• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Bandwidth Enhancement of 2x1 Microstrip Array Antena Using Slit Technique for Wireless Communication System

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Bandwidth Enhancement of 2x1 Microstrip Array Antena Using Slit Technique for Wireless Communication System"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

424

JITE, 6 (2) January 2023 ISSN 2549-6247 (Print) ISSN 2549-6255 (Online)

JITE (Journal of Informatics and Telecommunication Engineering)

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jite DOI : 10.31289/jite.v6i2.8055

Received: 12 September 2022 Accepted: 17 January 2023 Published: 25 January 2023

Bandwidth Enhancement of 2x1 Microstrip Array Antena Using Slit Technique for Wireless Communication System

Erby Virta Joseph Paays1)*, Syah Alam1) & Indra Surjati1)

1)Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti, Indonesia

*Coresponding Email: erby162012010004@std.trisakti.ac.id Abstrak

Penelitian ini mengusulkan antena mikrostrip array pada frekuensi kerja 2.3 GHz – 2.5 GHz untuk berbagai aplikasi, dengan dimensi antena yang lebih kecil. Antena mikrostrip yang dirancang pada penelitian ini menggunakan patch persegi panjang (rectangular) berjumlah dua patch elemen yang disusun secara linear array.

Jenis substrat yang dipakai adalah FR-4 dengan konstanta dielektrik (εr) = 4.3 dan ketebalan substrat (h) = 1.6 mm.

Teknik pencatuan yang digunakan adalah pencatuan secara tidak langsung menggunakan saluran mikrostrip (microstrip line feed). Untuk meningkatkan bandwidth, antena disusun secara array dengan saluran mikrotrip 50 ohm dan 100 ohm. Parameter antena yang disimulasikan adalah nilai return loss ≤ -10 dB, VSWR ≤ 2, dan nilai gain.

Hasil simulasi rancangan dua elemen array dengan ukuran substrat 123 mm x 65 mm didapatkan nilai return loss - 27.99 dB pada frekuensi 2300 MHz, -15.16 dB pada frekuensi 2400 MHz, dan -29.29 dB. Bandwidth yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 460 MHz atau meningkat sampai dengan 283.3% jika dibandingkan dengan antena array 2x1 tanpa slit. Selanjutnya, penambahan slit berhasil mereduksi dimensi 34.43% dibandingkan dengan antena array 2x1 tanpa slit. Antena ini sangat bermanfaat sebagai antena penerima komunikasi nirkabel.

Kata Kunci: Antena, Array, Bandwidth, Mikrostrip Abstract

This study proposes a microstrip array antenna with frequency at of 2.3 GHz – 2.5 GHz for various applications, with smaller antena dimensions. The microstrip antenna designed in this study uses a rectangular patch consisting of two patch elements arranged in a linear array. The type of substrate used is FR-4 with a dielectric constant (εr) = 4.3 and a substrate thickness (h) = 1.6 mm. The feeding technique used is indirect feeding using a microstrip line feed. To increase the bandwidth, the antennas are arranged in an array with 50 ohm and 100 ohm microstrip lines. The simulated antenna parameters are return loss value -10 dB, VSWR 2, and gain value. The simulation results of the two- element array design with a substrate size of 123 mm x 65 mm obtained a return loss value of -27.99 dB at a frequency of 2300 MHz, -15.16 dB at a frequency of 2400 MHz, and -29.29 dB. The bandwidth generated in this study is 460 MHz or an increase of up to 283.3% when compared to a 2x1 antenna array without slit. Furthermore, the addition of slits succeeded in reducing the dimensions of 34.43% compared to 2x1 antenna arrays without slits. This antenna is very useful as a wireless communication receiving antena.

Keywords: Antenna, Array, Bandwidth, Microstrip

How to Cite: Paays, E. V., Alam, S., & Surjati, I. (2023). Bandwidth Enhancement of 2x1 Microstrip Array Antena Using Slit Technique for Wireless Communication System. JITE (Journal of Informatics and Telecommunication Engineering), 6(2), 424-433.

I. PENDAHULUAN

Antena mikrostrip telah banyak diteliti dan dirancang untuk sistem komunikasi nirkabel yang mengubah gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnetik, dan juga sebaliknya (Alaydrus, 2009) seperti wi-fi (Saputra, Jayati, & Erlinasari, 2019), GPS (Meligiatri, Wijanto, & Edwar, 2021), komunikasi satelit (Marini, Asrika, & Sikki, 2019), komunikasi LTE (Medianto, & Hardiman, 2018) dan komunikasi televisi (Navarro, Mostardinha, Varum, Matos, & Maslovski, 2020). Salah satu keunggulan antena mikrostrip adalah desainnya yang ringkas dan biaya rendah, namun bandwidth dari antena microstrip sangat kecil. Dalam perkembangan saat ini, perangkat telekomunikasi berkembang dengan ukuran yang semakin kecil dan compact sehingga mudah disimpan dan dioperasikan. Hal ini menunjukkan

(2)

425

diperlukannya sebuah device antena yang memiliki ukuran kecil untuk dapat disisipkan atau dimasukkan ke dalam perangkat telekomunikasi tersebut. Antena mikrostrip sangat cocok untuk diaplikasikan pada perangkat telekomunikasi yang bentuknya kecil Antena mikrostrip mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya bentuk yang minimalis, mudah dipabrikasi, murah dan cocok digunakan pada perangkat portabel. Antena mikrostrip terdiri dari tiga elemen utama, diantara elemen peradiasi/radiator (patch), substrat dan ground, seperti yang terlihat pada Gambar 1 (sGarg, Bhartia, Bahal, & Ittipiboon, 2001), namun kendala yang terjadi adalah efisiensi bandwidth, gain yang kecil, serta keterarahan yang kurang baik sehingga kualitas dan level penerimaan sinyal tidak optimal.

Gambar 1 Elemen Antena Mikrostrip (Putra, Rahayu, & Kurniawan, 2019)

Adapun beberapa metode untuk meningkat bandwidth antena yaitu seperti dengan metode penambahan slit yang bertujuan untuk menggeser frekuensi kerja tertentu sehingga frekuensi kerjanya berdekatan dengan frekuensi kerja lainnya yang mengakibatkan bandwidthnya melebar. Ada lagi contoh metode peningkatan bandwidth lainnya seperti parasitik (Alam, Rizka, Surjati, & Marlina, 2020), metode Defected Ground Structure (Wulandari 2019), penambahan u-slot (Ardianto, Renaldy, Lanang, & Yunita, 2019), dan antena microstrip leaky wave dengan penambahan multi slot (Iqbal, Zulfikli, & Rahardjo, 2022).

Desain antena mikrostrip tergantung pada frekuensi kerja yang digunakan, frekuensi kerja rendah akan menghasilkan antena yang memiliki dimensi lebih besar dan sebaliknya. Selain itu, jenis media yang digunakan juga mempengaruhi dimensi dan ukuran antena mikrostrip. Penggunaan substrat dengan konstanta dielektrik besar dapat mengurangi dimensi antena tetapi kecepatan rambat gelombang akan menurun, sedangkan konstanta dielektrik kecil menyebabkan dimensi antena menjadi lebih besar tetapi kecepatan gelombang lebih baik. Maka dengan kata lain dibutuhkan antena microstrip dengan dimensi yang kecil dan compact namun dapat memiliki bandwidth yang lebar agar bukan hanya mudah dibawa atau disisipkan ke perangkat telekomunikasi lainnya, tapi juga multi band atau bisa digunakan dengan banyak keadaan atau kebutuhan.

Pada penelitian sebelumnya digunakan metode array untuk peningkatan gain, bandwidth dan nilai koefisien refleksi pada antena microstrip rectangular yang mana mendapatkan nilai return loss -35,08 dB, VSWR 1,035 untuk frekuensi 2,3 GHz, nilai gain 7,466 dB dari nilai return loss -20.28 dB, VSWR 1.214, dan gain hanya 5.87 dB pada desain antena microstrip tunggalnya. Penelitian tersebut menunjukan bahwa metode array dapat meningkatkan gain dan nilai return loss nya namun tidak dengan bandwidthnya.

Bandwidth dari penelitian tersebut pada single patch nya hanya 100 MHz dan 120 MHz pada array patch 2x1 nya. Selain itu dimensi yang dihasilkan juga sangat besar yaitu 134 mm x 91 mm dengan hanya meningkatkan gain sebesar 27.25% pada penerapan LTE (Alam & Nugroho, 2018).

Penelitian lainnya menggunakan metode array pada aplikasi 5G dengan frekuensi kerja 3.55 GHz pada antena microstrip 8 patch (plannar 4x2) yang mana mendapatkan nilai return loss sebesar -20.81 dB, VSWR 1.2, dan gain sebesar 10.4 dB. Nilai bandwidth yang dihasilkan hanya sebesar 123.3 MHz, yang mana dimensi antena otomastis menjadi semakin besar karena nilai patch antena yang begitu banyak.

Dimensi antena ground plane sebesar 174 mm x 82 mm, yang mana tidak sesuai dengan harapan bahwa antena microstrip harusnya compact dan mudah untuk direalisasikan dengan berbagai perangkat telekomunikasi terlebih lagi bandwidth yang sangat terbatas (Sumpena, Madiawati, & Elisma, 2020).

Hal ini yang melatar belakangi peneliti melakukan perancangan antena mikrostrip dengan menggunakan metode array untuk meningkatkan nilai gain sehingga dapat digunakan untuk aplikasi 4G/LTE. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan bandwidth dan mereduksi dimensi dengan metode penambahan slit. Hal ini bertujuan agar antena microstrip bisa kembali ke identitas

(3)

426

aslinya yaitu compact, namun memiliki bandwidth yang luas, dan gain yang baik agar bisa digunakan untuk berbagai penggunaan telekomunikasi.

II. STUDI PUSTAKA

A. Antena Mikrostrip

Antena sendiri memiliki pengertian elemen komunikasi yang dapat mengubah besaran listrik dari saluran transmisi menjadi suatu gelombang elektromagnetik (GEM) untuk diradiasikan ke udara bebas dan sebaliknya antena juga dapat menangkap GEM dari udara bebas untuk kemudian diubah menjadi besaran listrik kembali melalui saluran transmisi (Putri, 2018). Antena mikrostrip didefinisikan sebagai salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk seperti bilah dengan ukuran sangat tipis (Utami et al., 2017). Antena mikrostrip memiliki kelebihan disain yang kompak, biaya pabrikasi yang terjangkau serta dapat bekerja pada frekuensi tinggi (Alaydrus, 2017). Namun, dimensi antena yang compact menjadi salah satu keunggulan dari antena mikrostrip yang digunakan untuk antena penerima untuk bekerja secara optimal.

Gambar 2 Stuktur Antena Mikrostrip

B. Slit

Slit merupakan metode memberikan celah dengan ukuran tertentu yang ada pada tepi patch resonator. Penggunaan slit akan mengganggu aliran arus di permukaan patch, sehingga memaksa arus untuk berbelok-belok, yang kemudian meningkatkan panjang elektris dari patch (Solehudin et al., 2021).

Pengunaan slit juga bertujuan menjadi tempat yang memiliki sensitivitas pada patch resonator yang dijadikan sensor. Contoh slit dapat dilihat pada Gambar 3 (Solehudin et al., 2021).

Gambar 3 Contoh Antena Mikrostrip Dengan Slit

(4)

427

III. METODE PENELITIAN

Tahapan pada penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu, mulai dari menentukan penelitian terdahulu yang masih ada kekurangannya, melihat potensi yang bisa dilakukan pada penelitian tersebut, misalnya dioptimasi nilai return loss atau ditingkatkan bandwidthnya atau mungkin gainnya. Kemudian harus ditentukan metode-metode yang akan diterapkan untuk meningkatkan bandwidth pada penelitian sebelumnya. Kemudian perlu juga ditentukan frekuensi kerja, dan material antena yang akan dimodifikasi.

Setelah memahami hal-hal yang perlu diperhatikan setelah menentukan metode apa yang akan digunakan untuk meningkatkan bandwidth dari penelitian sebelumnya, material antena dan frekuensi kerjanya perlu dirancang terlebih dahulu antena sebelumnya pada perangkat lunak AWR Environment, sesuai pada bentuk antena penelitian sebelumnya yaitu single patch dan array 2x1 patch yang kemudian akan dimodifikasi (penambahan slit).

Tahap kedua adalah tahap modifikasi yang mana perlu diubah antena pada penelitian sebelumnya untuk dilihat peningkatan bandwidthnya, modifikasi pada penelitian ini adalah dengan menambahkan slit pada antena, jumlah slit dan psanjang slit akan mempengaruhi lebar bandwidth, dan nilai return loss nya.

Antena yang diusulkan disimulasikan dengan menggunakan software AWR Design Environment dan jenis- jenis substrat FR-4 Epoxy dengan konstanta dielektrik 4,3, ketebalan 1,6 mm, dan rugi-rugi dielektrik 0,0265. Nilai bandwidth akan dicari yang terbaik, dalam artian bukan hanya lebar tapi juga memiliki nilai return loss yang baik juga, standar yang ditentukan pada penelitian ini adalah nilai return loss ≤ -10 dB, VSWR ≤ 2. Berikut ini adalah gambar 2 yang merupakan diagram alir perancangan antena

Gambar 4 Diagram Alir Penelitian

(5)

428

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses perancangan dilakukan menggunakan perangkat lunak AWR Design Environment untuk mengamati hasil simulasi return loss, VSWR, gain, bandwidth dari antena yang telah dimodifikasi. Desain antena yang diusulkan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5

Gambar 5 Antena Single Patch Setelah Modifikasi

Pada tahap ini dilakukan iterasi yang mana akan menentukan banyaknya jumlah slit dan Panjang slit nya, tabel iterasi antena single patch dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Iteasi Single Patch

Iterasi A1 A2 A3 A4 Return

Loss VSWR

Pertama 3 mm 3 mm 0 0 -20.19 dB 1.2

Kedua 6 mm 6 mm 0 0 -25.53 dB 1.11

Ketiga 9 mm 9 mm 0 0 -24.28 dB 1.13 Keempat 9 mm 9 mm 9 mm 9 mm -24.9 dB 1.12 Kelima 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm -9.9 dB 1.93

Berdasarkan nilai return loss dan VSWR pada tabel 1 dapat ditentukan bahwa nilai interasi ke- empat. Agar dapat dilihat nilai bandwidth dari masing-masing iterasi digambarkan hasil grafik return loss dapat dilihat pada gambar 6

Gambar 6 Grafik Return Loss Iterasi Single Patch

(6)

429

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai bandwidth terlebar terjadi pada iterasi antena single patch ke-4 adalah hasil iterasi yang terbaik karena memiliki nilai return loss dan VSWR yang baik memiliki frekuensi kerja dari 2240 MHz sampai 2580 MHz ini berarti bandwidthnya adalah 340 MHz berdasarkan gambar grafik return loss diatas. sehingga antena dengan 2 buah pasang slit dengan ukuran masing- masing slit 9 mm akan dibuat versi array 2x1 yang bertujuan untuk meningkatkan gainnya dan melihat apakah terjadi peningkatan bandwidth serta return loss

Penelitian ini dilanjutkan dengan mendesain antena microstrip array 2x1 patch dengan menggunakan jumlah slit pada iterasi keempat dari antena single patchnya. Gambaran rancangan antena array 2x1 dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Antena Array 2x1 Patch Hasil Modifukasi

Antena array 2x1 ini akan diiterasi kecocokan dengan saluran pencatunya dengan mengubah nilai X1, X2, X3, dan X4. Hasil iterasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Iterasi Array 2x1 Patchs

Iterasi X1 X2 X3 X4 Return Loss VSWR

Pertama 5 mm 18 mm 49 mm 22 mm -15.25 dB 1.4 Kedua 5 mm 15 mm 46 mm 25 mm -19.83 dB 1.22 Ketiga 11 mm 12 mm 43 mm 28 mm -26.39 dB 1.1 Keempat 12 mm 11 mm 42 mm 29 mm -29.29 dB 1

Dapat dilihat pada iterasi yang dilakukan, menunjukan bahwa nilai iterasi keempat memiliki nilai return loss terbaik begitu pun juga dengan VSWRnya, untuk dapat melihat lebar bandwidthnya dapat dilihat gambar grafik return loss dari seluruh iterasi yang dilakukan seperti pada gambar 8

Gambar 8 Grafik Return Loss Iterasi Array 2x1 Patch

(7)

430

Pada gambar 5 dapat dilihat peningkatan bandwidth pada antena array 2x1 terjadi signifikan pada iterasi ke tiga dan ke empat. Nilai tersebut menunjukan ada kecocokan antara saluran pencatu dengan antena yang menghasilkan nilai yang baik pada return loss nya. Namun hanya satu iterasi yang akan menjadi iterasi terbaik yaitu antena array 2x1 patch dengan iterasi yang keempat karena memiliki nilai return loss yang lebih baik dari pada iterasi yang lainnya, meskipun pada iterasi yang ketiga nilai bandwidth sedikit lebih lebar, tapi nilai return loss yang didapatkan tidak sebaik pada nilai return loss iterasi keempat. Berdasarkan tabel iterasi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil iterasi keempat yang paling baik mendapatkan nilai return loss dan VSWR, dengan frekuensi kerja dari 2180 MHz sampai dengan 2.64 GHz yang berarti bandwidthnya adalah 0.46 GHz, jauh meningkat dari penelitian sebelumnya.

dengan nilai return loss sebesar -27.99 dB pada frekuensi 2.3 GHz, -15.16 dB pada frekuensi 2.4 GHz, dan - 29.29 dB pada frekuensi 2.5 GHz. Pada gambar 4 bisa dilihat bahwa saluran pencatu dihilangkan dengan tujuan untuk mengurangi dimensi secara keseluruhan dan menguji bagaimana performa dari antena array 2x1 ketika tidak memiliki saluran pencatu 70 ohm.

Untuk mengetahui tingkat besarnya bandwidth pada suatu antena dibutuhkan perhitungan fractional bandwidth, Fractional Bandwidth (FBW) adalah sebuah parameter untuk mengukur seberapa besar lebar band dari suatu antena. Jika suatu antena bekerja pada frekuensi tengahnya pada suatu rentang frekuensi tertentu atau dengan kata lain rentang frekuensi atas dan frekuensi bawahnya (bandwidth) nilai fractional bandwidth dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fractional bandwidth single patch: (1)

Fractional bandwidth array 2x1: (2) Dimana BW SP dan BW AP secara berturut-turut adalah Bandwidth Single Patch dan Bandwidth Array Patch. Fractional bandwidth bernilai antara 0 dan 2, dan sering muncul dengan nilai presentase (0%

dan 200%). Semakin tinggi nilai presentase fractional bandwidth maka semakin besar juga bandwidth dari antena tersebut. Sebuah antena dapat dikatakan wideband antena ketika memiliki nilai FBW lebih dari 20%, dan ultra-wideband antena jika memiliki nilai FBW lebih dari 50%.

Dengan menggunakan persamaan 2 dan persaamn 3 maka dapat kita hitung nilai fractional bandwidth dari masing-masing antena single patch dan array patch secara berturut-turut adalah 14% dan 19% (Taylor, 2020).

Paramater lain ingin menjadi sorotan pada penelitian ini adalah gain, yang mana bentuk antena pada penelitian ini jauh berubah, dari penelitian sebelumnya (Alam & Nugroho, 2018). Namun berdasarkan hasil simulasi antena mikrostrip dengan slit pada penelitian ini tetap stabil dengan hasil perbandingan ditunjukan pada tabel 3

Tabel 3 Hasil Simulasi Perbandingan Antena yang diusulkan dengan penelitian sebelumnya

Referensi Parameter

Frekuensi Return Loss Bandwidth Gain Dimensi (Alam & Nugroho,

2018) single elemen

2.3 GHz -20.28 dB 120 MHz 5.87 dB 50 mm x 50 mm

(Alam & Nugroho, 2018) array 2x1

2.3 GHz -35.08 dB 120 MHz 7.47 dB 134 mm x 91 mm

(Sumpena, Madiawati,

& Elisma, 2020) array plannar 4x2

3.55 GHz -20.8 dB 123.3 MHz 10.4 dB 173 mm x 82 mm

Penelitian ini array 2x1 2.3 GHz -29.29 dB 420 MHz 7.63 dB 123 mm x 65 mm

Hal lain selain bentuk dari antena yang berubah adalah ukuran antena yang berubah drastis yang sebelumnya antena microstrip dimensi yang dihasilkan untuk antena array dan 1 frekuensi kerja hanya memiliki bandwidth sekitar 120 MHz dan dimensi yang besar ada yang 174 mm x 82 mm dengan total 8 patch , dan 134 mm x 91 mm dengan jumlah 2 patch saja (Alam & Nugroho, 2018).. Kalau dibandingkan dengan penelitian ini dimensi antena hanya 123 mm x 65 mm (Sumpena, Madiawati, & Elisma, 2020).

Yang berarti terjadi penurunan dimensi sekitar

(8)

431

Reduksi dimensi: (3) LA1 = 134 mm x 91 mm = 12194 mm2

LA2 = 123 mm x 65 mm = 7995 mm2

Dimana LA1 dan LA2 secara berturut-turut adalah Luas Antena Sebelum Perbaikan dan Luas Antena Sesudah Perbaikan. Maka nilai reduksi dimensi jika dimasukan pada persamaan 3 adalah 34.43%

pengurangan dimensi secara keseluruhan.

Kemudian setelah seluruh paramater diatas dinilai menunjukan perubahan yang baik, maka perlu juga peneliti mengetahui pola radiasi dari antena array 2x1 yang telah dimodifikasi, peneliti menggunakan AWR Design Environment untuk mensimulasikan pola radiasinya dan kemudian hasilnya dapat dilihat pada gambar 9, yang mana garis hijau menunjukan bidang H dan garis merah menunjukan bidang E nya, jika dilihat dari bidang E terlihat bahwa antena ini merupakan antena directional yang memiliki keteraharan radiasi pada frekuensi tertentu namun cukup luas (tidak terlalu sempit) dengan keterarahan broadside karena sejajar antara bidang antena dengan pola radiasinya.

Gambar 9 Pola Radiasi Antena Array 2x1 Setelah Modifikasi

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu, hanya merupakan hasil simulasi dari perangkat lunak AWR Design Environment, Selanjutnya, dimensi dari antena yang diusulkan masih cukup besar yaitu 123 mm x 65 mm sehingga diperlukan penelitian selanjutnya untuk mereduksi dimensi dari antena.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Alam & Nugroho, 2018) peningkatan bandwith pada penelitian tersebut hanya sebesar 120 MHz dengan gain sebesar 7.47 dB pada frekuensi kerja 2300 MHz, sedangkan pada penelitian ini bandwidth yang didapatkan sebesar 420 MHz dengan gain 7.63 dB.

Hal ini menunjukan bahwa hasil simulasi pada penelitian ini lebih baik dengan bandwidth yang jauh lebih besar dan peningkatan gain.

V. SIMPULAN

Penelitian ini telah menunjukan hasil simulasi dari antena microstrip array 2x1 dengan dimensi yang lebih kecil dibanding dengan penelitian sebelumnya, peneliti ingin mendapatkan nilai bandwidth yang lebih besar, dimensi yang lebih kecil, dan tentunya dengan tidak merusak nilai gain dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menunjukan bahwa menggunakan slit dapat menggeser frekuensi kerja sehingga beberapa frekuensi kerja dapat berdeketan dan membuat bandwidthnya semakin luas. Peneliti

(9)

432

memulai dengan desain single patch kemudian memperbaiki gainnya dengan menjadikan antena tersebut antena araay patch 2x1, peneliti tidak menggunakan saluran pencatu 70 ohm agar dimensi yang didapatkan lebih kecil.

Nilai bandwidth yang didapatkan pada hasil simulasi adalah 420 MHz yang berarti meningkat 283.3% dibanding dengan penelitian sebelumnya, dimensi yang lebih compact dengan penurunan sebesar 34.43%, dan nilai gain yang stabil kalau dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hasil simulasi rancangan dua elemen array dengan ukuran substrat 123 mm x 65 mm didapatkan nilai return loss -29.29 dB, nilai VSWR 1, bandwidth 420 MHz dan gain 7.63 dB. Nilai fractional bandwidth dari antena array patch 2x1 pada penelitian ini sebesar 19%.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prodi Magister Teknik Elektro Universitas Trisakti yang telah mendukung dan membiayai kegiatan penelitian ini melalu skema pembiayaan hibah internal. Tak lupa juga terimakasih untuk dosen-dosen yang terkait dalam pelajaran antena dan yang telah menyediakan waktunya untuk berdiskusi mengenai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Medianto, D., & Hardiman, M. Y. (2018). Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Triangular Metode Parasitic untuk Aplikasi LTE di Frekuensi 2,3 GHz. Jurnal Teknologi Elektro, 9(2), 109–116.

https://jte.mercubuana.ac.id/publications/327297/

Marini, S., Asrika, S. D., Sikki, M. I., & Teknik, F. (2019). Antena Mikrostrip Single Layer Dual Band Untuk Komunikasi Satelit Pada Spektrum S-Band Dan Ku-Band. Antena Mikrostrip Single Layer Dual Band Untuk Komunikasi Satelit Pada Spektrum S-Band Dan Ku-Bandv, 6(2), 119–126.

Meligiatri, T., Wijanto, H., & Telkom, U. (2021). PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MIKROSTRIP TEKSTIL DUAL BAND UNTUK PENERIMA GPS DESIGN AND REALIZATION OF DUAL BAND MICROSTRIP TEXTILE ANTENA FOR GPS RECEIVER. 8(5), 5359–5367.

Navarro, A., Mostardinha, P., Varum, T., Matos, J., & Maslovski, S. (2020). Double-dielectric microstrip ultrahigh-frequency antena for digital terrestrial television. Applied Sciences (Switzerland), 10(23), 1–9. https://doi.org/10.3390/app10238640

Saputra, S. H., Jayati, A. E., & Erlinasari, E. (2019). Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Circular Dengan Teknik Linier Array Untuk Frekuensi Wifi 2,4 Ghz. Elektrika, 11(1), 9.

https://doi.org/10.26623/elektrika.v11i1.1538

ARDIANTO, F. W., RENALDY, S., LANANG, F. F., & YUNITA, T. (2019). Desain Antena Mikrostrip Rectangular Patch Array 1x2 dengan U-Slot Frekuensi 28 GHz. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 7(1), 43.

https://doi.org/10.26760/elkomika.v7i1.43

Iqbal, M. W., Zulkifli, F. Y., & Rahardjo, E. K. O. T. (2022). Peningkatan Bandwidth dan Gain Antena Mikrostrip Leaky Wave dengan Multi Slot untuk Aplikasi WLAN. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 10(2), 432–445.

Wulandari, I. Y. (2019). Simulasi Peningkatan Bandwidth Pada Antena Mikrostrip Dengan Teknik Defected Ground Structure (Dgs) Menggunakan Software Sonnet. Jurnal Industri Elektro Dan Penerbangan, 8(1).

Alam, S., Rizka, N. M., Surjati, I., Marlina, P. D., Trisakti, U., Telekomunikasi, S. T., & Jakarta, A. T. (2020).

Rectangular Dengan Metode Parasitic Untuk Meningkatkan Bandwidth. Jurnal TEKTRIKA, 5(1), 1–5.

Anindito, A., Putranto, A., Surjati, I., Alam, S., Sari, L., & Vaswani, R. (2021). Desain Antena Mikrostrip Array 2x1 Elemen dengan Teknik Inset dan Slit untuk Sistem Komunikasi 5G. Jurnal Telematika, 16(1), 18–24.

Alam syah, R. F. N. (2018). PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 2x1 UNTUK MENINGKATKAN GAIN UNTUK APLIKASI LTE PADA FREKUENSI 2.300 MHz. Teknik Dan Ilmu Komputer, 07, 365–

378.

Sumpena, M. R., Madiawati, H., & Elisma. (2020). Desain Antena Susun Mikrostrip Rectangular Patch 4x2 Untuk Aplikasi 5G. Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar, 11(1), 591–595.

Taylor, J. (2020). Introduction to Ultra-Wideband Radar Systems

(10)

433 Alaydrus, M. (2009). Saluran Transmisi Telekomunikasi.

Garg, R., Bhartia, P., Bahal, I., & Ittipiboon, A. (2001). Artech - Microstrip Antena Design Handbook.pdf.

London: Artech House

Putri, S. M. (2018). Analisis Antena Mikrostrip Fraktal Sierpinski Gasket. Jurnal Elektro Dan Telekomunikasi, 4, 55–61.

Utami, E. Y. D., Setaiji, F. D., & Pebrianto, D. (2017). Rancang Bangun Antena Mikrostrip Persegi Panjang 2,4 GHz untuk Aplikasi Wireless Fidelity (Wi-Fi). Jurnal Nasional Teknik Elektro, 6(3), 196.

https://doi.org/10.25077/jnte.v6n3.406.2017

Alaydrus, M. (2017). Riset Antena – State of the Art. Jurnal Telekomunikasi Dan Komputer, 6(1), 1.

https://doi.org/10.22441/incomtech.v6i1.1146

Solehudin, F., Aulia, Z., Alam, S., Sari, L., & Surjati, I. (2021). Design of 2x1 MIMO Microstrip Antena Using Slit and Inset Technique For 5G Communication. JITE (Journal of Informatics and Telecommunication Engineering) Available, 5(July).

Putra, H. A., Rahayu, Y., Kurniawan, A., Elektro, J. T., Teknik, F., & Riau, U. (2019). Perancangan 1 × 6 Linear Array Antena Dipole Pada Frekuensi 38 Ghz Untuk 5G Smartphone. 6, 1–8.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa pada kelompok kasus terdapat responden dengan berat badan lahir normal tetapi mengalami gizi kurang, Hal ini dikarenakan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan suatu produk pembiayaan mikro dalam bank syariah dengan strategi pengembangan

Pada skenario 2 ini, sebanyak 69,2% dari keseluruhan mahasiswa, mempunyai kemampuan untuk menilai, bahwa tindakan auditor tersebut tidak melanggar kode etik akuntan Indonesia

bahwa adegan-adegan tersebut dapat merepresentasikan para narasumber yang menyatakan keberpihakannya terhadap kaum perempuan yang mengalami diskriminasi dalam

• Dilihat dari faktor produk, Teh Celup Sosro termasuk convenience product yang dibeli dalam jumlah kecil dan sering dibeli (membutuhkan pengambilan keputusan yang rutin)

Kemudian, setelah didapatkan data sebagai penunjang perancangan data warehouse dari persebaran data, dan diketahui setiap kategori dari faktor penyebab kecelakaan kereta api,

Sekitar 20-30% pasien dengan infeksi sekunder dengue tidak menghasilkan Ig M anti dengue pada kadar yang dapat dideteksi hingga hari ke 10 dan harus didiagnosis