RELATIONSHIP BETWEEN A HISTORY OF NSAID USE AND THE OCCURENCE OF GASTRITIS IN INTERNAL CARE UNIT I & VII AT
RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR 2016
HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID ) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI
PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR TAHUN 2016
ANDI BURHANUDDIN NIM 10542 0360 12
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi
“HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA 4-29
JANUARI TAHUN 2016”
MAKASSAR, MARET 2016
Pembimbing,
dr. M. Rum Rahim,M.Sc,DPDK
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA 4-29 JANUARI TAHUN 2016”
Telah diperiksa, disetujui, serta dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah pada :
Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2016 Waktu : 09.00-Selesai
Tempat : RKU FK Unismuh Gedung F lantai 4
Ketua Tim Penguji:
(dr. M. Rum Rahim,M.Sc, DPDK) Anggota Tim Penguji
Anggota I Anggota II
(dr.Irwan Ashari) (Dahlan Lamabawa,S.Ag,M.Ag
Yang bertanda tangan dibawah ini,saya:
NamaLengkap : Andi Burhanuddin
Tanggal Lahir : 1 Maret 1993
Tahun Masuk : 2012
Peminatan : Kedokteran Klinik
Nama Pembimbing Akademik :DR.dr.Perdana.M.kes
Nama Pembimbing Skripsi :dr. M.Rum Rahim,M.Sc.,DPDK
JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID ) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI
PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR 4-29 JANUARI 2016
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melakukan tahap ujian usulan skripsi,penelitian skripsi dan ujian akhir skripsi untuk memenuhi persyaratan akademik dan administrasi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Juliani Ibrahim Ph.D
Koordinator Skripsi UNISMUH
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama Lengkap : Andi Burhanuddin
Tanggal Lahir : 01 Maret 1993
Tahun Masuk : 2012
Peminatan : Kedokteran Klinik
Nama PembimbingAkademik : DR.dr.Perdana.M.kes
Nama Pembimbing Skripsi : dr. M.Rum Rahim,M.Sc.,DPDK
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID ) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI
PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR 4-29 JANUARI 2016
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Makassar,21 Maret 2016
Andi Burhanuddin 10542 0360 12
RIWAYAT HIDUP
Nama : ANDI BURHANUDDIN
Ayah : H.ANDI PANETTO
Ibu : Hj.MARWATI
Tempat, Tanggal Lahir : Ajuraja, 1Maret 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Yusuf Bauti Kompleks Manggarupi No.32 NomorTelepon/Hp : 082293311043
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Negeri 365 Ajuraja (2000-2005)
SMP Negeri 1 Takkalalla (2005-2008)
SMA Negeri 3 sengkang (2008-2011)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2012-2016)
FACULTY OF MEDICINE MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY Undergraduate Thesis, March 2016 ANDI BURHANUDDIN (10542 0360 12)
M. RUM RAHIM
RELATIONSHIP BETWEEN A HISTORY OF NSAID USE AND THE OCCURENCE OF GASTRITIS IN INTERNAL CARE UNIT I & VII AT RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR 2016
(x + 50 pages + 20 attachments) ABSTRACT
BACKGROUND : The relationship between a history NSAID use and the occurrence of gastritis can be affected by some factors. The factors are dose and frequency of drug. The usage of using NSAID freely without knowing indication of drug, manner of drug work and side effect of drug will cause damage on gastric mucosa because of the effect of NSAID will decrease prostaglandin synthesis, secretion of mucus, and bicarbonate functioning that has a function to protect the gastric so it will prevent damage of the gastric.
OBJECTIVE : To know the relation between a history of NSAID use and the occurrence of gastritis in internal care unit I and VII at RSUD Syekh Yusus Gowa Makassar 2016
METHODE : This research is an observsional survey with cross sectional approach. There are 74 respondents taken from internal care unit I & VII RSUD Syekh yusuf gowa Makassar. The data were collected using questionnaire methods.
Finally the data were analysed using Chi-Square.
RESULT : The results showed that the respondents suffering from gastritis with a history of consuming NSAIDs, namely 27 (100.0%), while not suffering from gastritis with a history of consuming NSAIDs are 0 (0.0%). For respondents who suffer from gastritis and does not have a history of consuming NSAIDs for 5 people (10.6%), while respondents who do not suffer from gastritis and does not have a history of consuming NSAIDs were 42 people (89.4%). Based on the statistical test using chi square p values obtained 0,000 (<α 0,05) so Ho rejected. 2016 CONCLUSION: To know the relation between a history of NSAID use and the occurrence of gastritis in internal care unit I and VII at RSUD Syekh Yusus Gowa Makassar 2016
Keywords: NSAIDs, gastritis References : 40 (2000-2016)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, Maret 2016 ANDI BURHANUDDIN (10542036012)
M. RUM RAHIM
HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR TAHUN 2016
(x + 50 halaman + 20 lampiran) ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Hubungan antara riwayat penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) dengan timbulnya kejadian gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dosis obat,frekuensi & lama pemakaian obat. Kebiasaan mengkomsumsi OAINS secara bebas tanpa mengetahui indikasi, cara kerja, & efek sampingnya akan menimbulkan kerusakan mukosa lambung akibat efek OAINS yang menurunkan sintesis prostaglandin, sekresi mukus & bikarbonat yang berfungsi sebagai proteksi bagi lambung untuk mencegah kerusakan lambung.
TUJUAN : Untuk mengetehaui hubungan riwayat penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid dengan kejadian gastritis di perawatan interna I dan VII rsud Syekh Yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
METODE : Penelitian ini adalah penelitian survey observasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel pada penelitian ini adalah 74 responden yang diambil dari perawatan interna I & VII RSUD Syekh Yusuf Gowa Makassar.
Metode pengumpulan data dengan kuisioner.Analisis data dengan menggunakan Chi-Square.
HASIL : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden yang menderita gastritis dengan riwayat mengkomsumsi OAINS yaitu 27 orang (100,0%) sedangkan yang tidak menderita gastritis dengan riwayat mengkomsumsi OAINS yaitu 0 (0,0%). Untuk responden yang menderita gastritis dan tidak mempunyai riwayat mengkomsumsi OAINS sebesar 5 orang (10,6 %) sedangkan responden yang tidak menderita gastritis dan tidak mempunyai riwayat mengkomsumsi OAINS yaitu 42 orang (89,4%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p 0,000 (< α 0,05) sehingga Ho ditolak .
KESIMPULAN : Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat mengkomsumsi OAINS dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
Keywoard : OAINS, Kejadian gastritis Daftar Pustaka : 40 (2000-2016)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.
Skripsi berjudul “HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN OAINS (Obat Anti inflamasi Non Steroid)DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PERAWATAN INTERNA I & VII RSUD SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR TAHUN 2016 ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk menyeesaikan studi menempuh jenjang S1 pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik. Oleh karena dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
dr.M.Rum Rahim,Msc,DPDK selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan arahan dan bimbingan sejak penyusunan proposal hingga penulisan skripsi selesai.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Machmud Gaznawie, Ph.D, Sp.PA(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Kedua orang tua penulis yang dicintai ayahanda H.Andi Panettodan ibunda Hj.Marwatibeserta adek-adekku yang kucintai Andi ardiana pramesti dan Andi Mauliadi, yang telah memberikan semangat, doa, moral dan material kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung.
3. dr.Irwan Ashari selaku penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran guna melengkapi kekurangan skripsi ini
4. Direktur RSUD Syekh yusuf gowa beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
5. Sahabat dan teman-teman Akmal mukmin mustrai,Asrah srimurti dan Nur Isma Fadhliah yang selalu menyemangati dan membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Hj.Lette selaku nenek tercinta,Hj.junusia beserta suami H.Muh nur dan untuk Muhammad azis kakak ipar yang telah member motivasi dan dukungannya
7. Keluarga besar Trigeminus yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu atas dorongan semangat dan doanya masing-masing atas selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini belum sempurna adanya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca demi tercapainya kesempurnaan. Sehingga
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.
Wassalamu alaekum warahmatullahi wabarakatuh
Makassar, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI PERNYATAAN PENGESAHAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT RIWAYAT HIDUP PENULIS
ABSTRAK... ……….. i
KATA PENGANTAR... …….. iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR GAMBAR………...ix
DAFTAR TABEL……….x
DAFTAR LAMPIRAN……….xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian gastritis… ... 7
2. Tipe gastritis ... 7
i. Gastritis akut………...7
ii. Gastritis kronik………7
3. Patofisiologi gastritis... 10
4. Faktor resiko mendapat efek oains ... 11
5. Penyebab gastritis ... 11
6. Manifestasi klinis ... 18
7. Diagnosis………... 20
8. Penatalaksanaan………... 20
9. Pencegahan……….. 22
10. OAINS……….. 22
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 32
B. Defenisi Operasional ... 32
C. Hipotesis ... 33
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Waktu dan Tempat ... 34
C. Populasi dan Sampel ... 35
D. Besar sampel……… ... 35
E. Rumus besar sampel………. ... 36
F. Pengumpulan data ... 36
G. Pengelolaan data... 36
H. Analisis data ... 37
I. Etika penelitian……… 38
BAB VHASIL PENELITIAN A. Gambaran lokasi penelitian ... 39
B. Analisis univariat……... 40
C. Analisis bivariat……… 51
BAB VIPEMBAHASAN...53
BAB VIITINJAUAN KEISLAMAN...58
BAB VIII SARAN DAN KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar1.1 Klasifikasi OAINS ... 24
Gambar2.1 Kerangka teori... 31
Gambar3.1 Kerangka konsep………... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi sampel menurut umur ... …….. 40 Tabel 5.2 Distribusi sampel menurut jenis kelamin………….. ... …….. 41
Tabel 5.3 Distribusi sampel menurut status ekonomi……….41
Tabel 5.4 Distribusi sampel riwayat mengkomsumsi makanan pedas……...42
Tabel 5.5Distribusi sampel riwayat mengkomsumsi makanan kecut/asam...43
Tabel 5.6 Distribusi sampel riwayat mengkomsumsi kopi...43
Tabel 5.7 Distribusi sampel jumlah cangkir kopi/hari………....44
Tabel 5.8 Distribusi sampel riwayat mengkomsumsi alkohol...45
Tabel 5.9 Distribusi sampel jumla cangkir alkohol/hari…...45
Tabel 5.10 Distribusi sampel riwayat stress psikis…………...45
Tabel 5.11 Distribusi sampel riwayat mengkomsumsi OAINS...46
Tabel 5.12 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/Makan/jajan diluar…...47
Tabel 5.13 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/Frekuensi jajan diluar ………47
Tabel 5.14 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/ada lalat di warung atau tidak ada lalat……….48
Tabel 5.15 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/cuci tangan sebelum makan dengan sabun………..49
Tabel 5.16 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/cuci tangan setelah makan dengan sabun………..49
Tabel 5.17 Distribusi sampel perilaku beresiko tertular HP/cuci tangan setelah BAB dengan sabun……….49
Tabel 5.18 Hubungan riwayat mengkomsumsi OAINS dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII Syekh yusuf gowa Makassar……….51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat permohonan observasi lapangan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari badan koordinasi Penanaman Modal daerah Provinsi Sulawesi selatan.
Lampiran 3 Surat keterangan selesai melakukan penelitian di Perawatan interna I & VII RSUD Syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
Lampiran 3 Layout Hasil pengelolaan Data Frequency Table Lampiran 4 Layout Hasil Pengelolaan Data crosstab
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa.
Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian.1
Badan penelitian kesehatan dunia WHO (2012), mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita .2
Berdasarkan penelitian di Amerika, kira-kira 500.000 orang tiap tahunnya menderita gastritis dan 70% diantaranya berusia 25-64 tahun.Sebanyak 48%
penderita gastritis disebabkan karena infeksi Helicobacter pylori dan 24% karena penggunaan obat OAINS. Infeksi Helicobacter pylori jarang terjadi pada anak-anak
namun kebanyakan tukak lambung yang menyerang anak-anak terjadi pada usia antara 8 dan 17 tahun.3
Di US tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal yang serius diakibatkan oleh OAINS diperkirakan 12.000 pasien terpaksa dirawat di rumah sakit dan menyebabkan 3000 kematian pada penderita lanjut usia. Diperkirakan komplikasi akibat OAINS umumnya diakibatkan oleh hubungan obat dan toksisitas di US. Perluasan akibat OAINS dilaporkan meningkat hingga 50-60 % di US.
Diperkirakan 20.000 pasien tiap tahunnya meninggal akibat kerusakan gastrointestinal yang serius akibat penggunaan OAINS dan lebih dari 80 % pasien dengan gangguan akibat komplikasi OAINS tidak menunjukkan gejala Dispepsia4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pina Pujiyanti tentang tingkat stress danKebiasaan pemakaian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diPuskesmasTanjungSari tahun 2005 didapatkan 41,25% responden perempuan mengalami stress berat,44.09% .Responden menyatakan memakai OAINS setiap kalipenyakit timbul dan78,49% mengkonsumsi OAINS selama1 2 kali sehari untuk mengobati penyakitnya.Riwayatobat obatan terutama penggunaan obat reumatik atau obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri,terutama nyeri sendi juga harus dicurigai sebagai penyebab dari keluhan gastritisYang timbul.Disamping itu,sering juga akibat penggunaan obat sakit kepala yang rutin bisa membuat masalah dilambung,obat–obat tersebut dikategorikan kedalam obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)5
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009 yaitu sebesar 202.577 kasus (11,18%).6
Prevalensi penyakit gastritis cenderung mengalami peningkatan di Kabupaten Gowa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa tahun 2011, pasien gastritis yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit mengalami peningkatan sebesar 13,8% (Dinkes Gowa, 2011). Salah satu puskesmas dengan jumlah penderita gastritis yang sangat banyak di Kabupaten Gowa terdapat di Puskesmas Kampili.Data yang diperoleh dari Puskesmas Kampili menunjukkan bahwa jumlah kasus gastritis meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 2099 pasien, tahun 2011 sebanyak 2662 pasien, dan tahun 2012 sebanyak 3056 pasien. 1
Beranjak dari uraian diatas dan permasalahan diatas,maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016 sebagai suatu upaya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat GastritisOAINS di RS dan seluruh indonesia pada umumnya..
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahuiHubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid ) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016.Maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimanakah Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid ) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I
& VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016 ?
C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum
Mengidentifikasi Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I &
VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016.
2.Tujuan Khusus
a) Mengetahui jumlah pasien gastritisdi perawatan interna I & VII RSUD Syekh yusuf Gowa makassar Tahun 2016
b) Mengetahui Riwayat penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) pada pasien gastritis di perawatan interna I & VII RSUD Syekh yusuf Gowa makassa Tahun 2016.
c) Mengetahui jenis-jenis NSAID yang sering digunakan pada pasien gastritis di perawatan interna I & VII RSUD Syekh yusuf gowa Makassar Tahun 2016
D.Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki,menambah wawasan dan pengalaman serta memperluas cakrawala pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang kedokteran.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi referensi dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung dan mengetahui bahaya penggunaan OAINS tanpa indikasi.
3. Bagi petugas kesehatan
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan para pelayan kesehatan dalam hal pemberian OAINS dan efek sampingnya yang berhubungan dengan gastritis, serta dapat menjadi masukan dalam merencanakan tindakan dan upaya pencegahan dalam menangani kasus gastritis yang disebabkan oleh penggunaan OAINS
4. Bagi penelitian selanjutnya
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Defenisi gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung atau peradangan pada lapisan lambung Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya inflitrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.7
B.Tipe-tipe Gastritis 1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut yang biasanya bersifat sementara.Peradangan bisa disertai pendarahan kedalam mukosa,dan pada kasus yang berat,juga disertai pelepasan mukosa superficial (erosi mukosa).Penyakit bentuk erosif yang berat ini merupakan kausa penting pendarahan saluran cerna.8
2.Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propia dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma.Kehadiran granulosit neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas.gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut :
a. Klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis kronik yaitu:
i. Gastritis kronik superfisialis
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propia mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjer- kelenjer mukosa, sedangkan sel-sel kelenjer tetap utuh sering dikatakan sebagai permulaan gastritis kronik.
ii. Gastritis kronik atrofik
Sebuka sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distori dan destruksi sel kelenjer mukosa lebih nyata, dianggap sebagai kelanjutan dari gastritis kronik superfisialis.
iii. Atrofi Lambung
Atrofi ini dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjer menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurunkan mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa perdarahan menjadi terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi.
iv. Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologi kelenjer-kelenjer mukosa lambung menjadi kelenjer-kelenjer mukkosa usus halus yang mengandung sel gablet.Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
b. Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dapat dibagi menjadi :
i. Gastritis kronik korpus (Gastritis Tipe A)
Perubahan-perubahan histologi terjadi terutama pada korpus dan fundus lambung.bentuk ini jarang dijumapai, sering dihubungkan dengan autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa, sel parietal yang mengandung kelenjer mengalami kerusakan sehingga sekresi asam lambung menurun.Pada manusia sel parietal juga berfungsi menghasilkan faktor intrinsik oleh karena itu menyebabkan terjadi gangguan absorbsi vitamin B12 yang menyebabkan timbulnya anemia pernisiosa.
ii. Gastritis Kronik Antrum (gastritis Tipe B).
Merupakan gastritis yang paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kuman Helicobacter Pylori.Sehingga dengan meningkatnya keasaman lambung menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebihan.Selanjutnya terjadi metaplasia akibat langsung dari trauma oleh bakteri tersebut, kemungkinan diperparah oleh meningkatnya produksi kompleks nitrat dan N-nitroso.
iii. Gastritis Tipe AB
Merupakan ganstritis yang distribusi anatomisnya menyebar keseluruhgaster, penyebaran kearah korpus cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.9
C.Patofisiologi Gastritis
Perubahan lapisan mukosa lambung menyebabkan rasa tidak nyaman pada daerah epigastrium,gangguan pencernaan,kram perut,mual,pendarahan saluran cerna,muntah,nyeri tekan abdomen dan distensi.
Pendarahan saluran cerna dapat menyebabkan takikardia, hipotensi, pucat, gelisah,distesi abdomen, muntah darah hitam seperti kopi.
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.Faktor-faktor yangn amat penting iskemia pada mukosa gaster, disamping faktor pepsin, refluks empedu dan cairan pankreas.Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melaui beberapa mekanisme obat-obat ini dapat menghambat aktivitasi siklooksigenase mukosa.
Siklooksigenasemerupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa , aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.Gastritis terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive. Faktor agresif itu terdiri dari asam lambung, pepsin, AINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, bahan korosif: asam dan basa kuat.
Sedangakan faktor defensive tersebut terdiri dari mukus, bikarbonas mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi.10
D.Faktor resiko mendapat efek sampingOAINS 1. Usia lanjut > 60 tahun
2. Riwayat pernah menderita tukak 3. Digunakan bersama-sama steroid
4. Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis OAINS 5. Menderita penyakit sistemik yang berat
6. Bersama dengan infeksi H.Pylori 7. Merokok
8. Minum alkohol.11
E.Penyebab gastritis 1. Umur
Penyakit gastritis dapat timbul atau menyerang segala usia, mulai anak-anak hingga usia.Walaupun gastritis dapat menyerang segala usia tapi mencapai puncaknya pada usia lebih dari 40 tahun
2. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering terkena penyakit gastritis.
Hal ini disebabkan karena wanita sering diet terlalu ketat, karena takut gemuk, makan tidak beraturan, disamping itu wanita lebih emosional dibandingkan pria
3. Sosial ekonomi
Bakteri Helicobakter Pylori ialah penyebab atau paling sedikit penyebab utama, suatu bentuk gastritis yang disebut gastritis kronik aktif.H. Pylori aktif pada 100% pasien. Bakteri ini terdapat diseluruh dunia dan berkolerasi dengan tingkat sosio-ekonomi masyarakat. Prevalensi meningkat dengan meningkatnya umur (di negara maju 50% penderita terkena infeksi kuman ini setelah usia 50 tahun). Di negara berkembang yang tingkat ekonominya lebih rendah, terjadi infeksi pada 80% penduduk setelah usia 30 tahun.
Besarnya pengaruh sosial ekonomi dengan tingginya prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada masyarakat.Makin rendah tingkat sosial ekonomi makin tinggi prevalensi infeksinya.Perbaikan tingkat sosial ekonomi dapat menurunkan prevalensi kejadian.Fedorek SC dkk dalam penelitiannya juga mendapatkan hubungan antara tingginya prevalensi infeksi Helicobacter pylori dengan makin rendahnya tingkat sosial ekonomi.Status sosial ekonomi dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang dihasilkan keluarga selama 1 bulan. Untuk menilai apakah sosial ekonomi keluarga tersebut kurang atau cukup dilihat melalui ”Upah Minimum Regional(UMR) tiap kota. Menurut Keputusan Gubernur Sulawesi selatan untuk UMR kota Makassar sebesar 2.075.000 per bulan.
4. Infeksi Helicobacter pylori.
Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif yang berbentuk spiral atau batang bengkok dengan ukuran 2,5-5μ, lebar 0,5-1μ dan memiliki 4-6 flagela yang berselaput pada satu kutupnya. Helicobacter pylori bersifat
mikroaerofilik yaitu tumbuh baik pada lingkungan dengan kandung CO2 10%, O2 tidak lebih dari 5%, suhu antara 33-400 C, kelembaban 100%, pH 5,5-8,5, mati dalam suasana anaerobik, kadar O2 normal, dan suhu dibawah 280 C. Helicobacter pylori hidup pada bagian gastrum antrum, lapisan mukus lambung yang menutupi mukosa lambung dan dapat melekat pada permukaan epitel mukosa lambung.
Helicobacter pylori menghasilkan enzim urease yang akan mengubah urea dalam mukus lambung yang kuat. Selain urease kuman itu juga menghasilkan enzim protease dan fosfoliase diduga merusak gliko protein dan fosfolipid yang menutup mukosa lambung, katalase yang melindungi kuman dari radikal reaktif yang dikeluarkan netrofil. Disamping enzim kuman itu juga menghasilkan toksik (VaCa/ Vaculating sitotoxin) dan ( CagA sitotoksin/ Cytotoxine gen) yang berperan dalam timbulnya radang dan reaksi imun lokal.
Cara penularan Helicobacter pylori yaitu pada keadaan alamiah reservoir kuman Helicobacter pylori adalah lambung penderita infeksi Helicobacter pylori.Tidak terbukti adanya reservoir pada binatang ataupun lingkungan.Sampai sekarang cara penularan infeksi Helicobacter pylori yang belum dapat dipastikan. Satu-satunya jalan infeksi melalui mulut, tetapi bagaimana infeksi dari lambung seorang penderita masuk ke dalam mulut dan kemudian ke lambung orang lain masih belum jelas. Teori yang dianut untuk memindahkan infeksi ke orang lain adalah kontak fekal-oral atau oral-oral. Hal ini didukung penelitian Kelly yang berhasil melakukan
kultur feses terhadap 12 (48%) dari 25 orang yang serologis positif menderita infeksi Helicobacter pylori.
Pada umumnya infeksi Helicobacter pylori lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding di negara maju. Prevalensi infeksi Helicobacter pylori meningkat dengan meningkatnya umur (di negara maju 50%
penderita terkena infeksi Helicobacter pylori setelah usia 50 tahun). Di negara berkembang, terjadi infeksi Helicobacter pylori pada 80% penduduk setelah usia 30 tahun
5. Komsumsi Alkohol/merokok
Sel pariental mengeluarkan asam lambung (HCl) sedangkan sel peptik mengeluarkan pepsinogen oleh HCl diubah menjadi pepsin, dimana pepsin dan HCl adalah faktor agresif, terutama pepsin mileu pH< 4 sangat agresif terhadap mukosa lambung, keduanya merupakan produk utama yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa lambung sehingga disebut sebagai penyebab endogen
Bahan iritan seperti rokok, alkohol, dan aspirin akan menimbulkan efek mukosa barrier dan terjadi difusi balik ion histamin (H+), histamin (H+) terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, dan gastritis
6. Makanan
Penyimpangan kebiasaan makan, cara makan serta konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis akut, faktor penyimpangan
makanan merupakan titik awal yang mempengaruhi terjadinya perubahan dinding lambung. Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol, serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi semakin parah sehingga akan menimbulkan luka pada dinding lambung. Jika tidak lekas ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi gastritis kronis. Namun, gastritis juga dapat timbul setelah makan makanan pedas, asam, minum kopi atau alkohol.
7. Faktor Psikologi
Stres adalah suatu kondisi dimana seseorang ada dalam keadaan yang sangattertekan .Stres menurut Terry Looker dan Olga Gregson adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya.
Adapun tanda-tanda atau gejala stres sebagai berikut:
a. Gejala fisik meliputi berdebar-debar, gangguan pencernaan, sakit kepala, lesu, letih, sulit tidur, berkeringat dingin, nafsu makan menurun dan sejumlah gejala lainnya.
b. Gejala mental meliputi cemas, kecewa, merasa putus asa dan tanpa daya, tidak sabar, mudah tersinggung, marah, tergesa-gesa, sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, dan membuat keputusan, gelisah dan sebagainya. Para ahli kedokteran sependapat menyatakan bahwa produksi HCl yang berlebih di dalam lambung, disebebkan terutama
oleh adanya ketegangan atau stres mental atau kejiwaan yang cukup berat. Peneliti Amerika, dr. Selye telah membuktikan bahwa tubuh manusia yang menerima suatu tekanan atau ancaman dalam bentuk apapun, akan mengadakan serangkaian reaksi penangkis (perlawanan).
Tekanan atau stresor tersebut dapat berupa kesulitan dalam hidup berkeluarga atau pekerjaan, kekalahan atau keinginan untuk berprestasi, emosi (takut, kaget, dan ketegangan batin lainnya), kedinginan, luka, atau perdarahan, dan sebagainya. Adanya stres tersebut, terutama yang berupa tekanan mental dan emosi, akan mengakibatkan timbulnya suatu “reaksi alarm”, yaitu suatu reaksi otomatis yang mengubah seluruh tempo dalam badan manusia, misalnya denyut nadi bertambah cepat, tekenan darah naik, tangan menjadi dingin, darah dialirkan dari kulit ke organ vital, asam lambung di produksi untuk mempercepat proses pencernaan yang mengubah makanan menjadi energi yang dibutuhkan, dan kelenjar adrenal akan distimulir untuk memproduksi hormon adrenalin dan steroid yang lebih banyak dari pada kondisi normal guna melawan stress Apabila stres mental dan emosi tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, maka tubuh akan berusaha untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian, dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis dalam jaringan/ organ tubuh manusia, melalui sistem saraf otonom. Sebagai akibatnya, akan timbul
penyakit adaptasi yang dapat berupa hipertesi, jantung, gastritis, dan sebagainya.
Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan di lambung.
8. Obat yang mengiritasi lambung
Beberapa macam obat yang bersifat asam atau basa keras dapat menyebabkan gastritis.Obat-obatan yang mengandung salisilat misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda sakit kepala) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis.
Obat-obat tertentu yang mengandung aspirin, obat-obat reumatik, dan golongan kortikosteroid dapat menyebabkan penyakit gastitis bila lambung penderitanya terlalu peka terhadap bahan-bahan tersebut.
Radang lambung atau gastritis dapat pula disebabkan oleh beberapa obat seperti NSAIDs (asetosal, indometasin, dan lain-lain), kortikosteroid.Obat tersebut dapat menghambat produksi prostaglandin tertentu dengan efek pelindung terhadap mukosa. Selain itu penggunaan dalam kadar tinggi dapat merusak barrier mucus lambung dan dapat mengakibatkan pendarahan.Caruso, dkk meneliti secara gastrokopis efek OAINS yang diberikan tunggal atau kombinasi pada 164 pasien dengan artritis reumatoid dan 84 pasien dengan osteoartritis. Selama 1 tahun pengobatan, ternyata secara endoskopis dipastikan mengalami lesi gaster. Diperkirakan terjadi
ulkus gastrointestinal, pendarahan, dan perforasi pada kurang lebih 12%
dari seluruh pasien yang menggunakan OAINS selama 3 bulan dan 25%
pada pasien yang menggunakan OAINS selama 1 tahun. Risiko kumulatif dari keadaan di atas akan meningkat dengan lamanya pengobatan.
Menurut Lintott melakukan pemeriksaan gastroskopi berturut-turut pada 16 penderita yang minum tablet aspirin, asam salisilat yang telah dihancurkan.
Tiga belas orang dari 16 penderita yang minum 15 gram aspirin, terlihat mukosa yang hiperemik sampai pembengkakan pembuluh-pembuluh darah dengan pendarahan sub mukosa. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara tidak langsung12 F.Manifestasi Klinis
Gambaran klinis kasus ringan adalah asimtomatik atau disertai dengan dispepsia ringan.Nyeri epigastrium, seperti rasa mual dan muntah muncul pada kasus sedang dan parah.Peradangan lambung akut menyebabkan hematemesis dan melena yang merupakan gejala paling bermakna ;gejala ini muncul biasanya pada kasus yang disebabkan obat-obatan,stress,syok,dan kemoterapi arteri hepatika.Perdarahan ini pada beberapa kasus dapat membahayakan jiwa.Terapi ialah dengan menghilangkan faktor etiologi,obat-obat penekan sekresi asam,dan pemberian cairan bila pendarahan terjadi.11
1. Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.Ulserasi superfisial yang dapat terjadi dan dapat menimbulkan Hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari .Keluhannya bervariasi, mulai dari yang sangat ringan sampai asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.8
2. Gastritis kronis
Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada Gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit atau mual dan muntah.
Kebanyakan tidak mempunyai keluhan.Hanya sebagian kesil mengeluh nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.8
G.Diagnosis
1. Pasien dengan gastritis umumnya memperlihatkan tanda dan gejala klinis yang tidak khas misalnya nyeri epigastrium,perut tegang,kembung,anoreksia,mual muntah,
2. Cara diagnosis mencakup riwayat lengkap dan endoskopi dengan biopsi
3. Dilakukan tes serologi(antibody IgG terhadap Helicobacter pilory
4. Evaluasi secara histologi dari contoh biopsi secara endoskopi saat ini merupakan standar baku untuk diagnosis causa HP
5. Riwayat alkohol,NSAID,merokok.8 H.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis karena infeksi H.pylori :
1. Obat 1 : PPI Dosis ganda, Obat 2 : Klaritromisin(2x500 mg),Obat 3 : Amoksisilin (2x100 mg)
2. Obat 1 : PPI Dosis ganda, Obat 2 : Klaritromisin(2x500),Obat 3 : Metronidazole (2x500 mg)
3. Obat 1 : PPI Dosis ganda, Obat 2 : Tetrasiklin (4x500 mg),Obat 3 : Metronidazol (2x500 mg),Obat 4 : subsalisilat/subsitrat
Penatalaksanaan untuk gastritis karena NSAID : 1. Menghentikan pemakaian NSAID
2. PPI/ Misoprostol.
I.Pencegahan Gastritis
1. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering serta memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah
makanan yang dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, dogoreng, dan berlemak.
2. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.
3. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung.
Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.
4. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat pengialng rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.
5. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.
6. Memelihara tubuh. Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung, kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal dapat mencegah terjadinya sakit maag.
7. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap harinya.
8. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda untuk setiap orang. Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.8
J.OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID (OAINS).
A. Defenisi
Obat OAINS merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter .Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat obat yang heterogen secara kimia.Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.Prototip obat golongan ini adalah aspirin,karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin ( aspirin like drugs).13
Klasifikasi kimiawi OAINS tidak banyak manfaat kliniknya,karena OAINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda.Sebaliknya ada obat OAINS yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat serupa.Klasifikasi yang lebih bermanfaat untuk diterapkan diklinik ialah berdasarkan selektivitasnya terhadap siklooksigenase(COX).
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping.Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atau penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Klasifikasi obat analgesik anti inflamasi non steroid :
Aspirin
Indometasin
Piroksisam
Ibuprofen
Naproksen
Asam mefenamat
OAINS
Generasi 1 :
Selekoksib
Rofekoksib
Valdekoksib
Parekoksib
Eterikoksib Generasi 2 :
lumirakoksib
Nimesulid
Meloksika m
Nabumeton
Diklofenak
etodolak AINS COX-2
Preferential OAINS COX-
2 selektif AINS COX-
non selektif
Trauma/ luka pada sel
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid
Asam arakidonat
Gambar 2-I Biosintesis prostaglandin B.Sifat dasar OAINS
Mekanisme kerja berhubungan dengan system biosintesis PG mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh vane dkk yang memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik PG.Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa produksi PG akan meningkat bilamana sel mengalami kerusakan.Walaupun in vitro obat OAINS diketahui menghambat berbagai reaksi kimiawi lainnya,hubungannya dengan efek analgesic,antipiretik,dan anti iinflamasinya belum jelas.Selain itu obat OAINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotriene,malah pada beberapa orang
Hidroperoksid
Leukotrien
PGE2,PGF2,PGD2
Tromboksan A2
Prostasiklin Endoperoksid PGG2/PGH
Enzim siklooksigenase Enzim fosoflipase Dihambat
kostikosteroid
Enzim lipoksigenase
sintesis meningkat dan dikaitkan dengan reaksi hipersensitifitas yang bukan berdasarkan pembentukan antibodi.13
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektifitas yang berbeda.Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2.Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya bersifat unik.Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan dalam berbagai fungsi dalam kondisi normal diberbagai jaringan khususnya ginjal,saluran cerna dan trombosit.Dimukosa lambung,aktivasi COX-1 mengahasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif.Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi berbagai stimulus inflamasi-toar,termasuk sitokin,endotoksin,dan factor pertumbuhan (growth factor).Ternyata sekarang COX-2 juga mempunyai fungsi fisiologis yaitu diginjal,jaringan vascular dan pada proses perbaikan jaringan.Tromboksan A2yang disintesis trombosit oleh COX-1,menyebabkan agregasi trombosit,vasokonstriksi dan proliferasi otot polos,sebaliknya prostasiklin(PG12) yang disintesis oleh COX- 2 di endotel makrovaskular melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit,vasodilatasi dan efek anti proliferative.13
Aspirin 166 lebih kuat menghambat COX-1 daripada COX-2.Penghambat COX-2 dikembangkan dalam mencari penghambat COX untuk pengobatan inflamasi dan nyeri yang kurang menyebabkan toksisitas saluran cerna dan pendarahan.Anti inflamasi non steroid yang tidak selektif dinamakan AINS tradisional(AINSt).13
Khusus parasetamol,hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid yaitu di hipotalamus.Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit.Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak ada.Parasetamol diduga menghambat isienzim COX-3.suatu variant dari COX- 1.COX-3 ini hanya ada diotak.Aspirin sendiri menghambat dengan mengasetilasi gugus aktif serin 530 dari COX-1.Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim karena trombosit tidak mampu mensintesis enzim baru.Dosis tunggal aspirin 40 mg sehari cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit,yaitu 8-11 hari.Ini berarti bahwa pembentukan trombosit kira-kira 10% sehari.Untuk fungsi pembekuan 20% aktifitas siklooksigenase mencukupi sehingga pembekuan darah tetap dapat berlangsung.13
Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular semakin jelas,Respons inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantarai mekanisme yang berbeda (1) fase akut dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler, (2) reaksi lambat,tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan fagosit dan, (3) fase proliferative kronik,saat degenerative kronik,saat degenarasi dan fibrosis terjadi.Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular,meningkatnya permeabilitas vascular dan migrasi leukosit kejaringan radang.Gejala proses inflamasi yaitu kalor,rubor,tumor,dolor dan functiolaesa.Banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamine,5 hidroksitriptamin(5HT),bradikinin,leukotriene dan PG.13
PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi.Penelitian bahwa PG menimbulkan keadaan hiperanalgesia,kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri.Obat mirip aspirin tidak mempengaruhi hiperanalgesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh efek langsung PG.Ini menunjukkan bahwa sintesis PG dihambat oleh golongan obat ini,dan bukannya blokade langsung pada reseptor PG.12
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas.Alat pengatur suhu tubuh berada dihipotalamus.Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan kenormal oleh obat mirip aspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan suatu zat pirogen endogen misalnya interleukin 1(IL-1) yang memacu pelepasan PG yang berlebihan didaerah preoptik hipotalamus.Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah di infuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan kedaerah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.Demam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi,demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain misalnya latihan fisik.13
Sebagai efek analgesik,obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala,myalgia,artalgia,dan nyeri lain yang berasal dari integument,terutama terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.Efek analgesiknya jauh lebih lemah dari opiate.Tetapi berbeda dengan opiate,obat mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak
menimbulkan efek samping sentral yang merugikan,hanya mengubagh presepsi modalitas sensorik nyeri,tidak mempengaruhi sensorik lain.Nyeri akibat terpotongnya saraf aferen,tidak teratasi dengan obat mirip aspirin.Sebaliknya nyeri pasbedah bisa diatasi dengan obat mirip aspirin13
Sebagai efek antipiretik,obat mirip aspirin akan menrunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan anti piretik in vitro,tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin/lama.Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada disentral otak terutama COX-3 dimana hanya parasetamol dan beberapa obat OAINS lainnya dapat menghambat.13
Kebanyakan obat mirip aspirin,terutama yang baru,lebih dimanfaatkan sebagai antiinflamasi pada pengobatan kelainan musculoskeletal,misalnya artritis rheumatoid,osteo artritis dan spondylitis ankilosa.Tetapi harus diingat bahwa obat mirip aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berakaitan dengan penyakitnya secara simptomatik,tidak menghentikan,memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskletal ini.13
Selain menimbulkan efek terapi yang sama.OAINS juga memilii efek sampingserupa,karena didasari oleh hambatan pada system biosintesis PG.Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam misalnya lambung,ginjal dan jaringan inflamasi.Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akan lebih nyata ditempat dengan kadar yang lebih tinggi.12
Secara umum OAINS berpotensi menyebabkan efek samping pada 3 sistem organ yaitu saluran cerna,ginjal dan hati.Klinisi sering lupa bahwa OAINS dapat menyebabkan kerusakan hati.Efek samping terutama meningkat pada pasien usia lanjut.Kelompok ini paling sering membutuhkan OAINS dan umumnya membutuhkan banyak obat-obatan karena menderita berbagai penyakit.12
Efek samping yang paling terjadi adalah induksi tukak peptic(tukak duodenum dan tukak lambung) yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.Beratnya efek samping ini berbeda antar obat.Dua mekanisme terjadi pada iritasi lambung ialah: 1.iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan dan 2.iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2.Kedua PG ini banyak ditemukan dimukosa lambung dengan fungsi menghambat sekersi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif.Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian parenteral.Uji klinik menyimpulkan bahwa gangguan saluran cerna penghambat selektif COX-2 lebih ringan daripada COX-1.Diantara penghambat COX ynag selektif pun insidens gangguan cerna berbeda.Pada dosis terapi naproksen,ibuprofen,diklofenak termasuk AINS ynag kurang ,menimbulkan gangguan lambung daripada indometasin dan piroksikam.13
Efek samping yang lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2(TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.Efek ini dimanfaatkan untuk perpanjangan tromboemboli.12
Penghambatan biosintesis PG diginjal,terutama PGE2 juga mengganggu homeostatis ginjal karena AINS.selain itu pada beberapa orang juga bisa timbul reaksi hipersensitifitas pada aspirin atau obat mirip aspirin.13
Kerangka Teori :
OAINS
EFEK SISTEMIK
Gastritis MUKOSA
LAMBUNG RUSAK SEKRESI MUKUS
& BIKARBONAT MENURUN MENURUNKAN
SINTESIS PROSTAGLANDIN
1. Dosis pemakaian 2. Frekuensi
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Variabel pengganggu
Variabel pengganggu Riwayat Penggunaan
OAINS
Terhadap kejadian gastritis
a. Umur
b. Jenis kelamin c. Sosial ekonomi d. Infeksi HP e. Komsumsi
alkohol/merokok f. Makanan tertentu g. Psikologi/stress
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
B.Defenisi Operasional 1.Gastritis
a. Defenisi : Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
b. Cara ukur : kuisioner
c. Skala ukur : Kategorik(nominal) d. Kriteria objektif
i. Gastritis
ii. Bukan gastritis
2.Riwayat penggunaan OAINS (Obat Anti inflamasi Non Steroid)
a. Defenisi : adanya riwayat penggunaan OAINS dalam jangka waktu tertentu
b. Cara ukur : kuisioner
c. Skala ukur : Kategorik(nominal) d. Kriteria objektif :
1. Ada 2.Tidak ada
C.HIPOTESIS
1. H0 : Tidak terdapat Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid ) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I &
VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
2. Ha: Terdapat Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid ) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi,dan hubungan penyakit dengan paparan (faktor penelitian ) dengan cara mengamati status paparan,penyakit,atau karakteristik yang terkait kesehatan lainnya secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat atau periode.Sehingga peneliti menggunakan metode ini untuk menganalisis Hubungan Riwayat Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non steroid) dengan kejadian gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
B.Waktu dan Tempat Penelitian.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai 4-29 januari 2016 2. Tempat Penelitian
Penelitian ini diadakan di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
C.Populasi dan Sampel Penelitian.
1. Populasi
Populasi penelitian adalah jumlah seluruh pasien yang menderita gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016 2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dari jumlah populasi yaitu pasien yang menderita gastritis di perawatan interna I & VII RSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
Kriteria sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Seluruh pasien gastritisdi perawatan interna I & VIIRSUD syekh yusuf Gowa Makassar Tahun 2016
b. Kriteria Ekslusi
i. Pasien yang menderita ulkus gaster akibat penggunaan OAINS ii. Pasien yang menderita ulkus duodenum akibat penggunaan OAINS iii. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden penelitian
D.Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian menggunakan teknik total sampling
E.Rumus Besar Sampel
𝑛 =Zα√2PQ +Zβ√P1Q1 + P2Q2 P1 − P2
Dengan demikian besar sampel pada penelitian ini adalah 69 sampel
F.Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan RSUD Syekh Yusuf Gowa Makassar.Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari hasil rekam medik pasien di RSUD Syekh Yusuf Gowa Makassar tahun 2014.Dari data sekunder tersebut dilakukan observasi secara sistematis dan mempertimbangkan untuk memilih atau memasukkan data yang penting dan benar-benar diperlukan
G.Pengolaan data
Pengolaan dilakukan setelah pencatatan data hasil lembar pengisian yang dibutuhkan kedalam tabel dan analisa data yang dilakukan dengan cara analisis univariat dengan tujuan melihat gambar distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel independen dan dependen dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel.Metode statistik yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan hubungan antar variabel kategorik maka dilakukan uji square (X2). Syarat untuk square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang 5 maksimal 20% dari jumlah seluruhnya.Jika syarat uji squere tidak terpenuhi maka uji alternatifnya adalah uji fisher.Untuk melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek dilihat melalui nilai Odds ratio(OR).Untuk interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan α (P alpha) sebesar 10% dengan catatan jika p <0,05 (p value ≤ p alpha) maka H0 ditolakada hubungan antara variabel bebas dan terikat) sedangkan bila p> 0,05 maka Ho
diterima (tidak ada hubungan antara variabel bebas dan terikat) sedangkan untuk mengetahui besarnya faktor resiko maka digunakan OR.
H.Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.Adapun analisis yang akan dilakukan meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel penelitian.Hasil analisis dari masing-masing variabel kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel.Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi silang antara kedua variabel yang berhubungan kemudian akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna atau tidak.Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini uji chi Square (x2) jika memenuhi syarat yaitu tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol dan tidak ada sel yang mempunyai nilai yang expected kurang dari 5.Jika tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan uji fisher
I.Etika Penelitian.
1. Menyertakan surat izin penelitian yang diajukan kepada pihak pemerintah provinsi sulawesi selatan
2. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada institusi terkait sebagai lokasi penelitian sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN
A.Gambaran umum Lokasi Penelitian.
Rumah Sakit Umum Syekh Yusuf Gowa Makassar terletak di jalan Dr.Wahidin Hs No.48 Sungguminasa Gowa Sulawesi selatan.RSUD Syekh yusuf gowa makassar adalah rumah sakit tipe B yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis yang terbatas.Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.Rumah sakit ini menyediakan 184 tempat tidur inap,lebih banyak dibandingkan setiap rumah sakit di Sulawesi Selatan yang tersedia rata-rata 93 tempat tidur inap.8 dari 184 tempat
tidur dirumah sakit ini berkelas VIP keatas.
RSUD Syekh yusuf gowa makassar menyediakan 49 dokter,16 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sulawesi Selatan dan 23 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal disulawesi.Dari 49 dokter dirumah sakit ini,26 adalah spesialis.Dibandingkan dengan rata-rata rumah sakit diwilayah ini,5 lebih banyak dari rumah sakit tipikal di Sulawesi Selatan dan 11.
Rumah sakit ini tersedia dokter umum 17 orang,26 orang dokter spesialis,dokter gigi 6 orang,perawat 67 orang,jumlah teknisi medis 36 orang, pegawai khusus terapi 7 orang,pegawai khusus bidan 11 orang,pegawai khusus gizi 9 orang,pegawai khusus kefarmasian 17 orang,pegawai khusus kesehatan masyarakat 15 orang,pegawai non kesehatan 11 orang.
Penelitian ini dilakukan di poli interna Ruang perawatan I dan VII dengan cara melalui wawancara langsung dengan pasien menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah tersedia.
B. ANALISIS UNIVARIAT 1.Umur
Berdasarkan hasil penelitian dengan 74 sampel diketahui bahwa umur sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi sampel menurut umur
Umur Jumlah Persen
Berisiko (>40 th) 51 68,9
Tidak Berisiko (<40 th) 23 31,1
jumlah 74 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan informasi bahwa kelompok sampel sebagian besar pada umur >40 tahun yaitu sebanyak 51 orang (68,9%) dan paling sedikit pada umur <40 tahun yaitu sebanyak 23 orang (31,1%).
2.Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dengan 74 sampel diketahui bahwa jenis kelamin sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Distribusi sampel menurut jenis kelamin
jenis kelamin Jumlah Persen
perempuan 33 44,6
laki-laki 41 55,4
jumlah 74 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan informasi bahwa kelompok sampel sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (55,47%) dan paling sedikit berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 orang (44,6%).