• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penggunaan Estafet Writing Melalui WAG untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Kelas IX SMP Negeri 4 Wates

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Penggunaan Estafet Writing Melalui WAG untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Kelas IX SMP Negeri 4 Wates"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

(JIPG)

Available online: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/jipg/index

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

DOI: 10.30738/jipg.vol4.no1.a13148

Penggunaan Estafet Writing melalui WAG untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Kelas IX SMP Negeri 4 Wates

Tri Warsiati

SMP Negeri 4 Wates, Yogyakarta, Indonesia E-mail: triwst73@gmail.com

*Corresponding Author

Received: 30 Agustus 2022; Revised: 31 Januari 2023; Accepted: 06 Februari 2022

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemanfaatan tulisan estafet melalui WhatsApp Groups (WAG) untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen. Subyek penelitian adalah siswa SMPN 4 Wates. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan analisis dokumentasi data menggunakan deskriptif kualitatif. Kedua, pemanfaatan tulisan estafet melalui WAG mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata keterampilan pada siklus I sebesar 65,31, dan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 80,63. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 15,32.

Nilai keterampilan siklus I sebesar 82,5, dan nilai rata-rata siklus II sebesar 86,25, sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan dari siklus I ke siklus II sebesar 3,75. Metode penulisan estafet melalui WAG mampu meningkatkan keterampilan menulis teks cerpen bagi siswa.

Kata Kunci: Cerpen, tulisan estafet, WhatsApp Group (WAG)

Using Relay Writing Through WAG to Improve Short Story Writing Skills for Class IX at SMP Negeri 4 Wates

Abstract: This research aims to determine and describe the utilization of estafet writing through WhatsApp Groups (WAG) to improve writing skills of short story for students. This research was conducted based on the existence of problems in learning to write short story. The research subjects were students in SMPN 4 Wates. The implementation of this research was divided into two cycles. The research data was obtained through observation and documentation analysis of this data used descriptive qualitative. Second, the utilization of estafet writing through WAG are able to improve students’ writing skills of short story. It can be seen from the average value of skill in the cycle I of 65.31, and the average value of the cycle II of 80.63. Thus, there is an increase of the average value from the cycle I to the cycle II of 15.32. The skill value of cycle I is 82.5, and the average value of cycle II is 86.25, so that there are an increase in the average skill value from the cycle I to the cycle II, 3.75. Estafet writing method through WAG are able to improve the writing skills of short story texts for students.

Keywords: Short story, estafet writing, WhatsApp Group (WAG)

How to Cite: Warsiati, T. (2023). Penggunaan Estafet Writing Melalui WAG untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Kelas IX SMP Negeri 4 Wates. Jurnal Ilmiah Profesi Guru (JIPG), 4(1), 8–22.

https://doi.org/10.30738/jipg.vol4.no1.a13148

(2)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Pendahuluan

Masa pandemi telah membawa perubahan dalam berbagai bidang, baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam dunia pendidikan. Biasanya pendidik dapat bertemu langsung dengan peserta didik. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan sehingga pendidik harus kreatif dan inovatif agar pembelajaran berlangsung menyenangkan dengan hasil yang optimal.

Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan dengan berbagai webinar dan pelatihan secara luring atau daring. Hal tersebut mengingat bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.

Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi diri agar memiliki keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis cerita pendek. Ketika siswa disuruh menulis cerita pendek sebagian mengeluh, kurang berminat, dan merespons negatif dengan alasan yang beraneka ragam. Alasan tersebut yang disampaikan peserta didik, antara lain tidak mempunyai ide yang ditulis, tidak bisa merangkai kata, tidak percaya diri, dan menganggap bahwa menulis cerita pendek itu kurang penting.

Padahal semua peserta didik mempunyai pengalaman, baik yang menyenangkan, mengharukan maupun menyedihkan dalam kehidupannya. Tanpa disadari mereka telah mengekspresikan pengalamannya tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Ada siswa yang menceritakan pengalamannya kepada orang lain, menulisnya dalam buku harian, dan ada pula yang biasa-biasa saja. Namun, dengan adanya pembelajaran menulis cerita pendek, siswa dapat menjadikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber inspirasi atau ide yang tidak akan pernah kering.

Di samping hal tersebut peserta didik juga memperoleh manfaat dari menulis cerita pendek yaitu terlatih mengungkapkan apa yang pernah dialaminya kepada orang lain sehingga terbiasa bersikap terbuka dan terarah. Apalagi kalau yang dialami dan dirasakannya hal yang menyedihkan tentu dapat mengurangi beban di hati dan pikiran sehingga siswa dapat menyeimbangkan cipta, rasa, dan karsanya sejak dini. Menurut Elman Boy menulis adalah salah satu solusi untuk menghilangkan rasa bosan. Kita bisa menggunakan media sosial, seperti twitter, instagram, facebook untuk menulis perasaan atau pikiran kita. Menulis bisa mengabadikan momentum yang kita alami (Agustin, dkk, 2020:37).

Apalagi untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0 peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Pemerintah mengharapkan para peserta didik mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan keterampilan tersebut.

Kompetensi itu meliputi berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovatif (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration), dan kepercayaan diri (confidence) (Ariyana, 2009:2).

Salah satu model pembelajaran yang sangat sesuai di masa pandemi ini adalah model estafet writing menggunakan WhatsApp Grup (WAG) kelompok. Model ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek karena peserta didik terlibat dalam proses mental untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Selain itu, pembelajaran terwujud dengan maksimal dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Peserta didik pun tetap memperhatikan protokol kesehatan karena kegiatan menulis cerita pendek tetap di rumah masing-masing. Hal ini sesuai pendapat yang menyatakan bahwa smartphone adalah alat komunikasi dengan teknologi canggih yang dilengkapi berbagai aplikasi media sosial modern.

(3)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Saat ini smartphone telah menjelma menjadi kebutuhan pokok peserta didik untuk pembelajaran jarak jauh secara online dengan akses internet selama pandemi (Islamy, 2021).

Pembelajaran yang ideal diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikis murid” (Ramdhani, 2012:16). Berkaitan dengan hal ini Rochmiyati dan Mukhlis juga mengemukakan bahwa guru harus menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dan mengutamakan pembentukan karakter siswa (Rochmiyati, 2020).

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi penggunaan estafet writing melalui WAG dalam menulis cerita pendek siswa kelas IX semester gasal Tahun Pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 4 Wates.

Metode

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Menurut Suharsimi Arikunto, dkk. (2008:57) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IXE SMP Negeri 4 Wates. Jumlah siswa ada 32 siswa terdiri dari siswa laki-laki 14 anak dan siswa perempuan ada 18 anak. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (dalam Susanto, 2012:14), yaitu antartindakan dan pengamatan berlangsung secara bersamaan. Perilaku-perilaku yang merefleksikan permasalahan dan tindakan yang terjadi secara simultan langsung diamati oleh peneliti sehingga antara tindakan dan pengamatan digabungkan, seperti yang tampak pada skema berikut.

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan dari tindakan-tindakan tersebut adalah (a) Pada fase Perencanaan peneliti menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana tindakan itu akan dilaksanakan; (b) Tindakan peneliti melaksananakan skenario pembelajaran yang telah disusun. Tindakan bersifat dinamis dan fleksibel yang dapat diubah sewaktu-waktu dalam proses pembelajaran ketika memerlukan suatu tindakan lain di WAG yang tidak terbayangkan sebelumnya. (3) Observasi, peneliti melakukan pengamatan pada

Keterangan :

Siklus I : 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II : 4. Revisi Rencana I

5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II

(4)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan, hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian tindakan kelas, terutama memberikan dasar bagi kegiatan refleksi. (4) Refleksi yang mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindak yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Dalam penelitian ini refleksi dilakukan bersama antarpeneliti dan kolaborator.

Pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini melalui kegiatan observasi, catatan lapangan, dan uji performansi melalui tes menulis cerita pendek. Untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran, baik pada awal maupun akhir pelajaran, digunakan teknik observasi dan catatan melalui jurnal ketika google meet. Adapun data tentang hasil atau produk pembelajaran, dilakukan uji performansi melalui tes menulis cerita pendek.

Untuk mendapatkan data dan hasil belajar menulis cerita pendek, peneliti membuat tes menulis untuk mendapatkan data berupa nilai dari hasil tes menulis siswa. Penilain menulis cerita pendek dengan penyekoran yang sebaiknya mempergunakan rubrik. Penilain lewat rubrik tersebut haruslah mencakup berbagai unsur pembangun cerita (Nurgiyantoro, 2011:

121-122). Berikut ini pedoman kriteria penilaian penulisan cerita pendek yang sudah dimodifikasi yang meliputi kelengkapan aspek formal cerita pendek, unsur intrinsik cerpen, keterpaduan unsur/struktur, dan kesesuaian penggunaan bahasa cerpen.

Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran yang terjadi di google meet dan WhatsApp grup. Pengamatan tersebut sesuai indikator yang terdapat pada pedoman observasi siswa belajar. Pada akhir proses pembelajaran, peneliti dan kolaborator memadukan dan menganalisis hasil pengamatan untuk mendeskripsikan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek. Yang menjadi sasaran observasi dalam PTK ini adalah proses (kesiapan siswa, interaksi siswa, keterampilan siswa, keterampilan siswa, kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil pembelajaran, dan dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan (Susanto, 2012: 53). Peneliti mendapatkan hasil nilai siswa dengan memberikan tes menulis, kemudian hasil tulisan siswa diberi nilai dengan melihat pedoman penilaian penulisan menulis cerita pendek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data keterampilan siswa dalam menulis.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisa data bertitik tolak pada usaha-usaha pengumpulan data yang bersifat performance dan hasil menulis dari siswa dalam hal ini selaku responden, yaitu untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis cerita pendek dengan estafet writing melalui WAG.

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan, baik proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa dalam menulis cerita pendek dengan metode estafet writing melalui WAG. Hal tersebut ditunjukkan dengan Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila lebih dari 70% nilai proses belajar siswa berkategori baik dan apabila lebih dari 75% siswa mencapai KKM (75), baik dalam nilai pengetahuan maupun keterampilan menulis cerita pendek.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, peneliti mengadakan pre test awal berkaitan dengan materi KD 3.4 menelaah struktur dan ciri kebahasaan teks cerita pendek yang bertujuan untuk

(5)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

mengetahui pengetahuan awal siswa kelas IXE SMP Negeri 4 Wates dalam menulis cerita pendek.

Hal-hal yang dinilai dalam tes awal atau pre test berkaitan dengan materi KD 3.4 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar. Materi tersebut meliputi kelengkapan aspek formal, unsur-unsur pembangun karya sastra, struktur, dan penggunaan bahasa. Soal berjumlah 20 dan berbentuk pilihan ganda dalam google form.

Setiap soal diberikan skor maksimal 5 sehingga total nilai maksimal 100 atau jumlah skor benar dikalikan 5 sehingga total nilai maksimal 100.

Tes pratindakan atau pre test dilaksanakan pada hari Rabu, 29 September 2021. Siswa mengerjakan soal dari rumah masing-masing karena masih masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tes pratindakan diikuti oleh 32 siswa. Jumlah skor yang diperoleh 365 dan jumlah skor ideal 640 sehingga daya serap kelas mencapai 57,03%. Berarti daya serap kelas masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Peserta didik yang mencapai ketuntasan berjumlah 3 orang dan 29 orang tidak tuntas (memperoleh nilai di bawah KKM). Prosentase banyaknya siswa yang telah tuntas (3/32 X 100) = 9,38 %. Dari hasil pratindakan ini dapat dikatakan bahwa keterampilan siswa kelas IXE di SMP Negeri 4 Wates dalam menulis cerita pendek masih berkategori kurang.

Hasil tindakan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari 2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu siklus I pertemuan ke-1 (satu) dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2021 dan Pertemuan ke-2 (dua) dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2021. Siklus ke-II, juga dilakukan 2 (dua) pertemuan yaitu pertemuan ke-1 dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2021, sedangkan pertemuan terakhir (pertemuan ke-2) dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2021.

Setiap siklus dan pertemuan dilaksanakan kegiatan perencanaan dengan (1) mengecek kembali RPP yang telah disusun ketika pembuatan proposal; (2) menentukan materi yang akan disampaikan kepada siswa; (3) menyiapkan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat pembelajaran; (4) mengecek keaktifan google meet, google classroom, dan WhatsApp Web di destop; (5) menyiapkan instrumen berupa power point, contoh cerita pendek, lembar pedoman pengamatan, dan lembar kerja siswa. (6) Pendidik mengupload materi di google classroom untuk mengantisipasi apabila ada siswa yang tidak bisa mengikuti google meet sehingga dapat mempelajari materi di classroom.

Pelaksanaan tindakan PTK yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2021, dimulai jam 07.00, dengan kegiatan sebagai berikut (1) Pelajaran diawali dengan salam dan berdoá, serta mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran; (2) Pendidik menyampaikan tujuan, motivasi, dan kebermanfaatan menulis cerita pendek dalam kehidupan sehari-hari. (3) Pendidik memberikan penjelasan materi berkaitan dengan struktur, aspek kebahasaan, dan langkah-langkah menulis cerita pendek dengan power point di google meet. (4) Pendidik menjelaskan secara sekilas cara menulis cerita pendek dengan model estafet writing melalui WhatsApps grup. (5) Peserta didik mengajukan pertanyaan, menjawab, dan berpendapat berkaitan dengan materi yang dijelaskan pendidik. (6) Pendidik membagi kelompok secara acak yang terdiri atas empat siswa; (7) Setiap kelompok membuat dalam grup WhatsApp; (8) Peserta didik memberikan nama kelompok dengan nama sastrawan idolanya. Berikut ini rincian nama kelompok yang dipilih oleh siswa: kelompok 1 Hamka, kelompok 2 Andrea Hirata, elompok 2 Andrea Hirata, kelompok 3 Sapardi Djoko Damono, kelompok 4 Tere Liye, kelompok 5 Arief Budiman, kelompok 6 Amir Hamzah, kelompok 7 Andrea Hirata, dan kelompok 8 Chairil Gibran.

(6)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Gambar 2. Daftar Kelompok WA Grup Menulis Cerpen Kelas 9E

(9)Setiap WAG yang sudah terbentuk memasukkan nomor WA guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas; (10) Salah satu peserta didik bertindak sebagai ketua kelompok. Kemudian, memimpin jalannya diskusi melalui chatt WA.

Pelaksanaan observasi menggunakan lembar observasi yaitu: pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, dan diskusi balikan. Observasi dilakukan oleh observer yaitu teman sejawat. (1) Lembar observasi siswa belajar; (2) Lembar observasi pengelolaan kelas dan guru mengajar (3) Refleksi.

Sebagian besar siswa dapat mengikuti google meet. Para siswa tampak bahagia dan penuh semangat mengikuti pembelajaran. Siswa mengikuti pelajaran dengan konsentrasi. Pada saat google meet berlangsung pada pertemuan 1 masih banyak siswa yang belum berani bertanya atau mengemukakan pendapat. Siswa terlihat malu-malu meskipun sudah dipersilakan berkali- kali apabila ada pertanyaan. Masih ada beberapa siswa yang tidak mengikuti google meet karena kehabisan kuota dan susah sinyal. Siswa yang terkendala susah sinyal tetap memiliki minat belajar yang tinggi terbukti selalu keluar masuk google meet. Meskipun pembelajaran jarak jauh, peserta didik tetap memperhatikan sopan santun. Hal ini diketahui lewat pesan melalui japri (jaringan pribadi) yaitu menyampaikan permohonan maaf tidak mengikuti google meet karena kuota paket internet habis atau susah sinyal.

Kejadian-kejadian dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk upaya inovasi pendidikan karakter yang dilakukan secara terintergrasi ke dalam semua mata pelajaran.

Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam subtansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran (Harini, 2018).

Setelah mendapatkan implementasi tindakan sebanyak dua siklus, praktik menulis cerita pendek kelas IXE semester gasal tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 4 Wates dengan

(7)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

menerapkan langkah-langkah estafet writing melalui WAG dengan menggunakan estafet writing melalui WAG menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 2 kali.

1. Pembahasan Siklus I, Pertemuan 1 dan 2

Hasil observasi terhadap proses siswa belajar melalui WhatsApp grup, google meeting diperoleh data sebagai berikut. Hasil observasi siswa belajar pada siklus I, pertemuan 1 dan ke 2 adalah sebagai berikut: pertemuan ke 1 diperoleh nilai 2,7 hal ini di bawah/kurang dari kriteria minimal yaitu 3. Pada pertemuan kedua diperoleh nilai di atas kriteria minimal yaitu diperoleh nilai 3,2.

Terjadi kenaikan skor 1 yaitu pada indikator kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran melalui google meet, antusias bertanya, menjawab, dan berpendapat melalui google meet, dan peserta didik berani menyampaikan gagasan dan perasaan dalam bentuk cerita pendek di WA grup. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syathariah (2011:42) yang menyatakan kegiatan menulis dengan menggunakan metode pembelajaran estafet writing membuat siswa aktif mengembangkan daya khayalnya, berimajinasi, dan langsung menghasilkan sebuah produk berupa cerpen. Produk yang dihasilkan adalah karya bersama. Keaktifan siswa dalam WA grup dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 3. Screenshot Keaktifan Siswa di Grup WA

Dari gambar 3 tersebut, dapat kita ketahui bahwa siswa sangat aktif dan antusias untuk menulis cerita pendek. Hal itu tampak pada dialog-dialog siswa di WA grup. Meskipun para peserta didik berdiskusi belum menggunakan bahasa yang resmi, guru tidak mempermasalahkan. Peserta didik berpendapat secara apa adanya, tetapi komunikatif. Hal yang penting siswa berusaha membangun rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat sehingga menghasilkan kerja sama yang baik dalam menulis cerita pendek dengan metode estafet writing. Metode estafet writing juga dapat membantu peserta didik menemukan ide. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa estafet writing is a triple that is able

(8)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

to arouse student motivation in finding ideas or theme of the story to be used as material in writing (Tanjung, 2020).

Pembelajaran menulis cerita pendek memberikan berbagai pengalaman. Kenyataan tersebut sesuai pendapat yang mengemukakan bahwa pembelajaran cerita pendek dalam kurikulum 2013 dibedakan atas pengetahuan dan keterampilan. Hal itu sesuai pendapat Rahmanto yang mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra setidaknya membantu siswa dalam empat aspek, yaitu membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak atau karakter (Nuryatin dan Retno, 2016:83).

Berdasarkan pendapat tersebut dan gambar 3 screenshoot keaktifan siswa di grup WA tersebut dapat diketahui bahwa menulis cerita pendek dengan estafet writing melalui grup WA dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, mengembangkan cipta dan rasa serta menunjang pembentukan karakter (percaya diri, bekerja sama, cermat, dan menghargai pendapat orang lain). Percaya diri dalam mengungkapkan ide dan gagasan, cermat dalam menyunting atau mengedit karya, bekerja sama dalam menulis cerita pendek secara berantai, dan menghargai karya teman dalam satu kelompok atau karya kelompok lain ketika saling membaca cerita pendek di grup Bahasa Indonesia kelas. Secara otomatis membaca cerita pendek dari kelompok lain dengan jumlah 16 cerita pendek sehingga dapat memperkaya inspirasi.

Pada saat proses penulisan cerita pendek di WAG, guru memberikan kesempatan bagi siswa yang lain berperan menjadi tutor sebaya. Hal itu sangat tepat diterapkan ketika para siswa mengerjakan tugas secara berkelompok dalam WAG. Peserta didik yang lebih memahami cerita pendek untuk membantu siswa yang lain yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek.

Hal tersebut juga sesuai pendapat bahwa pembelajaran yang ideal diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik berpartisipasi aktif dan memperoleh ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, serta kemandirian sesuai dengan bakat, minat, baik perkembangan fisik maupun psikis murid (Ramdhani, 2012:16).

2. Pembahasan Siklus II, Pertemuan ke-1 dan 2

Rekap observasi siswa belajar siklus pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2, indikator peserta didik antusias bertanya, menjawab, dan berpendapat melalui google meet keadaan skor masih stabil atau tidak mengalami peningkatan atau kenaikan. Secara kenyataan ketika di google meet atau WA jumlah yang berpendapat dan bertanya tidak mengalami penambahan. Demikian pula pada indikator peserta didik cermat dalam mengedit ejaan, tanda baca, kata, kalimat dalam cerita pendek di WA grup masih stabil dengan skor 3.

Kesalahan tanda baca, ejaan, dan penggunaan kata masih ada kesalahan yang jumlahnya dalam setiap cerita pendek berkisar lebih dari 5-10. Terutama penulisan tanda baca dalam dialog (sudah menggunakan tanda baca tanya (?) dan tanda seru (!) siswa masih menggunakan koma (,) penulisan huruf pada awal sapaan (nak dan pak) seharusnya diawali huruf kapital. Selain itu, ada penulisan kata tidak baku misalnya menasehati, ijin, dan sebagainya.

Terjadi kenaikan skor 1 yaitu pada indikator menggunakan waktu pembelajaran secara efektif di google meet, menunjukkan semangat mengajar di google meet, dan menerapkan tutor sebaya dalam estafet writing. Ketiga hal tersebut sangat penting dalam proses belajar

(9)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

karena akan mendukung keberhasilan siswa. Efektif waktu akan mengajarkan pula karakter menghargai waktu dengan cara memanfaatkan waktu dengan baik. Demikian pula semangat guru mengajar akan berpengaruh pula pada semangat anak didik meskipun melalui daring dengan menggunakan google meet.

Guru yang kreatif memiliki kemampuan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya secara kreatif. Hal itu dapat menyebabkan peserta didik menggemari ilmu pengetahuan yang diajarkan kepadanya dan dapat berpikir secara kreatif pula. Apalagi pada masa pandemi seperti saat ini, guru dituntut kreatif agar pembelajaran tetap berlangsung menyenangkan meskipun dilakukan pembelajaran jarak jauh melalui daring.

Pada tataran pelaksanaan pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat komputer dan mobile yang dapat digunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Guru bisa memantau setiap aktivitas pembelajaran dengan mudah (Basori, 2021:2).

3. Pembahasan antarsiklus ( siklus I dan siklus 2) a. Hasil observasi siswa belajar siklus 1 dan II

Hasil observasi untuk siswa belajar siklus 1 dan II diperoleh data sebagai berikut:

Terjadi kenaikan skor 0,5 yaitu pada indikator kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran melalui google meet dan peserta didik antusias bertanya, menjawab, dan berpendapat melalui google meet itu perlu dipertahankan. Pada indikator peserta didik berani menyampaikan gagasan dan perasaan dalam bentuk cerita pendek di WA grup indikator) terjadi penurunan, hal ini perlu perbaikan.

Peserta didik terus diberikan motivasi dan pengertian sesuai pendapat bahwa media pendukung paling sederhana yang digunakan selama pembelajaran online ialah WhatsApp. Pendidik dapat membuat WhatsApp grup sebagai ”ruang kelas” selama pembelajaran online berlangsung. Media ini biasa digunakan pendidik di satuan pendidikan dengan keadaan geografis dan demografi menengah. Hal ini dikarenakan WhatsApp Grup dapat digunakan dengan jaringan internet yang tidak terlalu tinggi.

Kemudian, media ini dinilai bisa diakses dan dipahami secara mudah oleh siswa (dan orang tua siswa) (Enterprise, 2012:12). Apalagi menulis cerita pendek dengan WAG sangat sesuai dengan protokol kesehatan di masa pandemi.

Berdasarkan hasil pengamatan terjadi kenaikan skor 0,5 yaitu pada indikator kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran melalui google meet, melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran di google meet dan menunjukkan semangat mengajar di google meet itu perlu dipertahankan. Pada indikator menerapkan tutor sebaya dalam estafet writing jumlah skor naik 1 dari siklus I ke Siklus II. Berarti peserta didik semakin merasa senang mengikuti kegiatan menulis cerita pendek dan kerja sama dalam kelompok semakin bagus. Demikian pula semangat guru mengajar semakin tinggi meskipun tidak bertemu langsung dengan peserta didik karena melalui google meet. Secara total dari siklus I ke siklus II ada 4 indikator yang mengalami kenaikan, sedangkan indikator yang lain tidak mengalami perubahan.

b. Rekap Nilai Pre Test, Post Test Siklus I dan II KD 3.4 Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan Teks Cerita Pendek

Berdasarkan hasil penelitian nilai pre test, post test siklus I, kompetensi dasar 3.4 menelaah struktur dan aspek teks cerita pendek tersebut dapat kita ketahui bahwa nilai mayoritas siswa pada ketiga tes mengalami kenaikan. Walaupun ada 3 siswa yang

(10)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

mengalami penurunan nilai dari pre test ke post test siklus I, yaitu S-5 nilai pretest 75 saat post test I menjadi 60, S-29 nilai pretest 65 saat pos test I menjadi 55, dan S-31 nilai pretest 80 saat pos test I menjadi 75. Ada pula nilai yang stabil yaitu terjadi pada nilai S-18 dan S-21.

Pada pelaksanaan post test siklus I dan II terdapat siswa yang mengalami penurunan nilai, yaitu S-12 nilai siklus I 80 pada siklus II menjadi 70, S-17 nilai siklus I 55 pada siklus II menjadi 50, dan S-22 nilai siklus I 55 pada siklus II menjadi 50. Ada pula nilai yang stabil yaitu terjadi pada nilai S-18 dan S-21. Yang Stabil ada satu siswa yaitu S-30 dengan nilai sama pada siklus I dan II. Secara ringkas dan lengkap ketiga rekap nilai tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut.

Gambar 4. Grafik Nilai Pre Test, Post Test Siklus I, dan II KD 3.4 Menelaah Struktur dan Aspek Teks Cerita Pendek

Berdasarkan grafik pada gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai Pre Test, Post Test Siklus I, dan II secara keseluruhan rata-rata nilai KD 3.4 menelaah struktur dan aspek kebahasaan teks cerita pendek pre test (57,03), post test siklus I (65,31), dan post test siklus II (80,63).

Kenaikan nilai yang terjadi secara berurutan dari pre test ke siklus I adalah 8,28 dan dari siklus I ke siklus II adalah 15,32.

Tabel 1. Rekap Nilai Keterampilan Menulis Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas IXE NO Nama

Kelompok/

nomor presensi

Skor Kelengkapan Aspek Yang Dinilai (skor maksimal 25) Formal

Cerpen

Unsur Intrinsik

Keterpaduan unsur intrinsik

Kesesuaian Penggunaan Bahasa Cerpen

Jumlah skor

S I S II S I S II S I S II S I S II S I S II 1. Hamka

(1, 9, 17, 25)

22 25 23 22 20 20 15 18 80 85

2. Chairil Anwar (2, 10, 18, 26)

23 23 22 22 20 20 15 18 80 83

3. Sapardi Djoko (3, 11, 19, 27)

22 25 23 23 25 23 20 21 90 92

0 20 40 60 80 100 120

S1 S3 S5 S7 S9 S11 S13 S15 S17 S19 S21 S23 S25 S27 S29 S31

PRETEST SIKLUS I SIKLUS II

(11)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak) 4. Tere Liye

(4, 12, 20, 28)

24 25 21 22 20 23 21 20 85 90

5. Arief Budiman

(5, 13, 21, 29) 22 24 23 23 20 20 15 20 85 87

6. Amir Hamzah (6, 14, 22, 30)

20 22 20 20 18 18 19 17 75 78

7. Andrea Hirata (7, 15, 23, 31)

21 25 22 22 20 20 20 20 83 87

8. Chairil Gibran (8, 16, 24, 32)

22 24 20 22 20 22 20 20 82 88

Jumlah Skor 660 690

Rata-rata 82,5 86,25

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa rekap nilai keterampilan menulis dengan menggunakan estafet writing melalui WAG terjadi peningkatan hasil belajar dari semua kelompok pada siklus I ke siklus II. Siswa Kelas IXE. Pada siklus I rata-rata mencapai 82,5, kemudian pada siklus II rata-rata mencapai 86,25. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai keterampilan mencapai kenaikan nilai keterampilan dari siklus I ke siklus II mencapai 3,75.

Berikut ini gambar diagram berupa perbandingan nilai keterampilan menulis cerita pendek dengan metode estafet writing melalui WA grup pada siklus I dan siklus II.

Gambar 5. Diagram Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I dan II

Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa nilai keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas IXE pada siklus I dengan diagram batang berwarna biru lebih rendah posisinya dibanding warna merah, sedangkan diagram batang berwarna merah lebih tinggi daripada diagram batang berwarna biru. Hal itu terjadi pada semua kelompok. Dengan demikian, nilai keterampilan pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I. Rata-rata nilai pada siklus 1 mencapai 82,5 dan rata-rata nilai pada siklus II mencapai 86,25. Gambar berikut ini memperjelas hasil belajar menulis cerita pendek.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Kel 7 Kel 8

Siklus 1

Siklus II

(12)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Gambar 6. Cerita Pendek Karya Siswa di WAG

Gambar hasil belajar siswa menulis cerita pendek dalam penelitian ini menunjukkan adanya kolaborasi lewat percakapan di WAG. Hal ini sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu gotong royong. Dalam hal ini budaya kolaboratif menjadi hal yang penting untuk dibangun dibandingkan budaya kompetitif. Budaya kolaboratif diharapkan dapat mendorong semangat senang bekerja sama, saling mengapresiasi, dan saling memberikan dukungan satu sama lain (Sufyadi dkk., 2021:13). Kegiatan tersebut merupakan kerja kelompok jarak jauh yang luar biasa. Meskipun bertatap muka secara tidak langsung, siswa menghasilkan produk yang kreatif dan bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson &

Johson bahwa kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur, yaitu (1) saling ketergantungan positif (positive interdependence), (2) tanggung jawab perseorangan (individual accountability), (3) tatap muka (face-to face promotive interaction), (4) komunikasi antaranggota (interpersonal skills), dam (5) pemrosesan kelompok (group processing) (Rochmiyati, 2017).

Kegiatan menulis cerita pendek dengan estafet writing juga sangat mendukung siswa untuk menyampaikan ide dan menyenangkan. Apalagi dengan metode pembelajaran tersebut menjadi terasa lebih mudah. Hal ini sejalan dengan pemikiran berikut “This method is very helpful for students in expressing their ideas into written text. Because it is done in group, each student is enough to make one sentence to produce a complete text (Sa’idah dkk., 2021).

Pendapat bahwa penggunaan metode pembelajaran estafet writing memiliki kelebihan- kelebihan sebagai berikut (1) Membuat peserta didik antusias dalam pembelajaran; (2) Membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan; (3) Peserta didik dapat lebih cermat dalam melaksanakan pembelajaran; (4) Belajar secara berkelompok dalam metode estafet writing dapat memotivasi siswa yang tidak bisa menjadi bisa, anak yang malas menjadi rajin, dan anak yang main-main dalam belajar lebih serius lagi; (5) Peserta didik dapat aktif menuangkan imajinasinya, dan (6) Peserta didik dapat belajar menghargai keberhasilan orang lain dan menerima kekalahan denagan lapang dada (Supendi, 2008:120).

(13)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran metode estafet writing dengan WAG dalam pembelajaran menulis cerita pendek dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata cerita pendek siswa dalam pre test/pratindakan, post test siklus I, dan post test siklus II. Nilai rata-rata siswa dalam pretes/pratindakan sebesar 57,05.

Nilai rata-rata siklus I sebesar 65,31. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor sebesar 8,24.

Peningkatan kembali terjadi pada post test siklus II, nilai rata-rata cerita pen siswa menjadi 80,63 Jadi terjadi peningkatan dari post test/pratindakan ke siklus II sebesar 15,32. Demikian pula, nilai keterampilan menulis cerita pendek pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I. Rata- rata nilai pada siklus 1 mencapai 82,5 dan rata-rata nilai pada siklus II mencapai 86,25.

Kenaikan nilai keterampilan dari siklus I ke siklus II mencapai 3,75.

Peningkatan nilai ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan dalam siklus I dan siklus II mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerita pendek. Penggunaan metode pembelajara estafet writing melalui WAG juga mampu memberikan motivasi dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek. Siswa terlihat lebih aktif, percaya diri, dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis pendek dengan metode estafet writing dengan WAG dilakukan dalam dua siklus di kelas IX E SMP Negeri 4 Wates. Langkah-langkah menulis cerita pendek menggunakan estafet writing melalui WAG, yaitu (1) Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang, kemudian membuat grup WAG; (2) Siswa menyepakati tema dan peta konsep yang akan dibuat menjadi cerita pendek; (3) Selanjutnya, siswa pertama mulai menulis struktur orientasi berdasarkan LKPD di WAG dan menuliskan nama; (4) Siswa berikutnya membaca dan menyalin (agar hubungan dengan struktur berikutnya harmonis, kemudian melanjutkan menulis bagian rangkaian peristiwa; (5) Siswa ketiga meneruskan menulis bagian komplikasi dan siswa keempat menulis bagian resolusi; (6) Teks cerita pendek yang telah dikerjakan secara berantai tersebut, kemudian dikoreksi secara bersama baik struktur dan aspek kebahasaan teks cerita pendek dan diberi judul yang tepat; (7) Setelah selesai setiap WAG kelompok kecil menyampaikan hasil teks cerita pendek di Grup kelas Bahasa Indonesia sehingga saling memberikan masukan antarkelompok; (8) Setiap anggota kelompok merevisi atau menyunting berdasarkan masukan teman.

Metode pembelajaran estafet writing dengan WAG memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut (1) Menumbuhkan berbagai karakter peserta didik; (2) Mengoptimalkan keempat aspek keterampilan dalam berbahasa (mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca); (3) Memudahkan peserta didik dalam menggali ide; (4) Peserta didik antusias dalam pembelajaran; (5) Membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan; (6) Peserta didik dapat lebih cermat dalam melaksanakan pembelajaran karena saling membaca karya; (7) Belajar secara berkolaborasi; (8) Memotivasi peserta didik yang tidak bisa menjadi bisa, anak yang malas menjadi rajin, dan anak yang main-main dalam belajar lebih serius lagi; (9) Peserta didik dapat aktif menuangkan imajinasinya, dan (10) Peserta didik dapat belajar menghargai keberhasilan orang lain dan menerima kekalahan denagan lapang dada.

Saran dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebaiknya guru dapat memacu siswa untuk terampil dalam menulis cerita pendek dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menulis cerita pendek.

(14)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Kemampuan menulis cerita pendek yang sudah baik harus terus dikembangkan karena dapat menjadi langkah awal bagi peserta didik untuk menjadi penulis.

Metode estafet writing melalui WAG menjadi salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya menulis cerita pendek. Hal ini dapat dilaksanakan tanpa tatap muka sehingga tetap menjaga jarak dan mengurangi mobilitas. Pada masa pembelajaran kenormalan baru, metode tersebut tetap dapat digunakan sebagai alternatif bentuk variasi metode pembelajaran.

Daftar Pustaka

Agustin, Tuti, dkk. (2020). Kita Menulis: Merdeka Menulis. Surakarta: Yayasan Kita Menulis.

Ariyana, Yaki, dkk. (2019). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Basori, Indrianto Setyo. (2021). Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) di Era Digital Dengan Google Siute. Malang: Ahlimedia.

Enterprise, Jubilee. (2012). Chatting Tanpa Batas Menggunakan WhatsApp. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hardiyana, Andri. (2015). Implementasi Google Classroom sebagai Alternatif dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah. Karya Ilmiah, Cirebon: SMA Negeri 1 Losari.

Harini, Sri. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Sewon Bantul. Yogyakarta: UST. http://jurnal.ustjogja.ac.id>article>

Islamy, Diah Putri. (2021). Pengaruh Penggunaan Smartphone pada Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Interaksi Sosial Siswa. Yogyakarta: UST.

https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sosio/article/view/9076

Nugrahanto, Septya. (2017). Keefektifan Strategi Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Pada Siswa SMP Kelas IX SMP. Yogyakarta:UNY.

http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pbsi/article/view/7999

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga.

Yogyakarta. BPFE.

Nuryatin, Agus dan Retno Purnama Irawati. (2016). Pelajaran Menulis Cerpen. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

(15)

Copyright ©2023, Tri Warsiati

2723-0295(ISSN Online) | 2775-0973 (ISSN Cetak)

Ramdhani, Neila. (2012). Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Positif dalam Dunia Pendidikan.

Jakarta: Titian Foundation.

Rochmiyati, Siti. (2017). Mengembangkan Karakter Siswa dalam Pembelajaran Bahasa dengan Model Personal-Kooperatif. Volume 3. Nomor 2. Edisi Juni 2017.

Rochmiyati, Siti. (2020). Implementasi Tri-N (Niteni-Nirokke-Nambahi) dan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) Pada Perangkat Pembelajaran Teks Deskripsi Kelas VII SMP.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi.

Sa’idah, Nur Laila, dkk., (2021). Estafet Writing Metho to Improve Arabic Writing Skills Outcomes: Experimental Study on Indonesian Middle School Students. Vol.9, N0.2, Desember 2021, P 211.

Sholehah, Alfiyatus. Panduan Penggunaan Google Workspace dalam Pembelajaran Jarak Jauh.

Klaten: Lakeisha.

Sufyadi, Susanti dkk. 2021. Panduan Pengembangan Projek. Penguatan Profil Pelajar Pancasila tentang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA). Jakarta:

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Sukidin, dkk. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.

Susanto, Eko Budi. 2012. Peneltian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Yayasan Musahid Foundation.

Syathariah, Sitti. (2011). Estafet Writing (Menulis Berantai) “Solusi dalam Menulis Cerpen Bagi Siswa SMA/MA).” Yogyakarta: Leutika Prio.

Tanjung, Srimaharani, dkk. 2021. The Effect of Estafet Writing in Student’ Writing Prosedur Text (A Study at The Twelveth Grade of SMKS TI Putra Harapan 2 2020-2021 Akademik Year).

Vol. 3. No. 3 Oktober 2020. P 137

Tarigan, Henry Guntur. (2013). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Thahar, Harris Effendi. (1999). Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Trianto, Agus, dkk. (2018). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Khusus untuk kategori Standar Nasional Mahasiswa, peserta harus mewakili universitas masing-masing dengan verifikasi Foto Kopi Kartu Tanda Mahasiswa yang masih

Pesawat yang terbang dari Malaysia Barat menuju Malaysia Timur dan sebaliknya perlu melewati wilayah Indonesia, untuk itu dibuat Perjanjian antara Indonesia dan

menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi

Adapun frekuensi dan persentase minat siswa kelas XII SMA Negeri 1 Pontianak dapat hasil untuk kategori berminat sekali yaitu 4 orang siswa dengan persentase 1,45% ini

Pada Agustus 2017, sebanyak 329 ribu orang (21,37 persen) bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu, sedangkan penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam

tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 2) Apa yang menjadi kendala dalam partisipasi politik pada masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 3) Upaya

1) Penggunaan media poster dalam pembelajaran fisika dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, pengelolaan data yang diperoleh ketuntasan belajar

Peserta yang mengikuti kegiatan ini akan memperoleh e-sertifikat pelatihan (digital) yang dikeluarkan oleh Bupati Kutai Barat, lembar reviu kertas kerja, dan bukti