• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN TENTANG BAHAYA MEROKOK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

IMPLEMENTATION OF INFORMATION SERVICES TO PROVIDE UNDERSTANDING ABOUT THE DANGERS OF SMOKING

Oleh:

Handry Ericsson M Universitas Halu Oleo Email: handryericsson@gmail.com Kata Kunci:

Bahaya Merokok, Layanan Informasi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan layanan informasi untuk memberikan pemahaman tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari. Metode penelitian ini adalah penelitian pre-experimental desain one group pre-test and post-test. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 29 orang siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket skala pengetahuan bahaya merokok. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya merokok sebelum diberikan perlakuan berupa layanan informasi berada pada kategori rendah (39%). Sesudah diberikan perlakuan mengalami peningkatan sebesar (73%).

Dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis inferensial menggunakan teknik analisis statistik uji paired t-test. Hasil t hitung = 18,679 dengan t tabel derajat kebesaran df= N-(28) dengan taraf significant 5% = 2,048 diperoleh t hitung > t tabel (18,679>2,048). Selanjutnya, pada sig.2 tailed = 0,000 dengan taraf significant = 0,05 maka diperoleh 0,000<0,05. Dengan demikian hipotesis Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa layanan informasi dapat memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari.

Keywords:

Smoking Hazards, Information Services

ABSTRACT

This study aims to determine the application of information services to provide an understanding of the dangers of smoking in SMP Negeri 10 Kendari. This research method is a pre-experimental research design one group pre-test and post-test. The subjects in this study were 29 students. Data were collected using a scale questionnaire about the dangers of smoking.

Based on the results of the descriptive analysis, the percentage showed that the students' knowledge about the dangers of smoking before being given treatment in the form of information services was in the low category (39%).

After being given the treatment, it increased by (73%). With the high category. Based on the results of inferential analysis using statistical analysis techniques paired t-test. The result of t count = 18.679 with t table of degrees of magnitude df = N- (28) with a significant level of 5% = 2.048, it is obtained t count > t table (18.679> 2.048). Furthermore, at sig.2 tailed = 0.000 with a significant level = 0.05, it is obtained 0.000 <0.05. Thus the hypothesis Ha is accepted. So it can be concluded that information services can provide knowledge about the dangers of smoking in SMP Negeri 10 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Merokok merupakan salah satu penyebab utama gangguan kesehatan. Karena berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh perokok bahkan tidak hanya perokok yang terkena gangguan kesehatan melainkan orang-orang di sekitarnya akan terkena gangguan kesehatan karena dampak dari asap rokok tersebut.

Data global mencatat, enam juta orang meninggal setiap tahunnya karena konsekuensi dari merokok. Peningkatan kematian yang sangat serius ini membuat World Health Organization (WHO) menyebutnya sebagai sebuah epidemic. Di Indonesia, merokok adalah salah satu sumber permasalahan kesehatan terbesar. Kematian prematur, penurunan produktivitas, dan pengeluaran yang tidak produktif sebagai dampak merokok akan menjadi halangan bagi Indonesia untuk mencapai bonus demografi. Karenanya, dibutuhkan kebijakan pengendalian tembakau yang dapat mencegah berlanjutnya epidemi tersebut. Dibandingkan dengan negara-negara Association of South East Asia (ASEAN) lainnya, Indonesia adalah negara dengan konsumsi rokok perkapita tertinggi, estimasi perokok baru, remaja usia 19 tahun ke bawah adalah 16,4 juta jiwa. Selain itu, satu dari lima anak antara usia 13-16 tahun pernah merokok. Ini menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok remaja tertinggi di dunia sekaligus perokok laki-laki terteinggi di dunia juga, yaitu sebesar 66%, Djuwita (dalam Sholeh: 2017).

Merokok merupakan masalah kesehatan dunia karena dapat menyebabkan berbagai penyakit dan bahkan kematian. Dalam penelitian yang dilakukan Setyoadi Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar 80% perokok di Indonesia memulai kebiasaannya tersebut sebelum berumur 19 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok yaitu usia 10-14 tahun sebanyak 9,6%, 15-19 tahun sebanyak 36,3%, 20-24 tahun 16,3%, 25-29 tahun sebanyak 4,4% dan  30 tahun sebanyak 3,2%. Riset ini dilakukan di 33 provinsi dan secara nasional persentase usia mulai merokok tertinggi di usia 15-16 tahun yaitu sebesar 16,3%.

Pada usia 15-16 tahun diperkirakan pendidikan remaja masih berada pada sekolah menengah pertama (SMP) pada usia tersebut siswa masih sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang bersifat pencarian jati diri dan gaya, dalam hal ini termasuk kebiasaan merokok. Semakin muda usia siswa mulai merokok maka semakin besar kemungkinan mereka untuk terus merokok dan semakin besar juga resiko yang akan dialami siswa tersebut.

Tampaknya, merokok di kalangan siswa boleh jadi dianggap sebagai trend baru atau sebagai gaya hidup untuk menunjukkan eksistensi diri di lingkungan sosialnya utamanya di kalangan teman- sepergaulannya. Dengan merokok, siswa merasakan nikmatnya rokok, menghisap lalu menghembuskan asap rokok dalam berbagai macam gaya, secara psikologis akan merasakan bahwa dirinya berada dalam suasana bebas, gembira dan menyenangkan, apalagi merokok bersama teman sekolah sambil nongkrong di belakang sekolah atau di tempat-tempat yang dianggap cocok, seperti warung makan, tempat-tempat rekreasi atau di kamar kos, maka akan memengaruhi sugesti yang lebih tinggi bagi dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Siswa bersangkutan tidak berpikir kalau merokok, melanggar aturan sekolah atau merusak kesehatan. Baginya merokok menjadi simbol kedewasaan, dan dengan merokok dapat memperbanyak teman serta mempererat hubungan persahabatan. Penilaian seperti ini sebenarnya bersifat parsial bahkan tidak berdasar, sebab persahabatan dan memperbanyak teman dapat dilakukan melalui cara lain tanpa harus merokok.

Merokok di kalangan siswa dipicu atas beberapa faktor di antaranya: lingkungan keluarga mayoritas perokok, tetangga, teman bergaul, dan media masa yang biasa memromosikan rokok. Siswa yang berada dalam usia transisi baik psikologis, sosial, dan mental mudah terpengaruh sehingga siswa gampang untuk terjebak dalam lingkungan kebiasaan merokok. akan muncul mindset siswa tertanam dalam pemikirannya untuk selalu merokok yang akhirnya menjadi kecanduan rokok, yang bakal menimbulkan kerugian dan dampak buruk baginya.

Berdasarkan observasi peneliti di SMP Negeri 10 Kendari, dijumpai ada siswa yang merokok di lingkungan sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan data siswa dari buku kasus yang dibuat oleh guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 10 Kendari. Berdasarkan catatan pada buku kasus, terdapat 12

(3)

siswa lelaki yang merokok dan 2 siswa perempuan yang merokok. Faktor penyebab siswa merokok dikarenakan rasa ingin tahu, ingin mencoba dan pengaruh terhadap teman sepergaulannya. Menurut salah satu guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 10 kendari pemberian layanan informasi belum optimal dilakukan, karena tidak terjadwalnya pemberian layanan BK di sekolah, dikarenakan tidak adanya jam tatap muka yang diberikan sekolah untuk guru BK, yang biasanya terjadi adalah ketika ada guru yang biasanya berhalangan hadir mengajar.

Menyadari akan bahaya kebiasaan merokok, peneliti menganggap perlu melakukan tindakan preventif pada siswa salah satunya dengan melakukan layanan informasi. Winkel dan Hastuti (2007:

316) menjelaskan bahwa layanan informasi salah satu layanan yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi yang berkenaan dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan dan juga proses perkembangan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan layanan informasi untuk memberikan pemahaman tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari.

Pemahaman Bahaya Merokok

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami seseuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi, Bloom (Rahmawati, 2016). Selanjutnya, Priyoto (2015) mendefinisikan rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Sukendro (2007) mengemukakan bahwa rokok adalah sebuah tradisi kolonial yang secara langsung menjadi suatu adat dan tradisi yang mengakar kuat bagi kebanyakan orang indonesia.

Jenis-jenis Perokok

Syafrudin & Delmaifanis (2011: 387) menyatakan bahwa ada dua jenis perokok yaitu:

1. Perokok Aktif

Jenis perokok yang secara langsung menghisap asap rokok/ pecandu rokok. Biasanya jenis perokok ini sering terlibat langsung dalam hal merokok.

2. Perokok Pasif

Jenis perokok yang secara tidak langsung menghisap asap rokok yang biasanya dikeluarkan oleh jenis perokok aktif, dalam hal ini perokok pasif mendapatkan bahaya jauh lebih besar daripada perokok aktif

Selanjutnya, Proverawati & Rahmawati (2012) menyebutkan bahwa jenis perokok ada dua jenis yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma satu batang dalam sehari atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokoknya cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak dihisap masuk ke paru-paru. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertentu dengan orang yang sedang merokok.

Bahaya dari Merokok

Sujadi (Rahmawati, 2016) menyebutkan sebanyak 57 ribu orang Indonesia meninggal per tahun akibat berbagai penyakit yang disebabkan asap rokok. Rokok telah memicu berbagai penyakit berbahaya yang mematikan yaitu penyakit jantung, paru-paru, kanker mulut, kanker tenggorokan, dan hipetensi atu stroke. Lebih lanjut, Proverawati (2012: 105) menyebutkan bahwa merokok baik secara aktif maupun pasif itu membahayakan tubuh antara lain:

1. Menyebabkan kerontokan rambut.

2. Gangguan pada mata seperti katarak.

3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.

4. Menyebabkan paru-paru kronis.

5. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.

(4)

6. Menyebabkan stroke dan serangan jantung.

7. Tulang lebih mudah patah.

8. Menyebabkan kanker kulit.

9. Menyebabkan kemandulan dan impotensi.

10. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.

Bustan (Devita, 2003) menyatakan penyakit yang disebabkan oleh rokok antara lain batuk menahun, penyakit paru, infertilitas, gangguan kehamilan artherosklerosis dan beberapa penyakit kanker seperti kanker mulut dan kanker paru. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin. Banyak sekali gangguan yang akan didapatkan individu ketika merokok. Di samping merugikan diri sendiri, nyatanya merokok juga sangat merugikan orang yang menghisap asap rokok atau yang biasa disebut perokok pasif.

Pengertian Layanan Informasi

Winkel (2007) mengemukakan bahwa layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Selanjutnya, Mulyadi (2016:

280) mengatakan bahwa layanan informasi yaitu jenis layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.

Tujuan Layanan Informasi

Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui/ menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya (Tohirin, 2007). Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukan akan memungkinkan individu: 1) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, 2) mengambil keputusan, 3) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang diambil dan 4) dan mengaktualisasikan secara terintegrasi.

Layanan informasi diadakan untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri (Winkel & Hastuti, 2004).

Teknik Layanan Informasi

Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, sosiodrama ((Winkel & Hastuti, 2004). Selanjutnya, Tohirin (2007) mengemukakan bahwa layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh pembimbing/ konselor kepada seluruh siswa di sekolah. Adapun beberapa teknik yang biasa diguanakan untuk layanan informasi adalah:

1. Ceramah, tanya jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling.

2. Melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elekronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain.

3. Acara khusus. Layanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah misalnya, hari tanpa asap rokok, hari kebersihan lingkungan hidup dan lain sebagainya.

4. Narasumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta layanan dengan menggunakan narasumber. Misalnya tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba mengundang nara sumber dari dinas kesehatan, kepolisian dan lain-lain yang terkait.

(5)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember Tahun 2018. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 kali pertemuan yang dilaksanakan sebanyak sekali dalam seminggu. dengan durasi pertemuan 2 x 45 menit setiap pertemuan. Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan menggunakan teknik one group pre-test post-test design. Sugiono (2014: 75) mengemukakan pengumpulan data dalam desain penelitian dilakukan sebanyak dua kali dengan melalui skala psikologis yaitu sebelum eksperimen atau treatment disebut pre-test (O1) dan sesudah eksperimen disebut post-test (O2).

Bagan 1 Desain Penelitian

Keterangan : O1 = pre-test

X = perlakuan (one group pre-test dan post-test design) O2 = post-test

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 10 Kendari, yakni sebagai berikut:

Tabel 1 Populasi Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria yang dibutuhkan dalam menentukan subjek dalam purposive sampling yaitu sampel penelitian ditentukan berdasarkan hasil angket screening, siswa bersedia menjadi responden, siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari yang memperoleh skor terendah tentang bahaya rokok, mendapatkan persetujuan dari guru bimbingan dan konseling dan wali kelas. Dari hasil pengisian angket screening yang dilakukan kepada siswa kelas VIII terdapat kelas VIII.4 yang memiliki pemahaman tentang bahaya merokok rendah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian, peneliti menjadikan siswa kelas VIII.4 sebagai sampel penelitian sehingga peneliti ini karena siswa kelas VIII.4. Adapun sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Jumlah Sampel Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan

VIII.4 14 15

Jumlah 29

Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara. Pra penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang akan diangkat dalam penelitian dengan menggunkan pedoman wawancara.

O1 x O2

(6)

2. Studi dokumentasi. Pra penelitian yang dilakukan peneliti melalui studi dokumentasi yang bertujuan untuk menambah informasi mengenai masalah-masalah di sekolah dengan menggunakan buku catatan kasus.

3. Angket Screening. Angket screening diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk mendapatkan subjek penelitian

4. Angket skala bahaya merokok. Angket ini diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan/ pemahaman siswa tentang bahaya merokok ketika sudah diberikan tindakan yaitu layanan informasi.

Penyusunan instrument dalam penelitian ini mengacu pada indikator dalam angket Sukatno (2016: 69) yaitu zat yang terkandung dalam rokok, penyakit yang diakibatkan rokok dan rokok sebagai gaya hidup remaja. Kemudian, peneliti mengembangkan atau memodifikasi untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya merokok menjadi skala pengetahuan bahaya merokok yaitu pengetahuan tentang zat yang terkandung dalam rokok, pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan rokok, pengetahuan tentang rokok sebagai gaya hidup remaja. Selanjutnya kisi-kisi dibuat dalam bentuk pernyataan dan pertanyaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif persentase untuk menjelaskan hasil perhitungan skor pre-test (tes awal) dan post-test (terakhir). Teknik analisis deskriptif persentase adalah teknik analisis data yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang bahaya merokok sebelum diberikan layanan informasi dan setelah diberikan layanan informasi. Selanjutnya, Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji T-test. Kriteria perhitungan dalam penelitian ini ada 2 yaitu berdasarkan ttabel jika thitung > ttabel maka Ho diterima sedangkan jika thitung >ttabel maka Ha diterima.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil angket screening, peneliti mengetahui pemahaman siswa tentang bahaya merokok pada siswa kelas VIII 4 dengan jumlah siswa 29 orang SMP Negeri 10 Kendari sebelum diberikan perlakuan (treatment) menunjukkan persentase terendah dari tes adalah siswa PTM dengan persentase 11% sedangkan persentase tertinggi adalah siswa SFI dengan persentase 69%. Terdapat 3 siswa memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok tinggi, 9 siswa memiliki pengetahuan sedang, 13 siswa memiliki pengetahuan rendah dan 4 siswa memiliki pengetahuan sangat rendah.

Setelah pemberian perlakuan (treatment) berupa layanan informasi kepada siswa tingkat pemahaman tentang bahaya merokok pada kelas VIII. 4 SMP Negeri 10 Kendari meningkat dari kategori rendah menjadi tinggi dan sangat tinggi. selanjutnya Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Shapiro-Wilk yaitu: jika nilai sig > 0,05. Maka data berdistribusi normal dan jika nilai sig.

< 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan program SPSS versi. 16. diperoleh 0,540 > 0,05 maka data post-test siswa berdistribusi normal.

Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji paired t-test hasil t hitung = 18.679 dengan t tabel derajat kebesaran df = N-1, 29-1(28) dengan taraf significant 5% = 2,048 diperoleh t hitung > t tabel (18,679 > 2,048). Selanjutnya, pada sig.2 tailed = 0,000 dengan taraf significant = 0,05 maka diperoleh 0,000 < 0,005. Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan hipotesis Ho ditolak yang bermakna bahwa bahwa layanan informasi dapat memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 29 siswa, dapat diketahui bahwa kecenderungan pengetahuan atau pemahaman bahaya merokok sebelum diberikan layanan informasi (pre-test) termasuk dalam kategori rendah yaitu sebesar 39%, sehingga pengetahuan atau pemahaman tentang bahaya merokok perlu ditingkatkan untuk mencegah bahaya merokok di smp negeri 10 kendari. Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang bahaya merokok, maka peneliti memberikan perlakuan berupa layanan informasi.

(7)

Tujuan dari layanan informasi yaitu agar individu (siswa) mengetahui menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya.

Selain itu, apabila merujuk kepada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dengan segala seluk beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu (siswa) yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya (Tohirin, 2007: 147-148).

Setelah diberikan perlakuan berupa layanan informasi, siswa selanjutnya mengisi post-test yang diberikan oleh peneliti. Tujuan dari pemberian post-test adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan perlakuan dan tingkat pemahaman/ pengetahuan tentang bahaya merokok. Berdasarkan hasil rata-rata pemahaman siswa tentang bahaya merokok setelah diberikan layanan informasi (post- test) termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 73%. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa rata-rata skor pemahaman/ pengetahuan siswa tentang bahaya merokok pada saat pre-test sebesar 21,103 dan setelah diberikan layanan informasi (post-test) terjadi peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri siswa sebesar 39,17 atau sekitar 33%.

Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.

Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda. Winkel (dalam Tohirin: 2007). Layanan informasi jika merujuk pada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang informasi dengan segala seluk- beluknya. Pemberian informasi diberikan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan untuk suatu masalah. Sejalan dengan tujuan khusus layanan informasi tersebut pemberian layanan informasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemahaman/ pengetahuan secara langsung kepada siswa tentang bahaya merokok. Sehingga penerapan layanan informasi efektif digunakan untuk memberikan pemahaman tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan analisis statistic inferensial dengan menggunakan paired t-test hasil thitung = 18,679 dengan ttabel derajat kebesaran df = N-1(28) dengan taraf significant 5% = 2,048 diperoleh thitung > ttabel

(18,679 > 2,048). Selanjutnya, pada sig.2 tailed = 0,000 dengan taraf significant = 0,05 maka diperoleh 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan hipotesis Ho ditolak. Dengan demikian penerapan layanan informasi dapat meningkatkan pemahaman tentang bahaya merokok di SMP Negeri 10 Kendari.

Saran

1. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah untuk menambah kesadaran dalam melindungi siswa-siswa dari bahaya merokok dengan cara salah satunya bekerja sama dengan puskesmas atau dinas kesehatan untuk melakukan kemitraaan dengan pihak sekolah terkait pemberian pendidikan kesehatan untuk siswa, guru, dan staf sekolah terkait dengan bahaya merokok.

2. Bagi Guru BK, guru BK tidak hanya mengatasi siswa yang merokok (siswa yang bermasalah), tetapi juga guru BK dapat melakukan tindak pencegahan bagi siswa yang tidak merokok agar tidak terpengaruh oleh teman atau lingkungannya untuk merokok, salah satu tindak pencegahan melalui pemberian layanan informasi.

3. Bagi Siswa, siswa harus lebih memahami tentang bahaya merokok, serta zat-zat yang terkandung dalam rokok. Hal ini sangat penting agar siswa bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya aspek pengetahuan saja akan tetapi mampu mempraktekkan karena siswa yang bertugas sebagai generasi penerus bangsa harusnya tidak dirusak masa depannya karena rokok.

(8)

Daftar Pustaka

Mulyadi. (2016) Bimbingan dan Konseling di Sekolah & Madrasah. Jakarta: Prenadamedia.

Priyoto. (2015) Perubahan dalam Perilaku Kesehatan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Proverawati, A. & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta:

Muha Medika.

Rahmawati, S. D. (2016). Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Modeling Simbolok untuk Meningkatkan Pemahaman Bahaya Merokok Pada Siswa Kelas XII TKR 1 SMKN 1 Radudongkal Pemalang Tahun Ajaran 2016/ 2017. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Syafrudin, D. A. D., & Delmaifanis. (2015). Himpunanan Peyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga, Lansia dan Masyarakat. Jakarta: Trans Infomedia.

Sholeh. N. A. (2017). Panduan Anti Merokok. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sukatno. (2016). Pelaksanaan Layanan Informasi Untuk Mengurangi Kebiasaan Siswa Yang Merokok di SMK Negeri 1 Padangsidimpuan. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, Hal. 64-71.

Sukendro, S. (2007) Filosofi Rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abadi.

Winkel, W. S, & Hatuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat hubungan antara hasil titer antibodi responden dengan variabel umur, pernah sakit tenggorok, jenis kelamin, pernah kontak dengan penderita sakit

Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan sudah tertuang pada buku tesis saya saat menyelesaikan program Magister di ITS, Surabaya, telah berhasil mendesain alat yang

Salah satu dari kritikus tersebut adalah ‘Abdullah ‘Abd al-Fadi, Muslim asal Saudi yang menggugat al-Qur’an lewat bukunya Is the Qur’an Infallible?Al-Fadi sangat percaya diri

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian yaitu implementasi

1. Perencanaan Pengelolaan Poin Hukuman Perencanaan merupakan kegiatan yang dilakukan pertama kali dalam melakukan suatu pengelolaan atau manajemen. Perencanaan

Dalam pemungutan pajak yang terjadi ditiap daerah tidak sedikit dari pemungutan pajak tersebut mengalami kendala yang terjadi salah satunya yaitu ketelatan wajib pajak

Menurut pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya tidak