• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Dalam bab ini dikaji beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan. Dengan penelitian terdahulu bertujuan sebagai referensi dalam penelitian dan memperkuat hasil analisis. Berikut adalah penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ritonga & Wulantika, 2020) mengenai pengaruh PDRB dan Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan dengan menggunakan metode analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Batu Bara dalam Tahun 2010-2018.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Putra & Arka, 2016) mengenai analisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka, kesempatan kerja, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dan menggunakan aplikasi softtware SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sayifullah &

Gandasari, 2016) mengenai pengaruh indeks pembangunan manusia dan

(2)

pengangguran terhadap kemiskinan dengan menggunakan metode regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap kemiskinan, menurunnya kemiskinan saat IPM meningkat merupakan indikasi bahwa tingginya kualitas SDM.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Deffrinica, 2019) mengenai pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan dengan menggunakan penelitian berbasis pada penelitian diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan data empiris menunjukkan pola hubungan yang searah antara tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Berdasarkan penelitian lainnya adalah (Damanik & Sidauruk, 2020) mengenai pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap kemiskinan dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan menggunakan program SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.

Berdasarkan Penelitian terdahulu kaitannya dengan penelitian saya diduga PDRB, tingkat pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh Signifikan terhadap tingkat kemiskinan di 27 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

(3)

B. Landasan Teori 1. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS). Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara. Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator dalam mengatasi masalah kemiskinan, dimana pertumbuhan ekonomi merupakan konsep dari pembangunan ekonomi (Atalay, 2015).

Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, rendahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan (Sayifullah & Gandasari, 2016).

Menurut Sumedi dan Supadi (2004) masyarakat miskin mempunyai beberapa ciri sebagai berikut 1) tidak memiliki akses ke

(4)

proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka, 2) tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada, 3) rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan, keterampilan yang berdampak pada rendahnya penghasilan, 4) terperangkap dalam rendahnya budaya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan fatalisme, 5) rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan hidup seperti air bersih dan penerangan.

b. Penyebab kemiskinan

Penyebab kemiskinan adalah berasal dari teori Nurkse yaitu teori lingkaran kemiskinan dimana terdapat tiga penyebab utama yaitu: (i) Adanya keterbelakangan, dan ketertinggalan SDM, yang tercerminkan dari rendahnya IPM, (ii) Ketidaksempurnaan pasar, dan (iii) Kurangnya modal yang menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya akumulasi modal sehingga proses penciptaan lapangan kerja rendah dan mengakibatkan pengangguran meningkat.

Menurut Ragnar Nurkse (2006) dalam (Andhykha et al., 2018) berpendapat bahwa ada 2 jenis lingkaran setan kemiskinan

(5)

yang menghalangi negara berkembang untuk mencapai pembangunan ekonomi dengan pesat, yaitu:

1. Segi penawaran (Supply)

Sumber: Ragnar Nurkse (1953)

Gambar 2.1 Segi Penawaran (Supply)

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang rendah akibat tingkat produktivitas rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung rendah.

Rendahnya kemampuan menabung masyarakat tidak akan bisa meningkatkan investasi dan akan mengakibatkan pembentukan modal rendah sehingga dengan kurangnya modal tersebut maka kebutuhan tidak akan terpenuhi dan akan menyebabkan kemiskinan.

2. Segi Permintaan (Demand)

Sumber : Ragnar Nurkse (1953)

Tingkat Kemiskinan TInggi

Pembentukan Modal Rendah

Produktivitas Rendah

Pendapatan Rendah Tabungan Rendah

Investasi Rendah

Tingkat Kemiskinan Tinggi

Pembentukan Modal Rendah

Produktivitas Rendah

Pendapatan Rendah Permintaan Barang

Rendah Investasi Rendah

(6)

Gambar 2.2 Segi Permintaan (Demand)

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan yang tinggi maka akan menyebabkan rendahnya angka produktivitas yang dihasilkan oleh masyarakat dan hal itu akan mempengaruhi pendapatan masyarakat dimana pendapatan akan rendah dan akan menyebabkan tidak bisa memenuhi keinginan untuk membeli barang dan menyebabkan permintaan terhadap barang akan rendah, permintaan barang yang rendah tidak akan bisa meningkatkan investasi dan akan mengakibatkan pembentukan modal yang seharusnya ditingkatkan akhirnya ikut rendah sehingga dengan dengan kurangnya modal tersebut maka kebutuhan tidak akan terpenuhi dan akan menyebabkan kemiskinan.

Menurut Kuncoro (2010) dalam (Deffrinica, 2019), adanya kemiskinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, adapun sebab-sebabnya :

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia (SDM), kualitas SDM yang rendah berarti produktivitasnya rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan perolehan upah yang rendah juga. Keadaan rendahnya kualitas

(7)

SDM ini diakibatkan oleh rendahnya pendidikan di kalangan penduduk miskin, selain itu ada faktor diskriminasi atau keturunan, dan

3. Kemiskinan muncul dikarenakan perbedaan akses dalam modal.

c. Indikator kemiskinan dan Ukuran Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat beberapa indikator dalam mengukur kemiskinan antara lain:

1. Head Count Index (HCI – P0) adalah presentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index P1) yaitu merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing- masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

3. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index P2) yaitu adalah gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, maka akan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

Menurut (Arsyad, 2010) ukuran kemiskinan dapat dilihat dari:

1. Indikator tingkat konsumsi beras, mengukur berapa banyak tingkat konsumsi beras per kapita per tahun dengan rincian ada

(8)

tiga kategori miskin yaitu sangat miskin, miskin dan nyaris miskin.

2. Indikator tingkat pendapatan, pendapatan dilihat dari pendapatan perkapita dan dapat dilihat dari garis kemiskinan, jumlah penduduk miskin diukur dari pengeluaran per hari satu dolar Amerika. Kalo ukurannya dua dolar per hari maka termasuk miskin.

3. Indikator kesejahteraan rakyat.

d. Macam-macam kemiskinan

Menurut Nurkse 1953 dalam (Johnson et al., 2016) secara sederhana dan umum digunakan macam kemiskinan dibedakan menjadi tiga :

1. Kemiskinan Absolut

Yaitu kemiskinan yang didefinisikan dengan banyaknya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tertentu, dimana diperhitungkan berdasarkan standar hidup minimal suatu Negara.

2. Kemiskinan Relatif

Yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing- masing golongan pendapatan. Kemiskinan ini berkaitan dengan permasalahan distribusi pendapatan. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan jika tingkat hidup masyarakatnya berubah.

3. Kemiskinan Struktural

(9)

Kemiskinan structural adalah ketidakberdayaan sekelompok masyarakat dibawah suatu sistam pemerintahan yang menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut BPS (2016) Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode. Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut (Parwata et al., 2016). Data yang digunakan dalam menghitung pertumbuhan ekonomi adalah data PDRB atas harga konstan, ini berarti data yang digunakan tidak terpengaruh oleh tekanan inflasi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah besaran dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan usaha yang berada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola SDA dan SDM yang dimiliki.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga setiap tahunnya, digunakan untuk menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi yang ada. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga

(10)

konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar acuan yang ada, digunakan untuk melihat pola pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Produk Domestik Regional Bruto terdiri dari dua macam cara penyajian, yaitu :

a. PDRB atas dasar harga berlaku PDRB atas dasar harga berlaku adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antara, ataupun nilai tambah.

b. PDRB atas dasar harga konstan PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu yang digunakan sebagai acuan atau tahun dasar, baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antaa, maupun komponen nilai tambah.

3. Pengangguran

Sadono Sukirno (2000) mengemukakan jenis-jenis pengangguran berdasarkan cirinya adalah sebagai berikut:

a. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment), menurut BPS pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

(11)

b. Setengah Menganggur (Under Unemployment), yaitu adalah penduduk atau angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu, tidak termasuk yang bekerja sementara.

c. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment), adalah tenaga kerja yang tidak secara optimal karena suatu alasan tertentu.

d. Pengangguran Musiman, adalah pengangguran yang terjadi di masa-masa terntentu dalam satu tahun. Fenomena ini bisa terjadi pada sektor pertanian dimana petani akan menganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim panen.

Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara. Jika rumah tangga tersebut memiliki batasan likuiditas (yang berarti bahwa konsumsi saat ini dipengaruhi oleh pendapatan saat ini) maka pengangguran akan secara langsung mempengaruhi kemiskinan baik yang diukur dari sisi pendapatan (income poverty rate) maupun kemiskinan yang diukur dari sisi konsumsi (consumtion poverty rate). Jika rumah tangga tersebut tidak menghadapi batasan likuiditas maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek.

(12)

4. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendidikan, pendapatan, kesehatan, dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu diantaranya umur panjang, pengetahuan, dan standar hidup layak. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Saat perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Produktivitas: penduduk harus meningkatkan produktivitas dan partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

(13)

b. Pemerataan: penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial.

Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus. Sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktivitas yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

c. Kesinambungan: akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbarui.

d. Pemberdayaan: penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan.

C. Hubungan Variabel Independen terhadap Variabel Dependen a. Hubungan PDRB dengan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memahami dinamika perekonomian suatu wilayah dengan melihat percepatan perekonomiannya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya kenaikan permintaan akan barang dan jasa, artinya kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa akan meningkat, sehingga secara tidak langsung dengan

(14)

peningkatan pertumbuhan ekonomi mampu mengurangi kemiskinan yang selalu diidentikkan dengan tidak mampunya masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Dapat dikatakan bahwa ketika perekonomian suatu daerah mengalami peningkatan maka tingkat kemiskinan akan mengalami penurunan. Pendapat ini sejalan dengan penelitian oleh (Damanik & Sidauruk, 2020) mengenai pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan hasil bahwa PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan.

b. Hubungan Pengangguran dengan Kemiskinan

Osinubi (2005) dalam (Deffrinica, 2019) menemukan hubungan yang sangat kuat antara tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran. Ketika tingkat pengangguran naik, maka tingkat kemiskinan juga naik dan ketika tingkat pengangguran menurun maka tingkat kemiskinan juga turun. Dalam teori selalu ada hubungan antara pengangguran dan kemiskinan. Karena masyarakat yang menganggur tidak mempunyai penghasilan dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Penelitian oleh (Deffrinica, 2019) mengenai pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan menunjukkan hasil bahwa tingkat pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.

(15)

Kemiskinan (KM) Y

Pengangguran (PG) X2

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X1

X1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) X3

c. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dengan Kemiskinan

Indeks Pembangunan Manusia memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (longevity) dan hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Dalam penelitian oleh (Sayifullah &

Gandasari, 2016) mengenai pengaruh indeks pembangunan manusia dan pengangguran terhadap kemiskinan menunjukkan hasil bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap kemiskinan.

D. Substruktur Penelitian

Adapun substruktur penelitian dari penelitian ini dapat dilihat dibawah ini sebagai berikut :

(16)

E. Hipotesis

1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Barat tahun 2016-2020.

2. Diduga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Barat tahun 2016-2020.

3. Diduga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Barat tahun 2016-2020.

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan

Selain letaknya yang strategis yaitu sebagai penghubung antara kota-kota besar di Jawa Barat seperti Bandung, Bogor, Sukabumi dan Jakarta, Cianjur juga memiliki

Hasil dari pengujian model yang dilakukan adalah memprediksi penyakit jantung dengan support vector machine dan support vector machine berbasis particle swarm

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana

Berdasarkan pada hasil analisis diketahui bahwa entres yang disimpan selama 2 dan 4 hari menggunakan media kertas koran dan serbuk gergaji yang telah dibasahi masih menghasilkan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya mengalami kesulitan koneksi

Dalam konteks ekonomi syariah, sengketa yang tidak dapat diselesaikan baik melalui sulh} (perdamaian) maupun secara tah}ki<m (arbitrase) dapat diselesaikan