• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Humanistik Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19 Fauzan, Bilqis Firyal Nabilah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kepemimpinan Humanistik Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19 Fauzan, Bilqis Firyal Nabilah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

84

Kepemimpinan Humanistik Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19

Fauzan, Bilqis Firyal Nabilah

IAI Al-Khairat Pamekasan, Sekolah Dasar Muslim Cendekia Kota Batu Email: masfauzan@gmail.com, cahayafiryal@gmail.com

Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan kepemimpinan humanistik dalam membangun budaya belajar siswa sekolah dasar di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19. Kajian ini adalah kajian pustaka untuk mendapatkan informasi bagaimana membangun budaya belajar siswa sekolah dasar pada masa pandemi Covid-19, tantangan budaya belajar siswa sekolah pada masa pandemi Covid-19, dan penerapan kepemimpinan humanistik kepala sekolah dalam membangun budaya belajar siswa sekolah dasar pada masa pandemi Covid-19. Dalam kajian ini didapati bahwa dengan kebijakan belajar di rumah, menguatkan peran orang tua dalam mendampingi anaknya dalam membangun budaya belajar terutama anak usia sekolah dasar.

Belajar dirumah dapat memanfaatkan kelas online dengan menggunakan google classroom, zoom, dan podcast oleh guru. Belajar di rumah tentu berbeda dengan belajar di sekolah karena anak harus beradaptasi dengan cara belajar yang berbeda. Karenanya peran orang tua sangat menentukan dalam terbangunnya budaya belajar di rumah. Untuk membangun budaya belajar di rumah, kepala sekolah dapat menerapkan kepemimpinan humanistik, dimana pemenuhan kebutuhan anak-anak selama belajar di sekolah merupakan tangung jawab guru dan kepala sekolah, kini beralih kepada orang tua. Kepala sekolah dapat menerapkan kepemimpinan humanistik agar 5 hirarki kebutuhan anak (kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri) terpenuhi selama belajar di rumah sehingga anak-anak tetap belajar di rumah di tengah pandemi Covid-19.

Kata kunci: kepemimpinan humanistik, pandemi Covid-19, budaya belajar, belajar di rumah.

Abstract: The study aims to identify the application of humanistic leadership in building a culture of elementary school student learning in the midst of the outbreak of the Covid-19 pandemic. This study is a literature study to obtain information on how to build a learning culture of elementary school students during the Covid-19 pandemic, challenges to the learning culture of school students during the Covid-19 pandemic, and the application of the principal's humanistic leadership in building a culture of learning of elementary school students during the pandemic Covid-19. In this study found that the learning policy at home, strengthened the role of parents in assisting their children in developing a culture of learning, especially elementary school age children. Learning at home can take advantage of online classes by using google classroom, zoom, and podcasts by the teacher. Studying at home is certainly different from studying at school because children must adapt to different ways of learning. Therefore the role of parents is crucial in the development of a culture of learning at home. To build a culture of learning at home, principals can apply humanistic leadership, where fulfillment of the needs of children when they studied at school is the responsibility of teachers and principals, now turning to parents. Principals can apply humanistic leadership so that the 5 hierarchies of children's needs (physiological needs, safety needs, compassion and belonging needs, self-esteem needs, and self-actualization needs) are fuldilled during they study at home so that children continue to learn at home in the middle of the Covid-19 pandemic.

Keywords: humanistic leadership, covid-19 pandemic, learning culture, learning at home

(2)

85 Pendahuluan

Pandemi Covid 19 yang melanda dunia saat ini berdampak luar biasa terhadap sektor kehidupan manusia. Sijabat (2020) menyebutnya Pandemi Covid-19 berdampak sangat bersar terhadap bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan lainnya. Banyak negara di dunia memutuskan menutup sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Dampak ini sangat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Belajar online yang diterapkan sekolah tidak hanya menjadi solusi pendidikan, tetapi menjadi kendala bagi produktifitas orang tua, dan bagi kehidupan sosial dan pembelajaran anak-anak di rumah (Burgess dan Sievertsen, 2020). WHO memperkirakan bahwa sedikitnya 107 negara telah menerapkan penutupan sekolah terkait COVID -19, yang mempengaruhi 862 juta anak-anak dan remaja, kira-kira setengah dari populasi siswa global (Viner dkk., 2020)

Dampak Covid-19 yang demikian dahsyat menuntut semua sektor termasuk pendidikan untuk berfikir keras mengantisipasi penyebaran virus ini. Begitu juga Indonesia, yang terdampak penyebaran virus ini juga merespon dengan cepat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Bapak Nadiem Anwar Makarim mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020) . Surat edaran tersebut berisi pembatalan Ujian Nasional, belajar dari rumah, ujian dilaksanakan dengan tidak mengumpulkan siswa, dan penerimaan peserta didik baru secara daring (Pusdiklat Kemdikbud, 2020).

Diterbitkannya Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tersebut menjadi tantangan bagi kepala sekolah dalam pengelolaan pembelajaran yang tentu berbeda dengan saat kondisi normal. Kepala sekolah yang memiliki peranan vital dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah, harus berfikir keras dalam membangun atmosfir belajar siswa yang tidak dilakukan secara tatap muka (Habegger, 2008). Kepala sekolah berada di garda terdepan dalam kepemimpinan efektif di sekolah agar proses pembelajara pada masa pandemi covid tetap berjalan dengan situasi dan kondisi yang berbeda.

Pembelajaran tanpa tatap muka dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

belajar secara online merupakan salah satu strategi dalam proses pembelajaran. Namun belajar tanpa tatap muka, tidaklah mudah karena dihadapkan dengan berbagai tantangan (Davidson, 2012). Karena tentu membutuhkan adaptasi, teknis yang tepat, dan tentu menghadapi berbagai tantangan baik gurunya, siswanya, dan lingkungan keluarga siswa yang membutuhkan kesiapan dalam menemani dan mengawasi anak-anaknya dalam proses pembelajaran. Masalah lainnya menurut Swan (2017) terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Bagaimanapun peran guru dalam pembelajaran tidak tergantikan (Komalasari, 2019).

Kompetensi guru, orang tua siswa, dan siswa dalam penggunaan teknologi perlu mendapatkan perhatian kepala sekolah karena dengan adanya pandemi Covid-19 penggunaan teknologi sebagai alat pembelajaran menjadi lebih dominan sementara pembelajaran tatap muka langsung lebih efektif dan maksimal. Karena guru merupakan aktor utama dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran seperti teknologi merupakan alat bantu dalam memudahkan guru dalam mengajar dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.

Karenanya kepala sekolah harus mampu mengelola sistem pembelajaran di tengah merebaknya wabah covid-19 ini yang mengharuskan siswa belajar di rumah, dengan memperhatikan semua elemen termasuk guru selaku subjek utama, siswa sebagai objeknya, dan orang tua siswa yang menemani, mendampingi, dan mengawasi anaknya dalam pembelajaran di rumah.

Kepemimpinan humanistik dapat diterapkan pada masa pandemi covid-19 ini dengan memperhatikan ketiga faktor utama di atas yaitu guru, siswa, dan orang tua dalam menciptakan budaya belajar siswa dengan senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kajian ini bertujuan mengidentifikasi bagaimana pendekatan humanistik dalam kepemimpinan kepala sekolah dasar mampu membangun budaya belajar siswa pada masa pandemi Covid-19.

(3)

86 1. Metode

Kajian ini adalah kajian pustaka untuk memperoleh makna mendalam tentang kepemimpinan humanistik kepala sekolah dalam membangun budaya belajar siswa sekolah dasar pada masa pandemi Covid-19.

2. Pembahasan

a. Kepemimpinan Humanistik

Pendidikan bertujuan untuk memastikan siswa memiliki keterampilan dan kompetensi generik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Ozoliņš, 2018). Dalam pemahaman yang lebih luas, pendidikan diharapkan mampu membentuk individu yang memiliki pandangan jauh ke depan dan mampu berfikir kreatif sehingga mampu menghadapi berbagai masalah kehidupan. Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan proses terutama kepemimpinan yang efektif yang mampu menghadirkan sekolah yang dapat melaksanakan tujuan pendidikan secara efektif.

Kepemimpinan humanistik dianggap sebagai salah satu model yang tepat digunakan dalam kepemimpinan sekolah terutama pada zaman yang penuh dengan keragaman budaya saat ini karena model ini memperhatikan nilai-nilai kemanusiaa dalam prakteknya (Steffen &

Rezmovits, 2018). Dalam implementasinya, proses pendidikan dihadapkan keterlibatan manusia baik sebagai subjeknya seperti guru dan orang tua siswa maupun sebagai objeknya yaitu siswa. Karenanya subjek dan objeknya merupakan manusia, maka perlu pendekatan humanisme (Qodir, 2017). Dengan demikian pendekatan humanistik dapat diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan.

Pirson dan Lawrence (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan humanistik merupakan pradigma dari kempemimpinan transformatif yang secara aktif menyeimbangkan kepentingan pribadinya dan pada saat yang sama membantu pengikutnya. Kepemimpinan humanistik merupakan seperangkat prinsip yang berorientasi pada pengembangan pengalaman manusia yang dipandu oleh nilai-nilai dasar dan berfokus pada kebaikan bersama.

Model kepemimpinan ini berupaya membangun hubungan pemimpin dan anggotanya serta mempertimbangkan posisi dan suara individu dalam masyarakat (Rodríguez-Lluesma dkk., 2014). Pemimpin humanistik senantiasa menginspirasi anggotanya, merangsang intelektual dan melibatkan emosional mereka dalam organisasi, menjaga hubungan dan komitmen jangka panjang yang positif untuk tujuan bersama (Davila & Elvira, 2012). Dengan demikian kepemimpinan humanistik adalah model kepemimpinan yang dibangun atas dasar nilai-nilai humanisasi yang dilakukan dengan mengembangkan potensi anggota organisasi, membangun hubungan dengan anggota, menginspirasi dan merangsang intelektual anggota, dan menjaga komitmen jangka panjang organisasi

Kepemimpinan humanistik merupakan aliran baru psikologi yang dipelopori oleh Abraham Maslow yang dilatarbelakangi oleh ketidak puasan terhadap pandangan behaviorisme tentang sifat dan metode manusia yang menggunakan psikologi tradisional (DeCarvalho, 2010). Para psikolog behaviorisme memandang manusia dari sisi analisa kejiwaan, sehingga dianggap sekakan-akan manusia mirip dengan mesin. Sedangkan manusia adalah makhluk dengan keunikannya yang memiliki ciri-ciri tertentu seperti asimilasi yaitu berkembang dan mengembangkan diri, dan cenderung memproduksi dan melipatgandakan dirinya(Leahy, 1993). Maka lahirlah aliran baru yaitu psikologi humanis yang salah satu pelopornya Abraham Maslow(Muazaroh & Subaidi, 2019).

Psikologi humanistik lebih relevan diterapkan dalam sebuah organisasi karena model ini menekankan makna, etika, kreatifitas yang dibutuhkan (Serlin, 2011). Menurut Maslow manusia bukanlah materi yang harus dikekang. Manusia adalah materi yang dapat berkembang tinggi dan diberikan kebebasan dalam bergerak. Karenanya kebutuhan manusia harus terpenuhi agar dapat mengaktualisasikan dirinya (Setiawan, 2014).

Teori ini dikenal dengan Maslow’s Need Hierarchy Theory atau A Theory of Human Motivation. Maslow mengemukakan teori motivasi yang berpusat pada keinginan individu

(4)

87

untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Maslow telah menyusun hierarki lima tingkat kebutuhan dasar (Jones, 2017). Abraham Maslow menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia meliputi kebutuhan biologis dan psikologis baik materiil maupun non materiil (Hasibuan &

Malayu , 2007).

Abraham Maslow dalam Goble (1971) mengemukakan bahwa pada prinsipnya manusia memiliki kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar tersebut oleh Maslow digambarkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk pyramid yang perlu dipenuhi secara periodik dimulai dari dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks. Peringkat kebutuhan ini akan terpenuhi jika kebutuhan sebelumnya terpenuhi.

Abraham Maslow menggunakan pendekatan psikologis dalam memaknai kehidupan manusia. Psikolog humanis mempercayai bahwa setiap manusia memiliki keinginan kuat untuk merealisasikan potensi dirinya, untuk mencapai aktualisasi diri. Ia berpandangan bahwa manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya, memiliki puncak pengalaman melebihi manusia yang tidak mampu mengaktualisaikan dirinya. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai Teori Hirarki Kebutuhan (Sudewi, 2011). Kerangka kebutuhan dasar Maslow sebagaimana dalam gambar berikut:

Abraham Maslow’s Theory of a Hierarchy of Needs (Jones, 2017)

Berdasarkam gambar tersebut, Maslow menjelaskan bahwa manusia memerlukan kebutuhan menurut tingkat hierarki dari yang paling mendasar hingga yang paling kompleks.

Tingkat pertama yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisiologi, yaitu kebutuhan yang bersifat fisik seperti rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya. Tingkatan kedua yaitu kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan terlindungi, dan jauh dari bahaya. Tingkatan ke tiga yaitu kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan rasa cinta dan memiliki seperti kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, diterima orang lain, dan rasa memiliki. Tingkatan ke lima yaitu kebutuhan akan penghargaan, seperti kebutuhan untuk berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan dan pengakuan.

Dengan terpenuhinya 5 kebutuhan guru yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri, maka dapat meningkatkan kinerja guru. Guru dapat bekerja dengan baik karena kebutuhan mendasarnya mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi terpenuhi.

Maslow’s Need Hierarchy Theory berdampak pada bidang lain, termasuk pendidikan sehingga terbentuklah pradigma pendidikan (DeCarvalho, 2010). Ini berarti bahwa psikologi humanistik dapat juga diterapkan dalam kepemimpinan.

b. Membangun Budaya Belajar pada masa Pandemi Covid-19 bagi Siswa Sekolah Dasar Wabah pandemi Covid-19 berdampak serius terhadap pendidikan di dunia termasuk Indonesia. (Khasanah dkk., 2020) menyebutnya bahwa dampak Covid-19 yang luar biasa memaksa Indonesia menerapkan status darurat nasional. Kondisi ini mempengaruhi penerapan

(5)

88

kebijakan pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 yang salah satu isinya merekomendasikan belajar dari rumah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Kebijakan ini merupakan penerapan anjuran pemerintah tentang stay at home dan physical distancing.

Penerapan belajar dari rumah menguatkan peran orang tua sebagai pendidik. Mereka dituntut untuk merencanakan, melaksanakan, dan melaksanakan pendidikan di rumah (Subarto, 2020). Namun demikian tetap harus ada komunikasi antara orang tua dan guru, karena kelangsungan pendidikan di rumah tetap harus atas koordinasi guru sekolah. Megawati dan Kahar (2017) dalam kajiannya tentang “ Pengaruh Komunikasi Orang Tua dengan Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajara” menyimpulkan bahwa komunikasi orang tua dengan guru sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Komunikasi antara orangtua dengan guru dibangun dengan tujuan semata-mata untuk kepentingan kemajuan belajar anak (Rusyanto, 2019). Orang tua harus turut serta dan berperan aktif dalam membangun iklim belajar anaknya. Dukungan orang tua terhadap anaknya saat belajar di rumah sangat mendukung terciptanya budaya belajar anaknya dengan cara menemani, mengawasi dan menyelesasikan masalah anaknya saat belajar (Antasari, 2016), terutama dalam mendukung program belajar di rumah pada masa pandemi Covid-19 ini.

Peran orang tua dalam membangun budaya belajar di rumah pada masa pandemi Covid-19 ini sangat penting, terutama bagi anak usia sekolah dasar yang tidaklah mudah karena anak usia sekolah dasar rentan mengalami kecemasan, sedih, bosan, jenuh, dan perasaan lainnya (Subarto, 2020). Orang tua juga dihadapkan dengan tantangan menata dan mengatur kegiatan anak di rumah yang terdir dari tiga kelompok kegiatan yatu kehidupan keluagra (makan, tidur, dan olahraga), hiburan keluarga (nonton TV, main game, dan main Hand Phone) dan belajar (belajar, membaca, dan ngobrol dengan keluarga) (UNISCO, 2020).

Untuk itu orang tua harus mampu membangun kesadaran anaknya bahwa belajar merupakan kewajiban yang harus dilakukan terutama di masa pandemi Covid-19 dimana belajar dilakukan di rumah, termasuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Peran orang tua sangat dibuthkan untuk menciptakan self-regulating agar anak mampu memberikan penguatan secara internal. Self Regulated yaitu kemampuan individu untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri, terutama dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit (Elyana, 2017).

Penerapan belajar dari rumah dapat dirancang dengan memanfaatkan sumber daya alternatif seperti penggunaan sumber daya online dalam pembelajaran aktif di luar kelas (di rumah). Pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan kelas online seperti google classroom, zoom, dan podcast oleh guru. Sementara orang tua menyesuaikan diri dengan skenario ini, dan membantu anak-anak agar tetap fokus pada pembelajaran aktif dan menghindari penggunaan yang berlebihan dari permainan, media sosial, dan video (UNISCO, 2020). Dalam pembelajaran aktif, siswa akan terlibat dalam kegiatan kecil atau besar yang berpusat di sekitar menulis, berbicara, pemecahan masalah, atau refleksi.

Pembelajaran aktif bertujuan untuk menekankan bentuk pembelajaran di mana siswa berpartisipasi dalam proses secara aktif dengan keterampilan metakognitif untuk memantau, mengevaluasi, dan merefleksikan proses pembelajaran mereka.

Jenkins (2020) Kepala Pendidikan Global UNICEF, menawarkan lima tips untuk membantu menjaga pendidikan anak-anak selama mereka tinggal di rumah yaitu:

1) Perencanaan rutin bersama

Orang tua perlu membangun program rutinitas pendidikan yang dapat diikuti secara online, di televisi atau melalui radio. Waktu bermain dan waktu untuk belajar juga perlu direncanakan bersama anak dengan mempertimbangkan fleksibilitas. Ketika anak tampak gelisah ketika mengikuti pembelajaran online, beralihlah ke opsi yang lebih aktif.

2) Buat percakapan terbuka

Anak perlu didorong untuk bertanya dan mengungkapkan perasaan mereka terhadap orang tua. Barangkali anak memiliki reaksi yang berbeda terhadap kejenuhan, setres, dan bosan selama belajar di rumah. Orang tua dapat menggunakan momen sehari-hari untuk

(6)

89

memperkuat pentingnya menyikapi makna hidup seperti mencuci tangan secara teratur dan praktek kebersihan yang baik. Orang tua perlu membiarkan anak berbicara dengan bebas. Menggambar, cerita, dan kegiatan lainnya dapat membantu membuka diskusi.

Orang harus mendengarkan dan memberi mereka perhatian penuh, dan pastikan mereka mengerti bahwa mereka dapat berbicara dengan oranga tua dan guru mereka kapan pun mereka mau.

3) Meluangkan waktu

Mulailah dengan sesi belajar yang lebih singkat dan membuatnya lebih lama secara progresif. Jika tujuannya adalah untuk sesi 30- atau 45 menit, mulailah dengan 10 menit dan bangun dari sana. Dalam satu sesi, kombinasikan waktu online atau layar dengan aktivitas atau latihan offline.

4) Lindungi anak-anak secara online

Platform digital memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk terus belajar, ikut bermain dan tetap berhubungan dengan teman-teman mereka. Tetapi peningkatan akses online membawa risiko tinggi bagi keselamatan, perlindungan, dan privasi anak-anak. Diskusikan internet dengan anak-anak Anda sehingga mereka tahu cara kerjanya, apa yang perlu mereka ketahui, dan seperti apa perilaku yang sesuai pada platform yang mereka gunakan, seperti panggilan video.Buat aturan bersama tentang bagaimana, kapan dan di mana internet dapat digunakan.

5) Tetap terhubung dengan fasilitas pendidikan anak-anak

Orang tua perlu bekomonikasi dengan guru atau sekolah untuk mendapatkan informasi dan mendapatkan panduan belajar lebih lanjut.

Sementara Xie dan Yang (2020) menyebut pembelajaran otonom merupakan model belajar yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19. Salah satu prakteknya dengan menerapkan pendidikan online. Hal ini didasarkan atas kajian di sekolah dasar di Daxie Kota Ningbo Provinsi Zhejiang China yang mengadopsi pendidikan online dalam pendidikan jarak jauh dan konselling akademik siswa, dan secara aktif mengembangakan praktik pengajaran untuk pembelajaran mandiri siswa di rumah. Sejalan dengan Xie dan Yang, Herliandry dkk.

(2020) dalam sebuah kajiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran online memberikan kemudahan dalam mentransfer informasi dalam berbagai informasi termasuk dalam masa pandemi Covid-19. Manfaat yang didapat dari pembelajaran online dapat dilakukan diskusi hingga tatap muka secara virtual. Namun pembelajaran online harus disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan setempat karena berbeda lokasi berbeda potensi baik sekolah maupun kondisi orang tua termasuk dalam penguasaan teknologi (Abidin, 2016). Demikian juga pembelajaran online perlu pendampingan orang tua karena anak usia sekolah dasar belum tentu mampu mengoprasionalkan internet sebagi alat online learning. Alasan lainnya agar dampak negatif penggunaan teknologi dapat diminimalisir (Fahrurrozi & Sutrisno, 2018).

Untuk memastikan siswa di rumah tetap belajar pada masa pandemi Covid-19, Xie (2020) dalam sebuah kajiannya di sekolah Dasar Daxie di Ningbo, Zhejiang, China, menyebutkan bahwa selama masa pandemic Covid-19, sekolah dapat mendesain pengajaran online dengan mengorganisir guru agar merancang pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada pada buku teks. Selanjutnya guru mengunggah pembelajaran kepada kelompok kelas agar menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Selanjutnya siswa melakukan pembelajaran mandiri di rumah sesuai dengan materi yang telah diklasifikasikan guru melalui kelompok kelas. Siswa yang telah menyelesasikan tugasnya, mengunggah ke kelompok kelas, selanjutnya diperiksa dan dinilai oleh gurunya.

c. Tantangan Budaya Belajar pada masa Pandemi Covid-19 bagi siswa Sekolah Dasar Pandemi Covid-19 merubah cara belajar siswa menjadi tanpa tatap muka. Belajar di rumah tentu bukan pilihan semua pihak. Orang tua tentu sangat tidak menginginkan hal ini terjadi karena belum tentu orang tua memiliki pemahaman yang baik dalam pembelajaran.

Menurut Daniel (2020) belajar di rumah tidak mudah, terutama untuk anak-anak dengan motivasi rendah. Rumah-rumah seperti itu seringkali tidak memiliki peralatan dan konektivitas yang cukup.

(7)

90

Belajar dari rumah yang direkomendasikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyisakan tantangan bagi civitas pendidikan. Guru harus merubah strategi pembelajaran menjadi tanpa tatap muka. Anak-anak tentu harus beradaptasi dengan cara belajar yang berbeda. Orang tua dituntut meluangkan waktunya untuk menemani anaknya belajar. Perubahan ini tentu tidak mudah, terlebih anak usia sekolah dasar berada dalam masa perkembangan yang membutuhkan perhatian, pengarahan, dan pengawasan guru dan orang tua (Gunarsa, 1991). Namun pada masa pandemi Covid-19 ini, tugas dan tanggung jawab itu berpindah kepada orang tua sejak penerapan belajar di rumah.

Selama belajar di rumah, orang tua yang menemani anaknya kerap dihadapkan dengan permasalahan karena anak dipaksa belajar dengan sarana yang tidak memadai. Belajar di rumah tentu berbeda dengan belajar di sekolah yang dilengkapi sarana. Purwanto, dkk.

(2020) menyatakan bahwa anak yang belum terbiasa belajar di rumah akan mempengaruhi daya serap belajar mereka. Mereka tidak dapat berinteraksi dan bercanda gurau dengan teman- temannya, tidak dapat bertatap muka dengan gurunya. Demikian juga sistem belajar jarak jauh mengharuskan anak, orang tua, dan guru beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru.

Perubahan cara belajar yang tiba-tiba dari tatap muka menjadi belajar di rumah dengan sistem online menjadi tantangan bagi guru dan orang tua. Di sekolah guru harus berjuang dengan metode baru sistem pembelajaran online. Jam kerja menjadi tidak terbatas karena guru harus banyak berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua (Purwanto, Asbari, dkk., 2020).

Guru harus meluangkan waktu lebih banyak untuk memberikan umpan balik kepada siswa.

Sementara tidak semua orang tua di rumah siap memfasilitasi pembelajaran online di rumah (Putri dkk., 2020).

Tantangan lainnya dalam sistem belajar di rumah yang dialami oleh murid, guru, dan orang tua yaitu penguasaan teknologi. Tidak semua murid (apalagi murid SD), guru, dan orang tua menguasai teknologi (Purwanto, Asbari, dkk., 2020). Rendahnya penguasaan guru terhadap teknologi menyebabkan guru memerlukan waktu relatif lebih lama untuk membuat konten pembelajaran online, bahkan dapat menghambat proses pembelajaran. Demikian juga terbatasnya metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran online dan cakupan materi pembelajaran yang tentu lebih sedikit dibanding pembelajaran normal di sekolah, menjadi tantangan tersendiri bagi guru (Putri dkk., 2020). Bekerja di rumah bagi guru dapat mendatangkan kejenuhan karena suasana kerja yang monoton. Guru tidak lagi berinteraksi dengan sesama guru dan murid. Mungkin juga guru tidak fokus selama bekerja dari rumah karena bisa saja terkontaminasi oleh pekerjaan rumah lainnya atau interaksi dengan anggota keluarga pada saat bekerja. Hal ini dapat menurunkan kualitas proses pembelajaran (Cicilia Tri Suci Rokhani, 2020). Terbatasnya komunikasi dan sosialisasi antara murid menjadi tantangan bagi murid selama belajar di rumah. Biasanya murid selama belajar di rumah rentan kurang disiplin karena belajar di rumah tidak memiliki standar tertentu sehingga terutama bagi anak di bawah kelas 4 sekolah dasar. Hal ini menjadi tantangan orang tua dalam mendesain proses pembelajaran agar anaknya dapat belajar dengan sportif (Putri dkk., 2020).

Purwanto dkk. (2020) menyatakan dampak pandemi Covid-19 yang memaksa sekolah libur dalam waktu yang lama, membuat anak-anak jenuh di rumah dan ingin segera belajar di sekolah, berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya, dan bertatap muka dengan gurunya.

Sistem belajar di rumah dengan belajar online juga dihadapakan pada permasalahan ketiadaan sinyal jaringan internet, yang menyebabkan murid tidak dapat mengikuti pembelajaran secara online. Beda lagi dengan orang tua yang tingkat ekonominya menengah ke bawah yang tidak memiliki smartphone (Atsani, 2020). Sedangka smartphone merupakan sarana wajib dalam pembelajaran online. Untungnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menginisiasi program Belajar dari Rumah melalaui program yang ditayangkan di TVRI yang mulai tayang sejak 13 April 2020.

Berbagai tantangan pembelajaran di atas merupakan tugas guru dan orang tua.

Namun orang tua punya andil yang lebih besar, karena orang tua memiliki waktu lebih banyak dalam menemani anaknya di rumah. Dalam sebuah penelitiannya, (Valeza, 2017)

(8)

91

menunjukkan bahwa peran orang tua sangat dominan dalam menentukan prestasi belajar anaknya. Perhatian orang tua terhadap anaknya pada kegiatan belajar di rumah pada masa pandemi Covid-19 sangat diperlukan, terutama anak usia sekolah dasar yang berada pada usia perkembangan. Sekolah harus mampu mengorganisir guru agar merancang materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum sesuai dengan tujuan pembelajaran dari buku teks dan kondisi akademik siswa secara sistematis (Xie, 2020). Materi tersebut didistribusikan kepada orang tua anak melalui komunikasi virtual. Dengan komunikasi yang terstruktur antara guru dan orang tua, proses pembelajaran di rumah dapat berlangsung secara lebih efektif.

d. Penerapan Kepemimpinan Humanistik dalam Membangun Budaya Belajar pada Masa Pandemi covid-19 bagi Siswa Sekolah Dasar

Tujuan belajar menurut teori pendidikan humanistik yaitu untuk memanusiakan manusia. Pandangan ini beranggapan bahwa proses pembelajaran dianggap berhasil apabila siswa mampu memahami dirinya dan lingkungannya. Teori ini menuntut siswa berproses dalam pembelajaran agar mengaktualisasikan dirinya (Miswanto, 2015). Menurut Baharuddin dan Makin (2007) teori ini mencoba mamahami perilaku belajar dilihat dari sisi pelakunya, bukan dari sisi pengamatnya. Karenanya siswa selaku manusia dalam proses pembelajaran harus dikembangkan secara maksimal dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusian.

Pandangan ini selaras dengan pendapat Shor dan Freire (1987) bahwa pendidikan adalah kegiatan pedagogis yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan. Lebih lanjut Shor dan Freire (1987) menjelaskan bahwa pendekatan humanistik dalam pendidikan berupaya membebaskan siswa dari tekanan.

Kegiatan pedagogik ini mengubah paradigma pendidikan yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Oleh karena itu, sistem pendidikan di tingkat sekolah dilakukan secara sistematis melalui pendekatan humanistik, untuk membangun kesadaran kemanusiaan siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Optimalisasi pendekatan humanistik di sekolah harus melibatkan semua stakeholder pendidikan terutama guru, orang tua, dan masyarkat. Yang tidak kalah pentingnya hadirnya kepala sekolah yang menggunakan pendekatan humanistik dalam kepemimpinannya (Effendi, 2020) terutama pada masa pandemi Covid-19 ini.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah merubah pradigma pendidikan. Proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka di sekolah, kini berubah menjadi pembelajaran di rumah dengan memanfaatkan internet atau yang masyhur dengan daring, tidak terkecuali sekolah dasar juga menggunakan sistem belajar daring. Pembelajaran yang dilasanakan pada sekolah dasar juga menggunakan pembelajaran daring/jarak jauh dengan melalui bimbingan orang tua (Dewi, 2020). Wabah pandemi telah membuat pembelajaran online menjadi lebih popular. (Zhou & Li, 2020). Pembelajaran online merupakan solusi inovatif dalam praktik pembelajaran meskipun tidak dapat mengganti pembelajaran secara langsung (Chick dkk., 2020) termasuk juga di sekolah dasar.

Penerapan pembelajaran online di sekolah dasar merupakan upaya membangun proses belajar dengan kondisi yang tidak memungkinkan adanya tatap muka antara guru dan siswa(Verawardina dkk., 2020). Pembelajaran jarak jauh atau online menjadi solusi untuk mempertahankan terlaksananya pembelajaran kelas tetap berlangsung meskipun sekolah ditutup (Herliandry dkk., 2020). Namun demikian pembelajaran online bagi siswa sekolah dasar tidak semudah pembelajaran sekolah lanjutan lainnya. Menurut Dewi (2020) siswa sekolah dasar terutama kelas 1 sampai kelas 3 belum piawai dalam menggunakan internet.

Untuk itu peran orang tua yang berinteraksi langsung dengan anak di rumah sangat diperlukan dalam mendampingi anak saat belajar. Peran orang tua ini sebagai bagian kerja sama antara orang tua dan guru dalam mewujudkan budaya belajar di rumah menjadi efektif. Menurut Haerudin dkk. (2020) perang orang tua sangat menentukan prestasi belajar siswa. Perhatian orang tua terhadap anaknya terutama dalam kegiatan belajar di rumah akan menjadikan anak lebih giat dan bersemangat belajarnya. Anak menjadi tahu bahwa bukan hanya dirinya yang ingin maju, tetapi orang tua punya keinginan yang sama.

(9)

92

Perhatian orang tua menjadi lebih dominan terutama bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan pendampingan apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini. Menurut Patrikakou dan Weissberg (2000) keterlibatan guru dan orang tua dalam proses pembelajaran anak sama pentingnya. Guru dapat mempengaruhi guru dalam penerapan konsep pembelajaran karena orang tua lebih mungkin terlibat aktif dalam pendidikan anak mereka, guru mengatur beberapa strategi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka agar terbangun budaya belajar di rumah terutama pada masa pandemi Covid-19 ini.

Budaya belajar di rumah pada masa pandemi Covid-19 dapat dibangun dengan menerapkan pendekatan humanistik, dimana dalam penerapan model ini, kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas terselenggaranya proses pembelajaran siswa di rumah. Menurut (Lynch, 2015) kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Di saat pandemi Covid-19 yang mewabah, kepala sekolah terutama di tingkat sekolah dasar harus memutar otaknya agar budaya belajar siswa di rumah dapat berlangsung dimana guru tidak lagi berkomunikasi secara langsung dengan siswa. Saat inilah peran orang tua menjadi dominan dalam menemani kebijakan belajar di rumah bagi anaknya (Subarto, 2020), terlebih lagi bagi anak usia sekolah dasar. Kepala sekolah perlu menerapkan model kepemimpinan efektif dalam agar budaya belajar siswa di rumah tetap terlaksana. Kepemimpinan humanistik salah satu model yang dapat digunakan dalam program belajar di rumah dimana orang tua yang tidak terbiasa menemani anaknya belajar tentu akan menghadapi berbagai tantangan apalagi anak usia sekolah dasar. Menurut (Cénat dkk., 2020) kepempinan humanistik mampu menciptakan ikatan yang kuat untuk bekerja sama antara guru dan orang tua dalam membangun budaya belajar di rumah sehingga guru dan orang tua termotivasi.

Kepemimpinan humanistik merupakan teori yang psikologi yang dipelopori oleh Abraham Maslow dengan teorinya yang terkenal dengan Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Dalam teori ini dijelaskan bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan aktualisasi diri) (Arbayah, 2013).

Kepempimpinan humanistik berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan manusia (siswa), dimana orang tua dan guru sebagai orang yang berinteraksi langsung dengan anak diharapkan mampu menghargai perasaan anak, menumbuhkan kesadaran dan pemahaman anak, serta memfasilitasi kematangan psikologis anak (Akhmadi, 2018). Perkembangan psikologis anak usia sekolah dasar perlu mendapat perhatian penuh karena pada usia ini anak berada dalam tahap perkembangan kejiwaannya (Kundu, 2018).

Selama siswa berada di sekolah, maka tanggung jawab siswa sepenuhnya berada di tangan guru atas peran kepala sekolah. Namun dengan wabah pandemi Covid-19 dimana siswa dalam beberapa bulan terakhir terhitung sejak akhir maret 2020 hingga waktu yang tidak ditentukan mereka berada di rumah, maka sepenuhnya tanggung jawab siswa berada di tangan orang tua. Guru yang merencanakan strategi pembelajaran di rumah, dan orang tua yang melaksanakannya.

Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow dapat dengan mudah diterapkan dalam belajar di rumah pada masa pandemi Covid-19(Gross, 2020). Penerapan teori hirarki Hirarki kebutuhan Maslow menurut Gross (2020) dan Saltmarsh (2017) dapat diidentifikasikan dengan langkah-langkah berikut:

1) Physiological needs (kebutuhan fisiologis)

Tersedianya kebutuhan dasar manusia seperti makanan, minum dan lingkungan hidup yang aman

2) Safety and security needs (kebutuhan rasa aman)

Kebutuhan untuk merasa aman secara fisik dan emosional dari bahaya dan ancaman.

3) Love and belonging needs (kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki)

Kebutuhan untuk merasa sepenuhnya dan tanpa syarat didukung oleh orang lain (orang tua dan kerabat), dan kebutuhan untuk memberikan dukungan dan cinta kepada orang lain.

(10)

93 4) Esteem needs (kebutuhan harga diri)

Kebutuhan untuk benar-benar menghargai dan menghormati diri sendiri. Langkah ini dapat dilakukan dengan disediakannya akses Wifi, komputer, buku, dan materi pelajaran lain yang diperlukan

5) Self-actualization (kebutuhan aktualisasi diri)

Dengan terpenuhinya ke empat kebutuhan di atas, maka siswa dapat belajar dengan maksimal di rumah pada masa pandemi Covid-19

5 kebutuhan di atas merupakan kebutuhan dasar agar budaya belajar di rumah dapat terlaksana, terutama bagi bagi siswa sekolah dasar yang perlu pendampingan selama di rumah.

Maka orang tua harus mampu menyediakan 5 kebutuhan di atas dan mendapingi anaknya agar mereka dapat belajar secara maksimal di rumah. Pendampingan terhadap mereka amat diperlukan mengingat mereka berada dalam usia perkembangan dan tentu dengan lingkungan belajar yang berbeda akan dihadpkan dengan tantangan. Menurut Dorczak dkk. (2018) sistem belajar di rumah merupakan lingkungan belajar baru bagi siswa tentu perlu penyesuaian dengan tantangan yang baru juga.

Untuk memastikan proses belajar di rumah selama masa pandemi Covid-19, kepala sekolah sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terselenggaranya pembelajaran, maka harus berkoordinasi dengan guru dan wali kelas, yang selanjutnya guru dan wali kelas yang berkomunikasi dengan orang tua siswa. Dengan demikian, maka proses belajar di rumah dapat terlaksana sesuai rencana dan kurikulum yang telah dirancang oleh sekolah selama masa pandemi Covid-19.

Kesimpulan

Mewabahnya pandemi Covid-19 memaksa negara di dunia mengantisipasi penyebaran virus yang begitu dahsyat. Indonesia melalui Menteri Penddikan dan Kebudayaan, merespon dengan cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Surat edaran tersebut berisi pembatalan Ujian Nasional, belajar dari rumah, ujian dilaksanakan dengan tidak mengumpulkan siswa, dan penerimaan peserta didik baru secara daring. Kebijakan belajar di rumah menjadi tantangan bagi kepala sekolah, guru, dan orang tua dalam mengelola pembelajaran yang berbeda dengan belajar dalam kondisi normal di sekolah terutama bagi anak usia sekolah dasar yang berada dalam masa perkembangan kejiawaan. Saat belajar di sekolah, pengelolaan pembelajaran termasuk pemenuhan kebutuhan siswa merupakan tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Dengan sistem belajar di rumah, maka pemenuhan kebutuhan tersebut beralih kepada orang tua. Dalam membangun budaya belajar di rumah, kepala sekolah dapat menggunakan kepemimpinan humanistik dengan berkoordinasi dengan guru dan orang tua agar 5 hirarki kebutuhan anak yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri, terpenuhi sehingga anak- anak tetap belajar di rumah di tengah merebaknya waba Covid-19. Untuk mewujudkan budaya belajar di rumah perlu koordinasi dan komunikasi antara kepala sekolah, guru, dan orang tua.

(11)

94 Daftar Refensi

Abidin, Z. (2016). Penerapan Pemilihan Media Pembelajaran | Abidin | Edcomtech Jurnal

Kajian Teknologi Pendidikan.

http://journal2.um.ac.id/index.php/edcomtech/article/view/1784/1026

Akhmadi. (2018, Desember). Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam Pembelajaran | Islamic Akademika: Jurnal Pendidikan dan Keislaman.

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/islamicakademika/article/view/32 42

Antasari, I. W. (2016). Dukungan Orang Tua dalam Membangun Literasi Anak. Edulib, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.17509/edulib.v6i2.5025

Arbayah, A. (2013). Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu, 13(2), Article 2.

https://doi.org/10.21093/di.v13i2.26

Atsani, K. L. G. M. Z. (2020). Transformasi Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid- 19. Al-Hikmah, 1(2), 44–54.

Baharuddin, & Makin, M. (2007). Pendidikan Humanistik: Konsep, teori dan aplikasi praksis dalam dunia pndidikan (yogyakarta) [Text]. Ar-Ruzz Media.

http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=3657

Burgess, S., & Sievertsen, H. H. (2020, April 1). Schools, skills, and learning: The impact of Covid-19 on education. VoxEU.org. https://voxeu.org/article/impact-covid-19- education

Cénat, J. M., Noorishad, P.-G., Blais-Rochette, C., McIntee, S.-E., Mukunzi, J. N., Darius, W.

P., Broussard, C., Morse, C., Ukwu, G., Auguste, E., & Menelas, K. (2020). Together for Hope and Resilience: A Humanistic Experience by the Vulnerability, Trauma, Resilience and Culture Lab Members during the COVID-19 Pandemic. Journal of Loss and Trauma, 0(0), 1–6. https://doi.org/10.1080/15325024.2020.1774704

Chick, R. C., Clifton, G. T., Peace, K. M., Propper, B. W., Hale, D. F., Alseidi, A. A., &

Vreeland, T. J. (2020). Using Technology to Maintain the Education of Residents During the Covid-19 Pandemic. Journal of Surgical Education, 77(4), 729–732.

https://doi.org/10.1016/j.jsurg.2020.03.018

Cicilia Tri Suci Rokhani, S. A. (2020). Pengaruh Work From Home (WFH) Terhadap Kinerja Guru SD Negeri Dengkek 01 Pati Selama Masa Pandemi Covid-19. EduPsyCouns:

Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 424–437.

Daniel, S. J. (2020). Education and the Covid-19 pandemic. Prospects.

https://doi.org/10.1007/s11125-020-09464-3

Davidson, R. (2012). Wiki use that increases communication and collaboration motivation.

Journal of Learning Design, 5(2), 38–49. https://doi.org/10.5204/jld.v5i2.110

Davila, A., & Elvira, M. M. (2012). Humanistic leadership: Lessons from Latin America.

Journal of World Business, 47(4), 548–554. https://doi.org/10.1016/j.jwb.2012.01.008 DeCarvalho, R. J. (2010). The humanistic paradigm in education. The Humanistic

Psychologist, 19(1), 88–104. https://doi.org/10.1080/08873267.1991.9986754

Dewi, W. A. F. (2020). Dampak COVID-19 terhadap Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55–61.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89

Dorczak, R., Uniwersytet Jagielloński, & Instytut Spraw Publicznych. (2018). Leading and managing for development. Jagiellonian University Institute of Public Affairs.

Effendi, Y. R. (2020). Humanistic Approach to Principal’s Leadership And Its Impacts In Character Education Strengthening [Preprint]. Open Science Framework.

https://doi.org/10.31219/osf.io/gwk78

Elyana, L. (2017). Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning. Prosiding HIPKIN Jateng, 1(1), 1–7.

(12)

95

Fahrurrozi, F., & Sutrisno, S. (2018). Pendampingan Orang Tua Dalam Menghadapi Era Digital Bagi Siswa Sekolah Dasar Setiabudi Kecamatan Karet Jakarta Selatan. Jurnal Pemberdayaan Sekolah Dasar (JPSD), 1(1), 19–22.

Frank G. Goble, F.G. (1971). Terj. A. Supratinya, Madzhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: PT Kanisius.

Gillett-Swan, J. (2017). The Challenges of Online Learning: Supporting and Engaging the Isolated Learner. Journal of Learning Design, 10, 20.

https://doi.org/10.5204/jld.v9i3.293

Gross, H. (2020, April 22). Perspective | During Covid-19, teachers can support students using Maslow’s hierarchy of needs. EducationNC. https://www.ednc.org/perspective- during-covid-19-teachers-can-support-students-using-maslows-hierarchy-of-needs/

Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. BPK Gunung Mulia.

Habegger, S. (2008). Creating a Positive School Culture. 5.

Haerudin, Cahyani, A., Sitihanifah, N., Nurul Setiani, R., Nurhayati, S., Oktaviana, V., &

Sitorus, Y. (2020). Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Selama Pembelajaran Di Rumah Sebagai Upaya Memutus Covid-19.

Hasibuan, MalayuS.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.

Bumi Aksa.

Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70.

https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286

Jenkins, R. (2020, Maret 30). 5 ways to help keep children learning during the COVID-19 pandemic. https://www.unicef.org/coronavirus/5-tips-help-keep-children-learning- during-covid-19-pandemic

Jones, D. (2017, Februari 11). Applying Maslow to Schools: A New Approach to School Equity

| Defending the Early Years. https://dey.org/applying-maslow-to-schools-a-new- approach-to-school-equity/

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Mendikbud Terbitkan SE tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan- se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Memperkuat Pendidikan Karakter; Modul Pelatihan untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Tim Sekretariat.

Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). Pendidikan Dalam Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Sinestesia, 10(1), 41–48.

Komalasari, E. (2019). Peran Guru Dalam Media Dan Sumber Belajar Di Era Disrupsi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, 2(1), 439–448.

Kundu, A. (2018). Blended Learning in Indian Elementary Education: Problems and Prospects. Journal of Online Learning Research, 4(2), 199–227.

Leahy, L. (1993). Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk Paradoksal.

https://www.goodreads.com/book/show/7093870-manusia-sebuah-misteri

Lynch, M. (2015, September 25). The Principal’s Role in Improving Student Learning—The Edvocate. https://www.theedadvocate.org/the-principals-role-in-improving-student- learning/

Megawati, M., & Kahar, F. (2017). Pengaruh Komunikasi Orang Tua Dengan Guru terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Office, 3(1), 33–42.

https://doi.org/10.26858/jo.v3i1.3458

Miswanto, R. (2015). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dalam Perspektif Kurikulum Humanistik (Studi Kasus di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul).

TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(2), 205–224.

https://doi.org/10.24042/terampil.v2i2.1292

Muazaroh, S., & Subaidi, S. (2019). Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham Maslow (Tinjauan Maqasid Syariah). Al-Mazahib: Jurnal Pemikiran Hukum, 7(1), 17–33.

(13)

96

Ozoliņš, J. T. (2018, Mei 29). Education and the Necessity of Wisdom. Proceedings of the XXIII World Congress of Philosophy. https://doi.org/10.5840/wcp232018501047 Patrikakou, E. N., & Weissberg, R. P. (2000). Parents’ Perceptions of Teacher Outreach and

Parent Involvement in Children’s Education. Journal of Prevention & Intervention in the Community, 20(1–2), 103–119. https://doi.org/10.1300/J005v20n01_08

Purwanto, A., Asbari, M., Fahlevi, M., Mufid, A., Agistiawati, E., Cahyono, Y., & Suryani, P.

(2020). Impact of Work From Home (WFH) on Indonesian Teachers Performance During the Covid-19 Pandemic: An Exploratory Study. International Journal of Advanced Science and Technology, 29(05), 6235–6244.

Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L. M., Putri, R. S., & Santoso, priyono B. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1–12.

Pusdiklat Kemdikbud. (2020). Surat Edaran Mendikbud No 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 1 9) – Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://pusdiklat.kemdikbud.go.id/surat-edaran-mendikbud-no-4-tahun-2020-tentang- pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-corona-virus- disease-covid-1-9/

Putri, R. S., Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Wijayanti, L. M., & Hyun, C. C. (2020).

Impact of the COVID-19 Pandemic on Online Home Learning: An Explorative Study of Primary Schools in Indonesia. International Journal of Advanced Science and Technology, 29(05), 4809–4818.

Qodir, A. (2017). Teori belajar humanistik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 4(2), Article 2.

https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/17

Rodríguez-Lluesma, C., Davila, A., & Elvira, M. M. (2014). Humanistic Leadership as a Value-Infused Dialogue of Global Leaders and Local Stakeholders. Dalam N. C. Lupton

& M. Pirson (Ed.), Humanistic Perspectives on International Business and Management (hlm. 81–91). Palgrave Macmillan UK. https://doi.org/10.1057/9781137471628_7 Rusyanto, Y. (2019, Juni 17). Pentingnya Orangtua Membangun Komunikasi dengan Pihak

Sekolah. Siedoo. https://siedoo.com/berita-22247-pentingnya-orangtua-membangun- komunikasi-dengan-pihak-sekolah/

Saltmarsh, D. (2017, September 26). 5 ways to apply Maslow’s Hierarchy of Needs to edtech

for better outcomes. ECampus News.

https://www.ecampusnews.com/2017/09/26/maslows-hierarchy-needs-outcomes/

Serlin, I. (2011). The History and Future of Humanistic Psychology. Journal of Humanistic Psychology, 51(4), 428–431. https://doi.org/10.1177/0022167811412600

Setiawan, H. (2014). Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.

https://ebooks.gramedia.com/books/manusia-utuh-sebuah-kajian-atas-pemikiran- abraham-maslow-i

Shor, I., & Freire, P. (1987). A pedagogy for liberation: Dialogues on transforming education.

Bergin & Garvey Publishers.

Sijabat, R. E. (2020, Oktober 5). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Dunia Pendidikan

Indonesia. Kompasiana.

https://www.kompasiana.com/riskasijabat/5eb7c990d541df68b421f302/dampak- pandemi-covid-19-terhadap-dunia-pendidikan-indonesia

Steffen, S. L., & Rezmovits, J. (2018). Evolving Leadership for Collective Wellbeing: Lessons for Implementing the United Nations Sustainable Development Goals. Emerald Group Publishing.

Subarto, S. (2020). Momentum Keluarga Mengembangkan Kemampuan Belajar Peserta Didik Di Tengah Wabah Pandemi Covid-19. 4(1), Article 1.

https://doi.org/10.15408/adalah.v4i1.15383

(14)

97

Sudewi, P. S. (2011). Prilaku Organisasi: Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah. Probisnis, 4(2),

Article 2.

http://ejournal.amikompurwokerto.ac.id/index.php/probisnis/article/view/309

UNISCO. (2020). Guidance on Active Learning at Home during Educational Disruption:

Promoting student’s self-regulation skills during COVID-19 outbreak – UNESCO IITE.

https://iite.unesco.org/publications/guidance-on-active-learning-at-home-during- educational-disruption/

Valeza, A. R. (2017). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Anak Di Perum Tanjung Raya Permai Kelurahan Pematang Wangi Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung [Undergraduate, UIN Raden Intan Lampung].

http://repository.radenintan.ac.id/2331/

Verawardina, U., Asnur, L., Lubis, A. L., Hendriyani, Y., Ramadhani, D., Dewi, I. P., Darni, R., Betri, T. J., Susanti, W., & Sriwahyuni, T. (2020). Reviewing Online Learning Facing the Covid-19 Outbreak. Journal of Talent Development and Excellence, 12(3s), 385–392.

Viner, R. M., Russell, S. J., Croker, H., Packer, J., Ward, J., Stansfield, C., Mytton, O., Bonell, C., & Booy, R. (2020). School closure and management practices during coronavirus outbreaks including COVID-19: A rapid systematic review. The Lancet Child &

Adolescent Health, 4(5), 397–404. https://doi.org/10.1016/S2352-4642(20)30095-X Xie, Z. (2020). Effectiveness of Autonomous Learning Materials for Students during the

COVID-19 Pandemic: A Case Study of the Daxie Second Elementary School in Ningbo, Zhejiang, China (SSRN Scholarly Paper ID 3626367). Social Science Research Network. https://doi.org/10.2139/ssrn.3626367

Xie, Z., & Yang, J. (2020). Autonomous Learning of Elementary Students at Home During the COVID-19 Epidemic: A Case Study of the Second Elementary School in Daxie, Ningbo, Zhejiang Province, China (SSRN Scholarly Paper ID 3555537). Social Science Research Network. https://doi.org/10.2139/ssrn.3555537

Zhou, L., & Li, F. (2020). A Review of the Largest Online Teaching in China for Elementary and Middle School Students During the COVID-19 Pandemic (SSRN Scholarly Paper

ID 3607628). Social Science Research Network.

https://papers.ssrn.com/abstract=3607628

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui 5 kali webinar ini mampu memberikan kontribusi langsung bagi pendidikan Indonesia melalui desain materi pembelajaran

Setelah melakukan percobaan tentang cahaya di rumah masing-masing dengan bimbingan guru melalui WA Grup, peserta didik dapat menulis laporan tentang sifat

Hasil penelitian ini adalah tidak ada perbedaan efikasi diri orang tua dalam membantu anak belajar dari rumah pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah dasar Negeri 5 Lawang

Peran dalam pembelajaran yang sebelum pandemi dilakukan oleh guru, saat ini porsi peran orang tua menjadi lebih besar dalam mendampingi anak belajar di rumah.. Sekolah yang

Supervisi Manajerial di masa Pandemi Covid-19 menggunakan indikator keberhasilan dalam pembinaan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan adalah Meningkatnya

Tabel 5.46 Volume Penumpang dan Pesawat Pada Jam Puncak di Bandar Udara Adi Soemarmo Tahun 2015 n<- Tabel 5.47 Luas Total Terminal Kargo Yang Harus Tersedia Pada Masa. Sekarang

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana untuk memahami bagaimanakah penokohan dan fakta-fakta sosial dalam novel Maut Ar-Rojul Al-Wahid Ala Al-Ard karya Nawal

Mungkin ini bukan merupakan hasil-hasil pemikiran yang secara langsung ikut membentuk atau berperan dalam pembentukan sosiologi hukum, namun dapat dikatakan