• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN

BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TESIS

FAHRIZA ZUHRI 187004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN

BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAHRIZA ZUHRI 187004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)
(4)

4 Telah diuji pada

Tanggal : 19 Juli 2021

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Delvian, SP, MP

Anggota : 1. Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si 2. Dr. Budi Utomo, SP., MP

3. Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si

(5)

5

PERNYATAAN

Judul Tesis

KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN

BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 19 Juli 2021 Penulis,

Fahriza Zuhri

(6)

i

KAJIAN EKOLOGI PEMANFAATAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI KELURAHAN

BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Abstrak

Fahriza Zuhri : Kajian Ekologi Pemanfaatan Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh DELVIAN dan MA’RUF TAFSIN.

Mangrove memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai tanaman pelindung dari abrasi laut, sebagai sumber pangan, sebagai habitat satwa, sebagai penyerap dan penyimpan karbon, sebagai tempat pendidikan dan pelatihan, sebagai tempat ekowisata dan selain itu sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia, daya tampung dan daya daya dukung mangrove yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Belawan Sicanang pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2020 secara purposive sampling dengan menggunakan metode analisis vegetasi dan metode kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mangrove yang di manfaatkan oleh peternak adalah A.

marina, R. apiculata, S. alba, N. fruticans, T. populnea, B. sexangula , B.

gymnnorrhiza. Dengan jumlah daya tampung sebanyak pada Bahan Kering (BK) 835,48 UT, pada Protein Kasar (PK) 481,24 UT dan pada Total Digestible Nutrient (TDN) 873,77 UT. Dan nilai Daya Dukung Mangrove Sebesar pada Bahan Kering (BK) 13,74, pada Protein Kasar (PK) 7,91 dan pada Total Digestible Nutrient (TDN) 14,36, dengan semua dikategori aman. Dan dapat dilakukan penambahan populasi berdasarkan nilai Daya Dukung 2,5 (Kategori aman) pada Bahan Kering (BK) sebanyak 273 UT, pada Protein Kasar (PK) sebanyak 131 UT dan pada Total Digestible Nutrient (TDN) sebanyak 288 UT.

Kata Kunci: Mangrove, Pakan Ruminansia, Daya Dukung.

(7)

ii

ECOLOGICAL REVIEW OF MANGROVE UTILIZATION AS THE SOURCE OF RUMINANT LIVESTOCK FEED IN BELAWAN SICANANG VILLAGE MEDAN BELAWAN

SUBDISTRICT

ABSTRACT

Fahriza Zuhri :Ecological Review of Mangrove Utilization as The Source of Ruminant Livestock Feed in Belawan Sicanang Village Medan Belawan Subdistrict. Assisted by DELVIAN and MA’RUF TAFSIN.

Mangroves has various benefits, namely as the plant protection from sea abrasion, as food source, as animal habitat, as the absorption and carbon storage, as an educating and training place, as ecotourism place and other than that, it is as source for ruminant livestock feed. The objective of the research is to find out the mangrove utilization as the source of ruminant livestock feed. The research is conducted at Belawan Sicanang Village in October until December 2020 with purposive sampling technique and uses vegetation analysis and questionnaire method. The results demonstrates that types of mangrove utilized by the farmer are: A. marina, R. apiculata, S. alba, N. fruticans, T. populnea, V. sexangula , V.

gymnnorrhiza. Total capacity of Dry Material (DM) is 835.48 AU, Crude Protein (CP) is 481.24 AU, and Total Digestible Nutrient (TDN) is 873.77 AU. Mangrove carrying capacity value of Dry Material (DM) is 13.74, Crude Protein (CP) is 7.91, and Total Digestible Nutrient (TDN) is 14.36 and all are in safe category.

Additional population can be done based on the carrying capacity value of 2.5 (safe category) on Dry Material (DM) as much as 273 AU, on Crude Protein (CP) as much as 131 AU, and on Total Digestible Nutrient (TDN) as much as 288 AU.

Keywords : Mangrove, Ruminant feed, carrying capacity.

(8)

iii

RIWAYAT HIDUP

Fahriza Zuhri, lahir di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 06 Desember 1993 sebagai anak ke 2 dari 3 bersaudara dari Bapak (alm) Heriadi dan Ibu Nuripah.

Pada tahun 2000 memasuki Sekolah Dasar (SD) Negeri 104267 Pegajahan dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 memasuki SMP Negeri 1 Pegajahan dan lulus tahun 2009. Pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Pegajahan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama diterima di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian USU melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis dan lulus tanggal 1 Maret 2017. Pada bulan Maret hingga November tahun 2017 bekerja sebagai Credit Marketing Staff (CMS) di BCA Multifinace Kantor Cabang Lubuk Pakam. Pada bulan November sampai Desember 2017 mengikuti program pengawasan Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB) yang di laksanakan oleh Dinas Pertanian Serdang Bedagai yang Bekerjasama dengan USU sebagai Pengawas. Pada bulan Januari 2018 sampai Februari 2019 bekerja sebagai Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) ayam broiler di PT New Hope Medan. Pada bulan Februari 2019 melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan.

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kajian Ekologi Pemanfaatan Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamtan Medan Belawan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena ini pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr. Sc, Ph.D selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si., M.Si selaku Sekretaris S2 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Delvian, SP, MP selaku ketua pembimbing dan Bapak Dr. Ir.

Mar’ruf Tafsin, M.Si selaku anggota pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dorongan, ide, saran, petunjuk dan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

(10)

v

6. Bapak Dr. Budi Utomo, SP., MP dan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam tesis ini.

7. Seluruh dosen dan pegawai yang telah banyak berjasa selama perkuliahan penulis.

8. Bapak Zulkifli selaku Lurah Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

9. Bapak Amri yang menemani penelitian di Kelurahan Belawan Sicanang.

10. Abang kandung saya Fajar Larasani, SE yang membantu membiayai kuliah saya.

11. Ibu saya Nuripah, Adik saya Faisal Harifah dan Kakak ipar saya Sri Mayasari yang mensupport dan mendoakan saya hingga menyelesaikan Pendidikan.

12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pemerintah, dan masyarakat luas. Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih terdapat kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi, oleh karena ini saran dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurnaannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2021 Penulis,

(11)

vi

DAFTAR ISI

No. ...Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Batasan Penelitian ... 4

1.6. Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Mangrove ... 6

2.2. Fungsi Hutan Mangrove ... 7

2.3. Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove ... 9

2.4. Pemanfaatan Hutan Mangrove ... 9

2.5. Ruminansia ... 10

2.6. Bahan Pakan ... 10

2.7. Daya Dukung Lingkungan ... 11

2.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ... 12

2.9. Konsep Pembangunan Ekologi dan Ekonomi ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2. Alat Penelitian ... 14

3.3. Pengambilan Sampel ... 14

3.3.1. Vegetasi Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang ... 15

3.3.2. Peternakan Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang ... 17

3.3.3. Indeks Daya Dukung Mangrove Terhadap Peningkatan Populasi Peternakan Ruminansia (Carrying Capacity) ... 18

3.3.4. Performans Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang ... 21

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 23

4.1.1. Kondisi Topografi, Geologi dan Klimatologi ... 24

4.1.2. Kependudukan ... 24

(12)

vii

4.1.3. Deskripsi Responden (Peternak) ... 25

4.1.3.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.1.3.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur ... 25

4.1.3.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 26

4.1.3.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekeerjaan Utama ... 26

4.1.4. Kondisi Ekonomi Kelurahan Belawan Sicanang ... 27

4.2. Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan ... 27

4.3. Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang ... 36

4.3.1. Ternak Ruminansia Kecil ... 36

4.3.1.1. Ternak Kambing ... 36

4.3.1.2. Ternak Domba ... 38

4.3.2. Ternak Ruminansia Besar ... 39

4.3.2.1. Ternak Sapi ... 39

4.3.2.2. Ternak Kerbau ... 40

4.3.3. Populasi Ternak Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang 40 4.3.4. Sistem Pemeliharaan Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang ... 41

4.3.5. Pemanfaatan Daun Mangrove Sebagai Pakan Ruminansia ... 43

4.4. Pemberian dan Pengambilan Pakan Ruminansia dari Daun Mangrove ... 45

4.4.1. Pemberian Pakan Ruminansia ... 45

4.4.2. Pengambilan Pakan dari Daun Mangrove ... 46

4.5. Produktivitas Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia ... 47

4.6. Daya Tampung dan Daya Dukung Mangrove Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang ... 48

4.7. Estimasi Penambahan Populasi Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang ... 48

4.8. Performans Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang .. 49

4.9.1. Performans Ternak Ruminansia Kecil ... 49

4.9.2. Performans Ternak Ruminansia Besar ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 56

5.1. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

viii

DAFTAR TABEL

No. ... Hal

2.1. Kandungan Bahan Berpotensi Pangan/Pakan pada Daun Mangrove ... 11

3.1. Status Daya Dukung (IDD) ... 18

3.2. Asumsi Rataan Kandungan Nutrisi Daun Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia ... 20

3.3. Struktur Populasi Ternak dan Standar Satuan Ternak Menurut Umur dan Jenis Ternak ... 21

3.4. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 22

4.1. Data Kependudukan Kelurahan Belawan Sicanang ... 25

4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.3. Responden Penelitian Berdasarkan Umur ... 26

4.4. Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 26

4.5. Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Utama ... 27

4.6. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk ... 27

4.7. Semai :anakan pohon mulai kecambah sampai tinggi < 1,5 m ... 28

4.8. Pancang : anakan pohon dengan diamater < 10 cm dan tinggi > 1,5 m . 30 4.9. Pohon : pohon muda dan dewasa yang memiliki diameter > 10 cm ... 31

4.10. Populasi Ternak Ruminansia Kecil di Kelurahan Belawan Sicanang ... 40

4.11. Populasi Ternak Ruminansia Besar di Kelurahan Belawan Sicanang .... 41

4.12. Frekuensi (F) Pemanfaatan Mangrove Sebagai Pakan Ruminansia ... 44

4.13. Jenis Spesies Mangrove yang Paling disukai Ruminansia ... 45

4.14. Pemberian Pakan Segar Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang .. 46

4.15. Pemotongan Mangrove ... 47

4.16. Produktivitas Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia .... 47

4.17. Daya Tampung dan Daya Dukung Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang (Luas mangrove 895,242 ha) ... 48

4.18. Estimasi Penambahan Populasi Hingga Nilai Daya Dukung 2,5 (Kategori Aman)... 49

4.19. Bobot Ternak Ruminansia Kecil di Kelurahan Belawan Sicanang ... 50

4.20. Performans Ternak Ruminansia Kecil di Kelurahan Belawan Sicanang 51 4.21. Bobot Ternak Ruminansia Besar di Kelurahan Belawan Sicanang ... 53

4.22. Performans Ternak Ruminansia Besar di Kelurahan Belawan Sicanang ... 54

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. ... Hal

1.1. Kerangka Pemikiran ... 5

3.1. Desain Kombinasi Metoda Jalur dan Metoda Garis Berpetak ... 15

3.2. Lokasi Pengambilan Data Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang ... 17

4.1. Beberapa Jenis Vegetasi Mangrove pada Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Bagian A. Marina (Api-Api Putih) ... 35

4.3. Kambing Kacang ... 36

4.4. Kambing Jawarandu ... 37

4.5. Kambing PE ... 38

4.6. Domba Ekor Tipis ... 38

4.7. Sapi PO ... 39

4.8. Kerbau Lumpur ... 40

4.9. Sistem Pemeliharaan Ruminansia ... 43

4.10. Survey Penelitian Peternak Ruminansia... 43

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mangrove merupakan ekosistem yang berada pada wilayah intertidal, dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan laut, payau, sungai, dan terestrial. Dengan adanya interaksi ini menjadikan ekosistem mangrove mempunyai keanekaragam yang tinggi berupa flora dan fauna laut, tawar, dan spesies daratan (Macintosh et al ., 2002). Mangrove merupakan bagian hutan tropis yang tumbuh baik di daerah perbatasan laut dan daratan. Tidak banyak biota, baik fauna maupun flora, yang dapat tumbuh di daerah estuaria tersebut. Biota yang dapat tumbuh di habitat daratan yang bersalinitas ini adalah biota yang dapat beradaptasi pada kondisi ekstrim tersebut. Salah satu aktivitas adaptasi mangrove agar tetap tumbuh baik di estuaria adalah mensekresi metabolit sekunder atau bioaktif secara berlebih. Oleh karenanya mangrove merupakan salah satu sumber bioaktif terkaya yang ada di alam ini (Awaludin et al., 2012).

Tiga ekosistem pantai yang sangat berperan dalam meredam energi tsunami yaitu ekosistem terumbu karang (Coral reef), padang lamun (Seagrass bads), dan mangrove atau hutan bakau pun tidak luput dari pembabatan (Kordi, 2012). Potensi ekonomi mangrove diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan estuari dan pantai (perairan dangkal), serta wisata alam. Selain itu mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi daerah pantai dan memelihara habitat untuk sejumlah besar jenis satwa, jenis yang terancam punah dan jenis langka yang kesemuanya sangat berperan dalam memelihara keanekaragaman hayati di wilayah tertentu (Dewi et al., 2016).

(16)

2

Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral (Sampurna, 2013). Pada daerah-daerah pantai di Indonesia daun mangrove api-api (Avicennia spp.) juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ruminansia. Hasil analisis daun Avicennia marina menunjukkan bahwa kandungan vitamin B sebesar 2,64 mg/100 g, vitamin C nya sebesar 15,32 mg/100 g, serat sebanyak 8,7% dan karbohidrat sebanyak 13% dan kandungan mineral yang tinggi sehingga pemanfaatannya sesuai sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Sumber serat bermanfaat untuk pakan ternak dan karbohidrat sebagai sumber energi bagi hewan ternak. Senyawa mineral yang teridentifikasi pada daun adalah kalsium, kalium, dan natrium dalam jumlah yang tinggi. Adanya mineral makro tersebut, dapat memperkaya kandungan nutrisi pakan ternak (Kusmana et al., 2009).

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Belawan Sicanang, saat ini kondisi ekologi yang menyebabkan berkurannya hutan mangrove di sepanjang wilayah Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan karena adanya pemanfaatan berlebih adalah kegiatan usaha tambak yang mengkonversi ekosistem mangrove menjadi lahan tambak sehingga beberapa fungsi ekosistem ini tidak berlangsung optimal serta terdapatnya ternak rumunasia yang

(17)

3

memanfaatkan mangrove sebagai sumber pakan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui daya dukung mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang.

Pada Undang Undang No. 6 Tahun 1967 Tentang : Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan yang dimaksud dengan ternak ialah hewan piara, yang kehidupannya yakni mengenai tempat, perkembanganbiakannya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi vegetasi mangrove yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan?

2. Bagaimana tingkat pemanfaatan mangrove sebagai sumber pakan Ruminansia?

3. Bagaimana daya dukung hutan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan untuk pakan Ruminansia?

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kondisi ekologi hutan mangrove dan tingkat pemanfaatkan mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

(18)

4

2. Menganalisis daya dukung hutan mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan yang berkelanjutan dalam pemanfaatan mangrove untuk memenuhi kebutuhan pakan ruminansia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat :

1. Mengetahui apakah hutan mangrove di Kelurahan Belawan sicanang Kecamatan Medan Belawan tetap berkelanjutan dengan adanya pemanfaatan mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia.

2. Sebagai masukan kepada para pengambil kebijakan dalam pemanfaatan mangrove yang berkelanjutan di Kelurahan Belawan Sicanang.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada hal – hal sebagai berikut :

1. Pemanfaatan hutan mangrove yang diteliti adalah pemanfaatan mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia.

2. Lokasi pengambilan sampel hutan mangrove adalah hutan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

3. Lokasi pengambilan sampel pemanfaatan mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia dilakukan pada peternak yang berada di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

1.6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfataan sumberdaya hutan mangrove yang dilakukan dengan tetap melakukan pengelolaan

(19)

5

hutan mangrove yang berkelanjutan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah seperti yang disajikan dalam Gambar 1.1. berikut ini.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Ekologi

Nilai dan Manfaat Sumberdaya Hutan

Pemanfaatan Mangrove Sebagai Pakan Ruminansia

Analisi Daya Dukung Hutan Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ruminansia Pemanfaatan Hutan Mangrove Secara Langsung

Analisis Vegetasi Mangrove

Analisis Pemanfaatan Mangrove Sebagai Sumber

Pakan Ruminansia

Hutan Mangrove yang Berkelanjutan Sumberdaya Hutan Mangrove

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Mangrove

Hutan mangrove yang merupakan salah satu komponen utama dari ekosistem pesisir, adalah yang terluas di dunia, dan diperkirakan sekitar 27 % atau sekitar 4,25 juta hektar. Selain itu, hutan mangrove dikenal sebagai ekosistem yang unik dan kompleks, serta memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang cukup tinggi. Fungsi ekologis hutan yang kita kenal adalah sebagai “spawning grounds, nursery grounds, feeding grounds” bagi biota laut, serta mampu berperan sebagai proteksi terhadap abrasi. Terkait dengan peran dan fungsi hutan mangrove, serta untuk mempertahankan eksistensinya, maka diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan yang teliti dan berkelanjutan (Wayan et al., 2014). Mangrove didefinikan berbeda-beda oleh para ahli, tetapi pandangan yang umum berlaku yakni; mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berhasil tumbuh dan berkembang pada habitat intertidal yang berada di antara daratan dan laut di daerah tropis dan sub-tropis. Sifat halofitik atau kemampuan hidup pada lingkungan bergaram pada tumbuhan mangrove dapat terjadi karena tumbuhan ini berhasil mengembangkan adaptasi khusus secara molekular, anatomi, morfologi, dan fisiologi. Tumbuhan ini hadir dalam beberapa bentuk fungsional yakni berupa pohon, semak, palma, dan paku-pakuan (Djamaluddin, 2018).

Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya: bahan baku makanan, pewarna batik, obat-obatan dan perikanan.

Melihat beragamnya manfaat mangrove, maka tingkat dan laju perekonomian

(21)

7

wilayah pesisir seringkali sangat bergantung pada habitat mangrove yang ada di sekitarnya. Keberadaan mangrove ini secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan perekonomian wilayah pesisir (Martuti et al., 2019).

2.2. Fungsi Hutan Mangrove

Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan (Gunarto, 2004). Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang cukup banyak. Kawasan mangrove menyediakan jasa lingkungan yang sangat besar, yaitu perlindungan pantai dari abrasi oleh ombak, pelindung dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan, menyerap kandungan logam berat yang berbahaya serta menyaring bahan pencemar, pengatur iklim mikro, serta sebagai stok karbon. Hutan mangrove juga berperan sebagai habitat atau tempat tinggal berbagai jenis biota laut, tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground). Serta sebagai tempat singgah migrasi berbagai jenis burung (Martuti et al., 2019).

Ekosistem mangrove memiliki multifungsi, yaitu fisik, ekologis dan sosial ekonomi. Secara fisik, mangrove mampu menahan gelombang tinggi, badai dan

(22)

8

pasang sewaktu-waktu, sehingga mengurangi abrasi pantai. Secara ekologis mangrove memiliki fungsi sebagai sumber plasma nutfah, tempat bertelur dan bersarangnya biota laut. Mangrove juga dikatakan sebagai ekosistem yang sangat produktif karena mangrove merupakan tempat yang kaya akan bahan organik dan bahan makanan lain bagi biota. Dari segi sosial ekonomi, mangrove dapat digunakan sebagai areal tumpangsari dengan memelihara jenis-jenis ikan payau yang bernilai ekonomi tinggi, atau yang sering disebut sebagai silvofishery ataupun dimanfaatkan sebagai obyek daya tarik wisata alam dalam pengembangan ekowisata (Sulastini et al., 2011). Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang sangat penting dalam memainkan peranan sebagai mata rantai makanan di suatu perairan, yang dapat menumpang kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Perlu diketahui bahwa hutan mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi juga dapat menciptakan suasana iklim yang kondusif bagi kehidupan biota aquatik, serta memiliki kontribusi terhadap keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Kekhasan tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora sp., Avicennia sp. dan Sonneratia sp. dan kondisi lantai hutan, kubangan serta alur-alur yang saling berhubungan merupakan perlidungan bagi larva berbagai biota laut. Kondisi seperti ini juga sangat penting dalam menyediakan tempat untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan berbagai macam ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya tersedia dan terlindung dari ikan pemangsa (Pramudji, 2001). Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen.

Ekosistem mangrove mampu menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan

(23)

9

anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut dan pantai termasuk di kawasan tambak. Selain itupun ekosisitem mangrove berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur (Muharam, 2014).

2.3. Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan tipe ekosistem peralihan darat dan laut yang mempunyai multi fungsi, yaitu selain sebagai sumberdaya potensial bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial juga merupakan pelindung pantai dari hempasan ombak. Oleh karena itu, dalam usaha pengembangan ekonomi kawasan mangrove seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, permukiman dan sarana perhubungan serta pengembangan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian sumberdaya pesisir. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menyebabkan tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus meningkat(Rahmawati, 2006). Secara garis besar ada dua faktor penyebab rusaknya kawasan mangrove, yaitu : faktor manusia, yang merupakan faktor dominan yang menjadi penyebab utama kerusakan dalam hal pemanfaatan lahan yang berlebihan dan faktor alam, seperti: banjir, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor penyebab kerusakan yang relatif kecil jika di bandingkan pada faktor utama (Malik, 2014).

2.4. Pemanfaatan Hutan Mangrove

Kegiatan pembangunan tidak perlu merusak ekosistem pantai dan hutan mangrovenya, asalkan mengikuti penataan yang rasional, yaitu dengan memperhatikan segi-segi fungsi ekosistem pesisir dan lautan dengan menata sempadan pantai dan jalur hijau dan mengkonservasi jalur hijau hutan mangrove

(24)

10

untuk perlindungan pantai, pelestarian siklus hidup biota perairan pantai (ikan dan udang, kerang, penyu), terumbu karang, rumput laut, serta mencegah intrusi air laut (Rahmawaty, 2006).

2.5. Ruminansia

Ternak ruminansia memiliki rangakaian proses pencernaan yang komplek dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati). Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar (Gusti,2016). Ternak ruminansia dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok ternak ruminansia besar yaitu sapi dan kerbau dan kelompok ternak ruminansia kecil yaitu kambing dan domba (Blakely dan Bade, 1998).

2.6. Bahan Pakan

Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan lain serta yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah. Pakan memegang peranan penting dalam budidaya ternak umumnya, dan ternak ruminansia khususnya seperti sapi, kambing, domba dan kerbau (Bidura, 2017). Pakan ternak dari tumbuhan mangrove umumnya mencakup daun/ranting Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, serta jenis rumput- rumputan (Gramineae) (Setyawan et al., 2006).

(25)

11

Kandungan gizi daun mangrove jenis jaringan Avicennia berdasarkan analisis proksimat lebih rinci dijabarkan pada (Tabel 2.1) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kandungan Bahan Berpotensi Pangan/Pakan pada Daun Mangrove

(Sumber: Wibowo et al., 2009)

2.7. Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan atau carrying capacity mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan (Anrosanaet al., 2017). Menurut Nugraha et al., (2013), yang dimaksud dengan daya dukung adalah merupakan suatu konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari berdasarkan ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk meminimalkan kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya dapat tetap

No. Parameter Satuan Jenis Jaringan

Daun A.

alba

Daun A.

Marina

Daun A.

Lanata

1. Protein % b.b 7,50 5,09 9,08

2. Kadar lemak % b.b 0,60 0,34 0,068

3. Kadar air % b.b 6,43 70,59 53,54

4. Serat kasar % b.b 15,84 8,76 14,81

5. Karbohidrat % b.b 69,63 13,17 6,94

6. Kadar abu % b.b 19,10 4,59 15,56

7. Besi (Fe) mg/kg (b.k) 47,35 107,76 101,66

8. Magnesium (Mg) mg/kg (b.k) 2164,68 57,27 2134,44 9. Calsium (Ca) mg/kg (b.k) 8945,34 4027,14 10147,33 10. Kalium (K) mg/kg (b.k) 2,79 1136,70 22302,03 11. Natrium (Na) mg/kg (b.k) 277,75 696,07 5513,81

12. Kalori Kal/g - 3632 -

13. Vitamin B Mg - 2,64 -

14. Vitamin C Mg - 15,32 -

(26)

12

terwujud dan pada saat yang bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya alam tersebut tetap dalam kondisi sejahtera dan tidak dirugikan.

2.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Gagasan pembangunan berkelanjutan dimulai ketika Brundtland Comission merumuskan dan mendefinisikan istilah pembangunan berkelanjutan.

Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah “Memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Pembangunan sebagai sebuah gagasan, prinsip, dan konsep berkaitan dengan bagaimana hal ini kemudian diimplementasikan dalam kehidupan manusia. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan, terutama relasi antara aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang dipraktikkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Praktik-praktik pembangunan berkelanjutan terkait juga relasinya dengan pemerintah. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan berwawasan jangka panjang, meliputi jangka waktu antargenerasi dan berupaya menyediakan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat sehingga dapat mendukung kehidupan (Mulyadi et al., 2015). Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan merupakan pembangunan yang tidak mengabaikan kelestarian lingkungan, menjaga keharmonisan lingkungan dan sumber daya agar pembangunan berkelanjutan bagi generasi masa kini dan nanti dapat ditopang oleh keberadaan lingkungan dan sumberdaya yang lestari. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan berarti

(27)

13

mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi masa akan datang untuk mengelola sumberdaya guna meningkatkan kesejahteraannya (Rosana, 2018).

2.9. Konsep Pembangunan Ekologi dan Ekonomi

Pembangunan secara ekologi akan berkelanjutan jika basis ketersediaan sumberdaya alam dapat dipelihara secara stabil dan pembuangan limbah tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan. Secara ekonomi akan berkelanjutan jika kawasan tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa secara berkesinambungan dan menghindarkan ketidakseimbangan yang ekstrim antar sektor (Arifin dan Kepel, 2014). Restorasi ekologi pada dasarnya merupakan tindakan silvikultur melalui rekayasa lingkungan, mulai dari penelusuran tapak hingga diketahui tabiat upaya-upaya pemulihannya. Pulih kembalinya kawasan mangrove seperti sediakala sebelum terdegradasi, menjamin kembali pulihnya habitat bagi kehidupan satwa liar. Hal ini dilakukan melalui pemulihan kualitas lingkungan, melalui: (a) Penilaian kawasan mangrove, (b) Peningkatan kualitas habitat, (c) Peningkatan kualitas kawasan hijau, dan (d) Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan mangrove. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pembuatan bibit mangrove, (2) Penanaman dan penyulaman bibit mangrove, (3) Pemberdayaan masyarakat, dan (4) Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Perlu penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian kawasan mangrove guna menjamin keberlanjutan ekologi pantai (Zainuri et al., 2017).

(28)

14 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan, yaitu pada hutan mangrove dan peternak ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2020.

3.2. Alat Penelitian

Alat ukur yang yang digunakan dakam penelitian ini terdiri dari GPS (Geographics Position System) untuk mengukur titik koordinat, meteran untuk mengukur petak pengamatan, tali untuk menandai petak pengamatan, jangka sorong untuk mengukur diameter pohon, buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis mangrove dan kuisioner untuk mengumpulkan informasi dari peternak dengan daftar pertanyaan yang sudah di buat.

3.3. Pengambilan Sampel

Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian (Triyono, 2003).

(29)

15

3.3.1. Vegetasi Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang

Menurut (Kusmana, 1997) kriteria tingkat permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan mangrove adalah (a) Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m, (b) Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm, dan (c) Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.

Gambar 3.1. Desain Kombinasi Metoda Jalur dan Metoda Garis Berpetak Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:

a. Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.

b. Pancang : 5 x 5 m.

c. Pohon : 10 x 10 m.

Seluruh individu tumbuhan mangrove pada setiap sub-petak tingkat pertumbuhan diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan khusus untuk tingkat pohon diukur diamater pohon, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. Diameter pohon yang diukur adalah diamater batang pada ketinggian 1,3 m dari atas permukaan tanah atau 10 cm di atas banir (untuk pohon-pohon dari marga Bruguiera) atau akar tunjang (untuk pohon-pohon dari marga Rhizophora) apabila

(30)

16

banir atau akar tunjang tertinggi terletak pada ketinggian 1,3 m atau lebih.

Diamater pohon ini dikenal dengan DBH (diamater at breast height). Untuk keperluan identifikasi jenis, diambil material herbarium setiap jenis, berupa setangkai daun berbunga dan atau berbunga. Menurut (odum, 1993) Perhitungan besarnya nilai kuantitif parameter vegetasi yang di analisis sebagai berikut ini :

a. Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis / Luas plot pengamatan b. Kerapatan relatif KR) = (Kerapatan suatu jenis / Kerapatan seluruh jenis) x

100%

c. Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukannya suatu jenis / Jumlah total plot pengamatan

d. Frekuensi Relatif (FR) = (Frekuensi suatu jenis / Frekuensi seluruh jenis) x 100%

e. Dominasi (D) = Luas bidang dasar suatu jenis / Luas petak contoh f. Dominasi Relatif (DR) = D suatu jenis / D seluruh jenis

g. Indeks Nilai Penting (INP)

1. Untuk Tingkat pohon adalah INP = KR + FR + DR 2. Untuk tingkat semai dan pancang adalah INP = KR + FR h. Indeks Keanekaragaman Jenis ShanonWiener

Indeks Keanekaragaman Jenis.

(H) = -∑(ni/N) log (ni/N)

Keterangan : ni = Ideks nilai penting dari jenis ke-i N = Total indeks nilai penting

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut (Fachrul, 2007) : (a) Nilai H > 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek melimpah tinggi., (b) Nilai 1 ≤ H ≤ 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah, (c) Nilai H < 1 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedikit atau rendah.

(31)

17

Gambar 3.2. Lokasi Pengambilan Data Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang 3.3.2. Peternakan Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang

Adapun data yang kumpulkan untuk digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode pengamatan secara langung terhadap objek penelitian dan wawancara langsung menggunakan instrument berupa kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Data yang dikumpulkan meliputi data jumlah kambing, pakan yang diberikan, umur kambing, jenis kambing,mortalitas kambing, reproduksi ternak kambing. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instasi terkait, data Kelurahan Belawan Sicanang, data BPS Kota Medan dan dari literatur serta sumber pendukung lainnya.

(32)

18

3.3.3. Indeks Daya Dukung Mangrove Terhadap Peningkatan Populasi Peternakan Ruminansia(Carrying Capacity)

Untuk mengetahui tingkat keamanan pakan ternak pada suatu wilayah diukur dengan Indeks Daya Dukung Ternak (IDD).Nilai IDD merupakan nilai- nilai yang menunjukkan standar kriteria daya dukung hijauan makanan ternak.

(Suhaema et al., 2014).

Berdasarkan nilai indeks daya dukung diperoleh kriteria status daya dukung hijauan seperti pada Tabel 3.1 Indeks daya dukung mencerminkan tingkat keamanan pakan pada suatu wilayah, untuk mendukung kehidupan ternak yang berada di atasnya.

Tabel 3. 1. Status Daya Dukung (IDD)

No. IDD Kriteria

1 >2 Aman

2 1,5-2 Rawan

3 1-1,5 Kritis

4 <1 Sangat Kritis

Kriteria Indeks Daya Dukung (Rahman, 2018).

Rumus yang digunakan :

Sebelum menghitung daya dukung harus diketahui jumlah produksi hijauan dan kebutuhan ternak yang digunakan dengan rumus sebagai berikut:

a. Potensi pakan hijauan dari hutan mangrove yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang dan mengkonversikannya ke Bahan Kering dengan kadar air rata-rata daun mangrove yaitu (74%) dan kapasitas tampung di lapangan. Berikut rumus yang di gunakan adalah :

1. Potensi Hijauan = Jumlah Hijaun (kg) x Pemotongan 1 Tahun 2. Konversi ke BK dengan Kadar Air rata-rata daun mangrove (74%).

Bahan Kering (BK) = (100%-KA rata-rata) x Potensi hijauan

(33)

19

3. Menghitung total produksi Bahan Kering (BK), produksi Protein Kasar (PK) dan produksi Total Degestible Nutrient (TDN) terhadap luas mangrove. TDN dihitung dengan menggunakan persamaan sumatif (Harris, 1972) berdasarkan kandungan proximat masing-masing tanaman pangan sebagai berikut:

%TDN = 92,464-3,338(SK) - 6,945(LK) - 0,726 (BETN) + 1,115(PK) + 0,031(SK)2 - 0,133(LK)2 + 0,036(SK)(BETN) + 0,207(LK)(BETN) + 0,100(LK)(PK) - 0,022(LK)2(PK)

Keterangan: SK (serat kasar) : LK (lemak kasar) : BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen) : PK (protein kasar).

Berikut rumus perhitungan produksi total daun mangrove sebagai sumber pakan ruminansia:

• Produksi Total BK(mangrove) = Prod. BK(mangrove)(ton/ha ) x luas panen(mangrove)(ha)

• Produksi PK(mangrove) = Prod Total BK(mangrove)(ton) x kandungan PK (mangrove)

• Produksi TDN (mangrove) = Prod Total BK(mangrove)(ton) x TDN(mangrove)

b. Asumsi kebutuhan ternak ruminansia dan kandungan nutrisi mangrove Kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia untuk satu satuan ternak (ST) dihitung dengan asumsi bahwa satu satuan ternak (1 ST) ruminansia rata-rata membutuhkan bahan kering sebanyak 6,25 kg/hari atau 2.282,25 kg/tahun (NRC, 1984) kebutuhan protein kasar 0,06 kg/hari atau 240,9 kg/tahun dan kebutuhan TDN sebesar 4,3 kg/hari atau1.569,5 kg/tahun

(34)

20

(Ditjen Peternakan dan fakultas Peternakan UGM, 1982). Asumsi rataan kandungan nutrisi pada daun mangrove sebagai sumber pakan ternak ruminansia ditampilkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Asumsi Rataan Kandungan Nutrisi Daun Mangrove Sebagai Sumber Pakan Ternak Rumunansia

c. Perhitungan daya tampung dengan rumus sebagai berikut:

1. Daya tampung BK = Produksi BK (mangrove)/Kebutuhan BK 1 ST/tahun

2. Daya tampung PK = Produksi PK (mangrove)/Kebutuhan PK 1 ST/tahun

3. Daya tampung TDN = Produksi TDN (mangrove)/Kebutuhan TDN 1 ST/Tahun

d. Indeks Daya Dukung (IDD) Hijauan berdasarkan (Mukhtar, 2014).

IDD = Total Produksi (kg) / (Jumlah Populasi (ST) x Kebutuhan (kg/ST)

Secara umum kebutuhan pakan hijauan (segar) bagi ternak ruminasia adalah 10 persen dari bobot hidup. Kebutuhan zat makanan terpenuhi secara tepat dan seimbang apabila jumlah pakan yang dikonsumsi dapat menunjang produksi secara tepat sesuai dengan data kebutuhan ternak (Kemdikbud, 2013). Indeks daya dukung (IDD) merupakan nilai nilai yang menunjukkan standar kriteria daya dukung hijauan makanan ternak (Suhaema, 2014).

Nama Bahan Nutrisi (%)

KA PK LK SK Abu BETN

Daun Mangrove 74 6,08 4,26 15,15 6,09 68,41

(35)

21

Tabel 3.3. Struktur Populasi Ternak dan Standar Satuan Ternak Menurut Umur dan Jenis Ternak.

Struktur umur ternak

Standar satuan ternak Ruminansia Kecil

(ST)*

Standar satuan ternak Besar (ST)*

Konversi jumlah Pakan Ruminansia

Kecil

Anak 0,04 0,25 1 kg

Muda 0,08 0,60 2 kg

Dewasa 0,16 1,00 4 kg

*Perhitungan satuan unit ternak (Irwansyah et al., 2016).

3.3.4. Performans Ternak Ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Penelitian performans ternak ruminansia dilakukan dengan cara pendekatan terhadap peternak yang mengutamakan unsur partisipatif peternak dengan kuisioner yang tersedia dan pengamatan secara langsung ternak ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang.

Variabel yang diamati meliputi: bobot badan, bobot lahir, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, tingkat kelahiran, daya hidup anak pra sapih, lama bunting, jarak beranak dan mortalitas sapih-dewasa. Seluruh parameter yang diamati dicatat dan di analisis secara statistik dengan uji rata-rata. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penentuan sampel dilakukan dengan cara mempertimbangkan jumlah peternak ruminansia di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

Dimana terdapat 22 peternak kambing dengan 3 jenis kambing yaitu Kambing Kacang, Kambing Jawarandu dan Kambing Peranakan Etawa (PE), Kemudian terdapat 4 peternak domba, 1 peternak sapi dan 1 peternak kerbau Menurut Arikunto (2010), apabila sampel kurang dari 100, maka jumlah sampel yang di

(36)

22

ambil seluruhnya atau disebut secara sensus dari jumlah populasi atau peternak sebanyak 28 sampel.

Pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Metode observasi yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap objek penelitian. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Metode Angket (Kuesioner)

Metode angket atau kuesioner adalah penulis menbuat suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang peternakan kambing. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden yaitu peternak kambing yang berada di Kelurahan Belawan Sicanang.

Tabel 3.4. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data a. Primer

• Hutan Mangrove (Jenis tumbuhan, Potensi daun mangrove sebagai pakan ruminansia)

• Peternakan Ruminansia (Jumlah peternak, Jenis mangrove yang jadi pakan, Kebutuhan pakan ternak)

Hutan Mangrove dan Peternak Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang.

Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara menyediakan kuisioner.

b. Sekunder

• Hutan mangrove

• Data jumlah peternak

• Data jumlah ternak ruminansia

Instansi yang terkait seperti Kelurahan Belawan Sicanang, BPS Medan.

Studi Pustaka

(37)

23 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Belawan Sicanang merupakan salah satu dari enam kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yang berkembang sebagai daerah nelayan, jasa perdagangan, permukiman dan lain-lain. Berdasarkan informasi dari Kelurahan Belawan Sicanang Kelurahan memiliki luas 1786,91 ha dengan luas mangrove 895,242 ha atau 50,1 %. Kelurahan Belawan Sicanang terdiri dari 20 (dua puluh) lingkungan. Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Sebelah Selatan : Kelurahan Pekan Labuhan

• Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Kab. Deli Serdang

• Sebelah Timur : Kelurahan Belawan Bahari dan Belawan Bahagia

Ekosistem mangrove Belawan adalah salah satu kawasan yang terletak di pesisir timur Sumatera Utara, dan memiliki luasan mangrove sekitar 2.967,32 Ha.

Kawasan ekosistem mangrove Belawan terletak pada 2 wilayah administratif yaitu: Kotamadya Medan yang memiliki luasan mangrove ± 1.967,32 Ha dan Kabupaten Deli Serdang dengan luasan mangrove ± 1.000 Ha. Kerusakan kawasan ekosistem mangrove kotamadya Medan sebesar 76,42% akibat kegiatan konversi lahan menjadi peruntukan lain seperti lahan permukiman, perkebunan, pertambakan, dan wisata (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

(38)

24

4.1.1 Kondisi Topografi, Geologi dan Klimatologi

Secara topografi, Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan belawan merupakan dataran rendah dan berawa. Ketinggian Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan belawan berada pada ketinggian 1- 1,5 mdpl dengan tingkat kemiringan lahan 0 - 10 derajat.

Ditinjau dari aspek geologinya, wilayah Kelurahan Belawan Sicanang termasuk grup marin. Grup ini terbentuk sebagai akibat proses sedimentasi marin dan primarin (delta dan muara). Seluruh proses sedimentasi terjadi pada lingkungan begaram (asin) dan payau, sehingga tanah banyak mengandung garam terutama natrium, pada areal endapan baru (muda).

Ditinjau dari aspek klimatologinya, suhu rata-rata wilayah berkisar 23,0ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum 30,6ºC – 33,1ºC dengan kelembapan udara berkisar antara 78 – 82%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata- rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Mei sampai Oktober sedangkan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April.

4.1.2 Kependudukan

Berdasarkan data dari Kecamatan Medan Belawan Dalam Angka 2019, jumlah penduduk Kelurahan Belawan Pulau Sicanang adalah 6.590 jiwa, penduduk laki – laki 7589 jiwa dan penduduk perempuan 7700 jiwa. Dengan jumlah rumah tangga 3426 KK, rata-rata penduduk per rumah tangga adalah 4 jiwa. Data kependudukan ini diinformasikan pada Tabel 4.1. berikut.

(39)

25

Tabel 4.1. Data Kependudukan Kelurahan Belawan Sicanang

Tahun Jumlah Jiwa Jumlah Rumah Tangga

Laki – laki Perempuan Penduduk

2019 7589 7700 15289 3426

Sumber : Medan Belawan Dalam Angka , 2019.

4.1.3. Deskripsi Responden (Peternak)

Responden dalam penelitian ini adalah 28 orang peternak ruminansia yang yang terdiri dari 22 peternak kambing, 4 peternak domba, 1 peternak sapi dan 1 peternak kerbau yang berada di Kelurahan Belawan Sicanang. Berikut deskripsi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan utama, secara berurutan dapat dilihat pada Tabel 4.2., Tabel 4.3., Tabel 4.4. dan Tabel 4.5. berikut ini.

4.1.3.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data lapangan yang disebut juga data primer diketahui bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki, yaitu sebanyak 18 orang (64,28%) dan sebagian lagi adalah perempuan, yaitu sebanyak 10 orang (35,71%). Adapun identitas responden berdasarkan jenis kelamin dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini:

Tabel. 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Item Frekuensi (orang) Persentase

1 Laki-laki 18 64,28%

2 Perempuan 10 35,71%

Total 28 100%

Sumber : Data Primer

4.1.3.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan data lapanganyang disebut juga data primer diketahui bahwa responden yang memiliki umur<31 tahun sebanyak 3 orang (10,71%), responden yang berumur 31 s/d 40 tahun sebanyak 6 orang (21,42%), responden berumur 41 s/d 50 tahun sebanyak 11 orang (39,28%), dan responden yang berumur>50 tahun

(40)

26

sebanyak 8 orang (28,57%). Adapun identitas responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini.

Tabel. 4.3. Responden Penelitian Berdasarkan Umur

No. Keterangan Frekuensi (orang) Persentase

1 Kurang dari 31 Tahun 2 10,71%

2 31 s/d 40 Tahun 5 21,42%

3 41 s/d 50 Tahun 9 39,28%

4 Lebih dari 50 Tahun 6 28,57%

Total 28 100%

Sumber : Data Primer

4.1.3.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa responden yaitu peternak Kelurahan Belawan Sicanang yang memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 3 orang (10,71%), memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 9 orang (32,14%), dan responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 16 orang (57,14%). Adapun identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini.

Tabel. 4.4. Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Keterangan Frekuensi (orang) Persentase

1 SD 3 10,71%

2 SMP 9 32,14%

3 SMA 16 57,14%

Total 28 100%

Sumber : Data Primer

4.1.3.4. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Utama Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa responden yaitu peternak kambing memiliki pekerjaan utama yaitu yang bekerja sebagai Petani Tambak sebanyak 9 orang (32,14%), responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 8 orang (28,57%), responden yang bekerja sebagai Nelayan sebanyak 3 orang (10,71%) dan bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 8 orang (28,57%).

(41)

27

Adapun identitas responden berdasarkan pekerjaan utama dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel. 4.5. Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Utama

No. Keterangan Frekuensi (orang) Persentase

1 Petani Tambak 9 32,14%

2 Ibu Rumah Tangga 8 28,57%

3 Nelayan 3 10,71%

4 Wiraswasta 8 28,57%

Total 28 100%

Sumber : Data Primer

4.1.4. Kondisi Ekonomi Kelurahan Belawan Sicanang

Sumberdaya hutan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan belawan menyediakan berbagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar, antara lain sebagai petambak, pencari kayu, pencari dan pengumpul ikan, kepiting dan udang, pengrajin tikar serta pembuat usaha keramba ikan. Pada data Medan dalam angka 2018 di sebukan data mata pencarian penduduk Kelurahan Belawan Sicanang yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk

No. Pekerjaan Jumlah Penduduk (Orang)

1 Pegawai

a. Negeri b. Swasta c. ABRI

96 218

8

2 Petani 58

3 Nelayan 638

4 Pedagang 74

5 Pensiunan 21

6 Lainnya 6251

Sumber : Medan Belawan Dalam Angka, 2018.

4.2. Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

Hasil analisis vegetasi hutan mangrove pada fase pertumbuhan tingkat semai, pancang dan pohon di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan

(42)

28

Belawan dengan luas hutan 895,242 ha atau 50,1% dari total luas di Kelurahan ditampilkan pada Tabel 4.7., Tabel 4.8. dan Tabel 4.9.

Tabel. 4.7. Semai :anakan pohon mulai kecambah sampai tinggi < 1,5 m Jenis Spesies

ind

Plot

K (Ind/Ha)

KR F FR INP H’

A. marina (Api-api putih) 26 9 3250 32.09 0.45 26.47 58.56 1.91

A. alba (Api-api Hitam) 13 4 1625 16.64 0.2 11.76 27.81

R. apiculata (Bakau) 11 3 1375 13.58 0.15 8.82 22.40

E. agallocha (Buta-buta) 10 6 1250 12.34 0.3 17.64 29.99

S. alba (Perepat) 9 6 1125 11.11 0.3 17.64 28.75

Nypa fruticans (Nipah) 3 1 375 3.70 0.05 2.94 6.64

B. sexangula (Mata buaya) 3 2 375 3.70 0.1 5.88 9.58

B. cylindrical (Mata buaya) 2 1 250 2.46 0.05 2.94 5.41

B. gymnnorrhiza (Mata Buaya

merah) 4 2 500 4.93 0.1 5.88 10.82

Jumlah 122 10125 100 1.7 100 200

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis vegetasi mangrove pada tingkat semai yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 9 jenis spesies yaitu A. marina (Api-api putih), A. alba (Api-api Hitam), R. apiculata (Bakau), E.

agallocha (Buta-buta), S. alba (Perepat), Nypa fruticans (Nipah), B. sexangula (Mata buaya), B. cylindrica (Mata buaya), dan B. gymnnorrhiza (Mata Buaya merah). Kerapatan tertinggi di terdapat pada A. marina (Api-api putih) dan INP yang tertinngi pada A. marina (Api-api putih) dengan indeks keanekaragaman jenis shanon wiener 1.91 yaitu menunjukan bahwa keanekraman spesies pada suatu transek sedang melimpah.

Sedangkan, pada penelitian sebelumnya (Ningsih, 2016), pada tingkat semai ditemukan di Kelurahan Belawan Sicanang terdapat 7 jenis spesies mangrove yaitu S. alba (Perepat), Sonneratia caseolaris (Perepat Merah), R.

apiculata (Bakau), R. mucronata (Bakau Kurap), A. marina (Api-api putih), B.

gymnnorrhiza (Mata Buaya merah) dan Xylocarpus granatum (Nyirih). Kerapatan tertinggi di terdapat pada S. alba (Perepat), dan INP yang tertinngi pada pada S.

(43)

29

alba (Perepat) dengan indeks keanekaragaman 3 stasiun berurutan yaitu 0,67, 0,69 dan 1,32.

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis vegetasi mangrove pada tingkat pancang yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 17 jenis spesies yaitu A. marina (Api-api putih), A. alba (Api-api Hitam), E. agallocha (Buta- buta),C. tagal (Tengar),C. decandra (Tengal),Lumnitzera racemosa (Truntum), A.

corniculatum (Teruntun),Thespesia populnea (waru laut),S. alba (Perepat),S.

caseolaris (Perepat merah),S. caseolaris (Perepat merah),R. mucronata (Bakau kurap),R. apiculata (Bakau),Nypa fruticans (Nipah),B. sexangula (Mata buaya),B.

cylindrical (Mata buaya),B. gymnnorrhiza (Mata Buaya merah),Xylocarpus granatum (Nyirih). Kerapatan tertinggi di terdapat pada A. marina (Api-api putih), dan INP yang tertinngi pada A. marina (Api-api putih) dengan indeks keanekaragaman jenis shanon wiener 2,27 yaitu menunjukan bahwa keanekraman spesies pada suatu transek sedang melimpah. Berikut pada tingkat pancang dapat di lihat pada Tabel 4.8.

(44)

30

Tabel. 4.8. Pancang : anakan pohon dengan diamater < 10 cm dan tinggi > 1,5 m

Jenis Spesies

ind

Plot

K (Ind/Ha)

KR F FR INP H’

A. marina (Api-api putih) 29 12 580 28.15 0.6 21.8 49.97 2.27

A. alba (Api-api Hitam) 18 9 360 17.47 0.45 16.36 33.83

E. agallocha (Buta-buta) 10 7 200 9.70 0.35 12.72 22.43

C. tagal (Tengar) 1 1 20 0.97 0.05 1.81 2.78

C. decandra (Tengal) 1 1 20 0.97 0.05 1.81 2.78

Lumnitzera racemosa

(Truntum) 1 1 20 0.97 0.05 1.81 2.78

A. corniculatum (Teruntun) 2 1 40 1.94 0.05 1.81 3.75

Thespesia populnea (waru

laut) 2 1 40 1.94 0.05 1.81 3.75

S. alba (Perepat) 8 7 160 7.76 0.35 12.72 20.49

S. caseolaris (Perepat merah) 1 1 20 0.97 0.05 1.81 2.78

R. mucronata (Bakau kurap) 2 2 40 1.94 0.1 3.63 5.57

R. apiculata (Bakau) 10 4 200 9.70 0.2 7.27 16.98

Nypa fruticans (Nipah) 7 2 140 6.79 0.1 3.63 10.43

B. sexangula (Mata buaya) 4 2 80 3.88 0.1 3.63 7.51

B. cylindrical (Mata buaya) 1 1 20 0.97 0.05 1.81 2.78

B. gymnnorrhiza (Mata Buaya

merah) 4 2 80 3.88 0.1 3.63 7.51

Xylocarpus granatum (Nyirih) 2 1 40 1.94 0.05 1.81 3.75

Jumlah 103 2060 100 2.75 100 200

Sedangkan, pada penelitian sebelumnya (Ningsih, 2016), pada tingkat pancang terdapat 8 jenis spesies mangrove yaitu S. alba (Perepat), Sonneratia caseolaris (Perepat Merah), R. apiculata (Bakau), R. mucronata (Bakau Kurap), A. alba (Api-api Hitam), A. marina (Api-api putih), B. gymnnorrhiza (Mata Buaya merah), Bruguiera hainessii (Berus Mata Buaya). Kerapatan tertinggi di terdapat pada S. alba (Perepat), dan INP yang tertinngi pada pada S. alba (Perepat) dengan indeks keanekaragaman 3 stasiun berurutan yaitu 0,69, 0,67 dan 1,78.

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis vegetasi mangrove pada tingkat pohon yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 6 jenis spesies yaitu A. marina (Api-api putih), A. alba (Api-api Hitam), S. alba (Perepat), R.

apiculata (Bakau), Acacia auriculiformis (Akasia),Nypa fruticans (Nipah).

Gambar

Gambar 3.1. Desain Kombinasi Metoda Jalur dan Metoda Garis Berpetak  Selanjutnya  ukuran  sub-petak  untuk  setiap  tingkat  permudaan  adalah  sebagai berikut:
Gambar 3.2. Lokasi Pengambilan Data Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang  3.3.2.  Peternakan Ruminansia Kelurahan Belawan Sicanang
Gambar 4.1. Beberapa Jenis Vegetasi Mangrove pada Lokasi Penelitian  a.  Bruguiera  sexangula  (Mata Buaya)      b
Gambar 4.2. Bagian  A. Marina(Api-Api Putih) a.  Daun  b.    Buah
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan menarik minat belajar siswa kelas IV, tidak hanya dengan menghafal namun

Media Nusantara Citra (MNC), for a strategic partnership in supplying satellite, network, telecommunication services, infrastructure, multimedia content, TV

Hasil penelitian adalah tidak terdapat interaksi antara jenis pengolahan dan lama penyimpanan terhadap terhadap densitas, berat jenis, kadar air, kerapatan tumpukkan dan

Understand specific details and information in simple longer texts on a range of familiar topics. Guess the meaning of unfamiliar words in a variety of text types on

Judul : Dampak Pemberian Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap C organik, Total Dan Serapan N, Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inceptisol Asal Kwala Bekala.. Nama

Hasil analisis rasio panjang-lebar palea-lemma menunjukan bahwa perlakuan sitokinin yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap rasio panjang lebar palea-

 Acquires good understanding of the listening skills in identifying the main ideas and specific details in a text.  Shows good understanding of classroom instructions,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian pupuk urea dan pupuk kandang ayam terhadap C-Organik, total dan serapan N serta pertumbuhan tanaman jagung ( Zea