• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL MIFTAHUL JANNAH NIM: 20100119002

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

(3)

iii

NIM : 20100119002

Tempat, Tgl Lahir : 24 April 2001

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Btn Pao-pao Permai Blok G9 No 6

Judul : Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16 Liangeng Soppeng

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 5 Januari 2023

Penyusun,

Nurul Miftahul Jannah

NIM: 20100119002

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِِمي ِح َّرلا ِِنَمْح َّرلا َِِّاللَ ِِمْسِب.

ِ دْمَحْلا

َِِّ ِلِل

ِ ِب َر

،َني ِمَلاَعْلا

ِِهِب َو

ِ نْيِعَتْسَن ىَلَع

ِِرو م أ

ِْنُّدلا

، ِني ِدلا َو اَي

ِ ةَلاَّصلا َو

ِ مَلاَّسلا َو

َِىلَع

ِِف َرْشَأ

َِنيِلَس ْر مـلا

َِىلَع َو

ِِهِلآ

ِِهِبْحَص َو

ِ،َنيِعـَمـْجَأ اَّمَأ

ِ دْعَب

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikanِ skripsiِ iniِ denganِ judulِ “Strategiِ Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16 Liangeng Soppeng”.ِ Shalawatِ danِ salamِ semogaِ tetapِ tercurahkanِ kepadaِ junjunganِ dan uswatun hasanah kita, Rasulullah saw yang telah memberikan cahaya Islam dan sebagai contoh teladan yang baik.

Salah satu kewajiban mahasiswa untuk meraih gelar sarjana (S1) yaitu adalah melakukan penelitian yang disusun dalam bentuk Skripsi, oleh karena itu penulis menyusun skripsi yang berjudul “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16 Liangeng Soppeng”.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak di setiap tahapannya, baik itu bantuan yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut proses penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Terkhusus untuk ayahanda tercinta Busran dan Ibunda Rahminah, penulis ucapkan terima kasih sebanyak-sebanyaknya atas jasa yang tidak dapat dihitung dan kasih sayang yang tak pernah putus.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(5)

v

Darussalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag. yang telah memimpin UIN Alauddin Makassar dengan berbagai kebijakan sehingga menjadi lingkungan yang kondusif untuk peneliti memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun non-akademik.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I Dr. M. Shabir U, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Muhammad Rusdi, M.Ag., dan Wakil Dekan III Dr. H.

Ilyas, M.Pd., M.Si., beserta seluruh stafnya, atas seluruh pelayanan yang diberikan kepada peneliti selama menjadi mahasiswa.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta seluruh Stafnya, dengan segala fasilitas pelayanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku Pembimbing I dan Drs.

Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang senantiasa bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis mulai penyusunan skripsi ini sampai selesai

5. Dr. H. Muzakkir, M.Pd.I. selaku Penguji I, dan Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I.

selaku Penguji II, yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya dalam mengoreksi dan menguji layak tidaknya skripsi ini.

(6)

vi

6. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang penuh ketulusan dan keikhlasan melayani dan membantu mahasiswa.

7. Gumeri, S.Pd. Sebagai Kepala Sekolah SDN 16 Liangeng yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng. Para guru dan staf SDN 16 Liangeng Soppeng serta para peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

8. Terima kasih kepada Alfiana Mahar karena telah mendampingi peneliti dari awal perkuliahan hingga mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

9. Teman-teman dari jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2019 yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, atas partisipasi dan solidaritasnya selama menempuh proses perkuliahan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu-satu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Samata, 5 Januari 2023 Penulis,

Nurul Miftahul Jannah NIM: 20100119002

(7)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1-13 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 14-32 A. Strategi Guru ... 14

B. Minat Belajar ... 35

C. Pendidikan Agama islam dan Budi Pekerti ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45-52 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 45

B. Pendekatan Penelitian ... 46

C. Sumber Data ... 46

D. Metode Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 49

(8)

viii

G. Pengujian Keabsahan Data ... 51 BAB IV STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR

PESERTA DIDIK DI SDN 16 LIANGENG SOPPENG ... 53-60 A. Deskripsi Minat Belajar Peserta Didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng ... 53 B. Strategi Guru dalam Menumbuhkan Minat Belajar Belajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta didik

SDN 16 Liangeng Soppeng ... 54 C. Faktor-Faktor Yang Menghambat Minat Belajar Belajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN16 Liangeng

Soppeng ... 59 D. Solusi dari Penghambat Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng ... 60 BAB IV PENUTUP ... 61-62 A. Kesimpulan ... 61 B. Implikasi Penelitian ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63-64 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

(10)

x ABSTRAK Nama : Nurul Miftahul Jannah

NIM : 20100119002

Jurusan/fakultas : Pendidikan Agama Islam/ Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Judul Skripsi : Strategi Guru dalam Menningkatkan Minat Belajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng

Skripsi ini bertujuan : 1) untuk mendeskripsikan minat belajar Pendidikan Agma Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng. 2) untuk mendeskripsikan strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar Pendidikan Agma Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 liangeng Soppeng.3) untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat minat belajar Pendidikan Agma Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng. 4) Untuk Mendeskripsikan Solusi dari Minat Belajar Pendidikan Agma Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif yang mengambil lokasi di SDN 16 Liangeng Soppeng. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah dan seluruh Pendidik di SDN 16 Liangeng. Metode pengumpulan datanya yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen Penelitian ini yaitu pedoman observasi, wawancara dan reduksi data.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Strategi guru dalam menumbuhkan minat peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng strategi yang dipakai oleh guru pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Minat belajar Pendidikan agama Islam peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng cenderung kurang. Namun guru menyiasati hal ini dengan berbagai cara di antaranya, memerlukan dorongan dari orang tua serta memberikan motivasi semangat belajar dan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh peserta didik. Faktor-faktor yang menghambat minat belajar Pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng yaitu kendala dari segi pembelajaran, masih banyak peserta didik yang belum lancer mengaji dan juga menegtahui huruf hijaiyah, dan juga penghambat selanjutnya yaitu kondisi listrik yang belum masuk di SDN 16 Liangeng.Untuk menghadapi kendala faktor penghambat dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan buku pengghubung orang tua dan guru serta memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber bahan ajar, menggunakan media yang real atau nyata dengan menggunakan karton sebagai medianya.

Implikasi penelitian ini yaitu tentang pembentukan sikap minat belajar peserta didik, dimana dengan adanya strategi yang dilakukan oleh guru SDN 16 Liangeng, peserta didik mampu untuk mengembangkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan strategi dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik hendaknya di lakukan secara berkelanjutan. Hal ini perlu dilakukan agar minat belajar peserta didik terbentuk secara maksimal dan sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam hal mengatur peserta didik. Guru harus terus menjadi contoh yang baik kepada peserta didik, mendidik peserta didik untuk berakhlak yang mulia dan mampu memberikan nilai-nilai budi pekerti yang baik.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai prasarana pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya menjadi manusia yang produktif.

Keberhasilan proses pembelajaran lebih ditekankan kepada perbaikan dengan mengoptimalkan proses pembelajaran itu sendiri, terutama efisiensi, keefektifan, dan produktivitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi orang banyak. Kebutuhan pendidikan merupakan hak asasi manusia. Semua pihak perlu memikirkan bagaimana mutu pendidikan setiap tahunnya agar meningkat. Oleh sebab itu, persoalan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, orang tua dan anak didik itu sendiri.1 Keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi tujuan dan cita- cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksanaan dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan.

Pendidik mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan dan mewujudkan diri individu. Pendidik bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak dapat mewujudkan dirinya untuk

1Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit (Yogyakarta: Pusaka, 2007), h. 1.

(12)

2

berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sebagaimana yang difirmankan dalam QS Ar-Ra’d/ 13:11,

ه َّللّٱ َّنِإ هقِب اهم ُ ِِيّهغُي لَ ه ى َّتّهح ٍم و

ۡۗ مِهِسُفن ه

أِب اهم ْاوُ ِِيّهغُي

Terjemahnya:

Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.2

Tafsiran ayat di atas mengenai allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali dengan usaha dan jerih payahnya sendiri, menurut at-Thabari, maksud ayat di atas menjelaskan bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya.

Dan juga dalam QS Al-Isra’/ِ17:7,

ُت أهس ه

أ نوَإِ ۡۖ مُكِسُفن ه

ِلِ مُتن هس ح ه

أ مُتن هس ح ه أ نِإ هءٓاهج اهذِإهف ۚاهه هلهف م

ُسهيِل ِةهرِخلۡأٓٱ ُد عهو ْاؤُ ٔ

ْا وهلهع اهم ْاوُ ِِبّهتُ ِلِهو ٖةَّرهم هلَّوهأ ُهوُلهخهد اهمهك هدِج سهم لٱ ْاوُلُخ دهِلِهو مُكههوُجُو اًيِّب تهت

٧

Terjemahnya:

Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.3

Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, salah satu yang sangat penting sebelum mengajar yaitu strategi belajar, oleh karena itu guru harus memiliki strategi pembelajaran yang baik yang dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan untuk menumbuhkan hasil belajar peserta didik, oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan berbagai macam perangkat atau alat pendukung meningkatnya pembelajaran, dalam kegiatan belajar

2Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Halim, 2014), h. 250.

3Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 282.

(13)

menurut Roestiyah NK yang dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar efektif dan efisien, mengantar pada tujuan yang diharapkan.4

Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan nasional Indonesia) yang dikutip oleh Amin Kuneifi Elfachmi yaitu tuntunan hidup didalam hidup tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.5

Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa:

“Pendidikanِ adalahِ usahaِ sadarِ danِ terencanaِ untukِ mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,ِbangsa,ِdanِnegara”.6

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorng orang untuk melakuakn apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dari pendapat Hurlock yang dikutip oleh Try Gunawan Zebua mengatakan bahwa dapat kita simpulkan bahwa suatu minat itu dapat menjadi sumber dari motivasi bila orang tersebut dalam kondisi bebas dalam memilih sesuatu. Minat tersebut dapat mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Sehingga minat adalah motovasi, atau dengan kata lain motivasi adalah minat Minat dapat tumbuh jika seseorang memiliki minat pada suatu hal tertentu.7

4Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 84.

5Amin Kuneifi Elfachmi, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 14.

6Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bidang DIKBUD KBRI Tokyo, h. 1.

7www.Guepedia.com diakses pada 15 januari 2023 pukul 22.40.

(14)

4

Dalam pendidikan, guru menduduki peran strategis dalam meningkatkan mutu Pendidikan, sehingga diperlukan kelayakan untuk mengajar pada jenis dan jenjang Pendidikan tertentu.8 Guru Profesional bukan hanya harus benar-benar menguasai materi yang harus disampaikannya kepada peserta didik dan kaitannya dengan tujuan Pendidikan nasional secara filosofis maupun praktis. Dia juga harus paham hal-hal yang mendasar seperti prinsip belajar otak kiri dan kanan, pendekatan quantum teaching and learning, pemahaman tentang multiple intelligences dan penerapannya di kelas.9

Sisi lain guru penting memiliki kemampuan dan kecerdasan emosional dan spiritual, sebagai pendekatan dalam memahami kesiapan mental belajar peserta didik.

Peserta didik dapat menumbuhkan minat belajarnya jika siap untuk belajar. Kesiapan belajar peserta didik terlihat pada fokusnya mengikuti pembelajaran, dapat berpartisipasi, rajin bertanya, menyimak penjelasan guru, dan seterusnya. Hal tersebut menjadi kursus penting dalam penelitian ini sehingga dinilai sangat urgen dan relevan untuk menemukan solusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Dalam hal ini, pada saat observasi mengenai bagaimana strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng yaitu pertama, pendidik selalu menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai, kedua, memberikan motivasi belajar kepada peserta didik, ketiga, guru selalu mengingatkan peserta didik untuk belajar belajar dan belajar, karena dengan belajar maka semakin banyak juga ilmu yang ia dapatkan.

8Ahmad Rizali, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional (Indonesia: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 22.

9Ahmad Rizali, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, h.19.

(15)

Berdasarkan observasi awal di SDN 16 Liangeng, pada hari Jum’at,ِ 22-30 Oktober 2021,10 setiap kali mengajar, kebanyakan pendidik menggunakan banyak metode seperti metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, bahkan metode pembelajaran penemuan (Discovery Learning), dan lain sebagainya.

Peserta didik di SDN 16 Liangeng ini minat belajarnya kurang antusias dan semangat untuk belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti selama berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan judul yang diangkatِ dalamِ penelitianِ iniِ yaitu:ِ “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Berdasarkan hasil observasi di atas, maka dirumuskan fokus penelitian dan deskripsi fokus sebagai berikut:

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

NO Fokus

Penelitian

Deskripsi Fokus

1 Strategi Guru dalam

Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

Strategi Guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik adalah cara atau metode yang digunakan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Seperti yang biasa kita ketahui yaitu bermain sambil belajar. Predikat Guru yang melekat pada seseorang berdasarkan Amanah yang di

10 Observasi di SDN 16 LiangengِSoppeng,ِJum’at,ِ22-30 Oktober 2021, pukul 07.00 WITA

(16)

6

NO Fokus

Penelitian

Deskripsi Fokus

3

dan Budi Pekerti Peserta Didik

Faktor-faktor yang

menghambat tumbuhnya minat belajar peserta didik di

SDN 16

Liangeng Soppeng

serahkan orang lain kepadanya. Guru memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang bagus didalam kelas dimana peserta didiknya memiliki ketertarikan dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan dalam ruang kelas. Minat belajar peserta didik akan meningkat jika peserta didik memiliki ketertarikan, perhatian, keterlibatan dalam proses pembelajaran, seperti penjelasan sebelumnya dimana bermain sambal belajar, guru melakukan proses pembelajaran didalam kelas dengan mengajak peserta didik melakukan metode bermain sambal belajar dimana peserta didik di ajak bernyanyi, bermain kartu dan lainnya.

Beberapa faktor yang jadi penghambat minat belajar seperti:

1) media pembelajaran, 2) jaringan internet, 3) fasilitas pembelajaran, 4) kualitas pembelajaran, 5) orangtua.

(17)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng?

2. Bagaimana strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng?

3. Apa saja faktor-faktor yang menghambat dalam minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng?

4. Apa saja Solusi yang menghambat dalam tumbuhnya minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng?

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Rezki Andhika pada tahun 2020, dengan judul: Kreativitas guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik di MIN 8 Aceh Barat. Adapun kesimpulan hasil peneliti adalah perkembangan pendidikan dasar di Indonesia masih banyak yang perlu dibenahi, seperti kekurangan jumlah dan kualitas guru. Peran dan fungsi guru dalam mencerdaskan peserta didik sangat dominan dan menentukan,

(18)

8

serta mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas juga ditentukan oleh kreativitas guru untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Karena peserta didik terkadang bosan dan jenuh dengan pelajaran yang tetap dan selalu sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja bentuk kreativitas guru di MIN 8 Aceh Barat dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan kreativitas guru di MIN 8 Aceh Barat dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik terdiri dari: Penggunaan media belajar yang kreatif seperti media audio, audio visual, media kartu kata dan media gambar, Penggunaan strategi mengajar kreatif dan bervariasi seperti diskusi, kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan dan strategi Reading Aloud, Pengelolaan kelas yang kreatif seperti formasi leter-U dan berkelompok. Sementara penerapan kreativitas guru diterima dengan baik. Dengan kata lain secara keseluruhan penerapan kreativitas guru mendapatkan respon dari peserta didik, dan menumbuhkan minat belajar peserta didik.11 Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada variabel yang diteliti yaitu menumbuhkan minat belajar peserta didik. Perbedaannya terdapat pada tempat penelitian Muhammad Rezki Andhika memilih tempat di MIN 8 Aceh Barat, sedangkan peneliti meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

11Muhammad Rezki Andhika, Kreativitas Guru dalam Menumbuhkan Minat Belajar Peserta Didik di MIN 8 Aceh Barat. 2020.

(19)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wardah Rikhatul pada tahun 2021, dengan judul: Kreativitas Guru PAI dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Daring di MTsN 1 Lamongan. Adapun kesimpulan hasil penelitian adalah penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) mengambil data dari lapangan, dengan penggunaan metode kualitatif. Dengan Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi: a) Tahap perencanaan, b) Tahap pelaksanaan, c) Tahap analisis data, d) Tahap pelaporan. Teknik analisis datanya dengan mereduksi data, menyajikan data, dan memberi kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Guru sudah mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengembangkan strategi, metode, serta media yang menarik untuk pembelajaran daring berbantu aplikasi seperti e-Learning, whatsapp, aplikasi youtube ada juga yang menggunakan google form, power point, dan pembelajaran bentuk proyek dengan berisikan konten- konten video pembelajaran, 2) faktor pendukungnya adalah kesukaan guru untuk membaca, melihat, mencari informasi terkait media dan metode pembelajaran, adanya keaktifan guru dalam mengikuti pelatihan untuk guru pendidikan agama Islam, kerjasama antar guru, 3) faktor penghambat kreativitas dan solusinya ialah kemampuan yang dimiliki oleh guru, kemampuan peserta didik yang berbeda-beda, susahnya jaringan internet yang dimiliki peserta didik, keterbatasan tatap muka sehingga sulit berinteraksi. Solusi untuk menghadapinya ialah mengikuti pelatihan guru, memberi pembelajaran yang intensif untuk peserta didik yang berkemampuan rendah, menghubungi teman yang dekat dengan rumahnya

(20)

10

untuk membantu temannya yang kesulitan, tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk peserta didik.12 Persamaan penelitian ini pada sama- sama meneliti cara guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik.

Perbedaan ada pada tempat penelitian, dan variabel. Wardah Rikhatul memilih tempat penelitian di MTsN 1 Lamongan, sedangkan peneliti meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng, variabel yang diteliti yaitu pembelajaran daring/virtual sedangkan saya pembelajaran luring/tatap muka.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Firgianti pada tahun 2018, dengan judul: Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa di MIN Rejotangan Tulung Agung.13 Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah penelitian ini membahas tentang keberhasilan guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran di kelas yaitu menggunakan strategi pembelajaran kontekstual, strategi pembelajaran inkuiri, dan strategi pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan minat peserta didik dalam belajar.

Sehingga peserta didik selalu bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada penelitian yang saya lakukan terdapat perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian saya yaitu strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik kelas IV MI Al-Ittifaqiah Indralaya menggunakan metode pembelajaran penemuan (discovery learning).

Persamaannya terdapat pada penelitiannya yang sama-sama meneliti

12Wardah Rikhatul, Kreativitas Guru PAI dalam Menumbuhkan Minat Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Daring di MTsN 1 Lamongan. 2021.

13Anggun Firgianti, Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di MIN Rejotangan Tulung Agung. 2018.

(21)

bagaimana strategi guru dalam meningkatkan minat belajar peserta didik di dalam kelas. Perbedaan ada pada tempat penelitian, dan variabel. Anggun Firgianti memilih tempat penelitian di MI Al-Ittifaqiah Indralaya, sedangkan saya meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Fadhylatul pada tahun 2021, dengan judul Strategi guru kelas dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik di kelas model SD Brawijaya Smart School pada masa pandemi Covid- 19. Adapun kesimpulannya yaitu strategi merupakan suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pasti relevan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap guru dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Adanya berbagai perubahan pola belajar dan mengajar yang terjadi karena suatu kondisi pasti tidak akan pernah terlepas dari peran seorang guru, termasuk perubahan pola belajar ke pembelajaran daring yang terjadi dimasa pandemi Covid-19.

Perubahan pola mengajar tersebut membawa guru harus merubah tujuan kegiatan pembelajaran, dan juga strategi pembelajaran yang digunakan.

Adapun persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar. Perbedaan ada pada tempat penelitian, Fadhylatul memilih tempat penelitian di kelas model SD Brawijaya Smart School, sedangkan saya meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Moch Yasyakur pada tahun 2016, dengan judul: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan

(22)

12

Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu di SD EMISc14. Kegiatan sholat merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di Sekolah Dasar EMISc, sebagai langkah pembiasaan dalam berdisiplin melaksanakan sholat lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan nilai-nilai disiplin beribadah kepada peserta didik. Kegiatan sholat berjamaah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk para peserta didik berkepribadian muslim yang taat dalam melaksanakan ibadah terutama sholat lima waktu. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang strategi guru, perbedaanya terdapat pada variabel yang diteliti.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil penjabaran yang telah dilakukan oleh penulis, berikut merupakan tujuan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mendeskripsikan minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

b. Untuk mendeskripsikan strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 liangeng Soppeng.

14Moch Yasyakur, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Kedisiplinan Beribadah Shalat Lima Waktu, 2016.

(23)

c. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat dari minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

d. Untuk mendeskripsikan solusi yang menghambat tumbuhnya minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penjabaran yang telah dilakukan oleh penulis, berikut merupakan kegunaan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

a. Untuk menambah pengalaman penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai bahan kajian dan referensi dalam pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan.

b. Penelitian ini penting sebagai syarat formal bagi penulis menyelesaikan studi pada program strata (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

c. Dengan hasil penelitian diharapkan nantinya akan memberikan masukan kepada guru dan Kepala Sekolah di SDN 16 liangeng Soppeng.

(24)

14 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Strategi Guru

1. Pengertian Strategi

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or activities designed to achieves a particular educational goal. Atau strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara umum strategi juga mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan.1

Mintzberg sebagaimana dikutip oleh Martinis Yamin mendefinisikan bahwa strategi sebagai 5P, yaitu strategi sebagai perspektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencana, strategi sebagai pola kegiatan, strategi sebagai penipuan yaitu muslihat rahasia. Sebagai perspektif kepada semua aktivitas.

Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencana, dalam hal strategi menemukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai pola kegiatan, dimana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.2

Beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.3

1Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Said, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 5.

2Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran (Jakarta: GP Press Group, 2013), h. 2.

3Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5.

(25)

2. Pengertian Guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Guru harus memiliki kualifikasi kompetensi intelektual, sosial operasional, dan perilaku moral dan profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik.

Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah guru disamping istilah pengajar dan pendidik. Dua istilah tersebut merupakan bagian tugas terpenting dari seorang guru, yaitu mengajar dan segaligus mendidik peserta didiknya. Walaupun antara guru dan ustadz pengertiannya sama, namun dalam praktek khususnya di lingkungan sekolah-sekolah Islam, istilah guru dipakai secara umum. Sedangkan istilah ustadz dipakai untuk guru khusus, yaitu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman ajaran agama islam yang mendalam. Dalam wacana yang lebih luas.

Istilah guru bukan hanya nya sebatas Lembaga persekolahan atau Lembaga perguruan semata.

Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan Pendidikan menengah. Guru adalah seorang tenaga kependidikan yang mempunyai tanggung jawab besar dalam sebuah proses pembelajaran menuju keberhasilan Pendidikan, khususnya untuk peserta didiknya dimasa yang akan datang.

Guru adalah tenaga Pendidikan yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Guru bertugas untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang baik.

Dengan keilmuan yang dimiliki guru yang membimbing anak didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru adalah orang dewasa yang

(26)

16

bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mereka mencapai tingkat kedewasaan, peserta didik mampu untuk berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sendiri.

Dalam konteks apapun tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi dan berinteraksi dengan baik, termasuk menjalin hubungan dan mengkomunikasikan program-program kelasnya terhadap komite sekolah, sekolah atau orang tua maupun bekerjasama dengan masyarakat terkait dengan kegiatan pembelajaran bagi pesertadidik serta lainnya. Oleh sebab itu guru harus mengetahui teori-teori komunikasi dan interaksi efektif, karena tidak akan bermanfaat ilmu yang dikuasai guru dengan baik, kalau dia sebagai guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran tidak mampu menjalin interaksi dan mengkomunikasikan pada peserta didiknya secara baik, yaitu enak untuk diikuti dan mudah untuk dipahami. Demikian juga tidak akan bermanfaat kreatifitas guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.4

Guru dinamakan juga pendidik profesional, sebab guru ikut menanggung beban orang tua dalam mendidik anak. Dikatakan bahwasannya guru juga merupakan orang yang memperoleh anggaran dasar (AD) dari pemerintah maupun swasta untuk menjalankan tugasnya, oleh sebab itulah guru mempunyai hak serta tugas dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di sebuah instansi pendidikan sekolah.5 Guru adalah peran yang sangat banyak bergaul serta berinteraksi pada peserta didik. Peran seorang guru yakni merancang serta melakukan proses pembelajaran, memperhitungkan hasil dari pembelajaran, melaksanakan

4Siti Rukhayati, Strategi Guru PAI dalam Membina Karakter Peserta Didik SMK Al-Falah Salatiga (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), h. 10-11.

5Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 23.

(27)

bimbingan, pelatihan, riset, serta pengkajian, serta menciptakan hubungan terbuka dengan masyarakat sekeliling.6 Pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus adalah guru. Personil yang tidak berspesialisasi dalam kegiatan atau bekerja sebagai guru tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Profesi jadi guru butuh persyaratan khusus, selaku guru yang profesional wajib memahami kompleksitas pendidikan serta pembelajaran serta berbagai ilmu lainnya. Ilmu-ilmu tersebut perlunya dibudidayakan serta ditingkatkan lewat periode pendidikan tertentu ataupun pra jabatan.

Menurut Abidin Ibnu Rusn, ia mengambil pandangan Al-Ghazali yang menunjukkan bahwasanya dibandingkan dengan profesi lain, profesi guru boleh dibilang merupakan profesi yang paling mulia dan terbesar. Al-Ghazali berkata:

Seorang yang berilmu dan berpengetahuan, dan kemudian menggunakan pengetahuan ini untuk bekerja, dialah yang disebut orang besar di bumi. Sama seperti matahari menyinari orang lain, sedangkan dia pun juga bercahaya. Itu seperti aroma minyak suri yang bisa dinikmati orang lain, begitu juga dirinya.7

Adapun kesimpulan menurut peneliti, Guru adalah pendidik yang profesional, sebab ikut menanggung beban orang tua dalam mendidik anak. Guru mempunyai hak serta tugas dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di sebuah instansi pendidikan sekolah. Seorang guru berperan dalam merancang serta melakukan proses pembelajaran, memperhitungkan hasil dari pembelajaran, melaksanakan bimbingan, pelatihan, riset, serta pengkajian, serta menciptakan hubungan terbuka dengan masyarakat sekeliling.

6Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung:

Alfabeta, 2016), h. 6.

7Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 63-64.

(28)

18

3. Fungsi dan Tugas Guru

Adapun fungsi dan tugas guru antara lain:

a. pendidik

Pendidik dalam undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 didefinisikan dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan Pendidikan. Pada bab XI pasal 32 ayat 2 dikatakan bahwa guru sebagai pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan degan mendisiplikan anak agar aak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah da norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Jadi tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang pendidik, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi sangat menunjang peningkatan kualitas sebagai guru.

b. Pemimpin

Guru adalah pemimpin bagi siswa dalam pembelajaranya, bagi koleganya atau teman-teman seprofesinya dan bagi dirinya sendiri. Guru adalah seorang pemimpin ketika ia sedang melaksanakan pembelajarannya dikelasnya la adalah pemegang kendali dan pengambil keputusan saat melaksanakan pembelajaran.

(29)

Karena itu ia harus bias menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya pembelajaran yangberkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru juga harus dapat membaca potensi anak didiknya yang beragam dan mampu menggunakan multi pendekatanya dalam mengajar. Seorang guru yang professional akan mampu menjadi seorang yang berdiri didepan menunjukkan bagaimana seharusnya menjadi guru yang berkualitas bagi guru-guru lainnya.8

4. Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai- nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh. Kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Setiap halnya profesi lain, kode etik guru di Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan oleh kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di Jakarta.

Kode etik guru tertuang dalam keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor: VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 Tentang kode etik guru Indonesia. Pada pasal 6 tentang kewajiban guru terhadap profesi berisi:

1) Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi.

2) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

8Siti Rukhayati, Strategi Guru PAI dalam Membina Karakter Peserta didik SMKAl-Falah Salatiga (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), h.15.

(30)

20

3) Melakukan tindakan dan/mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi.

4) Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.

5) Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan pendidikan.9

Adapun kesimpulan menurut peneliti, Kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.

5. Komponen Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan peserta didik.

Guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu sajatugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua peserta didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang tidak maksimal mencapai tujuan pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang menunjukkan bahwa belajar mengajar adalah suatu sistem. Adapun komponen tersebut adalah: tujuan,bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode,alat

9Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor:

VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 Tentang Kode Etik Guru Indonesia.

(31)

dan sumber belajar, serta evaluasi. Penjelasan dari setiapkomponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu yang akan dituju/dituntut ketika kita melakukan sesuatu. Tujuan dalam pembelajaran adalah tercapainya indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang akan dicapai peserta didik setelah dia mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.10 Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber,dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didaya gunakan untuk mencapai tujuan selefektif dan efisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu, seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah. Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai olehpeserta didik.

Karena itu,guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. Jadi, bahan

10Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21 (Surabaya: CV. Cipta Media Edukasi, 2019), h. 11.

(32)

22

pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik11.

c.Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pengajaran. Segala sesuatu yang telah dirancang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana indicator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi timbal balik dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis.

Karenanya, guru diharapkan memiliki keterampilan melayani perbedaan individu.

Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual.

Peserta didik sebagai individu memiliki perbedaan dalam hal sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman terhadap aspek tersebut akan menumbuhkan hubungan harmonis antar guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar.

d.Metode

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru

11Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21, h. 12.

(33)

dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setalah pengajaran berakhir.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar proses belajar mengajar tidak membosankan. Tujuannya agar peserta didik berminat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa penggunaan metode yangbervariasi bisa juga tidak menguntungkan kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya, serta tidak melayani perbedaan individu peserta didik.

e.Alat

Alat adalah benda yang dipakai untuk mencapai apa yang dimaksud. Alat pembelajaran adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitualat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya.

Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa papan tulis, spidol, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya.

f. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi di sini tidak hanya berupa hasil belajar namun ditinjau juga dari proses interaksi peserta didik dengan berbagai macam

(34)

24

sumber yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat ahli mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah:

1) Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyakarat);

2) Buku/perpustakaan;

3) Masa media (majalah, surat kabar, radio, televisi, dan lain-lain);

4) Lingkungan;

5) Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, CD, papan tulis, spidol, proyektor dan lain-lain);dan

6) Museum, kebun binatang, dll.

g. Evaluasi

Istilah evaluasi adalah penilaian. Mengevaluasi adalah memberikan penilaian. Dalam pengertian luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dalam kegiatan evaluasi, diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Evaluasi pembelajaran adalah proses pengumpulan data riel secara sistematis. Data ini akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan atau tingkat perubahan peserta didik.

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan peserta didik maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:

(35)

1) Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi peserta didik.

2) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap peserta didik. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar pesera didik kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang peserta didik.

3) Untuk menentukan peserta didik di dalam situasi belajar mengajar yang tepat,sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh peserta didik.

4) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.12

6. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran, meliputi:

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang

12Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21, h. 13-17.

(36)

26

disampaikan itu dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) peserta didik. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.13

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran langsung karena di dalam strategi ini materi pelajaran yang disampaikan secara langsung oleh guru. Peserta didik hanya menerima materi pelajaran dari guru. Peserta didik tidak dituntut untuk mencari materi itu.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.14

Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir peserta didik untuk menemukan dan menganalisis jawaban dari suatu masalah yang

13Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 179.

14Darmadi, Optimalisasi Strategi Pembelajaran (Lampung Tengah: Guepedia Publisher, 2018) h. 121-122.

(37)

dipertanyakan. Proses berpikir biasanya dilakukan tanya jawab antara guru dengan peserta didik. Strategi pembelajaran inkuiri memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir sistematis, logis, dan kritis. Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered approach).

c. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. Salah satu strategi model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning).15 Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dengan kelompok-kelompok kecil agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembagian kelompok peserta didik dapat dibedakan berdasarkan minat dan bakat, latar belakang kemampuan, serta campuran. Meskipun dibedakan menjadi beberapa kelompok perlu diingat bahwa seorang guru harus tetap mempertimbangkan tujuan dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama peserta didik dalam berkelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya di bidang akademik, akan tetapi juga dalam bidang sosial.

15Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran:Strategi Pembelajaran Sekolah (Jakarta: PT Grasindo, 2018), h. 249.

(38)

28

d. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism) bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling) dan penilaian autentik (authentic assessment).16

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pengalaman langsung. Melalui proses tersebut peserta didik memiliki harapan untuk memiliki perkembangan yang secara utuh. Peserta didik dapat berkembang pada bidang afektif, kognitif, dan psikomotor.

e. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Aktivitas Pembelajaran Peserta didik yang berorientasi pada aktivitas peserta didik merupakan suatu pendekatan dalam sebuah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran untuk memperoleh suatu hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor secara seimbang. Peserta

16Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual (Jakarta: Kencana, 2014), h.140.

(39)

didik berperan sebagai subjek pendidikan sedangkan guru berperan sebagai penunjuk pada saat proses pembelajaran dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah.17

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama dalam suatu proses pembelajaran adalah strategi pembelajaran pada aktivitas peserta didik ini menghendaki adanya hasil belajar peserta didik yang seimbang antara kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan. Pada pembelajaran ini peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi yang didapatkan saja, akan tetapi peserta didik juga dituntut untuk menerapkan informasi yang telah didapatkan dalam kehidupannya

f. Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi pembelajaran yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Kemampuan sikap afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.18

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan Pembelajaran dapat tercapai jika pendidik memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

g. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBM,

17Danang Rico Setyo Nugroho, dkk, Implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Aktivitas Peserta didik Untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep, Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal, Vol 4, No 3, September 2018, h. 2.

18Haudi, Strategi Pembelajaran (Sumatra Barat: Insan Cendekia Mandiri, 2021), h.106.

(40)

30

fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, peserta didik tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.19

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan agar peserta didik mampu untuk berpikir kritis terhadap suatu masalah serta mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

7. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran

Adapun konsep dasar strategi pembelajaran meliputi:

a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku. spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan itu. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah, oleh karena itu tujuan pembelajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih cara pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.

c. Memilih metode dan teknik pembelajar. Metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

19Nur Afif, Pembelajaran Berbasis Masalah Perspektif Al-Qur’an (Tuban: Penerbit Kalindo, 2019), h.12.

(41)

Mengartikan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.20 Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:

a) Metode Ceramah

Ceramah adalah setiap penyajian informasi secara lisan yang berlangsung selama 45 menit maupun yang informasi dan hanya memakan waktu 5 menit.

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (pendidik). Suryobroto menjelaskan dengan mengutip pernyataan Sinarno bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah sebagai metode mengajar adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh seorang pendidik terhadap kelasnya.21 Penekanan metode ceramah dalam hubungannya atau interaksinya pendidik kepada peserta didik adalah berbicara. Metode ceramah dianggap sebagai metode konservatif dengan menyatakan pengenalan metode lain dengan melemahkan metode ceramah. Tidak selamanya metode ceramah itu tidak bagus karena peran pendidik yang sekaligus sebagai motivator akan menjelaskan berbagai suatu konsep yang hendak dimengerti peserta didik.

Penggunaan metode ceramah menjadikan peserta didik sebagai yang dididik bertugas mendengarkan dengan cermat dan mencatat poin yang dikemukakan pendidik. Identifikasi metode ceramah dapat terlihat ketika pendidik menyampaikan fakta atau kenyataan, menghendaki berbicara yang membawa

20Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 147.

21Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h.

155.

(42)

32

stimulus motivasi kepada anak untuk mengerjakan sesuatu, menyimpulkan materi yang telah dipelajari, memperkenalkan hal yang baru.22

b) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.23 Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau menentukan solusi masalah yang ditemukan dalam peserta didik dalam materi pembelajaran. Masalah adalah kesenjangan atau perbedaan antara yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Masalah dapat berupa pertanyaan apa, kenapa, bagaimana, dimana dan kapan. Melalui metode diskusi dapat menentukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Salah satu syarat untuk metode diskusi adalah sebagian besar peserta didik harus mempunyai pengetahuan dan wawasan terhadap topik atau masalah materi yang didiskusikan.24

Metode diskusi melibatkan langsung peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Metode diskusi menghendaki peserta didik untuk berbicara atau mengungkapkan solusi yang ditawarkan agar permasalahan yang diberikan dapat terselesaikan. Tak lupa pula pendidik tetap harus mengarahkan jika dalam proses diskusi terjadi kesalahpahaman antar peserta didik.

Metode diskusi adalah metode belajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).

22Eliyyil Akbar, Metode Belajar Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2020), h. 30.

23Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka, 2006), h. 87.

24Lufri, dkk., Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran (Malang: CV IRDH, 2020), h. 51.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media miniatur rangkaian listrik yang dikembangkan dapat digunakan sebagai media penunjang pembelajaran pada

menyuruh tukang untuk memindahkan tangga tersebut demikian dari saya pelaporannya terima kasih terima kasih atas semua yang ditemukan di bagian umum keuangan

PENDAMPINGAN PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (PSDSK) MELALUI SEKOLAH LAPANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG (SL-ASP) DI KALIMANTAN BARAT (2.. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM

Dari hasil observasi dan wawancara dengan berbagai nara sumber yang ada seperti tokoh masyarakat, warga pondok pesantren dan masyarakat Desa Padati Mondok, peningkatan

Pada percobaan karakterisasi rasio input bahan bakar pada generator-set listrik dual fuel (gasoline-biogas) menggunakan jaringan syaraf tiruan dipergunakan beban 9 bola

siswa. Hukuman yang paling banyak diberikan adalah siswa diminta untuk membuang sampah. Meski demikian,ada pula siswa yang diberi hukuman untuk belajar sendiri di

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti hendak melakukan riset penelitian dengan judul “Implementasi Algoritma Naive Bayes pada Sistem Pendukung Keputusan

Dana program pelayanan sosial lansia di bantul berasal dari APBN (ASLUT) dan APBD (Homecare dan Pemberdayaan Lansia). Aktor utama yang berperan dalam proses penyaluran pelayanan