• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU "

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU

(Brassica juncea L)

SKRIPSI

Oleh

AMRINA ROSADA NIM. TB 140425

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU

(Brassica juncea L)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)

Oleh

AMRINA ROSADA NIM. TB 140425

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

2018

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas segala rahmat yang diberikan Allah SWT, telah kususun jari jemari ini diatas keyboard laptop dengan penuh semangat, jatuh

bangun sebagai pembuka persembahan ku. Tak lupa di awali dengan Bismillahirrahmanirrahim sebagai awal disetiap pekerjaanku.

Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang tercinta, terkhusus kepada kedua orang tuaku yang selalu men-support dan Mendoakan tanpa hentinya

sehingga saya dapat mencapai puncak titik akhir ini bapak Suparno dan Ibu Sukmanah.

Buat saudara- saudara : Aar Sarimanah S.P (kakak) yang sudah menjadi teman curhat dan pemberi semangat, Anrillia Farida (adik) yang terkadang

penyemengat disaat ditunggu kepulangannya.

Serta tak lupa pula Sahabat-sahabat yang telah setia menjadi teman ngobrol, berjuang bersama, untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan.

(8)

MOTTO

ۦ

ۗ

ۦ ۦ

Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang, korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Al-An’am : 99) (Tri Karya,2002.Al-Qur’an dan Terjemahannya).

(9)
(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACK ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJUAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teoritik ... 6

B. Penelitian Yang Relevan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 20

C. Alat Dan Bahan ... 20

D. Tahapan Penelitian ... 21

E. Variabel Yang Diamati ... 23

F. Rancangan Penelitian ... 23

G. Teknik Pengumpulan Data ... 25

H. Teknik Analisis Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan... 34

BAB V PENUTUP... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

(11)

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 pengukuran tinggi tanaman sawi ... 28 Tabel 4.2 perhitungan jumlah helai daun tanaman sawi ... 30 Tabel 4.3 perhitungan berat basah tanaman sawi ... 32 Tabel 4.4 hasil analisis varian pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap

tinggi tanaman sawi ... 35 Tabel 4.5 hasil analisis varian pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap

jumlah helai daun tanaman sawi ... 37 Tabel 4.5 hasil analisis varian pengaruh pemberian limbah cair tahu

terhadap berat basah tanaman sawi ... 39

(13)

DAFTAR GRAFIK

Gambar 4.1 grafik jumlah rata-rata tinggi tanaman sawi ... 29 Gambar 4.1 grafik jumlah rata-rata jumlah helai daun tanaman sawi ... 31 Gambar 4.1 grafik jumlah rata-rata berat basah tanaman sawi ... 33

(14)

ABSTRAK

Nama : Amrina Rosada Jurusan : Pendidikan Biologi

Judul : pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair tahu yang dapat digunakan sebagai pupuk cair organik pada pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Jenis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian Kuantitatif dengan metode pengumpulan data dengan menggunakan eksperimen, pengukuran dan dokumentasi. Rancangan percobaan penelitian dengan menggunakan sistem RAK (Rancangan Acak Kelompok), Penelitian dilakukan di RT 24 Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun pada bulan Juli-Agustus 2018. Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan 1 kontrol dan ulangan yaitu k0 (air biasa), k1(250ml), k2 (500ml), k3

(750ml), k4 (100ml). Data dianalisi secara statisitik melalui ANOVA satu jalur dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penellitian menunjukan bahwa pemberian limbah cair tahu sagat efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi hijau ( Brassica juncea L.) dibuktikan dengan tinggi tanaman rata-rata 160,6, jumlah helai daun rata-rata 61,6, dan berat rata-rata 478.9, sehingga dapat diketahui perbedaan yang signifikan dalam kesuburan tanaman pada pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) Kata kunci : pengaruh limbah cair tahu, sawi hijau ( Brassica juncea L.).

(15)

ABSTRACT

Name : Amrina Rosada Department : Biology Education

Title : The Effect Of Giving Liquid Waste To Know The Growth Of Mustard Green Plants (Brassica Juncea L).

This study aims to determine the effect of tofu liquid waste which can be used as organic liquid fertilizer on the growth of mustard green plants (Brassica juncea L.). This type of research is carried out using quantitative research with data collection methods using experiments, measurements and documentation. The design of the research experiment using the RAK (Randomized Block Design) system was conducted in RT 24 Pasar Singkut Village, Singkut Sub-District, Sarolangun District in July-August 2018. This research was carried out with 4 control and 1 treatment, namely k0 (ordinary water), k1 (250ml), k2 (500ml), k3 (750ml), k4 (100ml). Statically analyzed data through one-way ANOVA and followed by 5%

BNT test. The results of the research show that the administration of sagat tofu wastewater is effective in the growth of mustard green plants (Brassica juncea L.) as evidenced by the average height of plants a 160.6, the average number of leaves is 61.6, and the average weight is 478.9, so it can be seen that there is a significant difference in plant fertility in the provision of tofu liquid waste to the growth of mustard green plants (Brassica juncea L.).

Keywords: effect of tofu liquid waste, mustard greens (Brassica juncea L.).

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sayuran banyak digemari masyarakat karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein, nabati dan serat. Kebutuhan sayuran yang terus meningkat di masyarakat tidak didukung dengan luas lahan yang digunakan untuk penanamannya. Subandi, Nella Purnama dan Budy Frasetya. (2015) menyatakan tanaman hortikultura terutama tanaman sayuran daun memegang peranan penting, karena lebih banyak mengandung vitamin dibanding sayuran jenis lain.

Singkut merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Provinsi Jambi Kabupaten Sarolangun. Daerah ini merupakan suatu daerah tempat berkumpulnya para Transmigrasi yang pada awalnya berasal dari daerah Jawa, masyarakat Singkut pada umunya bekerja sebagai para berkebun dan petani demi menyambung kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mereka yang sudah terbiasa mengenal dan melakukan proses berkebun dan bertani didaerah asalnya sebelum bertransmigran, hingga saat ini pekerjaan tersebut masih sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Singkut salah satunya yaitu bertani.

Dengan iklim tropis yang memiliki curah huan dan panas yang cukup membuat para petani semakin rajin dalam melakukan bercocok tanam dilahan mereka, karena dengan iklim tersebut membuat tanaman yang mereka tanam tumbuh subur dengan suhu lingkungan berkisar 26.4oC, membuat para petani antusias dalam melakukan penanaman palawija seperti tumbuhan sawi hijau (Brassica juncea L.)

Tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayur-sayuran yang mempunyai peranan penting bagi banyak masyarakat. Kebutuhan sawi hijau dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini menjadi alasan masyarakat singkut untuk terus membudidayakan tanaman sawi di setiap masing-masing halaman rumah yang menjadi area lahan perkebunan mereka. Salah satu peningkatan produktivitas tanaman sawi dengan cara penggunaan pupuk organik yang aman bagi lingkungan.

Penggunaan pupuk organik di masyarakat singkut sangat rendah dengan alasan sulit untuk mendapatkan jumlah yang banyak dari produksi pupuk organik, hal ini juga di pengaruhi karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam produksi pupuk organik yang berbahan dasar limbah yang sangat berlimpah di sekitar mereka, salah satunya yang dapat dijadikan pupuk organik adalah limbah cair pada produksi tahu.

(17)

Banyaknya pabrik tahu di singkut menjadi alasan saya mengapa cair limbah tahu dapat menjadi salah satu penunjang pupuk organik, hal ini dikarenakan banyaknya produksi pabrik tahu yang tidak memanfaatkan limbah tahu sebagai bahan yang dapat di manfaatkan bagi kebutuhan manusia. Para pengusaha produksi tahu banyak yang melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang sisa limbah cair tahu ke dalam aliran sungai. Sehingga dampak buruk yang terjadi pada pembuangan ini adalah terjadinya pendangkalan sungai yang ada di kawasan singkut dan rusaknya ekosistem air yang ada disungai menjadi rusak bahkan sudah sulit ditemukan lagi jenis ikan yang biasanya menjadi salah satu sumber makanan masyarakat di singkut. Tidak hanya itu saja, sumber air jernih yang terdapat disungai sudah sulit untuk dijumpai oleh masyarakat singkut itu sendiri.

Air limbah tahu merupakan air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu. Pada waktu pengendapan tidak semua mengendap, dengan demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat lain yang larut dalam air akan terdapat dalam limbah cair tahu yang dihasilkan.

Limbah cair tahu merupakan sisa dari proses pencucian, perendaman, penggumpalan, dan pencetakan selama pembuatan tahu. Limbah cair tahu banyak mengandung bahan organik. Kandungan protein limbah cair tahu mencapai 40-60 %, karbohidrat 25-50 %, dan lemak 10 %. Bahan organik berpengaruh terhadap tingginya fosfor, nitrogen, dan sulfur dalam air.

Sarwono dkk (2004) menyatakan sifat limbah cair dari pengolahan tahu antara lain sebagai berikut: 1. Limbah cair mengandung zat-zat organik terlarut yang cenderung membusuk jika dibiarkan tergenang sampai beberapa hari di tempat terbuka. 2. Suhu air tahu rata-rata berkisar antara 40-600 C, suhu ini lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan. Pembuangan secara langsung tanpa proses, dapat membahayakan kelestarian lingkungan hidup. 3. Air limbah tahu bersifat asam karena proses penggumpalan sari kedelai membutuhkan bahan penolong yang bersifat asam. Keasaman limbah dapat membunuh mikroba.

Air limbah industri tahu memiliki berbagai kandungan bahan organik yang sangat tinggi, dimana hal ini jika tidak dikelola dengan baik akan dapat memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Secara umum air limbah industri tahu memiliki kadar BOD (Biological Oxygen Demand), COD ( Chemical Oxygen Demand), N, P dan K yang sangat tinggi. Kadar N total, P dan K dalam air limbah tahu mencapai 43,37 mg/L, 114,36 mg/L dan 223 mg/L (Kusumawati et al., 2015). Salah satu dampak akibat tingginya kadar N dan P bagi

(18)

perairan adalah terjadinya eutrofikasi yang mengakibatkan tidak terkendali dan terkontrolnya alga yang tumbuh (algae blooming) (Widyastuti et al., 2015).

Permasalahan yang sering muncul terkait pengelolaan limbah tahu adalah masih terbatasnya ketersediaan sistem pengolahan air limbah industri tahu yang murah dan efisien juga menjadi kendala dalam mengolah air limbah industri tahu. Permasalahan lain dari belum terkelolanya limbah industri tahu dikarenakan minimnya pemahaman pelaku industri terkait penggunaan kembali (reuse) limbah industri tahu untuk kegiatan lainnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan kembali air limbah industri tahu tersebut, misalnya untuk kegiatan pertanian. Keberadaan beberapa elemen dalam air limbah industri tahu seperti N, P dan K dalam jumlah tertentu diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, namun jika jumlahnya berlebih akan dampak memberikan efek negatif. Konsentrasi air limbah tahu yang tepat dapat difungsikan sebagai pupuk cair untuk tanaman kangkung darat, dimana konsentrasi air limbah tahu 15%

memberikan hasil yang paling optimal khususnya terhadap berat basah kangkung darat (Aliyenah et al., 2015). Pemberian limbah cair tahu dengan konsentrasi 15% selama lima kali pada tanaman bayam cabut memberikan hasil yang paling optimal dibandingkan dengan konsentrasi limbah tahu 2%, 5% dan 10% (Kusumawati et al., 2015). Pemberian air limbah tahu dapat dianggap sebagai pengganti pupuk cair organik, sehingga dapat memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan tanaman uji. Perpaduan pupuk cair organik dan pupuk cair anorganik dapat memberikan hasil yang paling optimal terhadap pertumbuhan tanaman uji (Yap, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, terbatasnya informasi tentang penggunaan pupuk organik limbah cair tahu di kecamatan singkut 1 menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh pemberian Limbah Cair Tahu Pada Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pemberian limbah cair tahu dalam berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) ?

2. Berapakah konsentrasi yang paling optimal pemberian limbah cair tahu dalam pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) ?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari permasalahan yang telah dikemukakan diatas adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh yang terjadi pada pemberian limbah cair tahu dalam berbagai konsentrasi pada pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) 2. Mengetahui jumlah konsentrasi yang paling optimal pemberian limbah cair tahu

dalam pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sumbangsih percobaan dalam pemecahan masalah dari pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk organik pada pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

b. Memberikan pengetahuan kepada masyaraka singkut dalam pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk organik

c. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1) jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.

(20)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

Untuk mempermudah pemahaman pada penelitian ini, terlebih dahulu diketahui kerangka teorinya karena dari kerangka inilah kita bisa memulai langkah untuk membahas permasalahan dari data yang diperoleh di lapangan. Kernagka teori ini merupakan landasan berpijak dan sekaligus merupakan kerangka pemikiran yang melatar berlakangi berbagai bentuk pembahas nantinya.

1. Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

a. Klasifikasi tanaman sawi hijau (Branssica juncea L.) Adapun klasifikasi sawi hijau adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Hoeadales Famili : Cruciferae Genus : Brassica

Spesies : Brassica junceae L. ( Haryanto dkk, 2001 ).

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai salah satu bahan pangan, baik dalam bentuk mentah maupun olahan. Sawi mencangkup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia sawi dalam jenis spesies ini biasa disebut dengan sawi hijau.

(21)

Gambar 1.1 tanaman sawi hijau ( Brassica juncea L.)

Sumber :http://Wikipedia.com/2016/02/mari-berkebun-sawi-hijau-html

b. Morfologi tanaman sawi hijau ( Brassica juncea L.) 1.1 Akar

Sistem perakaran tanaman sawi ( Brassica juncea L.) memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana, 1994).

Gambar 1.2 akar pada tanaman sawi hijau

Sumber : http://wikipedia.morfologi-akar-tanaman-sawi-hijau.html

1.2 Batang

Menurut Margianto (2007), sawi hijau ( Brassica juncea L.) mempunyai batang pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang sawi (Brassica juncea

(22)

L.) dapat berfungsi sebagai penompang daun, sedangkan daun sawi ( Brassica juncea L.) bertangkai panjang dan bentuknya pipih.

Batang

Gambar 1.2 bentuk batang tanaman sawi hijau

Sumber : http://agropage.blogspot.com/2016/08/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman- sawi.html

1.3 Daun

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih ( B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain ) memiliki daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. ( Rukmana, 1994 ).

Gambar 1.3 daun tanaman sawi hijau

Sumber : http://www.daquagrotechno.org/mengenal-tanaman-sawi-hijau.html 1.4 Bunga

Tanaman sawi ( Brassica juncea L.) umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga sawi ( Brassica juncea L.) tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga sawi ( Brassica juncea L.) terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.

(23)

Gambar 1.4 bunga tanaman sawi hijau

Sumber : http://www.daquagrotechno.org/mengenal-tanaman-sawi-hijau.html 1.5 Biji dan buah

Tanaman sawi memiliki buah yang termasuk jenis polong-polongan. Dimana

buah tanaman sawi berbentuk bulat atau lonjong dengan warna keputihan hingga kehijauan. Pada setiap satu buah terdapat 2-8 butir biji. Biji tanaman sawi berbentuk bulat dan berukuran sangat kecil dengan warna coklat hingga kehitaman. Selain itu biji tanaman sawi memiliki permukaan licin, keras, mengkilap dan juga berlendir.

Gambar 1.5 bentuk biji pada tanaman sawi

Sumber : https://www.sedulurtani.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman- sawi-secara-lengkap.html

c. Kandungan gizi tanaman sawi hijau ( Brassica juncea L.)

Tanaman sawi ( Brassica juncea L.) kaya akan vitamin A, sehingga berguna dalam upaya mengatasi kekurangan vitamin A. kandungan nutrisi sawi hijau (Brassica juncea L.) berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia. Pengembangan budidaya sawi ( Brassica juncea L.) mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan

(24)

pendapatn petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan Negara melalui pengurangan impor atau memacu laju pertumbuhan ekspor ( Rukmana, 1994).

d. Ciri-ciri sawi hijau yang baik untuk dikonsumsi

Ciri-ciri sawi hijau yang baik untuk dikonsumsi oleh manusia adalah memiliki daun yang hijau, berat yang ideal (yakni berkisar 90-120 gram/batang), adanya lubang pada daun yang dikarenakan ulat tidak semua sisi daun yang robek dan rusak pada semua sisi permukaan.

e. Manfaat mengkonsumsi sawi hijau ( Brassica juncea L.)

Di antara sayuran daun yang lain, sawi hijau merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun sawi hijau baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, sawi hijau juga dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi hijau juga berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah ( Haryanto dkk., 2001 ).

2. Syarat Tumbuh Sawi Hijau ( Brassica juncea L. )

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada umumnya banyak ditanam didataran rendah . tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu tanaman sawi (Brassica juncea L.) tidak hanya cocok ditanam didataran rendah, tetapi juga didataran tinggi (Rukmana, 1994).

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam pada daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter diatas permukaan laut dan biasanya dibudidayakan didaerah yang mempuyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter (Margiyanto, 2007).

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepajang tahun. Pada musim kemarau yang harus diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pada musim pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) membutuhkan hawayang sejuk, dan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana

(25)

lembab, akan tetapi tanaman ini juga tidak cocok pada air tergenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanaman di musim penghujan (Margiyanto, 2007).

a. Syarat tanah tanaman sawi ( Brassica juncea L. )

Sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah andesol. Pada tanah- tanah yang mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain pengelolaan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organic dalam jumlah (dosis) tinggi.

Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah : subur, gembur, banyak mengandung bahan organic atau humus, tidak menggenang (becek), tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7 (Rukmana,1994).

b. Kebutuhan air tanaman sawi ( Brassica juncea L. )

Pada lahan irigasi sederhana kebutuhan air untuk tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah 0,275 litter/hari/tanaman atau 1,1 liter/hari/4 tanaman (idrus,2007).

Pada fase awal pertumbuhan kebutuhan air bagi tanaman sawi (Brassica juncea L.) banyak diperlukan, sehingga penyiraman dilakukan secara rutin yaitu 1-2 kali sehari.

3. Pupuk Organik

Pertanian pupuk organik adalah pertanian yang menghindari penggunaan pupuk kimia (sintesis) dan pestisida, untuk mengurangi populasi udara, tanah, dan air serta mengutamakan kesehatan dan produktivitas tanaman, binatang, dan manusia. Pertanian pupuk organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia. Tujuan utama petani menggunakan pupuk organic adalah untuk menjaga keasrian atau tidak merusak lingkungan sekitar (samsudi, 2008).

Pupuk organik ini juga mengandung unsur hara yang cukup tinggi dibandingkan pupuk kimia, kandungan unsur hara yang terkadung didalamnya dapat berupa natrium, posfor, kalsium, magnesium, dan juga belerang. Maka dari itu pupuk organik lebih banyak mengandung unsur hara yang dapat membuat pertumbuhan tanaman lebih cepat dan subur serta sehat tanpa bahan kimia yang terkandung didalamnya.

Menurut Widodo (2008) ada empat prinsip dasar dalam pertanian organik yaitu :

(26)

a. Prinsip ekologi, prinsip ini mengembangkan pola hubungan antara organisme dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara, iklim serta sumber-sumber keanekargaman hayati di alam harus seoptimal mungkin.

b. Prinsip teknis produksi dan pengolahan, hal ini merupakan dasar dalam mengupayakan suatu produk organik. Yang termasuk kedalam prinsip ini adalah mulai dari transisi lahan konversional ke pertanian organik, cara pengelolahan, pemupukan, dan pengolahan hama dan penyakit.

c. Prinsip sosial ekonomis, prinsip ini menekan pada penerima model petanian secara sosial dan secara ekonomis menguntungkan petani.

d. Prinsip politik, hal ini mengutamakan adanya kebijakan yang tida bertentangan dengan upaya pengembangan pertanian organic, kebijakan ini baik dalam proses produksi, harga, maupun pemasaran yang adil.

4. Limbah Tahu a. Tahu

Tahu merupakan suatu produk yang terbuat dari hasil penggumpalan protein kedelai. Tahu dikenal masyarakat sebagai makanan sehari-hari yang umumnya sangat digemari serta mempunyai daya cerna yang tinggi. Keutungan lain pada pembuatan tahu adalah berkurangnya senyawa antitrypsin yang terbuang bersama whey dan rusak selama pemanasan (Suprapti, 2005). Tahu juga merupakan salah satu produk olahan biji kedelai yang telah lama dikenal dan banyak disukai oleh banyak masyarakat, tahu juga berperan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat (Makiyah,2013).

Pada dasarnya, kedelai merupakan bahan utama dalam pembuatan tahu yang merupakan salah satu jenis tumbuhan-tumbuhan yang mengadung protein dan kalori serta mengadung vitamin B dan kaya akan mineral. Protein yang terkandung dalam 100 gram kedelai mencapai 35-46 gram (Kafadi,1990).

Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya sehingga terbentuk padatan protein. Pada pengolahan tahu diperlukan air yang banyak, karena hampir semua tahapan pada pembuatan tahu memerlukan air. Limbah dari pembuatan tahu yaitu berupa cairan dan ampas tahu yang berupa padatan (Rossiana,2006 dalam Makiyah 2013).

b. Limbah cair tahu

(27)

Limbah tahu diketahui mengandung BOD (Biological Oxygen Demand) sebesar 5000-10.000 mg/l dan COD (Chemical Oxygen Demand) 7000- 12.000 mg/l serta tingkat kemasaman yang sangat rendah, yaitu 4-5. Suhu dari limbah tahu dapat mencapai 40-46 CO dan dapat mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen, dan gas lainnya, juga kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan organik yang terkandung dalam limbah tahu berupa karbohidrat sebesar 25-50 %, protein sebanyak 40-60 %, lemak sebesar 10 % dan minyak (Sugiharto, 1997).

c. Kandungan limbah cair tahu

Limbah tahu memiliki kandungan organik tinggi (Rosallina, 2008). Protein dalam limbah cair tahu jika terurai oleh mikroba tanah akan melepaskan senyawa N yang akhirnya akan diserap oleh akar tanaman sehingga limbah tahumemiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik (Rosallina, 2008). Pemanfaatan berbagai limbah menjadi pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk mengatasimasalah pencemaran lingkungan, dengan bahan organiknya yang tinggi, limbah dapatbertindak sebagai sumber organic makanan oleh pertumbuhan mikroba.

Limbah cair tahu mengandung bahan-bahan organik berupa protein 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10%dan dapat segera terurai dalam lingkungan menjadi senyawa-senyawa turunan yang dapat mencemari lingkungan. Menurut Indahwati (2008), nilai gizi dalam 1 liter limbah cair tahu adalah protein 7, 1253 mg, pati 7 mg, Ca 0, 2247 mg, Fe 0, 0024 mg, Na 1, 3535 mg, K 0, 5945 mg, dan Vitamin B1 0, 20 mg.

Selain asam amino, didapatkan hasil hydrogen sulfida yang kamudian diuraikan lagi menjadi asam sulfat. Asam sulfat akan mudah diserap tanaman jika dalam bentuk ion sulfat. Dalam peguraian protein, karbohidrat, lemak akan dihasilkan unsur-unsur antara lain C, H, O, S. Unsur tersebut diubah menjadi unsure makro yang dibutuhkan tanaman, dan juga unsur-unsur P, K, Ca, Fe, Cu. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa kandungan limbah cair tahu cukup banyak, hanya saja perlu waktu lama untuk terurai menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

d. Manfaat limbah cair tahu

Pada Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk organik merupakan salah satu alternatif. Limbah cair tahu didapat dari hasil samping pembuatan tahu. Limbah

(28)

tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk budidaya pertanian, termasuk tanaman pakcoy. Limbah tahu mengandung unsur hara N 1,24%, P2O5 5.54

%, K2O 1,34% dan C-Organik 5,803% yang merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman (Asmoro, 2008). Unsur hara N berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman pakcoy seperti penambahan tinggi tanaman dan luas daun. Kandungan hara pada limbah cair tahu yang telah difermentasi dapat langsung diserap oleh tanaman.

5. Parameter pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Pertumbuhan adalah sintesis protoplasma, biasanya diikuti oleh perubahan bentuk dan penambahan massa yang dapat lebih besar dari penambahan plasma itu. Selain perubahan bentuk, pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya aktivitas fisiologis, susunan biokimianya, serta struktur dalamnya sehingga proses ini dinamakan diferensiasi.

Diferensiasi ini terjadi sebagai akibat dalam perbedaan organelnya, arah pembentangannya, pembentukan dinding selnya, dan seterusnya.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman berlangsung baik pada fase vegetative maupun generative. Pada fase vegetative terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang. Sedangkan fase generative terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, bunga, buah, dan serta biji (Salisbury dan Ross, 1995).

Tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan jarak suatu tumbuhan yang dapat diukur dari dasar tanaman dipermukaan tanah sampai ke atas daun.

b. Jumlah helai daun

Jumlah helai daun merupakan pertambahan perkembangan pada fase vegetative pada suatu tanaman.

c. Berat basah tanaman

Berat basah tanaman merupakan berat mula-mula suatu tanaman, tanpa dilakukan pengeringan pada suatu tanaman tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil dari para peneliti terdahulu yang akan menjadi kevalidasian penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 1.1 Hasil penelitian yang relevan

(29)

No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Nurul

Hikmah (2016)

Pengaruh Pemberian Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian limbah industri

cair tahu

berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji kering pada panen 1, panen 2 dan panen 3

dan tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah bunga pada umur 30 HST dan 45 HST, jumlah polong jumlah dan jumlah biji/polong pada panen I,II dan III. Hasil terbaik di jumpai pada perlakuan T2 dengan berat biji kering

/polong/tanaman

peneliti lakukan yaitu peneliti menggunakan RAK sebagai rancangan penelitian

yang

membedakan dari peneliti lakukan adalah jenis media tanam yang

digunakan adalah sawi hijau

(Brassica juncea L.)

(30)

(gram).

2 Dedi Burhan, dkk (2016)

Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Pemberian Pupuk

Organik Cair Bioaktivator Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian konsentrasi POC

bioaktivator konsentrasi 15 ml L-1 dan pemberian POC bioaktivator sebanyak 2 kali dapat

meningkatkan hasil tanaman sawi hijau (Brassica

juncea L.), berupa bobot segar konsumsi per tanaman sebesar 399,76 g

dan mampu

meningkatkan 29,60%

dibandingkan dengan kontrol.

peneliti menggunakan RAK sebagai rancangan penelitian dan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

yang

membedakan dari peneliti lakukan adalah jenis pupuk organic yang digunakan dimana peneliti lebih mengacu pada

penggunaan pupuk limbah cair tahu.

3 Lesti Triani (2017)

Pemanfaatan Limbah Tahu Terhadap

hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian

persamaan yang akan peneliti lakukan yaitu

yang

membedakan dari peneliti lakukan

(31)

Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi Tumbuhan

limbah tahu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman seledri.

Konsentrasi yang digunakan

pada saat

penelitian

adalah P0

(kontrol), P1 (150 ml), P2 (300 ml), P3 (450ml), P4

(600 ml).

Pertumbuhan yang diamati adalah jumlah daun, jumlah tangkai daun dan tinggi tanaman, dalam jangka waktu 10, 20, 30, dan 40 hari setelah perlakuan (hsp).

peneliti menggunakan RAL sebagai rancangan penelitian.

adalah jenis pupuk organic yang digunakan dimana peneliti lebih mengacu pada

penggunaan pupuk limbah cair tahu.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian Eksperimen (percobaan) yang bertujuan untuk mengetahui jenis variable yang digunakan dalam penelitian pertumbuhan tanaman sawi hijau.

Metode eksperimen ini merupakan metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiono, 2013). Maka dengan menggunakan jenis metode ini peneliti dapat dengan mudah melihat perbedaan apa yang terjadi pada percobaan yang dilakukan oleh peneliti hubungan serta sebab akibat yang terjadi pada dua atau lebih variable yang dilakukan dalam pemberian perlakuan yang berbeda disetiap kelompok eksperimen.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu :

1. Variabel kontrol : Benih sawi hijau, media tanam, umur tanaman, waktu penyiraman

2. Variabel bebas : konsentrasi limbah cair tahu, yaitu 250 ml, 500 ml, 750 ml, dan 1000ml.

3. Variabel terikat : pertumbuhan tanaman sawi hijau meliputi tinggi tanaman, jumlah helai daun, dan berat basah tanaman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - September 2018. Tempat pelaksanaan penelitian di RT 24 Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun .

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : ember, polybag, cangkul, tampah, sarung tangan, alat tulis, kertas label, timbangan manual, sprayer dan kamera. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : bibit sawi hijau, air limbah cair tahu, tanah bakaran.

D. Tahapan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mencoba melakukan penelitian dengan metode tahapan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Persiapan bibit tanaman sawi

(33)

Pada persiapan ini, peneliti mempersiapkan bibit tanaman sawi hijau yang didapatkan dari toko pertanian yang ada di kawasan pasar singkut (Toko “Cahaya Pertanian”) dimana di toko tersebut sudah menyediakan varietas bibit sawi yang unggul dengan merek “Caisim”.

2. Persiapan media tanam untuk penaburan bibit

Media tanam yang sering digunakan adalah tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 yang telah diayak dan disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan cara pengukusan selama kurang lebih satu jam. Setelah sterilisasi selesai, media tersebut didiamkan terlebih dahulu. Jika suhu atau media sudah tidak panas lagi, benih sawi sudah bisa ditabur.

3. Persiapan media tanam untuk penyapihan

Media tanam untuk penaburan yaitu campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1. Persiapannya tanpa melakukan sterilisasi terlebih dahulu namun tetap dilakukan proses pengayakan.

4. Penaburan benih pada bak kecambah

Benih yang ditabur didalam satu bak yang telah disediakan dan telah diisi tanah bakaran sebelumnya yaitu sebanyak 100 benih.

5. Penyiapan media tanam pada Polybag

pada persiapan ini yang dilakukan adalah dengan menyangkul tanah bakaran yang ada di belakang rumah dengan lokasi yang sama pada pengisian tanah pada polybag yang telah disediakan sebelumnya.

6. Penyiapan limbah cair tahu

Limbah cair tahu yang akan digunakan berasal dari limbah pabrik tahu milik Bapak Iwan Kurniawan yang lokasinya berada di RT 23 Desa Pasar Singkut. Pada persiapan ini, limbah cair tahu yang sudah di ambil sebanyak kurang kebih 5 litter kemudian disimpan pada tempat didalam bak besar untuk difermentasi selama 1 minggu lamanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pupuk limbah cair sebagai media pengganti pupuk cair pada pertumbuhan sawi hijau.

(34)

7. Penyapihan bibit dan pemberian limbah cair tahu

Bibit sawi yang telah berumur 7 hari di persemaian, kemudian dipindahkan ke dalam polybag. Pemberian limbah cair tahu diberikan pada saat umur bibit dua minggu setelah penyapihan. Pemberian limbah cair tahu dilakukan setiap seminggu sekali dengan konsentrasi/dosis yang kan digunakan pada setiap polybag yang telah ditanamani sawi hijau.

8. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman pengganggu, dan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya.

9. Penyiraman

Kegiatan penyiraman dilakukan pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) setiap hari pada waktu pagi hari dan sore hari. Hal ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan tanaman sawi hijau dengan baik.

10. Pengukuran pertumbuhan tanaman

Pengukuran pertumbuhan tinggi dan jumlah helai daun tanaman sawi dilakukan dengan waktu yang bersamaan yaitu dimulai pada tanggal 05 agustus 2018, pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali pada setiap hari minggu.

11. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setalah tanaman sawi sudah berusia kurang lebih 5 minggu, hal ini dapat terihat dengan kondisi tanaman yang sudah mulai berwarna hijau ketuaan dan dengan helai daun yang lebar.

E. Variabel Yang Diamati

1. Pertambahan tinggi tanaman sawi.

Pengamatan tinggi tanaman sawi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan setiap sampel pada tanamam sawi hijau setiap 1 minggu sekali sampai proses panen dilakukan. Pengukuran tinggi tanaman yang dilihat adalah dari atas tanah yang ada dalam polybag sampai dengan ujung daun yang paling atas.

2. Pertambahan jumlah daun (helai)

(35)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan melakukan pengamatan pada setiap sampel tanaman 1 minggu sekali sampai akhir penelitian. Daun yang dihitung adalah daun yang membuka sempurna dan diberi tanda dengan double tip/ kertas label.

3. Penimbangan berat basah tanaman pada setiap polybag

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah berat yang dihasilkan pada penimbangan setiap polybag yang dilakukan dengan dosis pemberian limbah cair tahu yang berbeda.penimbangan dilakukan pada umur tanaman sawi di usia ke 5 minggu.

F. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 5 taraf perlakuan. Masing-masing taraf perlakuan diulang dalam 3 kali sehingga diperoleh 15 petak percobaan. Setiap satuan petak percobaan terdiri dari 1 tanaman sehingga diperoleh total bibit yang digunakan sebanyak 15 tanaman. Adapun rancangan percobaannya adalah sebagai berikut :

K01 (1)

K21 (2)

K11 (3)

K31 (4)

K41 (5) K42

(6)

K02 (7)

K12 (8)

K22 (9)

K32 (10) K13

(11)

K23 (12)

K43 (13)

K03 (14)

K33 (15) Tabel 2. Rancangan percobaan

Perlakuan dosis konsentrasi yang digunakan sesuai dengan dasar penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ahmad Al Amin,dkk(2017) sebagai berikut :

K0 = tanpa limbah cair tahu

K1 = limbah cair tahu dengan dosis 250ml / lubang tanaman K2 = limbah cair tahu dengan dosis 500ml / lubang tanaman K3 = limbah cair tahu dengan dosis 750ml/ lubang tanaman K4 = lmbah cair tahu dengan dosis 1000ml / lubang tanaman

Jumlah perlakuan yang digunakan sebagai berikut :

(36)

Jumlah plot yang diberi konsentrasi = 5 x 4 = 20 plot Jumlah seluruh plot = 3 x 5 = 15 plot Jumlah tanaman/plot = 1 x 5 = 5 tanaman Jumlah seluruh tanaman = 5 x 3 = 15 tanaman

Model persamaan RAK yang digunakan adalah : Yij = μ + ti +βj + εij

Ket :

i = 1,2,3,4,5 dan j = 1,2,3,4,5

Yij = Nilai pengamatan pada faktor taraf limbah cair tahu ke-I dan kelompok ke-j μ = Rataan umum

ti = Pengaruh perlakuan taraf limbah cair tahu ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh acak/galat

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilalukan penelitian ini adalah dengan mengukur tinggi tanaman, menghitung jumlah helai daun, dan menimbang berat basah dari tanaman sawi tersebut. Pengumpulan data dilakukan setiap satu minggu sekali yaitu setiap hari minggu.

Untuk mengetahui tinggi tanaman sawi tersebut, peneliti menggunakan alat ukur berupa penggaris/ mistar. Pengukuran ini dilakukan dengan menaruh penggaris/mistar diatas tanah yang ada didalam polybag sampai dengan ujung daun tanaman sawi tertinggi. Untuk mengetahui jumlah helai daun, peneliti melakukan perhatian pada daun yang sudah membuka dengan sempurna. Pada penimbangan berat tanaman sawi, peneliti melakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan manual pada setiap tanaman sawi/polybag.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dari penelitian ini menggunakan analisis of varian (ANOVA). Anova (Analysis of Variance) merupakan salah satu Uji Hipotesis pada Statistika Parametrik, untuk melakukan pengujian terhadap interaksi antara dua faktor dalam suatu percobaan dengan membandingkan rata-rata dari lebih dua sampel. Analisi ini bertujuan untuk menemukan

(37)

variabel independen dalam penelitian dan mengetahui interaksi antar variabel dan pengaruhnya terhadap suatu perlakuan.

Model matematis Aova, sebagai berikut : Yij =μ+Ʃ ij

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j Μ = nilai tengah umum

αi = pengaruh variable limbah cair tahu ke i

Ʃ ij = pengaruh galat pada perlakuan ke I ulangan ke j

Pada penelitian ini menggunakan jenis uji lanjut berupa uji BNT. Uji BNT (beda nyata terkecil) atau yang lebih dikenal sebagai uji LSD (Least Significance Different) adalah metode yang diperkenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai BNT atau nilai LSD sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua perlakuan berbeda secara statistic atau tidak ( Iskandar, 2009).

Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil sidik ragam . nilai uji menggunakan nilai-nilai pada tabel t.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung SD = 2 KTG

r 2. Menghitung BNT taraf 5%

BNT 5% = t x SD 3. Membuat table BNT 5%

4. Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam table dengan BNT taraf 5%

5. Membuat keputusan uji BNT taraf 5%.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1 Pengaruh Dosis Terhadap Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L)

Pengamatan untuk dosis pemberian limbah cair tahu tehadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) ini dilakukan 3 kali pengulangan artinya dalam pemberian dosis limbah cair dilakukan dengan tahap yang sama dengan jumlah konsentrasi limbah cair yang sama tanpa mengurangi ukuran yang diberikan pada tanaman sawi hijau. Dari hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dosis memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah helai daun, lebar daun, dan berat basah pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) pada umur 14 hari sampai 28 HSP (hari sesudah panen). Karena terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pemberian limbah cair tahu.

a. Tinggi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L)

Berdasarkan hasil pengamatan rataan tinggi tanaman pada tumbuhan sawi hijau (Brassica juncea L) dengan dilakukan penelitian dengan cara melakukan pengukuran menggunakan penggaris atau mistar dengan pengamatan dimulai dari atas permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi atau daun muda yang telah muncul pada bagian tangkai tumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) memiliki bermacam-macam ukuran, berikut merupakan hasil dari pengukuran tanaman sawi hijau (Brassica juncea L).

Tabel 4.1

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L).

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

(39)

K0 23 22 21 66 22

K1 33 33 30 96 32

K3 34 33 32 99 33

K4 35 36 37 108 36

K5 37 38 38 113 37.6

Jumlah 482 160.6

Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa perlakuan pemberian limbah cair terlihat perubahan nyata yang signifikan. Pada perlakuan K0 (air biasa) diperoleh tinggi tanaman dengan jumlah rata-rata 22 cm, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 25% memiliki jumlah tinggi tanaman 32 cm, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 50% memiliki jumlah tinggi tanaman 33cm, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 75% memiliki jumlah tinggi tanaman 36 cm, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 100% memiliki jumlah tinggi tanaman 37.6 cm. Dari jumlah keseluruhan tinggi tanaman diatas dapat terlihat bahwa jumlah tanaman tertinggi terdapat pada pemberian limbah cair tahu pada dosis 100%.

Gambar 4.1 Grafik jumlah rata-rata tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) Ket: pengulangan 1

Pengulangan 2 Pengulangan 3

Berdasarkan gambar dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata tinggi tanaman pada sawi hijau (Brassica juncea L) terbentuk pada pemberian limbah cair tahu dari hasil terpendek hingga paling tertinggi yaitu dimulai dari pemberian

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

K0 K1 K3 K4 K5

1 2 3

(40)

pemberian limbah cair tahu sebanyak 0 ml (kontrol), 250 ml, 500 ml, 750 ml, dan 1000 ml sebagai perlakuan. Dari grafik tersebut dapat terlihat jelas bahwa pada pemberian limbah cair tahu terhadap tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan dosis 1000ml memberikan hasil terbaik dari tinggi tanaman sawi hijau dengan dosis yang lebih sedikit, hal ini dapat terlihat bahwa kandungan unsur hara baik mikro maupun makro yang dibutuhkan oleh tumbuhan sawi hijau (Brassica juncea L) telah terpenuhi dari limbah cair tahu tersebut. Pada dasarnya tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) sangat membutuhkan jumlah air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Telah diketahui tanaman sawi hijau dapat membutuhkan jumlah air mencapai 1.1L/hari (Idrus, 2007). Limbah cair tahu dapat menjadi pengganti air yang cukup bagi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) sehingga dapat terlihat perbedaan nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanna Islamiati Bilallian,dkk, pada penelitian pemberian limbah cair tahu sebagai penambah nutrisi pertumbuhan tinggi tanaman bibit sengon menunjukan perbedaan nyata pada pertumbuhan tinggi bibit sengon pada umur 4bulan dengan pemberian konsentrasi limbah cair tahu yang berbeda. Hasil tertinggi pada tanaman bibit sengon dengan pemberian limbah cair tahu konsentrasi 20%.

b. Jumlah Helai Daun Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L)

pada pengamatan menghitung jumlah helai daun pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) yaitu dengan cara melakukan pengamatan pada daun sawi hijau (Brassica juncea L) yang sudah membuka sempurna, sehingga dapat dengan mudah menghitung jumlah helai daun yang terdapat pada setiap polybag, berikut adalah hasil perhitungan jumlah daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L):

Tabel 4.2

Pengaruh Pemberiah Limbah Cair Tahu Terhadap Jumlah Helai Daun Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

K0 8 10 9 27 9

K1 12 13 11 36 12

K3 12 12 13 37 12.3

K4 13 10 11 34 11.3

K5 17 18 16 51 17

(41)

Jumlah 185 61.6

Pada Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa perlakuan pemberian limbah cair tahu dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah helai daun pada tanaman sawi (Brassica juncea L) pada umur 7 hari sampai 42 hari menunjukan jumlah rata tertinggi dihasilkan pada perlakuan ulangan k4 yaitu pemberian limbah cair tahu dengan dosis 100% dalam polybag. Sedangkan nilai penambahan jumlah daun pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) terendah adalah pada perlakuan ulangan k0 yaitu pemberian limbah cair tahu dengan dosis 0%. Pada keadaan ini menunjukan bahwa pemberian dosis limbah cair tahu pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan dosis 100% memberikan pengaruh yang efesien terhadap pertambahan jumlah helai daun hingga umur 42 hari bila dibandingkan dengan perlakuan ulangan lainnya.

Grafik 4.2 Grafik jumlah rata-rata tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) Ket: pengulangan 1

Pengulangan 2 Pengulangan 3

Berdasarkan gambar dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata banyaknya helai daun pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) terbentuk pada pemberian limbah cair tahu dari hasil jumlah helai sedikit hingga terbanyak yaitu dimulai dari pemberian pemberian limbah cair tahu sebanyak 0 ml(control), 250 ml,

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

K0 K1 K3 K4 K5

Series 1 Series 2 Series 3

(42)

500 ml, 750 ml, dan 1000 ml sebagai perlakuan. Dari grafik tersebut dapat terlihat jelas bahwa pada pemberian limbah cair tahu terhadap tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan dosis 1000ml memberikan hasil terbaik dari jumlah helai daun pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) pada umumnya jenis tanaman ini hanya dapat mencapai jumlah helai daun yang sudah pada umumnya dimiliki oleh tanaman tersebut. Namun jumlah pada ulangan diatas, dapat dilihat pada pemberian dosis 100% pemberian limbah cair dimana jumlah helai daun memiliki kenaikan secara signifikan dibandingkan dengan pemberian dosis 0%, 25%, 50%, 75%. Hal ini dapat membuktikan bahawa pemberian limbah cair sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L).

c. Berat Basah Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L)

Berdasarkan hasil pengamatan rataan berat tanaman yang telah dipanen pada tumbuhan sawi hijau (Brassica juncea L) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Pengauh Pemberiah Limbah Cair Tahu Terhadap Berat Basah Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L).

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

K0 40 39 35 114 38

K1 80 78 85 203 67.6

K3 95 100 90 285 95

K4 120 110 130 360 120

K5 160 165 150 475 158.3

Jumlah 1.437 478.9

Pengamatan terhadap berat basah tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dilakukan setelah panen. Tanaman sawi yang sudah di cabut dari polybag dibedakan setiap perlakuan dan pengulangan yang kemudian setiap masing-masing ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan.

Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat dijelaskan bahwa perlakuan pemberian limbah cair terlihat perubahan nyata yang signifikan. Pada perlakuan K0 (air biasa) diperoleh berat tanaman dengan jumlah rata-rata 38 kg/tanaman, pemberian pupuk

(43)

limbah cair dengan dosis 25% memiliki berat tanaman 67.6 kg/tanaman, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 50% memiliki berat tanaman 95 kg/tanaman, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 75% memiliki berat tanaman 120 kg/tanaman, pemberian pupuk limbah cair dengan dosis 100% memiliki berat tanaman 158.3 kg/tanaman. Dari jumlah keseluruhan berat tanaman diatas dapat terlihat bahwa jumlah tanaman terberat terdapat pada pemberian limbah cair tahu pada dosis 100%.

Grafik 4.3 Grafik jumlah rata-rata berat basah tanaman sawi hijau (Brassicajuncea L)

Ket: pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3

Berdasarkan gambar dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata berat pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) terdapat pada pemberian limbah cair tahu dari hasil jumlah teringan hingga terberat yaitu dimulai dari pemberian pemberian limbah cair tahu sebanyak 0 ml (kontrol), 250 ml, 500 ml, 750 ml, dan 1000 ml sebagai perlakuan. Dari grafik tersebut dapat terlihat jelas bahwa pada pemberian limbah cair tahu terhadap tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

K0 K1 K3 K4 K5

Series 1 Series 2 Series 3

(44)

dosis 1000ml memberikan hasil terbaik dari berat pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan berat rata-rata 158.3 kg/tanaman.

B. Pembahasan

1. Pengaruh limbah cair tahu terhadap Tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa, pemberian limbah cair tahu berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah helai daun, dan berat tanaman sawi hijau. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan parameter yang diberikan perlakuan limbah cair tahu memberikan hasil yang berbeda dari yang tanpa dilakukan perlakuan (kontrol)..

Berdasarkan data hasil pengataman pengukuran tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan menggunakan analisis varian satu jalur menujukan bahwa, terdapat perbedaan yang nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) pada umur 5 minggu dengan berbagai macam konsentrasi pemberian limbah cair tahu yang berbeda.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Varian Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L).

SK DB JK KT FHitung FTabel

5%

Perlakuan 4 447.07 0,008 78.75 3,48

Galat 10 15.67 0.638

Total 14 - -

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah

(45)

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi dengan perlakuan yang berbeda telah menujukan hasil yang berbeda nyata. Dari setiap parameter tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) menunjukkan bahwa F hitung > F tabel pada taraf signifikan 5 % yaitu 78.5 > 3,48 artinya signifikan atau ada pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pengaruh tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L). Hasil analisis perhitungan statistik diperoleh bahwa perlakuan pada kosentrasi 1000 ml (k4) memiliki tinggi tanaman tertinggi dan menunjukkan perlakuan terbaik atau memberikan pengaruh yang cukup baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Hal ini diduga batas kosentrasi pemberian limbah cair tahu adalah 1000 ml.

Dari hasil analisis ANOVA diketahui terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L ). Hail ini berarti H1 diterima H0 ditolak, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%.

Pada perhitungan uji BNT pada taraf perlakuan 0 ml (k0), 250 ml (k1), 500 ml (k2), 750 ml (k3) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L). Namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (k0), hal ini disebabkan setiap tanaman memiliki batas kosentrasi jumlah kebutuhan unsur hara yang berbeda – beda.

Adanya perbedaan tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) ini juga dapat disebabkan karena limbah cair tahu banyak mengandung kalium, fosfor, dan nitrogen.

Keseluruhan unsur yang diserap saling mempengaruhi satu sama lain sehingga penyiraman tanaman sawi hijau dengan menggunakan limbah cair tahu dapat mempengaruhi dan mendukung pertumbuhan tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L).

Menurut Rosallina (2008 ) limbah cair tahu mengandung unsur hara nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Fosfor yang berperan sebagai metabolisme energi pada tanaman, dan kalium berperan sebagai pengaktif dalam sejumlah enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein.

Tinggi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) terendah adalah pada perlakuan kontrol (k0), dan tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan konsentrasi 1000ml (k4) dengan pemberian limbah cair tahu 1 kali dalam satu minggu. Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainurrohmi (2010) bahwa pemberian limbah cair tahu tidak memberikan pengaruh nyata pada tanaman dengan kontrol.

(46)

2. Pengaruh limbah cair tahu terhadap jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L).

Berdasarkan data hasil pengataman perhitungan jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan menggunakan analisis varian satu jalur menujukan bahwa, terdapat perbedaan yang nyata pada pertumbuhan jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) pada umur 5 minggu dengan berbagai macam konsentrasi pemberian limbah cair tahu yang berbeda.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Varian Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Jumlah Helai Daun Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L).

SK DB JK KT FHitung FTabel

5%

Perlakuan 4 102 0.039 22.56 3,48

Galat 10 11.34 0.881

Total 14 - -

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah

Dari Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi dengan perlakuan yang berbeda telah menujukan hasil yang berbeda nyata. Dari setiap parameter banyaknya jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) menunjukkan bahwa F hitung > F tabel pada taraf signifikan 5 % yaitu 22.56 > 3,48 artinya signifikan atau ada pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pengaruh jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L). Hasil analisis perhitungan statistik diperoleh bahwa perlakuan pada kosentrasi 1000 ml (k4) memiliki jumlah helai daun terbanyak pada tanaman dan menunjukkan perlakuan terbaik atau memberikan

(47)

pengaruh yang cukup baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Hal ini diduga batas kosentrasi pemberian limbah cair tahu adalah 1000 ml.

Dari hasil analisis anova diketahui terdapat pengaruh yang signifikan terhadap jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L ). Hail ini berarti H1 diterima H0 ditolak, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%.

Pada perhitungan uji BNT pada taraf perlakuan 0 ml (k0), 250 ml (k1), 500 ml (k2), 750 ml (k3) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jumlah helai daun tanaman sawi hijau (Brassica juncea L). Namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (k0), hal ini disebabkan setiap tanaman memiliki batas kosentrasi jumlah kebutuhan unsur hara yang berbeda – beda. Hal ini terjadi karena tumbuhan membutuhkan unsur hara yang cukup untuk melakukan pertumbuhan yang maksimal dengan melakukan pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan dengan konsentrat yang tepat sehingga pertumbuhan tanaman dapat meningkat.

Hal ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Lesti Triyanti (2017) tentang pemanfaatan limbah cair tahu terhadap pertumbuhan tanaman selendri menunjukkan bahwa pemberian limbah tahu cair pada pengamatan nya berpengaruh nyata terhadap jumlah helai daun yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan perubahan kandungan unsur hara dalam limbah cair tahu tidak terlepas dari peran berbagai mikroorganisme, jadi mikroorganisme tersebut menggunakan senyawa kompleks yang terdapat pada limbah cair tahu sebagai bahan nutrisi dalam proses metabolisme mikroorganisme itu sendiri sehingga terbentuk senyawa yang lebih sederhana dan meningkatkan unsur hara di dalam tanah.

3. Pengaruh limbah cair tahu terhadap berat tanaman sawi hijau (Brassica juncea L)

Berdasarkan data hasil pengataman pada berat basah tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan menggunakan analisis varian satu jalur menujukan bahwa, terdapat perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dari hasil berat basah tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) pada umur 5 minggu dengan berbagai macam konsentrasi pemberian limbah cair tahu yang berbeda.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi ( Brassica juncea L.) Varietas Tosakan.. Universitas

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui PENGARUH KONSENTRASI EM4 DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI( Brassica juncea L.).Pelakasanaan ini

Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk dari limbah cair tahu menunjukkan pengaruh pemberian pupuk organik cair limbah tahu dengan konsentrasi 10 % terhadap pertumbuhan

Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk organik cair limbah darah sapi ke tanah terdapat kandungan hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi

Hasil penelitian dari pemberian pupuk organik cair dan pupuk padat pada sawi dengan berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan dan

Proses pembuatan pupuk dari limbah padat industri agar diaplikasikan pada tanaman sawi hijau ( B. Sawi hijau merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan pemberian limbah cair tahu dengan dosis berbeda memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan Tetraselmis

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi pupuk organik cair urine sapi 40 ml/l air berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy hijau