37 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
4.1.1. Geometrik Simpang
Gambar 4.1. Simpang Empat Keramik Nalumsari
(Sumber: google maps, 2019)
Simpang bersinyal empat Keramik Nalumsari memiliki 4 pendekat, yaitu:
1. Pendekat A : Jalan Jepara - Kudus 2. Pendekat B : Jalan Nalumsari 3. Pendekat C : Jalan Kudus - Jepara 4. Pendekat D : Jalan Dorang
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jenis atau tipe persimpangan diatas sering disebut dengan tipe persimpangan 411.
38 Tabel 4.1. Keterangan Geometrik Tiap Pendekat Simpang
Pendekat
Jalan Jepara–
Kudus
Jalan raya Nalumsari
Jalan Kudus -
Jepara
Jalan Dorang
(A) (B) (C) (D)
Median T T T T
Lebar Jalur Lengan Simpang
(m)
7,5 5,5 7,5 4
Lebar Pendekat
(m)
3,75 2,75 3,75 2
Jalan Mayor Minor Mayor Minor
Gambar 4.2. Kondisi Pergerakan Simpang Empat Keramik Nalumsari
39 4.1.2. Data Pendekat Simpang
Data pendekat simpang merupakan data yang diambil langsung di lapangan dengan cara mengukur langsung lebar masing-masing pendekat menggunakan alat meteran.
4.1.2.1 Pendekat Jalan Jepara – Kudus
Tata guna lahan di sekitar simpang ini berupa bangunan lama, dan beberapa pertokoan banyak juga pejalan kaki, sering pula ada beberapa angkutan umum yang menurunkan penumpang maupun menunggu penumpang dan juga ada beberapa PKL yang berjualan di atas trotoar.
Gambar 4.3. Pendekat Jalan Jepara
Gambar 4.4. Penampang Melintang Jalan Jepara – Kudus
40 4.1.2.2 Pendekat Jalan Raya Nalumsari
Tata guna lahan di sekitar simpang ini berupa pertokoan, ruko, pos ojek, sehingga banyak juga pejalan kaki, sering pula ada beberapa angkutan umum yang menurunkan penumpang maupun menunggu penumpang karena jalur ini dekat dengan area sekolah yaitu SMK Bhakti Praja Mayong.
Gambar 4.5. Pendekat Jalan Nalumsari
Gambar 4.6. Penampang Melintang Jalan Nalumsari
41 4.1.2.3 Pendekat Jalan Raya Kudus – Jepara
Penggunaan lahan di sekitar simpang ini berupa rumah warga, banyak juga ruko dan beberapa pertokoan, bengkel, sehingga banyak juga pejalan kaki, dan juga ada kantor pengairan lama milik DPUPR. Sering pula ada beberapa angkutan umum yang menurunkan penumpang maupun menunggu penumpang. Pada saat jam puncak (peak) pagi hari maupun sore jalur ini merupakan jalur yang paling ramai.
Gambar 4.7. Pendekat Jalan Kudus – Jepara
Gambar 4.8. Penampang Melintang Jalan Raya Kudus - Jepara
42 4.1.2.4 Pendekat Jalan Dorang
Jalan Dorang merupakan jalan minor jadi aktifitas di pendekat ini tidak terlalu banyak, tetapi hambatan sampingnya tinggi. Tata guna lahan di sekitar simpang ini berupa toko konter yang dekat sekali dengan jalur lalu lintas atau badan jalan, banyak juga pejalan kaki, selain itu di pendekat ini terdapat rumah warga.
Gambar 4.9. Pendekat Jalan Dorang
Gambar 4.10. Penampang Melintang Jalan Dorang
43 4.1.3. Data Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara tahun 2017, jumlah penduduk Kota Jepara saat ini berjumlah 1.223.198 orang. Hal ini menandakan bahwa Jepara masuk kedalam kategori kota besar yaitu dengan jumlah 1-3 juta orang. Data ini nantinya akan berkaitan dengan faktor penyesuaian ukuran kota dalam perhitungan arus jenuh simpang.
Tabel 4.2. Jumlah kepadatan penduduk per km2 Kabupaten Jepara tahun 2017.
KECAMATAN Banyaknya Desa/
Luas Daerah
(Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk Subdistrict Kelurahan
Land Area (Km2)
Total of Per Km2
Number of
Village / Population Density of
Adm.Unit Population
Per Km2
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kedung 18 43 78,935 1,833
2. Pecangaan 12 36 86,310 2,406
3. Kalinyamatan 12 24 65,656 2,770
4. Welahan 15 28 75,923 2,747
5. Mayong 18 65 91,707 1,410
6. Nalumsari 15 57 75,225 1,321
7. Batealit 11 89 87,326 983
8. Tahunan 15 39 117,170 3,012
9. Jepara 16 25 90,402 3,665
10. Mlonggo 8 42 87,777 2,070
11. Pakis Aji 8 61 61,782 1,020
12. Bangsri 12 85 103,974 1,218
13. Kembang 11 108 71,134 658
14. Keling 12 123 63,349 515
15. Donorojo 8 109 57,014 525
16. Karimunjawa 4 71 9,514 134
Jepara 195 1,004 1,223,198 1,218
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
44 Tabel 4.3. Ambang Batas Arus Lalu Lintas Menurut Tipe Simpang.
Sumber : 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia
4.1.4. Penentuan Arus Puncak Untuk Perhitungan
Tahapan pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan interval waktu 15 menit di jam puncak pagi (peak) selama 3 jam pada pukul 06.00 – 09.00 kemudian dilanjut pada jam siang (off peak) yaitu pukul 11.00-14.00. Selanjutnya pada jam puncak sore (peak) pada pukul 15.00-18.00.
Tabel 4.4. Rekapitulasi arus lalu lintas simpang
Kondisi Ambang Arus Lalu Lintas, Arus Simpang Total (kend/jam) Ukuran
Kota Rasio
LT / RT
Jenis / Tipe Simpang
(juta)
(Qmax / Qmin)
411 412 422 422L 423 433 433L
1,0 -
3,0 1/1 10/10 <2.050 2.050 2.850 - 3.100 3.350
25/25 <1.800 1.800 - - 2.300 2.700
1,5 / 1 10/10 <1.900 1.900 2.400 3.000 - 3.250 3.400 2/1 10/10 <1.900 1.900 2.300 2.950 - 3.100 3.500 0,5 -
1,0 1/1 10/10 <2.050 2.050 2.850 - 3.100 3.900
0,1 -
0,5 1/1 10/10 <2.050 2.050 3.100 - - 3.350
Pendekat Arah
Pagi (peak) Siang (off peak) Sore (peak)
Total
Arus Arus Arus Arus Arus Arus
(kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam)
Jl. Jepara - Kudus
LT 375 152,8 345 172,6 591 179,5 1311 504,9
ST 1426 664,2 929 561,8 1503 803,6 3858 2029,6
RT 12 5,3 13 5,9 19 9,4 43 20,6
Total 1813 822,3 1287 740,3 2113 992,5 5213 2555,1
Jl.
Nalumsari
LT 74 33,3 87 45,2 96 51,0 257 129,4
ST 73 55,0 72 61,1 87 59,2 232 175,3
RT 1071 520,7 496 303,2 483 296,6 2050 1120,5
Total 1218 609,0 655 409,5 666 406,8 2539 1425,3
45 Penentuan arus puncak dilakukan dengan cara mencari volume kendaraan tertinggi pada tiap 15 menit lalu dikalikan dengan faktor koreksi pada masing-masing jenis kendaraan. Penentuan arus puncak ini nantinya digunakan dalam perhitungan analisis ataupun perencanaan untuk menghitung DS, Rasio belok, dst. Dari tabel diatas arus puncak terdapat di lengan jalan Jepara-Kudus pada waktu sore hari yaitu sebesar 2113 kend/jam atau 992,5smp/jam.
Data arus lalulintas berdasarkan Tabel 4.4 dapat diuraikan sebagai berikut :
LT : 504,9 + 129,4 + 44,0 + 76,5 = 754,8 smp / jam.
ST : 2029,6 + 175,3 + 1633,6 + 161,9 = 4000,4 smp / jam.
RT : 20,6 + 1120,5 + 89,9 + 92,9 = 1323,9 smp / jam.
Jumlah arus lalu lintas total berdasarkan adalah 6079,1 smp / jam.
Perbandingan arus lalu lintas per arah pergerakan dengan arus lalu lintas total simpang adalah sebagai berikut :
РLT =
РLT =
= 0,12
Pendekat Arah
Pagi (peak) Siang (off peak) Sore (peak Total
Arus Arus Arus Arus Arus Arus Arus Arus
(kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam)
(smp/jam)
Jl. Kudus - Jepara
LT 39 23,8 35 12,2 20 7,9 94 44,0
ST 1762 870,1 1076 704,3 1075 59,2 3912 1633,6
RT 44 26,5 51 28,6 65 34,8 159 89,9
Total 1845 920,4 1163 745,1 1160 102,0 4165 1767,5
Jl. Dorang
LT 128 39,1 52 17,0 52 20,4 231 76,5
ST 129 76,4 67 50,3 62 35,2 257 161,9
RT 95 43,6 41 25,1 39 24,2 175 92,9
Total 352 159,1 160 92,4 153 79,8 665 331,3
12585 6079,1
46 РRT =
РRT =
= 0,21
РMI =
=
= 0,28 4.1.5. Waktu Sinyal Dan Fase Pergerakan
Kondisi eksisting pada tiap lengan persimpangan ini memiliki fase serta waktu sinyal yang berbeda – beda. Berikut penggambaran bentuk pergerakan setiap fasenya serta waktu sinyal berupa waktu hijau, waktu merah dan waktu siklus. Simpang ini memiliki empat fase dengan siklus eksisting 99 detik.
Tabel 4.5. Fase Pergerakan dan Waktu Sinyal ( Pagi, Siang, Sore )
Fas
e Pergerakan
Wak tu Hija
u
Wak tu Mera
h
Intergre en
Cycl e Time (
Waktu Kuning
+ All Red) (deti
k)
(deti
k) (Detik) (Deti
k)
1
Dorang
28 68 3 99
Kud
us Jepara
Nalumsari
2
30 66 3 99
Dorang
Kud us
Jepa ra
Nalumsari
47
Fas
e Pergerakan
Wak tu Hija
u
Wak tu Mera
h
Intergre en ( Waktu Kuning
+ All Red)
Cycl e Time
(deti k)
(deti
k) (Detik) (Deti
k)
3
26 70 3 99
Dorang
Kud us
Jepa ra
Nalumsari
4
28 68 3 99
Dorang
Kud us
Nalumsari
Jepa ra
4.2. Pembahasan
4.2.1. Penentuan Lebar Rata-rata Pendekat
Lebar rata – rata pendekat diambil dengan cara menjumlahkan total lebar pendekat dari masing-masing simpang lalu membagunya dengan jumlah lengan simpang.
W1 =
=
= 3,0625 Keterangan :
WA = Lebar pendekat jalan Jepara – Kudus WB = Lebar pendekat jalan Nalumsari WC = Lebar pendekat jalan Kudus - Jepara WD = Lebar pendekat jalan Dorang
48 Tabel 4.6. Arus lalu lintas tiap lengan simpang
Arah
Arus Pergerakan
LT ST RT Total
(smp/jam) (smp/ja m)
(smp/jam) (smp/jam) Pendekat Jalan Jepara -
Kudus 504,9 2029,6 20,6 2555,1
Pendekat Jalan
Nalumsari 129,4 175,3 1120,5 1425,2 Pendekat Jalan Kudus –
Jepara 44 1633,9 89,9 1767,8
Pendekat Jalan Dorang 76,5 161,9 92,9 331,3
4.2.1.1. Pendekat Jalan Arah Jepara
Nilai dari lebar pendekat arah Jepara yaitu 3,75 m. Maka Fw bisa didapatkan dengan memplotkan angka tersebut pada gambar 4.11. Dari plot grafik nilai Fw didapatkan sebesar 1,03.
Gambar 4.11 Hasil plot W1 nilai Fw arah Jepara
a. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Simpang bersinyal empat Keramik Nalumsari tidak memiliki median jalan utama sehingga nilai faktornya adalah 1,0.
49 b. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Dari data jumlah penduduk di kota Jepara terdapat 1.223.198 jiwa. Dengan jumlah tersebut masuk dalam kategori kota besar yaitu antara 1-3 juta jiwa. Sehingga nilai FCS nya adalah 1,0.
c. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Faktor rasio hambatan samping dihitung dengan menggunakan tabel 2.3. Dengan variable masukan adalah kelas hambatan samping, tipe lingkungan, dan rasio kendaraan tidak bermotor, nilai yang didapatkan adalah 0,95 kategori rendah.
d. Faktor Penyesuaian Belok Kiri PLT =
(Tabel 4.6) = 0,19
Nilai variabel masukan PLT adalah 0,19. Kemudian di plotkan pada gambar 2.5. dari hasil plot didapatkan nilai FLT 0,97 pada gambar 4.12
Gambar 4.12 Hasil plot PLT untuk nilai FLT arah Jepara
50 e. Faktor Penyesuaian Belok Kanan
PRT =
(Tabel 4.6) = 0,02
Nilai variabel masukan PRT adalah 0,02. Kemudian di plotkan pada gambar 2.4. dari hasil plot didapatkan nilai FRT 1,002 pada gambar 4.13
Gambar 4.13 Hasil plot PRT untuk mendapatkan nilai FRT
arah Jepara
f. Penentuan Kapasitas Jalan
Nilai kapasitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6.
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
CO = Lebar ruas jalan x 525
= 7,5 m x 525
= 3937,5
FW = Faktor koreksi lebar masuk 1,03 FM = Faktor koreksi median jalan utama, 1 FCS = Faktor koreksi ukuran kota, 1
FRSU = Faktor koreksi tipe lingkungan, 0,95
51 FLT = Faktor koreksi persentase belok kiri, 0,97
FRT = Faktor koreksi persentase belok kanan, 1,002 C = 3937,5 x 1,03 x 1 x 1 x 0,95 x 0,97 x 1,02
= 3744,7 smp/jam g. Arus Jenuh
Perhitungan arus jenuh menggunakan persamaan 2.2.
S = S0 x FSF x FCS x FP x FP x FG x FRT S0 = 600 x We
= 600 x 7,5
= 4500 smp/jam
FSF= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping, 0,95
FCS= Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota 1,0 FP= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya parkir, 1,0 FG= Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan, 1,0
FRT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan, 1,00
FLT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri, 0,97
S = 4500 x 0,95 x 1 x 1 x 1 x 1,002 x 0,97
= 4155 smp/jam h. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas simpang (C) pada tiap lengan simpang menggunakan persamaan 2.7.
C = S x
g = waktu hijau, 28 detik c = waktu siklus, 99 detik C = 4155 x (28/99)
= 1175,1 smp/jam
52 4.2.1.2. Pendekat Jalan Arah Nalumsari
a. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Simpang bersinyal empat Keramik Nalumsari tidak memiliki median jalan utama sehingga nilai faktornya adalah 1,0.
b. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Dari data jumlah penduduk di kota Jepara terdapat 1.223.198 jiwa. Dengan jumlah tersebut masuk dalam kategori kota besar yaitu antara 1-3 juta jiwa. Sehingga nilai FCS nya adalah 1,0.
c. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Faktor rasio hambatan samping dihitung dengan menggunakan tabel 2.3. Dengan variabel masukan adalah kelas hambatan samping, tipe lingkungan, dan rasio kendaraan tidak bermotor, nilai yang didapatkan adalah 0,97 kategori sedang.
d. Faktor Penyesuaian Belok Kiri PLT =
(Tabel 4.6) = 0,09
Nilai variabel masukan PLT adalah 0,09. Kemudian di plotkan pada gambar 2.5. dari hasil plot didapatkan nilai FLT 0,982 pada gambar 4.14
53 Gambar 4.14 Hasil plot PLT untuk mendapatkan
nilai FLT arah Nalumsari
e. Faktor Penyesuaian Belok Kanan PRT =
(Tabel 4.6) = 0,78
Nilai variabel masukan PRT adalah 0,78. Kemudian di plotkan pada gambar 2.4. dari hasil plot didapatkan nilai FRT 1,20 pada gambar 4.15.
Gambar 4.15 Hasil plot PRT untuk mendapatkan nilai FRT arah Nalumsari
54 f. Penentuan Kapasitas Jalan
Nilai kapasitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6.
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI CO = Lebar ruas jalan x 525
= 5,5 m x 525
= 2887,5
FM = Faktor koreksi median jalan utama, 1 FCS = Faktor koreksi ukuran kota, 1
FRSU = Faktor koreksi tipe lingkungan, 0,97 FLT = Faktor koreksi persentase belok kiri, 0,982 FRT = Faktor koreksi persentase belok kanan, 1,2 C = 2887,5 x 1 x 1 x 0,97 x 0,982 x 1,2
= 3300,5 smp/jam g. Arus Jenuh
Perhitungan arus jenuh menggunakan persamaan 2.2.
S = S0 x FSF x FCS x FP x FP x FG x FRT
S0 = 600 x We
= 600 x 5,5
= 3300 smp/jam
FSF= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping, 0,97
FCS= Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota 1,0 FP= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya parkir, 1,0 FG= Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan, 1,0
FRT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan, 1,2
FLT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri, 0,982
55 S = 3300 x 0,97 x 1 x 1 x 1 x 1,2 x 0,982
= 3772 smp/jam h. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas simpang (C) pada tiap lengan simpang menggunakan persamaan 2.7.
C = S x
g = waktu hijau, 28 detik c = waktu siklus, 99 detik C = 3772 x
= 1066,8 smp/jam
4.2.1.3. Pendekat Jalan Arah Kudus
Nilai dari lebar pendekat arah Jepara yaitu 3,75 m. Maka Fw bisa didapatkan dengan memplotkan angka tersebut pada gambar 4.16. Dari plot grafik nilai Fw didapatkan sebesar 1,03.
Gambar 4.16 Hasil plot W1 nilai Fw arah Kudus
56 a. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Simpang bersinyal empat Keramik Nalumsari tidak memiliki median jalan utama sehingga nilai faktornya adalah 1,0.
b. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Dari data jumlah penduduk di kota Jepara terdapat 1.223.198 jiwa. Dengan jumlah tersebut masuk dalam kategori kota besar yaitu antara 1-3 juta jiwa. Sehingga nilai FCS nya adalah 1,0.
c. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Faktor rasio hambatan samping dihitung dengan menggunakan tabel 2.3. Dengan variable masukan adalah kelas hambatan samping, tipe lingkungan, dan rasio kendaraan tidak bermotor, nilai yang didapatkan adalah 0,97 kategori sedang.
d. Faktor Penyesuaian Belok Kiri PLT =
(Tabel 4.6) = 0,024
Nilai variabel masukan PLT adalah 0,024. Kemudian di plotkan pada gambar 2.5. dari hasil plot didapatkan nilai FLT 0,998 pada gambar 4.17
57 Gambar 4.17 Hasil plot PLT untuk nilai FLT arah Kudus
e. Faktor Penyesuaian Belok Kanan PRT =
(Tabel 4.6) = 0,05
Nilai variabel masukan PRT adalah 0,05. Kemudian di plotkan pada gambar 2.4. dari hasil plot didapatkan nilai FRT 1,012 pada gambar 4.18
Gambar 4.18 Hasil plot PRT untuk mendapatkan nilai FRT
arah Kudus
58 f. Penentuan Kapasitas Jalan
Nilai kapasitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6.
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI CO = Lebar ruas jalan x 525
= 7,5 m x 525
= 3937,5
FW = Faktor koreksi lebar masuk 1,03 FM = Faktor koreksi median jalan utama, 1 FCS = Faktor koreksi ukuran kota, 1
FRSU = Faktor koreksi tipe lingkungan, 0,97 FLT = Faktor koreksi persentase belok kiri, 0,998 FRT = Faktor koreksi persentase belok kanan, 1,012 C = 3937,5 x 1,03 x 1 x 1 x 0,97 x 0,998 x 1,012
= 3973,2 smp/jam g. Arus Jenuh
Perhitungan arus jenuh menggunakan persamaan 2.2.
S = S0 x FSF x FCS x FP x FP x FG x FRT
S0 = 600 x We
= 600 x 7,5
= 4500 smp/jam
FSF= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping, 0,95
FCS= Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota 1,0 FP= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya parkir, 1,0 FG= Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan, 1,0
FRT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan, 1,012
FLT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri, 0,998
59 S = 4500 x 0,97 x 1 x 1 x 1 x 1,012 x 0,998
= 4408,5 smp/jam h. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas simpang (C) pada tiap lengan simpang menggunakan persamaan 2.7.
C = S x
g = waktu hijau, 30 detik c = waktu siklus, 99 detik C = 4408,5 x
= 1335,9 smp/jam
4.2.1.4. Pendekat Jalan Arah Dorang
a. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Simpang bersinyal empat Keramik Nalumsari tidak memiliki median jalan utama sehingga nilai faktornya adalah 1,0.
b. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Dari data jumlah penduduk di kota Jepara terdapat 1.223.198 jiwa. Dengan jumlah tersebut masuk dalam kategori kota besar yaitu antara 1-3 juta jiwa. Sehingga nilai FCS nya adalah 1,0.
c. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Faktor rasio hambatan samping dihitung dengan menggunakan tabel 2.3. Dengan variabel masukan adalah kelas hambatan samping, tipe lingkungan, dan rasio kendaraan tidak bermotor, nilai yang didapatkan adalah 0,95 kategori rendah.
60 d. Faktor Penyesuaian Belok Kiri
PLT =
(Tabel 4.6) = 0,23
Nilai variabel masukan PLT adalah 0,23. Kemudian di plotkan pada gambar 2.5. dari hasil plot didapatkan nilai FLT 0,962 pada gambar 4.19
Gambar 4.19 Hasil plot PLT untuk mendapatkan nilai FLT arah Dorang
e. Faktor Penyesuaian Belok Kanan PRT =
(Tabel 4.6) = 0,28
Nilai variabel masukan PRT adalah 0,28. Kemudian di plotkan pada gambar 2.4. dari hasil plot didapatkan nilai FRT 1,07 pada gambar 4.20.
61 Gambar 4.20 Hasil plot PRT untuk mendapatkan nilai
FRT arah Dorang f. Penentuan Kapasitas Jalan
Nilai kapasitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6.
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
CO = Lebar ruas jalan x 525
= 4 m x 525
= 2100
FM = Faktor koreksi median jalan utama, 1 FCS = Faktor koreksi ukuran kota, 1
FRSU = Faktor koreksi tipe lingkungan, 0,95 FLT = Faktor koreksi persentase belok kiri, 0,962 FRT = Faktor koreksi persentase belok kanan, 1,07 C = 2100 x 1 x 1 x 0,95 x 0,962 x 1,07
= 2053,5 smp/jam g. Arus Jenuh
Perhitungan arus jenuh menggunakan persamaan 2.2.
S = S0 x FSF x FCS x FP x FP x FG x FRT
S0 = 600 x We
62
= 600 x 5,5
= 3300 smp/jam
FSF= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping, 0,97
FCS= Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota 1,0 FP= Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya parkir, 1,0 FG= Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan, 1,0
FRT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan, 1,07
FLT=Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri, 0,962
S = 3300 x 0,97 x 1 x 1 x 1 x 1,2 x 0,962
= 3695,2 smp/jam h. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas simpang (C) pada tiap lengan simpang menggunakan persamaan 2.7.
C = S x
g = waktu hijau, 26 detik c = waktu siklus, 99 detik C = 3695,2 x
= 970,4 smp/jam
4.2.2. Evaluasi Fase Pergerakan dan Waktu Sinyal (Traffic Light) Dari data Formulir SIG I mengenai data geometrik simpang ini terdapat 4 fase sinyal dan dari tabel 4.4 dapat diketahui arus lalu lintas tiap lengan simpang untuk perhitungan nilai y. Nilai y digunakan dalam perhitungan pengaturan sinyal hijau. Dari nilai y
63 nantinya didapatkan nilai FR kemudian didapatkan waktu siklus maksimal (Co).
Tabel 4.7. Nilai Y Pada Tiap Lengan Simpang
Lengan Simpang
(A) Barat (Arah Jepara)
(B) Utara (Arah Nalumsari)
(C) Timur
(Arah Kudus)
(D) Selatan
(Arah Dorang)
Fase 1 2 3 4
Qtotal (smp/jam) 992,5 609 920,4 159,1
S (smp/jam) 1968,7 1443,7 1968,7 1050
Y = 0,50 0,42 0,46 0,15
Dari analisa tabel diatas nilai S dilhat dari lebar masing-masing pendekat (tabel 4.1) dikalikan dengan kapasitas maksimum sebesar 525 smp/jam. Dari nilai S dapat dihitung nilai Y pada masing- masing lengan simpang. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka:
Nilai, FR :
FR = Σy max = 0,50 + 0,42 + 0,46 + 0,15 = 1,53 Karena nilai FR terlalu besar maka dilakukan analisis kembali dalam perhitungan Y pada tiap pendekat.
Asumsi pelebaran pendekat pada tiap lengan simpang:
WA diasumsikan dari 3,75 m menjadi 4,25 m.
Nilai S = (4,25 x 2 jalur ) x 525 smp/jam = 3675 smp/jam a. Eksisting Lengan Persimpangan A.
64 b. Perencanaan Pelebaran Jalan
Gambar 4.21 Pelebaran Jalan Dari Eksisting Arah Jepara – Kudus
WB diasumsikan dari 2,75 m menjadi 3,5 m.
Nilai S = (3,5 x 2 lajur) x 525 smp/jam = 3675 smp/jam a. Eksisting Lengan Persimpangan B.
b. Perencanaan Pelebaran Jalan
Gambar 4.22 Pelebaran Jalan Dari Eksisting Arah Nalumsari
65
WC diasumsikan dari 3,75 m menjadi 4,25 m.
Nilai S = (4,25 x 2 jalur ) x 525 smp/jam = 4462,5 smp/jam a. Eksisting Lengan Persimpangan C.
b. Perencanaan Pelebaran Jalan
Gambar 4.23 Pelebaran Jalan Dari Eksisting Arah Kudus – Jepara.
a. Eksisting Lengan Persimpangan D.
66 Untuk ruas jalan (D) arah Dorang tidak perlu dilakukan pelebaran dikarenakan kapasitas jalan masih dapat menampung volume kendaraan saat jam sibuk.
Tabel 4.8. Nilai Asumsi Y Pada Tiap Lengan Simpang
Lengan Simpang
(A) Barat (Arah Jepara)
(B) Utara (Arah Nalumsari)
(C) Timur
(Arah Kudus)
(D) Selatan
(Arah Dorang)
Fase 1 2 3 4
Qtotal (smp/jam) 992,5 609 920,4 159,1
S (smp/jam) 4462,5 3675 4462,5 2100
Y = 0,22 0,17 0,21 0,075
Nilai Lt dihitung dengan rumus (2.16), asumsi waktu sinyal 3 fase, karena jumlah arus kendaraan di pendekat D lebih kecil.
yA =
= 0,22 yC =
= 0,17 yB =
= 0,21 yD =
= 0,075
Nilai FR = Σymax = 0,21 + 0,17 + 0,21 = 0,60 Lt = 2n + R = 2 x 3 (2+3) = 11 detik n = Jumlah fase simpang
Nilai Co dihitung dari persamaan rumus (2.17) : Co =
= ( )
=
=54 detik
Waktu hijau maksimum = 55 detk – 11 detik = 43 detik
Pengaturan Waktu Hijau dihitung dengan menggunakan persamaan (2.19) :
Y max = 0,21
67 Fase 1 = ( )
– 1
=
( )= 16 detik
Fase 2 = ( )
– 1
=
( )= 12 detik
Fase 3 = ( )
– 1
=
( )= 15 detik
a. Diagram Lampu Lalu Lintas 3 Fase 54 dt
16 dt 3 dt 33 dt 2 dt
Barat
19 dt 2 dt 12 dt 3 dt 19 dt
Selatan – Utara
36 dt 2 dt 12 dt 3 dt
Timur
68 Tabel 4.9. Pergerakan dan Waktu Sinyal ( Pagi, Siang, Sore ) 3 fase
Fas
e Pergerakan
Wak tu Hija
u
Wak tu Mera
h
Intergre en
Cycl e Time (
Waktu Kuning
+ All Red) (deti
k)
(deti
k) (Detik) (Deti
k)
1
Dorang
16 33 3+2 54
Kud
us Jepara
Nalumsari
2
12 38 3+2 54
Dorang
Kud us
Jepa ra
Nalumsari
3
12 36 3+2 54
Dorang
Kud us
Jepa ra
Nalumsari
b. Rencana Pelebaran Persimpangan
Perencanaan pelebaran jalan dilakukan di tiga lengan simpang, yakni lengan A yang merupakan lengan arah Jepara – Kudus sebesar 0,5 meter di setiap sisi ruas jalan. Kemudian lengan B arah Nalumsari direncanakan pelebaran sebesar 0,75 meter. Pelebaran lengan B diambil pada sisi kiri ruas jalan. Pada lengan simpang C
69 arah Kudus – Jepara direncanakan pelebaran sebesar 0,5 m diambil dari sisi kanan ruas jalan. Untuk lengan simpang D arah Dorang tidak perlu dilakukan pelebaran jalan.
(1). Eksisting Simpang
(2). Perencanaan Pelebaran Eksisting Simpang
Gambar 4.24 Rencana Pelebaran Lengan Persimpangan
4.2.3. Perilaku Lalu Lintas 4.2.3.1. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui kinerja simpang bersinyal empat Keramik
70 Nalumsari. Dalam perhitungan ini digunakan persamaan 2.8.
DS =
C = Kapasitas (smp/jam), Q = Arus lalu lintas (smp/detik).
a. Derajat Kejenuhan Lengan Arah Jepara C = 3744,7 smp/jam
Q = 2555,1 smp/jam DS =
= 0,68
b. Derajat Kejenuhan Lengan Arah Nalumsari C = 3300,5 smp/jam
Q = 1425,2 smp/jam DS =
= 0,43
c. Derajat Kejenuhan Lengan Arah Kudus C = 3973,2 smp/jam
Q = 1767,8 smp/jam DS =
= 0,44
d. Derajat Kejenuhan Lengan Arah Dorang C = 2053,5 smp/jam
Q = 331,3 smp/jam DS =
= 0,16
4.2.3.2. Tundaan
a. Tundaan Lalu Lintas Simpang (DTi) Arah Jepara Tundaan merupakan waktu rata – rata yang digunakan semua kendaraan yang memasuki simpang pada
71 lengan simpang arah Jepara. Dari perhitungan nilai derajat kejenuhan adalah 0,68. Dari nilai tersebut, nilai DTi didapatkan dengan plot gambar 2.7. kemudian didapatkan hasil yaitu 7 detik/smp dari gambar 4.25.
Gambar 4.25 Hasil plot DTi untuk lengan arah Jepara
b. Tundaan Lalu Lintas Simpang (DTi) Arah Nalumsari
Simpang pada lengan arah Nalumsari didapatkan nilai derajat kejenuhan adalah 0,43. Dari nilai tersebut, nilai DTi didapatkan dengan plot gambar 2.7. Hasil plot gambar 4.26 didapatkan hasil yaitu 4 detik/smp.
Gambar 4.26 Hasil plot DTi untuk lengan arah Nalumsari
72 c. Tundaan Lalu Lintas Simpang (DTi) Arah Kudus
Simpang pada lengan arah Kudus didapatkan nilai derajat kejenuhan adalah 0,44. Dari nilai tersebut, nilai DTi didapatkan dengan plot gambar 2.7. Hasil plot gambar 4.27 didapatkan hasil yaitu 4,5 detik/smp.
Gambar 4.27 Hasil plot DTi untuk lengan arah Kudus
d. Tundaan Lalu Lintas Simpang (DTi) Arah Dorang Simpang pada lengan arah Kudus didapatkan nilai derajat kejenuhan adalah 0,16. Dari nilai tersebut, nilai DTi didapatkan dengan plot gambar 2.7. Hasil plot gambar 4.28 didapatkan hasil yaitu 2 detik/smp.
73 Gambar 4.28 Hasil plot DTi untuk lengan arah
Dorang 4.2.3.3. Panjang Antrian
Panjang antrian merupakan jumlah rata-rata pada satuan mobil penumpang (smp) saat fase hijau ditambah dengan smp fase merah. Hasil dari nilai derajat kejenuhan diatas digunakan untuk perhitungan jumlah antrian dengan menggunakan persamaan 2.9.
Untuk DS > 0,5
NQ1 = 0,25 C [( ) √( ) ( )] NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya,
DS = Derajat kejenuhan, C = Kapasitas (smp/jam)
a. Panjang Antrian Lengan Simpang Arah Jepara DS = 0,68
C = 3744,7 smp/jam c = 99 (waktu siklus)
NQ = 0,25 x 3744,7 [( ) √( ) ( )
]
= 13,6 smp/jam
74 b. Panjang Antrian Lengan Simpang Arah Nalumsari
DS = 0,43
Karena nilai DS < 0,5 maka nilai panjang antrian untuk lengan arah Dorang adalah 0.
c. Panjang Antrian Lengan Simpang Arah Kudus DS = 0,44
Karena nilai DS < 0,5 maka nilai panjang antrian untuk lengan arah Dorang adalah 0.
d. Panjang Antrian Lengan Simpang Arah Dorang DS = 0.16
Karena nilai DS < 0,5 maka nilai panjang antrian untuk lengan arah Dorang adalah 0.