• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PUPUK NITROGEN PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)YANG BERUMUR GENJAH, SEDANG, DAN DALAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PUPUK NITROGEN PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)YANG BERUMUR GENJAH, SEDANG, DAN DALAM."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PUPUK NITROGEN PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)YANG BERUMUR GENJAH, SEDANG, DAN DALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Disusun oleh: WIANGGA PURBA

NPM. 1025010021

Kepada:

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2014

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataalah, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian ini yang berjudul ” PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PUPUK NITROGEN PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)YANG BERUMUR GENJAH, SEDANG, DAN DALAM”

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian “UPN” Veteran Jawa Timur dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Skripsi ini memberikan perhatian khusus terhadap pemupukan nitrogen tanaman jagung. Penelitian ini menyajikan informasi mengenai kebutuhan pupuk yang optimal untuk tanaman jagung pada setiap varietas jagung yang berumur genjah, sedang, dan dalam, selain itu penelitian ini juga memberikan informasi tentang varietas jagung yang yang toleran terhadap pemberian dosis pupuk nitrogen yang rendah. Oleh karena itu penelitian ini diharap dapat memberikan informasi terhadap petani agar lebih dapat menggunakan dosis pupuk nitrogen yang berimbang dan rasional.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan skripsi ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan skripsi ini.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan Skripsi penelitian ini penulis banyak mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua yang telah memberi dorongan, do’a, semangat dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

2. Dr. Ir. Wuwut Guntoro, MSi. Selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan pengarahan dan masukan yang berarti bagi penulis. 3. Ir. Didik Utomo P, MP. Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan pengarahan dan masukan yang berarti bagi penulis. 4. Ir. Mulyadi, MS., Selaku Ketua program studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS., Selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

6. Ir. Yonny Koendjoro, MM dan Ir. Makhziah, MP yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama melaksanakan penelitian dan menyusun Skripsi.

7. Teman-teman saya (Imelda Virgo V dan Erick Setiawan G) jurusan Agroteknologi Fakultas pertanian UPN “Veteran” Jatim yang selalu membantu dan saling memberi arahan sehingga dapat terselesainya Skripsi ini secara sempurna.

8. I Dewa Ayu Kade Shinta Anggraini yang tak henti-hentinya membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Keluarga besar Satmenwa UPN “Veteran” Jawa Timur YON 806 / GYB yang telah memberi dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

(6)

10. Teman – teman semester VII Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim yang selalu memberikan bantuan dan dukungan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah Subhanahu Wataaala selalu tetap memberikan rahmat dan hidayahNya kepada semua, Amin.

Surabaya,... Januari 2014

Penulis

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Rumusan Masalah... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteritik Tanaman Jagung (Zea maiz L) ... 4

1. Morfologi Tanaman Jagung ... 4

2. Syarat Tumbuh ... 6

a. Tanah ... 7

b. Iklim ... 7

3. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung ... 8

4. Jenis-jenis Jagung atau Varietas Jagung ... 10

B. Kebutuhan dan Peranan Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Jagung ... 12

1. Kebutuhan Nitrogen ... 12

2. Peranan Nitrogen pada Tanaman Jagung ... 13

C. Hipotesis Penelitian ... 13

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 16

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 16

C. Metodelogi Penelitian ... 16

D. Denah Percobaan ... 17

E. Pelaksanaan Percobaan ... 18

(8)

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 21

7. Penentuan Dosis Optimum Pupuk Nitrogen ... 30

B. Pembahasan ... 33

1. Kombinasi Varietas Tanaman Jagung Pada Berbagai Tingkat Pemberian Dosis Pupuk Nitrogen ... 33

2. Perlakuan Varietas Tanaman Jagung ... 34

3. Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk Nitrogen ... 35

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(9)

iii

LAMPIRAN ... 39

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung ... 10

2. Denah Percobaan Lapang ... 17

3. Histogram Panjang Tanaman Pada Taraf Pemupukan ... 21

4. Histogram Berat Biji per Tongkol ... 28

5. Regresi dan Titik Optimum Varietas DK 979 ... 31

6. Regresi dan Titik Optimum Varietas Bisi 2 ... 31

7. Regresi dan Titik Optimum Varietas Bima 3 ... 32

8. Regresi dan Titik Optimum Varietas Gumarang ... 32

9. Regresi dan Titik Optimum Varietas Madura ... 33

(11)

v

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Uraian Stadia Vegetatif dan Reproduksi Pertumbuhan Tanaman Jagung ... 9

2. Rerata Panjang Tanaman Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 21 3. Prosentase Peningkatan Panjang Tanaman Pada Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk ... 22 4. Rerata Jumlah Daun Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 23 5. Prosentase Peningkatan Jumlah Daun Pada Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk ... 24 6. Rerata Berat Tongkol+Klobot Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 25 7. Rerata Berat Tongkol Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 26 8. Rerata Berat Biji per Tongkol (gram) penentuan dosis pupuk nitrogen pada beberapa varietas tanaman jagung ... 27 9. Rerata Berat Biji Per Tongkol Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 27 10. Rerata Berat 100 Biji Per Tongkol Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung ... 29 11. Penentuan Dosis Optimum Pupuk Nitrogen ... 30

(12)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 1 (14 HST)... 40

2. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 2 (21 HST)... 40

3. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 3 (28 HST)... 40

4. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 4 (35 HST)... 41

5. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 5 (42 HST)... 41

6. Anova Ragam Rerata Panjang Tanaman Pengamatan 6 (49 HST)... 41

7. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 1 (14 HST)... 42

8. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 2 (21 HST)... 42

9. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 3 (28 HST)... 42

10. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 4 (35 HST)... 43

11. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 5 (42 HST)... 43

12. Anova Ragam Rerata Jumlah Daun Pengamatan 6 (49 HST)... 43

13. Anova Ragam Rerata Berat Tongkol+Klobot... 44

14. Anova Ragam Rerata Berat Tongkol... 44

15. Anova Ragam Rerata Berat Biji Per Tongkol ... 44

16. Anova Ragam Rerata Berat 100 Biji Per Tongkol... 45

17. Varietas Gumarang ... 46

18. Varietas Bima-3 Bantimurung ... 47

19. Varietas DK 979 ... 48

20. Varietas Bisi-2 ... 49

21. Varietas Madura... 50

(13)

Wiangga Purba NPM 1025010021 Agroteknologi. Penentuan Dosis Optimu m Pupuk Nitrogen Pada Beberapa Varietas Jagung yang Berumur Genjah, Sedang, dan Dalam. Pembimbing Utama: Dr. Ir. Wuwut Guntoro, Msi, Pembimbing Pendamping: Ir. Didik Utomo Pribadi, MP.

Ringkasan

Sebagai tanaman pangan, jagung menduduki posisi penting kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan bahan baku industri, terutama pakan ternak sehingga kebutuhan jagung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu peningkatan kapasitas produksi juga mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang.Petani pada umumnya memberikan pupuk, terutama N sangatlah berlebih mencapai 700 kg/ha seperti yang terjadi di Jawa Timur. Padahal harga pupuk semakin mahal dari tahun ke tahun sehingga mengurangi keuntungan petani. Sedangkan dosis pupuk yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian untuk tanaman jagung adalah 150-200 kg/ha. Tujuan dilakukan penelitian penentuan dosis optimum pemupukan nitrogen pada beberapa varietas jagung ini adalah: Mengetahui dosis pupuk N optimal yang dibutuhkan tanaman jagung untuk dapat tumbuh optimal pada tanaman jagung yang berumur pendek, sedang, dan dalam. Mendapatkan informasi tentang varietas yang efisien terhadap pupuk nitrogen dengan produktifitas yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak utama / main treatment (Takaran pupuk N), yaitu N0 = kontrol / 0 kg N/ha, N1 = 100 Kg N/ha, N2 = 200 Kg N/ha, dan N3 = 300 Kg N/ha. Anak petak / Sub treatment (Varietas Jagung) adalah 5 Varietas jagung, yaitu V1 adalah DK979, V2 adalah Bisi-2, V3 adalah Bima-3, V4 adalah Gumarang, dan V5 adalah Madura. Hasil penelitian menunjukan varietas yang respon baik terhadap pemberian dosis pupuk yang rendah dengan dosis 100 kg/ha adalah varietas DK 979, Bisi 2, dan Bima 3. Dosis optimum pupuk nitrogen pada varietas DK979 diduga adalah 300 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,74 ton/ha, varietas Bisi 2 diduga adalah 175 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,06 ton/ha, varietas Bima 3 diduga adalah 216 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,02 ton/ha, varietas Gumarang diduga adalah 237,5 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 5,58 ton/ha, dan varietas Madura diduga adalah 183,33 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 3,09 ton/ha.

(14)

Penentuan Dosis Optimum Pupuk Nitrogen Pada Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) yang Berumur Genjah, Sedang, dan Dalam

Wiangga Purba, Wuwut Guntoro, dan Didik Utomo Pribadi Fakultas Pertanian UPN “ Veteran” Jawa Timur, Surabaya

ABSTRAK

Sebagai tanaman pangan, jagung menduduki posisi penting kedua setelah padi di Indonesia. Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang.Petani pada umumnya memberikan pupuk, terutama N sangatlah berlebih mencapai 700 kg/ha seperti yang terjadi di Jawa Timur. Sedangkan dosis pupuk yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian untuk tanaman jagung adalah 150-200 kg/ha. Tujuan dilakukan penelitian untuk mengetahui dosis pupuk N optimal yang dibutuhkan tanaman jagung yang berumur pendek, sedang, dan dalam, dan mendapatkan informasi tentang varietas yang efisien terhadap pupuk nitrogen dengan produktifitas yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak utama / main treatment (Takaran pupuk N), yaitu N0 = kontrol / 0 kg N/ha, N1 = 100 Kg N/ha, N2 = 200 Kg N/ha, dan N3 = 300 Kg N/ha. Anak petak / Sub treatment (Varietas Jagung) adalah 5 Varietas jagung, yaitu V1 adalah DK979, V2 adalah Bisi-2, V3 adalah Bima-3, V4 adalah Gumarang, dan V5 adalah Madura. Hasil penelitian menunjukan varietas yang respon baik terhadap pemberian dosis pupuk yang rendah dengan dosis 100 kg/ha adalah varietas DK 979, Bisi 2, dan Bima 3. Dosis optimum pupuk nitrogen pada varietas DK979 diduga adalah 300 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,74 ton/ha, varietas Bisi 2 diduga adalah 175 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,06 ton/ha, varietas Bima 3 diduga adalah 216 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 9,02 ton/ha, varietas Gumarang diduga adalah 237,5 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 5,58 ton/ha, dan varietas Madura diduga adalah 183,33 kg/ha dan mencapai optimal hasil biji jagung 3,09 ton/ha.

Kata kunci : Optimum, Pemupukan N, Varietas Jagung.

(15)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai tanaman pangan, jagung menduduki posisi penting kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan bahan baku industri, terutama pakan ternak sehingga kebutuhan jagung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu peningkatan kapasitas produksi juga mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Pembudidayaan jagung secara terus-menerus pada tanah yang baru selesai dipanen akan cepat menguras persediaan hara nitrogen yang ada dalam tanah. Kendala ekonomi sering membatasi petani untuk menggunakan pupuk dalam jumlah yang cukup adalah harga yang tinggi dan tidak tersedia pada saat dibutuhkan oleh petani. Pada situasi seperti ini, maka pilihan yang dapat diusahakan petani berupa penanaman varietas yang efisien pupuk nitrogen yang tepat.

Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang. Petani pada umumnya memberikan pupuk, terutama N sangatlah berlebih mencapai 700 kg/ha seperti yang terjadi di Jawa Timur. Padahal harga pupuk semakin mahal dari tahun ke tahun sehingga mengurangi keuntungan petani. Sedangkan dosis pupuk yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian untuk tanaman jagung adalah 150-200 kg/ha.

Pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan pada tanaman jagung dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit terutama pada musim hujan, memperpang umur, dan tanaman lebih mudah rebah akibat batang dan daun yang berlebihan dari ukuran normal, sedangkan akar tidak mampu menahan. Pupuk nitrogen mudah menguap terutama bila

(16)

2

terkena matahari langsung seperti bila pupuk nitrogen dibiarkan atau dalam keadaan terbuka setelah pemupukan. Pemberian hara N yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik jumlah maupun waktu pemberiannya akan menyebabkan kehilangan N dalam tanah, pertumbuhan tanaman yang tidak optimal, dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya efesiensi penggunaan N (Komalasari dan Fauziah, 2011).

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan budidaya jagung, utamanya pemupukan nitrogen adalah menggunakan varietas yang efisien terhadap pupuk nitrogen dengan produktivitas hasil yang tinggi. Penentuan takaran pupuk nitrogen yang tepat untuk menghasilkan biji tinggi dari beberapa varietas jagung hibrida dan jagung komposit (Lokal) perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisien terhadap pupuk nitrogen.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian penentuan dosis optimum pemupukan nitrogen pada beberapa varietas jagung ini adalah:

a. Mengetahui dosis pupuk N optimal yang dibutuhkan tanaman jagung untuk dapat tumbuh optimal pada tanaman jagung yang berumur pendek, sedang, dan dalam.

b. Mendapatkan informasi tentang varietas yang tepat terhadap pupuk nitrogen dengan produktifitas yang tinggi.

C. Rumusan masalah

a. Seberapa besar pupuk N yang dibutuhkan untuk dapat berproduksi secara optimal pada tanaman jagung yang berumur genjah, sedang dan dalam?

(17)

3

b. Varietas apa yang tepat terhadap pupuk N dengan produktivitas hasil yang tinggi?

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi mengenai kebutuhan pupuk yang optimal untuk tanaman jagung yang berumur genjah, sedang, dan dalam dan varietas jagung yang toleran terhadap pupuk yang rendah.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Tanaman Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. (Darwin, 2011)

1. Morfologi Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif.

Bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah tapi masih dalam satu pohon. Buahnya berbentuk bundar berdiameter 4-6 cm dan panjangnya dapat mencapai 40 cm (Sutarno, 1995).

Tanaman jagung termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, dan bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira–kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1 – 3 hari sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Dalam satu malai dapat menghasilkan 25 juta tepung sari atau 50 ribu tepung sari tiap satu rambut tongkol apabila tiap tongkolnya ada 500 biji (Dahlan dan Slamet, 1992).

Bunga jantan berbentuk malai longgar (tassel) yang terdiri dari bulu poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah biasanya memiliki empat baris pasangan bunga (spikelet) atau lebih cabang lateral biasanya terdiri dari dua

(19)

5

baris. Setiap pasang bunga terdiri dari satu bunga duduk (tidak bertangkai) dan satu bunga bertangkai. Bunga tassel mengandung benang sari dan putik yang rudimenter (tidak berkembang) yang tumbuh lebih awal walupun pada kondisi tertentu putik dapat juga terbentuk. Bunga betina tumbuh pada ujung tongkol sampai batang yang berasal dari ketiak daun, biasanya pada sekitar pertengahan panjang batang utama. (Zubachtirodin, 2011).

Bentuk tajuk tanaman yang dicerminkan oleh arsitektur tanaman sangat mempengaruhi laju fotosintesis tanaman. Bentuk arsitektur tanaman dapat di pelajari melalui distribusi daun pada setiap tanaman. Bentuk tanaman jagung yang menghasilkan berat biji tinggi yaitu tanaman yang daun bagian atas lebih tegak dan luas daun bagian bawah relatif besar. Posisi daun jagung pada tanaman baik sudut maupun kelengkungannya mempengaruhi intersepsi cahaya, yang akhirnya juga menentukan produktivitas tanaman (Sutoro, Hadiatmi dan Budiarti, 1997).

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata– rata 12 – 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 – 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah (Berger, 1962).

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh,1987).

Pada tanaman berkeping satu (monokotil) perkecambahan biji dimulai dengan pertumbuhan bakal akar kebawah, kemudian diikuti pertumbuhan bakal

(20)

6

batang (koleoptil) keatas. Setelah mencapai permukaan tanah pertumbuhan koleoptil terhenti, pertumbuhan dilanjutkan oleh plumula yang membentuk daun dan batang baru (Utomo dan Islami, 1995). Akar tanaman berfungsi sebagai: a. organ yang bertanggung jawab agar tanaman dapat berdiri tegak pada tanah; b. organ yang melakukan absorbsi tanah dan air; c. melakukan aktivitas metabolisme dan membentuk berbagai persenyawaan yang diperlukan oleh tanaman; d. tempat menyimpan cadangan makanan (Islami dan Utomo, 1995).

Seperti tanaman jenis rumput-rumputan lainnya, jagung mempunyai jenis akar serabut yang terdiri atas 3 type yaitu : (i) akar seminal muncul dari radikula embrio. Akar seminal berjumlah 3 - 4 dan berada di sepanjang titik tumbuh tanaman. (ii) akar adventif muncul dari buku pertama dan 3 – 4 cm di bawah permukaan tanah. (iii) akar udara terdapat pada buku pertama tapi akarnya dapat masuk ke dalam tanah yang berfungsi sebagai pendukung yang memperkuat tanaman (Singh, 1987).

Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan tajuk. Sebagai gambaran, kalau tajuk berfungsi untuk menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, maka fungsi akar adalah menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman. Karena kebutuhan tanaman akan unsur hara dan air terbatas, maka peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran yang saling mengisi. Akar dengan luas permukaan yang relatif sempit akan dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Guritno dan Sitompul, 1995).

2. Syarat Tumbuh a. Tanah

Tanaman jagung tidak terlalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk pertumbuhannya. Tanah yang mengandung kadar lempung sedang, disertai dengan drainase yang baik serta banyak mengandung bahan organik yang

(21)

7

tinggi adalah cocok untuk tanaman jagung. Keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5 – 6,8. tanaman jagung yang ditumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu asam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dan Grubben, 1995).

Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibanding lapisan tanah bawahnya. Karena akumulasi bahan organik inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Utomo dan Islami, 1995). Tanah adalah medium alam untuk pertumbuhantanaman. Tanah yang baik adalah tanah yang tesedia unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik biasanya mengandung banyak bahan organik, gembur dan mempunyai porositas yang baik (Hakim, Nyakpa, Nugroho, Saul, Bailey, 1986).

Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah alluvial atau lempung yang subur, sebab jenis tanah ini terbebas dari air yang berlebihan yang tidak disukai tanaman jagung (Hakim, at al, 1989)

b. Iklim

Tanaman jagung dapat ditanam didataran rendah atau di dataran tinggi sampai ketinggian 2000 m diatas permukaan laut. Jagung yang diusahakan didataran tinggi biasanya berumur lebih panjang daripada jagung yang diusahakan di dataran rendah (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanaman jagung merupakan tanaman yang toleran terhadap lingkungan, sehingga dapat tumbuh pada daerah tropis sampai daerah tropis, 500– 400, suhu optimum 26,5° C – 29,5° C dan pH di atas 5 (Dahlan dan Slamet, 1997 ).

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata – rata antara 14 – 30°C, pada daerah dengan ketinggian

(22)

8

sekitar 2,200 m dpl. Dengan curah hujan sekitar 600 mm – 1.200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1988). Faktor air juga merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan jagung. Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji. Jumlah radiasi surya yang diterima oleh tanaman selama fase berbunga juga merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji. Bagian terbesar dari sinar surya yang jatuh ke bumi akan diserap oleh daun-daun yang digunakan untuk proses fotosintesis dan transpirasi (Subandi, Syam dan Widjono, 1988).

3. Fase Pertumbuha Tanaman Jagung

Dalam budidaya jagung untuk mendapatkan tanaman berproduksi maksimal perlu adanya pemahaman tentang fase/stadium pertumbuhan tanaman jagung. Subekti et al (2007) menyebutkan bahwa jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokan ke dalam tiga tahap yaitu fase perkecambahan saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama, fase pertumbuhan vegetatif yaitu fase mulai muncul daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase reprodiltif yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. Adapun stadia fase pertumbuhan tanaman jagung setelah perkecambahan dan fase reproduktif disajikan pada tabel 1.

(23)

9

Tabel 1. Uraian Stadia Vegetatif dan Reproduktif Pertumbuhan Tanaman Jagung Stadium Tingkatan Stadium Uraian

V3 – V5 Jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5

Pada saat tanaman berumur 10-18 hari setelah berkecambah.

V6 – V10 Jumlah daun terbuka sempurna 6-10

Pada saat tanaman umur 18-35 hari setelah berkecambah

Perkembangan akar dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat

Bakal bunga jantan dan perkembangan tongkol dimulai

V11 – Vn

Jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun akhir 15-18

Pada saat tanaman berumur 33-50 hari setelah berkecambah

Kebutuhan hara dan air tinggi

Tanaman sensitif terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara

Berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan tongkol, dan hasil

Tasseling Berbunga Jantan

Antara 45-52 hari

Ditandai dengan adanya bunga jantan muncul sebelum kemunculan bunga betina

Tinggi maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari

R1 Silking Muncul bunga betina 2-3 hari setelah tasseling Munculnya rambut dari dalam tongkol

R2 Blister 10-14 hari setelah silking rambut tongkol sudah kering dan berwarna gelap

R3 Masak Susu

18-22 hari setelah silking

Pengisian biji dalam bentuk cairan bening Kekeringan pada R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji terbentuk

Kadar air mencapai 80%

R4 Dough

24-28 hari setelah silking

Biji seperti pasta (belum mengeras) Kadar air biji menurun 70%

Cekaman kekeringan berpengaruh pada biji

R5 Pengerasan biji

Biji pada tongkol mencapai bobot kering max Biji berkembang sempurna

Kadar air biji 30-35%

Pada varietas hibrida tanaman tetap hijau yang tinggi

Sumber : Subekti et al (2007).

(24)

10

Gambar 1. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung 4. Jenis-Jenis Jagung atau Varietas Jagung

Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat biji dan endosperm, warna biji, lingkungan tempat tumbuh, umur panen, dan kegunaan.

Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). (Iriany Neni, et al, 2007)

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dibagi menjadi 3 golongan: 1. Berumur genjah : 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan,

GenjahKertas, Abimanyu, Arjuna, Madura, dll.

2. Berumur sedang : 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Metro, Pandu, Gumarang, Lamuru, Sukmaraga, dll.

3. Berumur dalam : lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning,Bima, Harapan, Bisi-2, NK 33, DK 979, dll.

Varietas tanaman selanjutnya disebut dengan varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang

(25)

11

sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apa bila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot. Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat. Kini benih jagung hibrida telah ditanam di sebagian besar areal jagung di dunia. Pada awal penggunaan jagung hibrida, varietas yang dilepas adalah hibrida silang puncak ganda, namun sekarang lebih banyak hibrida silang tunggal. Pembentukan galur inbrida berasal dari materi populasi dasar berupa varietas bersari bebas, hibrida, varietas lokal, dan plasma nutfah introduksi. (Iriany Neni, et al, 2007)

B. Kebutuhan dan Peranan Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Jagung

1.

Kebutuhan Nitrogen

Pupuk merupakan salah satu masukan utama pada usaha tani Jagung. Untuk meningkatkan produksi, umumnya petani memberikan pupuk terutama urea dan ZA dengan dosis yang cukup tinggi, mencapai 300 kg urea dan 50− 100 kg ZA/ha. Bahkan pada beberapa daerah, takarannya mencapai 400−500 kg urea atau setara dengan 184−230 kg N/ha. Padahal berdasarkan anjuran, N cukup diberikan 90−120 kg/ha atau setara dengan 200–260 kg urea/ha. Pemberian pupuk N yang berlebihan ini menyebabkan efisiensi

(26)

12

pupuk menurun serta membahayakan tanaman dan lingkungan (Anonimous, 2000a).

Tanaman jagung relatif membutuhkan banyak hara untuk dapat tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung cukup N untuk mendukung pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal, kecuali pada lahan yang baru dibuka dari vegetasi hutan (untuk beberapa lokasi). Lain halnya dengan hara P (Phosphor), pemberian pupukyang mengandung unsur P perlu dicermati, sebab pada beberapa tempat, lahan tidak memerlukan tambahan unsur P untuk pertanaman jagung. Pengaruh pemupukan P sangat nyata pada lahan-lahan bertanah Podsolik yang ditunjukkan oleh tingginya efisiensi pemupukan. Pada tanah Podsolik ketersediaan unsur P merupakan faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman sebab disamping kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat mengikat unsur P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. (Zubachtirodin, et al. 2011)

Tanaman jagung dalam pertumbuhan pada fase awal sampai masak fisiologis membutuhkan nitrogen sekitar 120-180 kg/ha sedangkan N yang terangkut ke tanaman jagung hingga panen sekitar 129-165 kg N/ha dengan tingkat hasil 9,5 t/ha. Nitrogen yang diserap pada tanaman tersebut merupakan hara esensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein dan khlorofil yang penting dalam proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel. Pupuk P dan K memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman selain pupuk N. (Faizal, M. Akil dan, Syaifudin. 2011) Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang. Pupuk yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila dosis pupuk memperhatikan status hara serta kebutuhan

(27)

13

tanaman untuk mencapai hasil yang optimal (Utomo dan Islami, 1995). Pupuk N memegang peran sangat penting dalam peningkatan produksi jagung.Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang.Petani pada umumnya memberikan pupuk, terutama N sangatlah berlebih mencapai 700 kg/ha seperti yang terjadi di Jawa Timur. Padahal harga pupuk semakin mahal dari tahun ke tahun sehingga mengurangi keuntungan petani.

Penggunaan pupuk yang berlebihan, selain akan memperbesar biaya produksi juga akan merusak lingkungan akibat adanya emisi gas N20 pada proses amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi. Pemberian pupuk N yang berlebihan pada tanaman jagung dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit terutama pada musim hujan, memperpanjang umur, dan tanaman lebih mudah rebah akibat batang dari daun yang berlebihan dari ukuran normal, sedangkan akar tidak mampu menahan. (Faizal, et al. 2011)

2.

Peranan Nitrogen pada Tanaman Jagung

Strategi dalam pengelolaan pupuk N yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, dapat mengurangi kehilangan N akibat penguapan sebelum diserap oleh tanaman jagung. Pupuk N mudah menguap terutama bila terkena matahari langsung seperti bila pupuk N dibiarkan atau dalam keadaan terbuka setelah pemupukan. Di wilayah tropis basah seperti di Indonesia lahan untuk budidaya jagung umumnya memiliki kandungan hara N rendah, sehingga tidak cukup untuk menunjang pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal karena itu diperlukan tambahan hara N. Pemberian hara N yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik jumlah maupun waktu pemberiannya akan menyebabkan kehilangan N dalam tanah,

(28)

14

pertumbuhan tanaman yang tidak optimal, dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya efisiensi penggunaan N. (Sutoro, Hadiatmi, dan Budiarti, 1997)

Upaya meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N dapat dilakukan dengan, menanam varietas jagung unggul yang respon terhadap pemberian N, dan memperbaiki teknik budidaya tanaman yang mencakup jarak tanam, teknik pemberian air, takaran pupuk N, waktu pemberian dan sumber N. Untuk mendapatkan varietas tanaman yang efisien N dan toleran masuk hara rendah perlu mempertimbangkan perbaikan respon tanaman terhadap pupuk N (Sutoro 2007).

Penentuan dosis pupuk N diperlukan metode yang dapat menduga tingkat kecukupan dan kebutuhan hara N. Tingkat kecukupan (sufficiency) atau kekurangan (deficiency) hara N pada tanaman jagung antara lain ditetapkan berdasarkan analisis tanah dan jaringan tanaman (Fox et al. Dalam Syafruddin et al. 2008) serta kandungan klorofil daun (Peterson et al. 1998. Dalam Syafruddin et al. 2008).

Penggunaan bagan warna daun untuk menentukan pemupukan N pada tanaman jagung masih memerlukan penelitian untuk mengetahui titik kritis kecukupan N berdasarkan nilai BWD dan takaran pupuk N yang dibutuhkan jika nilai BWD berada di bawah titik kritis.

Dengan cara ini pertumbuhan tanaman jagung dapat dipertahankan pada kecukupan hara N, namun tidak berlebih. Cara ini merupakan alternatif meningkatkan efisiensi pupuk N dengan pemantauan warna daun menggunakan BWD. Pemupukan N secara tugal berdasarkan BWD dilakukan pada saat fase tanaman V8 – V9 dan pengelolaan hara spesifik lokasi menujukkan bahwa kebutuhan pupuk N untuk tanaman jagung adalah 150 – 225 kg N/ha (Syafruddin, Saenong, dan Subandi, 2008).

(29)

15

Hasil penelitian Efisiensi N tertinggi diperoleh pada jagung bersari bebas varietas Lamuru pada takaran 130 kg N/ha. Hasil biji jagung hibrida Bima 1 dan Pioneer 21 serta jagung bersari bebas Gumarang masih meningkat hingga takaran 180 kg N/ha. (Tabri, 2010)

C. Hipotesis Penelitian

a. Diduga varietas jagung memberikan respon yang berbeda pada pemberian dosis pupuk N.

b. Diduga pemberian dosis pupuk N memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda pada tanaman jagung.

c. Diduga varietas jagung ada yang toleran pada pemberian dosis pupuk yang rendah.

(30)

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun percobaan dan laboratorium bioteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan November 2013. B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini di lapang adalah papan nama, cangkul, meteran, timbangan, tugal, bor tanah, kamera digital dan alat tulis menulis dan di laboratorium adalah bak, label, pinset, alat tulis, plastik, neraca analitik

Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Pupuk Urea, KCL, dan SP36 benih jagung varietas DK979, Bisi-2, Bima-3, Gumarang, dan Madura.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dan didasarkan pada kaidah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Setiap satuan percobaan diulang 3 kali , perlakuan didasarkan atas perbedaan varietas yaitu:

Petak utama / main treatment : (Takaran pupuk N)

Pupuk N diberikan 3 kali pada tanaman 1/3 pada tanaman umur 10 HST, 1/3 dosis diberikan pada umur 25 HST, dan 1/3 diberikan pada tanaman umur 45 HST.

N1 = 100kg/ha N0 = kontrol / 0kg/ha

N3= 300kg/ha N2 =200kg/ha

(31)

17

Anak petak adalah 5 Varietas jagung, yaitu:

Anak petak / Sub treatment : V1 adalah DK979 V4 adalah Gumarang (Varietas Jagung) V2 adalah Bisi-2 V5 adalah Madura.

V3 adalah Bima-3 Dan setiap varietas dalam bedengan diulang 4 tanaman. D. Denah Percobaan

I

II

III

Keterangan, V = Varietas, N = Dosis Nitrogen, = Tanaman

Gambar 2. Denah percobaan di lapang

N3 N2 N0

(32)

18

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan dan Penentuan Lokasi

Lokasi tempat pelaksanaan penelitian yaitu lokasi kebun percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur. Lokasi lahan yang digunakan adalah areal dengan luas lahan 15 x 15 m.

2. Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi penyediaan benih dan pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul dengan tujuan agar tanah semakin gembur dan meratakan tanah, kemudian membuat petak-petak dengan ukuran 450 x 90 cm.

3. Penanaman Benih dan Pemeliharaan

Penanaman benih dilakukan dengan menggunakan tugal dengan kedalaman 3 - 5 cm. Pada setiap lubang dimasukkan 2 benih jagung dengan jarak tanam 20 x 70 cm, jadi banyaknya tanaman dalam setiap petak adalah 20 tanaman. Disekeliling petak ditanami tanaman jagung varietas bebas sebagai tanaman border. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman dilakiukan satu kali sehari dan tergantung kondisi cuaca, penyiangan dilakukan satu minggu setelah tanam, pemupukan diberikan tiga kali dan pembersihan gulma.

4. Pemupukan

Pemupukan pada jagung biberikan sebanyak 3 kali, yaitu:

a. Pemupukan Pemupukan I, tanaman dipupuk 50 kg N (111 kg Urea/ha) bersamaan pupuk P dan K (7-10 hst)

b. Pemupukan II, tanaman dipupuk 75 kg N (167 kg Urea/ha)(25 hst) c. Pemupukan III, tanaman dipupuk sesuai pembacaan BWD (42-45 hst).

(Anonimous, 2000b).

(33)

19

5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan saat tamanan berumur 10-14 hst. Pengamatan yang dilakukan yaitu mengukur tinggi tanaman dan banyak daun diamati sebanyak 6 kali pengamatan.

6. Analisa Laboratorium

Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisa hasil panen (berat tongkol+klobot, berat tongkol, berat biji, berat 100 biji).

F. Variabel Pengamatan 1. Panjang tanaman (cm)

Panjang tanaman diukur dari atas tanah sampai tanaman tertinggi. Pengamatan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 Hari Setelah Tanam, pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval sekali seminggu sebanyak 6 kali.

2. Jumlah daun per tanaman

Menghitung jumlah daun yang tumbuh pada tanaman jagung baik yang setengah kering dan terkena penyakit. Pengamatan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 Hari Setelah Tanam, pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval sekali seminggu sebanyak 6 kali.

3. Berat Kering Tongkol + Klobot (gram)

Hasil tongkol jagung + klobot merupakan hasil tongkol + klobot jagung yang sudah masak fisiologis atau mencapai umur 130 HST dan dijemur pada tempat yang lapang dan kemudian ditimbang berat tongkol dan klobot pada tongkol jagung yang telah kering udara.

4. Berat Kering Tongkol / tanpa klobot (gram)

Menimbang berat kering tongkol tanpa klobot setelah dijemur pada kering udara.

(34)

20

5. Berat Kering Biji (gram)

Menimbang biji hasil pipilan dan dijemur kembali hingga kering. 6. Berat Kering 100 biji/tongkol (Gram)

Menghitung biji jagung per tongkol dan bila jumlah biji per tongkol <100 dikonfersikan ke 100 biji. Berat 100 biji = .

G. Analisis Ragam

Data hasil pengamatan dianalisa statistik dengan menggunakan analisis varian yang berdasarkan kaidah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengujian perbedaan perlakuan, digunakan dengan taraf kepercayaan 5%. Tetapi jika Fhitung nyata atau sangat

nyata, maka untuk menentukan perbedaan diantara nilai tengah perlakuan tersebut dilakukan uji beda. Uji beda yang digunakan adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan α = 0.05. Persamaan hipotesis secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 = µ1 = µ2 = µ3 = µ4 (berarti dosis pupuk N ada yang memberikan hasil yang sama).

H1 = minimal ada 1 µ 1 ≠ 0 (i = 1, 2,....,4) artinya minimal ada satu perlakuan yang memberikan hasil optimum pada varietas jagung.

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Panjang Tanaman

Berdasarkan hasil rerata panjang tanaman pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam analisa ragam tidak terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata panjang tanaman pada setiap umur pengamatan perlakuan sedangkan varietas jagung menunjukan tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap rata-rata panjang tanaman pada umur 14 HST, 21 HST, dan 49 HST dan menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tanaman jagung pada pada umur 28 HST, 35 HST, dan 42 HST, sedangkan pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen menunjukan tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap rata-rata panjang tanaman (Lampiran 1 – 6).

Tabel 2. Rerata Panjang tanaman (cm) Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang didampingi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Rata-rata panjang tanaman pada perlakuan varietas mempengaruhi secara nyata pada umur 42 HST. Pada panjang tanaman pada perlakuan

Perlakuan

Panjang Tanaman Um ur Tanaman (HST)

14 21 28 35 42 49

(36)

22

varietas menunjukan varietas Gumarang memiliki panjang tanaman yang paling baik dibandingkan varietas lain sedangkan varietas Madura menunjukan panjang tanaman yang paling rendah.

Tabel 3. Prosentase Peningkatan Panjang Tanaman pada Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk.

Keterangan : Angka yang diikuti tanda * adalah prosentase yang mengalami penurunan

Perlakuan pemberian pupuk nitrogen tidak mempengaruhi secara nyata dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan. Meskipun Tidak berbeda pada perlakuan tingkat pemberian dosis pupuk terdapat peningkatan rata-rata panjang tanaman pada umur 49 HST. Tabel 3 menunjukan bahwa dengan meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen terjadi peningkatan pula terhadap panjang tanaman pada setiap taraf pemberian dosis pupuk.

Gambar 3. Histogram Rerata Panjang Tanaman pada Taraf Pemberian Pupuk Nitrogen

Dosis Pupuk Prosentase Peningkatan Panjang Tanaman (49 HST)

N0 – N1 3,08

N0 – N2 5,28

N0 – N3 8,06

(37)

23

Pada gambar 3 menunjukan peningkatan yang tidak berbeda nyata pada setiap taraf pemberian dosis pupuk nitrogen. Pada taraf pemberian dosis pupuk nitrogen mengalami peningkatan panjang tanaman yang stabil. Pada umur 35 HST mulai muncul sedikit perbedaan panjang tanaman pada setiap meningkatnya taraf pemberian dosis pupuk nitrogen.

2. Jumlah Daun

Berdasarkan hasil rerata panjang tanaman pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam analisa ragam tidak terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata jumlah daun pada setiap umur pengamatan sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap rata-rata jumlah daun per tanaman pada setiap pengamatan dan, pada perlakuan varietas pada umur 14, 21, dan 28 tidak dipengaruhi secara nyata terhadap rata-rata jumlah daun dan mulai dipengaruhi secara nyata pada umur 35 HST dan sangat nyata pada umur 42 HST, dan 49 HST (Lampiran 7 – 12). Tabel 4. Rerata Jumlah Daun Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada

Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Perlakuan

Jumlah Daun Umur Tanaman (HST)

14 21 28 35 42 49

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang didampingi huruf yang sama menunjukan

tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

(38)

24

Jumlah daun pada perlakuan varietas mempengaruhi secara nyata pada umur 35 HST, jumlah daun tanaman pada pengamatan ke 6 umur tanaman 49 HST menunjukan perlakuan varietas dipengaruhi secara sangat nyata (Lampiran 12). Perlakuan varietas pada varietas DK 979, dan Bisi 2 menunjukan jumlah daun yang sama baiknya dan varietas Madura menunjukan jumlah daun yang paling sedikit dibanding varietas yang lainya.

Tabel 5. Prosentasi Peningkatan Jumlah Daun pada Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk.

Keterangan : Angka yang diikuti tanda * adalah prosentase yang mengalami penurunan

Meskipun Tidak berbeda pada perlakuan tingkat pemberian dosis pupuk terdapat peningkatan produksi banyak daun. Tabel 5 menunjukan pada umur 49 HST melihatkan bahwa seiring dengan meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen tidak terjadi peningkatan terhadap jumlah daun pada setiap taraf pemberian dosis pupuk malah sebaliknya terutama pada pemberian pupuk dosis pupuk 200 kg/ha dan 300 kg/ha terjadi penurunan jumlah daun.

3. Berat Tongkol dan Klobot

Berdasarkan hasil rerata berat tongkol dan klobot pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam analisa ragam tidak terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata berat tongkol dan klobot, pada perlakuan varietas dipengaruhi secara sangat nyata terhadap berat berat tongkol + klobot jagung, dan pada perlakuan pemberian dosis pupuk menunjukan dipengaruhi secara nyata terhadap hasil berat tongkol + klobot jagung , sedangkan interaksi pemberian dosis pupuk

Dosis Pupuk Prosentase Peningkatan Jumlah Daun (49 HST)

N0 – N1 0

N0 – N2 1,88*

N0 – N3 0,48*

(39)

25

nitrogen dengan beberapa varietas jagung tidak berbeda nyata pengaruhnya (Lampiran 13).

Tabel 6. Rerata Berat Tongkol + Klobot (gram) Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Perlakuan Rata-rata Berat Tongkol + Klobot (gram)

Varietas (V)

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang didampingi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Pada tabel 6 Berat tongkol + klobot pada perlakuan varietas menunjukan varietas Bima 3 menghasilkan berat tongkol + klobot yang paling tinggi sedangkan vaietas Madura menghasilkan berat yang paling rendah. Pada perlakuan tingkat pemberian dosis pupuk menunjukan dosis pupuk nitrogen 100 kg/ha berbeda nyata dengan dosis pupuk nitrogen 200 kg/ha dan 300 kg/ha dan tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal terdapat peningkatan hasil tongkol jagung. Semakin meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen tidak mempengaruhi meningkatnya hasil berat tongkol + klobot ini ditunjukan pada pemberian dosis 100 kg/ha memberikan hasil tongkol + klobot yang paling tinggi dibanding pemberian dosis pupuk nitrogen yang lainnya.

4. Berat Tongkol / Tanpa Klobot (gram)

Berdasarkan hasil rerata berat tongkol pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam analisa ragam tidak terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata

(40)

26

berat tongkol sedangkan perlakuan pemberian pupuk nitrogen dan perlakuan varietas memberikan pengaruh secara sangat nyata terhadap hasil berat tongkol jagung (Lampiran 14).

Tabel 7. Rerata Berat Tongkol (ton/ha) Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Perlakuan Rata-rata Berat Tongkol (ton/ha)

Varietas (V) menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Tabel 7 menunjukan pada perlakuan varietas, varietas Bima 3 menunjukan rata-rata berat tongkol yang paling tinggi sedangkan varietas Madura menunjukan rata-rata berat tongkol yang paling rendah. Pada perlakuan tingkat pemberian dosis pupuk menunjukan dosis pupuk nitrogen 100 kg/ha tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha, dan berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal terdapat peningkatan hasil tongkol jagung. Semakin meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen tidak mempengaruhi meningkatnya hasil rata-rata berat tongkol + klobot ini ditunjukan pada pemberian dosis 100 kg/ha dan 300 kg/ha memberikan hasil rata-rata tongkol + klobot yang paling tinggi dibanding pemberian dosis pupuk nitrogen yang lainnya. 5. Berat Biji Per Tongkol

Berdasarkan hasil rerata berat biji pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam

(41)

27

analisa ragam terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata berat biji sedangkan pada perlakuan varietas menunjukan dipengaruhi secara sangat nyata terhadap berat rata-rata biji dan perlakuan pemberian dosis pupuk menunjukan dipengaruhi secara sangat nyata terhadap hasil berat biji, sedangkan (Lampiran 15)

Tabel 8. Rerata Berat Biji per Tongkol (gram) Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Variet as Berat Biji per Tongkol (gram)

N0 N1 N2 N3 menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Tabel 9 pada V1 menunjukan meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung kecuali pada pemberian dosis pupuk 200 kg/ha, dengan dosis optimum tercapai pada dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha dengan hasil maksimal yang mencapai 10 ton/ha. Pada V2 menunjukan meningkatnya pemberian dosis pupuk cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung dan terjadi penurunan hasil pada dosis pupuk 300 kg/ha membentuk pola parabola, dan dosis optimum tercapai pada dosis 200 kg/ha dengan hasil maksimal yang dicapai mencapai 9,14 ton/ha, sedangkan pada V3

(42)

28

meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung terutama pada dosis pupuk 100 kg/ha menunjukan hasil yang optimal dicapai 9,52 ton/ha, pada V4 meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung kecuali pada pemberian dosis pupuk 200 kg/ha, dan dosis optimum dicapai pada dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha dengan hasil maksimal yang mencapai 5,80 ton/ha, dan pada V5 meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung terutama pada dosis pupuk 100 kg/ha menunjukan hasil yang optimal dicapai 3,43 ton/ha.

Pada gambar 4 menunjukan pada varietas DK 979 dan varietas Gumarang terjadi peningkatan hasil biji pada taraf pemberian dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha, sedangkan pada varietas Bima 3 dan varietas Madura terjadi peningkatan hasil berat biji per pada taraf pemberian pupuk nitrogen 100 kg/ha, dan varietas Bisi 2 terjadi peningkatan pada dosis pupuk pada taraf 200 kg/ha.

Gambar 4. Histogram Rerata Berat Biji per Tongkol, V1: Varietas DK 979, V2: Varietas Bisi 2, V3: Varietas Bima 3, V4: Varietas Gumarang, V5: Varietas Madura

6. Berat 100 Biji per Tongkol

Berdasarkan hasil rata-rata berat 100 biji per tongkol pada penentuan dosis pupuk nitrogen pada tanaman jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah,

0

(43)

29

sedang, dan dalam analisa ragam tidak terdapat interaksi secara nyata terhadap rata-rata berat 100 biji per tongkol pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen mempengaruhi secara sangat nyata terhadap hasil berat 100 biji per tongkol dan pada perlakuan varietas mempengaruhi secara sangat nyata terhadap hasil berat 100 biji per tongkol jagung, (Lampiran 14).

Tabel 10. Rerata Berat 100 Biji (gram) per Tongkol Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung

Perlakuan Rata-rata Berat 100 Biji (gram) Varietas (V) menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Tabel 9 menunjukan pada perlakuan varietas, varietas Bisi 2, Bima 3, DK 979 dan Gumarang dan mempunyai berat 100 biji per tongkol yang sama tingginya sedangkan varietas Madura menunjukan berat 100 biji per tanaman yang rendah dibandingkan dengan varietas yang lainnya. Pada perlakuan dosis pupuk nitrogen, dosis pupuk 100 kg/ha tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha dan 200 kg/ha dan berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal. Peningkatan pemberian dosis pupuk nitrogen tidak memberikan pula peningkatan berat 100 biji per tongkol ini ditunjukan pada dosis pupuk 100 kg/ha yang dapat menghasilkan berat tongkol tertinggi dan tidak jauh berbeda dengan dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha.

(44)

30

7. Penentuan Dosis Optimum Pupuk Nitrogen

Dosis optimum pupuk nitrogen adalah dosis yang dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh dan produksi secara optimal selama pertumbuhan. Penentuan dosis optimum diambil dari data hasil pengamatan berat biji jagung setiap varietas jagung. Rancangan optimal diperlukan untuk menentukan titik-titik mana dari variabel X yang akan dicobakan dengan tujuan memaksimalkan sejumlah informasi yang relevan sehingga terpenuhi kriteria yang diinginkan. (Safitri, 2012) Tabel 10. Regresi dan Penentuan Titik Optimum Dosis Pupuk Nitrogen

Variet as Fungsi Polynomial Fungsi Linier X Opt im um Y Opt imum Y Linier (Dosis Pupuk) (B. Biji) (B. Biji)

V1 y=-0,00004x²+0,024x+6,146 y=0,011x+6,58 300 9,746 9,88

V2 y=-0,00006x²+0,021x+7,225 y=0,002x+7,871 175 9,0625 8,22 V3 y=-0,00006x²+0,026x+6,213 y=0,008x+6,814 216,67 9,0297 8,55 V4 y=-0,00004x²+0,019x+3,331 y=0,007x+3,731 237,5 5,5873 5,39 V5 y=-0,00003x²+0,011x+2,085 y=0,001x+2,418 183,33 3,0933 2,60

Keterangan: Satuan Dosis Pupuk (kg/ha), satuan Berat Biji (ton/ha).

Tabel 10 menunjukan dosis optimum pada masing-masing varietas jagung yang berumur genjah, sedang, dan dalam. Pada varietas DK 979 menunjukan hasil berat biji yang paling tinggi dengan pemupukan dosis pupuk nitrogen 300 kg/ha sedangkan varietas Bisi 2 menunjukan hasil yang tinggi dengan pemupukan dosis pupuk nitrogen yang rendah.

Pada gambar 5 menunjukan varietas DK 979 pada grafik regresi linier masih mununjukan peningkatan hasil pada pemupukan dosis yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukan dengan melihat dari estimasi kurva kuadratik dan estimasi kurva linier yang tidak berbeda jauh antara nilai regresi kuadratik dan nilai regresi linier.

(45)

31

Gambar 5. Regresi dan Titik Optimum Varietas DK 979

Pada gambar 6 menunjukan varietas Bisi 2 pada grafik regresi linier terjadi penurunan hasil pada pemupukan dosis yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukan dengan melihat dari estimasi kurva kuadratik dan estimasi kurva linier yang berbeda jauh antara nilai regresi kuadratik dan nilai regresi linier.

Gambar 6. Regresi dan Titik Optimum Varietas Bisi 2

Pada gambar 7 menunjukan varietas Bima 3 pada grafik regresi linier terjadi penurunan hasil pada pemupukan dosis yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukan

(46)

32

dengan melihat dari estimasi kurva kuadratik dan estimasi kurva linier yang tidak berbeda jauh antara nilai regresi kuadratik dan nilai regresi linier.

Gambar 7. Regresi dan Titik Optimum Varietas Bima 3

Pada gambar 8 menunjukan varietas Gumarang pada grafik regresi linier terjadi penurunan hasil pada pemupukan dosis yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukan dengan melihat dari estimasi kurva kuadratik dan estimasi kurva linier yang berbeda jauh antara nilai regresi kuadratik dan nilai regresi linier.

Gambar 8. Regresi dan Titik Optimum Varietas Gumarang

y = -6E-05x2+ 0,0264x + 6,2138

(47)

33

Pada gambar 9 menunjukan varietas Gumarang pada grafik regresi linier terjadi penurunan hasil pada pemupukan dosis yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukan dengan melihat dari estimasi kurva kuadratik dan estimasi kurva linier yang berbeda jauh antara nilai regresi kuadratik dan nilai regresi linier.

Gambar 9. Regresi dan Titik Optimum Varietas Madura B. Pembahasan

1. Interaksi Varietas Tanaman Jagung Pada Berbagai Tingkat Pemberian Dosis Pupuk Nitrogen.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa kombinasi perlakuan varietas dan perlakuan tingkat pemberian pupuk nitrogen rata-rata menunjukan adanya interaksi nyata pada parameter berat biji per tongkol.

Pada umumnya tanaman pada kondisi tercekam akan sangat mempengaruhi respon pertumbuhan dan hasil produksi tanaman tersebut, akan tetapi respon tanaman tersebut tergantung dari karakteristik varietas tanaman. Dijelaskan oleh Kirkham (1990) dalam Yunita TR, taryono, dan Nasrullah (2012),

Meningkatnya pemberian dosis pupuk nitrogen cenderung meningkatkan hasil berat biji jagung namun pada dosis pupuk 100 kg/ha lebih menunjukan hasil

y = -3E-05x2+ 0,0119x + 2,0851

(48)

34

yang lebih tinggi pada masing-masing varietas jagung dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk 300 kg/ha sedangkan pada pemberian dosis pupuk 200 kg/ha cenderung memberikan hasil yang rendah dibandingkan pemberian dosis yang lebih rendah dan lebih tinggi dari dosis anjuran. Pada tabel 6 berat biji per tongkol menunjukan perlakuan VIN3 varietas DK 979 yang respon sangat baik terhadap pemberian dosis pupuk dengan dosis 300 kg/ha yang dapat menghasil biji jagung mencapai 10 ton/ha diatas hasil rata-rata berat jagung DK 979 yang mencapai 9,25 ton/ha. Pemberian dosis pupuk nitrogen dengan dosis 300 kg/ha dapat meningkatkan hasil berat biji jagung varietas DK 979 sebanyak 7,5% dari hasil rata-rata berat jagung DK 979. Hal ini disebabkan varietas DK 979 merupakan varietas jagung yang berumur dalam dengan pemupukan dengan dosis 300 kg/ha menjadikan tanaman lebih banyak membentuk klorofil sehingga proses asimilat lebih banyak sehingga pengisian biomassa hasil biji tongkol jagung lebih besar hasilnya.

Menurut Suwardi dan Roy (2009), menunjukan bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berkorelasi dengan hasil jagung, di mana semakin tinggi pemberian dosis pupuk nitrogen semakin besar produksi jagung.

2. Perlakuan Varietas Tanaman Jagung

Perlakuan varietas menunjukan pengaruh yang sangat nyata dan signifikan terhadap keseluruhan parameter. Hal ini dapat ditunjukan karena adanya perbedaan karakteristik setiap varietas tanaman jagung. Pada perlakuan varietas varietas Madura yang menunjukan respon yang baik terhadap pertumbuhan, yang dilihat dari pengamatan parameter panjang tanaman. Menurut Adnan (2010), Varietas tanaman jagung yang berumur genjah akan mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding dengan varietas jagung yang berumur dalam. Varietas DK 979, Bisi 2, dan Bima 3 yang lebih respon terhadap dosis pupuk yang lebih rendah dari dosis pupuk anjuran yang dapat dilihat dari parameter

(49)

35

banyak daun, berat tongkol+klobot, berat tongkol, berat biji/tongkol, berat 100 biji/tongkol. Hal ini disebabkan varietas Bima 3 tersebut mampu beradaptasi terhadap kondisi lahan yang kondisinya kurang optimal (Lampiran 18) sedangkan varietas DK 979 mampu beradaptasi lahan yang kritis (Lampiran 19) dan varietas Bisi 2 mampu beradaptasi tumbuh optimal dengan pemberian dosis pupuk yang rendah.

Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot yang disebut dengan tanaman hibrida (Iriany Neni, et al, 2007).

3. Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen secara signifikan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang ditunjukkan pada semua parameter kecuali pada parameter panjang tanaman. Hal ini disebabkan pemberian pupuk nitrogen lebih merespon terhadap warna daun, dimana unsur N menupakan salah satu unsur penyusun dari klorofil tanaman. Tanaman yang lebih hijau akan lebih besar pula proses fotosintesis yang dilakukan dan ini akan mempengaruhi juga dalam pengisisan biomasa hasil dari tanaman jagung.

Pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen menunjukan dosis 100 kg/ha hasil yang cukup besar terhadap hasil tongkol+klobot jagung, tongkol, dan berat 100 biji jagung per tongkol. Pada dosis 200 kg/ha mengalami penurunan hasil sebanyak 13,58% dan dosis 300 kg/ha menurunkan hasil sebanyak 10,1%. Penggunaan pupuk yang lebih dari yang dibutuhkan tanaman akan terbuang melalui proses pencucian kedalam tanah terhadap air hujan dan penguapan terhadap proses evaporasi pada tanah dan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman (Sutoro, Hadiatmi, dan Budiarti, 1997).

(50)

36

Berdasarkan hasil dari persamaan kuadratik dosis yang tercapai untuk dapat tumbuh optimal setiap pemberian dosis pupuk memberikan respon yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil jagung. pada umumnya jagung hibrida yang memiliki umur yang dalam dan menghasilkan tongkol yang besar, dalam masa pertumbuhannya cenderung memerlukan lebih banyak kebutuhan N, pada hasil penelitian ini didapat jagung hibrida dapat merespon tumbuh dengan baik pada pemberian dosis pupuk yang rendah dibawah dosis anjuran, pada varietas DK979 diduga dapat tumbuh optimal pada dosis 300 kg/ha diatas dosis anjuran dan mencapai hasil maksimal biji jagung 9,74 ton/ha, varietas Bisi 2 diduga dapat tumbuh optimal pada dosis 175 kg/ha dibawah dosis anjuran dan mencapai hasil maksimal biji jagung 9,06 ton/ha, varietas Bima 3 diduga dapat tumbuh optimal pada dosis 216 kg/ha dan mencapai hasil maksimal biji jagung 9,02 ton/ha, varietas Gumarang diduga dapat tumbuh optimal pada dosis 237,5 kg/ha dan mencapai hasil maksimal biji jagung 5,58 ton/ha, dan varietas Madura diduga dapat tumbuh optimal pada dosis 183,33 kg/ha dibawah dosis anjuran dan mencapai optimal hasil biji jagung 3,09 ton/ha.

(51)

37

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian penentuan dosis optimum pupuk nitrogen pada beberapa varietas jagung (Zea Mays .L) yang berumur genjah, sedang, dan dalam, yaitu:

1. Varietas yang menunjukan respon baik terhadap pemberian dosis pupuk yang rendah dengan dosis 100 kg/ha adalah varietas DK 979, Bisi 2, dan Bima 3.

2. Dosis optimum pupuk nitrogen pada varietas DK979 didiga dosis optimal dicapai 300 kg/ha dan mencapai hasil biji jagung 9,74 ton/ha, varietas Bisi 2 diduga dosis optimal dicapai 175 kg/ha dan mencapai hasil biji jagung 9,06 ton/ha, varietas Bima 3 diduga dosis optimal dicapai 216 kg/ha dan mencapai hasil biji jagung 9,02 ton/ha, varietas Gumarang diduga dosis optimal dicapai 237,5 kg/ha dan mencapai hasil biji jagung 5,58 ton/ha, dan varietas Madura diduga dosis optimal dicapai 183,33 kg/ha dan mencapai hasil biji jagung 3,09 ton/ha.

B. Saran

Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai penentuan dosis optimum pupuk nitrogen dengan beberapa varietas jagung pada lokasi yang berbeda.

(52)

38

Daftar Pustaka

Anonimous, 2000a. Usaha Tani Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.

Anonimous, 2013b. Teknologi Budidaya Jagung (Zea Mays L.) Tanpa Olah Tanah (TOT) Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi.

A.M. Adnan, Constance Rapar, Zubachtirodin, 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros

Berger, J., 1962. Maize Prodution and the Manuring of Maize. Printed in Switzherland.

Dahlan, M dan S. Slamet., 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.

Darwin. 2011. Sejarah singkat tanaman jagung. Unila. Lampung

Fox, R. H., G.W. Roth, K.V. Iversen, and W.P. Piekielek. 1998. Soil and tissue nitrate test compared for predicting soil nitrogen availability to corn. Agron.J. 81:971-974.

Guritno dan Sitompul. 1995. Morfologi Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros

Hakim, N.M., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G.Nugroho., R. Saul.,A. Diha., Go Bang Hong.m H.H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Univrsitas Lampung Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Iriany, R.N., A. Takdir, N.A. Subekti,M. Dahlan, 2001. Potensi Hasil Hibrida Jagung Umur Genjah CIMMYT. Prosiding Kongres IV dan Simposium Nasional PERIPI, Yogyakarta.

Islami, T. dan W.H. Utomo, 2004. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Komalasari. O dan Fauziah Koes, 2011. Interaksi Takaran Pupuk Nitrogen dan Periode Simpan Terhadap Mutu Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Peterson, T. A., T.M. Blackmer, D. D. Francis, and J. S. Schepers. 1996. Using chlorophyll meter to improve N management. Soil Resource Management. Saenong, S., Syafruddin dan Subandi.2005.Penggunaan LCC untuk pemupukan

N pada tanaman jagung.Laporan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Kerjasama Balitsereal dengan Potash & Phosphate Institute (PPT), Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC). (belum dipublikasikan).

(53)

39

Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian Agr icultural Research Institute New Delhi, India. Sitompul, S.M. dan Guritno, 1995. UGM Press, Yogyakarta.

Subandi., M. Syam, A. Widjono., 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Subandi, Zubachtirodin, S. Saenong dan I. U. Firmansyah. 2006. Ketersediaan teknologi produksi dan program penelitian jagung. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, 29-30 September 2005 di Makassar. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan. Bogor. P. 11-14

Subekti, N.A., Syafruddin, Roy E, dan Sri Sunarti, 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Sulawesi Selatan.

Sudaryanto, A. Taufiq, M.J. Mejaya dan Sugiyatni Slamet. 1995. Peningkatan Produktivitas Tanaman Jagung di Timor Timur. Dalam: Teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Provinsi Timor Timur. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Ubi-Ubian

Sutarya, R. dan Grubben, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press, Yogyakarta

Sutoro, 2007. Efisiensi Pemupukan Nitrogen Pada Beberapa Tanaman Jagung pada Tanah Litosol. Pusat Pnelitian Tanaman Pangan. Bogor

Sutoro, Hadiatmi dan S.G Budiarti, 1997. Prosiding Simposium Nasional dan Kongres III PERIPI, Bogor

Sutarno, R dan Grubbe, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yugyakarta.

Syafudin, Faizal, dan M. Akil, 2011. Pengelolaan Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.

Syafruddin, S. Saenong dan Subandi.2008.Penggunaan Bagan Warna Daun untuk efisiensi pemupukan N pada tanaman jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Penelitian Pertanian 27(1): 24-31.

Tabri Febriana, 2010. Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros. Warisno (1998). Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.

Yunita TR, Taryono, dan Nasrullah, 2012. Keragaman Sorgum Manis (Sorgum bicolor L.Moench) Pada Kondisi Tercekam Kekeringan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Zubachtirodin, Bambang Sugiharto, Mulyono, Deni Hermawan. 2011. Teknologi Budidaya Jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta, 2011. vii + 59 hlm.

Gambar

Tabel 1. Uraian Stadia Vegetatif dan Reproduktif Pertumbuhan Tanaman Jagung
Gambar 1. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung
Gambar 2. Denah percobaan di lapang
Tabel 2. Rerata Panjang tanaman (cm) Uji Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Beberapa Varietas Tanaman Jagung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tugas Akir : Perancangan Iklan Souvenir Khas Semarang Gambpang Sembarangan ( Inggris : Advertisement Design of Semarang's Unique Souvenir Gambpang Sembarangan). Ketua

Angket hanya diberikan pada kelas eksperimen untuk mengetahui respons siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model Simayang berbantuan flash card yang dihitung

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap return saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2009- 2011.. 2

Pada saat struktur mengalami kebakaran terjadi perambatan panas pada beton, mulai dari lapis luar merambat kebagian dalam beton seiring dengan lamanya waktu kebakaran..

Selain tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di daerah tujuan, keputusan untuk melakukan migrasi untuk pengobatan keluar daerah juga dapat

pembelajaran supaya guru tidak menyimpang dari tema yang akan disampaikan kepada anak pada saat pembelajaran berlangsung. sudah dapat memenuhi segala kebutuhan yang

Laporan Keuangan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang terdiri dari (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan

Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis deskriptif untuk melihat nilai rerata hasil kemampuan metakognitif.