• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tidur yang lelap dan nyenyak pada malam hari menjadi salah satu kebutuhan manusia yang esensial, sama pentingnya dengan kebutuhan dasar lainyaitu makan, minum, dan sandang pangan. Kata Insomnia berasal dari bahasa Latin Insomnium. Ciri khas dari insomnia adalah kondisi seseorang sulit memasuki tidur, cepat terbangun dan sulit melanjutkan kembali untuk tidur atau meski sudah tidur, pada saat bangun, tetap merasa kurang nyaman, bahkan ada yang terjaga sepanjang malam, merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami sebagian besar orang di dunia ( Xu, 2019; Zhang, 2019 ).

Usia muda yang baru meninggalkan masa remaja menuju ke dunia dewasa, memasuki/menapaki dunia dimana masa perkembangan kognitif dan fisik berfungsi secara optimal. Di sisi lain, kelompok muda ini menuntut mereka untuk mengaktualisasi diri dengan harus memulai bekerja, berpenghasilan sendiri tidak bergantung lagi pada orang tua. Jumlah pemuda yang memasuki dunia kerja jauh lebih banyak, sehingga terkadang pengaruh lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perilaku mereka baik secara positif maupun negatif. Terkadang pengaruh yang negatif yang lebih berbahaya karena dapat menjurus ke arah gaya hidup yang kurang sehat seperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, kafein berlebihan, kumpul-kumpul sampai larut malam yang dapat berdampak pada pola tidur yang tidak teratur, kualitas tidur menurun dan lama kelamaan menjadi kebiasaan buruk dan menimbulkan masalah baru yakni mengalami gejala insomnia (Hapsari, 2019).

Insomnia yang sepintas, umumnya dijumpai, bila seseorang mengalami stress emosional, rasa nyeri atau ada perubahan pada rutinitas. Namun hampir sebagian besar tidak menyadari bahkan tidak mau mengakui bahwa kondisi seperti ini merupakan awal keluhan yang berpotensi serius terhadap kesehatan manusia. Insomnia sebaiknya didefinisikan sebagai kebutuhan seseorang terhadap tidur nocturnal yang lebih lama agar dapat berfungsi optimal selama

(2)

siang hari, dan bukan dari jumlah lamanya tidur (Lumbantobing, 2011). Secara definisi menurut Internasional Classification of Sleep Disorder ICSD)-3, Insomnia adalah persepsi subyektif terhadap rasa sulit memulai tidur, durasi, konsolidasi atau kualitas tidur, meskipun pasien diberi kesempatan waktu yang cukup untuk tidur (Islamiyah,W.R., 2017).

Angka kejadian sulit tidur pada populasi masyarakat usia di atas 15 tahun di Kanada adalah 3,3 juta orang atau satu dari tujuh orang penduduk Kanada (14,3%). Di Amerika 60 juta penduduk mengalami insomnia (1/3 dari populasi) dan setengah pasien rawat inap di rumah sakit mengalami insomnia.

Studi terkait median prevalensi insomnia pada masyarakat umum adalah 35%

dengan rentang 10 – 15% (Islamiyah, W.R., 2017). Menurut penelitian Prevalence and Associated Factors of Sleep Quality among Adults in Jimma Town, Southwest Ethiopia : A Community Base Cross – Sectional Study terdapat mendekati 17% dari populasi dari negara-negara berkembang mengalami masalah gangguan tidur. Di Spanyol sebesar 38,2% Di negara China 56,7% diantaranya 34,13% adalah perawat yang menjalankan tugas rotasi dan juga dilaporkan 54,7% penduduk Thailand dan 52,7% Ethiopia dimana mahasiswa yang berpartisipasi dalam survey sebelumnya melakukan cross-sectional. (Berhanu,Hiwot et al., 2018).Di Indonesia setiap tahun diperkirakan sekitar 20% - 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius dan 11,9% pada populasi usia 30-40 tahun. Kesulitan tidur mencapai puncaknya pada kelompok usia 65 – 69 tahun, yaitu terdapat pada 40% wanita dan 25 % pria (Amir, 2007).Sementara itu di Indonesia juga memperlihatkan bahwa jumlah kasus gangguan jiwa terus meningkat setiap tahunnya. 108 orang subyek mahasiswa tingkat akhir, sebanyak 47,2 % memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah yang diakibatkan oleh buruknya regulasi waktu, kurangnya dukungan, dan buruknya kualitas tidur karena stress dan tekanan yang dialami (Hapsari.

2019). Pengalaman di klinik Utomo Chinese Medicine pada periode 2018 terdapat sekitar 10 % yang mengalami insomnia, meningkat menjadi 13 % di tahun 2019. Dengan terjadinya kasus pandemi covid – 19 (yang telah

(3)

diumumkan oleh Bapak Presiden Jokowi pada bulan Maret 2020),tingkat keluhan insomnia meningkat semakin tajam menjadi 18 %.

Penatalaksanaan pada kasus insomnia dapat secara farmakologi yakni dengan memberikan obat-obat. Ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur serta memperbaiki gangguan yang ditimbulkan akibat insomnia (Islamiyah, W.R., 2017). Menggunakan berbagai senyawa yang mempunyai kerja beragam. Sedatif dengan efek ansiolitik dan hipnotik seperti benzodiazepine, senyawa tricyclic, beta-blocker, juga obat analgesik seperti aspirin (Lumbantobing, 2011). Lama penggunaan obat bergantung kepada keadaan pasien. Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan Sleep Hygiene ( dengan mengurangi perilaku yang dapat mempengaruhi tidur atau mudah terjaga, misal menghindari kopi, alkohol, nikotin). Restriksi tidur (dengan mengurangi waktu tidur di siang hari), Kontrol stimulus ( dengan menghindari penggunaan tempat tidur untuk bekerja, makan, membaca menonton televisi, menggunakan hand phone), Terapi kognitif (dengan mempertahankan harapan tentang pentingnya tidur dengan alasan rasional), Terapi relaksasi (selama 30-60 menit sebelum tidur dengan teknik yang paling sesuai, menghindari gerakan badan berlebihan), berdoa sebelum tidur (Rahayu,R.r., 2017., Islamiyah, W.R., 2017). Dari banyaknya penelitian yang dilakukan, serta mulai dikenalnya akunpunktur oleh sebagian masyarakat, serta adanya keterangan resmi dari World Health Organisation (WHO) pada tahun 2002 yang menyatakan ada 29 kondisi medis yang efektif diterapi akupunktur, termasuk diantaranya insomania (Feisal,B., 2014), penatalaksanaan akupunktur dengan prinsip terapi menyeimbangkan Yin dan Yang dengan menguatkan Qi, menutrisi darah serta mengatasi gangguan pada organ limpa lambung, jantung, hati dan ginjal.

Hormon-hormon dan sistem saraf otonom senantiasa harus seimbang untuk memulai dan mempertahankan tidur. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penatalaksanaan akupunktur dapat membantu menjaga keseimbangan kimia biologis dalam sistem saraf pusat dan mendorong pemulihan homeostasis. Defisiensi salah satunya antara lain hormon melatonin

(4)

memegang peran kunci dalam insomnia terkait kecemasan (Li, Z. 2008). Kita membutuhkan jumlah serotonin yang tepat untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Akupunktur dinyatakan dapat mengoptimalkan produksi dan metabolisme dari serotonin dan dengan demikian membantu mempertahankan tingkat serotonin yang benar dalam tubuh dan kenyamanan tidur.

Penelitian membuktikan bahwa terapi akupunktur dapat mengatasi keluhan insomnia, dengan menggunakan titik Anmian (EX – HN 16) lebih efektif (66,7%) dibandingkan dengan menggunakan titik Baihui (GV 20) (Yatmihatun,S., dkk., 2016). Hal ini dapat pula diartikan bahwa titik Baihui maupun Anmian memang dapat mengatasi keluhan penurunan kualitas tidur, insomnia serta dapat melakukan perbaikan kesehatan secara umum.

Penggunaan titik Subcortex, Ear apex pada Auricular Point Therapy (APT) dapat mengatasi keluhan insomnia (Shi, X.M., 2007). In chapter 28 of Ling shu it says that “the ear is the confluent place of all the meridians. (Shi, X.M., 2007).

Masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian insomnia yang mayoritas dialami pada usia dewasa. Namun secara umum kebanyakan orang menyepelekan keluhan ini. Padahal akibat dari kondisi ini cukup fatal, antara lain terganggunya aktivitas di siang hari, hasil pekerjaan yang tidak optimal akibat banyaknya ketidak telitian/fokus dalam menjalankan tugas, dapat pula mengakibatkan kecelakaan dalam melakukan aktivitas harian baik di rumah, di kantor, pabrik (saat mengoperasikan peralatan kerja) maupun dalam perjalanan, saat berkendara ( Setiati et al, 2017; Hapsari, 2019).

Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Akupunktur Pada Titik Baihui (GV 20), Anmian (Ex-HN 16) Kombinasi Dengan Titik Telinga dan Moksibusi Pada Perubahan Kualitas Tidur Pasien Insomnia di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara”.Mengapa memilih Klinik Utomo Chinese Medical Center? Penulis sangat beruntung berkesempatan mengenal William Adi Teja, B.Med., M.Med, Ph.D., pemilik klinik Utomo Chinese Medical Center, yang terletak di Jl. Agung Karya IV Blok B No 21, Sunter Agung

(5)

Podomoro, Jakarta Utara. Telp. +6221 65831334. Berawal pada tahun 2009 Beliau pada saat itu selain sebagai Wakil Ketua Umum DPP pengurus IKNI, juga merangkap sebagai Pengajar di kelas Akupunktur dan Herbal kelas II Tingkat Menengah, III tingkat advanced. Dilanjutkan lagi penulis bersama sekitar 18 teman mengikuti kelas privat selama kurang lebih 5 tahun. Figur seorang William yang selama ini saya kenal, adalah sosok yang selain sangat cerdas, rela dan senang berbagi ilmu, tidak pernah menyombongkan diri (banyak yang cerdas, namun tidak semua pandai mentransferkan kepandaiannya). Penulis mengutip pesan: bahwa Beliau hanya menjalankan pesan Guru Beliau yakni : “menolong orang ada dua cara yaitu mengobati orang sakit, dan mengajarkan ilmu yang saya punya tanpa pamrih”.

Visi dan Misi Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara adalah Visi: Menjadi fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu dan teaching clinic berstandar Internasional, mengedepankan pelayanan prima, focus pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan Misi : 1.

Memberikan pelayanan kesehatan sesuai prosedur kesehatan, berkualitas dan dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. 2. Mengembangkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. 3.

Menjalankan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan pelayanan prima yang dilaksanakan oleh tenaga professional. 4. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai keinginan pasien dan keluarga pasien.

Menyadari pengetahuan penulis terbatas, masih memerlukan banyak bimbingan serta berdasarkan hal-hal di ataslah mendorong penulis ingin melakukan penelitian di bawah bimbingan William Adi Teja, Ph.D., dengan memilih lokasi penelitian di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara. Berbahagia sekali saat pertama kali penulis menyampaikan niat ini, pada tgl 22 September 2020, Beliau dengan senang hati menyetujui dan menyambut baik rencana penulis.

B. Rumusan Masalah

(6)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengambil rumusan masalah “Apakah ada pengaruh terapi akupunktur pada titik Baihui (GV 20, Anmian(Ex – HN 16), kombinasi dengan titik telinga dan moksibusi pada perubahan kualitas tidur pasien insomnia di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Terapi Akupunktur Titik Baihui (GV 20), Anmian (Ex – HN 16) Kombinasi Dengan Titik Telinga dan Moksibusi Pada Perubahan Kualitas Tidur pasien insomnia di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik subyek penelitian insomnia di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara

b. Mendiskripsikan karakteristik subyek penelitian sebelum dilakukan Terapi Akupunktur Pada Titik Baihui (GV 20), Anmian (Ex-HN 16) Kombinasi dengan Titik Telinga dan Moksibusi Pada Perubahan Kualitas Tidur Pasien Insomnia Di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara.

c. Mendiskripsikan karakteristik subyek penelitian sesudah dilakukan Terapi Akupunktur Titik Baihui (GV 20), Anmian (Ex-HN 16) Kombinasi dengan Titik Telinga dan Moksibusi Pada Perubahan Kualitas tidur Pasien Insomnia di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara.

d. Menganalisis Pengaruh Akupunktur titik Baihui (GV 20), Anmian (Ex- HN 16) Kombinasi dengan Titik Telinga dan Moksibusi Pada Perubahan Kualitas Tidur Pasien Insomnia Di Klinik Utomo Chinese Medical Center, Sunter, Jakarta Utara.

D. Manfaat Penelitian

(7)

1. Bagi Peneliti

a. Dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

b. Sebagai sarana menambah ketrampilan diri dalam bidang Akupunktur.

c. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari di kampus Jurusan Akupunktur Alih Jenjang Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

a. Sebagai tambahan wawasan keilmuan tentang pemanfaatan terapi akupunktur, kombinasi titik telinga dan moksibusipada perubahan kualitas tidur pasien insomnia.

b. Sebagai acuan untuk melakukan tindakan terapi akupunktur kombinasi titik telinga dan moksibusi pada perubahan kualitas tidur pasien insomnia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

a. Menambah referensi yang sudah ada sebelumnya tentang terapi Akupunktur kombinasi titik telinga dan moksibusi pada perubahan kualitas tidur pasien insomnia.

b. Memberikan gambaran tentang pengaruh terapi Akupunktur kombinasi titik telinga dan moksibusipada perubahan kualitas tidur pasien insomnia.

4. Bagi Masyarakat

a. Sebagai bahan pengetahuan tentang manfaat terapi Akupunktur kombinasi titik telinga dan moksibusi pada perubahan kualitas tidurpasien insomnia.

b. Sebagai terapi pilihan dalam upaya perubahan kualitas tidur pasien insomnia.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai penanganan insomnia dengan menggunakan Terapi akupunktur sudah banyak diteliti.Ada beberapa jurnal, diantaranya yaitu :

(8)

1. “Efektifitas Pemberian Terapi Akupunktur Antara Titik Baihui (GV 20) Dengan Titik Anmian (EX-HN 16) Pada Lansia Dengan Kasus Insomnia Di Panti Wreda Darma Bakti Surakarta”. Sri Yatmihatun, Heni Nur Kusumawati, Joko Tri Haryanto. Kementerian Kesehatan, Politeknik Kesehatan Surakarta, Jurusan akupunktur (Jurnal Keterapian Fisik, Volume I, No. 1, Mei 2016, hlm 01-74).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi akupunktur antara titik Baihui (GV 20) dengan titik Anmian (EX-HN 16) pada lansia dengan kasus Insomnia di Panti Wreda Surakarta. Metode penelitian ini megunakan metode cross-sectional dengan pendekatan metode eksperimen, dengan menggunakan analisis Chi-Square Test. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian terapi akupunktur pada titik Baihui (GV 20) mengalami peningkatan kualitas tidur lebih rendah dibandingkan dengan pemberian terapi pada titik Anmian (EX-HN 16), dengan kata lain pemberian terapi akupunktur pada titik Anmian (EX-HN 16) lebih efektif dibandingkan dengan pemberian terapi akupunktur pada titik Baihui (GV 20) pada kasus insomnia.

2. Digital Comprehensive Summaries of Uppsala Disertation from the Faculty of Medicine 1330. Auricular Acupuncture for Insomnia.

Bergdahl, L. 2017. ISBN 978-91-554-9905-1.Akupunktur aurikuler untuk insomnia. Ringkasan Komprehensif Digital Disertasi Uppsala dari Fakultas Kedokteran 1330. 61 hlm. Uppsala: Acta UniversitatisUpsaliensis. ISBN 978-91-554-9905-1.Tujuan: untuk membandingkan efek pengobatan akupunktur aurikuler (AA) dengan terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-i) pada gejala insomnia, kecemasan, depresi, konsumsi obat hipnotik dan kualitas hidup jangka pendek dan panjang perspektif.Makalah I memiliki pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif..Makalah II, III dan IV menyajikan hasil dari uji coba terkontrol secara acak di mana efek kelompok pengobatan dengan AA dan CBT-i dibandingkan dalam jangka pendek dan jangka panjang

(9)

menggunakan subjektif (kuesioner dan buku harian tidur) dan pengukuran objektif (aktigrafi).Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT-i lebih unggul daripada AA dalam mengurangi gejala insomnia pada keduanya jangka pendek dan panjang. Kedua kelompok mengalami penurunan depresi jangka panjang yang signifikan gejala. Selanjutnya, kedua kelompok berhasil mempertahankan penurunan asupan obat hipnotik di akhirperawatan jika dibandingkan dengan pengukuran awal. Pengurangan jangka pendek gejala kecemasan dan depresi hanya membaik pada kelompok AA. Kesimpulan: AA, yang diberikan dalam penelitian ini, tidak sebaik CBT-i dalam pengobatan gejala insomnia, dan tidak boleh digunakan sebagai pengobatan yang berdiri sendiri untuk insomnia. Hasil kami juga menunjukkan bahwa waktu tidur yang lama tidak selalu menghasilkan tidur yang lebih baik, dan itu.Persepsi gejala insomnia tidak dapat dihindari dipengaruhi oleh durasi tidur. AA adalah seefektif sebagai CBT-i dalam mengakhiri konsumsi obat hipnotik. Apalagi AA lebih sukses dibandingkan CBT-i dalam mengurangi gejala kecemasan dan depresi dalam jangka pendek. Pembelajaran lebih lanjut menyelidiki AA untuk kecemasan dan depresi dimotivasi.

3. Wahdini, S. 2014. “Peran Akupunktur dalam Penatalaksanaan Pasien Geriatri”. eJournal Kedokteran Indonesia. Vol. 2. No. 2, Agustus 2014.

DA - 2014/8/28 /VL – 2 ER – TY – JOUR LAKUKAN - 10.23886 / ejki.2.4019. IS – 2 PY – 2014 T2 -

Akupunktur sebagai modalitas non farmakologi dapat bersinergi dengan disiplin ilmu kedokteran lain dapat menjadi pilihan terapi untuk membantu tatalaksana pasien geriatri. Akupuntur antara lain menimbulkan rasa nyaman, relaks dan pasien dapat berperan aktif dalam pengobatan. Untuk menangani gangguan tidur akupunktur bekerja melalui mekanisme peningkatan pelepasan melatonin yang berfungsi sebagai regulator siklus tidur-bangun penusukan di titik Baihui (GV 20), Yintang (EX-HN 3) dapat menimbulkan perasaan rileks dan rasa tenang. akupunktur juga dapat

(10)

meningkatkan sekresi nocturnal melatonin dan mengurangi skor stres atau kecemasan.

4. Acupuncture using pattern-identification for the treatment of insomnia disorder: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials Sang-Ho Kim a, Jin-Hyung Jeong b, Jung-Hwa Lim c, Bo-Kyung Kim d,∗ a Department of Neuropsychiatry of Korean Medicine, Pohang Korean Medicine Hospital, DaeguHaany University, Pohang, Republic of Korea b Neuropsychiatry, Dunsan Korean Medicine Hospital of Daejeon University, Daejeon, Republic of Korea c Department of Neuropsychiatry, School of Korean Medicine, Pusan National University Yangsan, Republic of Korea d Department of Neuropsychiatry of Korean Medicine, Collerge of Korean Medicine in Dong-Eui University, Busan, Republic of Korea a r t i c l e i n f o. c l e i n f o.

Review ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan akupunktur identifikasi pola untuk mengobati insomnia.Metode: tinjauan komprehensif terhadap uji coba terkontrol secara acak (dari 2000 hingga April 12, 2018), menggunakan PubMed, Cochrane CENTRAL, EMBASE, CINAHL, PsycINFO, CNKI, dan 3 Korea (OASIS, NDSL, RISS4U), membandingkan akupunktur menggunakan identifikasi pola (hanya) dengan pengobatan pada insomnia primer. Tingkat respons dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah yang menjadi hasil utama..Kesimpulan:

Akupunktur menggunakan identifikasi pola secara signifikan meningkatkan efektivitas total tingkat dibandingkan dengan pengobatan.

Berkenaan dengan PSQI, dibandingkan dengan kelompok kontrol, penggunaan akupunktur Identifikasi pola mirip dengan pengobatan.

Namun, penelitian ini memiliki batasan risiko bias yang tinggi, tidak menggunakan pengobatan diagnosis pola standar dan tidak membandingkan dengan akupunktur standartanpa identifikasi pola.

5. Pada buku Ling Shu, Guan Neng menyatakan : “Jika suatu penyakit tidak dapat diobati dengan akupunktur, maka moksibusi mungkin menjadi

(11)

metode yang cocok”. Moksibusi dapat menghangatkan secara lembut menembus jauh ke dalam kulit. Moksibusi adalah metode utama menguatkan dan mengembalikan atau memulihkan fungsi normal tubuh. Ia dapat meregulasi Shen atau konsentrasi mental. Dapat menenangkan dan menurunkan kecemasan dan ketegangan. Sangat penting memberi perhatian khusus pada semangat pasien (Shi, X.M,. 2007)

Perbedaan peneliti di atas dengan yang akan peneliti lakukan adalah:

a. Perbedaan lokasi dan waktu penelitian.

b. Perbedaan populasi dan sample penelitian.

c. Perbedaan cara terapi yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan titik akupunktur kombinasi dengan titik telinga dan moksibusi.

d. Perbedaan metode penelitian yang digunakan.

.

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik  ruang  aktivitas  PKL  disesuaikan  dengan  karakteristik  pengunjung 

$GD KXEXQJDQ \DQJ VLJQL¿NDQ DQWDUD keterbukaan informasi dengan konatif dimana nilai hasil chi square yaitu 12, 08 lebih besar dari nilai tabel chi square yaitu 3,

Praktik Kerja Lapangan yang selanjutnya disingkat PKL adalah pembelajaran bagi Peserta Didik pada SMK/MAK, SMALB, dan LKP yang dilaksanakan melalui praktik kerja

Setelah hasil analisis kinerja lalu lintas simpang tidak bersinyal Rungkut Madya-Gununganyar Sawah pada tahun eksisting diketahui, maka dapat dianalisis perkiraan kinerja

Kerja sama sister city yang pertama kali dilakukan oleh Kota Bandung mulai pada tahun 1960 ini diawali karena adanya perguruan tinggi khusus keguruan dan teknik

Pengelolaan lahan dengan kearifan lokal spesifik lokasi berdasarkan karakteristik dan kemampuan lahan, status hara tanah, kemasaman dan kandungan C-organik serta tanaman yang

Berdasarkan hasil analisis data, temuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) kuantitas/tingkat keseringan siswa dalam membaca di perpustakaan sebesar

LPS juga memiliki andil dalam menerbitkan sejumlah regulasi dan kebijakan terkait dengan industri finTech untuk meminimalisir benturan dengan industri jasa keuangan