4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya.
Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan (Pahan, 2011).
Definisi gulma sangat dipengaruhi oleh orang yang melihatnya dan bukan berdasarkan sifat morfologinya, bentuk hidup dan habitat tumbuhan itu sendiri, beberapa definisi gulma antara lain :
a. Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
b. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
c. Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.
d. Tumbuhan yang hidup ditempat yang tidak diinginkan.
e. Tumbuhan yang salah tempat.
(Malangyoedo, 2014)
2.2 Gulma Diperkebunan Kelapa Sawit
Gulma pada tanaman kelapa sawit adalah tumbuhan pengganggu yang keberadaannya merugikan secara ekonomis pada tanaman kelapa sawit.
Gulma di perkebunan kelapa sawit harus di kendalikan, Adanya gulma di perkebunan kelapa sawit akan merugikan Alasanya, Kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan antara gulma dan tanaman kelapa sawit yaitu pertumbuhan tanaman akan terhambat, produksi secara kualitas dan kuantitas akan mengalami penurunan, produktifitas kerja akan terganggu, gulma dapat
5
menjadi inang hama dan penyakit, biaya pengendalian gulma sangat mahal (Hipdudin, 2013).
Gulma (tumbuhan pengganggu) adalah tumbuhan yang termasuk bangsa rumputan yang merupakan pengganggu bagi kehidupan tanaman utama.Gulma harus secepatnya dikendalikan, karena gulma sangat mengganggu tanaman dalam mengambil makanan, sehingga mengakibatkan turunnya hasil budidaya, Selain itu juga merugikan manusia, karena gulma ada yang mengandung racun (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Bagian yang perlu diperhatikan adalah piringan sekeliling kelapa sawit, yang secara sengaja dibersihkan dari semua jenis gulma. Di samping untuk mencegah persaingan dengan gulma, pembuatan piringan juga untuk memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah, pemangkasan daun, pemupukan, aplikasi herbisida, dan sebagainya, Bila tidak dijaga, tanaman kacang akan masuk dan tumbuh di areal piringan dan selanjutnya merambat ke kalapa sawit, sehingga selain menimbulkan kerusakan fisik dan menyaingi kelapa sawit dalam mendapatkan sinar matahari (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
2.3 Jenis – Jenis Gulma
2.3.1 Berdasarkan Morfologi
Gulma kelapa sawit dapat di kelompokkan secara sederhana menurut keadaan morfologinya secara umum yaitu :
a. Gulma berdaun lebar (Broad leaves)
Karakteristik gulma ini daunnya lebar dengan tulang daun bercabang. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia.
Terdapat stomata pada daun terutama di permukaan bawah, tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.
6
Contohnya : Asystasia intrusa (rumput sial), A. conyzoides (babandotan), Borreria alata (kentangan), Chromolaena odorata (kirinyuh), Clidemia hirta (herendong), Colocasia sp (talas), Lantana camara (saliara), M. micrantha (sambung rambat), M. pudica (putri malu), Stachytarpeta indica (ekor tikus), dan lain-lain.
b. Gulma rerumputan (Grasses)
Gulma rerumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae).
Ukurannya bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun.
Contohnya : Panicium repens (lampuyangan), Eleusine indica (rumput belulang), A. compressus (rumput pahitan), Echinochloa colonum (rumput bebek), Ottochloa nodosa (bambonan), Brachiaria mutica (sukat telanjang), dan lain lain.
c. Gulma teki-tekian (Sedges)
Teki mempunyai daya tahan terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun. Dan titik tumbuh tersembunyi.
Contohnya : C. rotundus (rumput teki), Scleria sumatrensis (rumput kerisan), Cyprus kyllingia (rumput teki badot), dan lain-lain.
d. Gulma pakis-pakisan (ferns)
Pakis-pakisan yang menjadi gulma di perkebunan kelapa sawit masuk dalam Divisio Pteridophyta (umumnya klas Pteridopsida). Daun berwarna hijau sebagai organ fotosintesis, serta memiliki hidatoda pada sisi atas daun. Daun dibagi 3 tipe yaitu Tropofil (menghasilkan gula untuk fotosintesis), Sporofil
7
(menghasilkan spora untuk perkembangan), dan Bropofil (menghasilkan lebih banyak spora, lebih besar dari daun-daun yang lain). Batang berbentuk bulat, umumnya merupakan tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0,5 m tinggi. Warna batang kecoklatan permukaan halus akan tetapi seperti terdapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya. Umumnya akarnya serabut, memiliki akar yang tumbuh dibawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar- akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.
Contohnya : Nephrolepis sp (paku larat), Dicranopteris Linearis (pakis kawat), S. Palustris (pakis udang), Cyclosorus aridus (pakis kadal), Gleichenia linearis (pakis bantengan), dan lain-lain.
e. Gulma epifit
Tumbuhan gulma epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Dapat sepenuhnya hidup mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Epifit dapat menjadi pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang- kadang juga menutupi dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya.
Contohnya : Bromeliad (nanas-nanasan), Viscum album (Mistletoe), Dendrophthoe pentandra (benalu kelor), Macrosolen cochinchinensis (benalu belimbing, dan Loranthus longiflorus (benalu kemladean).
(Hipdudin, 2013).
2.3.2 Berdasarkan Siklus Hidup
Berdasarkan sifat atau umur hidupnya, gulma digolongkan menjadi gulma semusim (annual), gulma tahunan (perennial), dan gulma dwitahunan (biannual).
a. Gulma Semusim (annual weeds)
8
Gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kenudian mati) karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sebagai gulma semusim.
Contoh : Digitaria sp
b. Gulma dua Tahunan (biannual weeds)
Gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun tetapi tidak lebih dari dua tahun.Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan tahun kedua menghilkan bunga.
Contoh : Daucus carota
c. Gulma Tahunan (perennial weeds)
Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan alam kenyataanya hampir tidak terbatas. Beberapa spesies gulma ini mungkin secara alami berkembang biak dengan biji, tetapi sangat dapat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizoma, dan daun.
Contoh : C. rotundus, I. cylindrica
d. Gulma Tumbuhan Berkayu (Woody Plant)
Tumbuhan ini, membentuk kategori gulma perennial spesial yang batangnya mengalami pertumbuhan sekunder dan tumbuh membesar secara tahunan.
Gulma dari golongan ini adalah tumbuhan perdu (pohon rendah) dan pohon.
e. Gulma Perairan (Aquatic Weed)
Gulma yang telah dibicarakan di atas termasuk tumbuhan darat (terrestrial), sedangkan di alam banyak dijumpai pula gulma perairan (aquatic weed).
Gulma perairan dapat bersifat annual atau perennial. Semuanya mempunyai aspek umum, yakni lingkungan akuatis atau perairan. Gulma akuatis umumnya diklasifikasikan sebagai tumbuhan terapung, muncul, atau tenggelam. Algae (tumbuhan tingkat rendah) juga dianggap sebagai gulma akuatis.
(Hartanto, 2011).
9
2.4 Penggolongan Gulma Berdasarkan Peranannya
Berdasarkan peranannya dalam perkebunan kelapa sawit, gulma di kelompokkan lagi ke dalam golongan :
2.4.1 Gulma Jahat
Gulma jahat adalah jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman
kelapa sawit dan harus diberantas sampai tuntas. Selain berkompetisi, gulma ini dapat mengeluarkan zat beracun zat allelophaty yang didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya.
Contoh gulma jahat : D. liniaris (pakis kawat), M. micrantha (sambung rambat), Mimosa invisa (borang), I. Cylindrica (alang-alang).
2.4.2 Gulma Umum
Gulma umum merupakan jenis gulma yang merugikan tanaman kelapa sawit dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tergantung pada keadaan, ketersediaan biaya, estetika (kebersihan kebun).
Contoh gulma umum : A. Intrusa (rumput sial), B. alata (kentangan), A.
Conyzoides (babandotan), Saccharum spontaneum (gelagah), P. Repens (lampuyangan), C. odorata (kirinyuh), P. Conjugatum (rumput pait).
2.4.3 Gulma Yang Bermanfaat
Gulma yang bermanfaat yaitu tumbuhan yang dapat berfungsi sebagain pupuk hijau serta inang musuh alami ulat api (predator dan parasitoid), tetap memerlukan tindakan pengendalian jika sudah menutupi piringan dan pasar pikul.
Contoh gulma bermanfaat : Turnera subulata (bunga pukul delapan), N.
Biserrata (paku larat), Euphorbia heterophylla (patik emas), Amaranthus sp (bayam duri), Cassia tora (orok-orok). (Hipdudin, 2013).
10 2.5 Pakis Udang (S. palustris)
2.5.1 Klasifikasi Pakis Udang
Nama umum kalakai adalah Paku Udang, Pakis Udang, dan Paku Hurang.
Kalakai memiliki pucuk daun yang terbuka atau mengembang dan biasa digunakan secara tradisional sebagai sayuran. Daun yang permukaannya sempit memiliki spora yang biasanya tidak dimakan. Warna ujung daunnya pun berbeda, yaitu berwarna hijau terang, hijau gelap, hingga merah. Daun yang subur dan berwarna merah diproduksi sebagai respon dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti musim kemarau.
Taksonomi dari tumbuhan ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Polypodiidae Ordo : Polypodiidae
Famili : Blechnaceae (C. Presl) Copel.
Genus : Stenochlaena J.Sm.
Spesies : S. palustris (Burm.f.) Bedd
Gambar 2.1 Pakis udang (S. palustris Bedd)
2.5.2 Morfologi Pakis Udang a. Morfologi
Kelakai merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik
11
kerapkali dengan tubas yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan akar utama berada di tanah. Daun kelakai menyirip tunggal, dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-20 cm, yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai pendek, berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau membulat, kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil lebarnya 2-5 mm.
b. Anatomi
Epidermis tumbuhan paku mempunyai lapisan kutikula. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Memiliki trakeida dan berkayunya dinding-dinding trakeida, menambah kekuatan untuk mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berlainan dengan lumut.
c. Fisiologi
Kandungan metabolit sekunder tanaman kelakai yakni hasil pengukuran sampel daun dan batang yaitu untuk kadar air 8,56% dan 7,28%, kadar abu 10,37% dan 9,19%, kadar serat kasar 1,93% dan 3,19%, kadar protein 11,48% dan 1,89%, kadar lemak 2,63% dan 1,37%. Hasil analisis mineral Ca lebih tinggi di daun dibandingkan batang yaitu 182,07 mg per 100 g, demikian pula dengan Fe tertinggi 291,32 mg per100 g. Hasil analisis vitamin C tertinggi terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi terdapat di daun 26976,29 ppm. Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid tertinggi terdapat pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583%.
Senyawa bioaktif yang paling dominan adalah alkaloid. Berdasarkan hasil analisis, Kalakai dapat dijadikan pangan fungsional.
12 2.5.3 Tempat Tumbuh
Kelakai hidup di daerah tanah gambut, air tawar dan hutan belukar. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah yang basah dan tergenang, Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas, cara penyebaran kelakai dengan tunas dan sulur serta spora.
(Thursina, 2010).
2.6 Putri Malu (M. Pudica) 2.6.1 Klasifikasi Putri Malu
M. pudica dikenal dengan “kucingan” merupakan salah satu tanaman perdu pendek yang masih dalam kelompok dan keluarga suku polong-polongan yang mudah dikenal dengan ciri khasnya dilapangan adalah tumbuh merayap dengan batang yang keras berduri jarang, daun majemuk yang peka terhadap sentuhan (bila daunnya disentuh akan segera menguncup), kepala bunga bulat berwarna merah jambu.
Taksonomi dari tumbuhan ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Family : Fabaceae Genus : Mimosa
Species : M. pudica Linn
Gambar 2.2 Putri malu (M. Pudica Linn)
13 2.6.2 Morfologi Putri Malu
a. Batang
Tumbuh merayap tersebar di atas tanah, miring atau tegak, tingginya 30-150 cm, ditumbuhi bulu-bulu agak panjang dan duri keras yang membungkuk warnanya hijau bercorak ungu keras/kuat dan bercabang banyak.
b. Daun
Daun menyirip ganda (bipinnatus) dengan empat atau dua pasang sirip yang tersusun di ujung ibu tangkai daun, ibu tangkai daun berbulu halus dan tidak berduri, panjangnya 2-3 cm di dekat pangkal ibu tangkai daun terdapat sepasang penumpu panjangnya kira-kira 5 mm daun sangat peka terhadap sentuhan. Anak daun mempunyai 5-26 pasang helai daun kecil (kebanyakan sepuluh sampai dua puluh pasang). Helai daun berbentuk bulat panjang, tepinya berwarna ungu dan berbulu, ukurannya 6-16 mm panjang dan 1,5-3 mm lebar, tidak bertangkai.
c. Bunga
Berbentuk bulat dan padat warnanya merah jambu satu atau dua sampai empat kepala bunga tumbuh dari ketiak daun, tangkainya berwarna ungu pucat berambut, panjangnya 2-3,5 cm sewaktu bunga kembang dan kemudian memanjang menjadi 4-5 cm. Satu bunga kelopak tidak ada atau sangat kecil, daun mahkota berlekatan satu sama lain (gamopetalous) 1,5-2 mm panjangnya, benang sari 4,5-6 mm panjangnya berwarna merah jambu, kepala sari kuning.
d. Buah
Tersusun agak rapat berupa karangan di ujung tangkai, jumlah buah polong beragam. Satu buah polong berbentuk garis dengan parit-parit di antara biji- biji, panjangnya 1-2 cm dan lebarnya kira-kira 4 mm sepanjang kampuh yaitu garis pembelahan polong (suture) terdapat bulu-bulu panjang agak tegar berwarna ungu pucat.
14 2.6.3 Tempat Tumbuh
M. pudica Linn adalah tumbuhan berkayu tahunan, tumbuh pada tanah yang tidak terlalu kering dan agak toleran terhadap suasana ternaung. Berasal dari Amerika tropik, tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, Daerah penyebarannya meliputi 1-1200 m di atas permukaan laut.
(Hasan, 2013).
2.7 Definisi Kompos
Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari bahan sampah organik yang bisa lapuk, seperti daun-daunan, sampah dapur, jerami, rumput, dan kotoran lain, yang semua itu berguna untuk kesuburan tanah. Kompos merupakan material organik yang sudah didekomposisi dan digunakan sebagai media tanam, pupuk, dan penyubur tanah. Ada banyak teknik pembuatan kompos, namun prinsipnya sama saja, yaitu mengubah bahan organik yang sudah dianggap sampah atau tidak berguna untuk diproses sedemikian rupa sehingga cocok dijadikan media untuk menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman.
Pengomposan merupakan proses penurunan perbandingan (rasio) antara karbohidrat dan nitrogen. Semua tanaman hanya bisa menyerap makanan dari zat yang mempunyai rasio C/N yang nyaris sama dengan tanah. Tanah mempumyai perbandingan C/N berkisar 10-20%. Sementara itu, rasio C/N bahan kompos melebihi 50%. Agar bahan kompos tersebut bisa di serap oleh tanaman, bahan kompos tersebut harus dihancurkan atau diuraikan menjadi tanah (Soeryoko dalam Suryati, 2014). Proses pengomposan akan membutuhkan waktu lebih lama dengan lebih tingginya nisbah C/N bahan.
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditentukan oleh bahan C/N rasio, komposisi bahan, ukuran maupun kondisi linngkungan yang meliputi kemasaman, suhu, dan aerasi (Yunindova dalam Suryati, 2014).
Kompos menjadi alternatif terbaik dalam pemanfaatan bahan sampah yang tidak digunakan disekitar kita. Dengan memilih dan mengolah secara tepat, bukan tidak mungkin bila hal tersebut akan menjadi lebih bermanfaat.
15
Pembuatan kompos dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan dengan berbagai cara.
Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadidengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoranhewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanyakerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisadipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkanmikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperolehkompos yang berkualitas baik.
(Suryati, 2014).
2.8 Kegunaan Kompos
Banyak manfaat yang dapat anda peroleh dari kompos, hal tersebut tidak terlepas dari kandungan kompos yang kaya akan unsur hara dan bahan organik yang sangat dibutuhkan tanaman. Berikut kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos.
Tabel 2.1 Kandungan rata-rata unsur hara dalam kompos
Komponen Kandungan (%)
Air 41,00-43,00
C-organik 4,83-8,00
N 0,10-0,51
P2O5 0,35-1,12
K2O 0,32-0,80
Ca 1,00-2,09
Mg 0,10-0,19
Fe 0,50-0,64
Al 0,50-0,92
Mn 0,02-0,04
Sumber data Suryati 2014
16
Berikut berbagai manfaat kompos bagi tanah : a. Memperbaiki sifat-sifat atau struktur tanah
Pemberian kompos pada tanah banyak memberikan keuntungan. Misalnya, pemberian kompos pada tanah berpasir akan menyebabkan bersatunya butiran-butiran pasir. Hal tersebut akan membuat tanah menjadi gembur dan menyuburkan tanaman. Sementara itu, pemberian kompos pada tanah lempung dapat merenggangkan ikatan butiran penyusunan tanah sehingga susunan tanah menjadi gembur dan sangat baik untuk ditanam.
b. Memperkaya mikroba tanah
Kompos mengandung sejumlah mikroba didalamnya, pemberian kompos berarti menambah atau memasukkan mikroba didalam tanah.
c. Meningkatkan unsur hara tanah
Kompos mengandung unsur hara makro dan mikro yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian kompos akan meningkatkan unsur hara pada tanah.
d. Memiliki kemampuan daya serap air yang lebih baik
Pemberian kompos pada tanah berdampak pada kemampuan mengikat air.Oleh karenannya, kehilangan air pada musim kemarau dapat diperkecil karena kompos telah mengikat air cukup baik pada saat musim hujan.
e. Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman, kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur.
Tanah miskin akan menjadi subur.tanah masam akan menjadi lebih netral.
Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
f. Menyehatkan tanah dan tanaman
Tanaman yang diberi kompos akan memperoleh cukup unsur hara sehingga tanaman akan kuat dalam menghadapi serangan hama penyakit yang menyerang. Kompos juga menjadi media bagi tumbuh kembangnya cacing yang diketahui dapat menyuburkan tanaman.
(Suryati, 2014).
17 Tabel 2.2 Standar kualitas kompos
N0 Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % 50
2 Temperatur 0C suhu air tanah
3 Warna kehitaman
4 Bau berbau tanah
5 Ukuran partikel Mm 0,55 25
6 Kemampuan ikat air % 58
7 pH 6,80 7,49
8 Bahan asing % * 1,5
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40
11 Karbon % 9,80 32
12 Phosfor (P2O5) % 0,1
13 C/N-rasio 10 20
14 Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain
25 Kalsium % * 25,5
26 magnesium (Mg) % * 0,6
27 Besi (Fe) % * 2
28 Aluminium (Al) % * 2,2
29 Mangan (Mn) % * 0,1
Bakteri
30 Fecal Coli MPN/gr 1000
31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3
Sumber Data Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
18 2.9 Pembuatan Pupuk Pelet
Bahan organik dari gulma merupakan potensi sumber hara, yang besarnya bergantung pada spesies gulma yang digunakan dari keadaan pertumbuhannya. Gulma berdaun lebar biasanya mengandung unsur hara lebih besar sari golongan rumput dan teki. A. Conyzoides memberikan sumber unsur hara N, P, dan K terbesar di bandingkan gulma lainnya, yaitu 6,3;0,5;4,7 kg/ha. Kandungan unsur hara macro N, P, dan K pada beberapa spesies gulma adalah Calopogonium Mucunoides 3, 7,0, 3,2, 7 kg/ha, Cynodon Dactylon 1,2;0,2;4,7 kg/ha, Bidens Pilosa 1,4;0,2;1,3 kg/ha, Crotalaria Sp. 2,3;0,2;1,2 kg/ha, Stelytrophila Jamaicensis 1,3;0,1;1,6 kg/ha dan Vemonia Cinerea 1,7;0,1;1,0 kg/ha. (Yasin dan Yahya dalam H. Kaderi, 2004).
Besarnya kandungan unsur hara makro NPK pada bahan organik dari berbagai jenis gulma merupakan sumber daya alam yang sangat potensial.
Bahan organic tersebut dapat diolah menjadi pupuk alternatif berupa pupuk pelet sehingga memberikan manfaat bagi usaha perbaikan kesuburan tanah peningkatan peroduksi, dan pelestarian sumber daya alam. Sisa penyiangan gulma berfungsi sebagai penyimpanan unsur hara, dan beberapa jenis gulma mempunyai prospek sebagi sumber bahan organik dalam pembuatan kompos dengan kandungan hara sedang sampai tinggi. (Abiding dalam H. Kaderi, 2004).
2.9.1 Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman.
Contoh : Pupuk N, Pupuk P, dan Pupuk K.
a. Pupuk Urea
Pupuk Urea adalah pupuk kimia dengan rumus kimia CO(NH2)2 yang banyak mengandung Nitrogen. Bentuknya seperti butir-butir kristal berwarna putih dan mempunyai sifat higroskopis (mudah larut dalam air).
Karakteristik Pupuk Urea :
19
Mengandung Nitrogen dengan kadarnya 45 – 46 % N
Culfur Coated Urea
- Urea yang dibungkus belerang - Butiran
- Pelepas N yang lambat
Thiourea CS (NH2)2
- Pelepas N
- Sukar larut dalam air - Bersifat sedikit masam
Gambar 2.3 Pupuk Urea b. Pupuk TSP
Pupuk TSP adalah pupuk kimia dengan rumus kimia Ca(H2PO4) yang banyak mengandung Phosphate. Bentuknya seperti butir-butiran (Granular) berwarna abu-abu.
Karakteristik Pupuk TSP :
Mengandung Phosphate dengan kadarnya 43 – 52 % P
95 – 98 % larut dalam air
Bersifat Netral tidak mempengaruhi keasaman tanah
Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik.
20
Gambar 2.4 Pupuk TSP b. Pupuk KCL
Pupuk KCL adalah pupuk kimia dengan rumus KCL yang banyak mengandung Kalium (K20). Bentuknya seperti bubuk atau serbuk warnanya merah.
Karakteristik Pupuk KCL :
Mengandung Kalium dengan kadarnya 62,5 % K
Higroskopis (mudah larut dalam air)
Bersifat Netral sampai agak masam
Gambar 2.5 Pupuk KCL
21 Tabel 2.3 Kesesuaian pencampuran Pupuk
Jenis Pupuk Urea ZA TSP RP KCL Kieserite Dolomit
N Urea a N N a a N N
ZA N a a x x a A
P TSP N a a x a a X
RP x x x a a a A
K KCL a x a a a a A
Mg Kieserite N a a a a a A
Dolomit N a a N a a A
Keterangan : a = Dapat dicampur
N = Pupuk dapat dicampur segera sebelum digunakan x = Pupuk tidak dapat dicampur
(Hipdudin, 2013).