Catatan Atas Laporan Keuangan Satker Deputi Bidang
Perlindungan Anak (664962)
Periode Semester 2 Tahun Anggaran 2018
Deputi Bidang Perlindungan Anak
i
Kata Pengantar
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Salah satu pelaksanaannya adalah dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel.
Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pengguna laporan khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/ pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962). Di samping itu, laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam
pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Jakarta,
Kuasa Pengguna Anggaran,
ii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Grafik iv
Pernyataan Tanggung Jawab v
Ringkasan Laporan keuangan 1
I. Laporan Realisasi Anggaran 3
II. Neraca 4
III. Laporan Operasional 5
IV. Laporan Perubahan Ekuitas 6
V. Catatan atas Laporan Keuangan 7
A. Penjelasan Umum 7
A.1. Profil dan Kebijakan Teknis 7
A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 11
A.3. Basis Akuntansi 12
A.4. Dasar Pengukuran 12
A.5. Kebijakan Akuntansi 12
B. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran 18
B.1. Pendapatan 18
B.2. Belanja 19
C. Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca 26
C.1. Aset Lancar C.2. Aset Tetap C.3. Aset Lainnya
C.4. Kewajiban Jangka pendek C.5. Ekuitas
D. Penejelasan atas Pos-Pos Laporan Operasional D.1. Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak D.2. Beban
D.3. Surpus (Defisit) dari kegiatan Non Operasional D.4. Pos-Pos Biasa
E. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Perubahan Ekuitas E.1. Ekuitas 26 27 27 29 31 31 32 32 32 35 36 36 36
iii
E.2. Surplus (Defisit)/LO E.3. Penyesuian Nilai Aset
E.4. Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi E.5. Ekuitas Akhir
F. Pengungkapan Penting Lainnya
36 36 36 37 37 38
iv
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
18
Tabel 2 Perbandingan Nilai Anggaran Awal dan Anggaran Revisi Menurut Jenis Belanja
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
19
Tabel 3 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
20
Tabel 4 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018
20
Tabel 5 Perbandingan Nilai Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
21
Tabel 6 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Per Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
22
Tabel 7 Perbandingan Nilai Aset Lancar
Per 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
26
Tabel 8 Rincian Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas
Per 31 Des 2018 dan Per 31 Des 2017
26
Tabel 9 Rincian Nilai Persediaan Per 31 Des 2018 dan 31 Des 2017 27
Tabel 10 Perbandingan Nilai Aset Tetap
Per 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
27
Tabel 11 Rekonsiliasi data antara Aset Tetap pada Neraca dan pada data BMN
Per 31 Des 2018
28
Tabel 12 Rincian Daftar Mutasi/Perubahan Aset Peralatan dan Mesin Per 31 Des 2018 28
Tabel 13 Nilai Buku Aset Tetap Setelah Penyusutan Per 31 Des 2018 29
Tabel 14 Perbandingan Nilai Aset Lainnya
Per 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
29
Tabel 15 Perbandingan Nilai Aset Lainnya pada Neraca dan data BMN
Per 31 Des 2018
30
Tabel 16 Rincian Nilai Kewajiban Jangka Pendek
Per 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
31
Tabel 17 Rincian Nilai Beban Pegawai Menurut Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
32
Tabel 18 Rincian Nilai Beban Barang dan Jasa Menurut Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
33
Tabel 19 Rincian Nilai Beban Pemeliharaan Menurut Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 2017
33
Tabel 20 Rincian Nilai Beban Perjalanan Dinas Menurut Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
v
Tabel 21 Rincian Nilai Beban Barang untuk Diserahkan Kepada Masyarakat
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
34
Tabel 22 Rincian Nilai Beban Penyusutan dan Amortisasi Menurut Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 2017
35
Tabel 23 Rincian Nilai Surplus/(Defisit) Dari Kegiatan Non Operasional
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Des 2018 dan 31 Des 201
vi
Daftar Grafik
Halaman
Grafik 1 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Barang
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
21
Grafik 2 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
vii
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Laporan Keuangan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang terdiri dari (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta,
Kuasa Pengguna Anggaran,
1
Laporan Keuangan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2018 Unaudited ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:
1.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja periode 1 Januari sampai
dengan 31 Desember 2018.
Realisasi Pendapatan Negara adalah berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar
Rp439.569.708,00 atau mencapai 0 persen dari Estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp 0.00.
Realisasi Belanja Negara sebesar Rp95,057,494,475,00 atau mencapai 96 persen dari Alokasi
Anggaran sebesar Rp99.017.200.000,00.
2.
NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas pada
tanggal 30 Juni 2018.
Nilai Aset dicatat dan disajikan sebesar Rp4,227,334,503,00 yang terdiri dari Aset Lancar
sebesar Rp3,566,371,346,00; Aset Tetap (neto) sebesar Rp660,963,157,00; Piutang Jangka
Panjang (neto) sebesar Rp0.00; dan Aset Lainnya (neto) sebesar Rp0,00.
Nilai Kewajiban sebesar Rp766,983,425,00 berupa Kewajiban Jangka Pendek dan nilai
Ekuitas sebesar Rp4,227,334,503,00 sehingga jumlah antara Kewajiban dan Ekuitas sebesar
Rp4,227,334,503,00.
3.
LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur Pendapatan-LO, Beban, Surplus/Defisit dari
kegiatan operasional, Surplus/Defisit dari kegiatan non operasional, Surplus/Defisit sebelum
pos luar biasa, Pos luar biasa, dan Surplus/Defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar.
Pendapatan-LO untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp 0.00,
sedangkan jumlah Beban sebesar Rp.104,952,761,951,00 sehingga terdapat defisit dari
kegiatan operasional sebesar (Rp104,952,761,951,00).
Kegiatan non operasional Surplus sebesar Rp0.00 yang berasal dari Pendapatan Penyesuaian
Nilai Persediaan sebesar Rp0,00 dan Beban Penyesuaian Nilai Persediaan sebesar Rp0,00
2
4.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas. Nilai
ekuitas awal pada tanggal 1 Januari 2018 sebesar Rp13.746.455.362,00 Defisit-LO sebesar
Rp104,972,138,451,00 penyesuaian nilai aset sebesar Rp0.00; Koreksi Nilai AsetPersedian
sebesar Rp.0,00 Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi sebesar Rp 0,00 dan transaksi antar
entitas sebesar Rp94,617,924,767,00 sehingga nilai ekuitas akhir pada tanggal 31 Desember
2018 sebesar Rp3,460,351,078,00
Nilai penurunan ekuitas periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp10,286,104,284,00.
5.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas, yaitu diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas Negara.
Sedangkan dalam penyajian laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca disusun dan disajikan dengan menggunakan basis akrual, yaitu diakui pada saat diperolehnya hak atas dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas negara.
3
I. Laporan Realisasi Anggaran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
SATKER DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
(UNAUDITED)
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Tahunan Komparatif tahun 2017 Unaudited.
31 DES 2017
ANGGARAN REALISASI % REALISASI
B.1
42 Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Rp - Rp 439,569,708 0.00% Rp 1,206,605,516 -Rp Rp 439,569,708 0.00% Rp 1,206,605,516 B.2 51 Belanja Pegawai B.2.1 Rp - O 0.00% Rp -52 Belanja Barang B.2.2 Rp 98,460,200,000 Rp 94,667,485,850 96.15% Rp 74,699,584,871 57 Belanja Bantuan Sosial Rp - Rp - 0.00% Rp
-Jumlah Belanja Operasi Rp 98,460,200,000 Rp 94,667,485,850 96.15% Rp 74,699,584,871
532111 Belanja Modal Peralatan
dan Mesin B.2.3 Rp 557,000,000 Rp 390,008,625 70.02% Rp 81,954,000 533111 Belanja Modal Gedung dan
Bangunan B.2.4 Rp - Rp - 0.00% Rp -536111 Belanja Modal Lainnya B.2.5 Rp - Rp - 0.00% Rp
-Jumlah Belanja Modal Rp 557,000,000 Rp 390,008,625 70.02% Rp 81,954,000 99,017,200,000 Rp Rp 95,057,494,475 96.00% Rp 74,781,538,871 BELANJA MODAL JUMLAH BELANJA 31 DESEMBER 2018 URAIAN CTT PENDAPATAN NEGARA BELANJA BELANJA OPERASI JUMLAH PENDAPATAN
4
II. Neraca
NERACA
SATKER DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK
5
CATATAN 31 DES 2018 31 DES 2017 Naik/(Turun)
ASET LANCAR C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.1 291,379,746 371,460,308 (80,080,562)
Kas di Bendahara Penerimaan 0 0 0
Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.2 0 0 0
Kas pada BLU 0 0 0
Piutang PNBP 0 0 0
Bagian Lancar TP/TGR 0 0 0
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 0 0 0 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jk Pendek 0 0 0
Belanja Dibayar Di Muka 0 0 0
Persediaan C.1.3 3,274,991,600 13,228,077,108 (9,953,085,508)
Jumlah Aset Lancar 3,566,371,346 13,599,537,416 (10,033,166,070)
a PIUTANG JANGKA PANJANG
Tagihan TP/TGR 0 0 0
Tagihan Penjualan Angsuran 0 0 0
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jk Panjang 0 0 0
Jumlah Piutang Jangka Panjang 0 0 0
ASET TETAP C.2
Tanah C.2.1 0 0 0
Peralatan dan Mesin C.2.2 1,730,991,680 1,604,164,904 126,826,776
Gedung dan Bangunan C.2.3 0 0 0
Jalan, Irigasi, dan Jaringan C.2.4 0 0 0
Aset Tetap Lainnya C.2.5 0 0 0
Konstruksi Dalam Pengerjaan 0 0 0
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.2.6 (1,070,028,523) (995,763,533) (74,264,990)
Jumlah Aset Tetap 660,963,157 608,401,371 52,561,786
ASET LAINNYA C.3
Aset Tak Berwujud C.3.1 0 58,500,000 (58,500,000)
Aset Lain-lain C.3.2 0 0 0
Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.3.3 0 (58,500,000) 58,500,000
Jumlah Aset Lainnya 0 0 0
4,227,334,503 14,207,938,787 (9,980,604,284) KEWAJIBAN JANGKA PENDEK C.4
Utang kepada Pihak Ketiga C.4.1 305,500,000 0 305,500,000 Hibah yang Belum Disahkan C.4,2 461,483,425 461,483,425 0
Uang Muka dari KPPN C.4.3 0 0 0
Utang Jangka Pendek Lainnya C.4.4 0 0 0
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 766,983,425 461,483,425 305,500,000
766,983,425 461,483,425 305,500,000
EKUITAS C.5 3,460,351,078 13,746,455,362 (10,286,104,284)
4,227,334,503 14,207,938,787 (9,980,604,284) JUMLAH KEWAJIBAN
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA KEWAJIBAN
URAIAN
JUMLAH ASET ASET
6
CAT 30 JUNI 2018 31 DES 2017 D.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lainnya Rp - Rp -JUMLAH PENDAPATAN Rp - Rp
-D.2
Beban Pegawai D.2.1 Rp - Rp -Beban Persediaan D.2.2 Rp 3,732,653,258 Rp 6,991,557,256 Beban Barang dan Jasa D.2.3 Rp 38,871,766,667 Rp 22,182,204,367 Beban Pemeliharaan D.2.4 Rp 405,794,074 Rp 129,122,500 Beban Perjalanan Dinas D.2.5 Rp 33,161,750,863 Rp 34,388,686,312 Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat D.2.6 Rp 28,462,726,750 Rp 1,561,312,900 Beban Penyusutan dan Amortisasi D.2.7 Rp 318,070,339 Rp 272,042,938 Beban Lain-lain Rp - Rp
-JUMLAH BEBAN Rp 104,952,761,951 Rp 65,524,931,273
(104,952,761,951)
Rp Rp 65,499,381,273
D.3
Surplus/(Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar D.3.1 Rp (19,376,500) Rp (58,500,000)
Surplus/(Defisit) Penyelesaian Kewajiban Jk
Panjang Rp - Rp -Surplus/(Defisit) Kegiatan Non Operasional
Lainnya D.3.2 Rp - Rp 10,336,451 (19,376,500) Rp Rp 48,163,549 (104,972,138,451) Rp Rp 65,547,544,822 D.4
Beban Luar Biasa Rp - Rp -Rp Rp -(104,972,138,451) Rp Rp 65,547,544,822 URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL
KEGIATAN NON OPERASIONAL PENDAPATAN
BEBAN
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEG. OPERASIONAL
SURPLUS/(DEFISIT) KEG. NON OPERASIONAL
SURPLUS/(DEFISIT) SBLM POS LUAR BIASA
POS LUAR BIASA
SURPLUS/(DEFISIT) DARI POS LUAR BIASA
SURPLUS/(DEFISIT) - LO
III. Laporan Operasional
LAPORAN OPERASIONAL
SATKER DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
(UNAUDITED)
7
IV. Laporan Perubahan Ekuitas
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
SATKER DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
(UNAUDITED)
CTT 31 DESEMBER 2018 31 DESEMBER 2017
E.1 Rp 13,746,455,362 Rp 4,479,231,162 E.2 Rp (104,972,138,451) Rp (65,547,544,822) KOREKSI MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS Rp 68,109,400 Rp 1,239,835,667
-Rp Rp -Penyesuaian Nilai Aset E.3 Rp - Rp
-Rp
Koreksi Nilai Persediaan E.4 Rp - Rp 798,338,975 Koreksi lain lain Rp 68,109,400 Rp 381,246,692
94,617,924,767 Rp Rp 73,574,933,355 (10,286,104,284) Rp Rp 9,267,224,200 E.5 Rp 3,460,351,078 Rp 13,746,455,362 URAIAN EKUITAS AWAL SURPLUS/(DEFISIT) - LO
PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN
EKUITAS AKHIR
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS TRANSAKSI ANTAR ENTITAS DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Sumber : Laporan Perubahan Ekuitas Periode Tahunan tahun 2018
8
V. Catatan Atas Laporan Keuangan
A. PENJELASAN UMUM
A.1. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS SATKER DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN
ANAK
A.1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kedudukan : Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan dipimpin oleh Deputi.
Tugas : Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan anak untuk membantu Menteri dan Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Fungsi : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang perlindungan anak,
b. Penetapan sistem data gender dan anak;
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan anak;
d. Koordinasi pelaksanaan penanganan perlindungan anak berbasis gender;
e. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi di
lingkungan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak;
f. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Satker
Deputi Bidang Perlindungan Anak, dan
g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Satker Deputi Bidang
Perlindungan Anak.
A.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis
Visi, Misi dan Tujuan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak mengacu pada visi Kemen PPPA yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2015-2019 sebagai berikut:
9
Visi
Kemen PPPA merupakan bagian dari Kabinet Kerja periode 2014– 2019 yang akan melaksanakan agenda kerjanya berdasarkan RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019. RPJMN merupakan himpunan dari aspirasi rakyat dan penjabaran dari Visi dan Misi Presiden RI yang telah dijanjikan pada massa kampanye Pemilu Presiden RI pada tahun 2014. Visi Kemen PPPA mengacu pada Visi Kabinet Kerja 2015–2019 yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi serta menjadi kerangka kerja yang
ingin dicapai selama lima tahun kedepan yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong” Untuk mewujudkan Visi Pemerintahan Kabinet Kerja tersebut, Kemen PPPA sebagai salah satu dari Kabinet Kerja yang memberikan kontribusi strategis untuk membawa perubahan yang dirasakan
langsung oleh masyarakat. Pertama, mewujudkan Indonesia yang berdaulat dengan tekad
dan komitmen para penentu kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah serta peranserta masyarakat, melalui pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak guna mempercepat peningkatan kualitas hidup perempuan dan laki-laki dan anak perempuan dan anak laki-laki. Kemen PPPA akan berperan penting dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat melalui peningkatan kualitas kemampuan bagi perempuan, laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa diskriminasi dan atau kekerasan dengan semangat
gotong royong. Kedua, kemandirian suatu bangsa merupakan keniscayaan sehingga
segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah bersama masyarakat untuk mencapai pemenuhan kebutuhan secara sendiri. Pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak yang dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu antar pemangku kepentingan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan gender. Kemen PPPA berkontribusi mewujudkan kemandirian suatu bangsa melalui ketersediaan sumber daya manusia baik perempuan, laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kemajuan pembangunan dengan semangat gotong royong. Ketiga, bangsa yang
berkepribadian adalah bangsa yang memiliki karakter dan jati diri sebagai identitas bangsanya. Hal ini bisa diwujudkan oleh Pemerintah bersama masyarakat dalam mengelola nilainilai budaya dan kearifan lokal yang dapat menjadi kekuatan suatu bangsa. Kemen PPPA senantiasa melakukan koordinasi dan sinergi dalam penyusunan kebijakan bersama K/L dan Pemda dalam rangka mengakselerasikan pembangunan bangsa yang berkepribadian dengan
memanfaatkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta pemenuhan hak dan perlindungan anak dengan semangat gotong royong.
10
Misi
Misi Kemen PPPA mengacu pada Misi Kabinet Kerja yang dijabarkan menjadi nilai-nilai instrumental dalam melaksanakan agenda pemerintahan negara di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Misi ini menjadi acuan utama untuk menggerakan segala potensi dan sumberdaya serta modalitas lainnya guna mencapai kinerja yang lebih optimal guna mewujudkan kesetaraan gender dalam
berbagai bidang pembangunan. Misi Kemen PPPA Tahun 2015-2019 adalah Misi Pemerintahan Kabinet Kerja:
1. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum
Pembangunan SDM harus dilaksanakan secara berkualitas untuk mencapai kemajuan yang berkeseimbangan antara laki-laki dan perempuan serta anak laki-laki dan anak perempuan secara inklusif mulai dari keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemen PPPA berkoordinasi dengan K/L dan Pemda dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak melalui penyusunan kebijakan/program yang memperhatikan keleluasan akses pendidikan yang tinggi, menguasai ketrampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), yang berdampak positif untuk menciptakan masyarakat beradab dan saling menghargai tanpa diskriminasi khususnya kepada perempuan dan anak.
2. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera
Perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki secara inklusif harus diberi kemudahan untuk memperoleh akses dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kemen PPPAdalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak secara terpadu dan sinergi bersama K/L dan Pemda dalam memberikan kontribusi peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak yang pada gilirannya dapat membentuk ketahanan keluarga yang berkualitas, tercegahnya tindak kekerasan dan diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Bangsa Indonesia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berkualitas akan berdampak pada produksi barang dan jasanya yang berkualitas. Kemen PPPA dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak secara terpadu dan sinergi bersama K/L dan Pemda dalam memberikan kontribusi dalam tersedianya kualitas sumberdaya manusia Indonesia
11
yang tinggi, sehingga bangsa Indonesia memiliki daya saing tinggi pada tingkat nasional, regional dan global.
4. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
Peningkatan kualitas hidup manusia yang berdaya saing tidak lepas dari nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Kemen PPPA dalam meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemenuhan hak anak, serta perlindungan perempuan dan anak senantiasa melakukan koordinasi dan sinergi bersama K/L dan Pemda dengan memperhatikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Tujuan
Rumusan Tujuan Kemen PPPA untuk mendukung upaya pencapaian Visi dan Misi Kemen PPPA adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan;
2. Meningkatnya penerapan kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan;
3. Meningkatnya pemenuhan hak semua anak, termasuk anak dalam kondisi khusus dan perlindungan anak;
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kemen PP-PA.
Indikator kinerja masing-masing tujuan merupakan Indikator Utama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut:
1. Jumlah K/L dan Pemda yang melaksanakan pembangunan yang responsif gender dan perlindungan anak
2. Jumlah K/L dan Pemda yang melaksanakan perlindungan perempuan dan anak 3. Jumlah Kabupaten/Kota menuju Kabupaten/Kota Layak Anak
4. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan sistem data gender dan anak 5. Persentase hasil pengawasan fungsional yang ditindaklanjuti
6. Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi di Kemen PP-PA Sasaran Strategis
12
Dalam upaya pencapaian Visi dan Misi, maka perlu ditetapkan sasaran dari masing-masing: Tujuan 1: Meningkatnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Untuk mencapai tujuan di atas, sasaran strategisnya adalah meningkatnya pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan yang ditandai dengan:
a.
Meningkatnya jumlah kebijakan yang responsif gender mendukung
pemberdayaan perempuan;
b.
Meningkatnya
jumlah
lembaga
yang
melaksanakan
kebijakan
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan.
Tujuan 2: Meningkatnya penerapan kebijakan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan.
Untuk mencapai tujuan di atas, sasaran strategisnya adalah meningkatnya perlindungan perempuan dan anak dari berbagai tindak kekerasan yang ditandai dengan:
a.
Meningkatnya jumlah kebijakan perlindungan perempuan dan anak;
b.
Meningkatnya jumlah lembaga yang melaksanakan perlindungan
perempuan dan anak;
c.
Meningkatnya persentase kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
yang mendapat layanan komprehensif.
Tujuan 3: Meningkatnya pemenuhan hak semua anak, termasuk anak dalam kondisi khusus dan perlindungan anak
Untuk mencapai tujuan di atas, ada 2 (dua) sasaran strategis yaitu:
1.
Meningkatnya pemenuhan hak anak, termasuk tindakan afirmasi bagi anak
dalam kondisi khusus, yang ditandai dengan:
a.
Tersedianya kebijakan pemenuhan hak anak;
b.
Meningkatnya jumlah lembaga yang melaksanakan kebijakan
pemenuhan hak anak.
2.
Meningkatnya perlindungan anak, yang ditandai dengan:
a.
Meningkatnya jumlah kebijakan perlindungan anak;
b.
Meningkatnya jumlah lembaga yang melaksanakan kebijakan
perlindungan anak;
c.
Meningkatnya persentase pengaduan kasus anak yang di tindaklanjuti.
13
Untuk mencapai tujuan di atas, sasaran strategisnya sebagai berikut:
1.
Meningkatnya koordinasi bantuan hukum dan hubungan masyarakat yang
ditandai dengan:
a.
Terlaksananya koordinasi dan penyusunan peraturan
perundang-undangan dan bantuan hukum;
b.
Terlaksananya promosi kebijakan pembangunan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan serta pemenuhan hak dan perlindungan anak
yang didistribusikan dan direspon;
c.
Terlaksananya layanan pengaduan masyarakat terkait PP dan PA.
2.
Meningkatnya koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan program
dan anggaran;
a.
Terlaksananya koordinasi dan penyusunan rencana program, kegiatan
dan anggaran;
b.
Tersedianya bahan penataan organisasi, sistem, prosedur dan tata
hubungan kerja;
c.
Terlaksananya pengelolaan administrasi kerjasama antar lembaga dalam
negeri dan luar negeri;
d.
Terlaksananya pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program, kegiatan
dan anggaran.
3.
Meningkatnya pelembagaan data terpilah dan data anak, yang ditandai
dengan:
a.
Meningkatnya jumlah kebijakan penyusunan data terpilah dan data anak;
b.
Meningkatnya jumlah lembaga yang melaksanakan kebijakan data
terpilah dan data anak.
4.
Meningkatkan pengembangan SDM, administrasi dan pengelolaan
penunjang pelaksana tugas Kemen PPPA, yang ditandai dengan
terlaksananya perencanaan, pembinaaan, dan manajemen kepegawaian
dalam rangka mewujudkan SDM Kemen PPPA yang professional dan
kompetitif;
5.
Meningkatnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemen
PPPA, yang ditandai dengan terlaksananya pengawasan keuangan dan
kinerja yang akuntabel;
6.
Meningkatnya telaahan Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan, dan Program Perlindungan Anak, yang ditandai dengan
tersedianya hasil telaahan
7.
untuk penyempurnaan kinerja pelaksanaan Program Kesetaraan Gender dan
Pemberdayaan Perempuan, dan Program Perlindungan Anak.
14
A.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2018 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962). Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Satker Deputi Bidag Perlindungan Anak.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Per ubahan Ekui tas. Sedangkan SIMAK -BMN adal ah sis tem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk diperbandingkan dengan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.
Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak merupakan bagian dari satker dilingkup Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen. PPPA) dan berkewajiban menyampaikan laporan keuangan untuk dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Kemen. PPPA.
A.3. BASIS AKUNTANSI
Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
A.4. DASAR PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.
15
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
A.5. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2018 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan ini adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan yang dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dilingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) adalah sebagai berikut:
(1)
Pendapatan - LRA▪ Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
▪ Pendapatan – LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).
▪ Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
▪ Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
(2)
Pendapatan - LO▪ Pendapatan - LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
▪ Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan/atau Pendapatan
direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
▪ Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
▪
Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
(3)
Belanja16
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
▪
Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
▪
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
▪ Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi
berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(4)
Beban▪ Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
▪
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
▪
Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya
klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
(5)
AsetAset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Piutang Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya:
a. Aset Lancar
▪ Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
▪ Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta
asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
▪ Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang
telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya atau yang dipersamakan, yang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan disajikan sebagai Bagian Lancar Piutang.
▪ Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh
tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR.
▪ Persediaan dicatat di neraca berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca
dikalikan dengan:
✓ harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;
✓ harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
✓ harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara
17
b. Piutang Jangka Panjang
▪ Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan
direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam Piutang Jangka Panjang adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
▪ TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah
secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
▪ TP adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada
bendahara yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.
▪ TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri atau bukan
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
c. Aset Tetap
▪ Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
▪ Aset tetap dilaporkan pada neraca berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.
▪ Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai
berikut:
✓ Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang
nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah), dan
✓ Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
✓ Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
d. Aset Lainnya
▪ Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka
panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain.
▪ Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
▪Aset Lain-lain merupakan aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan
operasional entitas.
(6)
Kewajiban▪ Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
18
▪ Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
▪ Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada
saat pertama kali transaksi berlangsung.
(7)
EkuitasEkuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas
(8)
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih▪ Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.
▪ Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal pelaporan
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara. Kriteria kualitas piutang diatur sebagai berikut:
Kualitas Piutang
Keterangan Tarif
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh
tempo
0.5%
Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Kedua tidak dilakukan pelunasan
19
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
100%
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia
Urusan Piutang Negara/DJKN
(9)
Penyusutan Aset Tetap▪ Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 sebagaimana diubah dengan PMK No. 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
▪ Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
a. Tanah
b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP)
c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam
kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan
▪ Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester
tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
▪ Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu
dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
▪ Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:
Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin 2 s/d 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s/d 50 tahun
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5 s/d 40 tahun
Aset Tetap Lainnya 4 tahun
(10)
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama KaliMulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai
dengan amanat PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan
keuangan. Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Juni 2014 yang berbasis cash
20
Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pertama kali mulai dilaksanakan tahun 2015.
B.
PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B.1. PENDAPATAN
Realisasi Pendapatan-LRA untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp439.569.708,00 atau mencapai 0.00 persen dari estimasi pendapatan-LRA yang ditetapkan sebesar Rp0.00. Nilai tersebut berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya.
Nilai estimasi pendapatan pada Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) tidak ditentukan karena entitas tidak memperoleh pendapatan secara rutin sedangkan pendapatan yang ada berupa penerimaan kembali belanja tahun anggaran yang lalu (TAYL).
Perbandingan nilai realisasi pendapatan-LRA dengan periode yang sama tahun 2017 sebagai berikut: Tabel 1
Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya Rp - Rp - Rp -423221 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) Rp - Rp - Rp -423752 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah Rp - Rp 25,550,000 Rp (25,550,000) 423921 Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara Rp - Rp - Rp -423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL Rp - Rp - Rp
-425912 Penerimaan Kembali Belanja Barang
TAYL Rp 439,569,708 Rp 1,181,055,516 Rp (741,485,808)
423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal
TAYL Rp - Rp - Rp -423999 Pendapatan Anggaran Lain-lain Rp - Rp - Rp
-439,569,708 Rp Rp 1,206,605,516 Rp (767,035,808) Naik/(Turun) JUMLAH 31 Des 2018 31 Des 2017 Realisasi Pendapatan Kode Akun Uraian
21
Realisasi Pendapatan-LRA turun sebesar Rp767.035.808,00 dari Penerimaan Kembali Belanja barang dari Tahun yang lalu..
B.2. BELANJA
Realisasi Belanja Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp95.057.494.475 (neto) atau mencapai 96.25 persen dari anggarannya sebesar Rp 99.017.200.000 setelah dikurangi belanja sebesar Rp95.303.665.600.
Rincian nilai anggaran belanja awal dan anggaran belanja setelah revisi menurut jenis belanja pada Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak. (664962) sebagai berikut:
Tabel 2
Perbandingan Nilai Anggaran Awal dan Anggaran Revisi Menurut Jenis Belanja Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018
Awal Revisi Naik/(Turun)
51 Belanja Pegawai Rp - Rp - Rp -52 Belanja Barang Rp 98,460,200,000 Rp 94,667,485,850 Rp (3,792,714,150) 53 Belanja Modal Rp 557,000,000 Rp 390,008,625 Rp (166,991,375) 99,017,200,000 Rp Rp 95,057,494,475 Rp (3,959,705,525) Uraian Jenis Belanja JUMLAH Anggaran TA 2018
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Belanja periode Tahun 2018
Pada Tabel 2, nilai anggaran yang diterima Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) pada Desember tahun 2018 sebesar Rp 99.017.200.000,00 atau meningkat dibandingkan dengan total anggaran tahun 2017. Hal ini disebabkan karena anggaran tersebut bertambah dari pada semester 1. Semakin banyaknya kasus kekerasan pada anak diantaranya kejahatan seksual pada anak yang terjadi beberapa tahun
belakangan ini, menjadikan kejahatan seksual pada anak telah masuk dalam serious crime, kasus pelibatan
anak dalam tindak pidana terorisme yang merupakan extraordinary crime, serta anak-anak korban bencana
yang membutuhkan perlindungan dan pemenuhan hak pasca bencana sehingga memerlukan penanganan yang serius dari berbagai stakeholder yang dikoordinasikan oleh KPP-PA, khususnya deputi bidang perlindungan anak. Penanganan tersebut dilaksanakan secara holistik diantaranya melalui:
1.
Upaya legislasi dengan disahkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menjadi Undang-Undang.
2.
Upaya koordinasi dilaksanakan melalui pengembangan 128 desa PATBM (Perlindungan
Anak Terpadu Berbasis Masyarakat) di 34 Propinsi.
3.
Upaya sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat melalui program
Three Ends
dan
Berlian.
22
Pencapaian realisasi belanja pada Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) sebesar Rp95.057,494,475.
Dalam pelaksanaan anggaran pada tahun 2018, Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak (664962) menjalankan 1 (satu) program yaitu Program Perlindungan Anak yang terdiri dari 5 (lima) kegiatan yaitu: (1) Perlindungan Anak Berhadapan Dengan Hukum dan Stigmatisasi (2) Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus, (3) Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi, (4) Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi dan (5) Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang Perlindungan Anak. Anggaran dan Realisasi Belanja menurut program sebagai berikut:
Tabel 3
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018
Anggaran Realisasi (netto) % 07.2804 Perlindungan Anak Berhadapan
Dengan Hukum dan Stigmatisasi Rp 13,260,000,000 Rp 12,956,109,831 97.71%
07. 2805 Perlindungan Anak Berkebutuhan
Khusus Rp 10,891,800,000 Rp 10,479,264,965 96.21% 07.2807 Perlindungan Anak dari Kekerasan
dan Eksploitasi Rp 53,800,000,000 Rp 51,284,225,173 95.32% 07.2810 Perlindungan Anak dalam Situasi
Darurat dan Pornografi Rp 11,940,000,000 Rp 11,668,574,990 97.73% 07.5916 Penyelenggaraan Kesekretariatan
Deputi Bidang Perlindungan Anak Rp 9,125,400,000 Rp 8,915,490,641 97.70% 99,017,200,000
Rp Rp 95,303,665,600 96.25% Uraian
Kode Kegiatan
JUMLAH
Periode Yang Berakhir Pada Tanggal 30 Juni 2018
Sumber : Laporan Realisasi Belanja, 31 Desember 2018.
Menurut jenis belanja, anggaran dan realisasi belanja dirinci sebagai berikut: Tabel 4
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018
Anggaran Realisasi (netto) %
51 Belanja Pegawai Rp - Rp - 0.00% Rp -52 Belanja Barang Rp 98,460,200,000 Rp 94,667,485,850 96.15% 53 Belanja Modal Rp 557,000,000 Rp 390,008,625 70.02% Rp -99,017,200,000 Rp Rp 95,057,494,475 96.00% Rp -Uraian Kode Jenis Belanja JUMLAH
Periode Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2018
Pengembalian Belanja
23
Sedangkan perbandingan nilai realisasi belanja menurut jenis belanja untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 sebagai berikut:
Tabel 5
Perbandingan Nilai Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
31 Desember 2017 31 Desember 2018 Naik/(Turun)
51 Belanja Pegawai Rp - Rp - Rp -52 Belanja Barang Rp 74,699,584,871 Rp 94,667,485,850 Rp 19,967,900,979 53 Belanja Modal Rp 81,954,000 Rp 390,008,625 Rp 308,054,625 74,781,538,871 Rp Rp 95,057,494,475 Rp 20,275,955,604 Uraian Kode Jenis Belanja JUMLAH Realisasi Periode
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Komparatif Periode Tahun 2018. Penjelasan nilai realisasi belanja menurut jenis belanja secara rinci sebagai berikut: B.2.1 Belanja Barang
Perkembangan nilai anggaran dan realisasi belanja barang untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 sebagai berikut:
Grafik 1
Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Barang
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Komparatif Periode Tahun 2018
Nilai realisasi belanja barang periode tahun 2018 naik dari nilai periode tahun 2017. Perbandingan nilai
realisasi belanja barang tersebut dirinci per akun sebagai berikut:
Rp79,369,028,000 74,699,584,871 98,460,200,000 94,667,485,850 Rp20,000,000,000 Rp40,000,000,000 Rp60,000,000,000 Rp80,000,000,000 Rp100,000,000,000 Rp120,000,000,000
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
24
Tabel 6
Perbandingan Realisasi Belanja Barang Per Akun
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017
3 1 D e s e m b e r 2 0 17 3 1 D e s e m b e r 2 0 18
5 2 11
521111 B e la nja Ke pe rlua n P e rka nto ra n R p - R p - R p -521113 B e la nja P e na m ba h Da ya Ta ha n Tubuh R p - R p - R p -521114 B e la nja P e ngirim a n S ura t Dina s P o s P us a t R p 4,936,500 R p 116,734,000 R p (111,797,500) 521115 B e la nja Ho no r Ope ra s io na l S a tua n Ke rja R p 234,010,000 R p 246,320,000 R p (12,310,000) 521119 B e la nja B a ra ng Ope ra s io na l La innya R p 6,002,000 R p 1,196,662,720 R p (1,190,660,720)
5 2 12
521211 B e la nja B a ha n R p 6,046,554,524 R p 7,604,018,526 R p (1,557,464,002) 521213 B e la nja Ho no r Output Ke gia ta n R p 889,935,000 R p 933,040,000 R p (43,105,000) 521219 B e la nja B a ra ng No n Ope ra s io na l La innya R p 3,579,915,500 R p 1,205,290,000 R p 2,374,625,500
5 2 18
521811 B e la nja B a ra ng P e rs e dia a n B rng Ko ns . R p 5,723,873,484 R p 2,551,228,000 R p 3,172,645,484
5 2 2 1
522119 B e la nja La ngga na n Da ya da n J a s a La innya R p - R p - R p -522121 B e la nja J a s a P o s da n Giro R p - R p - R p -522131 B e la nja J a s a Ko ns ulta n R p 130,000,000 R p 770,239,570 R p (640,239,570) 522141 B e la nja S e wa R p 1,619,751,597 R p 1,988,147,000 R p (368,395,403) 522151 B e la nja J a s a P ro fe s i R p 5,209,270,000 R p 4,620,780,000 R p 588,490,000 522191 B e la nja J a s a La innya R p 4,501,259,246 R p 19,885,034,851 R p (15,383,775,605) 5 2 3 1
523111B e la nja B ia ya P e m e liha ra a n Ge dung da n
B a nguna n R p - R p 289,920,074 R p (289,920,074) 523121B e la nja B ia ya P e m e liha ra a n P e ra la ta n da n
M e s in R p 129,122,500 R p 115,874,000 R p 13,248,500 523129 B e la nja B ia ya P e m e liha ra a n P e ra la ta n da n
M e s in La innya R p - R p -523133 B e la nja B ia ya P e m e liha ra a n J a ringa n R p - R p - R p -523199 B e la nja B ia ya P e m e liha ra a n La innya R p - R p - R p
-5 2 4 1
524111 B e la nja P e rja la na n B ia s a R p 13,373,663,657 R p 11,663,368,209 R p 1,710,295,448 524113 B e la nja P e rja la na n Dina s Da la m Ko ta R p 27,210,000 R p 14,420,000 R p 12,790,000 524114 B e la nja P e rja la na n Dina s P a ke t M e e ting
Da la m Ko ta R p 1,985,741,000 R p 8,137,530,549 R p (6,151,789,549) 524119 B e la nja P e rja la na n Dina s P a ke t M e e ting
Lua r Ko ta R p 18,975,638,773 R p 13,324,836,693 R p 5,650,802,080
5 2 4 2
524211 B e la nja P e rja la na n B ia s a - Lua r Ne ge ri R p 107,380,000 R p 312,975,158 R p (205,595,158) 524219 B e la nja P e rja la na n La innya - Lua r Ne ge ri R p 251,083,190 R p - R p 251,083,190
5 2 6 1
526112 B e la nja P e ra la ta n Da n M e s in Untuk
Dis e ra hka n ke pa da M a s ya ra ka t/P e m da R p 10,482,750,000 R p 18,438,186,000 R p (7,955,436,000)
5 2 6 3
526115 B e la nja B a ra ng F is ik Untuk Dis e ra hka n
Ke pa da M a s ya ra ka t/P e m da R p 120,000,000 526311 B e la nja B a ra ng La innya Untuk Dis e ra hka n
Ke pa da M a s ya ra ka t/P e m da R p 1,301,487,900 R p 1,252,880,500 R p 48,607,400 532111 B e la nja M o da l P e ra la ta n da n M e s in R p 81,954,000 R p 390,008,625 7 4 , 7 8 1, 5 3 8 , 8 7 1 R p R p 9 5 , 0 5 7 , 4 9 4 , 4 7 5 R p ( 2 0 , 2 7 5 , 9 5 5 , 6 0 4 ) B e la n ja B a ra n g N o n O p e ra s io n a l Ko d e A k u n Ura ia n P e rio d e N a ik / ( T u ru n ) B e la n ja B a ra n g O p e ra s io n a l B e la n ja B a ra n g La in n y a u n t u k d is e ra h k a n k e p a d a M a s y a ra k a t / P e m d a J UM LA H B e la n ja B a ra n g P e rs e d ia a n B e la n ja J a s a B e la n ja P e m e lih a ra a n B e la n ja P e rja la n a n D N B e la n ja P e rja la n a n LN B e la n ja B a ra n g u n t u k d is e ra h k a n k e p a d a M a s y a ra k a t / P e m d a
25
B.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Perbandingan nilai anggaran dan realisasi belanja modal peralatan dan mesin untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 sebagai berikut:
Grafik 2
Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Periode 2018 dan 2017
Nilai anggaran dan realisasi belanja modal peralatan dan mesin pada periode tahun 2018 naik karena
bertambahnya kebutuhan pengadaan peralatan dan mesin pada periode ini.
Nilai realisasi belanja modal peralatan dan mesin periode tahun 2018 Satker Deputi Bidang Perlindungan Anak seluruhnya merupakan pembelian/perolehan aset peralatan dan mesin.
99,017,200,00 0 95,057,494,47 5 79,455,628,00 0 74,781,538,87 1 0 20,000,000,000 40,000,000,000 60,000,000,000 80,000,000,000 100,000,000,000 120,000,000,000
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
26
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
C.1. ASET LANCAR
Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017 dirinci sebagai berikut: Tabel 7
Perbandingan Nilai Aset Lancar Per 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017
No Uraian Per 31 Desember 2018 Per 31 Desember 2017 Naik/(Turun)
1 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp - Rp 371,460,308 Rp (371,460,308) 2 Kas Lainnya dan Setara Kas Rp 291,379,746 Rp - Rp 291,379,746 3 Persediaan Rp 3,274,991,600 Rp 13,228,077,108 Rp (9,953,085,508)
Nilai Aset Lancar Rp 3,566,371,346 Rp 13,599,537,416 Rp (10,033,166,070) Sumber : Neraca Komparatif, 31 Desember 2018
Penjelasan per akun Aset Lancar sebagai berikut: C.1.1 Kas Lainnya dan Setara Kas
Kas Lainnya dan Setara Kas mencakup Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran, yaitu kas yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang bukan berasal dari dana UP/TUP, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai. Setara kas yaitu investasi jangka pendek yang siap dicairkan menjadi kas dalam jangka waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal pelaporan. Selain itu, nilai Kas Lainnya dan Setara Kas juga mencakup pengembalian belanja tahun anggaran 2018 yang disetor pada tahun anggaran 2019 dan juga Kas Lainnya di K/L dari Hibah yang Belum Disahkan.
Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2018 dan 31 Des 2017 sebesar Rp291.379.746,00 dan Rp371.460.308,00 Nilai tersebut dirinci sebagai berikut:
27
Tabel 8
Rincian Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas Per 31 Des 2018 dan Per 31 Des 2017
No 31 Des 2018 31 Des 2017 1 Rp0.00 Rp0.00 2 Rp291,379,746.00 Rp371,460,308.00 3 Rp0.00 Rp0.00 4 Rp0.00 Rp0.00 Rp291,379,746.00 Rp371,460,308.00 JUMLAH Keterangan
Pungutan Pajak yang belum disetor ke KUN Pengembalian Belanja yang belum disetor ke KUN Kas Lainnya dan Setara Kas yang berasal dari Pendapatan Hibah (Ekuitas Dana Lancar lainnya) Kewajiban Satker pada Pihak Lain
Sumber : Daftar saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per 30 Juni 2018 dan 31 Des 2017.
Terhadap saldo kas lainnya dan setara kas per 31 Desember 2018 sebesar Rp291.379.746,00 telah dipertanggungjawabkan pada tahun 2019.
C.1.3 Persediaan
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (
supplies
) pada
tanggal neraca yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional
dan/atau untuk dijual, dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Saldo Persediaan per 31 Desember 2018 dan 2017 sebesar Rp3.274.991.600,00, dan
Rp 13.228.077.108,00, sehingga nilai persediaan
turun
sebesar Rp9.953.085.508,00. Nilai
kenaikan tersebut dirinci sebagai berikut:
Tabel 9
Rincian Nilai Persediaan
Per 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017 Kode
Akun 31 Des 2018 31 Des 2017 Naik/(Turun)
117111 1,426,665,600 2,608,090,858 (1,181,425,258) 117131 0 0 117128 0 46,616,250 (46,616,250) 117199 0 0 0 1,426,665,600 2,654,707,108 (1,228,041,508) Uraian Akun Barang Konsumsi
Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan ke Masyarakat
JUMLAH
Persediaan Lainnya Bahan Baku
28
Nilai persediaan tersebut seluruhnya merupakan barang konsumsi yaitu barang – barang media
komunikasi, informasi dan edukasi yang belum habis terdistribusi di tahun 2018.
Berdasarkan hasil opname fisik, nilai Persediaan yang disajikan dalam Neraca berada dalam kondisi baik.
C.2. ASET TETAP
Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017 dirinci sebagai berikut: Tabel 10
Perbandingan Nilai Aset Tetap
Per 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017
No Uraian 31 Desember 2018 31 Desember 2017 Naik/(Turun)
1 Tanah Rp
-2 Peralatan dan Mesin Rp 1,730,991,680 Rp 1,604,164,904 Rp 126,826,776
3 Gedung dan Bangunan Rp
-4 Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp
-5 Aset Tetap Lainnya Rp
-6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp - Rp - Rp
-Nilai Aset Tetap Rp 1,730,991,680 Rp 1,604,164,904 Rp 126,826,776
7 Akm. Penyusutan Rp (1,070,028,523) Rp (995,763,533) Rp (74,264,990)
Nilai Buku Aset Tetap Rp 660,963,157 Rp 608,401,371 Rp 52,561,786 Sumber : Neraca Komparatif, 31 Desember 2018
Dalam rangka rekonsiliasi internal, aset tetap pada Neraca dan posisi aset tetap pada data BMN dibandingkan yang hasilnya disajikan sebagai berikut:
Tabel 11
Rekonsiliasi data antara Aset Tetap pada Neraca dan pada data BMN Per 31 Desember 2018
No Uraian Data Neraca Data BMN Selisih
1 Tanah Rp - Rp - Rp -2 Peralatan dan Mesin Rp 1,730,991,680 Rp 1,730,991,680 Rp -3 Gedung dan Bangunan Rp - Rp - Rp -4 Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp - Rp - Rp -5 Aset Tetap Lainnya Rp - Rp - Rp -6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp - Rp - Rp
-Nilai Aset Tetap Rp 1,730,991,680 Rp 1,730,991,680 Rp -7 Akm. Penyusutan Rp (1,070,028,523) Rp (1,070,028,523) Rp
-Nilai Buku Aset Tetap Rp 660,963,157 Rp 660,963,157 Rp
-Sumber : Berita Acara Rekonsiliasi internal antara data Neraca dengan data BMN Periode Tahunan TA 2018
29
Tidak terdapat perbedaan atau selisih komposisi nilai aset tetap pada Neraca dengan nilai aset tetap pada data Barang Milik Negara. Penjelasan per akun Aset Tetap sebagai berikut:
C.2.1 Peralatan dan Mesin
Saldo Peralatan dan Mesin Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran per 31 Desember
2018 sebesar Rp1.730.991.680,00 (satu milyar tujuh ratus tiga puluh juta sembilan ratus
sembilan puluh satu ribu enam ratus delapan puluh rupiah),
Tabel 12
Perbandingan Nilai Mutasi Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2018
Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel
(Rp) Ekstrakomptabel (Rp) 101 Pembelian Rp. 1.730.991.680; 690.237 Jumlah Rp. 1.730.991.680; 690.237
C.2.2