• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Landasan Teori

1. Pengertian Akuntansi

Menurut Mulyadi (2014:10) akuntansi adalah proses pencatatan dan penggolongan yang terjadi dalam kegiatan perusahaan serta penafsiran terhadap hasilnya, sedangkan menurut Sumarsan (2017:1) akuntansi adalah suatu seni untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mencatat transaksi yang berhubungan dengan keuangan, sehingga menghasilkan suatu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan pengertian akuntansi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan kegiatan jasa yang menyediakan penafsiran dengan bentuk data kuantitatif yang dapat digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi pada perusahaan.

2. Pengertian Aset Tetap

Menurut PSAK No.16 paragraf 06 efektif per 1 Januari 2018, aset tetap adalah aset berwujud yang :

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan;

b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Menurut Warren, et al. (2016:494) aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen yang merupakan kekayaan perusahaan yang dibeli bukan untuk dijual, digunakan untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan dapat digunakan lebih dari satu periode akuntansi seperti peralatan, mesin, gedung dan tanah. Aset ini digolongkan

(2)

menjadi aset tetap berwujud (tangible fixed assets) dan aset tetap tidak berwujud (intangible fixed assets).

Dengan demikian aset tetap merupakan kekayaan perusahaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional, memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual serta merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan pihak manajemen dalam setiap periode.

3. Penggolongan Aset Tetap

Menurut Hery dan Lekok (2011:2) aset tetap adalah kelompok aset yang mempunyai kegunaan pada kegiatan operasional perusahaan.

Penggolongan aset tetap tersebut adalah : a. Aset Tetap Berwujud (Tangible Assets)

Yaitu aset yang memiliki bentuk fisik dan aset tersebut bisa diamati menggunakan panca indra serta mempunyai ciri-ciri umum, seperti mempunyai manfaat untuk masa depan perusahaan, memperlancar aktivitas operasional perusahaan. Contoh beberapa macam aset tetap berwujud adalah : tanah, bangunan, peralatan, dan kendaraan.

b. Aset Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Yaitu aset yang tidak lancar (noncurrent assets) dan tidak memiliki bentuk fisik yang mempunyai hak ekonomi dan aturan kepada pemilik serta di laporan keuangannya tidak mencakup secara terbagi dalam penggolongan aset yang lain. Contoh beberapa macam aset tetap tidak berwujud adalah : hak paten, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan lain-lain.

4. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Menurut PSAK No. 16

Indonesia memiliki standar akuntansi yang diadopsi dari IFRS, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK yang mengatur tentang aset tetap yaitu PSAK No. 16. PSAK No. 16 tentang aset tetap telah mengalami banyak perkembangan seiring dengan berkembangnya zaman. PSAK No. 16 tahun 2018 merupakan langkah

(3)

baru dalam acuan pengakuan akuntansi aset tetap di Indonesia. Tujuan perlakuan akuntansi aset tetap adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi tersebut. “Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap” (PSAK No. 16).

Sebelumnya, pengakuan nilai buku aset tetap disajikan dengan model biaya, yaitu dari nilai buku dikurangi dengan akumulasi penyusutan, namun dengan revisi PSAK No. 16 tahun 2011 ini membuka alternatif lain penilaian aset tetap dengan cara revaluasi, yaitu dihitung dengan nilai wajar. Setelah itu PSAK No. 16 yang berlaku tahun 2018 juga mengalami penyesuaian terhadap penilaian aset tetap yang berupa tanaman produktif.

5. Pengakuan Aset Tetap

Berdasarkan PSAK No. 16 (2018:16.3) biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika :

1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut; dan

2. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.

Perolehan aset tetap dapat dikelompokkan menjadi : a. Pembelian Tunai

Aset tetep berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah yang sebesar uang yang dikeluarkan dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut siap pakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasaran, dan biaya pencobaan (Baridwan, 2011:278).

Ayat jurnal pada saat perolehan aset dengan cara pembelian tunai adalah :

Aset Tetap Rp xxx

Kas Rp xxx

(4)

b. Pembelian Secara Gabungan

Menurut PSAK No. 16 apabila suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aset tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aset tetap. Ayat jurnal pada saat pembelian aset secara gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar yang diperlukan, yaitu :

Aset Tetap 1 Rp xxx Aset Tetap 2 Rp xxx Aset Tetap 3 Rp xxx

Kas/Hutang Rp xxx c. Pembelian Angsuran

Menurut Baridwan (2011:284) aset tetap yang diperoleh dengan cara pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aset tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selain masa angsuran baik yang jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan sebagai biaya bunga. Contoh aset tetap dibeli pada tanggal 1 Januari, maka angsuran pertama Rp xxx, dan sisanya akan diangsur tiap akhir bulan. Maka ayat jurnal untuk pembayaran angsuran pertama adalah :

Hutang Rp xxx Beban Bunga Rp xxx

Kas Rp xxx

d. Ditukar dengan Aset Tetap yang lain

Banyak pembelian aset tetap dilakukan dengan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut tukar tambah, dimana aset lama digunakan untuk membayar harga aset baru baik seluruhnya atau sebagiannya dan kekurangannya dibayar tunai dalam keadaan seperti ini PSAK No 16 menyatakan bahwa harga perolehan aset tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aset yang dilepas atau diperoleh (Baridwan, 2011:278).

Pertukaran aset tetap bisa dilakukan dengan aset tetap sejenis dan aset tetap tidak sejenis.

(5)

1) Pertukaran Aset Tetap yang Sejenis

Yaitu pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya sama, seperti pertukaran mesin produksi dan seterusnya. Laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aset tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga nanti selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar.

Contoh perusahaan menukar aset lama dengan aset baru, maka ayat jurnalnya adalah :

Aset Baru Rp xxx

Akumulasi Penyusutan Rp xxx

Kas Rp xxx

Aset Lama Rp xxx

Laba/rugi Penukaran Rp xxx 2) Pertukaran Aset Tetap yang Tidak Sejenis

Yaitu pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran tanah dengan mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Maka perbedaan antara nilai wajar aset tetap yang diserahkan dengan nilai wajar digunakan sebagai dasar pencatatan aset tetap yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi, dan harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran.

Contoh perusahaan menukar aset mesin dengan aset kendaraan, maka ayat jurnalnya adalah :

Aset Mesin Rp xxx

Akumulasi Penyusutan Rp xxx

Kas Rp xxx

Aset Kendaraan Rp xxx

Laba/rugi Penukaran Rp xxx e. Ditukar dengan Surat-surat Berharga

Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham dan obligasi tidak

(6)

diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset tersebut (Baridwan, 2011:278).

Ayat jurnal untuk aset tetap yang ditukar dengan saham adalah:

Aset Tetap Rp xxx

Modal Saham Rp xxx Agio Saham Rp xxx f. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi

Aset tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatan bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin mengeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aset tetap diterima (Baridwan, 2011:286).

Ayat jurnal jika perusahaan mendapat hadiah aset tetap berupa tanah atau mesin, maka jurnalnya adalah :

Tanah Rp xxx Mesin Rp xxx

Modal Hadiah Rp xxx g. Aset yang Dibuat Sendiri

“Dalam pembuatan aset, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan, upah langsung dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aset yang dibuat” (Baridwan, 2011:288).

6. Pengukuran Aset Tetap

a. Pengukuran awal pada saat aset didapatkan

Aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, sehingga harga yang diakui oleh perusahaan juga mempengaruhi bagaimana cara yang akan dilakukan untuk memperoleh aset tetap tersebut. Menurut Hery (2014:104-105) harga perolehan aset tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tersebut.

Menurut PSAK No. 16 (2018:16.4) mengemukakan bahwa aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur

(7)

pada harga perolehan. Harga perolehan diakui sebagai aset tetap hanya jika :

1. Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan- potongan lain.

2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.

3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap.

Contoh biaya yang bisa diatribusikan secara langsung :

1. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari konstruksi dan perolehan aset tetap

2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik 3. Biaya penanganan dan penyerahan awal 4. Biaya perakitan dan instalasi

5. Biaya pengujian aset apakah aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut.

6. Komisi profesional

b. Pengukuran setelah pengakuan awal

PSAK No. 16 (2018:16.6) menyatakan bahwa entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan penerapan akuntansinya terhadap keseluruhan aset tetap dalam kelas yang sama kelompoknya.

1. Model Biaya

Model biaya menurut PSAK No. 16 (2018:16.6) yaitu setelah diakui sebagai aset, maka dicatat sebagai biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

(8)

2. Model Revaluasi

Model revaluasi menurut PSAK No. 16 (2018:16.6) yaitu setelah diakui sebagai aset, maka nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi.

Revaluasi dilakukan dengan konsistensi yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

c. Pengeluaran setelah perolehan aset tetap

Selama masa pemakaian aset tetap dalam kegiatan operasional, perusahaan sering melakukan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aset tetap. Pengeluaran tersebut bisa bersifat pengeluaran sehari-hari maupun yang bersifat memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang.

Menurut Hery (2013:117) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran-pengeluaran tersebut menjadi dua, yaitu :

1. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Yaitu pengeluaran yang berhubungan dengan kepemilikan dan pemakaian aset tetap yang bisa meningkatkan masa manfaat aset tetap sehingga aset tetap bisa digunakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal dikelompokkan menjadi:

a) Penambahan (Addition), yaitu pengeluaran yang digunakan untuk memperbesar output. Dampak dengan adanya penambahan yang berupa biaya-biaya ini akan dikapitalisasi agar meningkatkan harga perolehan aset serta didepresiasikan seumur ekonomisnya.

b) Perbaikan (Improvement), yaitu pengeluaran yang digunakan untuk perbaikan secara besar. Perbaikan secara besar ini akan menambah umur ekonomis, mengembangkan

(9)

hasil produksi, dan memperlancar kegiatan operasional lainnya. Maka biaya penyusutan untuk periode setelahnya harus berubah dan harus mengkapitalisasikan pengeluarannya.

c) Perancangan Kembali (Rearrangement), yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk mengembangkan pelayanan jasa, seperti mengatur ulang jalannya produksi guna menurunkan biaya produksinya. Maka jika total dana yang keluar relatif banyak dan bermanfaat selama lebih dari satu periode wajib melakukan kapitalisasi, serta diakui menjadi beban pada tahun beroperasinya.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).

Yaitu pengeluaran yang berhubungan dengan kepemilikan dan pemakaian aset tetap yang bisa meningkatkan masa manfaat aset tetap dalam periode berjalan, sehingga aset tetap bisa digunakan lebih dari satu periode akuntansi atau kurang.

Pengeluaran pendapatan biasanya relatif kecil dan tidak ada kapitalisasi atas pengeluaran tersebut. Pengeluaran pendapatan selama pemakaian aset tetap berupa pemeliharaan atau perawatan dan reparasi.

7. Penyusutan Aset Tetap

a. Pengertian Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan aset tetap menurut PSAK No.16 tahun 2018 yaitu setiap aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.

Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, manfaat ekonomi di masa depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset lainnya. Dalam hal ini, beban

(10)

penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya.

Menurut Martani, et al. (2014) penghitungan penyusutan aset tetap dapat menggunakan beberapa metode, yaitu : metode garis lurus, metode saldo menurun, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun, dan metode unit produksi

b. Faktor-faktor dalam menentukan beban penyusutan

Menurut Rudianto (2012:260) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor – faktor itu adalah :

1. Harga perolehan / biaya awal aset tetap

Jumlah kas yang dibayarkan dan diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi tepat yang siap untuk digunakan.

2. Nilai sisa / nilai residu

Jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Nilai residu (residual value) aset tetap pada akhir umur manfaatnya harus diestimasi pada saat aset tersebut mulai dipakai.

3. Taksiran Umur (masa manfaat)

Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset perusahaan. Umur manfaat yang diperkirakan atas aset juga harus diestimasi pada saat aset tersebut mulai digunakan.

(11)

c. Metode Perhitungan Penyusutan Aset Tetap

Menurut PSAK No. 16 (2018:16.10) beberapa macam metode penyusutan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan dari aset secara sistematis selama umur manfaatnya.

Menurut Purwaji et al. (2016:203) metode penyusutan adalah suatu metode yang sistematis dan rasional tentang pengalokasian biaya perolehan aset tetap sebagai beban sepanjang masa manfaatnya.

Dengan demikian entitas memilih untuk menggunakan metode apa yang sesuai dengan pola pemakaian yang diperkirakan atas manfaat ekonomik masa depan aset. Metode tersebut harus digunakan secara konsisten setiap periode, kecuali jika terdapat perubahan pada pola pemakaian manfaat ekonomik masa depan yang diperkirakan dari aset tersebut.

Menurut Baridwan (2011:308) beberapa metode yang dapat dipakai untuk menghitung beban depresiasi secara periode, yaitu : 1. Metode Garis Lurus (straight line method)

Metode garis lurus (straight line method) adalah suatu bentuk perhitungan beban depresiasi untuk aset tetap dimana besar beban depresiasi ditentukan sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Jika suatu aset tidak digunakan setahun penuh, maka penyusutan tahunannya disesuaikan menurut lamanya pemakaian.

Karena depresiasi tiap tahun sama, maka depresiasi per tahun dihitung sebagai berikut :

Depresiasi / Tahun =HP − NS n Keterangan :

HP = Harga perolehan (cost) NS = Nilai sisa (residu)

n = Masa manfaat/umur ekonomis

(12)

2. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)

Metode ini beranggapan bahwa aset (terutama mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Maka dalam cara ini depresiasi dihitung dengan satuan jam jasa dan beban depresiasi periodik besarnya sangat tergantung pada jam jasa yang dipakai. Kemudian hasil depresiasi tersebut dikali dengan jam penggunaan (mesin).

Depresiasi / Jam =HP − NS n Keterangan :

HP = Harga perolehan (cost) NS = Nilai sisa (residu)

n = Masa manfaat/umur ekonomis

3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

Umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berbeda sesuai dengan perbedaan dalam hasil produksi.

Terdapat dua tahap dalam metode hasil produksi, yaitu rumusnya:

Tahap 1 : Menentukan penyusutan per unit Depresiasi / Jam =HP − NS

n Keterangan :

HP = Harga perolehan (cost) NS = Nilai sisa (residu)

n = Masa manfaat/umur ekonomis Tahap 2 : Menghitung beban depresiasi

Beban Depresiasi = Depresiasi per unit x Total unit produksi yang digunakan

(13)

4. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method)

Pada metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban depresiasi tahun berikutnya.

Metode ini didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aset yang lebih tua. Ada 2 cara untuk menghitung beban depresiasi menurun, yaitu :

a. Metode Saldo Menurun (declining balance method)

Metode ini menghasilkan beban periodik yang menurun sepanjang estimasi umur manfaat aset. Dalam metode dari tahun ke tahun berkurang atau beban depresiasi tahun pertama lebih besar dari tahun ke tahun berikutnya, hal ini didasarkan bahwa aset yang baru digunakan lebih efisiensi dibanding aset yang telah lama digunakan.

Besarnya persentase beban depresiasi ditetapkan berdasarkan pertimbangan dari harga perolehan, nilai sisa dan umur ekonomis aset tersebut.

T = 1 − √NS/HPn Keterangan :

T = Presentase beban depresiasi / Tarif n = Maa manfaat / Umur ekonomis NS = Nilai Sisa

HP = Harga Perolehan

b. Jumlah Angka Tahun (Sum of Year Digits Method)

Metode ini disebut jumlah angka tahun karena tarif depresiasinya pada satu pecahan yang bilanganya adalah tahun–tahun pemakaian aset yang masih tersisa sejak awal tahun ini, dan penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian terakhir.

(14)

Depresiasi = n (n + 1 2 ) Keterangan :

n = masa manfaat/umur ekonomis Untuk mesin diatas umur 3 tahun, maka

Depresiasi = 3(n + 1 2 ) 8. Penghentian Aset Tetap

“Aset tetap yang tidak lagi berguna dapat dibuang atau dijual.

Dalam permasalahan seperti ini, nilai buku aset harus dihapus dari akunnya. Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset tersebut sudah habis disusutkan” (Warren et al., 2019:499).

PSAK No. 16 (2018:16.20) menyatakan bahwa jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan pengakuannya pada saat dilepas dan ketika tidak mempunyai manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Setelah dilakukan penghentian maka keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto dan jumlah tercatat dari aset tersebut.

Jika aset tetap tersebut diakhiri pengakuannya, maka semua tabungan yang bersangkutan pada aset tetap wajib dihapuskan dalam buku besar. Penghentian aset tetap biasanya dilakukan karena ada beberapa alasan hal tersebut dilakukan, yakni berakhirnya masa manfaat atau karena dijual dan/atau munculnya teknologi baru.

9. Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan

Perusahaan menyajikan Harga perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap di neraca dengan akumulasi penyusutan sebagai faktor pengurang dari harga perolehan sehingga dapat diketahui nilai bukunya. Sedangkan beban penyusutan aset tetap akan disajikan dalam laporan laba rugi setiap periodenya. Metode penyusutan aset tetap yang digunakan perusahaan akan dijelaskan di catatan atas

(15)

laporan keuangan. Harga perolehan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku aset tetap akan disajikan secara total di neraca. Untuk rincian detail aset tetap disajikan di catatan atas laporan keuangan.

Menurut PSAK No. 16 laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap, yaitu :

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

b. Metode penyusutan yang digunakan;

c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi penulisan penelitian oleh penulis :

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Sari Dearni Samosir (2019)

Gandi Mararu et al.

(2019)

Aprilia Matryxa Ratih (2020)

Judul

Analisis Penerapan PSAK No.16

(Penyusutan Aset Tetap) Pada Perum Bulog Sub Divre Medan

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Perusahaan Umum Badan Logistik Divisi Regional Provinsi Sulawesi Utara Dan Gorontalo

Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap Terhadap Peningkatan Laba Perusahaan Pada CV. Bahari Teknik Sidoarjo Berdasarkan PSAK No. 16 Perusahaan

yang Diteliti

Perum Bulog Sub Divre Medan

Perum Bulog Divreg Sulawesi Utara Dan Gorontalo

CV. Bahari Teknik Sidoarjo

Periode

Analisis Tahun 2015-2018 Tahun 2018 Tahun 2020

Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan penyusutan aset tetap berwujud berdasarkan dengan PSAK No.16 tahun 2018?

Perlakuan akuntansi aset tetap pada Perusahaan Umum Badan Logistik Divisi Regional Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo telah sesuai dengan PSAK No. 16

1. Bagaimana penerapan akuntansi aset tetap pada CV. Bahari Teknik Sidoarjo?

2. Bagaimana kesesuaian penerapan akuntansi aset tetap terhadap

peningkatan laba perusahaan menurut PSAK No. 16 pada CV.

Bahari Teknik Sidoarjo?

(16)

Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis penerapan metode penyusutan aset tetap berwujud dengan menggunakan PSAK No.16 tahun 2018

Untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset tetap pada Perusahaan Umum Badan Logistik Divisi Regional Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo telah sesuai dengan PSAK No. 16

1. Untuk mengetahui penerapan aset tetap pada CV. Bahari Teknik Sidoarjo

2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan akuntansi aset tetap terhadap peningkatan laba perusahaan pada CV. Bahari Teknik Sidoarjo menurut PSAK No. 16

Hasil Penelitian

Dalam hal penyusutan aset tetap perusahaan, menggunakan metode garis lurus untuk perhitungan penyusutan seluruh aset tetap kecuali tanah. hal ini dilakukan perusahaan secara konsisten dan perusahaan

mengelompokan aset tetap ke dalam kelompok aset tetap. Metode perusahaan telah sesuai dengan PSAK No. 16 (revisi 2018). Dan dalam perlakuan akuntansi terhadap pelepasan atau penghentian aset tetap yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan PSAK No. 16 (revisi 2018).

Perlakuan akuntansi atas penghentian. pelepasan aset tetap dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK, setiap jenis aset telah diuraikan dengan lengkap dalam daftar aset tetap dalam mendukung perkiraan di neraca pada laporan keuangan perusahaan.

Perum Bulog Divre Sulawesi Utara dan Gorontalo menggunakan metode garis lurus untuk mengalokasikan

penyusutan aset tetapnya kecuali tanah dan hal ini dilakukan secara konsisten dan perusahaan

mengelompokan aset tetap ke dalam kelompok aset tetap. Perum Bulog Divre Sulawesi Utara dan Gorontalo tidak mempunyai pedoman akuntansi atas aset tetap tentang metode revaluasi, akan tetapi dalam PSAK No. 16 Metode revaluasi tersebut baru diberlakukan pada tahun 2015.

1. Penerapan akuntansi aset tetap pada CV.

Bahari Teknik Sidoarjo telah diatur dalam kebijakan perusahaan.

2. Kebijakan perusahaan tentang aset tetap telah sesuai dengan PSAK No.

16, namun perusahaan belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.

16 dalam penerapan akuntansi aset tetapnya.

Sumber : Sari Dearni Samosir(2019), Gandi Mararu et al.(2019), Aprilia Matryxa Ratih(2020)

(17)

Penelitian ini secara umum memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Dearni Samosir, Gandi Mararu et al., dan Aprilia Matryxa Ratih dalam beberapa hal, yaitu (1) jenis penelitian yang digunakan, yaitu jenis penelitian kualitatif; (2) metode yang digunakan, yaitu wawancara dan dokumentasi; (3) pedoman yang digunakan menggunakan PSAK No. 16 tentang aset tetap; dan (4) subjek penelitian hanya satu.

Sementara itu, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Sari Dearni Samosir, Gandi Mararu et al., dan Aprilia Matryxa Ratih dalam hal subjek penelitian dan periode analisis. Dalam penelitian ini, subjek yang dibahas yaitu Perum BULOG Kanwil Kalimantan Selatan dan periode analisisnya menggunakan data tahun 2021. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari Dearni Samosir membahas Perum BULOG Sub Divre Medan dan periode analisisnya menggunakan data tahun 2015-2018. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Gandi Mararu et al. membahas Perum BULOG Divreg Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan periode analisisnya menggunakan data tahun 2018, serta penelitian yang dilakukan Aprilia Matryxa Ratih membahas CV. Bahari Teknik Sidoarjo dengan periode analisisnya menggunakan data tahun 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Proses selanjutnya sebagai kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah analisa data yang dilakukan setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) bagi siswa tunagrahita ringan kelas

Jumlah capital inflow melalui pembelian surat berharga SUN dan SBI tersebut menunjukkan adanya pola hubungan dimana BI rate yang lebih tinggi dari suku bunga negara

Jawab : Ya saya kenalkan, saat itu saya perkenalkan Cornellia kepada masing-masing kepala bagian agar cornellia mengerti siapa saja orang yang memegang kendali

 Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat

a. Pemberian kode rekening sesuai dengan tingkatan manajemen dan struktur organisasi. Sistem pelaporan biaya produksi yang berfungsi sebagai modal untuk penilaian biaya

Rasio kinerja pada maqashid syari’ah indek pertama (MI-1), bertujuan untuk mengetahui rasio kinerja BMT pada variabel mendidik individu (tahdibul fard) yang terdiri dari

Berapa banyak orang yang lebih pendek dan sekaligus juga lebih ringan dari pada paling tidak satu orang lainnya. (Urutan pertama paling ringan, urutan ke-6