• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESMASTRA-JURNAL JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KESMASTRA-JURNAL JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISSN : 2252-4452

KESMASTRA-JURNAL

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

DAFTAR ISI

1.

Gambaran status gizi pasien hemodialisa di RS Grandmed Lubuk Pakam

(Reno Irwanto) ... 01-05 2. Kecukupan asupan zat gizi makro dalam upaya peningkatan status gizi lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam (Wira Maria Ginting) ... 06-10 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kurang energi

kronik pada ibu hamil di Puskesmas Galang

(Harris Rambey) ... 11-19

4.

Hubungan pola makan dengan kejadian Hipertensi pada ibu Hamil di

Klinik Siswani

(Astriana Fransiska Butar-Butar) ... 20-23

5.

Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan Status Gizi pada

Balita 0-3 Tahun di Puskesmas Tanjung Morawa

(Raini Panjaitan) ... 24-30 6. Pengaruh Pemberian Jus Kacang Hijau dan Madu Terhadap Kadar

Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Klinik Bidan Maiharti Kisaran Barat

(Joe Chresnando Ginting) ... 31-36

Volume : 9 No. 1 Maret - Mei 2020

(3)

PENGANTAR REDAKSI

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan ridhoNya Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 9 No. 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam periode Maret- Mei 2020 telah diterbitkan. Terdapat 7 artikel ilmiah yang merupakan hasil penelitian dalam bidang kesehatan masyarakat dan gizi. Semua artikel yang diterbitkan di Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 telah melewati proses telaah oleh minimal 2 orang penelaah.

Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para peneliti dapat meningkatkan kualitas dari penulisan artikelnya, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam melakukan kegiatan penelitian berikutnya. Dalam kesempatan ini redaksi mengucapkan terima kasih kepada para peneliti dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ilmiah ini. Semoga Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam semakin maju dan sukses kedepannya.

Salam,

Redaksi

(4)

TIM PENGURUS JURNAL ILMIAH KESMASTRA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Pelindung : Drs. David Ginting, M.Pd., M.Kes

Rektor Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Penanggungjawab : Rosita Ginting, SH., M.Kes

BAA Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Pimpinan Redaksi : Raisha Octavariny, SKM., M.Kes

Sekretaris Redaksi : Bd. Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T., M.Kes Redaktur Ahli : Bd. Basyariah Lubis, SST., M.Kes

Koordinator Editor : Fadlilah Widyaningsih, SKM., M.Kes Sekretariat : Ns. Grace Erlyn Sitohang, S.Kep., M.Kep Distributor : Layari Tarigan, SKM., M.Kes

Penerbit : Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, Kode Pos : 20512 Telp. (061) 7952262, Fax (061) 7952234

e-mail : institutkesehatan@medistra.ac.id

website : medistra.ac.id

(5)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

1

GAMBARAN STATUS GIZI PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT GRANDMED LUBUK PAKAM Reno Irwanto

1

, Wira Maria Ginting

1

, Jelita Manurung

1

Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

e-mail: ireno@outlook.com Abstract

The purpose of this study was to describe the nutritional status of hemodialysis patients at Grandmed Lubuk Pakam Hospital. This research is a quantitative study using descriptive methods. The results of this study found the characteristics of the majority of respondents were 41-60 years old, namely 19 respondents (63.3%), male gender, namely 18 respondents (60.0%) and the majority of hemodialysis patients nutritional status had normal nutritional status as many as 17 respondents. (56.7%). In conclusion, hemodialysis patients at Grandmed Lubuk Pakam Hospital have normal nutritional status because patients often receive education and consultation from hospital nutritionists.

Keywords: Hemodialysis, Nutrition Status

(6)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

1. PENDAHULUAN

Penurunan fungsi ginjal secara progresif sehingga menyebabkan ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan metabolic atau keadaan ini sering disebut gagal ginjal kronik (GGK) (Escott Stumps, 2012). Kerja ginjal akan semakin berat karena zat-zat sisa tidak dapat seluruhnya keluar bersama urin sehingga akan menumpuk di dalam darah dan kemudian akan menyebakan menurunnya fungsi ginjal (Rachmawati et al, 2014).

Pasien penderita gagal ginjal kronik secara global pada tahun 2012 lebih kurang berjumlah 3,1 juta orang (ESRD, 2012). Angka kejadian gagal ginjal kronik di Amerikaa pada tahun 2012 berjumlah 114.814 orang dan sebanyak 102.277 pasien yang menjalani hemodialisis (USRD, 2014). Menurut Indonesi Renal Registry (IRR) tahun 2011 penderita gagal ginjal kronik di Indonesia termasuk jumlah penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi yaitu terdapat 15.353 dan terjadi peningkatan pada tahun 2012 sebanyak 4.268 pasien yang baru menjalani hemodialisis dan secara keseluruhan terdapat 19.621 pasin hemodialisa.

Hemodialisis merupakan metode yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan zat-zat sisa dari hasil metabolisme tubuh (Suwitra, 2010). Saat menjalani hemodialisa kan terjadinya malnutrisi yang disebabkan proses

menjalani hemodialisa yang ridak adekuat. Beberapa parameter yang dapat dilakukan untuk melihat dan menyimpulkan keadaan gizi ada tidaknya malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diantaranya adalah pemeriksaan klinis, antropometri, biokimia, dan asupan makan (Muttaqin, 2011).

Berdasarkan latarbelakang tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengkaji status gizi pasien hemodialisa di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif dengan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran status gizi paseien hemodialisa di Rumah Sakit Grandmed Lubk Pakam yang di lakukan pada bulan Januari-Maret 2020. Responden pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan berjumlah 30 pasien yang menjalani hemodialisa. Data diambil dengan melakukan pengisisan identitas diri responden seperti Usia, tinggi badan dan berat badan. Untuk menentukan IMT.

3. HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit

Grandmed Lubk Pakam

(7)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

3 Karakteristik f %

Umur

20-40 Tahun 6 20,0

41-60 Tahun 19 63,3

>60 Tahun 5 16,4

Total 30 100,0

Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui dari 30 responden bahwa pasien hemodialisa mayoritasnya berumur 41-60 tahun yaitu berjumlah 19 responden (63,3%), umur 20-40 tahun sebanyak 6 responden (20,0%) dan >60 tahun sebnayak 5 responden (16,4%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Grandmed Lubk Pakam

Karakteristik f % Jenis Kelamin

Laki-laki 18 60,0

Perempuan 12 40,0

Total 30 100,0

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 30 responden mayoritas pasien hemodialisa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (60,0%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (40,0%)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien Hemodialisa di Rumah

Sakit Grandmed Lubk Pakam

Variabel f %

Status Gizi (IMT)

Kurus (17-18,5) 4 13,3 Normal (18,5-25,0) 17 56,7 Gemuk (>25) 9 30,0

Total 30 100,0

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 30 responden yang menjalani hemodialisa sebanyak 17 responden (56,7%)

memiliki status gizi normal, yang memiliki status gizi gemuk sebanyak 9 responden (30,0%) dan 4 responden (13,3%) memiliki status gizi kurus.

4. PEMBAHASAN

Status gizi berdasarkan perhitungan IMT (BB/TB

2

) menunjukkan mayoritas pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam adalah berstatus gizi normal tetapi masih ditemukan responden yang memiliki status gizi gemuk maupun kurus.

Michael (1993) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kurang gizi pada pasien GGK yang menjalani terapi pengganti hemodialisis adalah; Asupan zat gizi kurang dan peningkatan kehilangan zat gizi. Akibat malnutrisi, untuk memenuhi kebutuhan maka simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan. Simpanan zat gizi akan habis apabila keadaan ini berlangsung lama dan akhirnya akan megakibatkan kemrosotan jaringan.

Pada saat ini orang akan dikatakan

malnutrisi walaupun baru hanya

ditandai dengan penurunan berat

badan dan petumbuhan terhambat

(Supariasa, 2014). Kehilangan zat

gizi yang semakin meningkat pada

pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa akan

menyebabkan perubahan biokimia

dan rendahnya zat-zat gizi dalam

darah, seperti rendahnya kadar

hemoglobin, serum vitamin A dan

(8)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

karoten. Dapat pula terjadi peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan asam piruvat pada penderita yang mengalami kekurangan tiamin.

Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka akan mengalamii perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain. Kebanyakan penderita malnutrisi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa akan sampai tahap ini (Supariasa, 2014).

5. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

1. Mayoritasnya berumur 41-60 tahun yaitu berjumlah 19 responden (63,3%), umur 20- 40 tahun sebanyak 6 responden (20,0%) dan >60 tahun sebnayak 5 responden (16,4%).

2. Mayoritas pasien hemodialisa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (60,0%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (40,0%)

3. Dari 30 responden yang menjalani hemodialisa sebanyak 17 responden (56,7%) memiliki status gizi normal, yang memiliki status gizi gemuk sebanyak 9 responden (30,0%) dan 4 responden (13,3%) memiliki status gizi kurus.

6. DAFTAR PUSTAKA

Davids M. R. Chronic kidney disease - the silet Epidem. CME.

25(8): 378-382; 2007

.

Muttaqin, A., dan Sari, K. Asuhan Keperawatan Gangguan Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika, 2011.

Putri, Fransiska MS. (2017). Status Gizi, Kadar Hemoglobin, Ureum, dan Kreatinin Pasien Hemodialisa Sebelum dan Sesudah Melakukan Konseling Gizi di RSUD Ungaran, Jawa Tengah.

Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Rachmawati TY, Syauqy A. 2014.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi, Protein, Phosphor, dan Kalium Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di RSUD Tugurejo Semarang. Journal of Nutrition College. (3) 1:

271-277

Riani, Atika Puspa, dkk. (2019).

Hubungan Asupan Enegi Dan Protein Dengan Status Gizi Berdasarkan %LILA Menurut Umur Pada Pasien Chronic Kidney Disease On Hemodialisis Di RSUD Dr.

Saiful Anwar Malang

.

Jurnal

(9)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

5

Labora Medika. Vol 3 No 1 (2019) 15-22

Siagian, Yusnaini. (2018). Status Nutrisi Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Daerah.

Jurnal Kerawatan Silimpari.

Volume 2, Nomor 1, Desember 2018

Supariasa, I. D. N, Bakri, B. Fajar, I.

(2014). Penilaian Status Gizi.

Jakarta: EGC

Suwitra K. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid ii edisi v.

Jakarta: FKUI, 2010.

(10)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452

6

Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 29 April 2020 :: Accepted: 12 Mei 2020 :: Published: 30 Mei 2020

Kecukupan Asupan Zat Gizi Makro dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

Lubuk Pakam

Wira Maria Ginting1, Jelita Manurung1, Andreais Boffil Cholilullah1

1Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara Email:

Abstrak

Latar Belakang: Penuaan adalah proses yang harus dialami setiap orang. Secara fisiologis, kemampuan seseorang akan bertahan secara bertahap seiring bertambahnya usia. Kelompok lansia akan mengalami perubahan baik secara biologis, fisik, psikologis dan sosial. Batas usia untuk orang tua menurut siapa yang dapat dikelompokkan ke lansia (lanjut usia) 60-74 tahun, orang tua (tua) berusia 75-90 tahun, dan usia sangat tua, yaitu mereka di atas 90 tahun. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional untuk menentukan faktor penentu (asupan nutrisi makro, penyakit menular, aktivitas fisik, kondisi gigi lengkap dan pengetahuan gizi) dan hubungan mereka dengan status gizi orang tua.

Variabel penelitian ini termasuk variabel independen (gratis), yaitu asupan nutrisi makro, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah status gizi orang tua.

Abstract

Background: Aging is a process that everyone must experience. Physiologically, a person's ability will gradually decrease with age. The elderly group will experience changes both biologically, physically, psychologically and socially. The age limit for the elderly according to WHO can be grouped into elderly (elderly) aged 60-74 years, elderly people (old) aged 75-90 years, and very old age, namely those above 90 years. This type of research is a quantitative descriptive study with a cross sectional design in which to determine the determinant factors (intake of macro nutrients, infectious diseases, physical activity, complete dental conditions and nutritional knowledge) and their relationship with the nutritional status of the elderly. The variables of this study include the independent variable (free), namely the intake of macro nutrients, while the dependent variable (dependent) is the nutritional status of the elderly.

Keywords: Nutritional Intake, Nutritional Status, Elderly

(11)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 29 April 2020 :: Accepted: 12 Mei 2020 :: Published: 30 Mei 2020

7 1. PENDAHULUAN

Proses menua merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang.

Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Lansia merupakan kelompok usia yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Batasan usia lansia menurut WHO dapat dikelompokkan menjadi usia lanjut (elderly) usia 60-74 tahun, lansia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua yaitu usia diatas 90 tahun (Dekawati, 2014)

Prevalensi usia lanjut di seluruh dunia termasuk Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 data prevalensi penduduk usia lanjut di Indonesia berdasarkan Data Badan Pusat Statistik mencapai 14 juta jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 22 jiwa (9,77%). Indonesia menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa.

Perubahan mental yang dialami karena perasaan kehilangan terutama pasangan hidup maupun sanak-keluarga atau teman dekat (bereavement), sering menyendiri, perasaan ketersendirian sampai menjadi lupa (demensia).

Perubahan sosial yang paling menonjol dengan meningkatnya usia adalah ketidakmampuan merawat diri sendiri dalam hal kegiatan hidup sehari-hari seperti mandi, BAB/BAK, berpakaian, menyisir rambut, makan sehingga lambat laun orang tersebut harus dibantu (Abikusno, 2013)

Proses penuaan juga mengakibatkan gangguan kesehatan seperti penurunan sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler hingga penurunan kemampuan musculoskeletal yang pada akhirnya akan menjadi faktor predisposisi timbulnya malnutrisi yang dapat mempengaruhi status gizi manula. Status gizi didefinisikan suatu keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia seperti usia dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan, asupan zat gizi, aktivitas fisik serta adanya infeksi penyakit (Adriani, 2012). Masalah gizi lain yang sering terjadi pada lansia adalah berat badan lebih dan obesitas.

Berdasarkan data dari Depkes RI (Oktariyani, 2012), berat badan lebih dan obesitas dapat menyebabkan peningkatan resiko menderita penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, asam urat dan penyakit empedu. Kehilangan gigi juga merupakan salah satu faktor penyebab gangguan asupan nutrisi. Gigi memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Salah satu fungsinya yaitu untuk pemenuhan nutrisi seseorang dengan fungsi mastikasinya. Dengan terjadinya kehilangan gigi tentunya pasien akan mengalami gangguan dalam mengunyah makanan tertentu seperti daging, buah dan sayuran yang keras (Munandar, 2014)

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dekawati (2014) menunjukkan bahwa gizi dan infeksi memiliki keterkaitan yang erat dimana 24 dari 43 sampel yang bertatus gizi tidak baik, ternyata keseluruhannya positif terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Penelitian selanjutnya oleh Hadiana (2013) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu 59 sampel dengan status gizi kurang baik, 55 diantaranya mengalami ISPA. Penelitian terbaru oleh Jayani (2014), tetap menunjukkan hasil yang sama dimana 23 dari 69 sampel yang mengalami gizi buruk, keseluruhannya juga mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa infeksi merupakan salah satu faktor determinan tetap yang mempengaruhi status gizi. Orang dengan status gizi tidak baik tanggapan kekebalannya kurang baik pula, sehingga

(12)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

======================================================================================

Received: 29 April 2020 :: Accepted: 12 Mei 2020 :: Published: 30 Mei 2020 lebih rentan terhadap penyakit infeksi.

Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memperburuk sistem kekebalan. Buruknya sistem imunitas tubuh berbanding lurus dengan menurunnya fungsi pertahanan pada sistem pencernaan, kulit serta menurunnya fungsi pernapasan sehingga rentan tekena infeksi.

Penelitian lainnya yang berhubungan dengan faktor determinan yang mempengaruhi status gizi yaitu penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan status gizi oleh Sorongan (2012). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Asupan energi yang berlebih jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan yang mengacu kepada obesitas.

Sistem pencernaan, kulit, serta masalah kesehatan pada manula seperti kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi merupakan hal yang umum dan paling sering terjadi di masyarakat. Masalah seperti ini wajib mendapatkan perhatian yang lebih oleh pemerintah. Ini dikarenakan, dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup manula, maka semakin tinggi pula masalah status gizi manula dari tahun ke tahun (Jansari, 2007)

Penelitian-penelitian yang telah terlaksana mengenai kaitan zat gizi makro pada status gizi lansia membuat peneliti tertarik untuk melakukan tindak lanjut berupa kegiatan pengabdian masyarakat berkaitan kecukupan gizi makro dalam upaya pengingkatan status gizi lansia.

2. METODE

Metode dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dengan melakukan pendampingan. Kegiatan pendampingan dilakukan di Posyandu Lansia wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Pakam dengan jumlah lansia sebanyak 35 orang.

Kegiatan diawali dengan melakukan survei berupa pemberian kuesioner yang akan menggambarkan pemahaman lansia maupun keluarga/pendamping mengenai kecukupan asupan zat gizi makro.

Tahap-Tahap Kegiatan Penjajakan awal

1. Tanggal 09 September 2019, kegiatan penjajakan dimulai dengan mengenali masalah gizi yang dialami oleh lansia yang terdata di POsyandu Lansia Lubuk Pakam

2. Pelaksanaan kegiatan pendampingan dimulai tanggal 11 dan 18 September 2019 sebagai berikut:

Tanggal 11 September 2021

a. Registrasi lansia yang mengikuti kegiatan.

b. Pembukaan kegiatan oleh tim pelaksana dan dilanjutkan dengan pre test terhadap lansia ataupun keluarga/ pendamping

c. Penyuluhan dan demonstrasi kecukupan zat gizi makro dan kaitannya dengan status gizi

d. Pemberian post test dan ditutup dengan pemberian doorprize pada lansia yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan

Tanggal 18 September 2021

a. Registrasi lansia yang mengikuti kegiatan.

b. Pembukaan kegiatan oleh mahasiswa dan dilanjutkan dengan pre test c. Penyuluhan dan demonstrasi

kecukupan gizi makro dan kaitannya dengan status gizi

d. Pemberian post test dan ditutup dengan pemberian doorprize pada lansia yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan

3. HASIL

Penelitian yang terlaksana pada lokasi yang telah ditentukan dilakukan dengan cara melaksanakan pendampingan mengenai zat gizi makro serta kaitannya terhadap status gizi.

(13)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

======================================================================================

Received: 29 April 2020 :: Accepted: 12 Mei 2020 :: Published: 30 Mei 2020

9 Hasil yang diperoleh pada kegiatan Penelitian ini dijabarkan pada diagram berikut ini:

Gambar 1. Pre-test I Pengetahuan tentang Kecukupan Zat Gizi Makro

Gambar 1 yang ditampilkan, diketahui bahwa pada pelaksanaan pre-test nilai tertinggi dan yang diperoleh adalah 55 (10 orang)

Gambar 2. Post-test Pengetahuan tentang Kecukupan Gizi Makro

Hasil yang ditunjukkan pada gambar 2, terdapat peningkatan kualitas dimana tidak ada yang memperoleh skor di bawah 50 berbeda dengan skor pada pre-test yang masih ada perolehan skor dibawah 50.

4. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dijabarkan pada grafik dimana asupan zat gizi makro memang berkaitan dengan status gizi

lansia. Semakin baik asupan gizinya maka semakin baik pula status gizi lansia.

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia seperti asupan zat gizi, infeksi penyakit, kelengkapan gigi, status usia, status perkawinan serta aktivitas fisik (Dewi, 2017)

5. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah:

1. Gambar 1 dijabarkan skor tertinggi yang diperoleh adalah 60 dan terendah 15

2. Gambar 2 menunjukkan ada peningkatan kualitas skor, yaitu skor terendah 50 dan tertinggi 80 3. Ada peningkatan skor yang

diperoleh mulai dari pre-test dan post-test setelah pelaksanaan pendampingan mengenai asupam zat gizi mkro

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, F. (2008). Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Skripsi.

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Darmojo, B. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dekawati, W. (2014). Hubungan Status Gizi dengan ISPA dan Diare pada Lansia di Puskesmas Musuk I Boyolali. Skripsi. Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta

(14)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

======================================================================================

Received: 29 April 2020 :: Accepted: 12 Mei 2020 :: Published: 30 Mei 2020 FAO/WHO/UNU. (2001). Human Energy

Requirements. Food and Nutrition Technical Report Series Journal.

103.

Hadiana, S. Y. (2013). Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. Jurnal Gizi Masyarakat.

13.

Ismayanti Nurika, M. (2012). Hubungan antara Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta.

Jurnal Kesmas UAD. 12.

Muzamil, Milfa Sari. (2014). Hubungan antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Jurnal FK Unand. 4.

Ridwan, M. (2015). Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Lansia di Panti Werdha Salib Putih Salatiga. Jurnal Gizi Masyarakat.

10.

Suyanta. (2012). Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis. Jurnal Psikologi, 14.

Ulum, M. (2014). Analisis Asupan Zat Gizi Makro, Serat dan Obesitas pada Pre Lansia Usia 45-54 tahun di Wilayah Jawa dan Bali. 8.

(15)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL

DI PUSKESMAS GALANG

Harris Rambey

1

, Wira Maria Ginting

1

, Andreais Boffil Cholilullah

1

, Jelita Manurung

1

Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

e-mail: Harris29@gmail.com Abstract

The growth and development of the fetus is determined by the nutrition provided by the mother, both from the mobilization of maternal deposits during pregnancy, and from the mother after the fetus is born. The nutritional status of a good pregnant mother greatly determines fetal development and growth which will also affect the smooth delivery The good nutritional status of pregnant women can be obtained by balancing between intake and nutritional needs. If during pregnancy the intake is not balanced with nutritional needs, the mother and fetus experience various problems. This study aims to determine the factors that are related to the incidence of Chronic Energy Deficiency in pregnant women in Galang Health Center. This type of research was descriptive with cross sectional design. The population in this study were all pregnant women at the Galang Health Center. The sampling technique used Purposive Sampling with a sample size of 34 people. Collecting data with a questionnaire.

Data analysis was done by univariate, bivariate with Chi-square test at 95%

confidence level, α = 5%. The results of the analysis showed that there was a relationship between education, knowledge, income, maternal age, and consumption patterns with the incidence of less chronic energy with each value of p <0.05 (0.001; 0.015; 0.010; 0.001 and 0.034). While the distance between pregnancy and parity is not related to p values of 0.431 and 0.375. It is recommended to the health center to develop health promotion related to maternal nutritional needs during pregnancy and consumption patterns that are in accordance with the needs of pregnant women as a fixed procedure when pregnant women come to have a pregnancy check up at the health center .

Keywords: education, knowledge, income, age, distance of pregnancy,

parity, comsumptiuon pattern and the incidence of less chronic energy.

(16)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020 1. PENDAHULUAN

Asupan gizi yang diberikan ibu, baik yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu ketika masa kehamilan, ataupun yang diberikan ibu pasca melahirkan sangat menentukan tumbuh kembang janin.

Saat asupan gizi selama masa kehamilan kurang, secara cepat janin akan melakukan penyesuaian.

Pengurangan dan pengecilan ukuran organ dan sistem tubuh adalah dampak dari penyesuaian tersebut (Hamzah, 2017).

Metabolisme zat gizi akan terjadi peningkatan pada saat masa kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan organ kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu sangat dibutuhkan sekali peningkatan kebutuhan asupan zat gizi. Sehingga seorang ibu hamil harus memiliki status gizi yang baik (Handayani dan Suci, 2011).

Status gizi yang baik semasa kehamilan sangat menentukan tumbuh kembang yang juga akan memengaruhi kelancaran pada proses persalinan. Kebutuhan dan asupan gizi yang terpenuhi akan memperoleh status gizi baik bagi ibu hamil. Jika kebutuhan dan asupan gizi pada masa kehamilan tidak terpenuhi, maka ibu dan janin akan mengalami berbagai masalah, seperti janin mengalami kecacatan, berat badan lahir rendah, anemia selama masa kehamilan, perdarahan, dan kematian neonatal.

Selain hal tersebut, ibu hamil yang

mengalami KEK akan berisiko 2-3 kali lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami KEK dan kemungkinan bayi meninggal sebesar 1,5 kali lipat (Andriyani, 2015).

Kekurangan zat gizi pada ibu dan bayi telah menyumbang setidaknya 3,5 juta kematian setiap tahunnya dan menyumbang 11% dari penyakit global di dunia. Menurut survei Ethiopian Demographic and Health Survey (EDHS) pada tahun 2014 mengenai masalah kekurangan gizi di negara berkembang seperti di Kerela (India) berkisar 19%, Bangladesh sekitar 34%, dan di daerah kumuh Dhaka sekitar 34%.

Penelitian EHDS selanjutnya juga mengungkapkan bahwa usia perempuan yang menikah kurang dari 18 tahun akan lebih memungkinkan untuk kekurangan gizi dibandingkan dengan usia lebih dari 18 tahun. Hal ini diakrenakan, pernikahan di usia dini sering kehilangan anak, tidak mempunyai rencana menjadi ibu, dan sering aborsi (Abraham et al., 2014).

Adapun beberapa penyebab tidak

terpenuhinya kebutuhan zat gizi

pada masa kehamilan, antara lain

tingkat pendidikan, pengetahuan

yang rendah, tingkat ekonomi,

penyakit infeksi, usia ibu teralalu

muda (<20tahun) atau usia ibu yang

berisiko tinggi untuk melahirkan

(>34 tahun), pola konsumsi yang

buruk, paritas ibu yang tinggi, jarak

kehamilan yang terlalu dekat

(17)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

13

sehingga ibu belum memperoleh kesempatan utnuk memperbaiki tubuhnya setelah melahirkan (Arisman, 2007).

Tingginya prevalensi ibu hamil usia subur (15-49 tahun) yang mengalami KEK di Sumatera Utara pada tahun 2013 memiliki kontribusi terhadap jumlah angka kematian ibu (AKI). Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 dilaporkan sebanyak 134 kematian ibu terjadi per 100.000 kelahiran hidup. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan upaya kesehatan guna penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tergolong rendah.

Puskesmas Galang merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki angka kejadian KEK yang tinggi. Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Galang terdapat sebanyak 10 orang ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). Terjadinya kekurangan energi kronik pada ibu hamil dikarenakan asupan gizi yang tidak adekuat. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang.

2. METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan pada penelitian adalah cross sectional.

Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini

dilakukan di Puskesmas Galang dengan besar sampel 34 orang.

Instrumen yang digunakan diperoleh dari penelitian sebelumnya yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel, sementara analisis bivariat dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang diuji menggunakan chi square test dengan tingkat kepercayaan 95%.

3. HASIL

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di

Puskesmas Galang

Variabel f %

Pendidikan Tinggi Rendah

25 9

73,5 26,5 Pengetahuan

Baik Buruk

22 12

64,7 35,3 Pendapatan

Melebihi UMR Tidak sesuai UMR

19 15

55,9 44,1 Usia ibu

Tidak berisiko Berisiko

22 12

64,7 35,3 Jarak Kehamilan

Tidak berisiko Berisiko

24 10

70,6 29,4 Paritas

Primipara Multipara

Grandemultipara

16 14 4

47,1 41,2 11,7 Pola Konsumsi

(18)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020 Sesuai

Tidak sesuai

24 10

70,6 29,4 Kejadian KEK

Tidak terjadi Terjadi

24 10

70,6 29,4

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan tinggi (73,5%),

pengetahuan baik (64,7%), pendapatan melibihi UMR (55,9%), usia tidak berisiko (64,7%), jarak kehamilan tidak berisiko (70,6%), paritas primipara (47,1%), pola konsumis sesuai (70,6%) dan tidak terjadi KEK (70,6%).

4. PEMBAHASAN

Tabel 2. Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Pendidikan

Kejadian KEK

Total p

Value Tidak Terjadi Terjadi

f % f % f %

Tinggi 22 88,0 3 12,0 25 100

0,001

Rendah 2 22,2 7 77,8 9 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Penelitian ini mendapatkan

dari responden dengan pendidikan tinggi didapatkan 88,0% tidak terjadi kurang energi kronik (KEK) dan responden dengan pendidikan rendah didapatkan 77,8% terjadi kurang energi kronik (KEK). Hasil analisis bivariat mendapatkan ada hubungan pendidikan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (p value = 0,000).

Hasil penelitian iyang telah dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kekurangan energi kronik (KEK) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan pendidikan dengan kekurangan energi kronik (KEK).

Demikian juga dengan penelitian

Hamzah (2016) mengenai analisis

faktor yang memengaruhi kejadian

kekurangan energi kronis (KEK)

pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Langsa Kota Kota Langsa

Provinsi Aceh Tahun 2016 bawhwa

ada pengaruh pendidikan dengan

kejadian kekurangan ennergi kronis

(KEK) pada ibu hamil.

(19)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

15

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Pengetahuan

Kejadian KEK

Total

p Value Tidak Terjadi Terjadi

f % f % f %

Baik 19 86,4 3 13,6 22 100

0,015

Buruk 5 41,7 7 58,3 12 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Penelitian ini mendapatkan dari responden dengan pengetahuan baik didapatkan 86,4% tidak terjadi kurang energi kronik (KEK) dan responden dengan pengetahuan buruk didapatkan 58,3% terjadi kurang energi kronik (KEK). Hasil analisis bivariat mendapatkan ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (p value = 0,015).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lubis, dkk (2015) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian KEK dengan nilai p 0,001. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Widyawati (2012) tentang hubungan antara pengetahuan tentang gizi dan

konsumsi protein dengan kejadian KEK menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan tentang gizi dengan kejadian KEK (p = 0,000 < 0,05).

Pengetahuan tentang gizi yang baik akan membuat orang tersebut semakin memperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Orang yang berpengetahuan rendah tentang gizi akan berperilaku memilih makanan yang menarik sehingga tidak memilih berdasarkan nilai gizi dari makanan tersebut. Sebaliknya seseorang yang berpengetahuan tinggi cenderung akan lebih banyak

mempertimbangkan dan

pengetahuan tentang nilai zat gizi dari makan tersebut.

Tabel 4. Hubungan Pendapatan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Pendapatan

Kejadian KEK

Total p

Value Tidak

Terjadi

Terjadi

f % f % f %

Melebihi UMR 17 89,5 2 10,5 19 100

0,010 Tidak sesuai UMR 7 46,7 8 53,3 15 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Hasil analisis bivariat mendapatkan ada hubungan

pendapatan dengan kejadian Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

(20)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

di Puskesmas Galang (p value = 0,010). Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Lubis, dkk (2015) bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan kejadian kurang energi kronik dengan nilai p 0,001.

Penelitian juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Amrullah (2006), menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan risiko dengan kejadian KEK pada ibu hamil, semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka status gizi pada ibu hamil akan lebih baik sehingga risiko KEK akan lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah.

Pengeluaran yang rendah berpeluang besar menyebabkan terjadinya KEK yang akan berpengaruh dengan kualitas belanja pangan yang akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan gizi khususnya energi dan protein semakin kecil. Menurut Suhardjo (2012) menyatakan bahwa pada umumnya, jika tingkat pendapatan keluarga baik maka jumlah makanan yang dikonsumsi cenderung membaik juga dan secara tidak langsung kebutuhan zat gizi akan terpenuhi dan akan meningkatkan status gizi.

Tabel 5. Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Usia

Kejadian KEK

Total p Value Tidak Terjadi Terjadi

f % f % f %

Tidak berisiko 20 90,9 2 9,1 22 100

0,001 Berisiko 4 33,3 8 66,7 12 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Hasil analisis untuk

mengetahui hubungan usia ibu dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) didapatkan nilai p = 0,001. Berarti p value < 0.05, maka ada hubungan usia ibu dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lubis, dkk (2015) yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kurang energi kronik (KEK)

dengan nilai p 0,001. Demikian juga penelitian Hamzah (2016) yang mendapatkan ada pengaruh usia dengan kejadian kekurangan energy kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Langsa Kota.

Usia yang terlalu muda atau

terlalu tua dapat mengakibatkan

kualitas rendah dan akan merugikan

kesehatan ibu karena dapat terjadi

kompetisi makanan antara ibu dan

janin yang masih dalam masa

(21)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

17

pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal pada masa kehamilan.

Tabel. 6. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Jarak Kehamilan

Kejadian KEK

Total p Value Tidak

Terjadi

Terjadi

f % f % f %

Tidak Berisiko 18 75,0 6 25,0 24 100

0,431 Berisiko 6 60,0 4 40,0 10 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Hasil analisis bivariat mendapatkan tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (p value

= 0,431). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016) yang mendapatkan bahwa jarak kehamilan tidak mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronik.

Penelitian menunjukan bahwa keluarga yang dapat mengatur jarak kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki

probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding dengan jarak kelahiran di bawah 2 tahun. Jarak kelahiran yang dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri sehingga dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi pada ibu dan janin yang dikandung berikutnya.

Tabel. 7. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Paritas

Kejadian KEK

Total p

Value Tidak

Terjadi

Terjadi

f % f % f %

Primipara 13 81,2 3 18,8 16 100

0,375 Multipara 9 64,3 5 35,7 14 100

Grandemultipara 2 50,0 2 50,0 4 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

(22)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

Hasil analisis bivariat mendapatkan tidak ada hubungan paritas dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (p value = 0,375). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016) yang mendapatkan bahwa paritas tidak mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronik.

Paritas juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi perlu di waspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih maka akan di temukan keadaan seperti kesehatan terganggu (anemia dan kurang gizi) dan kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.

Tabel. 8. Hubungan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Galang

Pola Konsumsi

Kejadian KEK

Total p

Value Tidak

Terjadi

Terjadi

f % f % f %

Sesuai 20 83,3 4 16,7 24 100

0,034 Tidak sesuai 4 40,0 6 60,0 10 100

Total 24 70,6 10 29,4 34 100

Hasil analisis bivariat mendapatkan ada hubungan pola konsumsi dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (p value = 0,034). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2011) yang mendapatkan tidak ada hubungan antara pola konsumsi, terhadap risiko kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 dengan nilai p= 1,000.

Konsumsi makanan yang adekuat untuk ibu hamil adalah jika tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam kualitas maupun kuantitasnya serta

mendukung kondisi fisiologis yang sedang dialami ibu hamil. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan makanan dan perbandingan yang satu terhadap lainnya (Marlenywati, 2010).

4. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

1. Ada hubungan pendidikan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p = 0,001)

2. Ada hubungan pengetahuan

dengan kejadian Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu

(23)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 24 Maret 2020 :: Accepted: 08 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

19

hamil di Puskesmas Galang (nilai p = 0,015)

3. Ada hubungan pendapatan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p= 0,010)

4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p=0,001)

5. Ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p = 0,431)

6. Ada hubungan paritas dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p = 0,375)

7. Ada hubungan pola konsumsi dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Galang (nilai p = 0,034)

5. DAFTAR PUSTAKA

Abraham S, Miruts G, Shumye A.

(2014). Magnitude of chronic energy deficiency and its associated factors among women reproductive age in the Kunama population, Tigray, Ethiopia, in 2014:

BioMed Central

Nutririon.Arisman. (2007).

Gizi dalam Daur Kehidupan.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hamzah, DF. (2017). Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Menentukan Masa Depan Suatu Bangsa.

Medan: Harian Analisa tanggal 29 Oktober 2018.

Handayani dan Suci. (2011). Analisis Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Wedi Klaten.Klaten: Jurnal Involusi Kebidanan. Vol 1, No. 1 : 42-60.

Hermawan, Wawan. (2006). Faktor- faktor yang Berpengaruh terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi Program Stusi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Sulistyoningsih, Hariyani. (2011).

Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

(24)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 05 Maret 2020 :: Accepted: 20 Maret 2020 :: Published: 30 Mei 2020

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI KLINIK SISWANI TAHUN

Astriana Fransiska

1

, Wira Maria Ginting

1

, Joe Chresnando Ginting

1

Progaran Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

Email: Astriana.Fransiska@gmail.com

Abstract

Background : Hypertension causes about 5-10% of all pregnancies, and can be a deadly complication. The purpose of this study was to determine the relationship between diet and the incidence of hypertension in pregnant women at Siswani Clinic. The pattern is then described in three categories, namely good, enough, less. This research is quantitative in nature by using primary data with a sampling technique, namely Acidental Sampling, with the number of samples available. The research finally obtained results that illustrated the relationship between diet and the incidence of hypertension where the p value was 0.561 greater than 0.05, so there was no significant relationship.

Keywords: Diet, Pregnant Women, Hypertension

1. PENDAHULUAN

Salah satu perilaku penting yang mampu mempengaruhi permasalah gizi adalah pola makan.

Penyebabnya adalah jumlah dan kualitas makanan serta minuman yang dikonsumsi mempengaruhi kesehatan baik secara individu maupun kelompok masyarakat (Permenkes RI No.14, 2014)

Pola makan tidak sehat sangatlah berpengaruh pada peningkatan proporsi gangguan pada kesehatan di tiap golongan umur. Pentingnya menjaga pola makan akan sangat berpengaruh pada minimnya penyakit yang muncul termasuk hipertensi (Ogis, 2018)

Selain perilaku makan, gaya hidup kekinian juga merupakan pemicu munculnya hipertensi.

Kecenderungan menyukai makanan instan yang jelas tinggi kandungan Natriumnya serta minimnya aktivitas fisik adalah penyebab terjadinya hipertensi (Ratnawati, 2017)

Hipertensi adalah jenis penyakit yang tidak menular akan tetapi anka kejadinannya sangat tinggi di dunia.

Hampir sembilan juta warga di dunia

meninggal akibat hipertensi. Sangat

penting untuk mengetahui

tatalaksana pencegahan serta

pengobatan hipertensi baik secara

farmakologi maupun non

farmakologi (Buheli, 2017)

(25)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 05 Maret 2020 :: Accepted: 20 Maret 2020 :: Published: 30 Mei 2020

21 Ada beberapa faktor yang mengakibatkan munculnya penyakit hipertensi seperti konsumsi makanan tinggi Natrium, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, merokok, stres serta pola makan yang salah dan faktor-faktor tersebut akan semakin parah dampaknya pada ibu saat melahirkan dan juga pada lansia (Sutanto, 2010)

Ibu yang hamil dengan kondisi hipertensi mengakibatkan morbiditas serta mortalitas yang tidak terkelola dengan baik karena hipertensi akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu serta janinnya (Karthikeyan, 2015)

Hipertensi yang tidak tepat penanganannya akan menimbulkan potensi terjadinya penyakit baik yang sifatnya menular ataupun tidak menular yang sama-sama dapat berdampak pada kematian (Ogis, 2018)

Penelitian ini mengkaitkan pola makan dengan kejadian hipertensi dengan berpatokan pada teori-teori yang diperoleh dari berbagai penelitian

2. METODE

Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik dari pada naratif dengan menggunakan pendekatan cross sectional adalah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi dengan cara pendekatan observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2018)

3. HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi

pada Ibu Hamil

Pola Makan f %

Baik 5 16.7

Cukup 15 50

Kurang 10 33.3

Total 30 100

Hasil yang ditunjukkan pada tabel 1 adalah kelompok ibu dengan pola makan cukup adalah distribusi sampel terbesar yaitu sebanyak 15 ibu hamil (50%) pola makannya cukup.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hipertensi pada Ibu Hamil

TD f %

Hipertensi 13 43.3 Tidak Hipertensi 17 56.7

Total 30 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang tidak hipertensi lebih besar dari jumlah ibu hamil yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 17 (56.7%) ibu hamil tidak mengalami hipertensi.

Tabel 3. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada

Ibu Hamil

(26)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 05 Maret 2020 :: Accepted: 20 Maret 2020 :: Published: 30 Mei 2020

Pola Makan

Hipertensi

Total P- valu Ya Tidak e

f % f % f % Baik 1 3.3 4 13.3 5 16.6 Cukup 10 33.3 5 16.7 15 50 0.561 Kurang 3 10 7 23.4 10 33.4 Total 14 46.6 16 53.4 30 100

Hasil analisa bivariat yang ditunjukan pada tabel 3 menunjukkan ternyata tidak hubungan yang signifikan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian hipertensi dimana diperoleh nilai p-value sebesar 0.561.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji bivariat pada tabel 3 ditunjukkan bahwa antara variabel pola makan ibu hamil ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Perlunya dilakukan penelitian lainnya dengan mengganti faktor lain yang kemungkinan juga dilalukan oleh ibu hamil seperti kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol atau yang lainnya dan dikaitkan lagi dengan kejadina hipertensi.

Pentingnya mengetahui faktor lain tersebut adalah guna mencegah terjadinya kematian pada ibu ataupun janin yang diakibatkan Hipertensi dalam kehamilan (HDK) berupa preeklampsia dan eklampsia.

Sesuai dengan penelitian Yudia (2016) dimana hipertensi pada masa kehamilan sangat mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas perinatal dengan berbagai resiko pencetusnya.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Distribusi frekuensi pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil diperoleh menunjukkan bahwa setengah (50%) sampel berkategori pola makan cukup.

2. Sebaran data pada tabel 2 menunjukkan bahwa ibu hamil yang menjadi sampel lebih banyak tidak mengalami hipertensi yaitu sebanyak 14 (53.4%).

3. Hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil setelah dilakukan uji bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan signifikan dimana diperoleh p-value sebesar 0.561.

DAFTAR PUSTAKA

Buheli. (2017). FAKTOR DETERMINAN KEPATUHAN

DIET PENDERITA

HIPERTENSI. Jambura Health Sport Journal.

Corry. (2016). HUBUNGAN POLA

MAKAN DAN KECUKUPAN

ISTIRAHAT TIDUR DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA

IBU HAMIL DI PUSKESMAS

BIROMARU. Jurnal Untad.

(27)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 2252-4452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

================================================================================

Received: 05 Maret 2020 :: Accepted: 20 Maret 2020 :: Published: 30 Mei 2020

23 Dainty. (2017). ASUHAN

KEBIDANAN PATOLOGIS . Jakarta: Aksara.

Dewi, A. (2018). ILMU GIZI UNTUK PRAKTISI KESEHATAN.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fadlun. (2011). ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS.

Jakarta: Salemba Medika.

Jumaiza. (2018). ANALISIS FAKTOR

YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Jurnal STIKES Kapuasraya.

Laksmi, P. (2014). PENYAKIT- PENYAKIT PADA KEHAMILAN.

Jakarta: Internal Publishing.

Marta. (2017). OBSTETRI PATOLOGI. Jakarta: EGC.

Nirwana, A. (2017). KAPITA SELEKTA KEHAMILAN.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoadmojo. (2018). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.

Jakarta: Rineka.

Ogis. (2018). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI

DUSUN BLOKSEGER

KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI.

Jurnal IKESMA.

Prawirohardjo, S. (2016). ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Bina Pustaka..

Siwi. (2015). ASUHAN KEBIDANAN

PADA KEHAMILAN.

Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sulistyoningsih, H. (2018). GIZI UNTUK KESEHATAN IBU DAN ANAK. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yudia. (2016). DETERMINAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PDA IBU HAMIL DI RSUP DR.

MOHAMMAD HOESIN

PALEMBANG. Jurmal Ilmu

Kesehatan Masyarakat .

(28)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA 0-3 TAHUN DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA

Raini Panjaitan

1

, Reno Irwanto

1

, Andreais Boffil Cholilullah

1

Progaran Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

Email: raini0938p@gmail.com

Abstract

Mother knowledge is closely related to malnutrition problems in toddlers, it can be seen from the wrong habits of the mother feeding her toddler. Lacking nutrition in children can also be caused by the mother's knowledge choosing wrong food ingredients, the availability of inadequate quantities of food and food diversity depends on the mother's knowledge. Objectives: In general the aim of the research is to determine the correlation of knowledge of mothers in with the nutritional status of children in Puskesmas Tanjung Morawa. Methods: This research used analytical method with a cross sectional design which data retrieval is done just once by using primary data, secondary data and using total sampling techniques in determining the number of samples. Data is analyzed using Chi- Square test. The results: The number of samples is 32 mothers of children. Chi square test showed there was correlation between the knowledge of mother in food feeding with the nutrition status of toddler with p= 0,02 (p=0,05).

Conclusion: There is a correlation between knowledge of mothers with nutritional status of children in Puskesmas Tanjung Morawa. Suggestion: toddler mothers are expected to play an active role in giving food according to their balanced nutritional needs for their children.

Keywords: Knowledge Mother, Nutritional Status, Children 1. PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang berkualitas di masa akan datang sangat dipengaruhi oleh status gizi balita. Status gizi balita akan berhubungan dengan kecerdasan, kecerdasan saat usia dini akan tergantung kepada asupan zat gizi.

Semakin rendah asupan zat gizi pada anak, maka semakin rendah status gizi anak dan tingkat kecerdasan anak. Gizi kurang atau buruk pada masa balita dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan kecerdasan anak (Rahmatillah, 2018).

Berdasarkan data Organisasi Kesehtan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian balita di Negara berkembang berpengaruh dengan status gizi buruk.

Tercatat 50% balita di Asia, 30% di Afrika dan 20% di Amerika menderita gizi buruk (UNICEF,2012). Secara Nasiolnal prevalensi pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang.

Berdasarkan data United Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan pada tahun 2012

(29)

Jurnal Kesehatan Masyarakat Medistra, e-ISSN: 22524452 Vol. 9 No. 1 Edisi Maret – Mei 2020

====================================================================================

Received: 17 Maret 2020 :: Accepted: 1 April 2020 :: Published: 30 Mei 2020

25

diperkirakan 25% atau 162 juta anak di dunia mengalami malnutrisi, sedangkan di Indonesia terdapat 36% balita yang mengalami malnutrisi. Masalah gizi utama pada anak balita di Indonesia adalah status gizi kurang. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk mulai meningkat pada usia 6-11 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 12-23 bulan dan 24-35 bulan (UNICEF,2012).

Menurut penelitian Anik, dkk (2017) status gizi anak balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang aakan dicapai dalam MDGS 2015.

Pengukuran status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2013 prevalensi status gizi kurang pada anak balita di Indonesi adalah 19,9

%. Target Nasional tahun 2019 adalah 17% maka prevalensi kekurangan gizi pada balita harus diturunkan 2,9%

pertahunnya sampai tahun 2019.

Ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk tersebut berdasarkan hasil perhitungan BB/TB atau BB/PB Z-score

<-3 SD yaitu kategori balita sangat kurus (Rahmatillah, 2018).

Menurut Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) tahun 2013, secara keseluruhan prevalensi gizi buruk pada anak balita yaitu sebesar 19,6% (5,7%

anak balita mengalami gizi buruk dan 13,9% mengalami gizi kurang), berarti masalah gizi buruk atau kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang ada pada masyarakat.

(Marselina dkk, 2018).

Faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya gizi buruk dan kurang pada anak balita terdiri atas penyebab langsung dan tidak langsung.

Faktor penyebab langsung meliputi

makanan dengan gizi tidak seimbang dan infeksi, sedangkan faktor penyebab tidak langsung meliputi ketahanan pangan, pola asuh anak, serta faktor pendidikan dan pengetahuan ibu. Pengetahuan merupakan hal yang terpenting dalam pentukan sebuah tindakan seseorang.

Dalam hal pengetahuan ibu, maka akan menyebabkan terbentuknya tindakan untuk melakukan pola asuh dan hidup sehat bagi keluarga, termasuk perannya dalam meningkatkan status gizi anak.

Semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai hal tersebut, akan semakin baik pula ibu dalam memberikan pola asuh yang tepat untuk anak balitanya (Wijaya, dkk. 2016).

Menurut Sediaoetama dalam buku gizi reproduksi pada masa balita di tandai dengan pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat disertai dengan perubahan yang memerlukan zat gizi dengan jumlah yang banyak dan berkualitas tinggi. Status gizi baik terjadi jika kondisi tubuh memperoleh kecukupan zat gizi yang efisien, sehingga pertumbuhan fisik, kemampuan kerja, perkembangan otak, dan kesehatan secara umum akan meningkat (Yuli, dkk. 2015).

Pengetahuan serta perilaku ibu sangat berkaitan dengan status gizi balita. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi dan kesehatan, khususnya ibu merupakan salah satu yang memungkinkan terjadinya kekurangan gizi pada anak balita, pengetahuan juga berpengaruh pada pola konsumsi pangan seseorang dimana pengetahuan gizi yang dimiliki berpengaruh terhadap pemilihan jenis dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi oleh balita (Yuli, dkk. 2015).

Kemiskinan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah

Referensi

Dokumen terkait

uji ini umumnya digunakan jika skala pengukuran danya ordinal dan skala interval maupun rasional yang tida memenuhi syarat untuk uji t atau uji F katagori /perlakuan sama dengan dua

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan lokasi terjadinya banjir dengan variabel yang digunakan yaitu kemiringan lereng dengan kriteria

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELET Alamat Kantor : Jl. Raya Kelet –

Jarak sambaran dari perhitungan manual menggunakan metode collecting volume di dapat dari atas bangunan yang dimana sudah dijelaskan bahwa jarak sambaran

Tahap yang keempat yaitu tahap reduksi, pada proses ini peneliti tidak melakukan tahap reduksi, karena konsep yang terdapat dalam buku pengayaan pencemaran logam

Setelah mendapatkan informasi yang sesuai, dan Saudara diminta untuk membuat suatu karya, apakah Saudara menuliskannya sesuai dengan bahasa Saudara sendiri.. Setelah

ditumbuhkan pada substrat heksadekan ……… 36 Gambar 5.7 Aktivitas enzim naftalen dioksigenase Bacillus subtilis 3KP yang.. ditumbuhkan pada

Ini sesui dengan penelitian Yuningsih (2017) bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi napas dalam terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien yang