• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Water Footprint Pada Budidaya Anggrek Di Kota Tangerang Selatan (Studi Kasus Budidaya Anggrek Vanda Douglas Pada Gapoktan Parakan Jaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Water Footprint Pada Budidaya Anggrek Di Kota Tangerang Selatan (Studi Kasus Budidaya Anggrek Vanda Douglas Pada Gapoktan Parakan Jaya)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

WATER FOOTPRINT

PADA BUDIDAYA ANGGREK

DI KOTA TANGERANG SELATAN

(Studi Kasus Budidaya AnggrekVanda DouglasPada Gapoktan Parakan Jaya)

ANALYSIS OF WATER FOOTPRINT OF ORCHID CULTIVATION

IN THE CITY OF SOUTH TANGERANG

(Case Study Of Orchid Cultivation Of Vanda Douglas On Gapoktan Parakan Jaya)

Anita Handayani1, Benito A. Kurnani2, Sunardi3 Universitas Padjadjaran

Pemerintah Kota Tangerang Selatan mendorong pengembangan budidaya tanaman hias jenis anggrek khususnya anggrek Vanda douglas untuk menjadi komoditi unggulan dan ikon dari Kota Tangerang Selatan. Tanaman anggrek Vanda douglas memiliki prospek cerah karena pangsa pasar yang sangat menjanjikan, memiliki banyak peminat dan bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat kota tersebut. Selain itu, budidaya anggrek dianggap budidaya yang ramah lingkungan karena dalam proses budidayanya menggunakan sedikit sumber daya air dan tidak menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui nilai water footprintpada budidaya anggrek Vanda douglasdi Kota Tangerang Selatan; 2) mengetahui apakah budidaya anggrek

Vanda douglas merupakan budidaya yang menguntungkan secara ekonomi dan ramah lingkungan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif less dominan kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data-data dari berbagai literatur, laporan penelitian terdahulu, laporan kegiatan dan data statistik yang dikeluarkan oleh instansi-instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai water footprint budidaya anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 808,1 yang terdiri dari nilai green water footprint sebesar 689,04 m3/ton, nilai blue water footprint sebesar 118,26 m3/ton dan nilai

grey water footprint sebesar 0,8 m3/ton. Jika dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kelapa, beras organik ataupun beras non organik, tanaman anggrek memiliki nilai water footprint yang lebih kecil. Untuk hasil analisis ekonomi budidaya anggrek Vanda douglas menghasilkan nilai NPV > 1. Dengan demikian budidaya anggrek Vanda douglas dapat digolongkan budidaya yang menguntungkan secara ekonomi dan juga ramah lingkungan karena sebagian besar kebutuhan airnya tercukupi oleh air hujan dan hanya menggunakan sedikit pupuk.

Kata kunci : Tangerang Selatan, Budidaya anggrek, Vanda douglas, water footprint

1Staf Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, Mahasiswa Program Studi Magister

Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, E -mail: anits78@yahoo.com

2

Ketua Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

3

(2)

ABSTRACT

Local government of South Tangerang encourages the horticultural sector especially Vanda douglas orchid to be a primary commodity and an icon of the city itself. Vanda douglas has nice prospects as a very promising market, has many enthusiasts and has a high economic value that can boost economic growth around the cultivation area. In addition, the orchid cultivation is considered environmentally friendly cultivation since the cultivation process uses less water resources and do not cause pollution to the environment. This research aims : 1) to measure water footprint in Vanda douglas cultivation in South Tangerang; 2) to determine whether Vanda douglAS cultivation is profitable and environmentally friendly or not.

The research used method of quantitative less dominant qualitative. Primary data were collected by conducting interviews and field observations, while secondary data were obtained through the collection of data from various literature, previous research reports, scientific report and statistical data issued by related institution.

The results show that the water footprint of Vanda douglas cultivation in South Tangerang is 808.1 m3/ton that consists of 689,04 m3/ton for green water footprint value, 118,26 m3/ton for blue water footprint value and 0,8 m3/ton for grey water footprint value. If compared to other agricultural crops such as corn, soybean, peanut, coconut, rice or organic or non-organic rice, orchids have smaller value of water footprint. Economic analysis on Vanda douglas cultivation shows NPV > 1. Thus the Vanda douglas cultivation have economically beneficial and it can be classified to the environmentally friendly because its water needs fulfilled by rainwater and only use a low amount of fertilizer.

Keywords : South Tangerang, orchid cultivation, vanda douglas, water footprint

Pemerintah Kota Tangerang Selatan saat ini tengah mendorong pengembangan

budidaya tanaman hias jenis anggrek khususnya anggrek Vanda douglas yang menjadi

komoditi unggulan dan mengupayakan tanaman anggrek menjadi ikon dari Kota Tangerang

Selatan. Anggrek Vanda douglas dijadikan komoditi unggulan mengingat pangsa pasar

anggrek Vanda douglas masih sangat menjanjikan dan potensial untuk terus dikembangkan

dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat kota tersebut.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan mencatat produksi

tanaman anggrek Kota Tangerang Selatan mencapai 11 juta tangkai pada tahun 2012, 9 juta

tangkai pada tahun 2013 dan mencapai 7 juta tangkai pada pertengahan Juni tahun 2014.

Produksi anggrek Vanda douglasmencapai 75% dari total produksi anggrek Kota Tangerang

Selatan setiap tahunnya.

Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian mengenai analisis water

(3)

1. Tanaman anggrek dijadikan ikon Kota Tangerang Selatan oleh Pemerintah Kota

Tangerang Selatan dan ada rencana pengembangan tanaman anggrek dalam skala

besar dengan disiapkannya sentra pertanian seluas 5 hektar dengan tanaman anggrek

sebagai komoditi utama hasil pertanian.

2. Anggrek adalah komoditas alternatif yang bernilai ekonomis, karena memilik banyak

peminat dan harga jual yang tinggi.

3. Tanaman anggrek dapat menggantikan komoditas-komoditas pertanian lainnya yang

boros air.

Oleh karena itu tanaman anggrek adalah tanaman yang memiliki prospek cerah dan

ramah lingkungan. Tanaman anggrek memiliki prospek cerah karena memiliki harga tinggi

dan peminat yang cukup banyak sehingga bernilai ekonomi tinggi. Tanaman anggrek ramah

lingkungan karena dalam proses budidayanya menggunakan sedikit sumber daya air dan tidak

menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Penelitian ini selain memastikan bahwa budidaya

anggrek Vanda douglas tergolong budidaya yang hemat air dengan nilai water footprint

kecil, juga memastikan bahwa budidaya anggrek Vanda douglas ramah lingkungan dan

bernilai ekonomi tinggi.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif less dominan

kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai water footprint dari

penggunaan air pada proses budidaya anggrek Vanda douglas mulai dari penanaman benih,

pemupukan, pemanenan, hingga pengiriman anggrek potong ke tempat penjualan. Sedangkan

metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai proses budidaya

anggrek Vanda douglas, penggunaan air selama proses budidaya dan analisis ekonomi

budidaya anggrek melalui metode wawancara semi terstruktur kepada Ketua Gapoktan

Parakan Jaya sebagai informan kunci.

Data yang diperlukan adalah data yang akan diinput untuk perhitungan nilai water

footprint yang mencakup nilai green water, blue water dan grey water pada budidaya

anggrek. Data yang digunakan untuk menghitung nilai water footprint budidaya anggrek

antara lain data kondisi klimatik rata-rata bulanan, data curah hujan rata-rata bulanan dan data

mengenai keseluruhan proses budidaya anggrek. Nilai komponen green waterdan blue water

selama masa budidaya anggrek yang ditanam di lokasi penelitian diestimasi berdasarkan nilai

(4)

menggunakan program CROPWAT versi 8.0 (Chapagain dan Orr, 2009; Hoekstra et al.

2009). Nilai grey water footprint selama proses budidaya anggrek menggunakan perhitungan

dengan melakukan estimasi jumlah penggunaan pupuk anorganik dan atau pestisida per

hektar. Estimasi diperoleh melalui observasi langsung dalam bentuk wawancara dengan

petani. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hoekstra et al.,

2009) :

∝ :leaching fraction(polutan yang terlindi)

ܣܴ : Rasio penggunaan bahan kimia per hektar (kg/ha)

ܥ௠௔௫ : Ambang batas maksimum (ambien) polutan yang diatur dalam

regulasi (mass/volume)

ܥ௡௔௧ : Konsentrasi natural di badan air (mass/volume)

ܻ :Hasil Panen (ton/ha)

Tabel 1.

(5)
(6)

KOMPONEN diperoleh dari PP No 82 Tahun 2001

Sekunder Nilaiwater footprint

budidaya anggrek

Primer Data primer diperoleh melalui wawancara dengan ketua kelompok tani dan PPL

Analisis usaha budidaya anggrek Vanda douglas digunakan untuk mengetahui apakah

budidaya anggrekVanda douglasmenguntungkan secara ekonomi. Perhitungan analisis usaha

menggunakan analisisNet Present Value(NPV). NPV merupakan selisih antara nilai manfaat

sekarang (present value benefit) dannilai biaya sekarang (present value cost) selama umur

proyek dengan tingkat bunga tertentu. NPV dirumuskan sebagai berikut (Rahman dan

Juraemi, 2008) :

NPV =෎Bt − Ct

(1 + i)୲ ௡

(7)

keterangan :

Bt = manfaat pada tahun ke-t; Ct = biaya proyek tahun ke-t; n = umur ekonomis proyek; t = tahun

Kriteria keputusan :

NPV> 0, maka proyek layak diteruskan

NPV< 0, maka proyek tidak layak diteruskan

NPV= 0, maka proyek mencapai nilai BEP

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. NilaiWater FootprintAnggrekVanda douglas

1. Nilai Evapotranspirasi Tanaman (ETc) AnggrekVanda douglas

Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari

permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan

fisiologis vegetasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses-proses evaporasi,

intersepsi, dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair

menjadi uap air atau gas dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi. Intersepsi adalah

penguapan air dari permukaan vegetasi ketika berlangsung hujan. transpirasi merupakan

perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke permukaan

daun dan akhirnya menguap ke atmosfer (Asdak, 2014). Hasil perhitungan dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi klimatik, laju evapotranspirasi potensial (ETo) dan curah hujan efektif di lokasi penelitian

Altitude : 18 m Latitude : 6.34o(LS) Longitude : 106.7o(BT)

Bulan

Januari 24,2 31,0 86 178 3,8 13,9 414,7 166,5 3,21

Februari 24,2 31,9 85 133 5,1 16,6 237,6 147,3 3,69

Maret 24,5 32,8 82 178 6,0 18,7 110,5 91,0 4,33

April 24,7 33,3 82 133 6,8 19,9 214,1 140,8 4,51

Mei 24,7 33,2 83 133 6,5 18,8 201,4 136,5 4,27

Juni 24,7 33,0 80 133 6,5 18,4 141,6 109,5 4,25

Juli 24,0 32,5 79 133 6,8 19,0 189,2 131,9 4,30

Agustus 24,1 33,7 73 178 8,8 22,6 77,3 67,7 5,33

(8)

Oktober 24,5 34,2 75 178 7,3 20,0 164,7 121,3 4,92

November 24,4 33,2 81 133 5,3 16,2 238,5 147,5 3,82

Desember 24,4 32,6 82 178 4,8 15,0 209,6 139,3 3,65

Rata-rata 24,4 33,0 80 152 6,3 18,5 4,29

Total 2315,1 1493,7

Evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (ETo) dan

evapotranspirasi aktual (ETc). Evapotranspirasi potensial (ETo) dipengaruhi oleh faktor-faktor

meteorologi. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah

radiasi matahari, suhu, kelembaban atmosfer, dan kecepatan angin. Secara umum

evapotranspirasi potensial akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, radiasi

matahari, kelembaban dan kecepatan angin (Asdak, 2014). Dari Tabel 2. dapat dilihat nilai

evapotranspirasi potensial terbesar di lokasi penelitian terjadi pada Agustus sebesar 5,33

mm/hari dan terkecil pada bulan Januari sebesar 3,21 mm/hari. Nilai evapotranspirasi

potensial terbesar di bulan Agustus sebanding dengan nilai lama penyinaran matahari dan

radiasi matahari terbesar juga terjadi pada bulan Agustus yaitu 8,8 jam dan 22,6 MJ/m2/hari, sedangkan nilai evapotranspirasi terkecil di bulan Januari sbanding dengan nilai lama

penyinaran matahari dan radiasi matahari terkecil juga terjadi di bulan Januari yaitu 3,8 jam

dan 13,9 MJ/m2/hari.

Pengaruh radiasi matahari terhadap evapotranspirasi adalah melalui proses fotsintetis.

Dalam mengatur hidupnya, tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem

akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan

meningkatnya jumlah radiasi matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh angin

terhadap evapotranspirasi adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari

pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula laju evapotranspirasi yang

dapat terjadi (Asdak, 2014). Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus dimana laju

evapotranspirasi terbesar terjadi, nilai kecepatan anginnya pun besar. Namun pada bulan

Januari, dimana nilai evapotranspirasinya terkecil, nilai kecepatan anginnya sama dengan nilai

kecepatan angin pada bulan Agustus.

Evapotranspirasi aktual (ETc) dipengaruhi oleh faktor fisiologis tanaman dan unsur

tanah (Asdak, 2014). Dengan demikian evapotranspirasi aktual juga dikenal dengan

evapotranspirasi tanaman. Nilai koefisien tanaman dibutuhkan untuk mendapatkan nilai ETc.

Nilai koefisien tanaman bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman tersebut. Fase

pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 4 (empat) fase yaitu fase initial (awal pertumbuhan),

(9)

penelitian budidaya anggrek ini digunakan data sekunder koefisien tanaman dari vanilla. Hal

ini disebabkan karena belum ditemukan data sekunder koefisien tanaman untuk tanaman

anggrek, sedangkan untuk memperoleh data koefisien tanaman anggrek secara primer

membutuhkan waktu yang relatif lama dan penelitian lainnya. Data sekunder koefisien

tanaman vanilla digunakan atas dasar bahwa tanaman anggrek dan vanilla memiliki kesamaan

klasifikasi ilmiah pada tingkat famili yaituorchidaceae.

Berdasarkan informasi dari petani, para petani anggrek Vanda douglas di Gapoktan

Parakan Jaya selalu menanam anggrek dari mulai bibit hasil stekan dari tanaman induknya.

Bibit tanaman anggrekVanda douglas ini kemudian ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

Tanaman anggrek Vanda douglas akan menghasilkan bunga pertama setelah 7 atau 8 bulan

masa tanam, selanjutkan akan berbunga lagi setiap 2 bulan dari bunga terakhir tumbuh dan

dipotong. Selama satu tahun, tanaman anggrekVanda douglasakan berbunga selama 6 (enam)

kali. Masa hidup tanaman anggrekVanda douglastidak terbatas, dan setelah berumur 2,5 atau

3 tahun, tanaman anggrek tersebut sudah dapat menghasilkan bibit dengan melakukan

penyetekan. Bibit yang di stek dapat ditanam kembali dan menghasilkan bunga pertama

setelah 7 atau 8 bulan kemudian, demikian pula pohon yang telah distek dapat menghasilkan

bunga kembali setelah 7 atau 8 bulan kemudian. Budidaya anggrek Vanda douglas pada

penelitian ini dibatasi mulai dari penanaman bibit tanaman anggrek hingga usia 3 tahun

dimana tanaman anggrek sudah dapat distek untuk menghasilkan bibit tanaman baru.

Menurut informasi dari petani, penanaman bibit anggrek yang terkahir dilakukan pada

pertengahan bulan Juli 2015. Pada penelitian ini, perhitungan CWR (Crop Water

Requirement) dihitung sebanyak 15 kali dengan menggunakan metode CROPWAT 8.0.

Perhitungan CWR didasarkan pada setiap panen yang akan dilakukan oleh petani selama masa

3 tahun tanam. Perhitungan CWR pertama dihitung mulai dari tanggal 15 Juli 2015 yaitu pada

awal bibit ditanam hingga 9 Februari 2016 dimana panen bunga anggrek pertama kali

dilakukan. Kemudian perhitungan CWR dilanjutkan dengan panen ke-2 dan selanjutnya

hingga panen ke-15 dengan jarak 60 hari antara panennya.

Dari hasil perhitungan CROPWAT 8.0, evapotranspirasi aktual (ETc), ETg dan ETb Budidaya Anggrek Vanda douglas selama 3 tahun penanaman menunjukkan nilai ETb pada bulan November hingga bulan Februari adalah nol. Angka tersebut menunjukkan bahwa

selama bulan November dan Februari, kebutuhan air tanaman telah tercukupi oleh curah hujan

dan tidak membutuhkan penyiraman. Pada bulan Maret, curah hujan kurang mencukupi untuk

(10)

April hingga bulan Juli, nilai ETb juga kembali nol, hal ini menunjukkan bahwa pada bulan tersebut kebutuhan air tanaman juga telah terpenuhi oleh curah hujan dan hanya sedikit

dibutuhkan penyiraman pada bulan Juli. Dengan demikian dari hasil perhitungan CROPWAT

8.0, kebutuhan air tanaman anggrek Vanda douglas selama kurang lebih 8 (delapan) bulan

dapat dipenuhi oleh curah hujan dan tidak diperlukan penyiraman kembali. Hal tersebut sesuai

dengan pengalaman petani anggrek di Gapoktan Parakan Jaya bahwa pada musim-musim

hujan mereka tidak melakukan penyiraman. Penyiraman hanya dilakukan pada musim

kemarau dimana tidak turun hujan sama sekali.

2. NilaiGreendanBlue Water Footprint

Untuk menghitung Nilai WFproses,green dan WFproses,blue dibutuhkan data hasil panen per

satuan luas lahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani anggrek, diketahui bahwa hasil

panen untuk setiap 1000 m2 lahan budidaya anggrek dihasilkan 15 ikat anggrek potong yang berisi 100 tangkai untuk setiap ikatnya dengan berat 3 (tiga) kilogram. Setelah dihitung, untuk

satu hektar lahan budidaya anggrek dihasilkan panen berupa anggrek potong sebanyak 52,2

ton selama 3 (tiga) tahun masa budidaya anggrek. Nilai green dan blue water footprint

budidaya anggrekVanda douglasdapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai komponen green dan blue water footprint tanaman budidaya anggrek

Vanda douglas ∑ࡱࢀࢍ࢘ࢋࢋ࢔

(mm)

∑ࡱࢀ࢈࢒࢛ࢋ

(mm)

∑࡯ࢃࢁࢍ࢘ࢋࢋ࢔

(m3/ha)

∑࡯ࢃࢁ࢈࢒࢛ࢋ

(m3/ha)

∑ࢅ

(ton/ha)

ࢃࡲ࢖࢘࢕࢙ࢋ࢙,ࢍ࢘ࢋࢋ࢔

(m3/ton)

ࢃࡲ࢖࢘࢕࢙ࢋ࢙,࢈࢒࢛ࢋ

(m3/ton)

3596,8 617,3 35988 6173 52,2 689,04 118,26

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai green water footprint budidaya anggrek Vanda

douglas di lahan budidaya Gapoktan Parakan Jaya sebesar 689,04 m3/ton. Nilai green water footprinttersebut menunjukkan penggunaan air hujan pada budidaya anggrek. Sedangkan nilai

blue water footprint yang menunjukkan jumlah air irigasi yang dibutuhkan adalah sebesar

118,26 m3/ton. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa, pada budidaya anggrek Vanda douglasdi daerah penelitian sebagian besar dipenuhi oleh air hujan dan sebagian kecil lainnya

dipenuhi oleh air irigasi saat air hujan tidak mencukupi.

Anggek Vanda douglas tergolong anggrek yang tahan terhadap kondisi kering karena

anggrek Vanda douglas memiliki daun berbentuk pensil. Struktur batang yang ramping

(11)

silndris. Bentuk daun yang silindris befungsi menyimpan air pada musim kering. Demikian

pula sistem perakaran anggrek Vanda. Anggrek Vanda pada umumnya memiliki perakaran

yang tebal dan berdaging yang berguna untuk menyimpan air sebagai cadangan pada saat

menghadapi keadaan kering. Dengan demikian, anggrek Vanda secara alami dapat bertahan

pada musim kemarau yang sangat panjang tanpa campur tangan manusia (Arifin dan

Sulistyantoro, 1990).

Kebutuhan air untuk budidaya anggrek diperoleh melalui air bawah tanah karena

wilayah Tangerang Selatan tidak dilewati oleh saluran irigasi. Meskipun letak lahan budidaya

anggrek Vanda douglas berada di tengah perkotaan dan peumahan penduduk, pada

kenyataannya belum menimbulkan konflik kebutuhan air di tengah masyarakat. Namun

demikian, para petani dianjurkan untuk menanam bibit tanaman pada musim hujan, karena

bibit tanaman yang baru ditanam cenderung membutuhkan air yang lebih banyak dibanding

tanaman yang sudah menghasilkan bunga secara rutin.

3. NilaiGrey Water Footprint

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, diperoleh informasi bahwa budidaya

anggrek Vanda douglas menggunakan pupuk dan pestisida dalam pemeliharaannya. Pupuk

yang digunakan berupa pupuk kandang, atonik dan Hyponek sedangkan pestisida yang

digunakan berupa rizotin dan curacron. Untuk 1000 m2 lahan budidaya pemakaian pupuk kandang sebanyak 250 karung, atonik sebanyak 500 ml dan Hyponex sebanyak 1 kg per tahun.

Untuk pengunaan rizotin sebayak 500 ml dan curacron sebanyak 250 ml per 1000 m2 lahan budidaya per tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 6 diperoleh nilai grey water footprint

yang berasal dari Hyponek sebesar 0,77 m3/ton sedangkan nilai grey water footprint yang disebabkan oleh penggunaan Atonik sebesar 0,0025 m3/ton. Dengan demikian nilaigrey water footprintbudidayaVanda douglasselama satu siklus budidaya (3 tahun) adalah berkisar antara

0,8 m3/ton.

Tabel 4. Perhitungan komponengrey water footprintselama penanaman

Jenis

Pupuk Parameter α

AR

(kg/ha)

࡯࢓ࢇ࢞

(mg/l)

࡯࢓ࢇ࢞

(kg/m3)

࡯࢔ࢇ࢚

(mg/l)

࡯࢔ࢇ࢚

(kg/m3)

WFgrey

(m3/ton)

Hyponex NO3 0,1 6 20 0,02 5,102 0,0051 0,77

(12)

Diantara produk pertanian yang telah diketahui nilai water footprint – nya, produk

pertanian yang memungkinkan untuk ditanam di Kota Tangerang Selatan antara lain adalah

beras, jagung, singkong, kedelai dan kacang tanah. Nilai water footprint untuk produk beras,

jagung, kedelai, dan kacang tanah jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai water

footprint anggrekVanda douglasyang bernilai total 808 m3/ton terdiri darigreen689 m3/ton,

bluem3/ton,dangreykurang dari 1 m3/ton. Jika dibandingkan berdasarkan nilaibluedangrey water footprint jagung dan singkong mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan anggrek

m3/ton Vanda douglas. Namun, untuk pemilihan suatu produk tanaman yang akan dibudidayakan pada suatu lahan, bukan hanya mempertimbangkan unsur lingkungan saja, tapi

nilai ekonomi yang dapat dihasilkan. Anggrek Vanda douglas memenuhi kriteria tanaman

budidaya yang memenuhi kedua syarat tersebut, yaitu tidak memberikan dampak buruk bagi

lingkungan akan tetapi dapat memberikan manfaat ekonomi yang makasimal bagi para pelaku

budidaya.

2. Analisis Usaha Budidaya Anggrek Vanda douglas

Berdasarkan informasi dan wawancara dari petani anggrekVanda douglas di Gapoktan

Parakan Jaya, untuk memulai usaha budidaya anggrek Vanda douglas dibutuhkan investasi

awal dengan jumlah rupiah yang cukup besar per 1000 m2lahan budidaya. Nilai investasi awal dalam jumlah besar yaitu untuk membeli bibi tanaman anggrek yang akan ditanam. Untuk

1000 m2lahan budidaya, dapat ditanam sebanyak 25.000 bibit tanaman anggrek dengan harga Rp. 5.000 per bibitnya sehingga mencapai angka RP. 125.000.000 untuk modal awal

pembelian bibit tanaman anggrek. Ditambah modal untuk pembelian media berupa bambu,

sabut kelapa dan paku untuk pembuatan tegakan bibit tanaman total Rp. 10.175.000. Jadi total

modal investasi awal usaha budidaya anggrek Vanda douglas mencapai Rp. 135.175.000.

Untuk biaya produksi meliputi pembelian pupuk, pestisida dan biaya listrik untuk penyiraman

tanaman sejumlah Rp. 2.825.000 per 1000 m2lahan budidaya per tahun (lihat Tabel 4.6). Modal awal untuk pembelian bibit tanaman anggrek Vanda douglas sepintas memang

terlihat besar, namun petani anggrek ini tidak perlu khawatir karena modal untuk pembelian

bibit tanaman hanya diperlukan pada awal usaha budidaya saja. Untuk pengembangan

budidaya selanjutnya tidak perlu membeli bibit tanaman kembali karena dalam jangka 2,5

tahun sampai 3 tahun, pembudidaya dapat memperbanyak bibit tanaman sendiri dengan cara

menstek tanaman induk yang sudah ada. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Kelompok Tani

(13)

tahun 1992. Pak Niman memulai usaha budidaya anggreknya hanya berbekal 5.000 bibit

tanaman anggrek yang dibelinya dengan harga Rp.3.000 pada saat itu. Hingga kini, Pak Niman

memiliki tanaman anggrek berjumlah kurang lebih 450.000 pohon di lahan budidayanya tanpa

membeli bibit tanaman anggrek lagi, tetapi beliau menambah tanaman budidayanya dengan

cara menstek tanaman anggrek yang sudah ada.

Hasil budidaya anggrek Vanda douglas dapat dinikmati oleh petani 8 bulan kemudian.

Dari 1000 m2 lahan budidayanya tersebut, petani dapat memanen bunga potong sebanyak 15 ikat tiap minggunya. Setiap ikat anggrek potong terdiri dari 100 batang anggrek potong. Harga

satu ikat anggrek potong rata-rata dihargai Rp. 75.000. Meskipun sebenarnya harganya dapat

bervariasi tergantung dari masa penjualan bunga anggrek. Pada bulan Agustus, biasanya harga

penjualan anggrek meningkat setiap ikatnya, bisa mencapai Rp. 100.000 hingga Rp. 125.0000,

karena pada perayaan Hari Kemerdekaan RI biasanya permintaan anggrek Vanda douglas

meningkat, demikian pula pada masa dimana banyak terjadi acara pernikahan, permintaan

anggrek pun menjadi meningkat. Harga terendah untuk bunga anggrek potong biasanya

dihargai untuk bunga anggrek potong yang dihasilkan dari panen pertama. Untuk hasil panen

pertama dihargai Rp. 50.000 per ikatnya, karena anggrek potong hasil panen pertama biasanya

hanya menghasilkan kuntum bunga sebanyak 3 kuntum per batangnya, sedangkan hasil panen

berikutnya per batang anggrek potong terdiri dari 5 hingga 8 kuntum bunga anggrek. Anggrek

Vanda douglasumumnya yang dimanfaatkan adalah kuntum bunganya.

Tabel 5. Perhitungan Nilai NPV Usaha Budidaya Anggrek Vanda douglas(per 1000 m2)

N

o Uraian

Tahun

1 2 3 4 5

1. Total Pemasukan/Tahun 22,500,000 54,000,000 179,000,000 22,500,000 54,000,000 2. Total Pengeluaran/Tahun

1. Investasi 135,175,000

2. Biaya produksi 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 Total 138,000,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000 2,825,000

3 Analisis Net Benefit

(115,500,000) 51,175,000 176,175,000 19,675,000 51,175,000

Discount factor(14%)

0.88 0.77 0.67 0.59 0.52

Net Present Value (NPV)

14% (101,315,789) 39,377,501 118,913,107 11,649,179 26,578,691

(14)

Dari hasil perhitungan total pemasukan dan total pengeluaran, diperoleh nilai NPV

sebesar 95.202.689 selama 5 (lima) tahun usaha budidaya anggrekVanda douglasper 1000 m2 lahan budidaya. Nilai NPV > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya tersebut layak untuk

dilanjutkan karena memberikan keuntungan. Menurut informasi dari pedagang pasar bunga

Rawa Belong, permintaan anggrek Vanda douglas masih sangat tinggi. Pasar bunga Rawa

Belong saat ini menjadi tujuan utama penjualan dari anggrek potong Vanda douglasproduksi

Tangerang Selatan. Para petani tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penjualan karena

hasil panennya secara rutin diambil oleh pedagang pasar bunga Rawa Belong setiap

minggunya. Produksi anggrek potong dari Kota Tangerang Selatan baru bisa memenuhi 60%

dari permintaan pasar di Rawa Belong. Selain anggrek potong, petani anggrekVanda douglas

juga menjual bibit tanaman anggrek dengan harga Rp. 5000 sd Rp. 7.500.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dan mengacu pada pertanyaan penelitian yang

ditetapkan, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah :

1. Nilaiwater footprintbudidaya anggrekVanda douglasdi Kota Tangerang Selatan adalah

sebagai berikut : nilai green water fottprint sebesar 689,04 m3/ton, nilai blue water footprintsebesar 118,26 m3/ton dan nilaigrey water footprintadalah sebesar 0,8 m3/ton. 2. Hasil analisis ekonomi budidaya anggrek Vanda douglas menghasilkan nilai NPV > 1.

Dengan demikian budidaya anggrek Vanda douglas merupakan budidaya yang

menguntungkan secara ekonomi. Budidaya anggrek Vanda douglas juga tergolong

budidaya yang ramah lingkungan karena penggunaan air untuk budidaya berdasarkan

perhitungangreen water footprintdanblue water footprintmenunjukkan bahwa sebagian

besar kebutuhan airnya tercukupi oleh air hujan.

b. Saran

1. Pada penelitian ini digunakan data sekunder tanaman vaneli dan bunga matahari untuk

perhitungan evapotranspirasi potensial dan aktual tanaman anggrek pada metode

CROPWAT 8.0 karena belum adanya data sekunder tanaman anggrek. Oleh karena itu

diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat digunakan data sekunder tanaman anggrek

(15)

2. Meskipun tanaman anggrek Vanda terbukti sangat tahan terhadap cuaca kering, namun

sebagai budidaya tanaman anggrek dengan tujuan menghasilkan bunga potong, perlu

diperhatikan dan dipertahankan kondisi-kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bunga

dengan baik sehingga dihasilkan panen yang optimal.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana cara yang efisien untuk

meningkatkan hasil panen anggrek Vanda douglas. Karena semakin besar hasil panen

maka nilaiwater footprintakan semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.S., dan B. Sulistyantoro. 1990. Anggrek Vanda. Penebar Swadaya. Seri Pertanian – CV/304/89. Jakarta.

Bappeda Kota Tangerang Selatan. 2014. Profil Kota Tangerang Selatan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hoekstra, A.Y. 2008., The water footprint of food, In: F örare, J. (ed.) Water for food, The Swedish Research Council for Environment, Agricultural Sciences and Spatial Planning (Formas).Stockholm, Sweden, pp. 49-60. http://www.waterfootprint.org.

Hoekstra, A.Y. 2008. Water scarcity and international trade: The need to extend the scope of

water resources management, In: C. Bastian et al., Wasser − Konfliktstoff des 21.

Jahrhunderts, Universitätsverlag Winter, Heidelberg, pp. 121-141. http://www.waterfootprint.org.

Hoekstra, A.Y., and A.K. Chapagain. 2008. Globalization of Water. Sharing the Planet’s Freshwater Reources. Australia.https://books.google.co.id.

Hoekstra, A. Y., A. K. Chapagain, M. M. Aldaya, and M. M. Mekonnen. 2009. Water Footprint Manual State of the Art 2009. The Netherlands. http://www.waterfootprint.org.

Hoekstra, A.Y., A.K. Chapagain, M.M. Aldaya and M.M. Mekonnen. 2011. Water Footprint Assessment Manual Setting the Global Standard.Water Footprint Network.

Hoekstra, A.Y. 2013. The Water footprint of Modern Consumer Society. Routledge. https://books.google.co.id.

Rahman, D.F. dan Juraemi. 2008. ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA ANGGREK DENDROBIUM (Studi Kasus di UPTD Balai Benih Induk Hortikultura Loa Janan).

Gambar

Tabel 1.Operasional Variabel dalam Penelitian
Tabel 2Kondisi klimatik, laju evapotranspirasi potensial (ETo) dan curah hujanefektif di lokasi penelitian
Tabel 3 Nilai komponen green dan blue water footprint tanaman budidaya anggrek
Tabel 4. Perhitungan komponen grey water footprint selama penanaman
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengingkatkan hasil belajar siswa dengan menggunaan pendekatan pembelajaran drill dan bermain tentang konsep servis atas permainan bola volly

Dengan banyaknya fasilitas dan besarnya reputasi Pangeran beach hotel, serta ketatnya persaingan pada bisnis perhotelan di kota Padang, maka pihak manajemen haruslah mempersiapkan

Gratitude and happiness : development of a measure of gratitude, and relationships with subjective well-being.

Penelitian ini adalah penelitian explanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antar variabel penelitian yaitu variabel independen yang dalam

Pada keadaan tertentu bila alat yang akan dibeli tidak dapat diuji coba (alat-alat tertentu) maka keputusan pembelian diserahkan kepada Tim Pengadaan. Kepala Bagian Inventory

 User instansi diizinkan melakukan import berulang kali pada hari yang sama, Namun data yang akan masuk dalam aplikasi kemudian diverifikasi adalah data yang diimport

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan tentang kanker payudara dengan sikap SADARI pada wanita usia 20-39 tahun di dusun Pucanganom kecamatan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)