tabel 4.10 Analisa Pelaksanaan Curring Beton 39
Tabel 4.11 Biaya Pekerjaan Bekisting 40
Tabel 4.12 Biaya Pekerjaan Pembesian 40
Tabel 4.13 Biaya Pekerjaan Pembetonan 40
Tabel 4.14 Total biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional 41 Tabel 4.15 Analisa Pembuatan 1 m2 bekisting untuk pelat beton pracetak 42 Tabel 4.16 Analisa Pembesian 1 kg polos atau besi ulir 43 Tabel 4.17 Analisa Penuangan/menebar beton 1 m3 komponen untuk pelat
Pracetak 44
Tabel 4.18 Analisa Pemasangan dan membuka bekisting 1 buah komponen pelat
beton pracetak 45
Tabel 4.19 Analisa Ereksi 1 buah komponen untuk pelat pracetak 46 Tabel 4.20 Analisa Langsir 1 buah komponen untuk pelat pracetak 47 Tabel 4.21 Analisa Mengangkut/ menaikkan 100 kg tulangan 48 Tabel 4.22 Analisa Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir 49 Tabel 4.23 Analisa Pengecoran 1 m³ Beton menggunakan Ready Mixed dan
bahan aditif 50
Tabel 4.24 Analisa Pemadatan 1 m3 beton pada saat mengecor 51
Tabel 4.25 Analisa Pelaksanaan Curring Beton 52
Tabel 4.26 Biaya pengerjaan bekisting precast 53
Tabel 4.27 Biaya pembesian precast 53
Tabel 4.28 Biaya pembetonan precast 53
Tabel 4.29 Biaya Pasang & Buka Bekisting precast 54
Tabel 4.30 Biaya Ereksi Precast 54
Tabel 4.31 Biaya Langsir Precast 54
Tabel 4.32 Biaya pekerjaan pembesian half slab lapis 2 55 Tabel 4.33 Biaya pekerjaan pembetonan half slab lapis 2 55
Tabel 4.34 Total biaya pekerjaan pelat lantai metode Half Slab 55 Tabel 4.35 Produktivitas Pelat Lantai Metode Konvensional 56 Tabel 4.36 Produktivitas Pelat Lantai Metode Half Slab 56 Tabel 4.37 Durasi pekerjaan acuan dan perancah pelat metode konvensional 57 Tabel 4.38 Durasi pekerjaan pembesian pelat metode konvensional 57 Tabel 4.39 Rekap analisa waktu pekerjaan pelat konvensional 59
Tabel 4.40 Volume Half slab 59
Tabel 4.41 Durasi pekerjaan produksi precast half slab 60 Tabel 4.42 Durasi pekerjaan pembesian pelat half slab 62 Tabel 4.43 Rekap analisa waktu pekerjaan pelat half slab 64 Tabel 4.44 Perbandingan harga satuan pekerjaan metode AHSP dengan hitungan harga satuan pekerjaan kontraktor 64 Tabel 4.45 Perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai dengan kondisi aktual 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pelat Lantai Kayu 7
Gambar 2.2 Pelat Lantai Beton Bertulang 8
Gambar 2.3 Pelat ditumpu balok (Monolit) 11
Gambar 2.4 Pelat ditumpu dinding tembok 11
Gambar 2.5 Pelat ditumpu balok baja dengan sistem komposit 11
Gambar 2.6 Pelat ditumpu kolom secara langsung 11
Gambar 2.7 Pelat terletak bebas 12
Gambar 2.8 Pelat terjepit elastis 12
Gambar 2.9 Pelat terjepit penuh 12
Gambar 2.10 Pelat Lantai Baja 13
Gambar 2.11 Ilustrasi pelat lantai metode half slab 15 Gambar 2.12 Ilustrasi pelat lantai metode bondek 16
Gambar 3.1 Lokasi Proyek 25
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian 30
Gambar 4.1 Grafik hubungan Delivery capacity dengan horizontal transport
distance 58
Gambar 4.2 Grafik Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan 65 Gambar 4.3 Grafik Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan 66
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I AHSP Permen PU No. 28/PRT/M/2016 LAMPIRAN II Progress Kerja Mingguan
LAMPIRAN III Daftar Analisa Harga Satuan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Tahun 2016
LAMPIRAN IV Gambar Kerja
LAMPIRAN V Evaluasi perbandingan pelat konvensional dan half slab dari pihak kontraktor
LAMPIRAN VI Tabel perhitungan durasi pengerjaan pelat metode konvensional LAMPIRAN VII Tabel perhitungan durasi pengerjaan pelat metode half slab
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstruksi dan kemampuan untuk membangun sesuatu adalah satu ketrampilan tertua dari manusia. Pada masa sekarang ini, industri konstruksi merupakan suatu industri ekonomi nasional yang berhubungan dengan persiapan lahan dan pembangunan, percepatan dan perbaikan bangunan.
Ilmu dalam konstruksi dapat dibagi menjadi dua hal yang umum yaitu Manajemen Konstruksi dan Teknologi Konstruksi.
Menurut H. Kurzner (1982) Manajemen Konstruksi adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Sumber daya untuk konstruksi yang dimaksud yaitu manpower (tenaga kerja), machiners (alat dan peralatan), material (bahan bangunan), money (uang), method (metode).
Teknologi konstruksi berhubungan dengan metode atau teknik yang digunakan untuk menempatkan material fisik dan elemen-elemen konstruksi pada tempatnya di lapangan. Pada saat suatu proyek konstruksi ditentukan, salah satu pertanyaan yang paling penting yang akan dihadapi adalah tentang metode konstruksi apa yang akan digunakan. Jenis atau metode yang digunakan sangatlah beragam. Setiap metode baru harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya (Irika Widiasanti, 2013).
Dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang perbandingan metode pengerjaan pelat lantai metode konvensional dengan metode pengerjaan pelat lantai metode Half slab. Pelat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi pada suatu bangunan, baik itu gedung perkantoran maupun rumah tinggal. Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Pelat lantai merupakan struktur yang pertama kali menerima beban lalu kemudian menyalurkannya ke sistem struktur yang lain.
Berdasarkan material pembangunnya, pelat lantai dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Pelat lantai kayu 2. Pelat lantai beton 3. Pelat lantai baja
Umumnya pelat lantai yang sering digunakan adalah pelat lantai beton bertulang.
Berdasarkan metode pengerjaannya, ada beberapa metode dalam pekerjaan struktur pelat lantai beton yang sering digunakan, diantaranya adalah:
1. Metode Konvensional (pengecoran pelat lantai dilakukan langsung di lapangan),
2. Metode Half slab (struktur bagian bawah pelat lantai menggunakan beton pracetak dilanjutkan dengan pengecoran struktur bagian atas pelat lantai) 3. Metode Full Precast (seluruh struktur pelat lantai menggunakan beton
pracetak)
4. Metode Pelat Bondek (struktur bagian bawah pelat lantai menggunakan pelat bondek dilanjutkan dengan pengecoran struktur bagian atas pelat lantai).
Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan di proyek pembangunan gedung Manhattan Medan. Pada desain perencanaan awal, metode pengerjaan struktur pelat lantai yang digunakan adalah pelat lantai metode konvensional. Karena progress kerja proyek yang terlambat, maka dipakai alternatif untuk mempercepat pelaksanaan proyek dari pihak kontraktor dengan menggunakan metode half slab pada pekerjaan pelat lantai.
Banyaknya pertimbangan dalam mengerjakan struktur pelat lantai yang mendasari penelitian ini untuk menganalisis “Analisa Perbandingan Biaya Dan Waktu Pekerjaan Struktur Pelat Lantai Dengan Metode Konvensional Dan Half slab Pada Proyek Pembangunan Gedung Manhattan Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang diatas, maka didapati rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa biaya pekerjaan pelat lantai dengan metode konvensional dan metode Half slab ?
2. Berapa lama waktu pengerjaan pelat lantai dengan metode konvensional dan metode Half slab ?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan masing masing metode pengerjaan struktur pelat lantai ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan biaya pengerjaan struktur pelat lantai dengan metode konvensional dan metode Half slab.
2. Untuk mengetahui waktu pengerjaan struktur pelat lantai dengan metode konvensional dan metode Half slab.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing masing metode pekerjaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti : menambah wawasan peneliti tentang pengerjaan pelat lantai dengan metode konvensional dan metode Half slab
2. Bagi Institusi : Sebagai referensi untuk memilih metode kerja dalam membangun struktur pelat lantai dan menyusun jadwal proyek
3. Bagi Pembaca : Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya apabila akan dilakukan penelitian lanjutan.
1.5 Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang diambil dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di proyek The Manhattan Mall & Condominium Medan.
2. Pekerjaan yang ditinjau adalah pekerjaan pelat lantai dari lantai 2, 3, 4, 5, 5A.
3. Volume pekerjaan didapatkan dari pimpinan proyek The Manhattan.
4. Analisis biaya menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 28/PRT/M/2016.
5. Harga Upah, bahan dan tenaga kerja menggunakan data dinas perumahan dan permukiman kota medan tahun 2016.
6. Penelitian ini tidak memperhitungkan kekuatan struktur pelat lantai.
1.6 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini adalah:
1. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan dan mempelajari referensi-referensi yang membahas tentang metode pengerjaan struktur pelat lantai
2. Metode Observasi
Penulis meninjau langsung ke lapangan untuk pengambilan data proyek dan dokumentasi yang diperlukan untuk penelitian
3. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab maupun diskusi dengan pihak yang bertanggung jawab atas proyek.
4. Metode Analisa Harga Satuan
Penulis mengolah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan dan mengolah data dengan menggunakan program Ms.Excel sehingga didapat perbandingan harga satuan per meter antara kedua metode pekerjaan dan data perbandingan waktu pekerjaan antara kedua metode pekerjaan.
1.7 Sistematika Penulisan
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang penjelasan umum, teori-teori yang berkaitan dan mendukung penelitian tentang tugas akhir.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tata cara perhitungan dan analisa yang dilakukan pada penelitian ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil peninjauan, perhitungan dan perbandingan hasil perhitungan tugas akhir.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran dalam tugas akhir ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelat Lantai
2.1.1 Pengertian Pelat Lantai
Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Pelat lantai adalah struktur yang pertama kali menerima beban, baik itu beban mati maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke sistem struktur rangka yang lain. Pekerjaan pelat lantai ini haruslah kokoh, kaku, mempunyai ketinggian yang sama dan nyaman untuk berpijak (A.L. Fatin, 2014a). Ketebalan pelat lantai ini disesuaikan dengan beberapa hal, diantaranya:
1. Beban yang akan ditumpu
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok penumpu 3. Bahan material konstruksi pelat lantai
4. Besar lendutan yang diinginkan.
2.1.2 Fungsi Pelat Lantai
Adapun fungsi dari pelat lantai adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pemisah lantai bawah dan lantai yang diatasnya 2. Sebagai tempat berpijak di lantai atas.
3. Tempat untuk menempatkan kabel listrik dan lampu di bawahnya.
4. Meredam suara dari lantai atas ke lantai bawah dan sebalikya.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
2.1.3 Jenis-jenis Pelat Lantai
Berdasarkan material bahannya, terdapat bermacam-macam jenis pelat lantai. Macam-macam pelat lantai tersebut yaitu:
1. Pelat Lantai Kayu
Gambar 2.1 Pelat Lantai Kayu
Pelat lantai kayu ini terbuat dari bahan kayu, yang dirangkai dan disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat, sehingga terbentuklah bidang injak yang luas.
Pelat lantai kayu pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang umum di pasaran. Ukuran-ukuran tersebut antara lain:
Lebar papan kayu : 20-30 cm Tebal papan kayu : 2-3 cm Jarak antar balok pendukung : 60 – 80 cm
Ukuran balok : 8/12 , 8/14 dan 10/14
Bentangan : 3 – 3,5 cm
Berat jenis : 0,6 – 0,8 (t/m)
Balok-balok kayu ini bisa diletakkan diatas pasangan 1 batu bata ataupun diatas balok beton. Pelat lantai kayu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berbagai kelebihan dan kekurangan pelat lantai kayu yaitu:
a. Kelebihan
Ekonomis, karena harganya yang relatif murah
Hemat ukuran pondasi, dikarenakan beratnya yang ringan Mudah dikerjakan.
b. Kekurangan
Hanya diperbolehkan untuk struktur konstruksi bangunan yang sederhana dan ringan
Bukan benda peredam suara yang baik, karena itu suara langkah kaki yang ditimbulkan di lantai atas bisa terdengar oleh penghuni yang sedang berada di lantai bawahnya sehingga mengganggu penghuninya.
Mempunya sifat yang mudah terbakar
Tidak tahan air atau mudah bocor, sehingga tidak cocok untuk lantai kamar mandi / WC.
Tidak tahan lama / tidak awet, karena bisa dimakan oleh serangga pemakan kayu.
Mudah terpengaruh oleh cuaca, seperti hujan, panas, dll. Tidak dapat dipasangi keramik.
Tidak dapat dipasangi keramik (A.L Fatin, 2014b).
2. Pelat Lantai Beton Bertulang
Gambar 2.2 Pelat Lantai Beton Bertulang
Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal. (Ali Asroni, 2010a, p. 191)
Pelat lantai beton ini mempunyai beberapa keunggulan / keuntungannya sendiri, antara lain:
a. Mendukung untuk digunakan pada bangunan dengan beban yang besar b. Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai lantai
dapur, kamar mandi ataupun WC
c. Dapat dipasang keramik, tegel dan granit, sehingga dapat memperindah lantai
d. Bahan yang awet dan kuat, perawatannya mudah dan berumur panjang.
e. Merupakan isolasi suara yang baik. (A.L Fatin, 2014c)
Pada umumnya struktur pelat beton dalam suatu bangunan gedung dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
a. Pelat Satu Arah
Jika sistem pelat hanya ditumpu di kedua sisinya, makal pelat akan melentur atau mengalami lendutan dalam arah tegak lurus dari sisi tumpuan. Beban akan didistribusikan oleh pelat dalam satu arah saja yaitu ke arah tumpuan. Pelat jenis ini disebut juga pelat satu arah. Apabila pelat tertumpu di keempat sisinya, dan rasio bentang panjang terhadap bentang pendek lebih besar atau sama dengan 2, maka hampir 95% beban akan dilimpahkan dalam arah bentang pendek, dan pelat akan menjadi sistem pelat satu arah. Sistem pelat satu arah cocok digunakan pada bentangan 3-6 meter, dengan beban hidup sebesar 2,5-5 kN/m2.
b. Sistem Pelat Rusuk (Joist Construction)
Sistem pelat rusuk terdiri dari pelat beton dengan ketebalan 50 hingga 100 mm yang ditopang oleh sejumlah rusuk dengan jarak beraturan. Rusuk mempunyai lebar minimum 100 mm dan mempunyai tinggi tidak lebih dari 3,5 kali lebar minimumnya. Rusuk biasanya bersisi miring dan disusun dalam jarak tertentu yang tidak melebihi 750 mm. Rusuk biasanya ditopang oleh balok induk utama yang langsung menumpu pada kolom. Sistem pelat rusuk cocok digunakan untuk struktur pelat dengan bentangan 6-9 m serta memikul beban hidup sebesar 3,5-5,5kN/m2 (Agus Setiawan, 2016a, p.252).
c. Pelat Dua Arah
Apabila struktur pelat beton ditopang dikeempat sisinya, dan rasio antara bentang panjang terhadap bentang pendeknya kurang dari 2, maka pelat
dikategorikan sebagai sistem pelat dua arah. Sistem pelat dua arah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1) Sistem balok-pelat dua arah
Pada sistem ini pelat beton ditumpu oleh balok dikeempat sisinya. Beban dari pelat ditransfer ke keempat balok penmpu yang selanjutnya mentransfer bebannya ke kolom. Sistem pelat dua arah dengan balok ini dapat digunakan untuk bentangan 6-9 meter, dengan beban hidup sebesar 2,5-5,5 kN/m2. Balok akan meningkatkan kekakuan pelat, sehingga lendutan yang terjadi akan relatif kecil.
2) Sistem slab datar (flat slab)
Sistem ini tidak memiliki balok penumpu di masing-masing sisinya. Beban pelat ditransfer langsung ke kolom. Kolom cenderung akan menimbulkan kegagalan geser pons pada pelat, yang dapat dicegah dengan beberapa alternatif:
Memberikan penebalan setempat pada pelat (drop panel) serta menyediakan kepala kolom (column capital)
Menyediakan penebalan panel namun tanpa kepala kolom, panel disekitar kolom harus cukup tebal untuk memikul terjadinya tegangan tarik diagonal yang muncul akibat geser pons.
Menggunakan kepala kolom tanpa ada penebalan panel.
Sistem slab datar dapat digunakan untuk bentangan 6-9 meter, dengan beban hidup sebesar 4-7 kN/m2.
3) Sistem pelat datar (flat plate)
Sistem ini terdiri dari pelat yang tertumpu langsung ke kolom tanpa adanya penebalan panel dan kepala kolom. Potensi kegagalan struktur terbesar akan timbul akibat geser pons, yang akan menghasilkan tegangan tarik diagonal.
Sebagai akibat tidak adanya penebalan panel dan kepala kolom, maka dibutuhkan ketebalan pelat yang lebih besar atau dengan memberikan penulangan ekstra diarea sekitar kolom. Sistem slab datar dapat digunakan untuk struktur pelat dengan bentangan 6-7,5 meter, dengan beban hidup sebesar 2,5-4,5 kN/m2. 4) Pelat dua arah berusuk dan pelat waffle
Ini merupakan sistem pelat dua arah dengan ketebalan pelat antara 50 mm hingga 100 mm yang ditumpu oleh rusuk-rusuk dalam dua arah. Jarak antar rusuk
berkisar antara 500 mm hingga 750 mm. Tepi-tepi pelat dapat ditopang oleh balok, atau dapat juga pelat langsung menumpu pada kolom dengan memberikan penebalan pada pelat disekitar kolom (Agus Setiawan, 2016b, p.253).
Tumpuan Pelat
Untuk merencanakan pelat beton bertulang perlu dipertimbangkan jenis perletkan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
(Ali Asroni, 2010b, p.192)
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu oleh balok-baloik dengan berbagai sistem sebagai berikut:
Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu kesatuan. Gambar (2.3)
Ditumpu dinding-dinding / tembok bangunan. Gambar (2.4)
Didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit. Gambar (2.5)
Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat cendawan . Gambar (2.6)
Gambar 2.3 Pelat Ditumpu Balok Gambar 2.4 Pelat Ditumpu
(Monolit) Dinding tembok
Gambar 2.5 Pelat Ditumpu Balok Gambar 2.6 Pelat Ditumpu Baja dengan Sistem Komposit Kolom Secara Langsung
Jenis Perletakan Pelat pada balok
Terletak bebas
Jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Gambar (2.7)
Gambar 2.7 pelat terletak bebas
Terjepit elastis
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi.
Gambar (2.8)
Gambar 2.8 pelat terjepit elastis
Terjepit penuh
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. Gambar (2.9) (Ali Asroni, 2010c, p.193)
Gambar 2.9 pelat terjepit penuh
3. Pelat Lantai Baja
Gambar 2.10 Pelat lantai baja
Konstruksi pelat lanta baja ini biasanya digunakan pada bangunan yang komponen-komponen strukturnya sebagian besar terdiri dari material baja. Pada tahap ini pelat lantai baja digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan untuk bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain (A.L. Fatin, 2014d).
2.1.4 Metode Pengerjaan Struktur Pelat Lantai
Macam-macam metode pengerjaan struktur pelat lantai gedung ini yaitu:
1. Metode Konvensional
Metode konvensional yaitu pengerjaan pembetonan dilakukan manual ditempat (cast in place). Langkah-langkah pengerjaan pengecoran pelat lantai metode konvensional yaitu:
Pemasangan perancah / scaffolding
Pemasangan bekisting
Perakitan tulangan / pembesian
Pengecoran
Kelebihan beton konvensional:
Lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan
Dapat dibuat di tempat yang sempit
Pengawasan lebih mudah dan terkontrol
Kekurangan beton konvensional:
Waktu pengerjaan lebih lama
Membutuhkan banyak tenaga kerja
Kualitas dan Mutu sulit terukur
Kurang ramah lingkungan karena terdapat limbah dari sisa sisa pengerjaan seperti bekisting kayu
Pengaruh cuaca relatif besar 2. Metode Full precast
Metode full precast ini adalah metode pengerjaan pelat lantai dengan seluruh komponen pelat lantai menggunakan beton pracetak. Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation), dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar komponen join (Abduh, 2007, as cited in perkembangan beton pracetak, 2014).
Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010) menjelaskan bahwa struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain:
Kelebihan beton precast:
Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi
Waktu pelaksanaan yang cepat
Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik
Penggunaan cetakan yang berulang-ulang
Penyelesaian finishing mudah
Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan ramah lingkungan
Kelemahan beton precast:
Tidak ekonomis bagi produksi yang jumlahnya sedikit
Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut
Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada beton pracetak
Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan
Hanya dapat dilaksanakan di daerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.
Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 k, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas 1000 km.
Di tempat yang sering timbul gempa, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya pada daerah sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang utama pada perencanaan beton pracetak (as cited in Beton pracetak, 2014).
Metode ini bisa disebut metode yang paling cepat pengerjaannya. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sambungan beton pracetak, transportasi beton pracetak ke lokasi proyek, kekuatan alat angkat, dimana kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total beton precast.
3. Metode half slab
Gambar 2.11 Ilustrasi pelat lantai metode half slab
Metode ini disebut metode half slab karena sebagian struktur pelat lantai dikerjakan dengan sistem precast. Bagian tersebut dibuat di pabrik untuk kemudian dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang sebagai lapisan pertama yang sekaligus berperan sebagai bekisting, kemudian dilanjutkan dengan perakitan besi
Lapis 1 Beton precast Lapis 2 Beton Cor konvenional
tulangan dan pengecoran lapisan kedua pelat lantai yang dilakukan langsung di lapangan.
Kelebihan pelat lantai metode half slab:
Waktu pengerjaan lebih cepat dibanding pelat lantai sistem konvensional
Efisiensi pemakaian material bekisting, karena yang berperan sebagai bekisting disini adalah beton pracetak.
Karena tidak menggunakan kayu maka telah melaksanakan program green building yang tidak merusak lingkungan.
Kekurangan pelat lantai metode half slab:
Sulit diaplikasikan pada area tepi gedung (kantilever)
Perlu trik khusus jika digunakan pada area toilet atau atap gedung agar tidak mengalami kebocoran
Proses pengiriman beton pracetak dari pabrik ke lokasi proyek
Keterbatasan kapasitas alat angkat beton pracetak (Ahadi, 2013) 4. Metode Bondek
Gambar 2.12 Ilustrasi pelat lantai metode bondek
Metode Bondek yaitu metode dengan mengganti tulangan bawah dengan pelat bondek yang juga berperan sebagai bekisting kemudian dilanjutkan dengan perakitan tulangan bagian atas dan pengecoran struktur bagian atas pelat lantai.
Penggantian tulangan bawah dengan pelat bondek diharapkan mampu menghemat pemakaian besi tulangan dan bekisting.
Kelebihan pelat lantai metode bondek:
Efisiensi pemakaian material bekisting, karena yang berperan sebagai bekisting disini adalah pelat bondek.
Tidak menggunakan besi tulangan bagian bawah karena fungsinya sudah digantikan oleh bondek.
Pengerjaan lebih cepat dibanding dengan sistem konvensional
Bagian bawah pelat lantai lebih rapi.
Lapis 2 Beton Cor Lapis 1 Pelat Bondek
Pelat bondek masih aman bila terkena kebakaran.
Pelat bondek anti karat.
Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja pada proses pemasangan Kekurangan pelat lantai metode bondek:
Tidak bisa diterapkan pada sisi tepi gedung (pelat lantai kantilever)
Dibutuhkan keahlian khusus dalam pemasangan untuk menghindari kemungkinan material bondek yang terbuang
Harga yang terpengaruh dengan perkembangan baja.
Pemasangan sambungan antar sisi bondek harus menggunakan las listrik untuk menguatkan sambungan (Ahadi, 2013)
2.2 Biaya Konstruksi
2.2.1 Pengertian Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proyek. Kebijakan pembiayaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Bila kondisi keuangan tidak dapat menunjang kegiatan pelaksanaan proyek, dapat ditempuh dengan cara menurut Ariyanto (2003), yaitu:
1) Peminjaman kepada bank atau lembaga keuangan untuk keperluan pembiayaan secara tunai agar dapat menekan biaya, namun harus membayar bunga pinjaman.
2) Tidak meminjam uang, namun menggunakan kebijakan kredit barang atau jasa yang diperlukan. Dengan menggunakan cara ini akan dapat menghindari bunga pinjaman, namun harga yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan cara tunai.
Perhitungan biaya proyek sangat penting dilakukan dalam mengendalikan sumber daya yang ada mengingat sumber daya yang ada semakin terbatas. Untuk itu, peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai dengan batasan-batasan yang ada pada estimasi.
2.2.2 Jenis-jenis biaya
Dalam perhitungan estimasi biaya proyek konstruksi jenis-jenis biaya dibedakan sebagai berikut:
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik proyek, yaitu meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan proyek (dari persiapan hingga penyelesaian) dan biaya mendatangkan seluruh sumber daya yang diperlukan oleh proyek tersebut. Biaya langsung dapat dihitung dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan.
Biaya langsung ini juga biasa disebut dengan biaya tidak tetap (variable cost), karena sifat biaya ini tiap bulannya jumlahnya tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan kemajuan pekerjaan.
Secara garis besar, biaya langsung pada proyek konstruksi sesuai dengan definisi diatas dibagi menjadi lima (Asiyanto, 2005):
1. Biaya bahan / material
Untuk menghitung biaya langsung mengenai bahan bangunan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Bahan sisa / yang terbuang (waste)
Harga loco atau franco
Cara pembayaran kepada penjual (supplier) 2. Biaya upah pekerja (tenaga)
Untuk menghitung biaya langsung mengenai upah buruh bangunan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Untuk menghitung upah buruh dibedakan dalam : upah harian, borongan per unit volume atau borong keseluruhan.
Perlu diperhatikan faktor-faktor kemampuan dan kapasitas kerjanya.
Perlu diketahui apakah buruh atau mandor dapat diperoleh dari daerah sekitar lokasi proyek atau tidak. Bila tidak, berarti harus didatangkan buruh dari daerah lain. Ini menyangkut masalah : ongkos transport dari daerah asal ke lokasi proyek, penginapan, gaji ekstra dan lain sebagainya.
3. Biaya alat
Untuk menghitung biaya langsung mengenai biaya peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi / bangunan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar masuk garasi, ongkos buruh untuk menjalankan peralatan, bahan baku dan biaya operasi kecil.
Untuk peralatan yang tidak disewa perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
4. Biaya subkontraktor 5. Biaya lain-lain
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Yang dimaksud dengan biaya tidak langsung adalah seluruh biaya yang terkait secara tidak langsung, yang dibebankan kepada proyek. Biaya ini biasanya terjadi diluar proyek namun harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Adapun biaya tidak langsung ini meliputi antara lain:
1. Biaya pemasaran 2. Biaya overhead
Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya yaitu : o Overhead Proyek (dilapangan), diantaranya adalah :
Biaya personil di lapangan
Fasilitas sementara proyek seperti biaya untuk pembuatan gudang, kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi.
Bank Garansi, bunga bank, ijin bangunan.
Peralatan kecil yang umumnya habis / terbuang setelah proyek selesai.
Foto-foto dan gambar jadi (as built drawing)
Quality control seperti test mutu beton, baja, sondir, dll.
Rapat-rapat di lapangan
Biaya-biaya pengukuran.
o Overhead Kantor
Adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha, termasuk didalamnya seperti sewa kantor dan fasilitasnya, honor pegawai, ijin-ijin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota assosiasi.
3. Pajak
4. Biaya tidak terduga (Contingencies)
Contingencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang mungkin bisa terjadi, mungkin tidak. Contoh: Naiknya muka air tanah, banjir, longsor, dsb.
5. Keuntungan kontraktor (Pojok Sipil, 2011; Mhd.Amar Faiz, 2011)
2.2.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Menurut J. A. Mukomoko (1987) RAB adalah perkiraan nilai uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah besarnya biaya yang diperkirakan dalam pekerjaan proyek yang disusun berdasarkan volume dari setiap item pekerjaan pada gambar atau bestek. RAB diajukan oleh kontraktor pada saat terjadi penawaran, yang mana RAB ini dipakai patokan bagi kontraktor untuk mengajukan penawaran. Biaya ini disamping tergantung pada volume, juga sangat tergantung pada upah tenaga kerja dan karyawan, harga material yang dibutuhkan dan jasa kontraktor serta pajak.
Maksud dan tujuan penyusunan RAB bangunan adalah untuk menghitung biaya-biaya yang diperlukan suatu bangunan dan dengan biaya ini bangunan tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang direncanakan.
Tahapan-tahapan harus dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut (Ervianto, 2003) :
1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan bahan/material konstruksi.
2. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi proyek atau upah pekerja pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.
3. Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan analisis yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.
4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan kuantitas pekerjaan.
5. Membuat rekapitulasi.
Menurut Sugeng Djojowirono (1984) RAB adalah Perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:
RAB = ∑(Volume) x Harga Satuan Pekerjaan 2.2.3.1 Volume / Kubikasi pekerjaan
Menurut Bachtiar Ibrahim (2001) yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan ialah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Jadi volume pekerjaan bukanlah volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu satuan.
2.2.3.2 Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan yang didalamnya terdapat angka yang menunjukkan jumlah material, tenaga dan biaya persatuaan pekerjaan.
Harga satuan pekerjaan merupakan harga suatu jenis pekerjaan tertentu per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen-komponen tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
Harga satuan bahan dan upah dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-beda sehingga dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu bangunan atau proyek harus berpedoman pada harga satuan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan.
Menurut Bachtiar Ibrahim (2001) yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Secara umum dapat disimpulkan menjadi:
Harga Satuan Pekerjaan = H. S. Bahan + H. S. Upah + H. S. Alat 2.2.3.3 Analisa Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi.
Analisa Harga Satuan Bahan
Adalah menghitung banyaknya volume masing-masing bahan, serta besar biaya yang dibutuhkan.
Analisa Harga Satuan Upah
Adalah menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut
Analisa Harga Satuan Alat
Adalah harga satuan dasar alat yang meliputi biaya pasti, biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya operatornya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 UMUM
Agar proses pengerjaan tugas akhir ini dapat berjalan dengan baik dan efektif maka dibutuhkanlah suatu metodologi penelitian. Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Adapun tugas akhir ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode studi kasus.
Menurut Sugiono (2008), metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Saifuddin Azwar (2007) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.
Menurut Bogdan & Bikien (1982) adalah suatu penelitian dengan melakukan pengujian secara rinci atas sesuatu, baik individu (orang), latar, pembukuan dan penyimpanan dokumen, atau bahkan peristiwa tertentu.
Menurut Creswell (1988), studi kasus merupakan penelitian yang mengeksplorasi suatu sistem yang terikat atau sebuah kasus (atau bisa jadi beberapa kasus) yang terjadi selama kurun waktu tertentu melalui pengumpulan
data yang mendalam dan terperinci dari berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya kebenaran persaksiannya. Pengumpulan informasi dalam studi kasus menurut Creswell dapat dilakukan dengan melakukan wawancara pada informan, observasi lapangan langsung, serta berbagai dokumen serta laporan yang sudah ada sebelumnya dan bahan materi berbentuk audivisual.
3.2 TEMPAT PENELITIAN
Obyek yang digunakan untuk studi kasus penelitian tugas akhir ini adalah Proyek Pembangunan The Manhattan Mall and Condominium Medan, berikut adalah data umum proyek tersebut:
a. Nama Proyek : The Manhattan Mall & Condominium Medan b. Lokasi Proyek : Jl. Gagak hitam simp. Gatot subroto, Medan,
Sumatera Utara
c. Pemilik Proyek : PT. Greenland Garden Realty
d. Kontraktor : PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP) e. Konsultan Perencana :
1. Struktur : PT. Davy Sukamta & Partners 2. Arsitektur : PT. Megatika International 3. QS : PT. Graha Estimatika Pradana 4. Perencanaan ME : PT. Skemanusa Consultama Teknik f. Spesifikasi Bangunan :
1. Basement : 3 Lantai 2. Podium : 8 Lantai 3. Condominium : 30 Lantai
Gambar 3.1 Lokasi Proyek
Pada proyek The Manhattan Mall & Condominium ini menggunakan 2 unit Tower Crane yang berfungsi untuk membantu jalannya proyek. Secara desain awal, struktur didesain dengan pengecoran beton konvensional (monolit pelat, balok, kolom). Dengan pertimbangan percepatan pengerjaan proyek dan biaya proyek, sebagian struktur pelat lantai pada lantai 2, lantai 3, lantai 4, lantai 5, dan lantai 5a dikerjakan dengan menggunakan metode Half Slab (Lapis pertama menggunakan Beton precast, dan lapis kedua menggunakan beton cor konvensional).
Lokasi Proyek
3.3 JENIS DATA PENELITIAN
Menurut Slamet Riyadi, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari pengamatan dimana data bisa berupa angka-angka atau lambang.
Menurut Arikunto (2002), data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua) (Cahya Suryana, 2010).
Yang merupakan data sekunder dalam penelitian ini adalah:
Literatur
Data Proyek
3.4 METODE PENGAMBILAN DATA
Adapun Metode pengambilan data yang digunakan adalah:
a. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan dan mempelajari referensi yang membahas tentang metode pengerjaan pelat lantai
b. Metode Observasi
Penulis meninjau langsung ke lapangan untuk pengambilan data proyek dan dokumentasi yang diperlukan untuk penelitian
c. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab maupun diskusi dengan pihak yang bertanggung jawab atas proyek.
3.5 PROSES PENELITIAN
Dalam penelitian ini, akan digunakan beberapa data untuk mendukung hasil penelitian ini. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa literatur dan data proyek.
Dari data yang sudah diperoleh, langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah:
Merangkum pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan struktur pelat lantai
Menghitung harga satuan pekerjaan dari masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan tabel analisis harga satuan dasar (HSD) bahan, tenaga kerja, alat dari PERMEN PU NO.28/PRT/M/2016 dengan cara mengalikan koefisien dengan harga satuan dasar untuk mendapatkan jumlah, kemudian jumlah diakumulasikan sehingga didapatkan harga satuan pekerjaan.
Menghitung total harga pekerjaan struktur pelat lantai dengan mengalikan harga satuan pekerjaan dengan volume pekerjaan
Menghitung harga pekerjaan per m2 dengan membagikan total harga pekerjaan dengan total luasan pekerjaan.
Menghitung perbandingan harga dari pekerjaan struktur pelat lantai metode konvensional dengan metode Half Slab.
Dari data hasil observasi dan wawancara dihitung progress pekerjaan precast half slab.
Dari data progress pekerjaan, dihitung angka produktivitas per minggu pekerjaan pelat lantai metode konvensional dan Half Slab
3.6 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Literatur
Data Proyek Mulai
Judul :
Analisa Perbandingan Biaya Dan Waktu Pekerjaan Struktur Pelat Lantai
Dengan Metode Konvensional Dan Half Slab Pada Proyek Pembangunan Gedung Manhattan Medan
Studi Literatur
Penulis mengumpulkan literatur tentang pelat lantai dan metode pengerjaannya
Pengumpulan Data Penelitian Mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk penulisan tugas akhir Pengumpulan Jurnal / Referensi
Penyimpulan Judul
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Selesai
Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dan saran dari hasil dari penelitian yang dilakukan Analisis Data dan Pembahasan
Menguraikan jenis-jenis kegiatan Menghitung Volume Pekerjaan
Menghitung harga satuan pekerjaan dengan menggunakan tabel Harga satuan dasar (HSD) bahan, tenaga kerja, alat dari PERMEN PU NO.28/PRT/M/2016
Membagi total harga pekerjaan dengan total luasan untuk mendapatkan harga per m2 Membuat analisa perbandingan biaya pekerjaan AHSP dengan perhitungan kontraktor Menghitung produktivitas pekerjaan pelat per minggu
Membuat analisa perbandingan waktu pekerjaan perhitungan dengan aktual
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 UMUM
Berikut adalah beberapa informasi mengenai tempat penelitian yang diperlukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Nama Proyek : The Mahattan Mall & Condominium Medan Lokasi Proyek : Jl. Jend. Gatot Subroto, Medan, Sumatera Utara.
Pemilik Proyek : PT. Greenland Garden Realty
Kontraktor Proyek : PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP) Item Pekerjaan : Pekerjaan Struktur Pelat lantai
4.2 ANALISA DATA
Setelah dilakukan pengolahan dari data-data yang didapat dari pelaksana pembangunan gedung The Manhattan dengan menggunakan Ms.Excel, maka didapati beberapa data dibawah ini, seperti :
1. Data analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai metode konvensional 2. Data analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai metode Half slab 3. Data analisa waktu pengerjaan pelat lantai metode konvensional 4. Data analisa waktu pengerjaan pelat lantai metode Half slab
Berikut adalah Tabel volume pekerjaan, analisa konvensional, dan analisa Half slab, progress kerja mingguan:
4.2.1 Volume Pekerjaan Tabel 4.1 Luas area pelat lantai
No. Lantai Volume
Satuan
Konvensional Half slab
Lantai 2 4344,05 1876,10 m2
Lantai 3 4223,06 1963,70 m2
Lantai 4 3851,68 2562,30 m2
Lantai 5 3393,88 3182,80 m2
Lantai 5A 2488,69 3014,90 m2
Tabel 4.2 Volume pembesian pelat lantai
No. Lantai
Volume
Satuan
Konvensional Half slab
Lapis 1 Lapis 2
Lantai 2 35388,339 9024,3988 6.517,54 Kg
Lantai 3 33665,224 9445,7715 6.555,71 Kg
Lantai 4 31850,054 12325,1517 8.965,60 Kg
Lantai 5 30046,313 15309,875 12.344,40 Kg
Lantai 5A 22060,236 14502,244 12.004,08 Kg
Tabel 4.3 Volume Pembetonan pelat lantai
No. Lantai
Volume
Satuan
Konvensional Half slab
Lapis 1 Lapis 2
Lantai 2 527,07 131,33 100,15 M3
Lantai 3 513,72 137,46 106,72 M3
Lantai 4 469,73 179,36 134,64 M3
Lantai 5 426,16 222,80 169,44 M3
Lantai 5A 302,12 211,04 151,97 M3
4.2.2 Analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai metode konvensional Tabel 4.4 Analisa Pemasangan 1m2 bekisting lantai
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,200 110.000 22.000
2 Tukang Kayu L.02 OH 0,100 135.000 13.500
3 Kepala tukang L.03 OH 0,010 150.000 1.500
4 Mandor L.04 OH 0,020 135.000 2.700
Jumlah Harga Tenaga Kerja 39.700
B Bahan
1 Multiflex 12 mm atau 18mm M.39.c Lembar 0,128 235.000 30.080
2 Kaso 5/7 cm M.33.d m3 0,005 3.850.000 19.250
3 Paku 5cm dan 7 cm M.71.b Kg 0,22 22.000 4.840
4 Minyak bekisting M.129 Liter 0,2 29.000 5.800
Jumlah Harga Bahan 59.970
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C) 99.670
E Overhead + Profit 10% x D 9.967
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E) 109.637
Tabel 4.5 Analisa Bongkar 1m2 Bekisting
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,040 110.000 4.400
3 Mandor L.04 OH 0,004 135.000 540
Jumlah Harga Tenaga Kerja 4.940
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C) 4.940
E Overhead + Profit 10% x D 494
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E) 5.434
Tabel 4.6 Analisa Mengangkut/ menaikkan 100 kg tulangan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,300 110.000 33.000
2 Tukang Besi L.02 OH 0,100 135.000 13.500
3 Mandor L.04 OH 0,030 135.000 4.050
Jumlah Harga Tenaga Kerja 50.550
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
1 Crane E.07.a Sewa-hari 0,025 300.000 7.500
Jumlah Harga Peralatan 7.500
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C) 58.050
E Overhead + Profit 10% x D 5.805
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E) 63.855
Tabel 4.7 Analisa Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,700 110.000 77.000
2 Tukang Besi L.02 OH 0,700 135.000 94.500
3 Kepala tukang L.03 OH 0,070 150.000 10.500
4 Mandor L.04 OH 0,070 135.000 9.450
Jumlah Harga Tenaga Kerja 191.450
B Bahan
1 Besi Beton (polos/ulir) M.55.d Kg 105 14.000 1.470.000
2 Kawat Ikat M.67 Kg 1,5 24.000 36.000
Jumlah Harga Bahan 1.506.000
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C) 1.697.450
E Overhead + Profit 10% x D 169.745
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E) 1.867.195
Tabel 4.8 Analisa Pengecoran 1 m³ Beton menggunakan Ready mixed dan bahan aditif
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1,000 110.000 110.000
2 Tukang Batu L.02 OH 0,250 135.000 33.750
3 Kepala Tukang L.03 OH 0,025 150.000 3.750
4 Mandor L.04 OH 0,100 135.000 13.500
Jumlah Harga Tenaga Kerja 161.000
B Bahan
1 Ready mix K400 M.09.x m3 1,020 1.012.000 1.032.240
Jumlah Harga Bahan 1.032.240
C Peralatan
1 Pompa dan Conveyor beton E.35 Sewa-hari 0,120 2.000.000 420.000
Jumlah Harga Peralatan 420.000
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C) 1.613.240
E Overhead + Profit 10% x D 161.324
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E) 1.774.564
Tabel 4.9 Analisa Pemadatan 1 m3 beton pada saat mengecor
No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 2 3 4 5
6
7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,250
110.000
27.500
3 Mandor L.04 OH
0,025
135.000
3.375
Jumlah Harga Tenaga Kerja 30.875
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
1 Pompa dan Conveyor beton E.48 Sewa-hari
0,1
3.500.000
350.000 Jumlah Harga Peralatan
350.000 D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
(A+B+C)
380.875
E Overhead + Profit
10% x D
38.088
F Harga satuan pekerjaan per - m2 (D+E)
418.963