ANALISIS
WATER FOOTPRINT
PADA BUDIDAYA ANGGREK
DI KOTA TANGERANG SELATAN
(Studi Kasus Budidaya AnggrekVanda DouglasPada Gapoktan Parakan Jaya)
ANALYSIS OF WATER FOOTPRINT OF ORCHID CULTIVATION
IN THE CITY OF SOUTH TANGERANG
(Case Study Of Orchid Cultivation Of Vanda Douglas On Gapoktan Parakan Jaya)
Anita Handayani1, Benito A. Kurnani2, Sunardi3 Universitas Padjadjaran
Pemerintah Kota Tangerang Selatan mendorong pengembangan budidaya tanaman hias jenis anggrek khususnya anggrek Vanda douglas untuk menjadi komoditi unggulan dan ikon dari Kota Tangerang Selatan. Tanaman anggrek Vanda douglas memiliki prospek cerah karena pangsa pasar yang sangat menjanjikan, memiliki banyak peminat dan bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat kota tersebut. Selain itu, budidaya anggrek dianggap budidaya yang ramah lingkungan karena dalam proses budidayanya menggunakan sedikit sumber daya air dan tidak menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui nilai water footprintpada budidaya anggrek Vanda douglasdi Kota Tangerang Selatan; 2) mengetahui apakah budidaya anggrek
Vanda douglas merupakan budidaya yang menguntungkan secara ekonomi dan ramah lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif less dominan kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data-data dari berbagai literatur, laporan penelitian terdahulu, laporan kegiatan dan data statistik yang dikeluarkan oleh instansi-instansi terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai water footprint budidaya anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 808,1 yang terdiri dari nilai green water footprint sebesar 689,04 m3/ton, nilai blue water footprint sebesar 118,26 m3/ton dan nilai
grey water footprint sebesar 0,8 m3/ton. Jika dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kelapa, beras organik ataupun beras non organik, tanaman anggrek memiliki nilai water footprint yang lebih kecil. Untuk hasil analisis ekonomi budidaya anggrek Vanda douglas menghasilkan nilai NPV > 1. Dengan demikian budidaya anggrek Vanda douglas dapat digolongkan budidaya yang menguntungkan secara ekonomi dan juga ramah lingkungan karena sebagian besar kebutuhan airnya tercukupi oleh air hujan dan hanya menggunakan sedikit pupuk.
Kata kunci : Tangerang Selatan, Budidaya anggrek, Vanda douglas, water footprint
1Staf Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, Mahasiswa Program Studi Magister
Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, E -mail: anits78@yahoo.com
2
Ketua Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
3
ABSTRACT
Local government of South Tangerang encourages the horticultural sector especially Vanda douglas orchid to be a primary commodity and an icon of the city itself. Vanda douglas has nice prospects as a very promising market, has many enthusiasts and has a high economic value that can boost economic growth around the cultivation area. In addition, the orchid cultivation is considered environmentally friendly cultivation since the cultivation process uses less water resources and do not cause pollution to the environment. This research aims : 1) to measure water footprint in Vanda douglas cultivation in South Tangerang; 2) to determine whether Vanda douglAS cultivation is profitable and environmentally friendly or not.
The research used method of quantitative less dominant qualitative. Primary data were collected by conducting interviews and field observations, while secondary data were obtained through the collection of data from various literature, previous research reports, scientific report and statistical data issued by related institution.
The results show that the water footprint of Vanda douglas cultivation in South Tangerang is 808.1 m3/ton that consists of 689,04 m3/ton for green water footprint value, 118,26 m3/ton for blue water footprint value and 0,8 m3/ton for grey water footprint value. If compared to other agricultural crops such as corn, soybean, peanut, coconut, rice or organic or non-organic rice, orchids have smaller value of water footprint. Economic analysis on Vanda douglas cultivation shows NPV > 1. Thus the Vanda douglas cultivation have economically beneficial and it can be classified to the environmentally friendly because its water needs fulfilled by rainwater and only use a low amount of fertilizer.
Keywords : South Tangerang, orchid cultivation, vanda douglas, water footprint
Pemerintah Kota Tangerang Selatan saat ini tengah mendorong pengembangan
budidaya tanaman hias jenis anggrek khususnya anggrek Vanda douglas yang menjadi
komoditi unggulan dan mengupayakan tanaman anggrek menjadi ikon dari Kota Tangerang
Selatan. Anggrek Vanda douglas dijadikan komoditi unggulan mengingat pangsa pasar
anggrek Vanda douglas masih sangat menjanjikan dan potensial untuk terus dikembangkan
dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat kota tersebut.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan mencatat produksi
tanaman anggrek Kota Tangerang Selatan mencapai 11 juta tangkai pada tahun 2012, 9 juta
tangkai pada tahun 2013 dan mencapai 7 juta tangkai pada pertengahan Juni tahun 2014.
Produksi anggrek Vanda douglasmencapai 75% dari total produksi anggrek Kota Tangerang
Selatan setiap tahunnya.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian mengenai analisis water
1. Tanaman anggrek dijadikan ikon Kota Tangerang Selatan oleh Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dan ada rencana pengembangan tanaman anggrek dalam skala
besar dengan disiapkannya sentra pertanian seluas 5 hektar dengan tanaman anggrek
sebagai komoditi utama hasil pertanian.
2. Anggrek adalah komoditas alternatif yang bernilai ekonomis, karena memilik banyak
peminat dan harga jual yang tinggi.
3. Tanaman anggrek dapat menggantikan komoditas-komoditas pertanian lainnya yang
boros air.
Oleh karena itu tanaman anggrek adalah tanaman yang memiliki prospek cerah dan
ramah lingkungan. Tanaman anggrek memiliki prospek cerah karena memiliki harga tinggi
dan peminat yang cukup banyak sehingga bernilai ekonomi tinggi. Tanaman anggrek ramah
lingkungan karena dalam proses budidayanya menggunakan sedikit sumber daya air dan tidak
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Penelitian ini selain memastikan bahwa budidaya
anggrek Vanda douglas tergolong budidaya yang hemat air dengan nilai water footprint
kecil, juga memastikan bahwa budidaya anggrek Vanda douglas ramah lingkungan dan
bernilai ekonomi tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif less dominan
kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai water footprint dari
penggunaan air pada proses budidaya anggrek Vanda douglas mulai dari penanaman benih,
pemupukan, pemanenan, hingga pengiriman anggrek potong ke tempat penjualan. Sedangkan
metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai proses budidaya
anggrek Vanda douglas, penggunaan air selama proses budidaya dan analisis ekonomi
budidaya anggrek melalui metode wawancara semi terstruktur kepada Ketua Gapoktan
Parakan Jaya sebagai informan kunci.
Data yang diperlukan adalah data yang akan diinput untuk perhitungan nilai water
footprint yang mencakup nilai green water, blue water dan grey water pada budidaya
anggrek. Data yang digunakan untuk menghitung nilai water footprint budidaya anggrek
antara lain data kondisi klimatik rata-rata bulanan, data curah hujan rata-rata bulanan dan data
mengenai keseluruhan proses budidaya anggrek. Nilai komponen green waterdan blue water
selama masa budidaya anggrek yang ditanam di lokasi penelitian diestimasi berdasarkan nilai
menggunakan program CROPWAT versi 8.0 (Chapagain dan Orr, 2009; Hoekstra et al.
2009). Nilai grey water footprint selama proses budidaya anggrek menggunakan perhitungan
dengan melakukan estimasi jumlah penggunaan pupuk anorganik dan atau pestisida per
hektar. Estimasi diperoleh melalui observasi langsung dalam bentuk wawancara dengan
petani. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hoekstra et al.,
2009) :
∝ :leaching fraction(polutan yang terlindi)
ܣܴ : Rasio penggunaan bahan kimia per hektar (kg/ha)
ܥ௫ : Ambang batas maksimum (ambien) polutan yang diatur dalam
regulasi (mass/volume)
ܥ௧ : Konsentrasi natural di badan air (mass/volume)
ܻ :Hasil Panen (ton/ha)
Tabel 1.
KOMPONEN diperoleh dari PP No 82 Tahun 2001
Sekunder Nilaiwater footprint
budidaya anggrek
Primer Data primer diperoleh melalui wawancara dengan ketua kelompok tani dan PPL
Analisis usaha budidaya anggrek Vanda douglas digunakan untuk mengetahui apakah
budidaya anggrekVanda douglasmenguntungkan secara ekonomi. Perhitungan analisis usaha
menggunakan analisisNet Present Value(NPV). NPV merupakan selisih antara nilai manfaat
sekarang (present value benefit) dannilai biaya sekarang (present value cost) selama umur
proyek dengan tingkat bunga tertentu. NPV dirumuskan sebagai berikut (Rahman dan
Juraemi, 2008) :
NPV =Bt − Ct
(1 + i)୲
keterangan :
Bt = manfaat pada tahun ke-t; Ct = biaya proyek tahun ke-t; n = umur ekonomis proyek; t = tahun
Kriteria keputusan :
NPV> 0, maka proyek layak diteruskan
NPV< 0, maka proyek tidak layak diteruskan
NPV= 0, maka proyek mencapai nilai BEP
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. NilaiWater FootprintAnggrekVanda douglas
1. Nilai Evapotranspirasi Tanaman (ETc) AnggrekVanda douglas
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari
permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan
fisiologis vegetasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses-proses evaporasi,
intersepsi, dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair
menjadi uap air atau gas dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi. Intersepsi adalah
penguapan air dari permukaan vegetasi ketika berlangsung hujan. transpirasi merupakan
perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke permukaan
daun dan akhirnya menguap ke atmosfer (Asdak, 2014). Hasil perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Kondisi klimatik, laju evapotranspirasi potensial (ETo) dan curah hujan efektif di lokasi penelitian
Altitude : 18 m Latitude : 6.34o(LS) Longitude : 106.7o(BT)
Bulan
Januari 24,2 31,0 86 178 3,8 13,9 414,7 166,5 3,21
Februari 24,2 31,9 85 133 5,1 16,6 237,6 147,3 3,69
Maret 24,5 32,8 82 178 6,0 18,7 110,5 91,0 4,33
April 24,7 33,3 82 133 6,8 19,9 214,1 140,8 4,51
Mei 24,7 33,2 83 133 6,5 18,8 201,4 136,5 4,27
Juni 24,7 33,0 80 133 6,5 18,4 141,6 109,5 4,25
Juli 24,0 32,5 79 133 6,8 19,0 189,2 131,9 4,30
Agustus 24,1 33,7 73 178 8,8 22,6 77,3 67,7 5,33
Oktober 24,5 34,2 75 178 7,3 20,0 164,7 121,3 4,92
November 24,4 33,2 81 133 5,3 16,2 238,5 147,5 3,82
Desember 24,4 32,6 82 178 4,8 15,0 209,6 139,3 3,65
Rata-rata 24,4 33,0 80 152 6,3 18,5 4,29
Total 2315,1 1493,7
Evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (ETo) dan
evapotranspirasi aktual (ETc). Evapotranspirasi potensial (ETo) dipengaruhi oleh faktor-faktor
meteorologi. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah
radiasi matahari, suhu, kelembaban atmosfer, dan kecepatan angin. Secara umum
evapotranspirasi potensial akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, radiasi
matahari, kelembaban dan kecepatan angin (Asdak, 2014). Dari Tabel 2. dapat dilihat nilai
evapotranspirasi potensial terbesar di lokasi penelitian terjadi pada Agustus sebesar 5,33
mm/hari dan terkecil pada bulan Januari sebesar 3,21 mm/hari. Nilai evapotranspirasi
potensial terbesar di bulan Agustus sebanding dengan nilai lama penyinaran matahari dan
radiasi matahari terbesar juga terjadi pada bulan Agustus yaitu 8,8 jam dan 22,6 MJ/m2/hari, sedangkan nilai evapotranspirasi terkecil di bulan Januari sbanding dengan nilai lama
penyinaran matahari dan radiasi matahari terkecil juga terjadi di bulan Januari yaitu 3,8 jam
dan 13,9 MJ/m2/hari.
Pengaruh radiasi matahari terhadap evapotranspirasi adalah melalui proses fotsintetis.
Dalam mengatur hidupnya, tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem
akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan
meningkatnya jumlah radiasi matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh angin
terhadap evapotranspirasi adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari
pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula laju evapotranspirasi yang
dapat terjadi (Asdak, 2014). Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus dimana laju
evapotranspirasi terbesar terjadi, nilai kecepatan anginnya pun besar. Namun pada bulan
Januari, dimana nilai evapotranspirasinya terkecil, nilai kecepatan anginnya sama dengan nilai
kecepatan angin pada bulan Agustus.
Evapotranspirasi aktual (ETc) dipengaruhi oleh faktor fisiologis tanaman dan unsur
tanah (Asdak, 2014). Dengan demikian evapotranspirasi aktual juga dikenal dengan
evapotranspirasi tanaman. Nilai koefisien tanaman dibutuhkan untuk mendapatkan nilai ETc.
Nilai koefisien tanaman bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman tersebut. Fase
pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 4 (empat) fase yaitu fase initial (awal pertumbuhan),
penelitian budidaya anggrek ini digunakan data sekunder koefisien tanaman dari vanilla. Hal
ini disebabkan karena belum ditemukan data sekunder koefisien tanaman untuk tanaman
anggrek, sedangkan untuk memperoleh data koefisien tanaman anggrek secara primer
membutuhkan waktu yang relatif lama dan penelitian lainnya. Data sekunder koefisien
tanaman vanilla digunakan atas dasar bahwa tanaman anggrek dan vanilla memiliki kesamaan
klasifikasi ilmiah pada tingkat famili yaituorchidaceae.
Berdasarkan informasi dari petani, para petani anggrek Vanda douglas di Gapoktan
Parakan Jaya selalu menanam anggrek dari mulai bibit hasil stekan dari tanaman induknya.
Bibit tanaman anggrekVanda douglas ini kemudian ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Tanaman anggrek Vanda douglas akan menghasilkan bunga pertama setelah 7 atau 8 bulan
masa tanam, selanjutkan akan berbunga lagi setiap 2 bulan dari bunga terakhir tumbuh dan
dipotong. Selama satu tahun, tanaman anggrekVanda douglasakan berbunga selama 6 (enam)
kali. Masa hidup tanaman anggrekVanda douglastidak terbatas, dan setelah berumur 2,5 atau
3 tahun, tanaman anggrek tersebut sudah dapat menghasilkan bibit dengan melakukan
penyetekan. Bibit yang di stek dapat ditanam kembali dan menghasilkan bunga pertama
setelah 7 atau 8 bulan kemudian, demikian pula pohon yang telah distek dapat menghasilkan
bunga kembali setelah 7 atau 8 bulan kemudian. Budidaya anggrek Vanda douglas pada
penelitian ini dibatasi mulai dari penanaman bibit tanaman anggrek hingga usia 3 tahun
dimana tanaman anggrek sudah dapat distek untuk menghasilkan bibit tanaman baru.
Menurut informasi dari petani, penanaman bibit anggrek yang terkahir dilakukan pada
pertengahan bulan Juli 2015. Pada penelitian ini, perhitungan CWR (Crop Water
Requirement) dihitung sebanyak 15 kali dengan menggunakan metode CROPWAT 8.0.
Perhitungan CWR didasarkan pada setiap panen yang akan dilakukan oleh petani selama masa
3 tahun tanam. Perhitungan CWR pertama dihitung mulai dari tanggal 15 Juli 2015 yaitu pada
awal bibit ditanam hingga 9 Februari 2016 dimana panen bunga anggrek pertama kali
dilakukan. Kemudian perhitungan CWR dilanjutkan dengan panen ke-2 dan selanjutnya
hingga panen ke-15 dengan jarak 60 hari antara panennya.
Dari hasil perhitungan CROPWAT 8.0, evapotranspirasi aktual (ETc), ETg dan ETb Budidaya Anggrek Vanda douglas selama 3 tahun penanaman menunjukkan nilai ETb pada bulan November hingga bulan Februari adalah nol. Angka tersebut menunjukkan bahwa
selama bulan November dan Februari, kebutuhan air tanaman telah tercukupi oleh curah hujan
dan tidak membutuhkan penyiraman. Pada bulan Maret, curah hujan kurang mencukupi untuk
April hingga bulan Juli, nilai ETb juga kembali nol, hal ini menunjukkan bahwa pada bulan tersebut kebutuhan air tanaman juga telah terpenuhi oleh curah hujan dan hanya sedikit
dibutuhkan penyiraman pada bulan Juli. Dengan demikian dari hasil perhitungan CROPWAT
8.0, kebutuhan air tanaman anggrek Vanda douglas selama kurang lebih 8 (delapan) bulan
dapat dipenuhi oleh curah hujan dan tidak diperlukan penyiraman kembali. Hal tersebut sesuai
dengan pengalaman petani anggrek di Gapoktan Parakan Jaya bahwa pada musim-musim
hujan mereka tidak melakukan penyiraman. Penyiraman hanya dilakukan pada musim
kemarau dimana tidak turun hujan sama sekali.
2. NilaiGreendanBlue Water Footprint
Untuk menghitung Nilai WFproses,green dan WFproses,blue dibutuhkan data hasil panen per
satuan luas lahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani anggrek, diketahui bahwa hasil
panen untuk setiap 1000 m2 lahan budidaya anggrek dihasilkan 15 ikat anggrek potong yang berisi 100 tangkai untuk setiap ikatnya dengan berat 3 (tiga) kilogram. Setelah dihitung, untuk
satu hektar lahan budidaya anggrek dihasilkan panen berupa anggrek potong sebanyak 52,2
ton selama 3 (tiga) tahun masa budidaya anggrek. Nilai green dan blue water footprint
budidaya anggrekVanda douglasdapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai komponen green dan blue water footprint tanaman budidaya anggrek
Vanda douglas ∑ࡱࢀࢍ࢘ࢋࢋ
(mm)
∑ࡱࢀ࢈࢛ࢋ
(mm)
∑ࢃࢁࢍ࢘ࢋࢋ
(m3/ha)
∑ࢃࢁ࢈࢛ࢋ
(m3/ha)
∑ࢅ
(ton/ha)
ࢃࡲ࢙࢘ࢋ࢙,ࢍ࢘ࢋࢋ
(m3/ton)
ࢃࡲ࢙࢘ࢋ࢙,࢈࢛ࢋ
(m3/ton)
3596,8 617,3 35988 6173 52,2 689,04 118,26
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai green water footprint budidaya anggrek Vanda
douglas di lahan budidaya Gapoktan Parakan Jaya sebesar 689,04 m3/ton. Nilai green water footprinttersebut menunjukkan penggunaan air hujan pada budidaya anggrek. Sedangkan nilai
blue water footprint yang menunjukkan jumlah air irigasi yang dibutuhkan adalah sebesar
118,26 m3/ton. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa, pada budidaya anggrek Vanda douglasdi daerah penelitian sebagian besar dipenuhi oleh air hujan dan sebagian kecil lainnya
dipenuhi oleh air irigasi saat air hujan tidak mencukupi.
Anggek Vanda douglas tergolong anggrek yang tahan terhadap kondisi kering karena
anggrek Vanda douglas memiliki daun berbentuk pensil. Struktur batang yang ramping
silndris. Bentuk daun yang silindris befungsi menyimpan air pada musim kering. Demikian
pula sistem perakaran anggrek Vanda. Anggrek Vanda pada umumnya memiliki perakaran
yang tebal dan berdaging yang berguna untuk menyimpan air sebagai cadangan pada saat
menghadapi keadaan kering. Dengan demikian, anggrek Vanda secara alami dapat bertahan
pada musim kemarau yang sangat panjang tanpa campur tangan manusia (Arifin dan
Sulistyantoro, 1990).
Kebutuhan air untuk budidaya anggrek diperoleh melalui air bawah tanah karena
wilayah Tangerang Selatan tidak dilewati oleh saluran irigasi. Meskipun letak lahan budidaya
anggrek Vanda douglas berada di tengah perkotaan dan peumahan penduduk, pada
kenyataannya belum menimbulkan konflik kebutuhan air di tengah masyarakat. Namun
demikian, para petani dianjurkan untuk menanam bibit tanaman pada musim hujan, karena
bibit tanaman yang baru ditanam cenderung membutuhkan air yang lebih banyak dibanding
tanaman yang sudah menghasilkan bunga secara rutin.
3. NilaiGrey Water Footprint
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, diperoleh informasi bahwa budidaya
anggrek Vanda douglas menggunakan pupuk dan pestisida dalam pemeliharaannya. Pupuk
yang digunakan berupa pupuk kandang, atonik dan Hyponek sedangkan pestisida yang
digunakan berupa rizotin dan curacron. Untuk 1000 m2 lahan budidaya pemakaian pupuk kandang sebanyak 250 karung, atonik sebanyak 500 ml dan Hyponex sebanyak 1 kg per tahun.
Untuk pengunaan rizotin sebayak 500 ml dan curacron sebanyak 250 ml per 1000 m2 lahan budidaya per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 6 diperoleh nilai grey water footprint
yang berasal dari Hyponek sebesar 0,77 m3/ton sedangkan nilai grey water footprint yang disebabkan oleh penggunaan Atonik sebesar 0,0025 m3/ton. Dengan demikian nilaigrey water footprintbudidayaVanda douglasselama satu siklus budidaya (3 tahun) adalah berkisar antara
0,8 m3/ton.
Tabel 4. Perhitungan komponengrey water footprintselama penanaman
Jenis
Pupuk Parameter α
AR
(kg/ha)
ࢇ࢞
(mg/l)
ࢇ࢞
(kg/m3)
ࢇ࢚
(mg/l)
ࢇ࢚
(kg/m3)
WFgrey
(m3/ton)
Hyponex NO3 0,1 6 20 0,02 5,102 0,0051 0,77
Diantara produk pertanian yang telah diketahui nilai water footprint – nya, produk
pertanian yang memungkinkan untuk ditanam di Kota Tangerang Selatan antara lain adalah
beras, jagung, singkong, kedelai dan kacang tanah. Nilai water footprint untuk produk beras,
jagung, kedelai, dan kacang tanah jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai water
footprint anggrekVanda douglasyang bernilai total 808 m3/ton terdiri darigreen689 m3/ton,
bluem3/ton,dangreykurang dari 1 m3/ton. Jika dibandingkan berdasarkan nilaibluedangrey water footprint jagung dan singkong mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan anggrek
m3/ton Vanda douglas. Namun, untuk pemilihan suatu produk tanaman yang akan dibudidayakan pada suatu lahan, bukan hanya mempertimbangkan unsur lingkungan saja, tapi
nilai ekonomi yang dapat dihasilkan. Anggrek Vanda douglas memenuhi kriteria tanaman
budidaya yang memenuhi kedua syarat tersebut, yaitu tidak memberikan dampak buruk bagi
lingkungan akan tetapi dapat memberikan manfaat ekonomi yang makasimal bagi para pelaku
budidaya.
2. Analisis Usaha Budidaya Anggrek Vanda douglas
Berdasarkan informasi dan wawancara dari petani anggrekVanda douglas di Gapoktan
Parakan Jaya, untuk memulai usaha budidaya anggrek Vanda douglas dibutuhkan investasi
awal dengan jumlah rupiah yang cukup besar per 1000 m2lahan budidaya. Nilai investasi awal dalam jumlah besar yaitu untuk membeli bibi tanaman anggrek yang akan ditanam. Untuk
1000 m2lahan budidaya, dapat ditanam sebanyak 25.000 bibit tanaman anggrek dengan harga Rp. 5.000 per bibitnya sehingga mencapai angka RP. 125.000.000 untuk modal awal
pembelian bibit tanaman anggrek. Ditambah modal untuk pembelian media berupa bambu,
sabut kelapa dan paku untuk pembuatan tegakan bibit tanaman total Rp. 10.175.000. Jadi total
modal investasi awal usaha budidaya anggrek Vanda douglas mencapai Rp. 135.175.000.
Untuk biaya produksi meliputi pembelian pupuk, pestisida dan biaya listrik untuk penyiraman
tanaman sejumlah Rp. 2.825.000 per 1000 m2lahan budidaya per tahun (lihat Tabel 4.6). Modal awal untuk pembelian bibit tanaman anggrek Vanda douglas sepintas memang
terlihat besar, namun petani anggrek ini tidak perlu khawatir karena modal untuk pembelian
bibit tanaman hanya diperlukan pada awal usaha budidaya saja. Untuk pengembangan
budidaya selanjutnya tidak perlu membeli bibit tanaman kembali karena dalam jangka 2,5
tahun sampai 3 tahun, pembudidaya dapat memperbanyak bibit tanaman sendiri dengan cara
menstek tanaman induk yang sudah ada. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Kelompok Tani
tahun 1992. Pak Niman memulai usaha budidaya anggreknya hanya berbekal 5.000 bibit
tanaman anggrek yang dibelinya dengan harga Rp.3.000 pada saat itu. Hingga kini, Pak Niman
memiliki tanaman anggrek berjumlah kurang lebih 450.000 pohon di lahan budidayanya tanpa
membeli bibit tanaman anggrek lagi, tetapi beliau menambah tanaman budidayanya dengan
cara menstek tanaman anggrek yang sudah ada.
Hasil budidaya anggrek Vanda douglas dapat dinikmati oleh petani 8 bulan kemudian.
Dari 1000 m2 lahan budidayanya tersebut, petani dapat memanen bunga potong sebanyak 15 ikat tiap minggunya. Setiap ikat anggrek potong terdiri dari 100 batang anggrek potong. Harga
satu ikat anggrek potong rata-rata dihargai Rp. 75.000. Meskipun sebenarnya harganya dapat
bervariasi tergantung dari masa penjualan bunga anggrek. Pada bulan Agustus, biasanya harga
penjualan anggrek meningkat setiap ikatnya, bisa mencapai Rp. 100.000 hingga Rp. 125.0000,
karena pada perayaan Hari Kemerdekaan RI biasanya permintaan anggrek Vanda douglas
meningkat, demikian pula pada masa dimana banyak terjadi acara pernikahan, permintaan
anggrek pun menjadi meningkat. Harga terendah untuk bunga anggrek potong biasanya
dihargai untuk bunga anggrek potong yang dihasilkan dari panen pertama. Untuk hasil panen
pertama dihargai Rp. 50.000 per ikatnya, karena anggrek potong hasil panen pertama biasanya
hanya menghasilkan kuntum bunga sebanyak 3 kuntum per batangnya, sedangkan hasil panen
berikutnya per batang anggrek potong terdiri dari 5 hingga 8 kuntum bunga anggrek. Anggrek
Vanda douglasumumnya yang dimanfaatkan adalah kuntum bunganya.
Tabel 5. Perhitungan Nilai NPV Usaha Budidaya Anggrek Vanda douglas(per 1000 m2)
N
o Uraian
Tahun
1 2 3 4 5
1. Total Pemasukan/Tahun 22,500,000 54,000,000 179,000,000 22,500,000 54,000,000 2. Total Pengeluaran/Tahun
1. Investasi 135,175,000
2. Biaya produksi 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 Total 138,000,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000
3 Analisis Net Benefit
(115,500,000) 51,175,000 176,175,000 19,675,000 51,175,000
Discount factor(14%)
0.88 0.77 0.67 0.59 0.52
Net Present Value (NPV)
14% (101,315,789) 39,377,501 118,913,107 11,649,179 26,578,691
Dari hasil perhitungan total pemasukan dan total pengeluaran, diperoleh nilai NPV
sebesar 95.202.689 selama 5 (lima) tahun usaha budidaya anggrekVanda douglasper 1000 m2 lahan budidaya. Nilai NPV > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya tersebut layak untuk
dilanjutkan karena memberikan keuntungan. Menurut informasi dari pedagang pasar bunga
Rawa Belong, permintaan anggrek Vanda douglas masih sangat tinggi. Pasar bunga Rawa
Belong saat ini menjadi tujuan utama penjualan dari anggrek potong Vanda douglasproduksi
Tangerang Selatan. Para petani tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penjualan karena
hasil panennya secara rutin diambil oleh pedagang pasar bunga Rawa Belong setiap
minggunya. Produksi anggrek potong dari Kota Tangerang Selatan baru bisa memenuhi 60%
dari permintaan pasar di Rawa Belong. Selain anggrek potong, petani anggrekVanda douglas
juga menjual bibit tanaman anggrek dengan harga Rp. 5000 sd Rp. 7.500.
KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil yang diperoleh dan mengacu pada pertanyaan penelitian yang
ditetapkan, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah :
1. Nilaiwater footprintbudidaya anggrekVanda douglasdi Kota Tangerang Selatan adalah
sebagai berikut : nilai green water fottprint sebesar 689,04 m3/ton, nilai blue water footprintsebesar 118,26 m3/ton dan nilaigrey water footprintadalah sebesar 0,8 m3/ton. 2. Hasil analisis ekonomi budidaya anggrek Vanda douglas menghasilkan nilai NPV > 1.
Dengan demikian budidaya anggrek Vanda douglas merupakan budidaya yang
menguntungkan secara ekonomi. Budidaya anggrek Vanda douglas juga tergolong
budidaya yang ramah lingkungan karena penggunaan air untuk budidaya berdasarkan
perhitungangreen water footprintdanblue water footprintmenunjukkan bahwa sebagian
besar kebutuhan airnya tercukupi oleh air hujan.
b. Saran
1. Pada penelitian ini digunakan data sekunder tanaman vaneli dan bunga matahari untuk
perhitungan evapotranspirasi potensial dan aktual tanaman anggrek pada metode
CROPWAT 8.0 karena belum adanya data sekunder tanaman anggrek. Oleh karena itu
diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat digunakan data sekunder tanaman anggrek
2. Meskipun tanaman anggrek Vanda terbukti sangat tahan terhadap cuaca kering, namun
sebagai budidaya tanaman anggrek dengan tujuan menghasilkan bunga potong, perlu
diperhatikan dan dipertahankan kondisi-kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bunga
dengan baik sehingga dihasilkan panen yang optimal.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana cara yang efisien untuk
meningkatkan hasil panen anggrek Vanda douglas. Karena semakin besar hasil panen
maka nilaiwater footprintakan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S., dan B. Sulistyantoro. 1990. Anggrek Vanda. Penebar Swadaya. Seri Pertanian – CV/304/89. Jakarta.
Bappeda Kota Tangerang Selatan. 2014. Profil Kota Tangerang Selatan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hoekstra, A.Y. 2008., The water footprint of food, In: F örare, J. (ed.) Water for food, The Swedish Research Council for Environment, Agricultural Sciences and Spatial Planning (Formas).Stockholm, Sweden, pp. 49-60. http://www.waterfootprint.org.
Hoekstra, A.Y. 2008. Water scarcity and international trade: The need to extend the scope of
water resources management, In: C. Bastian et al., Wasser − Konfliktstoff des 21.
Jahrhunderts, Universitätsverlag Winter, Heidelberg, pp. 121-141. http://www.waterfootprint.org.
Hoekstra, A.Y., and A.K. Chapagain. 2008. Globalization of Water. Sharing the Planet’s Freshwater Reources. Australia.https://books.google.co.id.
Hoekstra, A. Y., A. K. Chapagain, M. M. Aldaya, and M. M. Mekonnen. 2009. Water Footprint Manual State of the Art 2009. The Netherlands. http://www.waterfootprint.org.
Hoekstra, A.Y., A.K. Chapagain, M.M. Aldaya and M.M. Mekonnen. 2011. Water Footprint Assessment Manual Setting the Global Standard.Water Footprint Network.
Hoekstra, A.Y. 2013. The Water footprint of Modern Consumer Society. Routledge. https://books.google.co.id.
Rahman, D.F. dan Juraemi. 2008. ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA ANGGREK DENDROBIUM (Studi Kasus di UPTD Balai Benih Induk Hortikultura Loa Janan).