• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI LARANGAN BERZINA MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS X IPA 1 MATERI LARANGAN BERBUAT ZINA PADA SMAN 1 PAKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI LARANGAN BERZINA MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS X IPA 1 MATERI LARANGAN BERBUAT ZINA PADA SMAN 1 PAKU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI LARANGAN BERZINA MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS X IPA 1

MATERI LARANGAN BERBUAT ZINA PADA SMAN 1 PAKU

SABARIYANTI SMAN 1 PAKU

Penddikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : sabariyanti26@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan pemahaman materi siswa pada materi larangan berbuat zina pada kelas X IPA 1 di SMAN 1 Paku. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan penelitian deskriftif dengan sumber data dari penelitian ini adalah subjek dan objek penelitian, subjek penelitian ini adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan objek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 di SMAN 1 Paku, metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan presentase. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Hasil belajar siswa terbukti mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman materi siswa pada materi larangan berbuat zina pada kelas X IPA 1 di SMAN 1 Paku dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman pada materi larangan berbuat zina siswa pada siklus II mengalami Peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 100% dari sebelumnya pada siklus 1 hanya 67%. Maka, dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut,” Terdapat peningkatan pemahaman siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi larangan berbuat zina pada kelas X IPA1 SMAN 1 Paku”.

Kata Kunci : Model pembelajaran Problem Based Learning; pemahaman siswa, larangan berbuat zina

(2)

403 PENDAHULUAN

Guru selaku orang yang paling bertanggung jawab di dalam pendidikan formal di sekolah, seharusnya selalu aktif dan kreatif dalam berusaha menngkatkan pemahaman sswa pada mater yang dajarkan. Saat ini sudah banyak model dan metode pembelajaran yang bsa dgunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk memudahkan guru menyampakan mater ajar kepada peserta didik. Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk bisa sabar dan mempunyai sikap terbuka disamping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai.

Kemampuan mengembangkan model pembelajaran, seorang guru harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

Materi yang dipilih merupakan materinya yang dikerjakan secara berdiskusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran Problem Based Learning ini merupakan inovasi dalam pembelajaran, hal ini karena dalam penerapannya kemampuan berpikir siswa dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Sedangkan strateg pembelajaran yang di pilih adalah card short agar proses pembelajaran tidak terkesan kaku dan monoton. Namun, data di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai pengetahuan siswa dalam materi kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa untuk menganalisis permasalahan yang dekat dengan kehidupan mereka sehari- hari.

Kemampuan menganalisis sangat dibutuhkan dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Kemampuan menganalisis ini dapat digunakan untuk mengembangkan materi larangan berbuat zina yang disajikan agar lebih bermakna sehingga siswa dengan mudah untuk memahami materi. Kurangnya kemampuan menganalisis ini menyebabkan minat belajar siswa berkurang.

Kemampuan menganalisis dapat ditingkatkan dengan suatu proses pembelajaran yang mengaitkan materi dengan dunia nyata atau permasalahan yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu

(3)

dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran yang ada.

Peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian ini dan didapatkan permasalahan yang dihadapi pada proses pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Paku. Permasalahan yang didapatkan dari hasil observasi, yaitu guru pasif dalam pembelajaran, kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, siswa kurang aktif menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan masih rendahnya penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Peneliti menganalisis penyebab hasil belajar kurang sesuai dengan harapan, yaitu yang pertama akibat pemilihan model belajar belum mampu mengaktifkan siswa dan membuat hasil belajar siswa sesuai dengan harapan. Siswa masih pasif dalam pembelajaran dan terkesan malas untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Yang kedua, kurangnya pemahaman siswa terkait materi yang disampaikan guru.

Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama antarsiswa serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman Materi Larangan Berzina Model Problem Based Learning Kelas X IPA 1 Materi Larangan Berbuat Zina Pada SMAN 1 Paku”.

(4)

405 METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama “ (Arikunto, dkk, 2019 : 3). Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena menggambarkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan dan hasil belajar yang dicapai. Guru sebagai peneliti dan penanggung jawab penuh penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Tempat pelaksanaan PTK ini di SMAN 1 Paku. Waktu pelaksanaan PTK ini pada bulan Desember 2022. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X jurusan IPA 1 SMAN 1 Paku, T.A. 2022/2023. Data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer yakni data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian yaitu siswa kelas X IPA 1 SMAN 1 Paku. Adapun penjabaran data dan sumber data penelitian ini yaitu:

No. Aspek yang diamati Sumber Data Instrumen Keterangan 1 Pembelajaran model

Problem Based Learning (PBL)

Guru Sisw a

RPP Lembar observa si

Selama kegiata n

pembelajaran 2 Hasil belajar siswa Guru Hasil

Penilaian Kognitif

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara observasi, tes, dan dokumentasi. Adapun tahap penelitian dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini sebagai berikut:

(5)

Gambar: Alur Penelitian Tindakan Kelas oleh Kemmis dan Mc.

Taggart

(6)

407 Alur penelitian pada PTK sebagai berikut:

1. Perencanaan, pada tahap ini peneliti menyusun RPP, lembar observasi, LKPD dan menyiapkan persoalan yang akan diangkat dalam diskusi.

2. Tindakan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya menerapkan serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1, 2 dimana masing- masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan pemahaman materi siswa pada materi larangan berbuat zina pada kelas X IPA 1 di SMAN 1 Paku. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi card short dalam proses belajar mengajarnya untuk mengukur pemahaman siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi larangan berbuat zina. Setelah peneliti melihat hasil dari pratindakan pada terdapat banyak siswa yang tidak tuntas, siswa pasif, dan guru kurang interaktif..

Sedangkan, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siklus 1, secara umum pembelajaran dapat dikatakan berjalan dengan baik walaupun belum optimal. Masih memerlukan perbaikan pada hal- hal berikut: guru telah cukup berhasil membuat rancangan pembelajaran dengan penilaian dari observer dengan kategori ‘baik’.

(7)

Gambar: Penerapan Model Pembelajaran Problem Basic Learning (PBL) materi larangan zina, terlihat siswa aktif berdiskusi memecahkan masalah bersama dan guru semakin interaktif Akan tetapi, peneliti masih melihat siklus 1 ini masih memerlukan perbaikan hal- hal berikut ini: bahan pembelajaran harus tersusun secara sistematis, guru harus lebih atraktif di dalam kelas sehingga diskusi di kelas menjadi lebih menarik, guru juga harus memotivasi siswa untuk berani berbicara di dalam kelas untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga penerapan metode debat bisa dipraktikkan dengan maksimal. Guru kurang memberikan penguatan pada saat peserta didik menjawab atau melakukan

hal baik dalam pembelajaran. Dalam kegiatan akhir, guru bersama peserta didik sudah membuat kesimpulan dan melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran, dengan peserta didik menjawab latihan soal yang ada pada LKPD yang sudah dibagikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi hasil belajar peserta didik pada materi menjauhi pergaulan bebas dan larangan perbuat zina diketahui bahwa 67% siswa sudah dikatakan tuntas yaitu sejumlah 8 orang siswa dan 33% siswa dinyatakan belum tuntas yaitu sekitar 4 orang. Semua yang dirasa kurang pada siklus I diperbaiki pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran siklus II.

Oleh karena itu, guru sebagai peneliti memutuskan dalam rangka meningkatan prestasi hasil belajar siswa, guru melakukan pembelajaran lagi menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Karena dengan memberikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) secara berulang - ulang, dengan sendirinya siswa akan menguasainya. Bahkan dengan terbiasanya mendiskusikan materi yang diberikan siswa-siswi akan lebih mudah memahaminya dan juga terbiasa dengan tes yang diberikan oleh guru.

Siklus II dilaksanakan pada hari berisi kegiatan pembelajaran dengan materi menjauhi pergaulan bebas dan larangan berbuat zina dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media pembelajaran card short.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada siklus I, maka pada siklus II ini guru harus menitikberatkan pada kegiatan inti pembelajaran dengan

(8)

409 memaksimalkan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning yang lebih menarik bagi peserta didik. Pembelajaran siklus II ini dimulai dengan membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi diskusi siswa d beri kebebasan untuk mengidentfkasi masalah yang lebih dekat dengan kehidupan mereka dan di aplikasikan dalam bentuk card short. Untuk LKPD yang dibuat guru harus lebih beragam dan memperhatikan unsur HOTS. Pada siklus II persentasi ketuntasan meningkat menjadi 100% termasuk dalam kategori baik dan sangat baik.

Tabel : Distribusi pemahaman materi siswa bidang kognitif Siklus 1 No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 93 – 100 0 0 %

2 83 – 93 2 17 %

3 76 – 82 6 50 %

4 < 75 4 33 %

Tabel: Distribusi pemahaman materi siswa bidang kognitif Siklus 2

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 93 – 100 1 0 %

2 83 – 93 4 20 %

3 76 – 82 7 70 %

4 < 75 0 0 %

Berdasarkan hasil belajar dari dua siklus diatas maka prosentase hasil belajar kelas X IPA 1 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam materi berbuat zina dapat digambarkan pada grafik di bawah ini :

(9)

Gambar : Grafik Prosentase Ketuntasan hasil belajar siklus 1 dan siklus 2 Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran PAI memahami materi larangan berbuat zina membuat pembelajaran PAI menjadi lebih bermakna, menyenangkan, dan memunculkan keaktifan peserta didik melalui proses bekerjasama, berpikir dan diskusi. Hal ini sesuai dengan Margetson dalam Rusman (2010) mengatakan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif, serta memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding model lain.

Bila ditinjau dari hasil observasi, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran PAI memahami materi larangan berzina melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase ketuntasan 67%. Pada siklus II persentasi ketuntasan meningkat menjadi 100% termasuk dalam kategori baik dan sangat baik sehingga bisa dikatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat maningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian skripsi yang dilakukan oleh Agista dan penelitian yang dilakukan oleh Ermanelis.

67%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Grafik Prosentase Ketuntasan

Siklus 1 Dan Siklus 2

(10)

411 KESIMPULAN

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa PAI merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Tentunya vselain untuk menambah ilmu pengetahuan juga memberikan pemahaman tentang larangan berbuat zina atau pergaulan bebas di kehidupan.

Materi ini sangat melekat pada kehidupan siswa. Akan tetapi, masih banyak siswa yang kurang paham dan tidak mengerti akan hal ini. Terbukti dari hasil pratindakan yang menunjukkan banyaknya siswa yang belum tuntas mencapai KKM. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa diperlukan adanya bimbingan dari guru. Model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 1 SMAN 1 Paku adalah Problem Based Learning (PBL) dengan strateg card short yang membuat siswa aktif, guru interaktif, dan materi mudah dipelajari karena adanya diskusi kelompok, serta tanya jawab ketika hasil diskusi dipresentasikan.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi larangan berzina pada kelas X IPA 1 SMAN 1 Paku.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Bumi Aksara. Ermanelis. 2016. Jurnal. Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Pengertian dan Penyebab Takabbur Dalam Mata Pelajaran PAI T.P.

2015/2016.

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/45 diakses tanggal 19 Mei 2022.

Helmiati (2012). Model Pembelajaran (PDF). Sleman: Aswaja Pressindo. ISBN 978- 602-18667-1-9.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT Rajawali.

Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(11)

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Nurfikriyani, Agista. Skripsi. Penerapan Model Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pernikahan dalam Islam kelas XII di SMK Negeri 2 Pandeglang. http://repository.uinbanten.ac.id/6097/.

Diakses tanggal 19 Mei 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Farid Harianto dan Siswanto Sudomo,1998, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, edisi pertama, BT Bursa Efek Jakarta, Jakarta.. Gujarati, d., &amp;

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak

Melalui observasi, peneliti melihat secara langsung bagaimana proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kenyataannya tanpa ada rekayasa, selanjutnya melalui

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan

Kegiatan yang dilakukan di sini di antaranya dengan melalukan kunjungan rumah bagi orang tua yang baru mempunyai anak untuk melakukan self assessment apakah mereka

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP