• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah air yang telah dipergunakan dan berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, WC, serta tempat memasak (Sugiharto, 2008).

Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungannya (Ayi Fajarwati, 2000).

Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari penggunaan untuk kebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan sebagainya. Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan, urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah tangga berbentuk suspensi lainnya dalam bentuk bahan terlarut. Limbah cair ini dapat dibagi 2 yaitu limbah cair kakus yang umum disebut black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water. Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun sebagian dibuang langsung ke laut.

Sedangkan grey water hampir seluruhnya dibuang ke laut melalui saluran.

Perkembangan penduduk kota-kota besar semakin meningkat pesat, seiring dengan pesatnya laju pembangunan, sehingga jumlah limbah domestik yang dihasilkan juga semakin besar. Sedangkan daya dukung sungai atau badan air penerima limbah domestik yang ada justru semakin tercemar (Sugiharto, 2008).

(2)

7 2.2 Jenis Sistem Pengolahan Air Limbah

Berdasarkan tempat pengolahannya, bidang pembuangan air limbah domestik terdiri menjadi dua sistem, yaitu sistem pembuangan setempat (on- site sytem) dan sistem pembuangan terpusat (off-site system).

2.2.1 Sistem Pengolahan On-site

Sistem sanitasi setempat adalah sistem pembuangan air limbah yang tidak mengumpulkan air limbah ke saluran yang membawanya ke tempat pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi fajarwati, 2000).

Teknologi pengolahan air limbah domestik individual yang biasa digunakan adalah tangki septik (septic tank). Tangki septik adalah ruangan kedap air yang terdiri dari kompartemen ruang yang berfungsi menampung atau mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang sangat lambat sehingga memberi kesempatan untuk terjadinya pengendapan suspensi padat dan dekomposisi bahan- bahan organik oleh mikroba anaerobik. Pada saat ini mayoritas penduduk indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan, masih menggunakan sistem pebgolahan air limbah setempat (on-site) yang berupa tangki septik atau cubluk. Pengolahan ini dipilih karena pengolahan air limbah secara terpusat masih belum banyak tersedia di Indonesia. Selain itu, sistem setempat juga tidak memerlukan biaya yang besar jika dibandingkan dengan sistem terpusat. Baik biaya pembangunan maupun operasional masih dapat ditanggung oleh para pemakainya. Pelaksanaan dan pengoperasian sistem setempat juga lebih sederhana sehingga dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Ayi fajarwati, 2000).

Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan dalam sistem on-site diantaranya :

 Biaya pembuatan murah

 Biasanya dibuat oleh sektor swasta/pribadi

 Teknologi dan pembuatannya sederhana

(3)

8

 Sistem terpisah bagi tiap rumah dapat menjadi privasi yang aman dan bebas.

 Operasi dan pemeliharaan yang mudah dan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok/blok.

Kerugian dalam sistem on-site diantaranya :

 Tidak cocok dengan daerah kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga lahan yang tersedia sangat sempit, dan muka air tanah tinggi, kecuali jika daya resap tanah yang rendah.

 Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaannya (terutama untuk sistem tangki septik).

 Kesalahan pengertian bahwa limbar air cucian (air cucian dapur, kamar mandi, kamar cuci, wastafel) tidak boleh masuk ke cubluk atau tangki septik, langsung dibuang ke saluran drainase, sehingga terus mengakibatkan adanya air becek tiap hari, mencemari pemandangan, terutama badan-badan air dan bau busuk juga mungkin terjadi.

 Mencemari air tanah(sumur dangkal) bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik (Ayi fajarwati, 2000).

2.2.2 Sistem Pengolahan Off-site

Sistem pengolahan terpusat adalah sistem pembuangan air rumah tangga disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah menuju saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan air premium. Sistem penyaluran air buangan ini dapat dilakukan secara terpisah, tercampur, maupun kombinasi antara saluran air buangan dengan saluran air hujan (Masduki, 2000).

Sistem pengolahan air limbah terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau sistem sewerage adalah satau kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air limbah permukiman berupa unit pelayanan dari sambungan rumah, unit pengumpulan air limbah

(4)

9

melalui jaringan perpipaan serta unit pengolahan dan pembuangan akhir yang melayani skala kawasan tertentu, permukiman, dan kota (Masduki, 2000). Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian.

Keuntungan dalam off-site system diantaranya :

 Menyediakan pelayanan yang terbaik.

 Sesuai untuk daerah kepadatan tinggi.

 Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari.

 Memiliki masa guna lebih lama.

 Dapat menampung semua jenis limbah (grey water dan black water)

Sedangkan kerugian dalam off-site system diantaranya :

 Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi.

 Teknologi yang digunakan adalah teknologi yang tinggi.

 Tidak dapat dilakukan perseorangan.

 Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan.

Dalam pembuangan teknologi off-site juga perlu memperhatikan beberapa kriteria yaitu :

a) Digunakan untuk penduduk dengan kepadatan tinggi >200 jiwa/ha agar jumlah volume air cukup untuk penggelontoran (self-cleaning)

b) Disarankan untuk tipe perumahan teratur dan permanen dalam lingkungan yang terbatas.

c) Ketersediaan air bersih merupakan faktor yang penting, Permebilitas tanah tidak memenuhi syarat.

d) Diterapkan pada berbagai kemiringan tanah.

e) Muka air tanah kurang dari 2 m.

f) Diameter pipa minimal 150 mm.

g) Maksimum genangan air 0,8 dari diameter pipa dan minimum adalah 0,2 kali diameter pipa.

h) Hydraulik gradien minimum adalah 0,006.

i) Kedalaman penanaman pipa minimum 0,4 m.

(5)

10 2.3 Debit Air Limbah Domestik

Debit air limbah domestik penting untuk diketahui jumlah karena akan menentukan kapasitas bangunan pengolahan yang akan direncanakan.

2.3.1 Debit Air Limbah Rata-rata

Diperkirakan besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah yaitu 80 – 90% dari total yang diketahui dari penggunaan rata-rata air bersih pada daerah pelayanan. Menurut Kristianus, 2017 Persamaan untuk menghitung total penggunaan rata-rata air bersih terdapat pada persamaan berikut.

Debit rata-rata

Qave = Qw x (80-90%) ... ...(2.1) Dimana:

Qave = Debit air limbah (liter/orang.hari)

Qw =Debit rata-rata penggunaan air bersih (liter/orang.hari) 2.3.2 Debit Air Limbah Minimum dan Puncak

Debit air limbah minimum dan puncak sangat tergantung dari pola masyarakat setempat. Penggunaan air mencapai titik puncak ketika masyarakat akan melakukan aktivitas yang menggunakan banyak air seperti bekerja, sekolah dan kebutuhan pangan. Sedangkan untuk debit minimum terjadi ketika masyarakat tidak beraktivitas seperti tidur pada malam hari. Persamaan untuk menghitung debit minimum dan puncak Menurut Kristianus, 2017 terdapat pada persamaan berikut:

Debit minimum

Qmin = 0,2 x p16 x Qave… ... ...(2.2) Dimana:

Qmin = debit air limbah minimum (l/detik) P = Jumlah penduduk

Qave = Debit air limbah rata-rata (l/detik)

Debit puncak

Qpeak = fpeak x Qave...(2.3)

(6)

11 Dimana:

Qpeak = Debit air limbah puncak (l/detik) Fpeak = Faktor puncak

Qave = Debit air limbah rata-rata (l/detik)

 Faktor Puncak

fpeak = (18 + p0.5) / (4 + p0.5)...(2.4) Keterangan :

P = jumlah penduduk (jiwa) 2.4 Sistem penyaluran air limbah (SPAL)

Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.

Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana sistem penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran tercampur menggabungkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan. Dalam hal ini pembahasan hanya mencakup sistem penyaluran air limbah terpisah.

Kemudian sistem pengolahan limbah pun terdiri dari 2 macam yaitu sistem pengolahan on-site position dan sistem off-site position, yang akan ditinjau nantinya adalah sistem pengolahan off- site posistion dimana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat (Dewiandratika, 2002).

2.4.1 Sistem riol dangkal (shallow sewer)

Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial Sewerage. Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai (Dewiandratika, 2002). Perletakan

(7)

12

saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.

Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah sebesar 1% Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan pengolahan mini.

(A) (B)

Gambar 2. 1 Shallow Sewerage pada perumahan tidak teratur (A) dan teratur (B).

(Sumber: Dewiandratika, 2002)

Menurut Kristianus (2017) Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem penyaluran air limbah diantaranya yaitu :

a) Konstanta Manning (n) = 0.013 (pipa PVC)

b) Diameter pipa minimum = 100 mm dengan saluran gravitasi kecepatan minimum = 0.6 m/s pada saat debit

(8)

13 rata- rata atau peak

c) kecepatan maksimum = 2.5 – 3.0 m/s d) Tinggi renang (d

D) = 0.8

e) Kemiringan atau slope (S) S =ΔH

L Dimana :

S = slope

ΔH = beda elevasi (m) L = panjang pipa (m)

f) Persamaan debit penuh bisa dilihat dalam persamaan berikut

 Qfull =0.312

n x D2.667 x S0.5...(2.5) Dimana :

Qfull = Debit pipa pada saat penuh (m3/s) N = Kekasaran manning

D = Diameter (m)

2.4.2 Komponen unit SPAL

Dalam Pekerjaan Saluran Penyaluran Air Limbah (SPAL) ada beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam pekerjaannya.

Komponen unit SPAL adalah sebagai berikut : a. Jaringan Pipa Air Limbah

Sistem Perpipaan pada pengaliran air limbah komunal berfungsi untuk membawa air limbah dari beberapa rumah ketempat pengolahan agar limbah agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan sekitarnya (Dewiandratika, 2002). Syarat-syarat pengaliran air limbah yang harus diperhatikan, dalam perencanaan jaringan saluran air limbah adalah :

a. Pengaliran secara gravitasi

b. Batasan kecepatan minimum dan maksimum harus diperhatikan.

Kecepatan minimum untuk memungkinkan terjadinya proses self cleansing, sehingga bahan padat yang terdapat didalam

(9)

14

saluran tidak mengendap di dasar pipa, agar tidak mengakibatkan penyumbatan, sedangkan kecepatan maksimum mencegah pengikisan pipa oleh bahanbahan padat yang terdapat didalam saluran.

c. Jarak antara bak kontrol pada perpipaan mengurangi akumulasi gas dan memudahkan pemeliharaan saluran.

Melihat fungsi perpipaan penyaluran air limbah buangan dibedakan atas : Pipa persil, pipa servis, pipa lateral/pipa cabang dan pipa induk dengan keterangan sebagai berikut :

a. Pipa persil, yaitu pipa saluran yang umumnya terletak didalam pekarangan rumah dan langsung menerima air buangan dari dapur atau kamar mandi/wc.

b. Pipa servis yaitu pipa saluran yang menampung air buangan dari pipa-pipa persil dan terletak dijalan didepan rumah.

c. Pipa lateral, yaitu pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa servis.

d. Pipa induk pipa air buangan yang menerima air buangan dari pipa lateral. Pipa ini langsung terhubung ke instalasi pengolahan air limbah.

Dalam pekerjaan Jaringan pipa air limbah ada kriteria dimensi dan kemiringan pipa yaitu sebagai berikut :

Kriteria Dimensi pipa untuk Sanimas adalah sebagai berikut : a. Dimensi pipa untuk sambungan rumah (pipa persil) adalah 3” -

4”.

b. Dimensi pipa untuk pipa servis (pipa tersier) adalah 4” - 6”.

c. Dimensi pipa untuk pipa lateral/cabang (pipa sekunder) adalah 4” - 6”.

d. Dimensi pipa untuk pipa induk (pipa utama) adalah 4” - 8”.

Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengoperasiannya diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan daya pembilasan sendiri (self cleansing) guna mengurangi gangguan

(10)

15

endapan di dasar pipa. Kemiringan muka tanah yang lebih curam daripada kemiringan pipa minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain selama kecepatannya masih di bawah kecepatan maksimal.

Kriteria kemiringan pipa untuk adalah sebagai berikut:

a. Kemiringan pipa untuk sambungan rumah (pipa persil) adalah 1% -2%.

b. Kemiringan pipa untuk pipa servis adalah 1% - 2%.

c. Kemiringan pipa untuk pipa lateral/cabang adalah 1% - 2%.

d. Kemiringan pipa untuk pipa induk (pipa utama) adalah 0.4% - 1%.

Pemilihan bahan pipa harus betul-betul dipertimbangkan mengingat air limbah banyak mengandung bahan padat yang mengganggu atau menurunkan kekuatan pipa. Demikian pula selama pengangkutan dan pemasangannya, diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang memadai. Pipa yang biasa dipakai untuk penyaluran air limbah komunal adalah :

a. Pipa SNI khusus air limbah, dalam kondisi khusus dapat digunakan pipa klas AW. Pipa klas D hanya boleh digunakan untuk pipa persil (SR).

b. PE (polyethylene) untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air.

c. Pipa galvanis untuk kondisi tertentu atas rekomendasi DPU.

Dalam pelaksanaan pekerjaan perpipaan juga harus diperhatikan kedalamannya, dengan syarat sebagai berikut :

a. Kedalaman perletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan pipa dari beban di atasnya dan gangguan lain;

b. Kedalaman galian pipa Persil > 0,2 m, selanjutnya mengikuti gradient hidrolik. Dalam situasi tertentu memperhitungkan beban luar.

Dalam perencanaan Jaringan Pipa Air Limbah ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan sebagai berikut :

(11)

16

b. Pembebanan Saluran Air Limbah

Sebelum menuju IPAL, air limbah dialirkan melalui pipa tersier, sekunder, dan primer. Saluran pipa air limbah akan menerima beban debit yang berbeda-beda sesuai dengan tata letak daerah pelayanannya yang dipengaruhi juga oleh jumlah penduduk dalam daerah tersebut. Menurut Kristianus (2017), terdapat Persamaan untuk perhitungan pembebanan saluran air limbah sebagai berikut:

Qave = 3% x Qave Total...(2.6) Dimana :

Qave = Debit air limbah rata-rata (l/detik)

Qave Total =Debit air limbah rata-rata setiap blok (l/detik)

Qpeak = 3% x Q peak Total...(2.7) Dimana :

Qpeak = Debit air limbah puncak (l/detik)

Qpeak Total= Debit air limbah puncak setiap blok (l/detik)

Qmin = 3% x Q min Blok 1...(2.8) Dimana :

Qmin = Debit air limbah minimum (l/detik) Qmin Total = Debit air limbah minimum setiap blok

(l/detik)

Jumlah % yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah penduduk yang tercakupi, serta debit yang dihasilkan.

c. Dimensi Pipa Air Limbah

Dalam perencanaan dimensi pipa air limbah beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

 Memperkirakan besarnya debit air limbah

 Memilih parameter desain - Persamaan hidrolika

(12)

17 - Pemilihan jenis pipa - Ukuran diameter minimum

- Kecepatan maksimum dan minimum

 Memilih perlengkapan pendukung untuk pipa

Mengevaluasi alternatif kemiringan/ slope

Langkah-langkah perhitungan dimensi pipa air limbah sebagai berikut :

 Slope Pipa untuk penanaman pipa air limbah tertutup adalah 0,003

 Menentukan (d

D) (dimana rasio (d

D) adalah 0,5-0,8)

 Kekasaran pipa (n) untuk pipa pvc adalah 0,013

 Setelah mengetahui nilai (d

D), nilai (d

D) digunakan untuk megetahui nilai (Qp

Qf) yang ada di grafik “Hydraulic elements graph for circular sewers” sebagai berikut:

Gambar 2.2 Grafik Hydraulic Elements for circular sewer Sumber : Kristianus, 2017

 Qfull = QpQp

Q𝑓𝑢𝑙𝑙

...(2.9) Dimana :

Qfull =Debit pipa pada saat penuh (m3/s)

(13)

18

Qp = Debit air limbah puncak (l/detik)

 D =( Q𝑓𝑢𝑙𝑙 x n

0,3118 x s0,5) 38...(2.10) Dimana:

n = Kekasaran Pipa

s = slope medan

Qfull =Debit pipa pada saat penuh (m3/s) d. Penanaman pipa

Penanaman pipa diusakan sedapat mungkin pada slope medan dan penanamannya di usahakan sedemikian rupa sehingga pemompaan tidak diperlukan. Pompa digunaka apabila penanaman pipa mencapai 7 m (batas air tanah). Untuk beberapa saluran yang bertemu dalam satu manhole dan mempunyai beda ketinggian kurang lebih 1 m dapat digunakan drop manhole.

Kedalaman penanaman pipa minimal harus disesuaikan dengan kelas yang dilewati saluran, jenih tanah, lokasi bangunan yang akan menggunakan fasilitas penyaluran air buangan, kekuatan saluran dan diameter saluran.

Gambar 2.3 Penanaman Pipa Sumber : Kristianus, 2017

Dimana:

A = elevasi atas pipa awal B = Elevasi bawah pipa awal C = Elevasi atas pipa akhir

(14)

19

D = Elevasi bawah pipa akhir E =Muka Tanah

F = Kedalaman penanaman awal

Menurut Kristianus (2017), Dalam perencanaan penanaman pipa terdapat persamaan untuk perhitungan penanaman pipa sebagai berikut :

 Elevasi atas pipa

Elevasi atas pipa = BT awal – (1 m + Ø pipa)...(2.11) Dimana :

BT = Batas Tanah

 Elevasi akhir pipa

Elevasi akhir pipa = BT akhir – (∆H + Ø pipa)...(2.12) Dimana :

BT = Batas Tanah

 Kedalaman pipa awal

Kedalaman pipa awal = BT awal – E atas pipa...(2.13) Dimana :

BT = Batas Tanah E = Elevasi

 Kedalaman pipa akhir

Kedalaman pipa akhir = BT awal – E akhir pipa...(2.14) Dimana :

BT = Batas Tanah E = Elevasi 2.4.3 Pekerjaan Konstruksi SPAL

Dalam pekerjaan konstruksi SPAL ada langkah-langkah yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :

a. Konstruksi SPAL dilaksanakan oleh penyelenggara.

b. Pelaksanaan konstruksi SPAL dapat dilakukan sendiri oleh penyelenggara atau melalui penyedia jasa pelaksana konstruksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(15)

20

c. Dalam hal pelaksanaan konstruksi SPAL dilakukan oleh penyedia jasa atau oleh kelompok masyarakat, pelaksanaannya harus diawasi oleh petugas yang berwenang untuk menjamin terpenuhinya persyaratan pembangunan.

d. Pelaksanaan konstruksi SPAL dilakukan berdasarkan perencanaan teknis SPAL yang telah ditetapkan.

e. Pelaksanaan konstruksi meliputi pra konstruksi, konstruksi, dan penyelenggaraan konstruksi.

f. Pelaksanaan konstruksi SPAL harus memperhatikan Rencana Mutu Kontra/Kegiatan (RMK) dan Rencana K3 Kontrak/Kegiatan (RK3K) yang telah disusun oleh penyelenggara atau oleh penyedia jasa pelaksana konstruksi.

g. Pelaksanaan konstruksi SPAL dilakukan dengan memperhatikan metode konstruksi bersih, terutama pada Unit Pengumpulan.

h. Dalam pelaksanaan kontruksi unit pengumpulan terdapat pekerjaan pemasangan pipa lateral, pemasangan pipa servis dan pipa induk, bangunan pelengkap, dan material pipa dan perlekapannya.

i. Pemasangan pipa servis dan pipa induk dapat dilakukan dengan metode galian terbuka (open trench) atau microtunneling / pipe jacking. Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah dari beberpa pipa lateral. Pipa induk adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari pipa servis melalui manhole menuju instalasi pengolahan air limbah.

j. Tahapan pemasangan pipa dengan metode galian terbuka memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :

 Penandaan dan pemotongan permukaan jalan.

Setelah kegiatan survei topografi selesai dilakukan, selanjutnya melakukan penandaan jalur pipa yang sebagai penanda jalur penggalian dan menentukan lebar

(16)

21

galian. Penandaan tersebut berupa pengecetan permukaan jalan yang dibuat lurus sehingga mudah dilihat pada saat pemotongan permukaan jalan.

Pemotongan dilakukan pada umumnya sampai pada kedalaman 5-7 cm atau batas ketebalan lapisan perkerasan agar tidak merusak lapisan di luar batas galian.

 Pekerjaan Galian a. Lebar jalan

– Untuk lokasi pemasangan pipa pada jalan yang sempit atau lebarnya kurang dari 2 meter dimana akses alat berat dan pergerakannya tidak memungkinkan, maka penggalian dilakukan secara manual.

– Sedangkan untuk lokasi yang utilitasnya banyak atau diperkirakan akan mengalami kerusakan maka penggalian dilakukan dengan kombinasi antara manual dengan menggunakan alat berat.

b. Dinding Penahan Tanah/ Turap

– Secara umum jenis tanah dikategorikan menjadi tidak mudah runtuh/stabil dan mudah runtuh.

– Untuk kondisi tanah yang tidak mudah runtuh/stabil, penggalian dapat dilakukan tanpa turap untuk pemasangan pipa diameter kecil dengan galian tidak terlalu dalam (kedalaman sampai 1,5 m)

– Untuk kondisi tanah yang mudah runtuh, turap diperlukan untuk memastikan galian tidak runtuh/longsor.

(17)

22

c. Pengeringan (Dewatering)

– Dewatering adalah kegiatan untuk mengurangi dan bahkan menghilangkan air yang masuk kedalam areal kerja.

– Pekerjaan galian harus mengantisipasi masuknya air tanah ke tempat galian. Apabila muka air tanah tinggi, dilakukan pemompaan (dewatering) agar tidak mengganggu proses pemasangan pipa.

– Air hasil dewatering di pompa menuju saluran drainase terdekat atau dikumpulkan di tempat penampungan sementara untuk selanjutnya dibuang ke badan air.

– Dewatering dihentikan setelah pengurugan selesai dilakukan.

d. Kepadatan lalu lintas

– Penempatan petugas pengatur lalu lintas dan rambu lalu lintas harus dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi di badan jalan.

– Diusahakan jalan tidak ditutup total

– Apabila harus ditutup total, jalur pengalihan lalu lintas harus disiapkan.

 Pemasangan Pipa

Agar pipa yang terpasang tidak mengalami gangguan oleh beban yang melintas diatasnya maka sebelum pipa dipasang harus diberi bedding di bawah pipa dengan ketebalan setelah dipadatkan menjadi 0,25 kali diameter luar pipa atau minimal 10 cm atau sesuai dengan hasil evaluasi ulang berdasarkan jenis dan pembebanan pada pipa. Untuk material bedding dapat dipakai pasir, kerikil dan beton. Pemasangan pipa harus memperhatikan kemiringan (slope) agar aliran air limbah dapat mengalir

(18)

23

secara gravitasi. Selama pemasangan pipa, tidak menutup kemungkinan elevasi yang diinginkan tidak tercapai secara utuh. Meskipun demikian diberikan toleransi kurang lebih 2 cm. Kelurusan pemasangan pipa sangat penting untuk menghindari kebocoran pada pipa yang terpasang. Alat bantu seperti benang dapat digunakan untuk mengatur kelurusan pipa. Toleransi kelurusan pipa sebesar 5% dari diameter dalam pipa.

 Penimbunan Kembali

Setelah pipa terpasang dengan benar, pekerjaan selanjutnya adalah penimbunan kembali galian tanah, yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu material pilihan atau material dari penggalian yang telah dipilah, lapis perkerasan berbutir dan lapisan perkerasan sesuai dengan kondisi eksisting. Proses penimbunan kembali dilakukan dengan alat pemadat seperti stamperl baby roller/vibro roller. Hal tersebut dilakukan setiap ketebalan lapisan mencapai 30 cm dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya penurunan tanah (settlement) akibat beban yang melintas diatasnya.Tiap lapisan penimbunan dipadatkan sampai 95 %.(Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

2.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengolah air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri.

2.5.1 IPAL Komunal Domestik

Dalam kesehariannya, manusia selalu menghasilkan limbah yang berasal dari aktivitas sehari- hari, seperti mencuci piring, mandi, menyiram tanaman maupun dari kakus. Sehingga diperlukan

(19)

24

perencanaan instalasi air limbah untuk suatu kota dengan pertimbangan kebersihan, kesehatan dan keamanan (fisik maupun alam). Pengelolaan air limbah memerlukan sarana dan prasarana penyaluran dan pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman dapat ditangani melalui sistem setempat (on site) ataupun melalui sistem terpusat (off site).

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses limbah cair domestik yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh sekelompok rumah tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai dengan baku mutu lingkungan. Limbah cair dari rumah penduduk dialirkan ke bangunan bak tampungan IPAL melalui jaringan pipa.

Sistem ini dilakukan untuk menangani limbah domestik pada wilayah yang tidak memungkinkan untuk dilayani oleh sistem terpusat ataupun secara individual. Penanganan dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota, dimana setiap rumah tangga yang mempunyai fasilitas MCK pribadi menghubungkan saluran pembuangan ke dalam sistem perpipaan air limbah untuk dialirkan menuju instalasi pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang lebih kecil dapat melayani 2-5 rumah tangga, sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani 10-100 rumah tangga atau bahkan dapat lebih. Effluent dari instalasi pengolahan dapat disalurkan menuju sumur resapan atau juga dapat langsung dibuang ke badan air (sungai). Fasilitas sistem komunal dibangun untuk melayani kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan pengolahan air limbah ini dapat diterapkan di perkampungan dimana tidak memungkinkan bagi warga masyarakatnya untuk membangun septictank individual di rumahya masing-masing (Romaidhi,2008)

(20)

25

Dalam perencanaan sebuah IPAL terdapat kriteria desain sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Desain IPAL

No Parameter Nilai

1 Panjang baffle 50 - 60% dari ketinggian

2 Upflow velocity < 2 m/jam

3 HRT >8 jam

4 SRT >30 hari

Sumber :Kristianus,2017

Menurut Kristianus (2017), Persamaan Perhitungan desain IPAL dapat dilihat pada langkah-langkah sebagai berikut :

Waktu Tinggal Hidrolik (HRT) HRT = V

Q...(2.15) Dimana:

HRT = Waktu tinggal hidrolik (hari) V = volume (m3)

Q = Debit (m3/hari)

Vup

Vup = Q

p satu kompartemen x l ...(2.16) Dimana :

P = panjang satu kompartemen(m) l = lebar satu kompartemen (m)

 Headloss (Hf) Headloss (Hf) = f x L

4 R xv

2

2g...(2.17) Dimana:

L = panjang ABR (m) R = jari-jari hidrolis (m)

(21)

26 V = kecepatan (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2) 2.5.2 Komponen Unit IPAL

Dalam Pekerjaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ada beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam pekerjaannya.

Komponen unit IPAL adalah sebagai berikut : a. Manhole

Manhole merupakan lubang yang digunakan untuk memeriksa, memelihara, dan memperbaiki aliran air yang tersumbat. Manhole dilengkapi dengan tutup dari beton dan cast iron galvanized, beserta anak tangga untuk menuruninya. Lokasi penempatan manhole yang mungkin akan digunakan:

 Pada jalur saluran yang lurus dengan jarak tertentu bergantung dari diameter saluran yang disesuaikan dengan panjang peralatan pembersihan yang akan digunakan.

 Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan perubahan arah aliran vertikal maupun horizontal.

 Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan dengan pipa atau bangunan lain

Tabel 2.2 Jarak antar Manhole pada Jalur lurus Diameter (mm) Jarak antar Manhole(m)

20 – 50 50 – 75

50 – 100 75 – 125

100 – 150 125 – 150

150 – 200 150 – 200

1000 100 – 150

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum, 2013

Selain manhole, digunakan pula drop manhole yaitu bangunan terjunan yang digunakan bila perbedaan tinggi antara dua saluran lebih dari 0,5 m dan pada saluran dengan slope

(22)

27

memotong slope medan. Konstruksi manhole dapat terbuat dari beton. Lubang manhole harus dapat dimasuki orang yang akan memeriksa saluran tersebut. Adapun macam-macam manhole sebagai berikut:

a. Manhole lurus b. Manhole belokan c. Manhole pertigaan d. Drop Manhole b. Grease Trap

Grease Trap adalah alat yang digunakan untuk menghilangkan minyak dan lemak dari air limbah. Grease Trap dapat berfungsi dengan baik apabila dibangun dan dipelihara dengan baik pula.

Grease atau sering disebut sebagai limbah lemak dapur adalah hasil dari aktifitas cuci alat dapur, cuci piring, minyak goreng rumah tangga atau restoran dan industri. Grease yang tidak ditangani atau diolah lebih dahulu akan menyebabkan pencemaran pada saluran lingkungan atau saluran air menjadi tersumbat atau berbau busuk lemak. Grease lemak memang tidak bisa di urai secara biasa oleh mikroorganisme yang terdapat pada saluran got ataupun sungai- sungai. Grease dapat berakibat buruk bagi saluran yaitu menyumbat pipa pembuangan dan merusak sistem pengolahan apabila masuk kedalam tangki IPAL. Pengolahan limbah minyak dan lemak dengan menggunakan Grease Trap adalah salah satu bagia terpenting dari waste water management (pengolahan air limbah) dan saat ini digunakan di hampir semua proyek konstruksi perumahan, apartement, perkantoran, ruko, dan lain-lain. Grease Trap terdiri dari minimal 3 ruangan yaitu :

a. Ruang pertama terdapat basket yang dirancang untuk mampu menjebak padatan atau sisa makanan dari air

(23)

28

cucian dapur, air mengalir dari atas karena massa minyak lebih ringan dari massa air.

b. Ruang kedua di rancang untuk dapat menahan sisa makan halus dan lemak yang terjebak.

c. Ruang ketiga terdapat pipa toe dengan pipa kebawah agar hanya air bersih saja yang dapat keluar melalui pipa outlet.

Persyaratan minimum untuk desain grease trap adalah : Grease trap dapat menyediakan kapasitas yang cukup untuk memperlambat aliran air limbah, sehingga lemak dan minyak didalam limbah memiliki kesempatan untuk memisahkan diri.

Sebuah grease trap harus mampu menahan semua air limbah dometik yang memasukinya selama masa penggunaan air maksimum selama 20 menit. Luas permukaan dari Grease Trap adalah panjang x lebar dalam satuan m2 harus sebesar antara 1000 dan 2000 x total pengukuran kedalaman dalam mm. Pipa inlet tidak boleh berakhir di atas permukaan cairan sehingga air limbah tetes ke dalam perangkap dan memberikan akses ke dalam Grease Trap untuk perawatan. Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan grease trap sebagai berikut :

 Volume

Volume = HRT x Q...(2.18) Dimana :

HRT = Waktu tinggal hidrolik (hari) Q = Debit (m3/hari)

 A

A = Volume

Tinggi Rencana...(2.19) Dimana :

A = Luas Grease Trap (m2)

(24)

29

 Lebar Grease Trap

Lebar = (A

2)0,5...(2.20) Dimana :

A = Luas Grease Trap (m2)

 Panjang Grease Trap Panjang = L

0,5...(2.21) Dimana :

L = Lebar Grease Trap (m) c. Bak Kontrol

Limbah akan mengendap pada dasar dari dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Di samping itu kadang-kadang ada juga benda-benda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan. Pada saluran pembuangan di halaman perlu dipasang bak kontrol. Untuk pipa yang ditanam dalam tanah, bak kontrol yang lebih besar akan memudahkan pekerjaan pembersihan pipa. Penutup bak kontrol harus rapat agar tidak membocorkan gas dan bau dari dalam pipa pembuangan. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013). Dalam pemasangan bak kontrol harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Bak kontrol harus dipasang di tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya perlu area yang cukup luas untuk orang yang melakukan pembersihan pipa.

b. Untuk pipa ukuran sampai 65 mm, jarak bebas sekeliling bak kontrol sekurang-kurangnya 30 cm, dan untuk ukuran pipa 75 cm dan lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45 cm.

c. Bak kontrol harus dipasang pada lokasi sebagai berikut :

 Awal dari cabang mendatar.

 Pada pipa mendatar yang panjang.

(25)

30

 Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut lebih dari 450 .

 Pada beberapa tempat sepanjang pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah.

d. Jarak antara bak kontrol sepanjang pipa pembuangan untuk pipa ukuran sampai 100 mm tidak boleh lebih dari 15 m, sedangkan untuk pipa ukuran lebih besar tidak boleh lebih dari 30 m.

Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan Bak Kontrol sebagai berikut :

 Volume

Volume = HRT x Q...(2.22) Dimana :

HRT = Waktu tinggal hidrolik (hari) Q = Debit (m3/hari)

 A

A = Volume

Tinggi Rencana...(2.23) Dimana :

A = Luas Bak Kontrol (m2)

 Lebar Bak kontrol

Lebar = (A

2)0,5...(2.24) Dimana :

A = Luas Bak kontrol (m2)

 Panjang Bak kontrol Panjang = L

0,5...(2.25) Dimana :

L = Lebar Bak kontrol (m) d. Sumur Pengumpul

Jika sumber limbah terpencar-pencar dan tidak memungkinkan untuk dialirkan secara gravitasi maka pengumpulan

(26)

31

air limbah dari sumber yang berdekatan dapat dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam suatu bak pengumpul, selanjutnya di pompa ke bak pemisah minyak/lemak atau bak ekualisasi. Bak pengumpul dapat juga berfungsi untuk memisahkan pasir atau lemak serta kotoran padatan yang dapat menyebabkan hambatan terhadap kinerja pompa.

Sumur pengumpul pada perencanaan ini akan menerima air limbah domestik secara langsung dari pipa sewer dengan tujuan membantu mengatur beban masuk menuju IPAL. Sumur pengumpul berfungsi sebagai sumur penampung sementara air sebelum di pompa menuju bangunan selanjutnya. Penggunaan sumur pengumpul ditujukan untuk beberapa hal yaitu, menampung air buangan dari saluran pembawa atau sewer yang kedalamannya di bawah permukaan instalasi pengolahan sebelum air dipompa ke atas. Sumur pengumpul dapat menstabilkan variasi debit dan konsentrasi air buangan yang akan masuk ke bangunan pengolah air (unit instalasi induk air buangan), sehingga tidak terjadi shock loading saat pengolahan. Sumur pengumpulan yang hanya sebagai sumur penampung sementara, sehingga waktu detensi di bak pengumpul ini relatif singkat. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan Sumur Pengumpul sebagai berikut :

 Volume (V) = Qpeak x Td...(2.26) Dimana:

Qpeak = Debit air limbah puncak (l/detik) Td = Waktu Detensi (menit)

Asurface (As) = v

h...(2.27) Dimana:

V = Volume sumur pengumpul(m3)

(27)

32

H = Tinggi sumur pengumpul (m)

 Panjang = Lebar = √As...(2.28)

H air saat Qave = Qave x Td

As...(2.29) Dimana :

Qave = Debit air limbah rata-rata (m3/detik) Td = Waktu Detensi (menit)

As = Asurface (m2)

H air saat Qmin = Qmin x Td

As...(2.30) Dimana :

Qmin = Debit air limbah minimum (m3/detik) Td = Waktu Detensi (menit)

As = Asurface (m2)

H air saat Qpeak = Qpeak x Td

As...(2.31) Dimana :

Qpeak = Debit air limbah puncak (m3/detik) Td = Waktu Detensi (menit)

As = Asurface (m2)

Dalam Perencanaan Sumur pengumpul perlu direncanakan sebuah Bar screen. Bar screen terdiri dari batang baja yang dilas pada kedua ujungnya terhadap dua batang baja horizontal.

Penggolongan bar screen yakni kasar, halus dan sedang tergantung dari jarak antar batang (bar). Saringan halus (fine screen) jarak antar batang 1,5 – 13 mm, saringan sedang (medium screen) jarak antar batang 13 – 25 mm, dan saringan kasar (coarse scrre) jarak antar batang 32 – 100 mm.

Saringan halus (fine screen) terdiri dari fixed screen dan movable screen. Fixed atau static screen dipasang permanen dengan posisi vertikal, miring atau horizontal. Movable screen

(28)

33

dibersihkan harus secara berkala. Kedua tipe saringan halus tersebut juga dapat menghilangkan padatan tersuspensi, lemak dan kadang dapat meningkatkan oksigen terlarut (DO level) air limbah.

Bar screen biasanya digunakan untuk fasilitas pengolahan air limbah dengan skala sedang atau skala besar. Pada umumnya terdiri dari screen chamber (bak) dengan struktur inlet dan outlet, serta peralatan saringan (screen). Bentuknya dirancang sedemikian rupa agar memudahkan untuk pembersihan serta pengambilan material yang tersaring. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan bar screen antara lain yakni :

a. Kecepatan atau kapasitas rencana.

b. Jarak antar bar c. Ukuran bar (batang).

d. Sudut Inklinasi.

e. Headloss yang diperbolehkan.

Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan Bar Screen sebagai berikut :

 Lebar Total = (S x n) + (L x (n-1)...(2.32) Dimana :

S = Jarak antar batang (m) L = Lebar batang Rencana (m)

Dalam perencanaan Sumur Pengumpul Ada dua tipe pompa yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah yaitu tipe pompa celup/benam (submersible pump) dan pompa sentrifugal.

Pompa celup/benam umumnya digunakan untuk mengalirkan air limbah dengan head yang tidak terlalu besar, sedangkan untuk head yang besar digunakan pompa sentrifugal. Fungsi pompa ini adalah untuk mengalirkan air limbah domestik dari sumur

(29)

34

pengumpul menuju unit IPAL. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013).

Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan Pompa sebagai berikut :

 A pipa

A = Q𝑃𝑒𝑎𝑘

v ...(2.33) Dimana:

Qpeak = Debit air limbah puncak (m3/detik)

V = Volume Asumsi (m/s)

 Diameter discharge D = √4 𝑥 𝐴

3,14 ...(2.34) Dimana :

A = A pipa (m2) e. Distribution Box

Distribution box atau bak pembagi berfungsi sebagai bak penampung air yang akan didistribusikan menuju bangunan selanjutnya dengan tujuan aliran yang masuk didapatkan secara merata. Bak pembagi digunakan ketika terdapat lebih dari satu bangunan sehingga debit yang masuk dibagi sesuai dengan kebutuhan. Sama halnya dengan sumur pengumpul, kriteria desain pada waktu detensi dalam bak pembagi relatif singkat namun lebih cepat dari sumur pengumpul karena tidak berfungsi sebagai penampung sehingga aliran yang masuk harus sesegera mungkin untuk dialirkan kembali kedalam bangunan selanjutnya. Yaitu dimensi yang didesain tidak terlalu besar agar tidak terjadi pengendapan sedimen dan tidak menggunakan pompa pada zona outlet untuk efisiensi. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

(30)

35

Menurut Kristianus (2017), terdapat persamaan untuk perhitungan perencanaan Pompa sebagai berikut :

 Volume Sumur pengumpul

V = Qpeak x Td...(2.35) Dimana :

Qpeak = Debit air limbah puncak (m3/detik) Td = Waktu Detensi (detik)

 Asurface Sumur pengumpul

As = Volume Sumur

Kedalaman Sumur...(2.36)

 Volume dimensi Sumur

V = p x l x h...(2.37) Dimana:

P = Panjang sumur (m)

L = Lebar sumur (m)

H = Tinggi sumur (m)

f. Ruang IPAL

Dalam perencanaan IPAL dibutuhkan perhitungan kompartemen IPAL. Kompartemen IPAL berguna untuk Ruang pengolahan biologis IPAL seperti IPAL ABR atau yang lainnya.

Menurut Kristianus (2017), dalam perencanaan IPAL yang pertama kali harus diketahui yaitu Debit Air Limbah. Berikut ini persamaan untuk perhitungan Debit air limbah.

 Qave

Qave = Jumlah KK x Jumlah Org x Air Limbah...(2.38) Dimana:

Qave = Debit air limbah puncak (m3/detik)

 Qpeak = Qave x Fpeak...(2.39) Dimana:

Qave = Debit air limbah puncak (𝑚3/detik) Fpeak = Faktor puncak

(31)

36

Dalam 1 IPAL ada beberapa Ruang yang harus direncanakan dengan perhitungan sebagai berikut :

 Volume

V = Qpeak x td...(2.40) Dimana :

Qpeak = Debit air limbah puncak (m3/detik) Td = waktu detensi (detik)

 Luas A = v

h...(2.41) Dimana :

V = Volume (m3)

H = Tinggi Kompartemen (m) 2.5.3 Pekerjaan Konstruksi IPAL

Dalam pekerjaan konstruksi IPAL ada langkah-langkah yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :

a. Pekerjaan Sipil

 Pembuatan Pondasi

– Dilakukan pekerjaan galian dengan lebar dan kedalaman yang sesuai dengan gambar perencanaan/ spesifikasi teknis.

– Sisa tanah sisa galian dibuang ke tempat yang telah disediakan atau dipindahkan ke lokasi yang telah direncanakan.

– Dilakukan pembuatan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai perencanaan/ spesifikasi teknis.

– Pemadatan dan pengurugan kembali bekas galian di sekitar lokasi yang telah dibuat.

 Pembangunan Unit-unit

(32)

37

– Penggalian tanah dengan kedalaman dan lebar sesuai gambar rencana/spesifikasi teknis.

– Dilakukan pemasangan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai gambar rencana/spesifikasi teknis.

– Saat pekerjaan pembangunan unit-unit pengolahan ini harus diperhatikan dan diawasi dengan teliti karena kesalahan pekerjaan

– dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pada bangunan pengolahan.

– Setelah unit pekerjaan selesai dibangun harus dilakukan pengetesan kebocoran dari unit.

 Konstruksi Untuk Bangunan IPAL.

Persyaratan Bangunan IPAL tidak memperbolehkan adanya kebocoran sehingga diharuskan memakai struktur yang kuat dan kedap air.

a. Konstruksi Beton

Bahan material konstruksi IPAL (selain pabrikan) adalah konstruksi beton.

 Semen

Jenis dan tipe semen adalah jenis semen untuk penggunaan umum (pasaran)

 Agregat halus (pasir)

Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Terdiri dari butir-butir yang keras dan kekal.

- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, yang ditentukan terhadap berat kering.

- Tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.

- Pasir dari laut tidak boleh digunakan.

(33)

38

 Agregat Kasar

- Agregat Kasar harus terdiri dari butir-butir keras atau tidak berpori dan kekal.

- Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%, yang ditentukan terhadap berat kering.

 Air

Air yang akan dipakai untuk pembuatan beton tidak boleh mengadung minyak, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton/baja tulangan.

 Baja tulangan

- Baja tulangan yang akan dipakai adalah yang ada dipasaran

- Bentuk baja tulangan dapat berupa tulangan polos atau tulangan diprofilkan.

 Lantai kerja

- Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung diatas permukaan tanah, maka harus dibuat lantai kerja minimal setebal 5 cm (beton tumbuk kelas tiga) diatas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan/dipasang.

 Pengujian kebocoran unit IPAL

- Untuk membuktikan bahwa IPAL yang sudah selesai dikerjakan tidak bocor, maka pengujian struktur hidrolis harus dilakukan sebelum dilakukan pengecoran plat bagian atas.

- Setelah bekisting dilepas, semua dinding IPAL harus bersih dari timbunan, supaya kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas.

- Sebelum pelaksanaan pengujian ini, tidak boleh dilakukan pengecatan.

(34)

39

- Tiap Unit Kompartemen yang akan diperiksa diisi dengan air

 Pekerjaan Konstruksi

– Lakukan penutupan dan biarkan terisi sekurang- kurangnya 24 jam.

– Pengujian ini dilakukan per dua kompartemen secara berurutan.

– Ketinggian air selama waktu pengujian harus diamati dan tidak boleh terjadi penurunan muka air.

– Penurunan maksimum yang diijinkan selama 24 jam adalah 1 cm. Bila penurunan permukaan air lebih dari 1 cm dalam waktu 24 jam berarti IPAL tersebut bocor dan harus dicari tempat dimana yang bocor dan kemudian dilakukan perbaikan.

(Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

b. Pemasangan Perpipaan

Secara garis besar hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pipa adalah sebagai berikut :

a. Aliran air dalam pipa telah ditentukan dalam gambar rencana, sehingga semua pekerjaan pipa harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.

b. Apabila pipa-pipa dipasang/ditanam di dalam tanah, maka dasar parit-parit galian pipa harus rata dan bebas dari benda-benda yang keras seperti batu atau kerikil kasar.

c. Tidak diperbolehkan membengkokkan pipa (kecuali pipa PE), tapi harus menggunakan alat rakit belokan (seperti bendelbar, pencabang (tee) untuk maksud tersebut. Pipa tidak boleh diturunkan kedalam parit

(35)

40

sebelum parit mempunyai kedalaman yang ditentukan dalam gambar rencana.

d. Parit-parit galian pipa harus diberi dasar pasir setebal 10 cm lebih dahulu sebelum pipa diturunkan (dipasang) atau sesuai dengan gambar rencana.

e. Setelah pipa diturunkan kedalam galian parit pipa dan setelah pemasangan sambungan pipa selesai, harus diberi urugan pasir setebal 10 cm diatas pipa dan kemudian diatasnya dapat ditimbun dengan bahan bekas galian yang bebas dari kotoran atau dengan urugan tanah dari luar.

f. Cara atau metoda penimbunan kembali harus dilakukan lapis demi lapisan kemudian dipadatkan sekeliling dan diatas pipa dengan cara yang tidak merusak pipa.

g. Setelah pipa-pipa tersambung dan terpasang harus diuji secara hidrostatis (commisioning test), untuk itu bagian-bagian sambungan pipa yang sudah terpasang tersebut tidak boleh ditimbun sebelum pengujian hidrostatis selesai. Pekerjaan dinyatakan selesai dengan baik bila tidak terdapat tanda-tanda adanya kebocoran. (Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat,2013)

2.6 Rencana anggaran biaya

Suatu pelaksanaan kegiatan atau proyek meliputi pekerjaan.

Perkiraan nilai anggaran dapat dihitung dengan dimulai dari aspek- aspek yaitu biaya gambar kerja, biaya bahan, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Sehingga dapat ditarik keimpulan rencana anggaran biaya adalah perhitungan dari banyaknya seluruh biaya yang diperlukan

(36)

41

dalam kegiatan proyek. Rencana anggaran biaya memiliki komponen penyusun yaitu:

a. Harga satuan pekerjaan

Harga satuan pekerjaan terdiri dari 2 jenis yaitu harga satuan bahan dan harga satuan upah tenaga kerja. Harga tersebut sudah tercantum dalam analisa harga satuan pekerjaan tahun 2020 yang diperoleh dari dinas pekerjaan umum setempat.

b. Biaya bahan dan material

Bahan dan material dalam sebuah proyek merupakan unsur yang penting dalam pendirian dalam sebuah bangunan. Untuk menghitung volume pekerjaan sebaiknya sebelum proyek tersebut dimulai bahan dan material sudah ditentukan.

c. Biaya upah

Upah pekerja biasanya ada yang diberikan secara langsung dan tidak langsung. Upah juga memiliki jenis-jenis sperti, tunjangan- tunjangan, asuransi kesehatan, dan lain sebagainya.

d. Biaya peralatan

Sebelum penyewaan peralatan diusahakan harus mengetahui kebutuhan dan volume pekerjaan sehingga biaya peralatan sesuai dengan biaya yang akan dikeluarkan nanti ketika proyek dimulai.

e. Analisa harga satuan pekerjaan

Analisa ini kita dapatkan setiap tahunnya selalu berbeda. Analisa ini dikeluarkan oleh dinas pekerjaan umum dan tata ruang kota.

Analisa ini merupakan sebuah dokumen penting yang harus dimiliki ketika kita akan menghitung sebuah rancangan biaya.

Didalamnya terdapat perhitungan harga satuan upah, bahan, tenaga kerja dan alat.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang peningkatan kualitas Kampung Nelayan yang termasuk pemukiman kumuh telah dilakukan sebelumnya, namun terdapat

(37)

42

perbedaan dengan penelitian yang sekarang sedang dilakukan. Pada penelitian

“Perencanaan Pembangunan SPAL dan IPAL untuk sarana peningkatan kualitas lingkungan Kampung Nelayan Tanjungsari Kabupaten Rembang”

lebih menyoroti tentang perencanan SPAL dan IPAL untuk pecegahan Kampung Nelayan Tanjungsari termasuk dalam Pemukiman Kumuh.

2.7.1 Putri Alifah Maryani, 2016

Dalam Jurnalnya yang berjudul Perencanaan Detail Engineering Design (DED) Instalasi (DED) Instalasi Pengolahan Air Limbah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sedati Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Biofilter Media Bioballs, Putri Alifah Maryani dalam penelitiannya berfokus pada Perencanaan IPAL dengan Sistem Anaerobic Baffle Reactor dan Anaerobic Biofilter Media Bioballs dan Rencana Anggaran Biaya. Dengan menggunakan metode perencanaan yaitu Metode pengolahan data primer dan data sekunder, Sehingga dalam perencanaan tersebut akhirnya Mendapatkan Total dimensi Unit IPAL ABR dan ABF dan Mengetahuai Rencana Anggaran Biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan Unit IPAL ABR dan ABF.

2.7.2 Azimah Ulya, 2014

Dalam jurnalnya yang berjudul Perencanaan SPAL dan IPAL Komunal di Kabupaten Ngawi (Studi Kasus Perumahan Karangtengah Prandon, Perumahan Karangasri dan Kelurahan Karangtengah), Azimah Ulya merencanakan infrastruktur untuk peningkatan sanitasi di daerahnya berupa SPAL dan IPAL Komunal yang direncanakan di tiga titik.metode perencanaan menggunakan metode pengumpulan data dan metode pembahasan. Sehingga dapat dihasilkan sebuah SPAL dan IPAL yang dapat mengatasi permasalah sanitasi di perumahan Karangtengah Prandon,perumahan Karangsari dan Kelurahan Karangtengah.

(38)

43 2.7.3 Maylis Safriani, 2018

Dalam jurnalnya yang berjudul studi perencanaan Bangunan IPAL di desa Blang Beurandang, Kabupaten Aceh Barat. Maylis Safriani merencanakan sebuah IPAL dengan sistem IPAL komunal anaerob.

Dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder dan dan primer, sehingga didapatkan perencanaan IPAL yang dapat mengatasi permasalahan air limbah di desa Blang Beurandang, Kabupaten Aceh Barat.

Gambar

Gambar 2. 1 Shallow Sewerage pada perumahan tidak teratur (A) dan teratur  (B).
Gambar 2.2 Grafik Hydraulic Elements for circular sewer  Sumber : Kristianus, 2017
Gambar 2.3 Penanaman Pipa  Sumber : Kristianus, 2017
Tabel 2.1 Kriteria Desain IPAL
+2

Referensi

Dokumen terkait

(7) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kecamatan Merek, Tongging, Kecamatan

PEMILIHAN LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL DENGAN METODE FUZZY TOPSIS (STUDI KASUS : SENTRA INDUSTRI TAHU

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian studi pengolahan sludge dari kelebihan lumpur limbah pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpusat dengan

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa Efektivitas Pemanfaatan Program Bantuan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL Komunal) ditinjau dari segi Sosialisasi

Proses pengolahan limbah pada Pabrik Gula Pagotan menggunakan sistem Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). IPAL ini dioperasikan untuk mengelola limbah yang berasal

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Sungai Bunut Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Pian Raya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Kelingi

Mengingat penerapan sistem pengolahan air limbah dengan sistem terpusat dinilai layak, dan terdapat lokasi yang layak pembangunan IPAL Domestik dengan teknologi lahan

Pada faktor predisposisi terdapat variabel yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah terhadap pelaksanaan prosedur tetap pengelolaan