• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sejarah Singkat Instrumen Piano Berikut ini merupakan perkembangan piano 2 :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Sejarah Singkat Instrumen Piano Berikut ini merupakan perkembangan piano 2 :"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam ini, akan dipaparkan kerangka teoritis dalam menyusun sebuah komposisi dengan tiga movement yang berjudul “Dolanan”.

Pemaparan diawali dengan penjelasan literatur, yaitu pengenalan dari ketiga lagu Jawa Tengah di atas. Pemaparan berikutnya adalah pengenalan terhadap bentuk sonata, khususnya sonata klasik untuk piano. Setelah sonata dijelaskan, dipaparkan contoh sonata klasik dan contoh komposisi piano yang terinspirasi dari folklor.1

Dalam akhir Bab ini akan dijelaskan rancangan komposisi yang akan disusun secara umum.

A. Sejarah Singkat Instrumen Piano

Berikut ini merupakan perkembangan piano2:

1. Dulcimer

Gambar 2.1 Turkish Dulcimer abad 18

Dulcimer merupakan nenek moyang piano berasal dari Iran tidak lama setelah kelahiran Kristus. Dulcimer menggambarkan prinsip dasar dari piano, hammer membentur berbagai senar dipapan suara yang datar. Sebagai ganti dari mekanisme hammer, pemain dulcimer menggunakan dua tongkat tipis dengan bilah yang lebih luas. Bentuk dari dulcimer berpindah tempat ke China, dan contoh modern seperti cimbalom Hungarian dan santir Iranian terus digunakan untuk musik daerah Eropa pusat dan Timur Tengah.

1 Lono Simatupang, Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), 13-22. Folklor atau folklore adalah tradisi rakyat jelata. Folklor terdiri dari bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, ritual, nyanyian rakyat, pesta rakyat, bahasa isyarat, musik rakyat, arsitektur, gerabah, pakaian dan tekstil,

(2)

2. Clavichord

Gambar 2.2 Italian clavichord tahun 1537

Sekitar tahun 1400, clavichord tumbuh subur selama empat abad berikutnya dalam musik Bach. Ketika tuts ditekan, bilah kuningan vertical (tangen/garis singgung) pada ujung yang lainnya naik dan memukul sepasang senar. Sepasang senar clavichord yang sama ini juga dapat menghasilkan nada kedua, bila dipukul dengan tuts disekitarnya yang lebih tinggi atau lebih rendah. Untuk mengimbangi nada yang lemah, tuas clavichord langsung menghubungkan antar jari dan senar yang memungkinkan mengendalikan ekspresi dari dinamika dan bahkan vibrato.

3. Virginal

Gambar 2.3 Kombinasi virginal karya Rucker Ruckers of Antwerp tahun 1581, dapat dipisah-pisah untuk dimainkan oleh satu atau dua orang Pertama kali dijelaskan 1511 oleh Sebastian Virdung, umumnya virginal adalah harpsichord kecil dengan tuts di sudut kanan dengan satu set senar. Ketika sebuah tuts ditekan, tongkat (dongkrak) memegang sebuah leather atau quill plectrum yang kemudian naik dan memetik senar, menghasilkan nada lebih keras dari clavichord tapi tanpa berbagai dinamika. Virginal adalah instrumen keyboard favorit pada jaman Shakespeare.

(3)

4. Spinet

Gambar 2.4 Spinet Italia abad 18

Meskipun berasal dari Italia, spinet disempurnakan oleh pembuat dari Inggris pada akhir abad 17 sekitar masa komponis, Henry Purcell. Senar yang lebih panjang, meningkatkan volume dan memperluas jangkauan nada hingga lima oktaf. Spinet adalah keluarga instrument keyboard yang khas pada periode ini.

5. Harpsichord

Gambar 2.5 Harpsichord Flemish abad 17

Digambarkan pada awal abad ke-15, bentuk harpsichord (tuts sejalan dengan senar) mencapai puncaknya pada periode Bach dan Handel. Bentuk ini, pola untuk grand yang modern, kekuatan tonal ditingkatkan oleh panjang senar jauh lebih besar daripada spinet. Untuk mengendalikan kumpulan tambahan senar, pembuat mengembangkan beberapa keyboard dengan skrup (perangkat yang memungkinkan salah satu tuts untuk memetik beberapa senar secara bersamaan) dan stop (mekanisme yang menghasilkan register dari kualitas nada yang berbeda).

(4)

6. Cristofori Piano-Forte

Gambar 2.6 Cristofori piano-forte tahun 1720

Sekitar tahun 1710 Bartolommeo Cristofori membuat beberapa instrumen dalam bentuk harpsichord tapi dengan mekanisme hammer yang mengherankannya seperti mekanisme piano. Yang dihasilkan dari mengendalikan lembut dan keras (piano-forte), merupakan hal yang mustahil pada instrumen keyboard petik, yang kemudian dilengkapi dengan nama instrument baru. Christofori memberikan beberapa pengembangan lebih lanjut, seperti sistem peredam atas dan memperkuat kerangka untuk menyangga senar yang lebih berat.

7. Piano jaman Beethoven

Gambar 3.7 Piano oleh Walther and Son, Vienna, sekitar tahun 1815 Selama abad 18 pembuat piano berangsur-angsur memperluas keyboard, secara konstan menggunakan hammer yang lebih berat dan senar yang membutuhkan penguatan dari bingkai. Dua perkembangan baru yang signifikan adalah dapat mengulang nada dengan cepat (sekitar tahun 1770 oleh Stein di Augsburg), dan peredam dan pedal yang empuk (1783 oleh Broadwood di London). Pedal khusus, seperti yang di ilustrasi ini, sering ditambahkan untuk menghasilkan efek eksotis seperti perkusi Turki.

(5)

8. Upright piano

Gambar 2.8 Upright piano oleh C. Mueller, Vienna, sekitar tahun 1825 Desain upright telah digunakan untuk harpsichord abad 16. Pada abad 18 banyak pembuat (umumnya di Jerman) mencoba untuk menerapkan bentuk ini ke piano-forte. Tahun 1800 upright yang paling memuaskan madiri diciptakan oleh Hawkins of Philadelphia dan Muller of Vienna. Dalam gambar piano ini menunjukan hiasan berbentuk piramida tegak lurus dalam Gaya Kerajaan.

9. Square Grand Piano

Gambar 2.9 Square Grand Piano dibuat tahun 1845

Piano berbentuk kotak merupakan hasil karya orang Jerman (Johannes Socher tahun 1742) mengadaptasi piano forte karya Cristofori menjadi bentuk persegi panjang tradisional dari clavichord. Ketegangan yang tinggi dari senar yang lebih pendek memaksa pengembangan baru dalam logam yang kuat dari bingkai kayu, yang meningkatkan kestabilan tuning dan memungkinkan memperluas keyboard. Piano persegi tetap populer hingga tahun 1900.

(6)

10. Piano jaman Lincoln

Gambar 2.10 Piano yang digunakan keluarga Lincoln dalam White House (1860-1865)

Selama abad ke 19 piano terus berkembang, tuts lebih responsif. Penyempurnaan yang luar biasa adalah pengulangan ganda oleh Sebastien Erard (Paris 1821) yang memungkinkan pengulangan yang sangat cepat; dan bingkai besi yang penuh oleh Alphaeus Babcock (Boston 1825) pengembangan terakhir merupakan dasar untuk memperluas keyboard modern.

11. Modern Grand Piano

Gambar 2.11 Baldwin concert grand piano

Grand piano hari ini menggabungkan semua perbaikan dari pendahulunya ditambah perbaikan tambahan yang telah banyak menambah jangkauan dan lebar nada, serta durasi dan kestabilan yang utama adalah penggunaan dari cross stringing, cara untuk mencapai kesempurnaan nada yang lebih besar dengan cara melewati lebih banyak senar menuju pusat resonan dari papan suara. Prinsip ini, meskipun diciptakan oleh Alphaeus Babcock tahun 1830, tidak digunakan dalam grand piano sampai paruh kedua abad ke-19. Pengenalan sostenuto atau pedal tengah pada akhir abad ke-19 yang diperbolehkan dalam cakupan yang lebih luas untuk mewarnai musik. Teknologi modern (perekat yang baru, pengendalian kayu yang lebih baik, kawat yang lebih kuat, proses

(7)

pengolahan yang baru, dll.) menjadikan piano modern menjadi musical instrumen yang paling banyak digunakan dan dapat mengimbangi semua instrumen musik lainnya.

B. Sonatine

Sonatine atau sonatina, adalah sonata yang kecil. Kata ini digunakan dalam dua kalimat (a) dalam referensi untuk form satu movement, dan (b) dalam referensi untuk komposisi dalam tiga movement. Dengan begitu, dalam karya tiga movement berjudul sonatine, movement pertama adalah sonatine form.3

Dalam jaman Klasik (1750-1827) form pasti dari sonatine ditetapkan. Pola pada movement pertama adalah sebagai berikut:

Eksposisi

Intro (sangat jarang digunakan) Tema utama dalam tonika

Modulasi (kadang hilang/tidak digunakan)

Tema kedua dalam tangganada dominant atau relatifnya Codetta atau bagian penutup

Bagian tengah

Bagian tengah kemungkinan: (a) pengembangan ringkas, (b) episode bebas, atau (c) transisi/ modulasi kembali (sebuah chord, birama 45, dalam Sonata Beethoven, Op. 10, No. 1, movement lambat).

Rekapitulasi

Tema utama (tonika) Transisi

Tema kedua (tonika)

Codetta atau bagian penutup Coda (jarang digunakan)

(8)

Perbedaan sonatine dengan sonata-allegro form4

1. Unsur dari sonatine lebih ringan dan tidak lebih megah daripada sonata-allegro. Perluasan emosi, kemegahan, atau rasa kesedihan adalah ciri khas asing dalam sonatine sebagai form movement pertama.

2. Penggunaan intro sangat jarang digunakan dalam sonatine

3. Modulasi antara tema utama dan tema kedua terkadang hilang; ketika muncul, biasanya singkat

4. Tema penutup biasanya codetta atau sebuah atau pengulangan kelompok cadence daripada bagian yang bebas

5. Development, ketika muncul, tidak panjang maupun rumit 6. Coda, jika muncul, biasanya ringkas.

Sering dalam kategori karya untuk pembelajaran, sonatine tidak lebih kompleks dan teknik lebih mudah daripada sonata.

C. Sejarah Sonata

Sonata berasal dari bahasa Italia sonare (sounare), untuk dibunyikan atau dimainkan, sama seperti cantata berasal dari kata cantare, untuk dinyanyikan. Sonata adalah salah satu jenis dari karya instrumental, biasanya terdapat tiga atau empat movement; pengecualian terdapat satu sampai lima movement. Sejak movement pertama umumnya dalam tempo allegro, istilah sonata-allegro gunakan untuk mengenali pola dari movement ini. Namun, sonata-allegro form juga sering menggunakan tempo lambat dan movement terakhir. Untuk menghindari kebingungan kata sonata form harus digunakan untuk mengenali form dari sonata secara keseluruhan.

Sonata allegro form sangat penting dan sangat mengembangkan pola instrumental tunggal. Form ini tidak hanya ditemukan dalam solo sonata, tapi juga dalam ensemble, simfoni, overtures, concerto, musik program, dan berbagai komposisi lainnya.

(9)

Bentukan asli dari pola sonata allegro form dalam periode Klasik (1750-1827), ditunjukan dalam karya Haydn, Mozart, Beetoven. Namun, “sonata” selalu digunakan sebagai judul sejak pertengahan abad 16. Banyak karya yang berjudul sonata namun sedikit yang menggunakan sonata form jaman Klasik.

Sonata muncul sebagai form instrumental yang penting abad 17. Sonata merupakan satu karya dari pertemuan tiga trend/gaya Baroque: (a) sekularisasi dari ekspresi; (b) penetapan dari idiom tonal, pergantian modality; dan (c) kesempurnaan instrumen, umumnya dari keluarga biola.

Sebelum abad 17, seni musik didominasi vokal, dan, madrigals dan form sekular lainnya, terutama fungsi dari ekspresi liturgi. Sekularisasi dari peranan penting ekspresi dalam opera, membuat seni musik sangat dimungkinkan tanpa teks, musik dari ekspresi abstrak, daripada emosi dari kalimat. Sebelumnya, musik instrumental merupakan penambahan musik vokal, seperti motet abad 13, atau telah digunakan dalam pertunjukan tarian daerah seperti estampie.

Penetapan dari tonalitas dengan penetapan yang jelas relatif chord dan kunci, umumnya dalam dominant, subdominant, dan relative minor dan mayor, persyaratan yang diperlukan dari form dimana perbedaan pusat tonal sebanyak perbedaan pola garis besar melodi. Tonal menggantikan modal, sama seperti homofoni menggantikan counterpoint. Sonta-allegro form secara bertahap berkembang sampai penyempurnaan karya dari Vinnese School jangka waktu tiga periode – Barok, Rococo, dan Klasik.

D. Sonata Form untuk Piano

Sonata adalah sebuah karya instrumental yang terdapat tiga movement dengan karakter yang berbeda-beda.5 Istilah sonata pada periode Klasik, lebih condong kepada komposisi untuk satu atau dua instrumen musik.6 Contoh

5 James Webster, “Sonata”, The New Grove Dictionary of Music and Musicians Second Edition. Stanley Sadie ed. (London: Macmillan Publishers Limited 2001,2002), XXIII, 677.

6 Stephen Blim, “Composition”, The New Grove Dictionary of Music and Musicians Second

(10)

komposisi tersebut adalah Sonata Piano. Bentuk inilah yang menjadi patokan penulis dalam membuat “Sonata Piano Berdasarkan tiga lagu dolanan Jawa Tengah yaitu “Gundul-gundul Pacul”, “Cublak-cublak Suweng”, dan “Suwe Ora Jamu”.

Secara garis besar, komposisi sonata biasanya terdiri dari tiga atau empat movement. Movement pertama biasanya berbentuk sonata-allegro form yang bertempo cepat (Allegro), movement kedua biasanya bertempo lambat (Larghetto atau Andante), dan movement ketiga biasanya bertempo cepat (Allegro).7 Pada movement ini, iringan pada tangan kiri biasanya berpola alberti bass.

Struktur sonata pada movement pertama berbentuk sonata-allegro form. Kata sonata-allegro form digunakan untuk mengenali pola yang digunakan pada movement ini. Pada movement ini terdapat tiga bagian yaitu eksposisi, development, dan rekapitulasi. Pada bagian Eksposisi, tema utama berada di tonika. Selanjutnya, terdapat jembatan untuk menghubungkan tema utama yang berada di tonika menuju ke sub tema yang biasanya bertonalitas di relatif minor atau mayor dari tonika pada tema utama. Pada bagian akhir bagian eksposisi ini, terdapat codetta atau bagian penutup.

Development pada bagian ini, biasanya terjadi pengembangan terhadap tema utama ataupun sub tema pada bagian eksposisi. Pemilihan material, cara pengolahan, struktur, hubungan antar tangganada, urutan penyajian merupakan keleluasaan komposer.8 Pada bagian development, biasanya terjadi banyak modulasi ke berbagai tangganada, harmoni, register suara, dan pola iringan.

Rekapitulasi dalam sonata-form, tema utama berada di tonika. Kemudian, terdapat jembatan menuju sub tema yang juga berada di tonika. Selanjutnya terdapat codetta atau bagian penutup pada bagian ini. Fungsi

7 Leon Stein, Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Forms (New Jersey: Summy-Bichard Music, 1979), 104.

(11)

utama coda adalah untuk mengakhiri sebuah movement dengan anggun, cepat dan efesien.9

Pada movement kedua dalam karya sonata, biasanya bertempo lambat yang berbeda dengan movement pertama yang bertempo cepat. Pada bagian ini, terdapat berbagai pilihan bentuk atau form yang dapat digunakan. Contoh pilihan form yaitu Ternary form dan Abridge sonata form.10 Ternary form adalah form yang memuat tiga bagian, bagian ketiga biasanya variasi dari bagian pertama.11 Sedangkan Abridge sonata form berbentuk sonata form tanpa bagian Development tetapi terdapat bagian modulasi pendek ke tangganada lainnya.

Movement ketiga dalam karya sonata, biasanya bertempo cepat yang berbeda dengan movement kedua yang bertempo lambat. Pada bagian ini, terdapat berbagai pilihan form yang dapat digunakan. Contoh pilihan bentuknya yaitu rondo form.12 Rondo form biasanya membentuk pola A B A C A. Huruf A, B, dan C mewakili tema yang terdapat didalam komposisi.13

Berikut ini akan dipaparkan lima buah komposisi sonata klasik untuk piano yang bisa dijadikan contoh dan inspirasi dalam menyusun komposisi baru oleh penulis.

1. “Piano Sonata No. 16 in D Major K. 576” karya Wolfgang Amadeus Mozart

“Piano Sonata No. 18 in D Major K 576” karya Wolfgang Amadeus Mozart ini terdiri tiga movement yaitu Allegro pada movement pertama, Adagio pada movement kedua, dan Allegretto

9 Stein, 115.

10 William Cole, Form of Music (London: the Associated Board of the Royal School of Music, 1969), 52.

11 Mark DeVoto, “Ternary form” Encyclopedia Britannica, http://www.britannica.com/art/

ternary-form, (diakses 11 Mei 2016). 12 Stein, 151.

(12)

pada movement ketiga. Pada movement pertama bertanda sukat 6/8 dan bertonalitas di D Mayor. Pada movement kedua bertanda sukat 3/4 dan bertonalitas di A Mayor. Pada movement ketiga bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di D Mayor.

2. “Piano Sonata No. 1 in C major K 279” karya Wolfgang Amadeus Mozart

“Piano Sonata No. 1 in C Major K 279” karya Wolfgang Amadeus Mozart ini terdiri tiga movement yaitu Allegro pada movement pertama, Andante pada movement kedua, dan Allegro pada movement ketiga. Pada movement pertama bertanda sukat 4/4 dan bertonalitas di C Mayor. Pada movement kedua bertanda sukat 3/4 dan bertonalitas di F Mayor. Pada movement ketiga bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di C Mayor.

3. “Piano Sonata in E-flat Major, Hob. XVI No. 52” karya Joseph Haydn

“Piano Sonata in E-flat major, Hob. XVI No. 52” karya Joseph Haydn ini terdapat tiga movement yaitu Allegro pada movement pertama, Adagio pada movement kedua, dan Presto pada movement ketiga. Pada movement pertama bertanda sukat 4/4 dan bertonalitas di E♭ Mayor. Pada movement kedua bertanda sukat 3/4

(13)

dan bertonalitas di E Mayor. Pada movement ketiga bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di E♭ Mayor.

4. “Piano Sonata in F Major, Hob. XVI No. 23” karya Joseph Haydn

“Piano Sonata in C Major, Hob. XVI: 35, No. 48” karya Joseph Haydn ini terdapat tiga movement yaitu Allegro moderato pada movement pertama, Adagio pada movement kedua, dan Presto pada movement ketiga. Pada movement pertama bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di F Mayor. Pada movement kedua bertanda sukat 6/8 dan bertonalitas di F Minor. Pada movement ketiga bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di F Mayor.

5. “Piano Sonata in C Minor, Op. 10, No. 1” karya Ludwig van Beethoven

“Piano Sonata in C Minor, Op. 10, No. 1” karya Ludwig van Beethoven ini terdapat tiga movement yaitu Allegro molto e con brio pada movement pertama, Adagio molto pada movement kedua, dan Prestissimo pada movement ketiga. Pada movement pertama bertanda sukat 3/4 dan bertonalitas di C Minor. Pada movement kedua bertanda sukat 2/4 dan bertonalitas di A♭ Mayor. Pada movement ketiga bertanda sukat 2/2 dan bertonalitas di C Minor.

(14)

Kelima komposisi sonata piano klasik terdiri dari tiga movement yang diawali dengan movement yang bertempo cepat, kemudian bertempo lambat dan terakhir dengan movement cepat. Berdasarkan analisis repertoar di atas, dalam movement pertama berada di tonika dan movement kedua berada di dominannya. Movement yang ketiga kembali lagi ke tonika. Dalam sonata klasik biasanya tangan kiri memainkan alberti bass dan tangan kanan memainkan melodinya.14

Kelima komposisi sonata piano di atas dipilih berdasarkan reputasi komponis seperti yang telah disebutkan oleh F.E. Kirby.15 Dalam pandangan F.E. Kirby pada akhir abad ke 18, ada kecenderungan komponis mengolah keberagaman tradisi, form, jenis, genre, dan dengan bijaksana digunakan sebagai dasar untuk penciptaan musik instrumental yang baru.

E. Analisis “Lagu Gundul-gundul Pacul”, “Cublak-cublak Suweng”, dan “Suwe Ora Jamu”

Tembang dolanan adalah suatu jenis lagu (tembang) yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain (dolanan), dapat dinyanyikan dengan iringan musik maupun tanpa iringan musik. Biasanya tembang dolanan mempunyai ciri khas lagu yang sama dengan karater anak yang senang, bersemangat, dan gembira.16

Ketiga lagu di atas adalah lagu permainan anak-anak yang berasal dari Jawa Tengah.17 Berikut ini akan dipaparkan analisis stuktural dari lagunya.

14 Thodore Karp, Dictionary of Music (United States: Dover Publication, 1997), 27-28. Alberti

bass adalah pola broken chord yang umum digunakan pada abad 18 sebagai pengiring music piano.

15 F.E.Kirby, Music For Piano: A Short History (New Jersey: Amadeus Press, 2004), 93.

16 Siti Fatmawati Utami, 22.

(15)

1. Gundul-gundul Pacul

Lagu “Gundul-gundul Pacul” yang berasal dari Jawa Tengah ini bertanda sukat 4/4 dan bertempo cepat. Lagu ini bertonalitas di C Mayor. Lagu ini mempunyai dua bagian pola yang berbeda yaitu bagian A dan bagian B. Empat bar pertama dari lagu ini adalah bagian A dan empat bar berikutnya adalah bagian B.

2. Cublak-cublak Suweng

Lagu “Cublak-cublak Suweng” yang berasal dari Jawa Tengah ini bertanda sukat 4/4 dan bertempo cepat. Lagu ini bertonalitas di G Mayor. Lagu ini mempunyai 14 birama.

3. Suwe Ora Jamu

Lagu “Suwe Ora Jamu” yang berasal dari Jawa Tengah ini bertanda sukat 4/4. Lagu ini bertonalitas di C Mayor. Lagu ini mempunyai dua bagian pola yang berbeda yaitu bagian A dan

(16)

bagian B. Empat birama pertama dari lagu ini adalah bagian A dan empat birama berikutnya adalah bagian B.

F. Komposisi Piano Bersumber Folklor

Berikut ini akan dipaparkan beberapa komposisi piano tunggal yang terinspirasi dari folklor, secara khusus musik rakyat. Pemaparan ini akan menunjukkan bahwa suatu tradisi digunakan sebagai inspirasi bagi penciptaan komposisi.

1. “Hungarian Rhapsody No. 10” karya Franz Liszt

“Hungarian Rhapsody No. 10” diciptakan pada 1847 oleh Franz Liszt. Dalam karya ini hanya terdapat satu movement untuk piano tunggal dan bertonalitas di E Mayor dengan sukat 2/4. Terjadi keragaman tempo dalam satu movement ini, yaitu Andante, Allegretto, Vivace, dan Vivacissimo.

Pada bagian tengah karya ini, Liszt memberi kesan meniru cimbalom (ditandai dengan quasi zimbalo), instrumen yang biasa digunakan oleh musisi Gipsi.18

(17)

2. “Rapsodia Nusantara No. 8” karya Ananda Sukarlan

“Rapsodia Nusantara No. 8” karya Ananda Sukarlan berdasarkan buku Rapsodia Nusantara 6-10 ini berdasarkan lagu daerah Sulawesi Utara yang berjudul O Inani keke. Karya Rapsodia Nusantara no. 8 ini bertanda sukat 4/4 ini dimulai dengan tempo Andante con tristezza. Dalam karya ini terdapat tujuh variasi dengan tempo, tanda sukat, dan tonalitas yang bervariasi.

Tema utama “Rapsodia Nusantara No. 8” karya Ananda Sukarlan

3. “Mazurkas Op. 6 No. 2” karya Frederic Chopin

“Mazurkas Op. 6 No. 2” karya Frederic Chopin merupakan salah satu dari karya yang terinspirasi dari tarian rakyat Polandia,

(18)

yakni mazurka. Karya Mazurka Op. 6 no. 2 ini bertanda sukat 3/4 dengan tempo sotto voce dalam tangganada C# Minor. Chopin menggabungkan ritme sinkopasi khas yang biasanya terdapat dalam mazurka Polandia yang umumnya terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan ketiga. Aksen ini berkaitan dengan tarian tradisional mazurka dan hentakan kaki yang biasanya ditampilkan dalam festival rakyat. Aksentuasi dalam karya Chopin ini memiliki unsur yang sama dalam tarian oberek. Oberek sendiri mempunyai ciri khas tempo dan tgerakan yang penuh semangat.19

Tarian Mazurka tradisionil yang asli adalah gabungan dari tiga tarian: kujawiak yang lambat, mazur yang sedang, dan oberek atau obertas yang cepat. Tarian dengan karakter menghentak, tempo, ritme, aksen yang berbeda, dan biasanya ditampilkan beurutan sebagai satu kesatuan yang disebut “tarian berputar” (okragly).20 Ketiga komposisi piano di atas memiliki ciri khas dan terdiri dari beberapa bagian. Berdasarkan analisis repertoar di atas, masing-masing komponis memasukan unsur kedaerahan di dalam karyanya. Elemen musikal yang digunakan oleh komponis di atas yaitu mengolah bunyi dan ritmis khas dari daerah yang dimaksud.

G. Rencana Komposisi

Komposisi “Sonata Piano Berdasarkan tiga lagu Jawa Tengah yaitu “Gundul-gundul Pacul”, “Cublak-cublak Suweng”, dan “Suwe Ora Jamu”. Karya ini akan untuk permainan solo piano. Karya ini, menggunakan form sonata tiga movement.

Alasan menggunakan instrumen piano karena instrumen piano memiliki jangkauan nada yang paling luas sehingga memberikan banyak ruang gerak untuk penulis dalam menghasilkan karya.

19 http://digitalcommons.liberty.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1332&context=masters

diakses tanggal 9 Mei 2016 jam 10.00

(19)

Komposisi “Dolanan”, dirancang menjadi tiga movement, antara lain: 1. Movement pertama: mengambil tema utama lagu dolanan

“Gundul-Gundul Pacul”. Pada movement ini, penulis memakai sonata-allegro form dengan tanda sukat 4/4 dan bertempo Allegro. Tangganada dasar yang digunakan dalam movement pertama ini adalah C Mayor. Ritme pada movement pertama ini, ada yang terinspirasi dari Sonata K. 545 karya W. A. Mozart. Movement ini akan terdiri dari tiga bagian yaitu eksposisi, developmen, dan rekapitulasi.

2. Movement kedua: mengambil tema utama lagu dolanan “Cublak-cublak Suweng”. Pada movement ini, penulis menggunakan tenary form dengan tanda sukat 4/4 dan bertempo Larghetto. Tangganada dasar yang digunakan dalam movement pertama ini adalah G Mayor.

3. Movement ketiga: mengambil tema utama lagu dolanan “Suwe Ora Jamu”. Pada movement ini, penulis menggunakan rondo form dengan tanda sukat 2/4 dan bertempo Allegro. Tangganada dasar yang digunakan dalam movement ketiga ini adalah C Mayor.

Gambar

Gambar 2.1 Turkish Dulcimer abad 18
Gambar 2.2 Italian clavichord tahun 1537
Gambar 2.4 Spinet Italia abad 18
Gambar 2.6 Cristofori piano-forte tahun 1720
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pelunasan kredit macet yang tidak berhasil dengan jalan damai, maka dapat dilakukan eksekusi melalui pengadilan dengan memerintahkan panitera atau juru sita untuk

Isolat bakteri penambat N non-simbiotik pada sampel tanah HTA1 memperlihatkan bentuk, tepian dan elevasi yang berbeda-beda dengan warna koloni yang didominasi oleh

c) Unsur ketiga, dengan adanya persesuaian yang demikian itu menandakan (menjadi suatu tanda) atau menunjukkan adanya 2 (dua) hal in casu kejadian, ialah:

Berdasarkan hasil pngumpulan dan pengolahan data maka diperoleh gambaran mengenai latar belakang keluarga atlet sepak takraw pelatda PON XVII Jawa Barat sebagai

Puji syukur kehadirat Ilahi robbi atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pemodelan Sistem Pemulihan

Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrument pengawasan dan perizinan sedangkan di

Dengan rnengernbalikan fungsi hutan pantai di bentuk lahan wilayah pesisir Kota Padang maka optirnalisasi bentuk lahan sebagai peredam tsunami dapat berfungsi

Dalam penelitian ini akan dilakukan kegiatan evaluasi Usaha Kecil dan Menengah dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya berupa evaluasi kelengkapan