• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA CARA BERSUCI DARI NAJIS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN PAMARUNAN 1 TAHUN PELAJARAN 2022/2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA CARA BERSUCI DARI NAJIS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN PAMARUNAN 1 TAHUN PELAJARAN 2022/2023"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA CARA BERSUCI DARI NAJIS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN PAMARUNAN 1 TAHUN PELAJARAN

2022/2023

Masliana

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : masliana0484@gmail.com

ABSTRAK

Tidak tercapainya ketuntasan hasil belajar aspek keterampilan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.14 memahami tata cara bersuci dari hadats kecil dan hadast besar sesuai ketentuan syariat islam , materi tata cara bersuci dari najis pada siswa kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau menjadi latar belakang dilakukan penelitian ini. Adapun metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas agar berlangsung lebih menarik dan tidak membosankan adalah metode pembelajaran demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan Tindakan; 3) Observasi; dan 4) Refleksi.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktifitas pendidik, lembar observasi peserta didik, dan lembar tes hasil belajar peserta didik aspek keterampilan. Penelitin ini kemudian menghasilkan simpulan antara lain : 1) Aktifitas pendidik berhasil dengan kategori sangat baik; 2) Aktifitas peserta didik sudah terlaksana dengan baik sehingga secara rata-rata mencapai kategori sangat aktif; 3) Hasil belajar peserta didik aspek keterampilan diperoleh nilai rata-rata melebihi nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa siswa kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau telah tuntas dalam mata pelajaran PAI dan BP.

Kata Kunci : Peningkatan Keterampilan,Tata Cara Bersuci Dari Najis,Metode Demonstrasi.

PENDAHULUAN

Pada era ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menjadi tantangan bagi manusia untuk selalu berpikir kreatif dan kritis. Manusia menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini memerlukan adanya

(2)

berbagai inovasi. Berbagai inovasi tersebut ditujukan agar kehidupan masyarakat tidak mengalami kemunduran bahkan ketertinggalan di berbagai bidang. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa akan dilihat dari tingkat kualitas sumber daya manusia.

Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti itu diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendidikan.

Jika individu mendapatkan pendidikan yang bermutu, maka individu akan dapat bersaing dengan individu yang lain dalam rangka menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah dasar dalam kurikulum 2013 mencakup berbagai macam pelajaran. Salah satunya yaitu muatan Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,memahami,mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al- Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,latihan, serta penggunaan pengalaman.(Ramayulis,2005:21)

Salah satu ajaran yang mendasar dalam pendidikan agama islam adalah tentang thaharah (bersuci) dari najis. Thaharah adalah menyucikan badan,pakaian serta tempat dari najis dan menyucikan diri dari hadas (Choeroni,2016:116).Untuk dapat melaksanakan bersuci dari najis dengan benar, maka peserta didik harus betul-betul dilatih secara terus menerus agar pengetahuan dan keterampilan bersuci dari najis dapat tertanam dan terbiasa dalam kehidupan peserta didik. Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat (Gordon,1999:55).Dengan demikian keterampilan thaharah (bersuci) dari najis adalah sebuah kemampuan yang mutlak dimiliki setiap pribadi muslim untuk dapat menyucikan diri, pakaian dan tempat dari najis dan hadas agar dapat beribadah dengan syah.

Pada pembelajaran PAI dan BP pada peserta didik kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau, ditemukan adanya ketidaktercapaian ketuntasan belajar aspek keterampilan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.14 memahami tata cara bersuci dari hadats kecil dan hadast besar sesuai ketentuan syariat islam materi tata cara bersuci dari najis. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya pemahaman peserta didik pada materi tata cara bersuci dari najis sehingga belum mampu mempraktikkan tata cara bersuci dari najis sesuai dengan ketentuan syariat islam,peserta didik belum menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, pembelajaran masih bersifat satu arah serta kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

(3)

Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru PAI dan BP. Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok (Sabri,2005:52). Pada aspek pembelajaran, penulis memandang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran di kelas agar berlangsung lebih menarik dan tidak membosankan serta mendorong meningkatnya hasil belajar aspek keterampilan materi tata cara bersuci dari najis adalah metode pembelajaran demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah,2006:91). Metode demontrasi sangat baik di terapkan pada anak kelas IV karena dengan metode ini proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan benar serta sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui aktivitas pendidik, aktivitas peserta didik, dan peningkatan hasil belajar aspek keterampilan peserta didik pada materi tata cara bersuci dari najis dengan metode demonstrasi pada peserta didik kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau Tahun Pelajaran 2022/2023. Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan keterampilan tata cara bersuci dari najis pada peserta didik kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu upaya pendidik atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan penelitian yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas (Elfanany,2013: 5)

Penelitian ini berusaha menyelidiki sejauh mana aktifitas pendidik, aktifitas peserta didik serta hasil belajar aspek keterampilan peserta didik pada materi tata cara bersuci dari najis dapat tercapai di SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau. Untuk dapat menjawab hal tersebut, maka subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 6 orang, yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan penulis adalah mulai tanggal 04 Desember sampai dengan tanggal 28 Desember 2022.

(4)

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin. Model ini terdiri atas empat komponen yaitu pertama perencanaan (planning), kedua tindakan ( acting), ketiga pengamatan (observing) dan keempat refleksi (reflecting) (Subhan,2013:39). Hasil dari refleksi ini kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan analisis, sehingga dapat diketahui keberhasilan dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan, dengan tujuan yang diharapkan (Rujakat,2018:147). Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula,jadi satu siklus adalah dari tahap penyusun rancangan sampai dengan refleksi (Arikunto, 2010:17 ). Jika ternyata yang dilakukan belum berhasil,maka dilakukan siklus selanjutnya sehingga mencapai hasil yang diharapkan.

Data penelitian ini diperoleh berdasarkan pengamatan observasi, melalui lembar observasi dari aktifitas pendidik, aktifitas peserta didik dan hasil belajar aspek keterampilan peserta didik. Penilaian aktifitas pendidik dalam pembelajaran dapat dipresentasikan dengan rumus :

Aktivitas pendidik diukur berdasarkan perolehan skor dengan teknik observasi. Dengan ketentuan setiap butir menggunakan skor terendah dan skor tertinggi, skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 4, kemudian untuk menentukan aktivitas pendidik terlaksana atau tidak dengan rumus sebagai berikut :

Skor Tertinggi (T) = 6 x 4 = 24 Skor Terendah (R) = 6 x 1 = 6 R = ST – SR = 24 – 6 = 18

Interval Kelas = R/N =18/4 = 4,5= 5 – 1 = 4 Dengan Kriteria penilaian sebagai berkut :

Rentang skor Keterangan

21– 24 Sangat Baik

16 – 20 Baik

11 – 15 Cukup Baik

6 – 10 Kurang Baik

Adapun penilaian aktifitas peserta didik diukur berdasarkan perolehan skor dengan teknik observasi. Dengan kualifikasi penilaian sebagai berikut :

Skor Tertinggi (T) = 6 x 4 = 24 Skor Terendah (R) = 6 x 1 = 6

Nilai rata-rata = (Jumlah skor)/(Skor total) x 100%

(5)

Interval Kelas = R/N = 18/4= 4,5 = 5 – 1 = 4 Dengan Kriteria penilaian sebagai berkut :

No Rentang skor Kategori

1 21– 24 Sangat Aktif

2 16 – 20 Aktif

3 11 – 15 Cukup Aktif

4 6 – 10 Kurang Aktif

Sedangkan untuk persentase aktivitas peserta didik secara klasikal di hitung menggunakan rumus:

Dengan Kriteria penilaian sebagai berkut :

Persentasi Kategori

82%-100% Sangat Aktif

63%-81% Aktif

44%-62% Cukup Aktif

25%-43% Kurang Aktif

Untuk penilaian hasil belajar aspek keterampilan tata cara bersuci dari najis melalui metode demonstrasi dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KBM yang telah ditentukan yaitu 70. Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila nilai perolehan siswa ≥ 70.

Ketuntasan hasil belajar aspek keterampilan secara Individual menggunakan rumus sebagai berikut :

Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal digunakan penghitungan rumus dengan ketentuan sebagai berikut :

HASIL PENELITIAN

Persentase = ∑A + SA / ∑Seluruh Siswa x 100%

Persentase =(Nilai diperoleh)/(Nilai Maksimal)×100%

P = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar ( nilai ≥ 70 ) x100%

Jumlah Seluruh

(6)

Aktifitas pendidik pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi pada siklus I dapat dikategorikan BAIK karena mendapat skor 18, sehingga persentase yang didapat untuk aktifitas pendidik adalah 75%. Untuk itu perlu dilakukan lagi pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum dilakukan secara efektif, karena adanya tahapan yang belum dilaksanakan guru secara maksimal. Walaupun demikian, data observasi yang ada pada tabel secara keseluruhan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar berlangsung secara lancar, kondusif dan antusias.

Aktifitas pendidik pada siklus II meningkat dengan memperoleh skor 23, sehingga persentase yang didapat adalah 96%. Ini menunjukkan aktifitas pendidik dalam pembelajaran dikategorikan “Sangat Baik”. Aktifitas pendidik pada siklus II ini dapat dikatakan telah berhasil, karena telah mencapai persentase 87,5% atau mendapat skor minimal 3 atau 4 pada setiap kegiatannya dan hal ini telah terpenuhi oleh pendidik.

Berdasarkan hasil observasi aktifitas pendidik dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa aktifitas pendidik mengalami perbaikan dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari lembar observasi pendidik yang menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Pada grafik diatas dapat dilihat perbandingan aktifitas pendidik pada siklus I dan siklus II dimana terlihat adanya peningkatan hasil perolehan aktifitas pendidik dari beberapa kali perbaikan. Keberhasilan tersebut dikarenakan guru sudah melaksanakan sintak secara lengkap.

Pada penilaian aktifitas peserta didik pada siklus I, diperoleh persentase klasikal sebesar 48% dengan kategori “cukup aktif”. Penilaian ini didapat dari 6 aspek pengamatan aktifitas peserta didik yang meliputi : Aspek aktivas peserta didik mengamati video yang ditampilkan pendidik,Aspek aktivitas peserta didik

75%

96%

0%

50%

100%

150%

Siklus I Siklus II

Kecenderungan Aktivitas Pendidik Secara Klasikal

Aktivitas Guru

(7)

, Aspek aktivitas peserta didik mengumpulkan data melalui aktivitas menjaring informasi terkait tentang rumusan masalah yang akan dipecahkan, Aspek aktivitas peserta didik berdiskusi mengenai hasil pengamatannya, Aspek aktivitas peserta didik membuat laporan berupa poster, video , grafik dll sesuai keahlian peserta didik, Aspek aktivitas peserta didik secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas serta memperagakan tata cara bersuci dari najis.

Pada siklus II pengamatan terhadap 6 aspek aktifitas peserta didik terjadi peningkatan, dimana diperoleh persentase klasikal sebesar 88%, dan dapat dikategorikan “sangat aktif”. Dilihat dari indikator keberhasilan dengan katagori Seluruh Peserta didik Aktif ( ≥82% ), sudah mencapai keaktifan yang berada pada katagori “Sangat aktif “( 88 % ), sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan.

Untuk hasil observasi aktifitas peserta didik juga mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Dilihat dari perbandingan aktifitas siswa pada setiap siklus , maka dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa mengalami peningkatan. Hal ini sebagai akibat dari guru dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

Dari hasil belajar peserta didik aspek keterampilan dapat dilihat bahwa 3 orang siswa masih mendapatkan nilai 50 dengan persentase 50%,2 orang siswa mendapat nilai 60 dengan persentase 33% dan 1 orang siswa yang mendapat nilai 70 dengan persentase 17%. Jika dijumlahkan, maka terdapat 5 orang siswa atau 83%, belum mencapai ketuntasan, artinya pembelajaran harus diulang sekali lagi. Maka tindakan kelas akan dilanjutkan dengan pertemuan siklus II.

Pada siklus II, hasil tes belajar aspek keterampilan terlihat bahwa 1 orang siswa mendapat nilai 80 dengan persentase 17%, 2 orang siswa mendapat nilai 90 dengan persentase 33% dan 3 orang siswa mendapat nilai 100 dengan persentase 50%. Rata-rata nilai hasil belajar aspek keterampilan siklus II ini

48%

88%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Siklus I Siklus II

Kecenderungan Aktivitas Peserta Didik Secara Klasikal

Aktivitas Siswa

(8)

adalah 96, ini berarti siswa telah tuntas dalam pembelajaran dengan materi tata cara bersuci dari najis dan tidak diperlukan lagi tindakan siklus berikutnya.

Dalam hal hasil tes belajar aspek keterampilan juga mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Keberhasilan peningkatan keterampilan tata cara bersuci dari najis dibuktikan dengan grafik hubungan aktifitas pendidik,aktifitas peserta didik dan hasil belajar aspek keterampilan peserta didik sebagai berikut :

Dengan demikian, hipotesis awal dari penelitian tindakan kelas ini yang berbunyi penggunaan Metode Demontrasi dapat meningkatkan keterampilan siswa pada materi tata cara bersuci dari najis pada Kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau dapat diterima.

KESIMPULAN

17%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Siklus I Siklus II

Hasil Belajar Aspek Keterampilan

Hasil Keterampilan

75%

96%

48%

88%

17%

100%

0%

50%

100%

150%

Siklus I Siklus II

Kecenderungan Aktivitas Pendidik, Aktivitas Peserta Didik, dan Hasil

Belajar Aspek Keterampilan

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Hasil Keterampilan

(9)

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Aktivitas pendidik dalam peningkatan keterampilan tata cara bercusi dari najis pada kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau dapat terlaksana dengan baik pada setiap pertemuannya. Pada siklus I diperoleh tingkat ketercapaian aktifitas pendidik sebesar 75% dengan kategori “baik”. Di siklus II terjadi peningkatan aktifitas pendidik, diperoleh tingkat ketercapaian sebesar 96%

dengan kategori “sangat baik” dan sudah terlaksana sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan peneliti.

Aktivitas peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran peningkatan keterampilan tata cara bercusi dari najis pada kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau dapat berjalan dengan baik pada setiap pertemuannya. Pada siklus I diperoleh tingkat ketercapaian aktifitas peserta didik sebesar 48% dengan kategori “cukup aktif”. Di siklus II terjadi peningkatan aktifitas peserta didik, diperoleh tingkat ketercapaian sebesar 88% dengan kategori “sangat aktif” dan telah mampu mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti

Hasil belajar aspek keterampilan tata cara bercusi dari najis pada kelas IV SDN Pamarunan 1 Pulang Pisau mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dan telah mampu mencapai indikator ketuntasan yang telah ditetapkan peneliti,baik secara individual maupun klasikal. Pada siklus I diperoleh tingkat ketercapaian : 17% dengan kriteria “tuntas” dan 83 % dengan kriteria “tidak tuntas” dengan nilai rata-rata 60. Di siklus II tingkat ketercapaiannya meningkat menjadi 100% dengan kriteria “tuntas” dan 0% dengan kriteria “tidak tuntas”, dengan nilai rata-rata 96.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2010.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara.

Choeroni,dkk.2016.Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.Semarang:PT Gelora Aksara Pratama.

Djamarah,Syaiful Bahri,dkk.2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Elfanany,Burhan.2013.Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta:Araska

Gordon,Davis.1999.Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen.Jakarta:PT Pustaka Binaman Presindo.

Ramayulis.2005.Metodologi Pendidikan Agama Islam.Jakarta:Kalam Mulia.

Rujakat,Ajat.2018. Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta:Deepublish.

Sabri,Ahmad.2005.Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching.Ciputat:Quantum Teaching.

Subhan,Fauzi.2013. Penelitian Tindakan Kelas.Sidoarjo:Qithos Digital Press.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

 Menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang contoh tata cara bersuci dari hadats kecil dan hadats besar secara individual atau kelompok.  Mempraktikkan/mensimula sikan

pengumuman calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus di Institut Seni Indonesia.. Padangpaniang jalur SNMPTN tahun 2018, dengan ini diumumkan Uang

Melalui obesrvasi peserta didik dapat menunjukkan perilaku bersih sebagai implementasi dari pemahaman tata cara bersuci dari hadas kecil (tayamum) dengan baik dan

Bapak Albertus Magnus Madyana, Ir.,MS., selaku Dosen Pembimbing kesatu yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan yang diberikan selama masa penyusunan skripsi ini serta

Pengembangan Media Pembelajaran Mobile Learning Berbasis Android Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X APHP SMKN 1 Kuningan Pada Kompetensi Menganalisis Kerusakan

Demikianlah hal ini kami sampaikan untuk menjadi maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima

pada 3D Studio Max untuk dapat mengekspor scene (tampilan) tiga dimensi yang terdapat dalam bentuk max menjadi w3d agar dapat digunakan pada aplikasi multimedia

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran Buku Saku Fusion Food sebagai sumber belajar di SMK, (2) mengetahui penilaian ahli materi dan ahli