• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Sadarela S.Pd.i M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Sadarela S.Pd.i M.Pd."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

IKHTILAF DALAM HUKUM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih Dosen Pengampu

: Sadarela S.Pd.i M.Pd.

Disusun oleh:

- Fikri Agim (21.01.01.0091) -Melyssa Cahyani (21.01.01.0002)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2021-2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 28 MEI 2022

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 1

C.Tujuan Penulisan ... 1

BAB II PEMBAHASAN A.Definisi Ikhtilaf ... 2

B.Sebab Terjadinya Ikhtilaf ... 4

C.Hikmah adanya Ikhtilaf dan Implikasinya dalam kehidupan masyarakat... 5

D.Tujuan Mengetahui sebab Terjadinya Ikhtilaf ... 7

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan ... 8

B.Daftar Pustaka ... 9

(4)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Dalam agama Islam, terdapat banyak sekali ilmu yang perlu dipelajaridan dikuasai oleh seorang muslim dan mukmin agar benar-benar mampu melaksanakan semua perintah Allah dengan baik dan benar. Di antara ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu Tauhid, ilmu Akhlaq, ilmu Fiqh, ilmu Tafsir dan masih banyak ilmu lainnya yang menjadi penunjang bagi ilmu-ilmu dasar yang telah disebutkan sebelumnya.

Dalam ilmu Fiqh, ada beberapa kitab yang membahas mengenai ikhtilaf yang memiliki makna perbedaan dan perselisihan. Dalam beberapa kitab tersebut, ikhtilaf dibahas secara detail dan mendalam, membuat kamiyang membacanya jadi penasaran dan tergerak untuk memahami lebih dalam apa maksud darinya. Secara sekilas, dari kami tangkap melalui indera mata kami, ikhtilaf dalam kitab tersebut adalah perdebatan mengenai banyak perkara dalamagama yang menyebabkan terjadinya perpecahan kelompok ummat Islam dalam beberapa kelompok yang disebut mahzab.

Mahzab-mahzab tersebut memiliki nama dan ciri sesuai dengan kelompoknya masing- masing. Karena kami hanya membaca sekilas saja, jadi kami saat ini hanya bisa bertanya-tanya, ikhtilaf atau perbedaan seperti apa dan dalam bentuk yang bagaimana yang terjadi dalam umat Islam. Bagaimanakah Al-Qur’an dan hadits berbicara mengenai ikhtilaf ini. Seperti apakah akibat yang ditimbulkan oleh ikhtilaf ini. Apa saja penyebab munculnya ikhtilaf ini. Lalu bagaimanakah sejarah singkat dari Mahzab-mahab fiqh dalam Islam. Semua rasa penasaran kami akan kami puaskan dengan mengkaji dan meneliti bersama ikhtilaf ini melalui beberapa referensi yang kami miliki. Semoga setelah pembahasan singkat dalam makalah ini membuat mahasiswa dan sekalian pembaca mengerti serta memahami secara mendalam Ikhtilaf dan sejarah singkat mahzab-mahzab dalam Islam, khususnya mahzab-mahzab Fiqh. Serta mengambil pelajaran dan hikmah dari adanya ikhtilaf ini. Amin.

B.Rumusan Masalah

1.Apa Yang Dimaksud Dengan Ikhtilaf ? 2.Apa Yang Menyebabkan Terjadinya Ikhtilaf ?

3.Apa Hikmah Adanya Ikhtilaf Dan Implikasinya Dalam Kehidupan Masyarakat ? 4.Tujuan Mengetahui Sebab Terjadinya Ikhtilaf ?

C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Yang dimaksud Dengan Ikhtilaf 2. Mengetahui Sebab-sebab Terjadinya Ikhtilaf

3.Mengetahui Hikmah Adanya Ikhtilaf dan Implikasinya Dalam Kehidupan Masyarakat 4.Mengetahui Tujuan Sebab Terjadinya Ikhtilaf

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Ikhtilaf

Ikhtilaf merupakan isim mashdar dari Ikhtalafa-yakhtalifu-ikhtilaafan yang secara etimologi bermakna perbedaan pendapat dan paham. Dalam kitab Masa’il fil Fiqh Muqaran, disebutkan bahwaasanya ikhtilaf secara bahasa bermakna tidak adanya kesepakatan dalam sesuatu.

Sedangkan secara terminologi ikhtilaf adalah berlainan pendapat antara dua orang atau lebih terhadap suatu masalah tertentu . Jadi intinya, ikhtilaf itu adalah berbedanya penilaian antara dua orang atau lebih terhadap suatu objek. Ikhtilaf menurut istilah para Ahli Fiqh adalah perbedaan pendapat seorang mujtahid dengan mujtahid lainnya dalam berijtihad dan berfatwa dalam sebuah masalah. Jadi ikhtilaf itu adalah lawan kata dari Ittifaq, yakni kesepakatan.

Perbedaan dan perselisihan pendapat merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari oleh manusia. Karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang berlainan mengenai sebuah objek. Manusia berbeda pendapat, mereka saling berbantah dan perang mulut. Terhadap perkara ini Allah menegaskan dalam firmannya QS. Maryam 37,

ْ ن ِم ْا و ُرَفَك َْن ي ِذَّلِ ل ْ ل ي َوَف ْ مِهِن يَب ْ ن ِم ُْبا َز حَ لْا َْفَلَت خاَف

ْ م ي ِظَع ْ م وَي ِْدَه ش َّم

Yang artinya:

“maka berselisihlah golongan-ngolongan (yang ada) diantara mereka, maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar”.

Sedangkan menurut istilah ikhtilaf dan mugholif adalah mengambil satu jalan diantara jalan yang lain baik dalam keadaan ataupun pekerjaan, secara umum perbedaan itu setiap dua perkara yang berlawanan dan setiap dua yang berbeda itu belum tentu berlawanan. Perbedaan pendapat dalam hukum Islam bagaikan buah yang banyak yang berasal dari satu pohon, yaitu pohon Al-Qur’an dan Sunnah, bukan sebagai buah yang banyak yang berasal dari berbagai macam pohon. Akar dan batang pohon itu adalah Al-Qur’an dan Sunnah, cabang-cabangnya adalah dalil-dalil naqli dan aqli, sedangkan buahnya adalah hukum Islam (fiqih) meskipun berbeda-beda atau banyak jumlahnya.

Ikhtilaf dalam fiqih dibagi menjadi tiga: ikhtilaf maqbul, iktilaf madmum, dan ikhtilaf saighma’kul.

1.Ikhtilaf Al-Maqbul

Ikhtilaf Al-Maqbul merupakan perbedaan yang diterima, ulama berbeda pendapat mengenai suatu kesunahan dari beberapa macam-macam hal tersebut dan mendahulukan kesunnahan dari yang lainnya dan Ibnu Taimiyah menyamakan hal ini dengan macam- macamnya haji jika seseorang melakukan haji qiran ataupun tamattuk ataupun ifrad maka hal itu sudah dianggap haji menurut ulamanya orang-orang Islam, meskipun ulama tersebut bertentangan mengenai yang lebih utama dari tiga hal tersebut. Begitu juga mengenai masalah adzan, adzan bisa dianggap benar meskipun di dalamnya ada bacaan tarji’ (dua kalimat

(6)

3

syahadat) ataupun tidak, begitu juga dengan empat takbiran baik diawal atau ditengah-tengah takbir. Begitu juga mengenai iqamah, iqamah bisa sah baik dibaca sekali atau dua kali, dimana saja iqamahnya maka tetap sah menurut ulama orang Islam kecuali jika diantara manusia tersebut terdapat pertentangan.

Begitu juga mengenai permasalahan basmalah apakah dibaca keras atau pelan dan setiap keduanya itu boleh hukumnya dan tidak membatalkan shalat namun letak perbedaan itu pada kesunatannya sebagian ulama mensunnahkan sebagian lainnya memakruhkan.

Begitu juga masalah qunut dalam shalat subuh ulama berbeda pendapat mengenai kesunnahan dan kemakruhannya, begitunpula bagi yang meninggalkannya apakah harus melakukan sujud sahwi atau tidak. Namun apabila tidak melakukannya para ulama tetap menghukuminya dengan sah karena melakukan qunut itu bukan sebuah kewajiban. Begitu pula orang yang melakukan qunut, para ulama sepakat menghukumi shalatnya tetap sah karena qunut termasuk perpanjangan rukun yang ringan dan itu merupakan do’a pada rukun ini. Maka apabila seseorang melakukan qunut diselainnya waktu subuh maka pekerjaan tersebut tidak membatalkan shalat menurut kesepakatan ulama.

2.Ikhtilaf Madzmum

Ikhtilaf madzmum secara bahasa bermakna perbedaan yang terceladan jelek. Inilah ikhtilaf yang tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi umat Islam khususnya, dan bagi seluruh penduduk bumi ini pada umumnya. Karena ikhtilaf madzmum ini adalah ikhtilaf yang terjadi pada masalah-masalah yang ushul yang telah jelas dalil qath’i mengenainya dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Misalnya mengenai hukum wajibnya solat lima waktu dan puasa pada bulan ramadan. Juga mengenai hukum dibolehkannya makan bagi yang berpuasa pada bulan ramadan. Contoh-contoh ikhtilaf mad!mum di atas, amat sangat tidak boleh dijadikan hujjah dan diamalkan dalam ibadah muslim sehari-hari. Karena,contoh-contoh ikhtilaf tadi adalah ikhtilaf aneh yang menyeleweng dan menyimpang dari aturan dasar dan kaidah syari’at agama. Seorang ulama besar Fiqh, Imam Al-Auza’i berkata barang siapa yang mengikuti dan mengamalkan pendapat-pendapat aneh yang menyimpang, maka dia telah keluar dari Islam.

3. Ikhtilaf Saigh Maqbul

Ikhtilaf sa’igh maqbul ialah perbedaan pendapat ulama yang terkait dengan masalah- masalah baru yang tidak ada dalil qath’i mengenai hukumnya. Maka dari itu, timbullah sebuah usaha yang dilakukan oleh para ulama fiqih yang disebut dengan ijtihad. Ijtihad adalah sebuah usaha semaksimal mungkin yang dilakukan oleh seorang mujtahid untuk dapat menemukan solusi hukum syari’at dari sebuah permasalahan baru yang belum ada dalilnya. Misalnya, perselisihan pendapat mereka mengenai hukum bayi tabung, hukum bank asi dan lain-lainya yang memang pada zaman Nabi muhammad SAW hal itu belum terjadi.

Ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh ikhtilaf saigh maqbul ini, di antaranya

a) Yang berikhtilaf haruslah seorang yang ahli dalam agama Islam,khususnya Fiqh dan Ushul Fiqh.

b) Ijtihad dan ikhtilaf mereka haruslah pada perkara-perkara yang furu’yang tidak ada dalil qath’inya.

c) Tujuan ikhtilafnya adalah untuk mencari dan mencapai kebenaran, bukan untuk tujuan lain yang menyeleweng.

d) Para ulama yang berijtihad dan berikhtilaf itu haruslah benar-benar mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk sampai pada kebenaran.

(7)

4

Jadi, ikhtilaf yang diperbolehkan dalam Islam hanyalah ikhtilaf maqbul dan ikhtilaf saigh maqbul ini. Karena ikhtilaf ini tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi umat dan rahmat Allah bagi mereka. Sehingga mereka tidak merasa kesulitan dengan adanya keajiban mengikuti satu ijtihad saja. Sedangkan untuk ikhtilaf madzmum, maka dilarang untuk memperdebatkannya karena tidak ada manfaat dan bahkan hanya membawa pada kemudaratan dan keburukan saja. Jika terus berlarut-larut pada ikhtilaf madzmum ini, dapat dipastikan umat Islama kan semakin terpecah dan kedamaian serta toleransi tak akan ada lagi.

B. Sebab-sebab Terjadinya Ikhtilaf

Terjadinya perbedaan pendapat tentang menetapkan hukum islam, di samping disebabkan oleh faktor yang bersifat manusiawi, juga faktor lain karena adanya segi-segi khusus yang bertalian dengan agama. Faktor penyebab itu mengalami perkembangan sepanjang petummbuhan hukum pada generasi berikutnya. Makin lama makin berkembang sepanjang sejarah hukum islam, sehingga kadang- kadang menimbulkan pertentangan keras, utamanya di kalangan orang – orang awam. Tetapi pada masa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, masalah khilafiyah tidak begitu di persoalkan lagi, apabila ikhtilaf ini hanya dalam masalah furu’iyyah yang terjadi karna perbedaan dalam berijtihad.

Setiap mujtahid berusaha keras mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk menemukan hukum Allah SWT dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang memerlukan penjelasan dan penegasan hukumnya. Dasar dan sumber pengambilan mereka yang pokok adalah sama, yaitu al-qur’an dan sunnah. Tetapi terkadang temuan mereka berbeda satu sama lain dan masing –masing dengan hasil ijtihadnya, yang menurut dugaan kuatnya adalah benar dan tepat.

Syehk Muhammad al- madany dalam bukunya Asbab ikhtilaf al- Fuqoha’, membagi ikhtilaf itu pada empat macam, yaitu

1.Pemahaman al-qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.

Pemahaman al- Qur’an dan sunnah Seperti di maklumi, sumber syari’at islam adalah al- quran dan sunnah rasul. Keduanya berbahasa arab. Diantara kata-katanya ada yang mempunyai arti lebih dari satu (musytarak). Selain itu pada ungkapannya terdapat kata ‘am (umum) tetapi yang dimaksudkannya “khusus”. Adapula perbedaan tinjauan dari segi lughawi dan ‘urfi serta dari segi mantuq dan mafhumnya.

Berikut ini dikemukakan dua contoh mengenai musytarak dalam nash al-aquran yang menimbulkan ikhtilaf tersebut.

Pertama kata ” ya’fu” kata ini mengandung dua arti musytarak yaitu menggugurkan dan menghibahkan. Konsekuensinya, para mujtahid berbeda pendapat dalam menentukan siapakah yang berhak membebaskan sebagian mahar yang telah di tentukan, apakah wali atau suami.

2. Sebab – sebab khusus tentang Sunnah Rasulullah SAW.

a) Perbedaan dalam penerimaan hadits

Para sahabat yang menerima dan menyampaikan (meriwayatkan) hdits, kesempatannya tidak sama. Ada banyak yang menghadiri majlis rasul, tentunya mereka inilah yang banyak menerima hadits sekaligus meriwayatkannya.tapi banyak pula diantara merek yang sibuk dengan urusan –urusan pribdinya, sehingga jarang menghadiri majlis Rasul, pada hal biasanya dalam majlis itulah rasul menjelaskan masalah –masalah yang ditanyakan atau menjelskan hukum sesuatu ; memerintah atau melarang dan menganjurkan sesuatu.

b) Perbedaan dalam menilai periwayat hadits

(8)

5

Adakalanya sebagian ulama memandang periwayat suatu hadits shahih, sedangkan menurut ulama yang lain tidak, misalnya karna tidak memenuhi semua persyaratan yang telah mereka tentukan. Penilaian ini meliputi segi sanad, maupun matannya.

c) Ikhtilaf tentang kedudukan Rasulullah SAW

Bahwa rasul disamping keberadaannya sebagai rasul, juga sebagai manusia biasa (Q.S.

al- Kahfi : 110). Kadang –kadang beliau bertindak sebagai panglima perang sebagai kepala negara dan sebagainya. Karena itu, tindakan dan ucapan yang dilakukan beliau tidak sama kedudukannya, kalau dikaitkan dengan keberadaan pribadinya ketika melakukannya.

3. Sebab –sebab yang berkenan dengan qaidah –qaidah ushuliyyah dan fiqhiyyah..

Sebab –sebab perbedaan pendapat yang berkaitan dengan kaidah –kaidah ushul diantaranya adalah mengenai istisna’ yakni : apakah istisna’ yang terdapat sesudah beberapa jumlah yang di’athafkan satu sama lainnya, kembali kepada semua ataukah kepada jumlah terakhir saja. Adapuun sebab –sebab perbedaan pendapat (ikhtilaf) yang berkaitan denagn kaidah –kaidah fiqhiyah contohnya antara lain sebagai berikut :

a. Madzhab Syafi’i menggunakan kaidah:” hukum terkuat dari segala sesuatu adalah

boleh, sehingga terdapat dalil yang mengharamkannya.

b. Madzab Hanafi menngunakan kaidah :” hukum yag terkuat dari segala sesuatu adalah

haram, sehingga ada dalil yang menunjukkan kebolehannya.

4. Sebab – sebab yang khusus mengenai penggunaan dalil di luar al- qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.

Ulama terkadang berbeda pendapat pula mengenai fiqh, disebabkan perbedaan penggunaan dalil diluar al-qur’an dan sunnah, seperti; Amal ahli madiah dijadikan dasar fiqh oleh imam malik, tidak dijadikan dasar oleh para imam yang lainnya. Begitu pula perbedaan dalam penggunaan ijma’ qiyas, maslahah mursalah, istihsan, sad al-Dzari’ah, istishhab, urf dsb, yang oleh sebagian ulama’ dijadikan dasar, sedang para ulama’ lain tidak menjadikan dasar dalam mengistimbatkan hukum, sekalipun kebenarannya perbedaan itu hanyalah dalam tingkatan penggunaannya saja.

Dari uraian diatas tentang sebab-sebab perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam disimpulkan bahwa:

a) Perbedaan ulama’ mengenai sumber hukum utama (al qur’an) adalah dari segi pemahaman semata-mata terdapat nash-nash yang zhanny (tidak pasti )dalalahnya.

b) Perbedaan mengenai sumber hukum yang ke dua, yakni sunnah rasul, yakni dari segi wurud (penilaian terhadapat sanad dan sebagian matan hadist), disamping segi dalalahnya, serta perbedaan mengenai kedudukan sunnah rasul sesudah dikaitan dengan Syakhshiyyah rasul (sebagai rasul atau insaniyahnya).

c) Perbedaan pendapat dalam islam, bukan mengenai persoalan dasar (pokok), baik di kalangan ahlussunnah, maupun syiah dan mu’tazilah, melainkan perbedaan pandangan dan penilaian terhadap nuzusb, (al qur’an dan sunnah) yang memungkinkan dan memberi celah-celah adanya perbedaan penafsiran. Karna itu, peganut mahzab tertentu sering menentang mahzabnya sendiri, seperti ibn taimiyah dan ibn al qayyim terhadap imam ahmad bin hambal, serta abi yusuf dan muhammad al hasan al saibany terhapat imam abi hanifah.

(9)

6

d) Perbedaan yang disebabkan penggunaan dalil diluar al qur’an dan sunnah seperti ijma’, qiyas, istihsan, mashabab mursalah, dan lain-lain.

C. Hikmah Adanya Ikhtilaf dan Implikasinya dalam Kehidupan Masyarakat

Ikhtilaf yang mengikuti ketentuan-ketentuan akan memberikan manfaat, jika didasarkan pada beberapa hal berikut ini:

1. Niatnya jujur dan menyadari akan tanggung jawab bersama. Ini bisa dijadikan salah satu dalil dari sekian banyak model dalil.

2. Ikhtilaf itu digunakan untuk mengasah otak dan untuk memperluas cakrawala berpikir 3. Memberikan kesempatan bicara pada lawan bicara atau pihak lain yang berbeda pendapat dan bermu’amalah dengan manusia lainnya yang menyangkut kehidupan diseputar mereka.

Faedah dan manfaat dari ikhtilaf dapat diperoleh bila dalam berikhtilafitu berpijak pada ketentuan dan adab yang terkandung di dalamnya. Namun jika ketentuan dan batasan itu dilanggar, maka sudah pasti akan menimbulkan perpecahan. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dan kejahatan, sehingga dapat mengganggu kehidupan ummat. Jika begitu keadaannya, maka ikhtilaf akan berubah menjadi ajang kehancuran.

Perbedaan pendapan dalam menetapkan sebagian hokum masalah furu’ adalah suatu kemestian. Sehubungan dengan ini DR. Yusuf al-Qardhawy mengomentari, bahwa orang yang ingin menyatukan kaum muslimin dalam satu pendapat tentang hokum ibadat, mu’ammalat dan cabang agama lainnya,hendaklah ia mengetahui dan menyadari, bahwa mereka sebenarnya menginginkan sesuatu yang nihil. Upaya mereka untuk menghapuskan perbedaan (khilfah fiqhiyyah) ini tidak akan menghasilkan apa-apa, selain dari bertambah luas perbedaan dan perselisihan itu sendiri. Aksi semacam itu hanyalah menunjukan kesan kedunguan mereka, oleh karena perbedaan dalam memahami hukum-hukum syari’at yang tidak diprinsipil iniadalah suatu kemestian (darurat) dan tidak dapat dihindari. Lebih jauh beliau mengemukakan beberapa factor adanya kemestian hal diatas sebagai berikut:

a) Tabiat Agama

Allah SWT menghendaki diantara hukum-hukumnya ada yang ditegaskan secara eksplisit dan ada yang ditegaskan secara implicit. Diantara yang ditegaskan secara eksplisit pun terdapat hal yang qath’iyyah (pasti) dan zhanniyah (tidak pasti) serta sharih (jelas) dan mu’awwal (kemungkinan adanya interprestasi). Berkenaan dengan hal yang memungkinkan ijtihad dan istinbath, maka kita dituntut untuk menerima dan meyakininya (ta’abbudi).

b) Tabiat Manusia

Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam. Setiap insane berbeda bentuk wajahnya, tekanan suaranya, sidik jarinya dan lain sebagainya. Demikian pula pola pemikiran, pribadi, sikap, profesinya, kecendrungan dan pandangannya terhadap sesuatu.

(10)

7

Perbedaan karakter manusia serta kecendrungan psikologisnya itu akan mengakibatkan perbedaan mereka dalam menilai sesuatu dari berbagai aspek, baik faqhiyyah atau politik maupun sebagainya.

c) Tabiat Bahasa

Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang diaplikasikan dalam wujud teks-teks bahasa dan lafal. Demikian pula sebagian besar sunnah dalam memahami teks-teks al-Qur’an dan sunnah ini, harus mengikuti kaedah-kaedah bahasanya. Di dalam bahasa al-Qur’an ada lafal yang multi maknanya (musytarak) yaitu mengandung lebih dari satu arti, majaz (arti kiasan), ‘am(umum) khash (tertentu), muthlaq dan muqayyad.

D.Tujuan Mengetahui Sebab Terjadinya Ikhtilaf

Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab sangat penting untuk membantu kita agar keluar dari taklid buta, karena kita akan mengetahui dalil- dalil yang mereka pergunakan serta jalan pemikiran mereka dalam penetapan hukum suatu masalah. Dengan demikian, akan terbuka kemungkinan untuk memperdalam kajian tentang hal yang diperselisihkan, meneliti sistem dan cara yang baik dalam menggali suatu hukum, juga dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum fikih bahkan akan terbuka kemungkinan untuk menjadi mujtahid.

Sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan para ulama fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar keluar dari taklid buta, karena kita akan mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan sertajalan pemikiran mereka dalam penetapan hokum suatu masalah. Sehingga dengan demikian akan terbuka kemungkinan untuk memperdalam studi tentang hal yang diperselisihkan, meneliti system dan cara yang lebih baik serta tepat dalam mengistinbathkan suatu hukum, juga dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum fikih.

Sebab – Sebab Terjadinya Ikhtilaf

Dapat disimpulkan dan dikelompokkan kedalam empat sebab utama:

1) Perbedaan pendapat tentang valid – tidaknya suatu teks dalil syar’i tertentu sebagai hujjah (tentu saja ini tertuju kepada teks hadits, yang memang ada yang shahih dan ada yang dha’if, dan tidak tertuju kepada teks ayat Al-Qur’an, karena seluruh ayat Al- Qur’an disepakati valid, shahih dan bahkan mutawatir).

2) Perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan teks dalil syar’i tertentu. Jadi meskipun suatu dalil telah disepakati keshahihannya, namun potensi perbedaan dan perselisihan tetap saja terbuka lebar. Dan hal itu disebabkan karena adanya perbedaan dan perselisihan para ulama dalam memahami, menafsirkan dan menginterpretasikannya, juga dalam melakukan pemaduan atau pentarjihan antara dalil tersebut dan dalil-dalil lain yang terkait.

3) Perbedaan pendapat tentang beberapa kaidahushul fiqh dan beberapa dalil (sumber) hukum syar’i (dalam masalah-masalah yang tidak ada nash-nya) yang memang diperselisihkan di antara para ulama, seperti qiyas, istihsan, mashalih mursalah, ’urf, saddudz-dzara-i’, syar’u man qablana, dan lain-lain.

(11)

8

4) Perbedaan pendapat yang dilatar belakangi oleh perubahan realita kehidupan, situasi, kondisi, tempat, masyarakat, dan semacamnya. Oleh karenanya, di kalangan para ulama dikenal ungkapan bahwa, suatu fatwa tentang hukum syar’i tertentu bisa saja berubah karena berubahnya faktor zaman, tempat dan faktor manusia (masyarakat). Dan sebagai contoh misalnya, dalam beberapa masalah di madzhab Imam Asy-Syafi’irahimahullah dikenal terdapat qaul qadiim (pendapat lama, yakni saat beliau tinggal di Baghdad Iraq) dan qaul jadiid (pendapat baru , yakni setelah beliau tinggal di Kairo Mesir). Begitu pula dalam madzhab Imam Ahmad rahimahullah, dikenal banyak sekali riwayat- riwayat yang berbeda-beda dari beliau tentang hukum masalah-masalah tertentu.

Salah satu penyebab perbedaan pendapat atau ikhtilaf adalah diakibatkan oleh Perbedaan dalam memahami ayat al-Qur’an.

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan

Ikhtilaf adalah perbedaan pendapat di antara ahli hukum islam (Fuqaha’) dalam menetapkan sebagian hukum islam yang bersifat furu’iyyah, bukan pada masalah hukum islam yang bersifat ushuliyyah (pokok-pokok hukum islam), disebabkan perbedaan pemahaman atau perbedaan metode dalam menetapkan hukum suatu masalah.

Ikhtilaf Al-Maqbul adalah ikhtilaf yang mendahulukan kesunnahan dari yang lainnya. Ikhtilaf ini juga merupakan ikhtilaf diantara umat yang mana perkaranya itu sangat mudah, akan tetapi jika meninggalkan hal yang sunnah tersebut karena adanya perbedaan yang jelas itu hukumnya lebih utama dari pada melakukannya. Begitu pula yang wajib.

Adapun beberapa tempat-tempat yang memungkinkan terjadinyan ikhtilaf diantaranya ayat-ayat al-Qur’an yang masih belum jelas petunjuknya atau zanni ad-dalalah, hadis-hadis Nabi Saw yang jumlahnya ratusan ribu, ada yang zhanni wurud dan zanni ad-dalalah, peristiwa-peristiwa yang belum ada petunjuk langsung dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya ikhtilaf yaitu perbedaan para ulama mengenai pemahamanya tentang lafadz nash, perbedaan dalam menginterpretasikan teks dalil syar’i yang masih umum yaitu masih bersifat dzonni, Perbedaan pendapat dibeberapa kaidah ushul fiqh, dan juga Perbedaan pendapat yang dilatar belakangi oleh perubahan realita kehidupan, situasi serta kondisi.

(12)

9 DAFTAR ISI

Andi Muhamad Hidayat, “Sebab-Sebab Perbedaan Pendapat (Ikhtilaf) Ahli Hukum”.http://amanahgontory.sch.id/2016/11/15/sebab-sebab-perbedaan-pendapat-ikhtilaf-ahli- hukum/ (10 Maret 2017)

Djazuli. 2004. ILMU FIQH (Penggertian, perkembangan, dan penerapan hukum islam). Bandung:

Kencana Prenada Media Group.

Hasan, M. Ali. 1998. Perbandingan Mazhab. Jakarta : PT.RajaGrafiindo Persada

Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: logos, 1997 ), hal. 63-67 Huzaimah, Tahido Yanggo. 1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos

Al-Buti, Muhammad Sa’id Ramadhan. 1993. Muhadhorot fi fiqhil muqarron. Darr Ai-fikr Al-Ma’asyir:

Beirut

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS INTEGRA dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali

Karya Ilmiah Tulisan dan Penelitian Gizi yang dipublikasikan dibuktikan dokumen asli karya tulis yang disusun oleh tenaga gizi dengan nilai SKP sesuai ketentuan

Strategi untuk meningkatkan perilaku petani dalam pengendalian hama terpadu padi dapat ditempuh melalui: (1) melaksanakan kegiatan penyuluhan secara intensif dengan

Dalam rangka menyelenggarakan tugas pemerintah di bidang pelayanan umum, khususnya penyediaan air bersih/minum kepada masyarakat Kabupaten Banjar dan untuk

Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Chievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Hidang Siswa Kelas X Jurusan Jasa Boga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan diksi dan makna yang terkandung pada kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening pada

Sementara pada kelompok lainnya mengalami kenaikan indeks yaitu berturut-turut: kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,45 persen; kelompok