• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT

DI KOTA MAKASSAR

THE EFFECTIVENESS OF THE COMMUNITY-BASED COMMUNAL INSTALLATION OF THE WASTE WATER

MANAGEMENT IN MAKASSAR

LUTFI DIANA WATI

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii HALAMAN PENGAJUAN

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT

DI KOTA MAKASSAR

HALAMAN PENGAJUAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Perencanaan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh

LUTFI DIANA WATI

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lutfi Diana Wati

Nomor Mahasiswa : P0204215306

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 17 Agustus 2017 Yang menyatakan,

Lutfi Diana Wati

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SAW atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul :

“Efektivitas Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Berbasis Masyarakat di Kota Makassar”. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Manajemen Perencanaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Tesis ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kepada Prof. Dr. Ir. Budimawan, DEA sebagai Ketua Komisi Penasehat dan Dr. Muhammad Hatta Jamil, M.Si. selaku Anggota Komisi Penasehat, atas bimbingan, arahan, dan motivasinya kepada penulis;

Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair, MS., Prof. Dr. Ir. Ahmad Munir, M. Eng dan Dr. Ir. Roland A. Barkey selaku dosen penguji, atas saran dan masukannya demi perbaikan tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Hasanuddin atas kesempatan belajar pada institusi yang dipimpinnya.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dan Asisten Direktur beserta staf.

3. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk menempuh

(6)

4. Pusbindiklatren Bappenas beserta staf yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada jenjang Magister.

5. Ketua Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah (PPW) dan Ketua Konsentrasi Manajemen Perencanaan.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan ilmu dan wawasan dari awal perkuliahan hingga penyelesaian studi.

7. Orang tua, saudara dan segenap keluarga tercinta, yang telah memberikan bantuan, doa, dan dukungan demi kelancaran studi.

8. Rekan-rekan mahasiswa Magister Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Manajemen Perencanaan Angkatan XIII atas kerjasama, bantuan dan dukungannya selama menjalani perkuliahan.

9. Pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini, yang namanya tidak dapat disebut satu per satu.

Tesis ini penulis persembahkan untuk suami tercinta Surya Hariyanto, ananda tercinta Juwita Erfirashida Althaf, Hafizh Muhammad Althaf dan Aydan Sayyid Althaf yang selalu memberikan keceriaan, kebahagiaan, doa yang tulus, dukungan dan semangat kepada penulis selama menempuh studi.

Semoga tesis ini bermanfaat, dan Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA kepada kita semua.

Makassar, 17 Agustus 2017

Lutfi Diana Wati

(7)

ABSTRAK

LUTFI DIANA WATI. Efektivitas Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar (dibimbing oleh Budimawan dan Muhammad Hatta Jamil)

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat efektivitas pengelolaan instalasi pengolahan air limbah komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar dan memberikan arahan pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar.

Penelitian dilaksanakan pada 81 unit IPAL komunal di Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuisioner dan telaah dokumen. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar terkategori tinggi dan sedang. Arahan pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar adalah meningkatkan pemahaman pada masyarakat proyek IPAL komunal berbasis partisipatif, meningkatkan kerjasama dengan lembaga non pemerintah dalam pengelolaan IPAL komunal dan mengembangkan kapasitas dan kelembagaan pengelola IPAL komunal.

Kata Kunci : IPAL komunal, efektivitas IPAL komunal, arahan pengelolaan

(8)

ABSTRACT

LUTFI DIANA WATI. The Effectiveness of The Community-Based Communal Installation of The Waste Water Management in Makassar (Supervised by Budimawan and Muhammad Hatta Jamil)

This study aimed to assess the effectiveness of the community- based communal installation of the waste water management in Makassar and to provide direction of communal Installation of the waste water management in Makassar.

The study was conducted in 81 locations of communal WWTP in Makassar, South Sulawesi Province. The data were collected using observation, interviews, questionnaires and document review. The communal Community Based IPAL in Makassar City was analyzed using the descriptive quantitative and qualitative analysis.

Research results indicated that the level of effectiveness of the communal community-based communal management in Makassar City could be categorized as high level and moderate level of effectiveness. The directions was to inform the community that the development of communal project of IPAL is a participative project, to increase cooperation with the non-govermental institutions and to increase capacity and institutional management of communal IPAL manager.

Keywords: communal IPAL, effectiveness of IPAL Management, management direction

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ...v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 4

C.Tujuan Penelitian... 4

D.Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Air Limbah Domestik ... 6

1.Pengertian Air Limbah Domestik ... 6

2.Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 7

B. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berbasis Masyarakat ... 9

C. Aspek-Aspek dalam Pengelolaan IPAL komunal Berbasis Masyarakat ... 10

D. Pembangunan Berbasis Masyarakat ... 19

(10)

1.Pengertian Efektivitas ... 28

2.Pendekatan Efektivitas ... 30

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 33

H. Penelitian yang relevan ... 34

I. Kerangka Pikir... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A.Tipe dan Desain Penelitian... 41

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C.Jenis dan Sumber Data ... 42

D.Populasi Penelitian... 43

E.Teknik pengumpulan Data... 44

F.Teknik Analisa Data ... 47

H.Definisi Operasional ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Gambaran Umum Kota Makassar ... 58

B. Sistem Pengelolaan Limbah Domestik di Kota Makassar... 60

C. Pelaksanaan Program IPAL komunal Berbasis Masyarakat Di Kota Makassar ... 63

D. Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) Urban Sanitation and Rural Infrastructure Support to the PNPM Mandiri (USRI)... 67

E. Instansi yang terlibat dalam pengelolaan IPAL komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar ... 72

F. Efektivitas Pengelolaan IPAL komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar ... 76

(11)

a) Karakteristik Responden ... 76

b) Analisis Deskripsi Variabel ... 79

G. Pembahasan hasil penilaian tingkat efektivitas pengelolaan IPAL komunal Berbasis Makassar di Kota Makassar ... 106

H. Arahan Pengelolaan IPAL Komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 143

A. Kesimpulan ... 143

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN... 151

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Indikator Penilaian Tingkat Efektifitas Pengelolaan IPAL

komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar... 51

Tabel 2 Indikator penentuan prioritas masalah dengan Metode CARL .. 54

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kota Makassar Tahun 2016 ... 59

Tabel 4 Kondisi cakupan layanan air limbah domestik di Kota Makassar61 Tabel 5 IPAL komunal Program SPBM-USRI per Kecamatan di Kota Makassar... 70

Tabel 6 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi SKPD terkait dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Makassar ... 73

Tabel 7 Komposisi responden menurut jenis kelamin... 76

Tabel 8 Komposisi Responden menurut usia ... 77

Tabel 9 Komposisi Responden menurut tingkat pendidikan ... 77

Tabel 10 Komposisi Responden menurut jabatan dalam KPP ... 78

Tabel 11 Prosentase jawaban responden mengenai aspek teknis pengelolaan IPAL komunal ... 81

Tabel 12 Hasil penilaian tingkat efektivitas pada aspek teknis pengelolaan IPAL komunal... 82

Tabel 13 Prosentase jawaban responden mengenai aspek pemanfaatan pengelolaan IPAL komunal ... 87

Tabel 14 Hasil penilaian tingkat efektivitas pada aspek pemanfaatan pengelolaan IPAL komunal ... 88

Tabel 15 Prosentase jawaban responden mengenai aspek kelembagaan pengelolaan IPAL komunal ... 91

(13)

Tabel 16 Hasil penilaian tingkat efektivitas pada aspek kelembagaan

pengelolaan IPAL komunal ... 92

Tabel 17 Besaran iuran pemanfaatan sarana ... 94

Tabel 18 Prosentase jawaban responden mengenai aspek keuangan pengelolaan IPAL komunal ... 95

Tabel 19 Hasil penilaian tingkat efektivitas pada aspek keuangan pengelolaan IPAL komunal ... 96

Tabel 20 Prosentase jawaban responden mengenai aspek peran serta masyarakat pengelolaan IPAL komunal ... 99

Tabel 21 Hasil penilaian tingkat efektivitas pada aspek peran serta masyarakat pengelolaan IPAL komunal ... 100

Tabel 22 Tingkat Efektivitas Pengelolaan IPAL komunal Berbasis Masyarakat di Kota Makassar ... 101

Tabel 23 Hasil Uji Validitas Variabel aspek teknis ... 102

Tabel 24 Hasil Uji Validitas Variabel aspek pemanfaatan ... 103

Tabel 25 Hasil Uji Validitas Variabel aspek kelembagaan ... 103

Tabel 26 Hasil Uji Validitas Variabel aspek keuangan ... 104

Tabel 27 Hasil Uji Validitas Variabel aspek peran serta masyarakat ... 104

Tabel 28 Hasil Uji Reliabilitas... 105

Tabel 29 Efisiensi Penurunan BOD IPAL komunal di Makassar ... 114

Tabel 30 Urutan prioritas penanganan permasalahan dalam pengelolaan IPAL komunal di Kota Makassar ... 133

Tabel 31 Arahan pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar... 135

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema IPAL komunal... 10 Gambar 2 Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) ... 12 Gambar 3 Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) ... 13 Gambar 4 Skema kerangka pikir pemanfaatan IPAL secara

berkelanjutan ... 40 Gambar 5 Sebaran Lokasi IPAL komunal di Kota Makassar ... 42 Gambar 6 Jamban leher angsa dengan konstruksi penampungan dan

pengumpulan berupa cubluk (Azwar, 1996)... 62 Gambar 7 Skema Perpipaan IPAL komunal ... 71 Gambar 8 Responden Penelitian ... 79 Gambar 9 Outlet pada IPAL komunal Tello Baru 2 tanpa tutup dan

meluap ke kanal ... 83 Gambar 10 Penutup inlet pada IPAL komunal KPP Syekh Yusuf

Kelurahan Gunung Sari yang terbuat dari beton

cor yang berat ... 85 Gambar 11 Kondisi got di sekitar lokasi IPAL komunal Mapan

Kelurahan Maccini Parang ... 89 Gambar 12 Penutup IPAL yang terbuat dari beton cor dan pegangan

yang kecil pada IPAL komunal Kelurahan Bara Baraya

Utara ... 107 Gambar 13 Aliran Balik Air Limbah ... 116 Gambar 14 Struktur Organisasi KPP ... 119 Gambar 15 Identifikasi permasalahan dalam pengelolaan IPAL komunal di Kota Makassar ... 132

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan ... 151 Lampiran 2 Lokasi IPAL komunal Program SPBM-USRI di Kota

Makassar ... 155 Lampiran 3 Skor Penilaian Tiap Pertanyaan... 157 Lampiran 4 Kuesioner untuk mengetahui tingkat efektivitas pengelolaan

IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar ... 161 Lampiran 5 Kuesioner untuk menentukan prioritas masalah dalam

pengelolaan IPAL Komual berbasis masyarakat di Kota

Makassar ... 165 Lampiran 6 Tabulasi Data Kuesioner... 166 Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas... 168

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk kawasan perkotaan dari tahun ke tahun semakin meningkat secara tajam. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk selama 25 tahun ke depan, jumlah penduduk Indonesia yang sebelumnya 219,8 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi 270,5 juta pada tahun 2025 dengan sebaran penduduk yang tidak merata (Bappenas, 2008). Sebanyak 68,3 % penduduk Indonesia diperkirakan akan mendiami kawasan perkotaan yang secara langsung dapat berdampak pada timbulnya kawasan kumuh dengan sanitasi rendah.

Data terakhir Badan Pusat Statistik menyebutkan capaian akses sanitasi di Indonesia tahun 2015 baru mencapai 62,41%, padahal RPJMN 2015-2019 mengamanatkan target akses universal sanitasi pada tahun 2019 harus mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya percepatan pembangunan di bidang sarana sanitasi mutlak harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan penting pembangunan berkelanjutan (Sustain Development Goal/SDGs) yakni menyangkut sanitasi lingkungan. Salah satu program yang dipromosikan adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL komunal) terutama di daerah PAKUMIS (Padat, Kumuh dan Miskin).

Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Berbasis Masyarakat yang efektif mampu mengendalikan pencemaran air yang ditimbulkan oleh

(17)

aktivitas manusia sehingga tujuan pengendalian pencemaran akan tercapai. Apabila pencemaran air di Kota Makassar dapat dikendalikan maka Kota Makassar akan menjadi kota yang bersih, nyaman dan kualitas hidup meningkat. Hal ini dapat menarik minat para pengunjung untuk datang sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Banyaknya orang yang datang untuk berinvestasi akan mendatangkan lapangan kerja bagi penduduk di Kota Makassar dan sekitarnya yang secara langsung akan berpengaruh kepada tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Pada akhirnya, akan dapat meningkatkan perkembangan wilayah Kota Makassar.

Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Air Limbah (UPTD PAL) Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, sampai pada tahun 2015 sudah terdapat 103 Unit IPAL komunal dengan kapasitas 30-100 Sambungan Rumah yang dikelola oleh masyarakat yang dibangun dari berbagai sumber dana dan program antara lain APBN (Sanimas, SLBM, Pamsimas, USRI) dan APBD Kota Makassar. Bahkan sebanyak 29 unit IPAL komunal akan dibangun pada beberapa kelurahan yang tersebar Kota Makassar pada Tahun 2017. Dari 103 unit prasarana yang telah dibangun hanya sekitar 40 % yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh UPTD PAL Tahun 2016 mencatat bahwa hanya sekitar 26 unit yang berfungsi baik, 30 unit dalam kondisi rusak ringan, 30 unit dalam kondisi rusak berat dan 17 unit tidak difungsikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi masalah yang serius dalam pengelolaan

(18)

3 IPAL komunal terutama dalam menjamin keberlanjutan sistem pengelolaannya.

Kendala teknis pengelolaan IPAL komunal di Kota Makassar adalah kondisi saluran yang tersumbat dikarenakan tidak adanya pemeliharaan lanjutan oleh masyarakat pengelola sehingga IPAL komunal yang sudah di bangun menjadi terbengkalai. Sedangkan aspek pemanfaatan, pengelolaan IPAL komunal tidak efektif dikarenakan adanya perilaku masyarakat yang belum percaya sepenuhnya akan manfaat IPAL komunal bagi dirinya dan lingkungannya. Dalam aspek kelembagaan, kurangnya partisipasi masyarakat pengguna hingga kurangnya koordinasi beberapa pihak yang berkepentingan seperti dinas terkait, fasilitator dan masyarakat menjadi penyebab pengelolaan IPAL komunal tidak berjalan efektif.

Sedangkan aspek keuangan, adanya ketidakseimbangnya jumlah penerimaan dan pengeluaran keuangan menjadi penyebab pengelolaan IPAL komunal berjalan tidak efektif dan aspek peran serta masyarakat disebabkan kurangnya peran masyarakat dari awal perencanaan hingga pemeliharaan IPAL komunal. Program IPAL komunal dianggap hanya mementingkan penyediaan sarana fisik semata tanpa memperhatikan kesiapan masyarakat dalam mengelola sarana tersebut. Disisi lain, harapan stakeholders adalah adanya keberlanjutan kegiatan dengan diadopsinya program tersebut oleh pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga sistem pengelolaan IPAL komunal dapat berjalan dengan baik.

(19)

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka diperlukan upaya untuk mengetahui jalannya pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat dengan konsep efektivitas. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “Efektivitas Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berbasis Masyarakat Di Kota Makassar”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar ditinjau dari aspek teknis, aspek pemanfaatan, aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspek peran serta masyarakat ?

2. Bagaimana arahan pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menilai tingkat efektivitas pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar ditinjau dari aspek teknis, aspek

(20)

5 pemanfaatan, aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspek peran serta masyarakat.

2. Memberikan arahan pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh melalui penelitian ini, antara lain : 1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dijadikan

referensi pengembangan ilmu dan penelitian yang berkaitan dengan program pembangunan infrastruktur pemukiman berbasis masyarakat, khususnya IPAL komunal.

2. Bagi Pemerintah Kota, Kecamatan dan Kelurahan setempat diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam merumuskan berbagai program pembangunan yang akan dilaksanakan, khususnya program yang berbasis masyarakat dan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi dalam meningkatkan efektivitas program sanitasi berbasis masyarakat khususnya IPAL komunal.

3. Bagi masyarakat diharapkan dapat dijadikan informasi tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan demi meningkatnya kualitas taraf hidup masyarakat dan derajat kesehatan masyarakat.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Air Limbah Domestik 1.Pengertian Air Limbah Domestik

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Berdasarkan jenis air limbah yang dihasilkan, Sugiharto (1987) mendefinisikan bahwa limbah cair domestik atau air limbah rumah tangga merupakan buangan manusia (tinja dan air seni) dan sullage, yaitu air limbah yang dihasilkan kamar mandi, pencucian pakaian dan alat-alat dapur serta kegiatan rumah tangga lainnya.

Air limbah rumah tangga ini berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan semestinya. Buangan rumah tangga, baik berupa sampah padat maupun air cucian kamar mandi serta buangan tinja yang dibuang ke badan air akan mempengaruhi kondisi badan air tersebut.

Pengertian lain menurut Montgomery (1985) menyatakan bahwa air limbah domestik adalah semua bahan limbah yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci piring. Air limbah domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan umumnya terdiri atas limbah rumah tangga, perkantoran, dan restoran. Sementara itu Putra (2008) membagi air limbah domestik menjadi dua, yaitu black water (tinja)

(22)

7 dan grey water (air bekas cuci, mandi, dan dapur) yang berasal dari berbagai kegiatan selain dari kegiatan proses produksi (industri), seperti kegiatan rumah tangga, perdagangan, perkantoran, pariwisata, dan industri manufacture (non-proses).

2.Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman dengan fokus pengembangan pengelolaan air limbah, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman sebagai institusi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan air limbah permukiman menjelaskan bahwa terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu:

a. Pengelolaan air limbah sistem setempat atau dikenal dengan sistem on- site

Sistem ini merupaka satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air limbah permukiman berupa pembuangan air limbah skala individual dan atau komunal yang melalui pengolahan awal dan dilengkapi dengan sarana pengangkut dan instalasi pengolahan lumpur tinja.

Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on-site) memiliki kelebihan antara lain menggunakan teknologi sederhana, memerlukan biaya yang rendah, masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakannya sendiri, pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat dan manfaat dapat dirasakan secara langsung. Sedangkan

(23)

kekurangannya antara lain tidak dapat diterapkan pada semua daerah misalnya tergantung permeabilitas tanah, tingkat kepadatan dan lain-lain, fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia dan tidak menerima limbah kamar mandi dan air limbah bekas mencuci, operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.

b. Pengelolaan air limbah permukiman sistem terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau sistem sewerage

Sistem ini merupakan satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air limbah permukiman berupa unit pelayanan dari sambungan rumah, unit pengumpulan air limbah melalui jaringan perpipaan serta unit pengolahan dan pembuangan akhir yang melayani skala kawasan, modular, dan kota.

Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (Off-site) memiliki kelebihan antara lain menyediakan pelayanan yang terbaik, sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi, pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari, memiliki masa guna lebih lama, dapat menampung semua air limbah. Sedangkan kekurangannya antara lain memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi, menggunakan teknologi yang tinggi, tidak dapat dilakukan oleh perseorangan, manfaat secara penuh diperolah setelah selesai jangka panjang, waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan, memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik.

(24)

9 B. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berbasis

Masyarakat

Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal, yang selanjutnya akan disingkat IPAL komunal,merupakan sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses limbah cair domestik yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh sekelompok rumah tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai dengan baku mutu lingkungan (Karyadi, 2010). IPAL komunal adalah tempat pengolahan air limbah domestik dalam skala besar yang dipakai secara bersama-sama oleh beberapa rumah tangga. Secara umum, skema sistem IPAL komunal dapat dilihat pada gambar 1.

Berbasis masyarakat mengandung pengertian bahwa dalam pelaksanaan kegiatan program harus berdasar pada masyarakat yang artinya menempatkan masyarakat pada posisi subyek/pelaku dalam hal pengambil keputusan dan penanggung-jawab mulai dari identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengawasan dan pelestariannya.

(25)

Gambar 1 Skema IPAL komunal

(Sumber : http://www.kelair.bppt.go.id diakses tanggal 14 Oktober 2016)

C. Aspek-Aspek dalam Pengelolaan IPAL komunal Berbasis Masyarakat

Untuk mengetahui efektivitas suatu program pemerintah, maka dilakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang mendukung program tersebut. Menurut Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Berbasis Masyarakat Reguler Tahun 2016, aspek-aspek yang harus dipantau dalam pengelolaan IPAL komunal berbasis masyarakat antara lain :

1. Aspek teknis

Aspek teknis meliputi kondisi fisik IPAL komunal, pengoperasian dan pemeliharaan. Semua komponen IPAL komunal harus berfungsi dengan baik dan dirawat sesuai dengan panduan operasional dan pemeliharaannya. Balkema et al. (2002) menyatakan bahwa desain teknologi pengolahan air limbah yang lebih diterima oleh masyarakat akan

(26)

11 merangsang peningkatan kesadaran, peran serta masyarakat dan tanggung jawab masyarakat.

Berdasarkan Buku Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Berbasis Masyarakat Reguler Tahun 2016, terdapat 3 (Tiga) jenis teknologi yang dapat diterapkan untuk IPAL komunal, antara lain :

A. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

ABR terdiri dari beberapa bak, dimana bak pertama untuk menguraikan air limbah yang mudah terurai dan bak berikutnya untuk menguraikan air limbah yang lebih sulit, demikian seterusnya. Bangunan ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor buffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air keatas (upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket).

Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomassa anaerobik dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Teknologi ini cocok digunakan untuk pengolahan air limbah bersama beberapa rumah (komunal). Gambar Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dapat dilihat pada Gambar 2.

(27)

Gambar 2 Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) (Sumber : Buku Petunjuk Teknis Pembangunan Infrastruktur Sanitasi

Perkotaan Berbasis Masyarakat Tahun 2016)

B. Anaerobic Upflow Filter

Komponen ini sama seperti Tanki Septik Bersusun tetapi pengolahan limbahnya dibantu oleh bakteri anaerobik yang dibiakkan pada media filter. Anaerobic upflow filter, merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode pengaliran air limbah keatas melalui media filter anaerobic. Sistem ini memiliki waktu detensi yang panjang. Gambar Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) dapat dilihat pada Gambar 3.

(28)

13 Gambar 3 Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF)

(Sumber : Buku Petunjuk Teknis Pembangunan Infrastruktur Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Tahun 2016)

Menurut Petunjuk Teknis Operasi dan Pemeliharaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat USRI terdapat 5 (lima) item pengoperasian dan pemeliharaan yang harus dilakukan dalam pengelolaan IPAL komunal antara lain :

1. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL komunal dengan sistem perpipaan oleh pengguna, dengan :

 Tidak memasukkan limbah padat ke jamban karena akan menyumbat saluran

 Tidak membuang minyak bekas ke saluran pembuangan dapur karena ketika mengering, lemaknya dapat menyumbat pipa

 Tidak membuang bahan kimia ke saluran karena akan mematikan bakteri di IPAL

 Tidak menanam pohon di dekat saluran pemipaan komunal dan IPAL karena bisa merusak pipa

(29)

 Menggunakan secukupnya sabun cuci dan pembersih, baik untuk sistem pengolahan dan penghematan

 Membuang limbah cair saja dari kamar mandi dan dapur dan memberi saringan untuk memisahkan limbah padat

 Mengambil kotoran mengapung dari bak penangkap lemak setiap 3 hari sekali

 Memeriksa bak kontrol di rumah setiap 3 hari sekali

 Membuang limbah padat, pasir/lumpur, dengan serok/sekop,

dikumpulkan dalam tas plastik

2. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL komunal dengan sistem perpipaan oleh operator, dengan :

 Memeriksa setiap bak kontrol pada sistem perpipaan 1 minggu sekali

 Membuang limbah padat dan kotoran yang mengapung

 Memeriksa bak kontrol jika tidak ada aliran air dalam bak kontrol atau

ada luapan air, kemungkinan pipa tersumbat atau rusak sehingga harus melakukan pembukaan pipa atau menggelontor/menyogok dari satu bak kontrol ke bak kontrol lain

 Perawatan saluran komunal 2 minggu sekali dengan membuka

semua tutup bak kontrol dan manhole IPAL dan membersihkan limbah padat dan kotoran mengapung dari bak inlet dengan sekop serta mengumpulkan semua kotoran, masukkan dalam plastik, dan buang ke tempat sampah

(30)

15 3. Perawatan IPAL komunal dengan sistem perpipaan 2 minggu sekali dengan membuang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah manhole mulai dari inlet, kemudian dilanjutkan ke bak-bak berikutnya dengan menggunakan alat T untuk mengumpulkan kotoran tepat di bawah manhole.

4. Pengurasan lumpur IPAL komunal dengan sistem perpipaan

Pengurasan lumpur tinja harus dilakukan secara berkala dalam kurun waktu 2-3 tahun sekali. Pengurasan lumpur tinja dapat dilakukan dengan cara menyedot lumpurnya dengan jarak tidak lebih dari 50 meter dan hanya mengambil lumpur hitam saja. Penyedotan dilakukan dengan menempatkan selang sedot pada dasar bak IPAL, dengan maksimum kapasitas penyedotan tidak lebih dari 2/3 volume bak. Rata-rata volume lumpur tinja yang dihasilkan manusia adalah sebesar 0,5 liter/orang/hari (Johannis dkk, 2009).

2. Aspek Pemanfaatan

Aspek pemanfaatan meliputi pengembangan Sambungan Rumah (SR), kondisi selokan/got dan kondisi lingkungan sekitar. Pemanfaatan IPAL komunal dapat diukur dengan mengamati seberapa besar manfaat yang didapatkan secara langsung terkait dengan pembangunan IPAL komunal. Prosentase jumlah pengguna menunjukkan adanya kesadaran masyarakat untuk turut serta mengelola limbah domestik yang dihasilkan melalui program IPAL komunal. Sedangkan kondisi selokan/got dan kondisi lingkungan sekitar mencerminkan adanya perubahan dalam berperilaku

(31)

hidup bersih dan sehat. Dampak terhadap lingkungan dapat dilihat/diamati secara langsung pada kondisi lingkungan dalam hal kebersihan dan keindahannya.

3. Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan meliputi fungsi kelembagaan masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan, peran dan sinergitas stakeholders.

Kelembagaan di tingkat lokal dengan didukung oleh komitmen dan kebijakan pemerintah merupakan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem mengelola sistem pengelolaan air limbah (Parkinson J. & Tayler K., 2003). Dalam upaya mencapai keberhasilan pengelolaan perlu didukung organisasi yang handal. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) sebagai ujung tombak pengelolaan harus :

 Mampu mengorganisasikan anggotanya untuk mendukung program kerja yang telah dibuat

 Dapat menjamin kepentingan pemanfaat dan mencarikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi

 Mampu melakukan hubungan kerja dengan lembaga lain di luar organisasi KPP

 Mampu menerapkan sanksi organisasi bagi anggota yang melanggar peraturan

 Mampu menyusun tata cara yang akan menjadi acuan dalam melakukan kegiatannya (AD-ART)

 Mampu membuat pelaporan kegiatan secara rutin

(32)

17 Selain itu peran pemerintah daerah harus senantiasa memberikan pembinaan, pendampingan maupun dukungan adalah hal penting yang harus diperhatikan. Peran tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sinergitas stakeholders sebagai upaya untuk menyamakan persepsi dalam pengelolaan air limbah domestik komunal.

Salah satu strategi untuk mencapai tujuan pengembangan masyarakat lokal yang partisipatif adalah mengembangkan kelembagaan yang ada di dalam komunitas lokal. Menurut Haeruman (2001) pengembangan kelembagaan berarti suatu proses menuju ke arah perbaikan hubungan antara orang atau kelompok orang dalam masyarakat, yang pada gilirannya dapat membentuk kelembagaan yang dikehendaki, dalam proses tersebut melibatkan unsur norma dan tingkah laku.

4. Aspek keuangan

Aspek keuangan meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, kemauan dan kemampuan masyarakat. Balkema et al (2002) menyatakan bahwa indikator keberlanjutan yang digunakan pada sistem pengolahan air limbah pada aspek ekonomi meliputi biaya investasi, operasional dan pemeliharaan termasuk di dalamnya keterjangkauan pembiayaan dan biaya tenaga kerja. Dalam konteks pembiayaan pembangunan sarana pengolahan air limbah berbasis masyarakat, kontribusi masyarakat sangat diharapkan baik dalam bentuk incash (uang) dan inkind (material) .Menurut Kustiah (2005), pola pembiayaan sarana pengolahan air limbah yang diserahkan pada masyarakat biasanya diwujudkan dalam bentuk lahan,

(33)

sambungan rumah, fasilitas di dalam rumah (jamban dan kamar mandi), dan tenaga kerja.

Sumber dana pengelolaan IPAL komunal berasal dari warga anggota KPP, berupa iuran yang dihitung berdasarkan kesepakatan bersama akan kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta rencana pengembangan sarana di masa datang. Pendanaan diperuntukkan bagi operasional dan pemeliharaan ditambah honorarium pengelola untuk melakukan operasional dan pemeliharaan serta orang yang bertugas untuk melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.

5. Aspek Peran Serta Masyarakat

Pendekatan program-program pembangunan berbasis masyarakat menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satu unsurnya adalah partisipatif. Hal ini mengandung pengertian bahwa masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam keikutsertaan pembangunan sarana IPAL komunal melalui proses pengambilan keputusan, perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan sehingga dapat berkelanjutan (sustainable).

Ditinjau dari segi kualitas, menurut Hadi (2005), partisipasi atau peran serta masyarakat penting sebagai :

a. Input/masukan dalam rangka pengambilan keputusan/kebijakan

b. Strategi untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sehingga kredibilitas dalam mengambil suatu keputusan akan lebih baik

(34)

19 c. Komunikasi, bahwa pemerintah memiliki tanggungjawab untuk

menampung pendapat, aspirasi dan kebutuhan masyarakat

d. Media pemecahan masalah utuk menguragi ketegangan dan memecahkan konflik untuk memperoleh konsensus.

D. Pembangunan Berbasis Masyarakat

Definisi Pembangunan menurut Raharjo (1999) adalah perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendak. Sedangkan Todaro (1999) menyimpulkan bahwa pembangunan adalah proses multi dimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga sosial, dan juga ekselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pengertian pembangunan dinyatakan pula oleh Siagian (2000) bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Salah satu alternatif strategi dalam penyelenggaraan pembangunan adalah pembangunan masyarakat (community development), yang pada prinsipnya menekankan bahwa transformasi ekonomi dan sosial dilakukan oleh dan hasilnya untuk masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya masyarakat itu sendiri (Suardi, 2010). Untuk dapat mencapai tujuan

(35)

pembangunan, peran masyarakat tidak dapat diremehkan karena keunggulan pembanguan berbasis masyarakat mengarahkan perkembangan pada: (1) Kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam proses pembangunan; (2) Konsep teknologi tepat guna, indigenous technology, indigenous knowledge dan indigenous institutions sebagai akibat kegagalan konsep transfer teknologi; (3) Tuntunan masyarakat dunia tentang hak asasi, keadilan, dan kepastian hukum dalam proses pembangunan; (4) Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang merupakan suatu alternatif paradigma pembangunan baru; (5) Lembaga swadaya masyarakat; (6) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendekatan pengembangan masyarakat dalam pembangunan.

Konsep pembangunan partisipatif pada dasarnya adalah sebuah pendekatan pembangunan yang dilaksanakan dengan sepenuhnya melibatkan masyarakat pada setiap tahapan-tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring evaluasi. Tikson (2000) mengatakan, bahwa walaupun tidak ada pengertian yang bersifat universal tentang pengertian pembangunan partisipatif, namun pendekatan ini dapat dipahami sebagai sebuah metode yang mengutamakan keterlibatan masyarakat atau sekelompok orang dalam seluruh tahapan proses pembangunan, termasuk penggagasan dan perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan mobilisasi anggota masyarakat untuk

(36)

21 pembangunan, dimana mereka terlibat secara aktif dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain, termasuk para penentu kebijakan, pejabat pemerintah, dan semua unsur yang terlibat. Dengan kata lain, pendekatan partisipatif merupakan sebuah model kegiatan kolektif melalui teknik-teknik yang dibuat untuk : mengembangkan kemandirian, menciptakan tanggung jawab bersama, membangkitkan kesadaran untuk memecahkan masalah, mobilisasi untuk menolong diri sendiri (self help), memberdayakan kelompok miskin, menggunakan sumber daya manusia, pengorganisasian kegiatan kolektif, dan membuat masyarakat menjadi bagian dari proses pembangunan. Selanjutnya dikatakan bahwa pendekatan partisipatif dapat dikatakan sebagai metode alternatif baru, yang lahir kemudian setelah munculnya community development. Munculnya metode ini merupakan reaksi terhadap penerapan paradigma modernisasi yang melahirkan ketimpangan sosial ekonomi di banyak negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Tujuan pendekatan ini adalah menolong dan memberdayakan masyarakat miskin untuk menjadi pelaku utama pembangunan (Tikson 2000).

Menurut Ife (2008) bahwa layanan-layanan kemanusiaan berbasis masyarakat adalah suatu komponen mendasar dari suatu masyarakat alternatif dan memiliki potensi untuk menggantikan sistem yang ada dengan sesuatu yang lebih kuat berbasis pada prinsip keberlanjutan ekologis dan keadilan sosial/HAM. Hakikat dari pendekatan kepada layanan kemanusiaan ini adalah bahwa masyarakat harus bertanggungjawab bukan

(37)

hanya untuk memberikan layanan-layanan, tetapi juga untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan, merencanakan layanan kepada mereka yang membutuhkan, penetapan prioritas dalam lingkup dan diantara layanan-layanan yang “bersaing”, dan memantau serta mengevaluasi program-program.

Selanjutnya ife (2008) mengemukakan bahwa salah satu aspek penting dari proses pengembangan masyarakat adalah bahwa proses tersebut tidak dapat dipaksakan. Agar proses dapat berjalan dengan baik diperlukan langkah yang natural untuk memulainya dan untuk mendorong proses tersebut menyelaraskan dengan langkah tersebut. sehingga dapat disimpulkan bahwa proses merupakan milik masyarakat, bukan milik pekerja (fasilitator atau pihak diluar masyarakat). Dengan demikian, proses harus berjalan sesuai dengan langkah masyarakat yang tidak mungkin menjadi langkah yang diinginkan oleh pekerja masyarakat. Pekerja pengembangan masyarakat dapat membantu menciptakan kondisi yang tepat untuk pengembangan dan membantu menjamin sumber daya, tetapi lebih penting dari itu bahwa langkah pengembangan dan pengembangan benar-benar diluar kewenangannya.

E. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Secara etimologi, partisipasi berasal dari bahasa inggris

“participation” yang berarti mengambil bagian/keikutsertaan. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan “partisipasi” berarti: hal turut

(38)

23 berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta.

Sedangkan menurut purnamasari (2008), secara umum pengertian dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keperansertaan semua anggota atau wakil-wakil masyarakat untuk ikut membuat keputusan dalam proses perencanaan dan pengelolaan pembangunan termasuk di dalamnya memutuskan tentang rencana- rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, manfaat yang akan diperoleh, serta bagaimana melaksanakan dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya.

Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor (Slamet, 1993). Faktor- faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur”

yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai

(39)

peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh perekonomian yang mapan.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

(40)

25 Selanjutnya Slamet (1993) juga menyebutkan unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:

1. Kepercayaan diri masyarakat;

2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat;

4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena pencampuran kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;

7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

8. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

9. Kepekaan dan daya tanggap masyarakat terhadap masalah, kebutuhan -kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan (Holil, 1980).

terdapat 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:

(41)

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi;

5. Lingkungan di dalam keluarga,masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan konsep pendekatan masyarakat yang meliputi upaya pendekatan fundamental dan strategis (Medawaty, 2011) antara lain : 1. Secara makro, dilakukan dengan melakukan perbaikan ekonomi, dengan

mengurangi kesenjangan dan kerawanan keamanan, memberlakukan masyarakat sebagai salah satu eleman dalam sistem sebagai pelaku tidak hanya sebagai penerima hasil pembangunan.

(42)

27 2. Secara mikro, dilakukan dengan :

 Menumbuhkan pengertian dan kesadaran bahwa pengelolaan sarana

air limah rumah tanga dan persampahan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk dikelola secara baik agar lingkungan sehat tetap terjaga. Upaya yang dilakukan masyarakat dapat tumbuh dari diri mereka sendiri.

 Mengupayakan masyarakat mempunyai rasa tanggung jawab pada diri sendiri dalam mengelola lingkungan yang ada disekitarnya.

 Mengupayakan masyarakat agar memikili rasa memiliki terhadap

semua sarana yang telah terbangun.

Selain itu, Salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan penyadaran adalah dengan komunikasi partisipatif. Komunikasi untuk mendapatkan partisipasi masyarakat dalam sangat vital demi keberhasilan setiap proyek yang ada. Ia didasari usaha secara sadar (melalui proses penyadaran) untuk melibatkan masyarakat dalam membangun diri sendiri dan manajemen diri (Thomas & Survaes dalam Hadiyanto, 2008).

Masyarakat harus benar-benar diberi kesempatan (dan haknya), untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan. Unsur komunikatif yang paling penting adalah lebih kepada proses dialog yang dilakukan mulai dari perencanaan sampai pada tahap evaluasi. Karena kegiatan komunikasi itu sendiri sebenarnya bukan kegiatan memberi dan menerima, melainkan

“berbagi dan berdialog”.

(43)

F. Efektivitas 1.Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu “effective” yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan sebagai hubungan sebab akibat (Pasolong, 2007). Suatu organisasi dikatakan efektif apabila berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumberdaya dalam usahanya mengejar tujuan strategi dan tujuan operasional. Pengertian efektivitas sebenarnya bersifat abstrak, namun akan menjadi konkrit dan dapat diukur apabila mampu untuk mengidentifikasi segi-segi yang lebih menonjol atau nampak yang berhubungan dengan konsep efektivitas (Tanro, 2016).

Pengertian efektivitas dapat dipahami dalam beberapa macam pendapat. Martani dan Lubis (1987) menyatakan bahwa “Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya”. Efektivitas organisasi juga dinyatakan oleh Sumaryadi (2005) dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.

(44)

29 Pengertian efektivitas lainnya dikemukakan oleh Emerson dalam Handayaningrat (1996) yang mengatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat (1996) bahwa “efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit”. Untuk mencapai tingkat efektivitas, Argris dalam Tangkilisan (2005) mengatakan

”Organizational effectiveness then is balanced organization optimal emphasis upon achieving object solving competence and human energy utilization” atau dengan kata lain efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia. Selanjutnya terdapat perbedaan antara efektivitas dan efisiensi (Atmosoeprapto, 2002).

Menurutnya pengertian efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah berhasil mencapai tujuannya menurut wewenang, tugas dan fungsinya masing-

(45)

masing. Sedangkan suatu usaha atau kegiatan dikatakan tidak efektif apabila usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan.

2.Pendekatan Efektivitas

Efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam teori organisasi karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuannya. Pengukuran efektivitas perlu ketepatan tergantung pendekatan yang digunakan. Efektivitas organisasi dapat dicapai dengan melaksanakan prinsip-prinsip organisasi secara maksimal dimana semua unsur dari organisasi perlu dioptimalkan.

Dua pendekatan konsep efektivitas dapat dibedakan menjadi 2 (Gibson et al, 2000) yaitu :

1. Pendekatan tujuan

Pendekatan tujuan adalah untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2. Pendekatan sistem

Pendekatan sistem memandang organisasi sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Arus masukan (input) dan keluaran (output) merupakan titik tolak dalam uraian organisasi. Dengan kata lain yang lebih sederhana, organisasi mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas

(46)

31 (lingkungan), memproses sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah dirubah (output)”.

Adapun menurut Martani dan Lubis (1987) ada tiga pendekatan untuk mengukur efektivitas organisasi yaitu:

1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goal approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya, Steers (1995) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu :

1. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi.

Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah hubungan relatif tetap sifatnya seperti yang dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaannya.

(47)

Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi bahan jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi di dalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat pula.

2. Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar organisasi misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedangkan lingkungan dalam lingkup organisasi misalnya karyawan atau pegawai pada organisasi tersebut. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu :

1. Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan 2. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan 3. Tingkat rasionalitas organisasi

3. Karakteristik Pekerja

Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi yang dalam jangka panjang karena merekalah yang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.

(48)

33 4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumitnya keadaan lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Kebijakan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijakan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi.

G. Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas

Azwar (1987) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengertian lain menyebutan bahwa menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai Sudjana (2004). Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono,1997). Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan

(49)

instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.

b. Uji Reabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Arifin (1991) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown.

11 = 2.

1 + … … … . (1) Ket :

R 11 adalah nilai reliabilitas R b adalah nilai koefisien korelasi

H. Penelitian yang relevan

Afandi (2013) melakukan penelitian tentang Status Keberlanjutan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Komunal Berbasis Masyarakat Di Kota Probolinggo. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(50)

35 aspek teknis, pembiayaan, kelembagaan, peran serta masyarakat dan kualitas lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pembiayaan merupakan aspek yang sensitif di kedua lokasi penelitian yang disebabkan oleh dominasi pemerintah dalam investasi pembangunan sangat tinggi dibandingkan peran masyarakat. Walaupun kenyataan di lokasi penelitian menyebutkan bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan kemauan dalam membiayai operasional dan pemeliharaan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor keterlibatan masyarakat dan koordinasi antar lembaga pengelola air limbah sangat penting dalam pengelolaan air limbah domestik komunal. Sehingga upaya untuk meningkatkan keberlanjutan sistem pengelolaan air limbah domestik komunal di Kota Probolinggo dilakukan dengan mengembangkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan pengelola air limbah, pengembangan alternatif pembiayaan pengelolaan air limbah berbasis kemitraan, dan peningkatan koordinasi serta pembagian peran pada POKJA sanitasi dalam mendukung pengelolaan air limbah di tingkat lokal. Relevansi penelitian ini dengan penelitian diatas adalah penjabaran aspek-aspek yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian dimana aspek-aspek tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat efektifitas pengelolaan air limbah domestik komunal.

Suardi (2010) melakukan penelitian tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Di Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Hasil penelitian

(51)

menunjukkan bahwa pelibatan seluruh komponen masyarakat berpengaruh besar pada proses perencanaan kegiatan. Hasil penelitian di atas dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian tentang efektivitas pengelolaan air limbah komunal berbasis masyarakat di Kota Makassar.

Dalam pelaksanaan program perlu memperhatikan faktor sosial yang ada dalam masyarakat dalam pengelolaan IPAL komunal, karena faktor-faktor sosial ini dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Ifrah (2013) melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Layang dengan Kelurahan Maradekaya Utara yaitu masyarakat Kelurahan Layang memiliki antusias yang tinggi untuk ikut terlibat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pemanfaatan. Sedangkan masyarakat Kelurahan Maradekaya Utara memiliki antusias yang rendah karena kurangnya sosialisasi dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat ditinjau dari sisi internal adalah faktor kesehatan, peran BKM/KSM/KPP dan peran ketua RW, sedangkan ditinjau dari sisi eksternal adalah kondisi saluran drainase, peran Dinas PU, peran fasilitator/konsultan dan kesalahan pelaksanaan konstruksi. Strategi peningkatan partisipasi masyarakat di Kelurahan Maradekaya utara adalah membentuk Kelompok Pemelihara Pemanfaatan (KPP) sebagai pengelola IPAL komunal, perlunya audit dari lembaga lain

(52)

37 terkait penggunaan dana oleh KSM, meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan dari dinas kesehatan bersama lembaga masyarakat, meningkatkan kualitas SDM warga pengguna dan Dinas PU dengan pelatihan-pelatihan dan keterampilan, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pembangunan IPAL komunal proyek partisipatif.

Strategi peningkatan partisipasi bagi masyarakat Kelurahan Layang adalah meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan dari dinas kesehatan, dinas PU, BKM/KSM/KPP dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, meningkatkan kualitas SDM warga pengguna dan BKM/KSM/KPP dengan pelatihan- pelatihan dan ketrampilan dari Dinas PU dalam pengelolaan IPAL komunal, dan mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan IPAL komunal. Relevasi penelitian diatas adalah perumusan strategi pengelolaan IPAL komunal dapat memperhatikan faktor internal dan ekternal dalam penelitian ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian diatas adalah bahwa dalam penelitian ini lebih mengedepankan konsep efektivitas dengan analisis multikriteria dengan mempertimbangkan 5 (Lima) Aspek yaitu aspek teknis, pemanfaatan, kelembagaan, keuangan dan peran serta masyarakat. Aspek pemanfaatan merupakan aspek yang baru diteliti yang menyoroti dampak yang dihasilkan dari program IPAL komunal terhadap kondisi lingkungan di sekitar lokasi IPAL.

(53)

I. Kerangka Pikir

Pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Makassar yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan volume air limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan akan menimbulkan dampak negatif berupa timbulnya penyakit-penyakit yang secara langsung dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dibutuhkan pengelolaan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan sehingga menghasilkan dampk posifif yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat tingginya volume air limbah yang dihasilkan manusia adalah pembangunan IPAL komunal berbasis masyarakat. Pembangunan IPAL komunal mengunakan konsep berbasis masyarakat yang artinya membutuhkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pembangunan dan pemanfaatannya. Program ini dilaksananakan terutama pada daerah yang memiliki keterbatasan lahan dalam menyediakan sarana pengolahan air limbah dmestik. Melalui program ini, masyarakat dapat memilih alternatif tekologi sendiri yang sesuai, membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), ikut aktif menyusun rencana aksi, dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya.

Pada penelitian ini akan digambarkan efektivitas Pengelolaan IPAL komunal berbasis Masyarakat di Kota Makassar dalam beberapa aspek

(54)

39 antara lain aspek teknis, pemanfaatan, keuangan, kelembagaan dan peran serta masyarakat. Kelima aspek tersebut akan dianalisa sebagai dasar untuk merumuskan arahan pengelolaan IPAL komunal agar sarana yang telah dibangun dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam mengelola air limbah. Penjelasan di atas dapat dilihat pada Gambar 4 Skema Kerangka Pikir Pemanfaatan IPAL secara berkelanjutan.

(55)

Pertumbuhan jumlah penduduk

Keterbatasan lahan

Peningkatan volume air limbah

Keterlibatan masyarakat

Pengelolaan IPAL Komunal berbasis masyarakat Derajat kesehatan masyarakat

Aspek teknis (Kondisi fisik, Pengoperasian,Pe-

meliharaan)

Aspek pemanfaatan (Pengembangan sambungan rumah,

Kondisi selokan/

Got, Kondisi lingkungan sekitar)

Aspek kelembagaan

(Fungsi Kelembagaan masyarakat,Pening

katan kapasitas Kelembagaan,Pe- ran dan Sinergitas stakeholders)

Aspek keuangan (Biaya O&M, Kemauan dan

kemampuan masyarakat)

Aspek peran serta masyarakat (Peran serta dalam

pengambilan keputusan,peren-

canaan,pemba- ngunan dan pemeliharaan)

Arahan pengelolaan IPAL Komunal berbasis masyarakat

Penilaian tingkat efektivitas pengelolaan IPAL Komunal

berbasis masyarakat Pencemaran lingkungan

-

+

Gambar 4 Skema kerangka pikir pemanfaatan IPAL secara berkelanjutan

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan air limbah dilakukan pada sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang terdiri atas 3 unit proses utama yaitu (1) proses fisik yang dilakukan

Pengolahan air limbah dilakukan pada sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang terdiri atas 3 unit proses utama yaitu (1) proses fisik yang dilakukan dengan

laporan skripsi dengan judul “ POLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL DI KOTA SURAKARTA ” Penulisan skripsi

bagaimana perencanaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pabrik tahu Kecamatan Dendang, baik metoda dan perhitungan dimensi dan 2). mendesain sistem pengolahan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses

IMPLEMTASI PROGRAM HIBAH PEMBANGUNAN MANDI CUCI KAKUS (MCK) KOMUNAL DAN INSTALASI PENGELOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BERBASIS MASAYARAKAT TAHUN 2018

68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik serta pengkajian kriteria desain IPAL komunal Tirto Mili berdasarkan dimensi eksisting yang kemudian akan

iv PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis yang saya susun dengan judul “Evaluasi Kinerja dan Persepsi Masyarakat terhadap Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL