• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SMS 1001782 Chapter2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SMS 1001782 Chapter2"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Linia Primanita Riyanti, 2015

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning

disability. Terjemahan dalam bahasa indonesia learning artinya belajar dan

disability artinya ketidakmampuan; sehingga memiliki arti dalam bahasa

indonesia adalah ketidakmampuan belajar. Menurut Dalyono (1997, hlm, 229),

“kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”, definisi lain terkait dengan hal itu, menurut Sabri (1995, hlm. 88), “kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau

menyerap pelajaran disekolah”. Mahasiswa yang tidak mampu mengikuti

perkuliahan dalam waktu empat sampai tujuh tahun maupun mengalami

kegagalan dalam matakuliah tertentu juga dapat dikategorikan kedalam

mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar. Sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleg Burton (dalam Makmun, 1996, 207), “siswa diduga mengalami kesulitan

belajar, apabila siswa tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajar

dalam waktu tertentu, siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan

dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi”. Sedangkan Menurut

Abdurahman dalam buku Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,

mengemukakan bahwa “di negara Indonesia sendiri belum ada definisi yang baku

tentang kesulitan belajar. Pengajar umumnya memandang semua mahasiswa yang

memperoleh prestasi belajar rendah disebut dengan mahasiswa yang berkesulitan

belajar”.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi

yang disampaikan oleh dosen. Dalam kegiatan belajar, mahasiswa akan merasa

malas dalam belajar dan mengikuti perkuliahan karena mereka merasa tidak

(2)

Linia Primanita Riyanti, 2015

perkuliahan, mengabaikan tugas-tugas, bahkan penurunan IPK dan prestasi

belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut menurut

Slameto (1988, hlm. 56), “dibagi atas dua faktor utama, yaitu faktor yang

bersumber dari dalam peserta didik (faktor intern) dan faktor yang bersumber dari

luar peserta didik (faktor ekstern)”.

1. Faktor internal

Kutipan Slameto dalam buku Psikologi dalam Pendidikan (Hadis, 2008,

hlm.63) mengemukakan bahwa

Yang termasuk ke dalam faktor intern, misalnya faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor psikologi, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.

a. Faktor jasmaniah 1) Faktor kesehatan

Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan fisik,

sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya ransangan yang diterima

melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat akan

mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing, mengantuk, daya

konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar. Beberapa studi

tentang faktor kesulitan belajar intern berkaitan dengan faktor jasmaniah

membuktikan bahwa orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat.

Karena orang yang sakit tentu akan sulit belajar dengan efektif dan

mengakibatkan sering meninggalkan sekolah dan frekuensi belajar akan menurun

(Thonthowi, 1991; Soemanto, 1990).

2) Cacat tubuh

Soemanto (1990, hlm. 121) menyatakan “... tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu dalam hal belajar”. Cacat tubuh adalah

sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/

badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan

(3)

Linia Primanita Riyanti, 2015

belajar, mahasiswa yang cacat belajarnya juga terganggu sehingga dalm

belajarnya memerlukan alat bantu.

b. Faktor psikologis

Belajar memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik, dan yang

termasuk dalam faktor psikologi adalah:

1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Menurut Wechsler (dalam

Sarwono, 1991, hlm. 71), “Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berfikir

dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara

efektif”.

Intelegensi sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, mahasiswa

yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi rendah, tetapi intelegensi yang tinggi tidak

menjamin ia akan berhasil dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan karena belajar

adalah sesuatu yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

2) Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus

yang disertai dengan rasa senang, jadi minat ini sangat berbeda dengan perhatian

karena perhatian lebih bersifat sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan

senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang karena dari situ

akan diperoleh kepuasan. Dalam belajar tentunya mahasiswa perlu memiliki minat

dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Surya (2003, hlm. 6), “ada tiga komponen

yang harus dimiliki anak, agar dirinya dapat melakukan kegiatan proses belajar

yaitu: Minat, Perhatian, Motivasi)”.

(4)

Linia Primanita Riyanti, 2015

Perhatian menurut Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun

tertuju semata-mata kepada suatu obyek (benda/ hal) atau sekumpulan obyek.

Agar menjamin hasil belajaryang baik, maka mahasiswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan yang dipelajari.

4) Bakat

Menurut Ahmadi (1991, hlm. 78), “Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar

yang dibawa sejak lahir”. Tetapi potensi tersebut haruslah dibarengi dengan

belajar dan berlatih agar terealisasi menjadi kenyataan yang nyata. Mempelajari

musik tentunya harus memiliki bakat yang diimbangi dengan belajar dan berlatih.

Sebagai salah satu contoh. Seseorang yang memiliki suara bagus dari sejak kecil

karena bakatnya, tidak akan berkembang jika tidak dibarengi dengan belajar dan

berlatih. Begitu pula dengan orang yang selalu berlatih bernyanyi akan kalah

dengan orang yang berlatih bernyanyi dengan bakat yang telah dimiliki.

5) Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurut Ahmadi

(1991, hlm. 79), “motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar”. Dalam proses belajar mengajar harus diperhatikan apa yang

dapat mendorong mahasiswa agar dapat belajar dengan baik atau harus dilihat

mahasiswa tersebut mempunyai motivasi untuk berfikir dan memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/

menunjang belajar, pada umumnya motivasi dapat ditanamkan pada diri

mahasiswa dengan cara memberikan latihan-latihan/ kebiasaan-kebiasaan yang

kadang dipengaruhi oleh lingkungan.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang. Dimana

alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Sebagai salah

satu contoh adalah ketika seorang mahasiswa mencoba mainkan instrumen Drum,

maka mahasiswa tersebut dengan kakinya siat memainkan hi-hat dan bass drum,

kedua tangannya sudah siap memainkan snare dan symbal menggunakan stick

drum, dengan otaknya mahasiswa tersebut telah siap untuk berfikir mengenai

(5)

Linia Primanita Riyanti, 2015

seorang mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar, untuk

itu diperlukan latihan dan pembelajaran.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk merespon atau bereaksi, kesiapan sangat

perlu untuk diperhatikan dalam proses belajar, karena jika mahasiswa telah

memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c. Faktor kelelahan

Faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan kedalam dua macam yaitu:

1) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani akan tampak dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecendrungan untuk membaringkan tubuh.

2) Kelelahan rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2. Faktor eksternal

Hadis (2008) dalam buku Psikologi dalam Pendidikan menyatakan bahwa

Faktor-faktor ekstern yang bersumber dari luar diri peserta didik yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas, ialah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peserta didik yang hidup di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang mendukung aktivitas belajar anak akan cenderung memiliki prestasi belajar yang baik jika dibandingkan dengan peserta didik yang hidup di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang tidak mendukung aktivitas belajar anak. (hlm. 65)

a. Faktor keluarga

Hasbullah (1996) mengemukakan bahwa,

Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi

pendidikan akhlak dan pendangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak

(6)

Linia Primanita Riyanti, 2015

1) Cara orang tua mendidik dan Relasi antar anggota keluarga.

Bimbingan dan penyuluhan yang diberikan di dalam lingkungan keluarga

memegang peranan penting dalam perkembangan belajar seorang mahasiswa,

karena keluarga merupakan tempat pertama bagi mahasiswa itu untuk belajar.

Tempat dimana ia tinggal yang akan mempengaruhi gaya hidup, gaya belajar

mahasiswa tersebut. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan

anaknya misalnya tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat

belajarnya, tidak mau tahu kemajuan dan kesulitan belajar anaknya dapat

menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil, mungkin anak sendiri mempunyai

kepandaian tetapi karena kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga menyebabkan

anak tersebut banyak mengalami ketinggalan dalam belajar yang pada akhirnya

dapat menyebabkan anak menjadi malas. Relasi yang terpenting dalam kehidupan

keluarga adalah relasi orang tua dengan anaknya. Dalam proses kegiatan belajar

dirumah, seorang anak akan membutuhkan bimbingan orang tua. Ketika anak

sukar untuk belajar maka sangat dibutuhkan saling tukar pikiran. Dengan bertukar

pikiran, anak akan mengutarakan pendapatnya tentang kesukaran yang dialami

dan orang tua dapat memberikan motivasi sesuai yang dibutuhkan.

2) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga dimana seorang anak tinggal dan belajar, dalam belajar

seorang anak sangat memerlukan ketenangan dan ketentraman untuk belajar.

3) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga akan sangat mempengaruhi konsentrasi seorang

anak untuk belajar, jika seorang anak hidup dalam keluarga yang kurang mampu

akan mengakibatkan beberapa kebutuhan seorang anak tidak terpenuhi, dan akan

mengakibatkan anak tersebut terganggu konsentrasinya dalam belajar.

4) Pengertian orang tua

Dalam belajar seorang anak sangat memerlukan dorongan dari orang tua,

apabila ketika sedang belajar anak diganggu dengan pekerjaan rumah maka akan

menimbulkan gangguan untuk belajar.

(7)

Linia Primanita Riyanti, 2015

Tingkat kebudayaan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

seorang anak dalam belajar, agar anak memiliki semangat dalam belajar harus

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.

b. Faktor Perguruan Tinggi

1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui di dalam

mengajar, metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

mahasiswa yang kurang baik pula. Agar mahasiswa dapat belajar dengan baik

maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan efektif sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberikan kepada

mahasiswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar

mahasiswa menerima, menguasai dan mengambangkan bahan pelajaran itu.

Seperti yang diungkapkan Slameto (2003, hlm. 93),

Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa. Disamping kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat.

Maka jelas, bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar mahasiswa. Bahan

pelajaran haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Apabila kurikulum

tersebut kurang baik maka akan berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

3) Relasi dosen dan mahasiswa

Menurut Ladjid (2005, hlm. 114), “Dalam komponen-komponen yang

berpengaruh terhadap hasil belajar, komponen guru lebih menentukan karena ia

akan mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses

belajar mengajar”. Guru di perguruan tinggi dikenal dengan sebutan dosen,

dimana proses belajar mengajar terjadi antara dosen dan mahasiswa. Relasi antara

(8)

Linia Primanita Riyanti, 2015

dan kesenjangan agar materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik dan

cara belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh relasi tersebut.

4) Relasi mahasiswa dengan mahasiswa

Kebanyakan mahasiswa akan tidak nyaman berada didalam kelas dikarenakan

kurangnya interaksi sosial antar mahasiswa lain. Sosialisasi dalam belajar

khususnya saat memasuki lingkungan sosial baru di bangku pendidikan amatlah

penting. Jika dalam proses belajar mahasiswa kurang dapat bersosialisasi dengan

baik akan menyebabkan mahasiswa tersebut diasingkan dalam kelompok tersebut

dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya keadaan yang kurang harmonis dalam

kegiatan belajar mengajar.

5) Disiplin kampus

Kedisiplinan kampus erat hubungannya dengan kerajinan mahasiswa dalam

kampus dan dalam belajar, kedisiplinan kampus mencakup kedisiplinan seorang

dosen dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib sesuai pedoman akademik

UPI.

6) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar, karena alat pelajaran

yang dipakai oleh seorang dosen pada waktu mengajar dipakai pula oleh seorang

mahasiswa untuk menerima bahan yang diajarka. Alat pelajaran yang lengkap dan

tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada

mahasiswa, jika seorang mahasiswa mudah menerima pelajaran dan

menguasainya, maka belajarnya akan menajadi lebih giat dan lebih maju kearah

yang lebih baik.

7) Keadaan kelas dan gedung

Keadaan tempat belajar termasuk hal yang menentukan kenyamanan dalam

belajar. Jumlah mahasiswa sudah sepatutnya disesuaikan dengan bentuk dan luas

ruangan juga jumlah pengajar. Apabila hanya ada satu dosen dengan jumlah

mahasiswa lebih dari 50, atau ada dua dosen dengan jumlah mahasiswa lebih dari

50 tetapi ruang belajar sempit maka dosen sulit menyampaikan materi pelajaran

dan tentunya mahasiswa sulit menyerap pelajaran tersebut. Selain itu, ruang kelas/

(9)

Linia Primanita Riyanti, 2015

mempengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa, sesuai dengan pendapat Thontowi

(1991) yang menyatakan bahwa

Ruang kelas yang kotor, berdebu, dan kurang ventilasi dapat mengganggu kesehatan, terutama pernapasan sehingga proses belajar mengajar dapat mengalami gangguan. Demikian juga situasi dalam kelas yang bising, ribut, tidak memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. (hlm. 1005)

8) Tugas rumah

Waktu belajar utama adalah di kampus, tetapi apabila dilihat dari alokasi waktu

yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar hanya sebentar maka

pemberian tugas rumah merupakan alternatif yang cukup baik bagi seorang dosen

dalam pemberian materi. Khususnya dalam belajar musik tentunya latihan rutin

harus lebih banyak dilakukan di luar jam kuliah. Hal itu bertujuan agar materi dan

praktik sesuai tersampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses

belajar mengajar.

c. Faktor masyarakat

1) Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat

Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya, tetapi jika mahasiswa terlalu banyak mengikuti

kegiatan berorganisasi dalam masyarakat, maka kegiatan belajarnya akan

terganggu terlebih bila mahasiswa tersebut sulit dalam membagi waktu.

2) Media masa

Menurut Ahmadi (1991) menyatakan bahwa faktor media masa meliputi,

bioskop, surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Hal-hal tersebut dapat menjadi peenghambat dalam belajar apabila terlalu banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal tersebut, sehingga melupakan belajar. (hlm. 87)

Oleh sebab itu, perlu kiranya kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua

maupun dari dalam diri sendiri. Karena terlalu sering menonton bioskop,

mendengar radio, menonton televisi, membaca yang bukan termasuk buku

pelajaran adalah mengganggu aktivitas belajar.

3) Teman bergaul

Pengaruh dari teman di lingkungan masyarakat akan lebih cepat masuk

(10)

Linia Primanita Riyanti, 2015

tersebut berkecimpung dibidang yang sama atau berkuliah di tempat yang sama.

Namun apabila teman sepergaulan tersebut tidak mengenyam pendidikan atau

pergaulannya tidak baik maka akan mempengaruhi perilaku mahasiswa. Perilaku

yang tidak baik tentunya akan mengakibatkan proses belajar yang tidak baik pula.

4) Bentuk kehidupan masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai

kebiasaan buruk akan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan mahasiswa yang

berada dilingkungan tersebut. Karena biasanya mahasiswa akan lebih tertarik

dengan apa yang dilakukan dan diperbuat di lingkungan tempat ia tinggal.

Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas mengenai faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar secara umum, peneliti ingin menggambarkan kondisi

internal maupun eksternal kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa musik UPI

2010 sebagai fokus penelitian dari mengapa mahasiswa musik UPI 2010 memiliki

kesulitan belajar. Faktor-faktor diatas sangat memperngaruhi kesulitan belajar

yang dialami mahasiswa musik UPI 2010. Oleh karena itu peneliti ingin

menggambarkan kondisi internal maupun eksternal dari sebagian mahasiswa yang

dianggap mengalami kesulitan belajar.

B. Proses Perkembangan Manusia

Setiap makhluk hidup yang diciptakan pasti mengalami peristiwa

perkembangan. Manusia merupakan makhluk hidup yang mengalami pristiwa

perkembangan. Perkembangan manusia meliputi dimensi (cakupan dan ukuran)

rohaniah dan jasmaniah yang tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi

juga aspek biologis.

Mc Leod (1989) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru

(Syah, 2004) mengemukakan bahwa

Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya, pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). (Hlm. 41)

Dalam kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan ialah

(11)

Linia Primanita Riyanti, 2015

kehidupan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah dan ukuran

maupun dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan lain lain. Setiap

perkembangan manusia tentunya mengalami proses dari mulai fase bayi hingga

fase setengah baya. Namun saat memasuki perguruan tinggi, mahasiswa

umumnya berada pada fase remaja menuju fase dewasa awal. Dalam

pembentukannya tentunya mengalami fase-fase yang mempengaruhi.

a. Fase bayi dan kanak-kanak

Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood)

berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai

berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) adalah

masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia antara lima

atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat,

tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.

b. Fase anak-anak

Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun

dengan ciri-ciri utama sebagai berikut: 1) memiliki dorongan untuk keluar dari

rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group); 2) keadaan fisik yang

memungkinkan/ mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang

membutuhkan keterampilan jasmani; 3) memiliki dorongan mental untuk

memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas.

c. Fase remaja

Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub

masa perkembangan sebagai berikut: 1) subperkembangan prepuber selama

kurang lebih dua setengah sampai tiga setengah tahun; 2) subperkembangan puber

selama dua setengah sampai tiga setengah tahun; 3) subperkembangan post-puber,

yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih terus berlangsung pada

bagian-bagian organ tertentu. Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai

menampakkan tanda-tanda kedewasaan.

Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang

lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun pada pria.

Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh

(12)

Linia Primanita Riyanti, 2015

para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan tak jarang para penegak

hukum pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang

menyimpang.

d. Fase dewasa

Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan saat seorang

remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum

memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang

dewasa (late adolescence) atau masa remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21

atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli pada masa post-puber

proses perkembangan organ-organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah sangat

lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.

Sesuai dengan pendapat Mangunhardjana (1986)

“kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15-21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, adolescens, yang mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV”. (hlm. 12)

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa

angkatan 2010 yang memasuki jenjang perkuliahan dimulai pada usia 18-20 tahun

dan menjalani perkuliahan hingga usia maksimal 25-27 tahun. Menunjukan bahwa

mahasiswa berada di fase remaja menuju fase dewasa awal atau tergolong kaum

muda. Dimana masa remaja atau kaum muda dikenal sebagai masa yang penuh

kesukaran dan persoalan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Syah (2004)

mengemukakan bahwa

... individu remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal (mematikan). (hlm. 52)

Dari kutipan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa

angkatan 2010 berada dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari fase remaja

(13)

Linia Primanita Riyanti, 2015

baik akan mengalami keadaan yang buruk. Hal itu dapat terjadi pada mahasiswa

yang memiliki kesulitan belajar dengan fase perkembangan yang tidak berjalan

dengan baik maupun memiliki latar belakang yang tidak baik.

C. Kondisi Fase Remaja Menuju Fase Dewasa Awal

Pada mahasiswa angkatan 2010 yang baru memasuki jenjang perkuliahan

tentunya akan menuju fase dewasa awal, dimana pada masa itu mahasiswa

mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional,

sosial, moral, dan religius dengan segala permasalahannya. Proses perkembangan

pada remaja atau kaum muda menurut Mangunhardjana (1986) ialah sebagai

berikut:

1. Perkembangan Mental

Perkembangan mental nampak pada gejala-gejala perubahan dalam

perkembangan intelektual, dalam cara berpikir. Dengan meninggalkan masa

kanak-kanak, kaum muda juga meninggalkan cara berpikir seperti kanak-kanak

dan mulai berpikir sebagai orang dewasa.

2. Perkembangan Emosional

Perkembangan emosional kaum muda ada hubungannya dengan perkembangan

fisik. Perkembangan nampak pada semangat mereka yang meletup-letup,

perpindahan gejolak hati yang cepat, munculnya sikap-sikap masa bodoh, keras

kepala dan tingkah laku yang tidak jarang hingar-bingar.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial kaum muda menyangkut perluasan jalinan hubungan

dengan orang lain. Dengan lewatnya umur kanak-kanak dan berkat pertumbuhan

fisik mereka, pergaulan kaum muda tidak terbatas lagi dengan orang-orang dalam

lingkungan keluarga, tetapi meluas ke teman-teman sebaya, orang-orang di

lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas.

4. Perkembangan Moral

Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang lain

daripada masa sebelumnya. Pada masa kanak-kanak, bagi mereka hidup ini terasa

sederhana. Ada hal yang jelas-jelas baik dan buruk. Ada tindakan yang jelas-jelas

(14)

Linia Primanita Riyanti, 2015

5. Perkembangan Religius

Pada masa kanak-kanak kegiatan keagamaan dilakukan karena meneladan atau

diperintah orang tua atau tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh atas diri

mereka. Pada umur-umur menjelang dewasa, praktek ajaran bahkan yang Mutlak

sendiri dipertanyakan.

D.Belajar Mengajar di Departemen Pendidikan Seni Musik

Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

paling utama. Merupakan interaksi semua komponen atau unsur dalam kegiatan

mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan

yang tak terpisahkan untuk mencapai tujuan. Sesuai pendapat Usman (2001, hlm.

4) yang mengemukakan bahwa “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang

mengandung serangkaian aktivitas guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dalam kegiatan belajar mengajar di Departemen Pendidikan Seni Musik UPI,

tentunya berbeda dengan proses belajar saat masih duduk di bangku SMA dan

berbeda pula dengan jurusan lain. Karena proses belajar mengajar di Departemen

Pendidikan Seni Musik UPI harus seimbang antara teori dan praktik, juga antara

musik tradisional dan modern, selain itu di UPI perlu menjalani perkuliahan untuk

pendidikan guru. Mata kuliah yang harus di kontrak dan dijalani ialah sebanyak

146 sks, dengan komponen sebagai berikut:

1. MKU dengan jumlah sks sebanyak 14 sks yang terdiri dari pendidikan agama,

pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa indonesia, Pendidikan

Lingkungan Sosial, Budaya, dan Teknologi (PLSBT), seminar pendidikan

agama, pendidikan jasmani dan olahraga, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

2. MKP dengan jumlah sks sebanyak 18 sks yang terdiri dari:

a. MKDP untuk pendidikan guru yang meliputi landasan pendidikan,

perkembangan peserta didika, bimbingan dan konseling, kurikulum dan

pembelajaran, dan pengelolaan pendidikan.

b. MKKP Seni Musik (Teoritik) untuk kependidikan guru yang meliputi

(15)

Linia Primanita Riyanti, 2015

pembelajaran musik, media pembelajaran musik, dan metode penelitian

pendidikan musik.

c. MKLP yaitu Program Latihan Profesi (PLP)

3. MKK Seni Musik yang meliputi TDM I, TDM II, vokal I, vokal II, piano I,

piano II, kewirausahaan, kawih, paduan suara, tembang, akustik, sejarah dan

analisis musik indonesia I, sejarah dan analisis musik indonesia II, sejarah dan

analisis musik barat I, sejarah dan analisis musik barat II, ensambel I,

angklung, komposisi I, komposisi II, direksi I, direksi II, gamelan jawa,

gamelan bali, gamelan pelog salendro I-IV, gamelan degung I, gamelan degung

II, harmoni I, harmoni II, aransemen, manajemen pertunjukan, apresiasi musik,

apresiasi bahasa dan seni, pengantar statistika, dan instrumen pilihan wajib I-V.

Agar kegiatan belajar mengajar musik dapat berlangsung sesuai karakteristik

yang diharapkan, haruslah memperhatikan dan menerapkan prinsip khusus dalam

kegiatan belajar mengajar musik.

Jamalus dan Busroh (1992, hlm. 112-120) mengemukakan, “dalam proses

belajar mengajar seni musik pada pendidikan dasar ada beberapa komponen yang

harus diperhatikan, yaitu: tujuan pengajaran, materi dan bahan pengajaran, dan

metode pengajaran”.

Terkait dengan apa yg telah disampaikan, tujuan pengajaran musik pada

pendidikan dasar hendaknya dirumuskan sesuai dengan tujuan yang tertera dalam

kurikulum yang berlaku dan tujuan umum pendidikan yang di cita-citakan, yaitu

pembentukan pribadi mahasiswa dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.

Program studi Departemen Pendidikan Seni Musik FPSD yang dulunya jurusan

Sendratasik FPBS UPI merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia

yang berorientasi pada dua budaya, yaitu budaya musik Barat dan musik

Indonesia. Didalam kurikulum tercermin beberapa kompetensi yang diharapkan:

1. Penguasaan budaya musik Barat baik teori maupun praktek alat musik

termasuk konsep pelaksanaan dalam proses belajar mengajar.

2. Peran budaya musik Indonesia baik dari daerah setempat maupun dari daerah

lain lebih ditingkatkan.

(16)

Linia Primanita Riyanti, 2015

aplikasi bahan pelajaran serta peningkatan simulasi mengajar. Konsep ini pula

disampaikan diluar Program Studi Pendidikan Seni Musik seperti pada Mata

Kuliah Umum (MKU).

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajarannya

dosen dapat melakukan interprestasi terhadap kurikulum dan GBPP Pendidikan

Seni Musik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mahasiswa.

E.Karakteristik Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar

Di dunia pendidikan, peserta didik atau mahasiswa adalah subjek yang akan

menerima dan mewarisi misi dan tujuan pendidikan melalui kegiatan belajar

mengajar. Di jenjang perkuliaahan, mahasiswa mengalami masa transisi. Berbeda

dengan saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

sederajat, Mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri, kreatif dan memiliki wawasan

yang jauh lebih luas. Dalam mengikuti semua perkuliahan tersebut dan dengan

latar belakang mahasiswa yang beraneka ragam tentu proses dan hasil belajar pun

berbeda-beda. Pada awal masuk perkuliahan, setiap mahasiswa memiliki latar

belakang yang berbeda-beda, baik latar belakang intrinsik maupun dikarenakan

penerimaan mahasiswa baru UPI yang dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur, yaitu

Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang bersifat

nasional dan jalur Non SNMPTN yang dilaksanakan langsung oleh UPI.

Perbedaan latar belakang pada mahasiswa pula dipengaruhi oleh banyak hal.

Seperti mahasiswa yang bersekolah di Sekolah Menengah yang berbasis musik

berbeda dengan mahasiswa yang sebelumnya bersekolah di SMA biasa dan

mahasiswa yang mempelajari musik secara otodidak dengan mahasiswa yang

sebelumnya mengikuti les musik juga memiliki perbedaan. Dari latar belakang

yang berbeda tersebut akan terlihat pula perbedaan bakat dan potensi yang

dimiliki masing masing mahasiswa. Tapi tentunya hampir semua mahasiswa

memiliki minat yang sama untuk mengembangkan bakat dan potensi di bidang

(17)

Linia Primanita Riyanti, 2015

mengikuti semua perkuliahan dengan baik tanpa melihat perbedaan latar belakang

tersebut, tentunya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Mahasiswa pada tentunya mengalami transisi (masa peralihan), berawal dari

siswa kemudian menuju kearah kedewasaan dengan status mahassiswa, sudah

seharusnya dapat beradaptasi dijenjang Perguruan Tinggi sesuai dengan peran dan

jabatan yang disandang sebagai mahasiswa. Sudjana (1995, hlm. 28)

mengemukakan, “Apabila kita berbicara tentang belajar, maka kita berbicara

bagaimana mengubah tingkah laku seseorang”. Sejalan dengan itu, Usman (2001, hlm. 5) belajar diartikan sebagai “proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

lingkungannya”.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa selaku peserta

didik diharapkan mengubah tingkah laku dan kebiasaan menjadi lebih baik,

karena dunia pendidikan dijenjang perkuliahan adalah transisi masa remaja ke

arah kedewasaan. Selain perubahan tingkah laku dan kebiasaan pada mahasiswa,

perubahan ke arah positif lainnya pun sangat diharapkan dalam kegiatan belajar

mengajar. Berkaitan dengan hal itu, Sardiman (2001) mengemukakan bahwa

... Usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membentuk suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi membentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah

laku pribadi seseorang”. (hlm. 21)

Berdasarkan peendapat Sadirman, maka seseorang atau individu yang telah

mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik

perubahan dalam bertambahnya ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap maupun

perubahan lain yang ada pada diri individu yang belajar haruslah bersifat positif.

F. Kedudukan Dosen dalam Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan. Dijenjang perkuliahan pengajar atau biasa disebut dosen, ialah

sebagai pemegang peranan utama. Sebagai pemegang peran utama, maka

(18)

Linia Primanita Riyanti, 2015

ditentukan oleh dosen yang aka n mengajar. Dosen berperan penting dalam

keberlangsungannya kegiatan belajar mengajar yang efisien dan efektif. Salah satu

tanda bahwa kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan efisien dan efektif,

jika dalam kegiatan belajar mengajar itu terjadi suatu interaksi. Menurut pendapat

Usman (2001, hlm. 4). “Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan

siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar”.

Dalam perkuliahan, interaksi belajar mengajar dilakukan oleh dosen sebagai

pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Interaksi dalam kegiatan belajar

mengajar yang diharapkan dapat terwujud adalah interaksi yang bersifat dan

mengandung makna edukatif. Menurut Djamarah dan Zain (2002, hlm. 10),

“Secara khusus dalam proses belajar mengajar dosen berperan sebagai pengajar, pembimbing, administrator dan lain-lain”. Untuk itu wajar bila seorang pengajar

harus memahami sepenuhnya segenap aspek pribadi anak didik, terutama dosen

pembimbing akademik yang berperan sebagai orang terdekat di lingkungan

perkuliahan atau kampus. Selaku dosen pembimbing akademik, sangat diperlukan

memiliki kedekatan dan interaksi sosial yang baik agar dosen pembimbing

akademik mengetahui aspek pribadi dari mahasiswanya. Aspek pribadi dari anak

didik yang perlu diperhatikan oleh pengajar ialah:

a. Kecerdasan dan bakat khusus;

b. Prestasi sejak permulaan kuliah;

c. Perkembangan jasmani dan kesehatannya;

d. Kecendrungan emosi dan karakternya;

e. Sikap dan minat belajar;

f. Cita-cita;

g. Kebiasaan belajar dan bekerja;

h. Hobi dan penggunaan waktu senggang;

i. Hubungan sosial di kampus dan dirumah;

j. Latar belakang keluarga;

k. Lingkungan tempat tinggal;

(19)

Linia Primanita Riyanti, 2015

Sesuai dengan isi dalam buku Pedoman Akademik UPI 2010 terkait tugas

dosen pembimbing akademik terhadap mahasiswa:

1) Bimbingan Studi

Bimbingan studi adalah segala kegiatan yang berfungsi membantu mahasiswa

dalam penyelesaian studinya, antara lain:

a) Perencanaan studi secara efektif dan efisien dari awal sampai selesai;

b) Bimbingan dalam pengambilan rencana studi semester (kontrak kredit) pada

setiap awal semester;

c) Bimbingan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa;

d) Bimbingan dalam kegiatan-kegiatan lain yang dipandang perlu.

2) Monitoring dan Evaluasi Studi Mahasiswa

Monitoring dan evaluasi studi mahasiswa dilakukan oleh Dosen Pembimbing

akademik, Ketua Jurusan dan atau Ketua Prodi kepada mahasiswa terutama pada

semester pertama.

Dosen Pembimbing Akademik wajib melaporkan dan memberikan

rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi studi mahasiswa tersebut.

Dosen Pembimbing Akademik dapat merekomendasikan mahasiswa tersebut

melanjutkan perkuliahan di Jurusan/Prodi yang sama, pindah Jurusan/Prodi atau

rekomendasi lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dosen pembimbing akademik

perlu mengetahui latar belakang setiap mahasiswa yang dibimbingnya. Antara

dosen pembimbing akademik dan mahasiswanya perlu dijalin komunikasi yang

baik pula. Karena dosen pembimbing akademik seharusnya lebih peka terhadap

permasalahan yang di hadapi mahasiswanya. Apabila sudah terjalin komunikasi

yang baik antara dosen pembimbing akademik dengan mahasiswa, maka apabila

teridentifikasi mahasiswa tersebut memiliki kesulitan belajar, sedini mungkin

(20)

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this ®eld study was to evaluate the effectiveness of winter cover crop incorporation and gypsum applications relative to conventional fallows for improving

Kelompok makanan jajanan pada butir (a) dilakukan pembinaan dengan melengkapi fasilitas dan sarana pedagang makanan jajanan. Pembentukan sentra pedagang makanan jajanan di

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 01/21/PP-PL/POKJA XXI/2016 Tanggal 26 Septembe 2016 dan Berita Acara Hasil pelelangan Nomor : 01/21/BAHP-PL/POKJA XXI/2016 Tanggal 23

Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun

Dr H Suherman Rosyidi, Direktur Program Magester Manajemen Unair (universita Airlangga) Surabaya mengatakan/ Krisis ekonomi global terjadi karena fundamental ekonomi di

Nelayan Bangka Jaya Tidak Lulus Teknis dikarenakan Tidak mencantumkan jadwal pelaksanaan dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.. Evaluasi Harga dan

Dari hasil penelitian pemodelan molekul ini dapat disimpulkan bahwa senyawa N -(3,4- dimetilbenzoil)- N’ -feniltiourea paling layak untuk disintesis dan dilanjutkan dengan uji

Pada hari ini Selasa tanggal Satu bulan Maret tahun Dua Ribu Enam Belas pukul 16.00 WIB, Panitia Pengadaan Pokja I Jasa Konsultansi Tahun 2016 berdasarkan SK Nomor :