KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
PERAN PENGENDALIAN INFLASI DAN EVALUASI KINERJA TPID
Disampaikan pada
Webinar Kebijakan Pengelolaan DID TA 2021 Rabu-Kamis, 11-12 November 2020
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
PENTINGNYA PENGENDALIAN INFLASI
EVALUASI KINERJA TPID 2019 (AWARDS 2020)
1
2
STRUKTUR PENYAJIAN
ARAH KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI MASA PANDEMI
2
Dampak Kenaikan Harga Terhadap Kemiskinan
Penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga, khususnya harga kelompok makanan. Secara nasional kontribusi komponen makanan terhadap garis kemiskinan 73,66 %.
Pengeluaran RT Miskin
26,34%
73,66%
Makanan Non Makanan
komoditas beras penyumbang terbesar terhadap
kemiskinan
Kenaikan Harga Beras
Perubahan Jumlah Penduduk Miskin
10% 330.031
20% 660.062
30% 990.093
40% 1.320.123
Peningkatan harga beras sebesar 10% berpotensi meningkatkan Inflasi sebesar 0,9% (langsung dan tidak langsung) dan angka kemiskinan sekitar 1,3%
Sumber: TNP2K, Bappenas, BPS
No Komoditas
Kontribusi terhadap Garis Kemiskinan Maret 2020
(%)
Desa Kota
1 Beras 25,31 20,22
2 Rokok kretek filter 10,98 12,16
3 Telur ayam ras 3,72 4,30
4 Gula pasir 2,92 2,05
5 Daging ayam ras 2,43 4,13
6 Mie Instan 2,12 2,34
7 Kopi bubuk & kopi
instan (sachet) 1,87 1,88
8 Roti 1,87 1,80
9 Kue basah 1,79 1,79
10 Bawang merah 1,79 1,65
11 Tempe 1,54 1,58
3
Daftar Komoditas yang Memberi Kontribusi Besar terhadap Garis Kemiskinan, Maret 2020
Porsi Konsumsi Terbesar adalah Bahan Makanan
Semakin rendah kelompok pengeluaran rumah tangga maka porsi konsumsi bahan makanan semakin besar, sehingga inflasi bahan makanan menjadi hal penting dalam menentukan kesejahteraan kelompok pengeluaran rendah.
Berdasarkan estimasi, porsi konsumsi bahan makanan kelompok pengeluaran paling rendah adalah 39% dari total pengeluaran.
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahan Makanan 39% 34% 31% 28% 26% 24% 22% 20% 18% 10%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok,
dan Tembakau 19% 20% 20% 20% 20% 20% 19% 18% 18% 12%
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan
Bahan Bakar 12% 13% 13% 13% 14% 14% 14% 15% 15% 14%
Sandang 4% 4% 4% 5% 5% 5% 6% 6% 7% 9%
Kesehatan 12% 12% 13% 13% 13% 14% 14% 15% 15% 14%
Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga 6% 5% 6% 6% 6% 6% 7% 7% 9% 10%
Transpor, Komunikasi, dan Jasa
Keuangan 9% 12% 13% 14% 16% 17% 19% 19% 19% 31%
Kelompok Komoditas
Kelompok Pengeluaran
Sumber: Susenas Maret 2018, diolah
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik,
Gas, dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi
dan Olahraga
Transpor, Komunikasi , dan Jasa Keuangan
Umum
2019 5.60 2.66 1.36 4.01 2.29 2.69 -0.25 2.48
2018 3.41 3.91 2.43 3.59 3.14 3.15 3.16 3.13
2017 1.26 4.10 5.14 3.92 2.99 3.33 4.23 3.61
2016 5.69 5.38 1.90 3.05 3.92 2.73 -0.72 3.02
2015 4.93 6.42 3.34 3.43 5.32 3.97 -1.53 3.35
2014 10.57 8.11 7.36 3.08 5.71 4.44 12.14 8.36
2013 11.35 7.45 6.22 0.52 3.70 3.91 15.36 8.38
2012 5.68 6.11 3.35 4.67 2.91 4.21 2.20 4.30
2011 3.64 4.51 3.47 7.57 4.26 5.16 1.92 3.79
2010 15.64 6.96 4.08 6.51 2.19 3.29 2.69 6.96
2009 3.88 7.81 1.83 6.00 3.89 3.89 -3.67 2.78
2008 16.35 12.53 10.92 7.33 7.96 6.66 7.49 11.06
2007 11.26 6.41 4.88 8.42 4.31 8.83 1.25 6.59
2006 12.94 6.36 4.83 6.84 5.87 8.13 1.02 6.60
Tahun
Kelompok Komoditas
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik,
Gas, dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi
dan Olahraga
Transpor, Komunikasi , dan Jasa Keuangan
Umum
2019 5.60 2.66 1.36 4.01 2.29 2.69 -0.25 2.48
2018 3.41 3.91 2.43 3.59 3.14 3.15 3.16 3.13
2017 1.26 4.10 5.14 3.92 2.99 3.33 4.23 3.61
2016 5.69 5.38 1.90 3.05 3.92 2.73 -0.72 3.02
2015 4.93 6.42 3.34 3.43 5.32 3.97 -1.53 3.35
2014 10.57 8.11 7.36 3.08 5.71 4.44 12.14 8.36
2013 11.35 7.45 6.22 0.52 3.70 3.91 15.36 8.38
2012 5.68 6.11 3.35 4.67 2.91 4.21 2.20 4.30
2011 3.64 4.51 3.47 7.57 4.26 5.16 1.92 3.79
2010 15.64 6.96 4.08 6.51 2.19 3.29 2.69 6.96
2009 3.88 7.81 1.83 6.00 3.89 3.89 -3.67 2.78
2008 16.35 12.53 10.92 7.33 7.96 6.66 7.49 11.06
2007 11.26 6.41 4.88 8.42 4.31 8.83 1.25 6.59
2006 12.94 6.36 4.83 6.84 5.87 8.13 1.02 6.60
Tahun
Kelompok Komoditas
Inflasi Kelompok Komoditas (%yoy)
5
Sumber: BPS, diolah 0
1 2 3 4 5 6
-1 0 1 2
2017
0 1 2 3 4 5 6
-0.5 0 0.5 1 1.5
2018
0 1 2 3 4 5 6
-0.5 0 0.5 1 1.5
2019
0 1 2 3 4 5 6
-0.5 0 0.5 1 1.5
2017 - 2019
Pengurangan Tingkat Kemiskinan (%)
Inflasi (%yoy)
Inflasi dan Pengurangan Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan pengamatan selama tahun 2017 – 2019 terlihat bahwa pengurangan tingkat kemiskinan provinsi
cenderung lebih tinggi ketika realisasi tingkat inflasi lebih rendah. Hubungan ini terlihat pada tahun 2017 dan 2019,
namun tidak pada tahun 2018.
Perlunya Keseimbangan dalam Menjaga Tingkat Inflasi
• NTP dihitung dari perbandingan antara indeks harga diterima petani (HT) terhadap indeks harga dibayar petani (HB). Dalam konteks pengendalian inflasi, tingkat inflasi perlu dijaga dalam level rendah dan stabil, bukan se rendah-rendahnya.
• Tingkat Inflasi yang terlalu rendah tidak baik bagi kesejahteraan petani. Hal ini berpotensi menurunkan tingkat harga yang diterima petani yakni nilai jual produk pertanian, dengan kondisi harga dibayar petani konstan, maka nilai tukar petani turun.
6
Biaya Produksi
Pertania n
Indeks Dibayar
Petani
Konsumsi Rumah Tangga
Indeks Diterima
Nilai Jual Produk Pertanian
NTP
• Input Produksi
• Sarana Produksi
• Jasa Tani
• Harga Pasar
• Output Pertanian
• Kualitas Produksi
• Informasi Pasar
• Sistem Pemasaran
• Posisi Tawar Petani
• Harga Jual
• Pola
Konsumsi
• Harga Pasar
…..Saat Ini yang Terjadi Inflasi Rendah Dalam Situasi yang ‘’Tidak Normal’’
7 7
5.06 5.27 5.17 5.18 5.07 5.05 5.02 4.97
2.97
-5.32 -3.5
2018Q1 2018Q2 2018Q3 2018Q4 2019Q1 2019Q2 2019Q3 2019Q4 2020Q1 2020Q2 2020Q3
3.40
3.12 2.87 3.13
2.53
3.84
3.12
2.59
2.96
1.96
1.42
2018Q1 2018Q2 2018Q3 2018Q4 2019Q1 2019Q2 2019Q3 2019Q4 2020Q1 2020Q2 2020Q3
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartalan (%,yoy) Inflasi Nasional Kuartalan (%,yoy)
Dalam situasi normal, tingkat inflasi perlu dijaga dalam level rendah dan stabil serta mendukung/akomodatif terhadap pencapaian momentum pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
Rendahnya inflasi saat pandemi covid-19 melanda lebih dicerminkan oleh rendahnya tingkat permintaan dan surplus pasokan terutama bahan pangan di beberapa daerah.
Sehingga, rendahnya tingkat inflasi saat ini dengan diiringi rendahnya pertumbuhan ekonomi justru mengindikasikan terjadinya output loss dalam perekonomian.
Kebijakan pengendalian inflasi diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat sehingga dapat mendukung
pemulihan ekonomi nasional
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
PENTINGNYA PENGENDALIAN INFLASI
EVALUASI KINERJA TPID 2019 ((AWARDS 2020)
1
2
STRUKTUR PENYAJIAN
ARAH KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI MASA PANDEMI
2
9
KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI DI MASA PANDEMI
KETERJANGKAUAN HARGA
1.Stimulus ekonomi berupa bansos untuk masyarakat dari APBN dan APBD.
2.Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Acuan untuk bahan pangan
3.Pelaksanaan
Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) yang semakin meningkat
KETERSEDIAAN PASOKAN
1.Pemenuhan kebutuhan logistik daerah yang terpapar covid-19.
2.Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Bulog yang terus dijaga.
(1 s.d 1,5 juta ton)
3.Relaksasi aturan impor khusus utk komoditas tertentu.
4.Pengawasan Bersama satgas pangan untuk menghindari
penimbunan.
5.Pembatasan pembelian di tingkat ritel.
KELANCARAN DISTRIBUSI
1. Memastikan distribusi logistik lancar meskpiun terdapat penerapan
PSBB.
2. Pemanfaatan platform jual beli pangan online.
(TTI Center,
pangandotcom, TPID Jabar Kerjasama dgn Sayurbox, dll)
3. Rekayasa sistem logistik Kerjasama dengan
BUMN dan BUMD. (PT.
KAI, PT. Pos, maskapai penerbangan)
4. Intervensi penyaluran pasokan dari daerah surplus ke daerah defisit.
KOMUNIKASI EFEKTIF
1.Pemantauan harga secara harian. (PIHPS, SiHati, dll).
2.Pembentukan ekspektasi positif masyarakat dengan terus menyampaikan upaya menjaga
ketersediaan bahan pangan.
3.Komunikasi belanja bijak dan tidak panic buying di berbagai daerah.
4.Optimalisasi jaringan TPID untuk berbagai informasi posisi surplus dan defisit komoditas.
TPIP & TPID mengembangkan kegiatan menjaga daya beli dengan tetap menjaga protokol kesehatan, dan
menyesuaikan trend pasar serta pola konsumsi masyarakat
10 TANTANGAN
PERMINTAAN DOMESTIK
DISRUPSI SISI PENAWARAN
Menjaga daya beli masyarakat (Bansos, subsidi, BLT, dll)
Penurunan Pendapatan
Perubahan Perilaku Konsumen
Penurunan produksi pangan & manufaktur Ketidakpastian kondisi ekonomi global Potensi gangguan distribusi pangan Peningkatan Pengangguran
REFOCUSING PROGRAM KERJA TPIP-TPID
Stabilisasi nilai tukar Rupiah
Penguatan Kerjasama antardaerah K 2
Perluasan pemasaran melalui platform digital
Inovasi sistem logistik (spt pemanfaatan jalur kereta)
K 1
KETERJANGKAUAN HARGA
KETERSEDIAAN PASOKAN
K
KELANCARAN3
DISTRIBUSIPenguatan data pangan (perluasan, neraca pangan, pasokan) KKOMUNIKASI4
EFEKTIF
Pembatasan aktivitas
Penguatan penyaluran KPSH
Penguatan koordinasi TPIP-TPID PERMASALAHAN STRUKTURAL
Disparitas harga antarwilayah & antarwaktu
Data pasokan yang kurang kredibel InEfisiensi tata niaga pangan Manajemen impor pangan kurang optimal
OPPORTUNITIES
DIGITALISASI
Infrasturktur digital secara masif terus dikembangkan
Menjaga cadangan pangan nasional (terutama beras)
Korporatisasi Pertanian Peningkatan produktivitas via Pembangunan Food Estate
Pembangunan sistem logistik daerah
Percepatan realisasi dan refocusing APBN dan APBD
Perluasan Pemanfaatan PIHPS sbg landasan kebijakan TPID
Literasi digital masyarakat sudah meningkat
Transaksi daring meningkat pesat Konektivitas antar wilayah semakin baik Tuntutan efisiensi pelayanan masyarakat Struktur demografi penduduk mendukung
Peningkatan validitas dan kesinambungan data pangan
Mendorong kemitraan industri dengan petani
Arah kebijakan pengendalian inflasi Ke depan :REFOCUSING KEGIATAN & MENDORONG TRANSFORMASI DIGITAL
11
1 ‘’Kebijakan pengendalian inflasi tidak hanya fokus pada upaya-upaya pengendalian harga, namun juga diarahkan pada upaya untuk memastikan terjaganya daya beli masyarakat melalui penguatan perlindungan sosial dan dukungan terhadap sektor UMKM.’’
2 ‘’Pemerintah Daerah diharapkan memperkuat kebijakan Pemerintah Pusat dengan mempercepat realisasi APBD terutama belanja bantuan sosial dan belanja modal yang mendukung pemulihan ekonomi termasuk sektor UMKM.’’
3 ‘’Penguatan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dilakukan dengan mengarahkan belanja pada produk-produk dalam negeri, baik produk pertanian maupun UMKM.’’
4 ‘’Ketersediaan data informasi pangan yang akurat diperlukan untuk mendukung perumusan kebijakan tingkat pusat dan daerah, mengatasi permasalahan keterbatasan pasokan pangan, mendorong perdagangan, serta memperkuat kerja sama antardaerah.’’
HASIL RAKORNAS PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2020 (1)
“’Transformasi Digital UMKM Pangan untuk Mendukung Stabilitas Harga dan Pemulihan Ekonomi Menuju Indonesia Maju”
6 Meningkatkan peran UMKM dalam memperkuat rantai pasokan lokal (local supply chain) dengan mengoptimalkan pesatnya digitalisasi.
7 Mendorong pengembangan korporatisasi, peningkatan kapasitas dan penyediaan pembiayaan, serta mengembangkan ekosistem digital UMKM secara terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga dapat mempercepat transformasi UMKM.
8 Mendorong perluasan pemanfaatan teknologi sebagai pendorong produktivitas dan efisiensi serta memperluas akses pasar bagi petani melalui platform e-commerce
5 ‘’Pemerintah Daerah diharapkan dapat membangun optimisme pemulihan ekonomi dengan terus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah kebijakan dan
penanganan pandemi COVID-19 di pusat dan daerah.’’
HASIL RAKORNAS PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2020 (1)
“’Transformasi Digital UMKM Pangan untuk Mendukung Stabilitas Harga dan Pemulihan Ekonomi Menuju Indonesia Maju”
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
PENTINGNYA PENGENDALIAN INFLASI
EVALUASI KINERJA TPID 2019 (AWARDS 2020)
1
3
STRUKTUR PENYAJIAN
13
ARAH KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI MASA PANDEMI
2
14
EVALUASI KINERJA TPID TAHUN 2019 (AWARD 2020)
Tingkat partisipasi TPID terus meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2020 mencapai 71,03%. Secara keseluruhan, peningkatan juga terlihat dari sisi kualitas kegiatan dan program kerja. Peningkatan yang terjadi tidak hanya dari sisi kuantitas, namun juga dari sisi kualitas kegiatan dan program kerja yang semakin menyasar pada determinan inflasi/harga dari daerah masing-masing.
27.91%
20.22%
15.91% 13.03% 19.92%
43.89%
57.38%
71.03%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0 100 200 300 400 500 600
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah TPID
Tingkat Partisipasi TPID yang mengumpulkan Dokumen Penilaian Tingkat Partisipasi%-Skala Kanan
8%
24%
40%
38%
67%
44%
100%
75%
100%
50%
13%
53%
50%
92%
75%
44%
100%
88%
100%
50%
Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
86%
100%
100%
100%
69%
56%
100%
100%
100%
100%
100%
77%
100%
100%
Jabar DKI Jateng DIY Jatim Banten Bali
40%
100%
33%
86%
17%
100%
100%
60%
100%
67%
Kalbar Kaltim Kalten
g Kalsel Kaltara
94%
71%
64%
83%
57%
57%
88%
71%
96%
50%
86%
86%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar
55%
57%
25%
27%
10%
7%
73%
52%
50%
36%
13%
7%
NTB NTT Maluku Malut Papua Papua Barat
KAWASAN SUMATERA KAWASAN JAWA BALI KAWASAN KALIMANTAN KAWASAN SULAWESI KAWASAN NUSAMAPUA
2018 2019
15
ASPEK PENILAIAN EVALUASI KINERJA TPID 2019 (AWARD 2020)
Laporan TPID Triwulanan sebagaimana Keppres 23/2017 dg subtansi mengacu pada Permenko 10/2017
16
ASPEK PROSES (KRITERIA 2019/AWARD 2020)
PROVINSI & KAB/KOTA IHK
Outcome 50%
Process 20%
Output 30%
Koordinasi (5%)
Rekomendasi Kebijakan (10%)
Akuntabilitas (5%)
Koordinasi (10%)
Rekomendasi Kebijakan (20%)
Akuntabilitas (10%)
KABUPATEN/KOTA NON IHK
Kegiatan Kriteria Nilai
High Level Meeting
Rapat dipimpin Kepala Daerah dan merumuskan kebijakan
TPID serta dibuktikan dengan risalah rapat dan daftar hadir.
9
Rapat dipimpin minimal oleh Sekretaris Daerah dan merumuskan kebijakan TPID serta dibuktikan dengan
risalah rapat dan daftar hadir.
3
Rakor Provinsi
(diinisiasi oleh provinsi untuk mengoordinasikan kab/kota)
Rapat dipimpin Kepala Daerah, dihadiri oleh perwakilan TPID kab/kota serta dibuktikan dengan risalah rapat dan daftar hadir.
9
Rapat dipimpin Sekda Provinsi, dihadiri oleh perwakilan TPID kab/kota serta dibuktikan dengan risalah rapat dan
daftar hadir.
3
Rakor Kabupaten/Kota
(diinisiasi oleh kab/kota untuk berkoordinasi dengan kab/kota lainnya dalam lingkup satu provinsi)
Rapat dipimpin Kepala Daerah, dihadiri oleh perwakilan TPID kab/kota serta dibuktikan dengan risalah rapat dan daftar hadir
9
Rapat dipimpin Sekda Kab/Kota, dihadiri oleh perwakilan TPID Kab/Kota serta dibuktikan dengan risalah rapat dan daftar hadir
3
Kegiatan capacity building untuk TPID yang diinisiasi oleh TPID yang bersangkutan
Jenis kegiatan: Workshop, Sosialisasi, Studi banding yang dibuktikan dengan laporan kegiatan atau dokumen
pendukung lainnya
6
Komponen Koordinasi
Output
60% Process
40%
17
ASPEK PROSES (KRITERIA 2019/AWARD 2020)
PROVINSI & KAB/KOTA IHK
Outcome 50%
Process 20%
Output 30%
Koordinasi (5%) Rekomendasi Kebijakan (10%)
Akuntabilitas (5%)
Koordinasi (10%)
Rekomendasi Kebijakan (20%)
Akuntabilitas (10%)
KABUPATEN/KOTA NON IHK
Kegiatan Kriteria Nilai
Pelaksanaan Kebijakan
Penyusunan peraturan pelaksanaan yg berkaitan dgn pengendalian inflasi daerah (SK Kepala Daerah, Peraturan Kepala Daerah, SE tentang
Pelaksanaan Operasi Pasar, SE tentang Pasar Lelang, Kerjasama
AntarDaerah, dll).
10
Surat Kepala Daerah/Sekretaris Daerah kepada K/L atau pihak terkait lainnya berdasar rekomendasi kebijakan hasil pertemuan TPID atau hasil inisiatif Kepala Daerah.
Kegiatan Kriteria Nilai
Laporan TPID
Sebagaimana diatur dalam Keppres No. 23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional & Permenko No. 10 tahun 2017 tentang Mekanisme dan Tata Kerja TPIP, TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota.
1,25
Komponen Rekomendasi Kebijakan
Komponen Akuntabilitas
18
ASPEK OUTPUT (KRITERIA 2019/AWARD 2020)
PROVINSI & KAB/KOTA IHK
Outcom e…
Process, 20%
Output 30%
Output
60% Process
40%
KABUPATEN/KOTA NON IHK
KRITERIA DAN RENTANG NILAI PROGRAM UNGGULAN
FORMULIR RINGKASAN PROGRAM KERJA UNGGULAN TPID TAHUN 2019
(MAKSIMAL 2 LEMBAR)
*) pemanfaatan teknologi dapat berupa teknologi pertanian maupun teknologi informasi dalam mendukung sisi hulu dan hilir
Kriteria Penilaian Program Unggulan
Total Nilai Latar belakang
pemilihan program
Aspek kerjasama (antardaerah
atau stakeholders
lain)
Aspek pembiayaan
program kerja
Implementasi program dapat
mengatasi persoalan jangka pendek atau panjang
Pemanfaatan teknologi*
Rentang
Score 1-15 0-30 0-20 1-35 0-10 2 - 110
Nama Program Kerja
Latar belakang pelaksanaan program kerja :
• Tujuan pemilihan program
• Tahapan yang dilakukan
Implementasi program/kegiatan
• Kerja sama yang dilakukan, baik dengan instansi vertikal/horizontal, atau dengan
stakeholders/pihak swasta
• Sumber biaya (APBD/Hibah/CSR perusahaan)
• Jumlah biaya yang dianggarkan/direalisasikan
• Rincian pelaksanaan program
• Pemanfaatan teknologi dapat berupa teknologi pertanian, maupun teknologi informasi dalam mendukung sisi hulu dan hilir
Dampak/hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program/kegiatan
• Dampak jangka pendek terhadap perkembangan harga/realisasi inflasi
Evaluasi/tindak lanjut yang akan dilaksanakan
• Evaluasi implementasi
• Tantangan yang dihadapi
19
PENGENALAN ASPEK OUTCOME (KRITERIA 2019/AWARD 2020)
PROVINSI & KAB/KOTA IHK
Outcome 50%
Process 20%
Output 30%
Komponen Kriteria Bobot
Realisasi inflasi
Realisasi inflasi dibandingkan dengan data historis:
Penilaian realisasi inflasi daerah secara umum dengan membandingkan tingkat realisasi inflasi daerah tahun 2019 dengan rata-rata inflasi 3 tahun terakhir daerah tersebut berdasarkan angka realisasi inflasi yang dikeluarkan BPS.
20%
Realisasi inflasi dibandingkan dengan sasaran inflasi nasional:
Penilaian realisasi inflasi daerah secara umum yang membandingkan tingkat realisasi inflasi daerah tahun 2019 berdasarkan angka realisasi inflasi yang dikeluarkan BPS dengan sasaran inflasi nasional di tahun yang sama.
20%
Volatilitas inflasi
Penilaian volatilitas inflasi daerah secara umum melihat hasil dari upaya menjaga stabilitas harga-harga umum.
10%
20
Formulir dan Berkas yang Dibutuhkan
FORMULIR PROGRAM UNGGULAN
20
FORMULIR SELF ASSESMENT LAMPIRAN-LAMPIRAN
21
WILAYAH PROVINSI TERBAIK KAB/KOTA TERBAIK* KAB/KOTA BERPRESTASI**
SUMATERA SUMATERA BARAT (JUARA) KAB. BUNGO (JUARA) KAB. DELI SERDANG (JUARA)
Lampung (Nominasi I) Kota Padang (Nominasi I) Kab. Tanah Datar (Nominasi I) Kep. Bangka Belitung (Nominasi II) Kota Tanjung Pinang (Nominasi II) Kota Tebing Tinggi (Nominasi II) JAWA BALI JAWA TENGAH (JUARA) KAB. BANYUWANGI (JUARA) KAB. BADUNG (JUARA)
DKI Jakarta (Nominasi I) Kota Kediri (Nominasi I) Kab. Bangli (Nominasi I) D.I Yogyakarta (Nominasi II) Kota Malang (Nominasi II) Kab. Blitar (Nominasi II)
KALIMANTAN KALIMANTAN TIMUR (JUARA) KOTA SAMARINDA (JUARA) KAB. MAHAKAM ULU (JUARA)
Kalimantan Barat (Nominasi I) Kota Balikpapan (Nominasi I) Kota Bontang (Nominasi I)
Kalimantan Utara (Nominasi II) Kota Banjarmasin (Nominasi II) Kab. Kutai Kartanegara (Nominasi II) SULAWESI GORONTALO (JUARA) KOTA GORONTALO (JUARA) KAB. MAJENE (JUARA)
Sulawesi Selatan (Nominasi I) Kota Makassar (Nominasi I) Kab. Boalemo (Nominasi I) Sulawesi Utara (Nominasi II) Kab. Bone (Nominasi II) Kab. Pohuwato (Nominasi II) NUSA TENGGARA -
MALUKU -PAPUA
PAPUA (JUARA) KOTA JAYAPURA (JUARA) KAB. MALUKU TENGGARA (JUARA)
Nusa Tenggara Barat (Nominasi I) Kab. Sikka/Maumere (Nominasi I) Kab. Buru Selatan (Nominasi I) Nusa Tenggara Timur (Nominasi II) Kota Ternate (Nominasi II) Kab. Manggarai (Nominasi II)
*) TPID Kab/Kota Terbaik merupakan kategori pengukuran kinerja TPID bagi kabupaten/kota IHK
**) TPID Kab/Kota Berprestasi merupakan kategori pengukuran kinerja TPID bagi kabupaten/kota yang tidak termasuk dalam daftar kota IHK (non-IHK)
NOMINASI & PEMENANG TPID AWARD TAHUN 2020
(Berdasarkan Keputusan Menko Perekonomian selaku Ketua TPIP nomor 264 tahun 2020)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
TERIMA KASIH
22