• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Discovery Learning (Bagian Dari Inquiry Spectrum Learning-Wenning) Pada Materi Bioteknologi Kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Modul Biologi Berbasis Discovery Learning (Bagian Dari Inquiry Spectrum Learning-Wenning) Pada Materi Bioteknologi Kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat.

Hanya orang-orang yang memiliki keahlian yang dapat bertahan terhadap dampak

globalisasi. Menurut Khusdaryani (2012) menyatakan bahwa dalam persaingan

era globalisasi kemenangan ditentukan oleh mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

Mutu SDM sendiri ditentukan oleh pendidikan bermutu baik ditingkat dasar,

menengah maupun tinggi, tetapi kenyataannya pendidikan di Indonesia masih

jauh dari apa yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Programme Internationale for

Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 diketahui bahwa kemampuan sains

siswa Indonesia masih rendah. Kesimpulan ini diperoleh dari laporan PISA 2012

dalam (Organization for Economic Co-operation and Development, 2013) yang

menyatakan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana

Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari 65 negara peserta. Hasil studi

yang dilakukan PISA tentang kemampuan sains siswa tidak berbeda jauh dengan

hasil survei Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS)

yang diterbitkan oleh situs resmi litbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

pada tanggal 15 Agustus 2011. Skor hasil survei untuk prestasi sains siswa kelas

VIII Indonesia berada dibawah rata-rata skor internasional yaitu kurang dari 500.

Menurut hasil survei TIMSS pada tahun 1999, Indonesia berada pada pringkat 32

dari 38 negara peserta, pada tahun 2003 berada pada pringkat 37 dari 46 negara

peserta dan pada tahun 2007 berada pada pringkat 35 dari 49 negara peserta serta

pada tahun 2011 berada pada pringkat 38 dari 48 negara peserta survei TIMSS

(2)

commit to user

Rendahnya nilai sains siswa Indonesia hasil survei PISA dan TIMSS

dikarenakan banyaknya materi uji yang ditanyakan di PISA dan TIMSS tidak

terdapat dalam kurikulum pembelajaran Indonesia. Pemerintah melalui peraturan

Menteri Pendidikan nomor 59 tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMA/MA dalam upaya penyempurnaan pola pikir maka Kurikulum

2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (1)

penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, (2) penguatan pola

pembelajaran interaktif, (3) penguatan pola pembelajaran secara jejaring, (4)

penguatan pembelajaran aktif-mencari (5) penguatan pola belajar sendiri dan

kelompok, (6) penguatan pembelajaran berbasis multimedia, (7) penguatan pola

pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, (8) penguatan

pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, dan (9) penguatan pola pembelajaran

kritis. Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang disertai penyempurnaan pola pikir

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang pada akhirnya amanah

Undang Undang Dasar 1945 bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dapat tercapai.

Mewujudkan tujuan pendidikan yang tertuang dalam amanah UUD 1945

tidak mudah. Kenyataan dilapangan banyak ditemui kendala-kendala yang

berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi dan

analisis Instrumen Faktor Penyebab Dengan 8 Standar di SMA Negeri 1

Magelang di peroleh nilai capaian indikator SNP (Standar Nasional Pendidikan)

sebesar 94.79% dan gap sebesar 5.21%. Nilai gap terbesar disumbang oleh

Standar Proses sebesar 1.90%, Standar Pendidikan dan Kependidikan sebesar

1.42%, Standar Isi dan Standar Penilaian yang masing-masing menyumbang gap

sebesar 0.95%. Adanya gap sebesar 5.21% diduga telah menjadi penyebab

turunnya daya serap hasil Ujian Nasional (UN) materi bioteknologi di SMA

Negeri 1 Magelang.

Hasil analisis daya serap UN yang dilakukan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) pada tahun 2010-2011 untuk materi bioteknologi sebesar

(3)

commit to user

turun menjadi 62.73% yang berarti mengalami penurunan daya serap UN materi

bioteknologi sebesar 21.16% (Sofware Pamer UN BSNP 2012-2013). Nilai

rata-rata ulangan harian materi bioteknologi siswa juga masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai ulangan harian siswa yang di atas 79 sesuai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belum mencapai 75% dengan nilai rata

-rata 78,5. Hasil belajar siswa pada aspek sikap menunjukkan sebagian besar

siswa berkategori B. Siswa berkategori A kurang dari 10% dengan nilai rata

-rata 78,3. Penilaian aspek keterampilan tidak diberdayakan melalui metode

mengajar guru dalam proses pembelajaran materi bioteknologi. Metode

mengajar guru untuk materi bioteknologi adalah ceramah. Aspek

keterampilan yang kurang dilatihkan tampak dari rendahnya penggunaan

laboratorium biologi sekolah untuk proses pembelajaran terutama bagi siswa

kelas XII. Siswa kelas XII hanya melaksanakan 3 praktikum dari 13

praktikum yang diamanatkan dalam silabus pembelajaran selama Tahun

Pelajaran 2013/2014. Praktikum yang dilaksanakan adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, respirasi

anaerob dan percobaan Ingenhouze.

Berdasarkan analisis bahan ajar yang dilakukan pada tanggal 01 September

2014 di SMAN 1 Magelang didapatkan bahwa untuk buku materi yang digunakan

oleh siswa nilai kesesuaiannya dengan kurikulum 2013 adalah 64.4% dan nilai

ketidaksesuaiannya sebesar 35.6%. Buku berisi pemaparan materi dan latihan

soal. Kegiatan belajar dalam buku masih minim dan belum dilengkapi dengan

basis model tertentu. Hasil analisis modul biologi yang di beli dipasaran belum

dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran tertentu. Modul yang

ada berisi ringkasan materi, latihan soal yang mengacu pada aspek kognitif dan

tiga kegiatan siswa berbasis masalah. Hasil analisis Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang di beli dipasaran dan LKS yang dibuat oleh guru untuk kegiatan

pembelajaran menekankan pada hafalan dan latihan soal yang mengacu pada

aspek kognitif. Berdasarkan hasil analisis bahan ajar, inovasi pengembangan

(4)

commit to user

sains, sikap ilmiah dan kemampuan kognitif siswa sesuai tuntutan kurikulum 2013

perlu dilakukan.

Data hasil analisis bahan ajar diperkuat dengan data hasil analisis angket

dan observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 01 September

2014 di SMAN 1 Magelang. Hasil analisis angket baik guru dan siswa

menyatakan bahwa buku yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tidak

memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep dan mengemukakan ide-ide

mereka, buku ajar biologi materi bioteknologi masih dianggap sulit dipahami oleh

siswa dan kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

berbasis saintifik. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran, guru masih

mendominasi kegiatan belajar dan siswa yang aktif masih dibawah 60%

sedangkan yang 40% tidak aktif. Guru masih kesulitan memadukan model

pembelajaran dengan LKS dalam kegiatan pembelajaran. Temuan hasil analisis

angket dan observasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan bertolak

belakang dengan jiwa Kurikulum 2013 yaitu guru dalam kegiatan pembelajaran

dituntut mampu menggunakan metode pembelajaran berbasis saintifik yang

berpusat pada siswa.

Fakta-fakta yang didapat dari hasil observasi dan analisis bahan ajar berbeda

jauh dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013

tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dan nomor 104 tahun 2014

tentang penilaian hasil belajar siswa pada Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil

analisis RPP dan bahan ajar kelas XII IPA di SMAN 1 Magelang tidak dilengkapi

dengan penentuan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), penentuan

alokasi waktu, perumusan indikator yang sesuai dengan KI dan KD, penentuan

pendekatan pembelajaran, penentuan model pembelajaran, penentuan strategi

pembelajaran, penentuan metode pembelajaran, pendeskripsian langkah

pembelajaran, rubrik penilaian kognitif, indikator penilaian kognitif, instrumen

penilaian sikap, rubrik penilaian sikap, instrumen penilaian keterampilan, rubrik

penilaian keterampilan, indikator penilaian keterampilan, instrumen penilaian diri,

instrumen penilaian antar teman dan informasi pengayaan belajar. Temuan hasil

(5)

commit to user

pegangan guru dan buku kerja siswa harus memiliki kesesuaian dengan pedoman

umum pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah guru dan siswa dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kelemahan bahan ajar yang ada dapat

diatasi dengan pengembangan modul pembelajaran yang disesuaikan dengan

Kurikulum 2013.

Modul merupakan bahan ajar yang sangat penting dalam kegiatan

pembelajaran karena dapat menjadi salah satu faktor penting tercapainya tujuan

pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Modul

dapat mengarahkan siswa untuk belajar aktif dalam memecahkan masalah,

merangsang keingintahuan dan menemukan konsep sehingga pada akhirnya dapat

memberikan hasil belajar yang maksimal. Modul merupakan salah satu bentuk

bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013).

Modul yang diperlukan untuk mengatasi hasil belajar siswa rendah yang

berorientasi pada keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan kemampuan kognitif

sesuai amanat kurikulum 2013 adalah modul yang mengarahkan pencarian

pengetahuan secara aktif dalam memecahkan masalah, merangsang keingintahuan

dan membantu penemuan konsep. Modul dengan basis pembelajaran tertentu

dapat membantu mengatasi permasalahan hasil belajar siswa. Suardana et al.

(2006) dalam hasil penelitiannya melaporkan bahwa penggunaan modul berbasis

model dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran berbasis penemuan bukanlah model yang menekankan

pada produk akhir tetapi lebih menekankan kepada proses yang menuntut siswa

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemecahan masalah dari pada transfer

pengetahuan. Dalam kurikulum 2013, model pembelajaran yang digunakan harus

dapat memberdayakan keterampilan proses sains seperti mengamati, menanya,

mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Selain itu,

model pembelajaran yang digunakan juga harus dapat memberdayakan sikap

(6)

commit to user

spiritual, sikap sosial, aspek pengetahuan kognitif dan keterampilan proses sains

melalui basis model diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran yang dirasa mampu memberdayakan sikap spiritual,

sikap sosial, aspek pengetahuan kognitif dan keterampilan proses sains adalah

model pembelajaran Discovery Learning. Pembelajaran berbasis Discovery

Learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan

dengan pelajaran dalam bentuk final, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri

(Kemendikbud, 2013). Menurut Suryosubroto (2002) menyatakan strategi

pembelajaran Discovery dapat diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang

mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum

sampai kepada generalisasi. Model pembelajaran Discovery Learning menuntut

peran aktif siswa untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada akhirnya dapat melibatkan proses

mental siswa untuk memahami suatu konsep dan prinsip berdasarkan serangkaian

kegiatan pembelajaran.

Sasaran dari pengembangan modul berbasis Discover learning adalah siswa

kelas XII IPA SMAN 1 Magelang. Tujuan pengembangan modul adalah untuk

memfasilitasi guru dan siswa mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan untuk

mempermudah guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas.

Pengembangan modul dilakukan pada materi bioteknologi. Materi bioteknologi

merupakan materi yang berhubungan dengan multi disiplin ilmu seperti fisika,

mikrobiologi, biologi molekuler, biokimia, dan genetika. Karakteristik materi

bioteknologi yang multi disiplin ilmu memerlukan keterlibatan dan keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran supaya dapat memahami materi bioteknologi.

Siswa diharapkan dapat mencari dan menemukan konsep-konsep dalam

bioteknologi serta dapat menyelesaiakan permasalahan yang muncul dalam

kehidupan sehari-hari. Model Discovery Learning merupakan basis model yang

tepat diletakkan pada modul untuk memberikan pengalaman belajar siswa secara

langsung guna menemukan pemahaman konsep dan prinsip bioteknologi beserta

(7)

commit to user

Berdasarkan uraian latar belakang masalah perlu dilakukan penelitian

dengan rumusan judul: “Pengembangan Modul Biologi Berbasis Discovery

Learning (Bagian dari Inquiry spectrum learning-Wenning) pada Materi

Bioteknologi Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik produk modul biologi berbasis Discovery

Learning pada materi bioteknologi untuk siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1

Magelang?

2. Bagaimanakah kelayakan prototype modul biologi berbasis Discovery

Learning pada materi bioteknologi untuk siswa kelas XII IPA di SMA Negeri

1 Magelang?

3. Bagaimanakah keefektifan modul biologi berbasis Discovery Learning pada

materi bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMA Negeri

1 Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik produk modul biologi berbasis Discovery Learning

pada materi bioteknologi untuk siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Magelang.

2. Mengetahui kelayakan prototype modul biologi berbasis Discovery Learning

pada materi bioteknologi untuk siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 1

Magelang.

3. Mengetahui keefektifan modul biologi berbasis Discovery Learning pada

materi bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMA Negeri

(8)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan modul ini diharapkan memiliki manfaat antara

lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai alternatif sumber informasi model Discovery Learning yang dapat

digunakan untuk meningkat hasil belajar siswa.

b. Sebagai referensi melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pengembangan modul berbasis model.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi siswa: modul membantu siswa aktif dalam pembelajaran, adanya

sintaks Discovery Learning dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu

siswa menemukan konsep secara mandiri dan kelompok melalui

pengalaman belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

b. Bagi guru: sintaks Discovery Learning yang mewarni modul dalam setiap

kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menjadi acuan guru dalam

mengajarkan materi bioteknologi dan menjadi referensi pilihan modul

yang baik untuk pembelajaran biologi.

c. Bagi Sekolah: memberikan sumbangan ilmu dan wawasan yang lebih

beragam dibidang pembelajaran khususnya tentang pengembangan modul

berbasis model yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran dan lulusan yang baik.

E. Spesifikasi Produk

Pengembangan modul biologi berbasis Discovery Learning ini memiliki

spesifikasi produk sebagai berikut:

1. Modul Biologi berbasis Discovery Learning terdiri dari modul siswa dan

modul pegangan untuk guru yang disusun berdasarkan kurikulum 2013, yang

(9)

commit to user

Permendiknas No. 59 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

2. Modul yang dikembangkan berupa media cetak pada satu Kompetensi Dasar

(KD) yaitu KD 3.10 Memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang

menerapkan bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk

mensejahterakan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.

3. Ciri khas dari modul hasil pengembangan yang membedakan dengan modul

yang telah ada adalah dalam pembelajarannya menggunakan sintak model

Discovery Learning dari Wenning yang memiliki 5 tahapan pembelajaran

yaitu observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi dan aplikasi.

4. Spesifikasi modul pegangan guru yang dikembangkan adalah: a) modul

didominasi warna biru yang mencirikan keluasan ilmu seorang guru; b)

terdapat halaman judul, c) terdapat halaman fransis, d) terdapat kata

pengantar, e) terdapat daftar isi, f) terdapat peta isi modul, g) terdapat KI, KD

dan indikator, h) dilengkapi pedoman penggunaan modul yang teridiri dari; (1)

pendahuluan, (2) model Discovery Learning, (3) pembelajaran biologi, (4)

petunjuk penggunaan modul guru, (5) penilaian pembelajaran, dan (6) alokasi

waktu; i) kegiatan pembelajaran yang terdiri dari; (1) tujuan pembelajaran, (2)

materi pembelajaran, (3) kegiatan pembelajaran yang berisi kegiatan guru

dalam pembelajaran berbasis Discovery Learning, (4) rangkuman, (5) latihan

soal, (6) refleksi; j) info bio, k) kegiatan pengayaan, l) uji kompetensi, m) soal

ujian daya serap siswa materi bioteknologi, n) daftar pustaka, o) kunci

jawaban, dan p) glosarium.

5. Spesifikasi modul siswa yang dikembangkan adalah: a) modul didominasi

warna hijau yang mencirikan pemahaman siswa yang masih polos, b) terdapat

halaman judul, c) terdapat halaman fransis, d) terdapat kata pengantar, e)

terdapat daftar isi, f) terdapat peta isi modul, g) terdapat KI, KD dan indikator,

h) dilengkapi pedoman penggunaan modul yang teridiri dari; (1) model

Discovery Learning, (2) petunjuk penggunaan modul siswa; i) kegiatan

pembelajaran yang terdiri dari; (1) tujuan pembelajaran, (2) kegiatan

(10)

commit to user

(3) materi pembelajaran, (4) rangkuman, (5) latihan soal, (6) refleksi; j) info

bio, k) kegiatan pengayaan, l) uji kompetensi, m) daftar pustaka, n) kunci

jawaban, dan o) glosarium.

6. Modul biologi berbasis Discovery Learning ini di peruntukan untuk siswa

kelas XII IPA SMA Negeri 1 Magelang yang disusun sesuai dengan

komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian dan kelayakan kebahasaan.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian pengembangan modul biologi berbasis Discovery Learning

memiliki asumsi dan keterbatasan penelitian sebagai berikut:

1. Asumsi Penelitian

Penelitian pengembangan modul berbasis model diasumsikan: a) modul

biologi berbasis Discovery Learning di kembangkan berdasarkan hasil analisis

KD 3.10 Memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan

bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk mensejahterakan manusia

dalam berbagai aspek kehidupan dan analisis kesesuaian bahan ajar dengan

tuntutan Kurikulum 2013; b) penggunaan basis model Discovery Laearning

pada setiap kegiatan belajar dapat membuat siswa belajar aktif; dan c) modul

biologi berbasis Discovery Learning yang telah divalidasi layak untuk

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Keterbatasan Penelitian

a. Modul yang dikembangkan berbentuk media cetak dan disusun

berdasarkan silabus mata pelajaran biologi Kurikulum 2013 yaitu materi

bioteknologi pada KD 3.10 Memahami tentang prinsip-prinsip

bioteknologi yang menerapkan bioproses dalam menghasilkan produk

baru untuk mensejahterakan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.

b. Penilaian kualitas produk dilakukan oleh 3 orang guru biologi, 1 orang ahli

materi bioteknologi, 1 orang ahli media, dan 1 orang ahli bahasa.

c. Basis model Discovery Learning bersifat kaku (kurang fleksibel) karena

sintak Discovery Learning hanya cocok pada materi yang memiliki

(11)

commit to user

d. Kemampuan awal level inkuiri siswa sebagai dasar pemilihan basis model

pembelajaran yang digunakan dalam modul pembelajaran belum

diketahui.

e. Hasil belajar yang diukur pada saat uji keefektifan modul adalah hasil

belajar aspek pengetahuan, aspek sosial dan aspek keterampilan.

G. Definisi Istilah

Adapun definisi istilah dalam penelitian pengembangan modul berbasis

Discovery Learning adalah sebagai berikut:

1. Modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan

kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil

dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu

(Purwanto dkk, 2007). Modul juga didefinisikan sebagai salah satu bentuk

bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013).

2. Pembelajaran berbasis Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang

terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk final, tetapi

diharapkan mengorganisasi sendiri (Kemendikbud, 2013).

3. Hasil belajar merupakan kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh

peserta didik setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan

dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana, 2009).

4. Modul berbasis Discovery Learning adalah modul biologi yang dalam

kegiatan pembelajarannya menggunakan sintaks Discovery Learning. Dalam

modul Discovery Learning terdapat langkah-langkah pembelajaran dimana

guru berperan mengarahkan siswa menemukan suatu konsep materi melalui

petunjuk/prosedur kegiatan. Adapaun sintaks Discovery Learning dari level of

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model problem based learning berbantuan modul mampu meningkatkan pemahaman konsep dan keaktifan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

4.4.1 Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa kelas VIII SMP yang menggunakan Model Pembelajaran Discovery inquiry E- learning dan Model Pembelajaran Direct E-learning

DEEPER LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa kelas XII IPA-1 dengan materi Reaksi Redoks dan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan modul biologi inquiry based on interactive demonstration adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik modul

Berdasarkan hasil validasi media dan materi dari penelitian dan pengembangan modul elektronik berbasis discovery learning pada materi laju reaksi untuk siswa SMA/MA diperoleh hasil

Published by Universitas Pendidikan Ganesha Model Discovery Learning Berbasis Masalah Kontekstual Mempengaruhi Hasil Belajar IPA dan Self Regulated Learning Pada Siswa Kelas V

Modul pembelajaran tentang permainan invasi untuk siswa kelas XII