• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada remaja di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada remaja di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERKAIT FAKTOR RESIKO

DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA REMAJA DI KECAMATAN

GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Thomas Indra Oktavianto

NIM: 138114093

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

KESIMPULAN ... 12

SARAN ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden ... 6

Tabel II. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang

Pola Makan terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus

Tipe 2 ... ... 6

Tabel III. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang

Aktivitas Fisik terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus

Tipe 2 ... ... 7

Tabel IV. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang

Pola Makan terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus

Tipe 2 ………... 8

Tabel V. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang

Aktivitas Fisik terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus

Tipe 2 ………... 9

Tabel VI. Distribusi Aktivitas Fisik Responden terkait Faktor

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 16

Lampiran 2. Tabel Sistem Penilaian Item Berdasarkan Pilihan Jawaban Kuisioner Aktivitas Fisik Aspek Tindakan ... 17

Lampiran 3. Uji Validitas Konten Pertama ... 18

Lampiran 4. Uji Validitas Konten Kedua ... 19

Lampiran 5. Uji Validitas Konten Ketiga ... 20

Lampiran 6. Hasil Uji Pemahaman Bahasa ... 21

Lampiran 7. Perbandingan Kalimat-Kalimat Aitem Sebelum Dan Sesudah Perbaikan Di Uji Pemahaman Bahasa ... 22

Lampiran 8. Tabel Skor Uji Reliabilitas Pola Makan (Pengetahuan) ... 23

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan (Pengetahuan) ... 24

Lampiran 10. Tabel Skor Uji Reliabilitas Pola Makan (Sikap) ... 25

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan (Sikap) ... 26

Lampiran 12. Tabel Skor Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Pengetahuan) ... 27

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Pengetahuan) ... 28

Lampiran 14. Tabel Skor Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Sikap) ... 29

Lampiran 15. Hasil Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Sikap) ... 30

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 17. Tabel Skor Item Nomor 2 Uji Reliabilitas Aktivitas

Fisik (Tindakan) ... 32

Lampiran 18. Hasil Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Tindakan) ... 33

Lampiran 19. Kuisioner Karakteristik Demografi Responden ... 34

Lampiran 20. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Pengetahuan) ... 35

Lampiran 21. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Sikap) ... 36

Lampiran 22. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Tindakan) ... 37

Lampiran 23. Kuisioner Penelitian Aktivitas Fisik (Pengetahuan) ... 39

Lampiran 24. Kuisioner Penelitian Aktivitas Fisik (Sikap) ... 40

Lampiran 25. Kuisioner Penelitian Aktivitas Fisik (Tindakan) ... 41

Lampiran 26. Hasil Kuisioner Pola Makan (Pengetahuan) ... 44

Lampiran 27. Hasil Kuisioner Pola Makan (Sikap) ... 47

Lampiran 28. Hasil Kuisioner Pola Makan (Tindakan) ... 50

Lampiran 29. Hasil Kuisioner Aktivitas Fisik (Pengetahuan) ... 52

Lampiran 30. Hasil Kuisioner Aktivitas Fisik (Sikap) ... 55

Lampiran 31. Hasil Kuisioner Aktivitas Fisik (Tindakan) ... 58

(11)

INTISARI

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013 mencatat penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,426 juta orang. Jumlah penderita diabetes melitus terus meningkat karena pola makan dan aktivitas fisik yang salah. Penelitian bertujuan mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja Kecamatan Gondokusuman tentang pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2. Jenis penelitian adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 100 remaja Kecamatan Gondokusuman berusia 15-19 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 termasuk baik (52%), cukup (20%), dan kurang (28%). Sikap responden tentang pola makan termasuk baik (46%), cukup (52%), dan kurang (2%). Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 termasuk baik (75%), cukup (21%), dan kurang (4%). Sikap responden tentang aktivitas fisik termasuk baik (65%) dan cukup (35%). Kemudian, aktivitas fisik responden termasuk baik (92%) dan cukup (8%). Kesimpulannya, pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja Kecamatan Gondokusuman tentang pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 cukup baik.

Kata kunci:

(12)

ABSTRACT

In 2013, International Diabetes Federation (IDF) noted the number of people who suffered diabetes mellitus reached 8.426 million in Indonesia. The number of people with diabetes mellitus continues increasing due to wrong diet and physical activity. This study aims to know about knowledge, attitudes, and actions of the Gondokusuman District teenager’s diet and physical activity related to risk factors for diabetes mellitus type 2. The type of research is descriptive observational with cross-sectional design. The subjects were 100 Gondokusuman District teenagers aged 15-19 years. Sampling was done by purposive sampling. The results of the knowledge about diet showed good (52%), sufficient (20%), and less (28%). The attitudes of respondents about diet showed good (46%), sufficient (52%), and less (2%). Moreover, the knowledge about physical activity showed good (75%), sufficient (21%), and less (4%). The attitudes of respondents about physical activity showed good (65%) and sufficient (35%). The physical activity of respondents showed good (92%) and sufficient (8%). In conclusion, knowledge, attitudes, and actions of the Gondokusuman District teenagers about diet and physical activity related to risk factors for diabetes mellitus type 2 including well.

Keywords:

(13)

PENDAHULUAN

Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 7.434 orang menderita diabetes

melitus. Prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi ada di Kota Yogyakarta sebanyak

2.533 orang (Riskesdas, 2013). Sementara, jumlah penderita diabetes melitus paling

banyak di wilayah Kota Yogyakarta terdapat di Kecamatan Gondokusuman, yaitu

sebanyak 456 orang (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015).

Faktor penyebab diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh pola makan (Rios and

Fuentes, 2010). Pola makan merupakan komposisi jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang dalam jangka waktu tertentu (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Pola

makan yang baik memperhatikan jenis makanan, jumlah kalori, dan jadwal makan

(PERKENI, 2011).

Selain pola makan, aktivitas fisik juga menjadi faktor penyebab diabetes melitus

tipe 2 (Rios and Fuentes, 2010). Aktivitas fisik merupakan tindakan yang direncanakan

dan dilakukan secara berulang oleh otot tubuh sehingga mempengaruhi penggunaan

energi (Polykandrioti and Dokoutsidou, 2009). Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan

latihan jasmani secara teratur (3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit). Latihan yang

dimaksud adalah latihan yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, dan

berenang (PERKENI, 2011). Selain itu, aktivitas fisik seseorang dapat dipilih sesuai

dengan minat dan kesukaan masing-masing pribadi (Dipiro et al, 2010).

Pencegahan diabetes melitus tipe 2 dapat dilakukan dengan suatu tindakan.

Tindakan yang dimaksud ialah apa yang dilakukan oleh seseorang terhadap hal-hal yang

terkait dengan kesehatan, seperti pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, maupun

pengobatan dengan tepat (Harkins, 2008). Untuk mewujudkan tindakan nyata pencegahan

diabetes melitus tipe 2, individu memerlukan faktor pendukung, seperti pengetahuan dan

sikap (Notoadmojo, 2011).

Pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk tindakan seseorang. Saat

seseorang mempunyai pengetahuan yang baik, maka tindakan yang dilakukan juga baik

(Taukhit, 2014). Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, seperti:

pendidikan, informasi, usia, dan lingkungan (Budiman dan Riyanto, 2013).

Selain pengetahuan, faktor sikap juga tidak kalah penting membentuk tindakan

seseorang. Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap suatu objek atau

(14)

suatu perilaku seseorang (Effendi dan Makhfudli, 2009). Saat seseorang mempunyai

sikap yang semakin baik, maka tindakan yang dilakukan juga semakin baik (Taukhit,

2014). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, antara lain: pengalaman,

lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan kerja (Rusmanto, 2013).

Remaja berperan penting dalam upaya pencegahan diabetes melitus tipe 2

(PERKENI, 2011). Remaja merupakan kategori penduduk yang berusia 10-19 tahun.

Secara umum, remaja dibagi menjadi 3 tahap, yaitu remaja awal (10-12 tahun), remaja

tengah (13-15 tahun), dan remaja akhir (16-19 tahun) (Sulistyowati dan Senewe, 2010).

Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh juga semakin baik. Umumnya,

pengetahuan lebih mudah dipelajari oleh individu di tahap remaja akhir (Budiman dan

Riyanto, 2013). Jika pengetahuan seseorang tentang diabetes melitus cukup baik, maka

individu tersebut dapat memperbaiki sikap dan tindakannya terkait penyakit tersebut

dalam kehidupan sehari-hari (PERKENI, 2011).

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja di

Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta tentang pola makan dan aktivitas fisik terkait

faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif secara cross-sectional. Selain itu, penelitian menggunakan survei yang didesain menggambarkan fenomena yang

ditemukan di lapangan.

Penelitian menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

Variabel bebas dalam penelitian adalah karakteristik demografi responden, seperti jenis

kelamin, usia, pendidikan yang sedang ditempuh, dan penghasilan bulanan orang tua.

Selanjutnya, variabel tergantung dalam penelitian adalah pola hidup terkait resiko

diabetes melitus. Pola hidup tersebut meliputi pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan

adalah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari. Selanjutnya,

aktivitas fisik adalah tindakan yang direncanakan dan menggunakan otot sehingga

mengeluarkan energi saat melakukannya.

Subjek penelitian adalah 100 orang responden remaja Kecamatan Gondokusuman.

(15)

perempuan dalam rentang usia 16 - 19 tahun, tidak memiliki gangguan mental, dan

bersedia menjadi subjek penelitian. Selanjutnya, kriteria eksklusi dalam penelitian adalah

subjek penelitian yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti tentang

karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya dan dianggap tepat (Widi, 2010).

B. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah kuisioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu data

demografi responden, pola makan, dan aktivitas fisik. Kuisioner tersebut telah dilakukan

uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas. Selanjutnya, hasil uji tersebut ditampilkan

dalam lampiran 6 - 12 dan hasil penilaian kuisioner ditampilkan dalam tabel I - III.

Instrumen dilakukan uji pemahaman bahasa dengan tujuan mengetahui tingkat

pemahaman responden dengan bahasa yang digunakan dalam instrumen tersebut. Uji

pemahaman bahasa dilakukan dengan memberikan instrumen tersebut kepada 30 orang

yang berkaraktertistik sama dengan responden penelitian, namun tidak memiliki

pengaruh terhadap responden penelitian. 30 orang tersebut diminta untuk memberi garis

bawah pada kata atau kalimat yang tidak dipahami. Perbaikan aitem-aitem instrumen

penelitian dilakukan jika ada lebih dari 6 orang yang memberi garis bawah pada kata atau

kalimat yang sama (Kinanti, 2014). Uji pemahaman bahasa dilakukan dua kali pada

orang yang sama. Uji tersebut dinyatakan selesai apabila tidak ada lagi kata atau kalimat

yang diberi garis bawah oleh responden tersebut. Artinya, bahasa dalam instrumen

tersebut dapat dipahami oleh orang yang mewakili karakteristik responden penelitian.

Selain uji pemahaman bahasa, instrumen juga perlu dilakukan uji reliabilitas

dengan tujuan mengetahui kehandalan instrumen tersebut dan dapat dipercaya dalam

penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan memberikan instrumen tersebut kepada 30

orang yang mengikuti uji pemahaman bahasa sebelumnya. 30 orang tersebut diminta

untuk mengisi instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji pemahaman bahasa.

Setelah selesai dilakukan, penilaian instrumen dinyatakan dalam skala nilai alpha (α) dari

Cronbach alpha. Cronbach alpha menggambarkan konsistensi internal dalam instrumen pengukuran. Skala Cronbach alpha adalah antara 0 sampai 1. Uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Juliandi dan Manurung, 2014).

(16)

C. Pengolahan Data

Dalam bagian data demografi, dilakukan pembagian usia, jenis kelamin, pendidikan

yang sedang ditempuh, dan penghasilan bulanan orangtua. Kemudian, jawaban responden

dilakukan pengelompokkan jawaban yang sama pada masing-masing pertanyaan.

Selanjutnya, jawaban tersebut dipersentasekan dengan total 100%.

Dalam pengukuran pengetahuan tentang pola makan dan aktivitas fisik, terdapat 14

pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Pengukuran tersebut menggunakan skala pengukuran biserial dimana skala yang digunakan adalah 0-14. Pedomannya adalah skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

Selanjutnya, dilakukan penjumlahan skor jawaban dan membagi responden ke dalam tiga

kategori. Skor responden termasuk kategori baik jika skornya ≥ 12, cukup jika skornya

9-11, dan kurang jika skornya < 9 (Arikunto, 2006). Hasil penilaian aspek pengetahuan

ditampilkan dalam tabel II dan III.

Dalam pengukuran sikap tentang pola makan dan aktivitas fisik, terdapat 14

pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Penilaian aspek tersebut menggunakan pengukuran Likert dimana skala yang digunakan adalah 15-60. Responden diminta menjawab masing-masing pernyataan dalam instrumen dengan 4 poin skala,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Bagi pernyataan positif (favorable), skala diubah menjadi angka, yaitu “Sangat Setuju” bernilai 4, “Setuju” bernilai 3, “Tidak Setuju” bernilai 2, dan “Sangat Tidak Setuju” bernilai 1. Namun bagi pernyataan negatif (unfavourable), skala diubah menjadi angka, yaitu “Sangat Setuju” bernilai 1, “Setuju” bernilai 2, “Tidak Setuju” bernilai 3, dan “Sangat Tidak Setuju” bernilai 4. Selanjutnya, dilakukan penjumlahan skor jawaban dan membagi responden ke dalam tiga kategori. Skor responden termasuk kategori baik jika

skornya ≥ 45, cukup jika skornya 33-44, dan kurang jika skornya < 33 (Budiman dan

Riyanto, 2013). Hasil penilaian aspek pengetahuan ditampilkan dalam tabel II dan III.

Dalam pengukuran aktivitas fisik, terdapat 22 pertanyaan yang diadopsi dari

Baecke questionnaire dan bersifat multiple choice atau pilihan ganda. Pedoman penilaian aspek tersebut dijelaskan dalam lampiran 2. Baecke membagi aktivitas fisik menjadi tiga pokok bahasan utama, yaitu:

Aktivitas Fisik Waktu Bekerja / work index untuk pertanyaan nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 21 dihitung dengan menggunakan rumus:

(17)

Aktivitas Berolahraga / sport index untuk pertanyaan nomor 2, 3, 4, 11, 15, 16, 17, 18,

19, dan 22 dihitung dengan menggunakan rumus:

sport index = [p0 + p11 + p15 + p22] / 4

Khusus pertanyaan nomor 3, 4, 16, 17, 18, dan 19, penghitungan menggunakan rumus:

aktvitas olahraga (p0) = ∑

Aktivitas Fisik Waktu Luang / leisuring time index untuk pertanyaan nomor 12, 13, 14, dan 20 dihitung dengan menggunakan rumus:

leisuring – time index = [(6-p12) + p13 + p14 + p20] / 4.

Hasil perhitungan tiga bagian aktivitas fisik tersebut dijumlahkan sehingga memperoleh

nilai indeks aktivitas fisik dengan menggunakan rumus:

indeks aktivitas fisik = work index + sport index + leisuring time index (Baecke et al, 1982) Indeks aktivitas fisik tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori ringan, cukup,

dan berat. Aktivitas fisik dikategorikan ringan jika nilainya < 6.2, dikategorikan cukup

jika nilainya 6.3–7.1, dan dikategorikan berat jika nilainya ≥ 7.2 (Isral dkk, 2014).

Dalam pengukuran pola makan, terdapat 13 pertanyaan bersifat pilihan

ganda. Instrumen penelitian mengandung tiga pokok bahasan utama, yaitu:

Jadwal Makan untuk pertanyaan nomor 1. Poin pertanyaan yang diajukan dalam

instrumen penelitian adalah frekuensi makan utama dalam satu hari.

Jenis Makanan untuk pertanyaan nomor 2 - 4. Poin pertanyaan yang diajukan dalam

instrumen penelitian adalah komposisi makanan utama, sumber protein hewani, dan

sumber protein nabati.

Jumlah Makanan Yang Dikonsumsi untuk pertanyaan nomor 5 - 13. Poin pertanyaan

yang diajukan dalam instrumen penelitian adalah jumlah konsumsi sayur, buah, makanan

cepat saji, makanan yang digoreng, serta makanan dan minuman manis.

Jawaban responden dilakukan pengelompokkan jawaban yang sama pada masing-masing

pertanyaan. Selanjutnya, jawaban tersebut dipersentasekan dengan total 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisrik Demografi

Subjek penelitian adalah 100 orang responden remaja Kecamatan Gondokusuman

(18)

responden penelitian didapat dari 5 kelurahan di wilayah Kecamatan Gondokusuman,

yaitu Kelurahan Demangan, Baciro, Kotabaru, Terban, dan Klitren dengan jumlah

responden tiap masing-masing kelurahan sebanyak 20 orang. Tabel karakteristik

demografi responden penelitian dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Demografi Total Responden (n = 100 orang)

Usia

B. Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Pola Hidup terkait Faktor Resiko

Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor pola makan dan aktivitas fisik (Rios

and Fuentes, 2010). Dalam mewujudkan tindakan nyata pencegahan diabetes melitus tipe

2 diperlukan unsur pendukung, seperti pengetahuan dan sikap (Notoadmojo, 2011).

Tabel II. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pola Makan terkait Faktor

(19)

Dari hasil penelitian, ada dua perbedaan hasil jika dibandingkan dengan teori.

Pertama, responden dengan usia 17 tahun memiliki persentase lebih baik (51.9%) dalam

hal pengetahuan tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes melitus

tipe 2. Hasil tersebut berbeda dengan teori semakin bertambahnya usia seseorang, maka

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Dengan demikian,

pengetahuan yang diperoleh juga semakin baik (Budiman dan Riyanto, 2013). Kedua,

responden yang sedang menempuh pendidikan SMA memiliki persentase lebih baik

(75.0%) dalam hal pengetahuan tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2. Hasil tersebut berbeda dengan teori semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin mudah bagi orang tersebut untuk menerima informasi

(Budiman dan Riyanto, 2013).

Kemungkinan, hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor:

Status Ekonomi. Faktor tersebut terlihat dimana 84.6% responden memiliki penghasilan

bulanan orangtua di atas 1.5 juta rupiah. Semakin tinggi status ekonomi seseorang, maka

semakin memerlukan fasilitas untuk menunjang kegiatan, seperti gadget dan internet dengan tujuan mencari dan menemukan informasi. Artinya, status ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman dan Riyanto, 2013).

Media Massa. Semakin sering seseorang terpapar media massa, maka semakin banyak

memperoleh informasi jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang

terpapar informasi dari media massa (Budiman dan Riyanto, 2013).

Tabel III. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Aktivitas Fisik terkait

Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2

Kategori n

Karakteristik Demografi

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan

17 18 19 L P SMA S-1 A B

Baik 75 53.3% 17.3% 29.4% 60.0% 40.0% 74.7% 25.3% 82.7% 17.3% Cukup 21 14.3% 33.3% 52.4% 57.1% 42.9% 57.1% 42.9% 71.4% 28.6%

Kurang 4 75.0% 25.0% 0% 50.0% 50.0% 50.0% 50.0% 100% 0%

Keterangan: *n = jumlah responden

*L = laki-laki

*P = perempuan

*A = lebih dari 1.5 juta rupiah

(20)

Dari hasil penelitian, ada dua perbedaan hasil jika dibandingkan dengan teori.

Pertama, responden dengan usia 17 tahun memiliki persentase lebih baik (53.3%) dalam

hal pengetahuan tentang aktivitas fisik yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes

melitus tipe 2. Hasil tersebut berbeda dengan teori semakin bertambahnya usia seseorang,

maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Dengan demikian,

pengetahuan yang diperoleh juga semakin baik (Budiman dan Riyanto, 2013). Kedua,

responden yang sedang menempuh pendidikan SMA memiliki persentase lebih baik

(74.7%) dalam hal pengetahuan tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2. Hasil tersebut berbeda dengan teori semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin mudah bagi orang tersebut untuk menerima informasi

(Budiman dan Riyanto, 2013).

Kemungkinan, hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor:

Status Ekonomi. Faktor tersebut terlihat dimana 82.7% responden memiliki penghasilan

bulanan orangtua di atas 1.5 juta rupiah. Semakin tinggi status ekonomi seseorang, maka

semakin memerlukan fasilitas untuk menunjang kegiatan, seperti gadget dan internet dengan tujuan mencari dan menemukan informasi. Artinya, status ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman dan Riyanto, 2013).

Media Massa. Semakin sering seseorang terpapar media massa, maka semakin banyak

memperoleh informasi jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang

terpapar informasi dari media massa (Budiman dan Riyanto, 2013).

Tabel IV. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Pola Makan terkait Faktor Resiko

Diabetes Melitus Tipe 2

Kategori n

Karakteristik Demografi

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan

17 18 19 L P SMA S-1 A B

Baik 46 56.5% 23.9% 19.6% 58.7% 41.3% 78.3% 21.7% 71.7% 28.3% Cukup 52 38.5% 17.3% 44.2% 59.6% 40.4% 63.5% 36.5% 88.5% 11.5%

Kurang 2 0% 50.0% 50.0% 50.0% 50.0% 50.0% 50.0% 100% 0%

Keterangan: *n = jumlah responden

*L = laki-laki

*P = perempuan

*A = lebih dari 1.5 juta rupiah

(21)

Hasil penelitian menunjukkan ada persamaan jika dibandingkan dengan teori.

Pertama, responden dengan usia 17 tahun memiliki persentase lebih baik (56.5%) dalam

hal sikap tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Kedua, responden yang sedang menempuh pendidikan SMA memiliki persentase lebih

baik (78.3%) dalam hal sikap tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2. Kedua hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor

yang menentukan perubahan sikap seseorang adalah pengetahuan (Triastuti, 2010). Jika

melihat tingkat pengetahuan responden tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor

resiko diabetes melitus tipe 2, responden dengan usia 17 tahun (51.9%) dan yang sedang

menempuh pendidikan SMA (75.0%) memiliki persentase yang lebih baik jika

dibandingkan dengan responden lainnya. Dengan demikian, pengetahuan yang baik dapat

mempengaruhi sikap dari responden.

Kemungkinan, hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor:

Lingkungan Rumah. Sikap anak sangat dipengaruhi oleh sikap orang-orang yang

tinggal satu rumah dengannya. Selanjutnya, orangtua juga berperan besar dalam

perkembangan moral dan pembentukan pengetahuan anak (Rusmanto, 2013).

Lingkungan Sekolah. Dalam pendidikan dasar (SD), peran guru sangat besar dalam

mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku, serta membentuk kepribadian anak.

Namun ketika anak masuk ke SMP atau SMA, peran guru menjadi terbatas oleh peran

anak tersebut karena anak dapat menentukan sikapnya masing-masing (Rusmanto, 2013).

Tabel V. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Aktivitas Fisik terkait Faktor Resiko

Diabetes Melitus Tipe 2

Kategori n

Karakteristik Demografi

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan

17 18 19 L P SMA S-1 A B

Baik 65 53.8% 18.5% 27.7% 60.0% 40.0% 78.5% 21.5% 78.5% 21.5% Cukup 35 31.4% 25.7% 42.9% 57.1% 42.9% 54.3% 45.7% 85.7% 14.3%

Kurang 0 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Keterangan: *n = jumlah responden

*L = laki-laki

*P = perempuan

*A = lebih dari 1.5 juta rupiah

(22)

Dari hasil penelitian, ada dua persamaan hasil jika dibandingkan dengan teori.

Pertama, responden dengan usia 17 tahun memiliki persentase lebih baik (53.8%) dalam

hal sikap tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Kedua, responden yang sedang menempuh pendidikan SMA memiliki persentase lebih

baik (78.5%) dalam hal sikap tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2. Kedua hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor

yang menentukan perubahan sikap seseorang adalah pengetahuan (Triastuti, 2010). Jika

melihat tingkat pengetahuan responden tentang pola makan yang berkaitan dengan faktor

resiko diabetes melitus tipe 2, responden dengan usia 17 tahun (51.9%) dan yang sedang

menempuh pendidikan SMA (75.0%) memiliki persentase yang lebih baik jika

dibandingkan dengan responden lainnya. Dengan demikian, pengetahuan yang baik dapat

mempengaruhi sikap dari responden.

Kemungkinan, hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor:

Lingkungan Rumah. Sikap anak sangat dipengaruhi oleh sikap orang-orang yang

tinggal satu rumah dengannya. Selanjutnya, orangtua juga berperan besar dalam

perkembangan moral dan pembentukan pengetahuan anak (Rusmanto, 2013).

Lingkungan Sekolah. Dalam pendidikan dasar (SD), peran guru sangat besar dalam

mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku, serta membentuk kepribadian anak.

Namun ketika anak masuk ke SMP atau SMA, peran guru menjadi terbatas oleh peran

anak tersebut karena anak dapat menentukan sikapnya masing-masing (Rusmanto, 2013).

C. Pola Makan

Hasil penelitian pola makan responden yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2 selengkapnya ditampilkan dalam lampiran 22.

Terdapat tiga poin penting yang dibahas dalam penelitian, yaitu jadwal makan,

jenis makanan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Jadwal Makan. Dari jadwal makan, diketahui 81% responden memiliki jadwal makan

secara teratur dengan porsi tiga kali sehari. Hasil tersebut sesuai dengan teori metode diet

sehat yang mewajibkan 3 kali makan dalam satu hari, dengan jadwal makan sebagai

berikut : makan pagi (pukul 07.00-10.00), makan siang (pukul 12.00-14.00), dan makan

malam (pukul 18.00-21.00). Waktu makan disesuaikan menurut kebiasaan

masing-masing dan tetap konsisten setiap harinya (Iping, 2006).

Jenis Makanan. Yang menjadi perhatian khusus adalah sumber protein. Dari sumber

(23)

direkomendasikan PERKENI di tahun 2011, yaitu seafood (ikan, udang, atau cumi-cumi),

daging sapi tanpa lemak, daging ayam tanpa kulit,tahu, tempe, dan telur.

Jumlah Makanan. Yang menjadi perhatian khusus adalah frekuensi konsumsi makanan

berserat (buah dan sayur) dan frekuensi konsumsi junk food. Dari frekuensi konsumsi makanan berserat (buah dan sayur), hasil penelitian menunjukkan 68% responden

mengonsumsi buah kurang dari dua porsi sehari dan 61% responden mengonsumsi sayur

hanya dua porsi sehari. Hasil tersebut berbeda dengan teori bahwa standar konsumsi buah

dan sayur yang ideal minimal sebanyak 5 porsi dalam satu hari (WHO, 2003). Dari

frekuensi konsumsi junk food, hasil penelitian menunjukkan 76% responden mengonsumsi junk food lebih dari satu porsi dalam seminggu. Hasil tersebut berbeda dengan teori bahwa konsumsi makanan junk food maksimal satu minggu sekali karena dapat meningkatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) sehingga meningkatkan resiko

timbulnya diabetes melitus tipe 2 (Jeffery et al, 2006).

D. Aktivitas Fisik

Selain pola makan, aktivitas fisik juga menjadi faktor penyebab diabetes melitus

tipe 2 (Rios and Fuentes, 2010). Aktivitas fisik merupakan tindakan yang direncanakan

dan dilakukan secara berulang oleh otot tubuh sehingga mempengaruhi penggunaan

energi (Polykandrioti and Dokoutsidou, 2009).

Tabel VI. Distribusi Aktivitas Fisik Responden terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus

Tipe 2

Kategori N

Karakteristik Demografi

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan

17 18 19 L P SMA S-1 A B

Baik 92 45.7% 20.6% 33.7% 62.0% 38.0% 69.6% 30.4% 83.7% 16.3% Cukup 8 50.0% 25.0% 25.0% 25.0% 75.0% 75.0% 25.0% 50.0% 50.0%

Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: *n = jumlah responden

*L = laki-laki

*P = perempuan

*A = lebih dari 1.5 juta rupiah

*B = kurang dari 1.5 juta rupiah

Dari hasil penelitian, ada dua persamaan hasil jika dibandingkan dengan teori.

(24)

melakukan aktivitas fisik yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Kedua, responden yang sedang menempuh pendidikan SMA memiliki persentase lebih

baik (69.6%) dalam melakukan aktivitas fisik yang berkaitan dengan faktor resiko

diabetes melitus tipe 2. Kedua hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa tindakan

seseorang dibentuk oleh dua faktor, yaitu pengetahuan dan sikap. Saat seseorang

mempunyai pengetahuan yang baik, maka tindakan yang dilakukannya juga baik. Selain

itu, saat seseorang mempunyai sikap yang semakin baik, maka tindakan yang dilakukan

juga semakin baik (Taukhit, 2014). Jika melihat tingkat pengetahuan responden tentang

aktivitas fisik yang berkaitan dengan faktor resiko diabetes melitus tipe 2, responden

dengan usia 17 tahun (53.3%) dan yang sedang menempuh pendidikan SMA (74.7%)

memiliki persentase yang lebih baik jika dibandingkan dengan responden lainnya.

Kemudian jika melihat tingkat sikap responden tentang aktivitas fisik yang berkaitan

dengan faktor resiko diabetes melitus tipe 2, responden dengan usia 17 tahun (56.5%) dan

yang sedang menempuh pendidikan SMA (78.3%) memiliki persentase yang lebih baik

jika dibandingkan dengan responden lainnya. Dengan demikian, pengetahuan dan sikap

dapat mempengaruhi tindakan dari responden.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah 52% remaja Kecamatan

Gondokusuman memiliki pengetahuan yang baik dan 46% remaja memiliki sikap yang

baik tentang pola makan yang terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2. Pola makan

remaja Kecamatan Gondokusuman termasuk baik. Jumlah makanan yang dikonsumsi,

seperti buah, sayur, dan makanan cepat saji belum sesuai dengan anjuran.

Selain itu, 75% remaja Kecamatan Gondokusuman memiliki pengetahuan yang

baik dan 65% remaja memiliki sikap yang baik tentang aktivitas fisik yang terkait faktor

resiko diabetes melitus tipe 2. Aktivitas fisik remaja Kecamatan Gondokusuman

termasuk baik (92%).

SARAN

Penelitian ini hanya melihat gambaran pola makan dan aktivitas fisik remaja

Kecamatan Gondokusuman. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan

untuk penelitian mendatang adalah melakukan sosialisasi melalui ceramah maupun

diskusi tentang pola makan yang sehat. Hal tersebut perlu dilakukan karena pola makan

remaja Kecamatan Gondokusuman belum sesuai dengan anjuran. Dengan demikian, perlu

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Adriani, M., and Wirjatmadi, B., 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

American Diabetes Association, 2008. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. USA: Diabetes Care.

Baecke, J.A., Burema, J., Frijters, J.E., 1982. A Short Questionnaire for the Measurement of Habitual Physical Activity in Epidemiological Studies. USA: American Journal of Clinical Nutrition.

Budiman, and Riyanto, A., 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota Yogyakarta (Data Tahun 2014). Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

DiPiro, J.T., Wells, B.G., DiPiro, C.V., and Schwinghammer, T.L., 2009.

Pharmacotherapy Handbook. New York: The McGraw-Hill Companies.

Effendi, F., and Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Harkins, V., 2008. A Practical Guide to Integrated Type 2 Diabetes Care. Ireland: Health Service Executive.

International Diabetes Federation, 2013. IDF Diabetes Atlas. Belgium: International Diabetes Federation.

Iping, S. 2006. Langsing dengan Metode Kualitatif. Jakarta: Puspa Swara.

Isral, G.N., Afriwardi, Sulastri, D., 2014. Hubungan Aktivitas Fisik Kadar Nitric Oxide (NO) Plasma pada Masyarakat di Kota Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. Jeffery, R.W., Baxter, J., McGuire, M., and Linde, J., 2006. Are Fast Food Restaurants

an Environmental Risk Factor for Obesity, London: BioMed Central Ltd.

Juliandi, A., and Manurung, S., 2014. Metodologi Penelitian Bisnis: Konsep dan Aplikasi, Medan: UMSU Press.

(26)

Kinanti, W., 2014. Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Pengetahuan, Sikap,

dan Tindakan Masyarakat terkait Penyakit Tuberculosis (TBC) Paru, Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Krisvianty, S. G., 2016. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswi SMK Di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus melalui Metode

CBIA. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011, Jakarta: PB. PERKENI.

Polykandrioti, M., and Dokoutsidou H., 2009. The Role Of Exercise And Nutrition In Type II Diabetes Mellitus Management. Greece: Health Science Journals.

Rios, M.S., and Fuentes, J.A.G., 2010, Type 2 Diabetes Mellitus. Barcelona: Elsevier. Rusmanto, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Masyarakat

terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Filaria di RW II Keluarahan Pondok Aren.

Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sulistyowati, N. and Senewe, F.P., 2010. Pola Pencarian Pengobatan dan Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia.Jakarta: Jurnal Ekologi Kesehatan.

Taukhit, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan

Komplikasi pada Penderita Hipertensi. Skripsi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Triastuti, A., 2010. Efektifitas Strategi Genius Learning dalam Upaya Meningkatkan

Keaktifan Belajar Matematika Siswa. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Widi, R. K., 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Lampiran 6. Hasil Uji Pemahaman Bahasa

Keterangan:

(34)

Lampiran 7. Perbandingan Kalimat-Kalimat Aitem Sebelum Dan Sesudah

(35)

Lampiran 8. Tabel Skor Uji Reliabilitas Pola Makan (Pengetahuan)

Responden Pernyataan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12

2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

3 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10

4 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

6 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11

7 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12

8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

9 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 10

10 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9

11 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 11

12 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 10

13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 10

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12

15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11

16 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

19 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11

20 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 8

21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11

22 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12

23 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 8

24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

(36)

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan (Pengetahuan)

Mean Std.

Deviation N

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance

if Item

Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item

Deleted

Item_1 .97 .183 30 10.57 5.357 .617 .702

Item_2 .57 .504 30 10.97 4.930 .326 .717

Item_3 .93 .254 30 10.60 5.421 .362 .713

Item_4 .87 .346 30 10.67 5.126 .426 .703

Item_5 .67 .479 30 10.87 4.671 .488 .691

Item_6 .97 .183 30 10.57 5.357 .617 .702

Item_7 .83 .379 30 10.70 4.769 .604 .680

Item_8 .80 .407 30 10.73 5.237 .274 .720

Item_9 .80 .407 30 10.73 5.375 .197 .730

Item_10 .87 .346 30 10.67 5.057 .473 .698

Item_11 .73 .450 30 10.80 5.476 .111 .744

Item_12 .90 .305 30 10.63 5.551 .187 .727

Item_13 .73 .450 30 10.80 5.200 .249 .726

Item_14 .90 .305 30 10.63 5.344 .337 .713

Mean Variance Std. Deviation N of Items

11.53 5.913 2.432 14

Cronbach's Alpha N of Items

(37)

Lampiran 10. Tabel Skor Uji Reliabilitas Pola Makan (Sikap)

Responden Pernyataan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2 3 3 3 41

2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 50

3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 44

4 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 44

5 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 35

6 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 41

7 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 49

8 3 3 3 3 1 4 4 2 2 2 3 3 3 3 39

9 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2 4 38

10 3 4 4 3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 41

11 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 39

12 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 43

13 3 1 4 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 37

14 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 4 2 3 4 44

15 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 39

16 2 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 2 2 3 41

17 1 3 4 3 2 2 4 4 4 3 2 4 3 2 41

18 2 3 3 3 2 1 4 2 3 3 3 4 2 3 38

19 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 44

20 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 35

21 3 3 4 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 39

22 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 44

23 2 3 2 1 3 1 4 3 4 2 3 3 3 3 37

24 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 38

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 53

26 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 45

27 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 37

28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 53

29 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 45

(38)
(39)

Lampiran 12. Tabel Skor Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Pengetahuan)

Responden Pernyataan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13

2 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 9

3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12

5 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10

6 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12

7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12

11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12

14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

16 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12

17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12

19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

20 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 9

21 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 10

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12

23 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8

24 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11

25 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 11

26 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13

28 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11

29 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9

(40)

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Pengetahuan)

Mean Std.

Deviation N

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item_1 .77 .430 30 7.93 1.789 .511 .534

Item_2 .97 .183 30 7.73 2.409 .211 .615

Item_3 .93 .254 30 7.77 2.461 .046 .640

Item_4 .77 .430 30 7.93 1.857 .443 .556

Item_5 .90 .305 30 7.80 2.028 .508 .552

Item_6 .93 .254 30 7.77 2.323 .226 .611

Item_9 .90 .305 30 7.80 2.510 -.043 .662

Item_11 .87 .346 30 7.83 2.006 .446 .561

Item_14 .83 .379 30 7.87 2.120 .271 .604

Item_10 .83 .379 30 7.87 2.120 .271 .604

Mean Variance Std.

Deviation

N of

Items

8.70 2.562 1.601 10

Cronbach's

Alpha N of Items

(41)

Lampiran 14. Tabel Skor Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Sikap)

Responden Pernyataan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 45

2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 43

3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 34

4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 42

5 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 43

6 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 41

8 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 43

9 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39

10 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 41

11 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 44

12 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 38

13 4 4 1 1 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 42

14 4 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 2 4 42

15 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 36

16 3 4 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 38

17 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 4 36

18 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 37

19 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 41

20 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 34

21 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 40

22 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 43

23 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 40

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

25 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 50

26 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 48

27 4 2 3 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 37

28 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 50

29 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 48

(42)
(43)

Lampiran 16. Tabel Skor Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Tindakan)

Responden Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 1 2 1.26 1.76 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 1.5 1.5 0.17 0.42 2 2 2

2 1 2 1.26 1.76 5 3 5 2 3 4 3 4 3 3 2 0.5 0.5 0.04 0.04 5 4 4

3 5 2 1.76 1.76 4 4 4 3 3 3 5 3 3 3 3 1.5 0.5 0.67 0.17 2 4 4

4 1 3 1.26 1.26 4 4 4 3 3 4 2 1 3 2 4 3.5 1.5 0.67 0.67 2 3 2

5 1 2 0.26 0.26 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 0.5 1.5 0.42 0.17 3 3 3

6 1 1 0 0 4 3 4 2 3 3 3 1 2 1 3 0 0 0 0 2 1 1

7 5 2 1.26 1.26 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1.5 0.5 0.42 0.17 3 3 3

8 1 2 1.26 1.26 4 3 4 3 5 5 3 4 3 2 4 3.5 1.5 0.17 0.17 5 4 3

9 1 2 1.26 1.26 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1.5 0.5 0.04 0.04 2 2 4

10 1 1 0 0 3 4 4 2 3 4 2 4 5 2 3 0 0 0 0 2 2 3

11 1 1 0 0 4 3 4 3 5 4 2 1 3 1 3 0 0 0 0 3 3 2

12 1 2 1.26 1.26 3 3 3 4 4 4 2 2 3 1 2 0.5 4.5 0.42 0.17 3 2 2

13 3 2 1.76 1.76 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 0.5 0.5 0.17 0.17 2 3 3

14 1 2 0.76 0.76 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2.5 2.5 0.17 0.17 3 3 3

15 1 2 0.76 1.76 4 2 3 1 3 2 1 2 1 3 1 0.5 1.5 0.17 0.42 4 2 4

16 1 2 1.76 1.26 4 2 4 1 4 4 2 4 2 1 4 1.5 1.5 0.67 0.92 2 2 2

17 1 2 0.76 0.76 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 2.5 2.5 0.17 0.17 3 3 3

18 3 2 1.26 1.26 5 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 0.5 0.5 0.04 0.04 3 3 2

19 1 1 0 0 4 3 4 1 3 3 3 4 2 2 3 0 0 0 0 2 2 2

20 1 2 1.76 1.76 5 2 4 1 4 3 4 4 4 2 5 1.5 1.5 0.92 0.17 1 2 2

21 3 1 0 0 4 4 4 3 1 2 3 4 3 2 3 0 0 0 0 2 3 3

22 1 5 1.76 1.76 4 4 2 1 5 4 3 5 3 2 3 4.5 4.5 0.92 0.67 2 2 2

23 1 2 1.76 1.26 4 4 4 3 2 3 4 4 4 2 4 3.5 2.5 0.42 0.17 2 2 2

24 1 2 1.26 1.76 4 4 5 2 2 3 3 2 3 2 3 1.5 1.5 0.67 0.67 3 3 3

25 5 5 1.76 1.26 3 3 3 2 3 5 4 4 4 2 5 4.5 4.5 0.92 0.92 5 5 5

26 1 2 1.26 1.26 4 3 4 1 4 3 2 4 3 2 3 1.5 1.5 0.42 0.42 2 2 2

27 5 2 1.76 1.26 4 4 4 3 3 5 4 4 3 3 4 1.5 1.5 0.42 0.42 3 3 3

28 5 5 1.76 1.26 3 3 3 2 3 5 4 4 4 2 5 4.5 4.5 0.92 0.92 5 5 5

29 1 2 1.26 1.26 4 3 4 1 4 3 2 4 3 2 3 1.5 1.5 0.42 0.42 2 2 2

(44)

Lampiran 17. Tabel Skor Item Nomor 2 Uji Reliabilitas Aktivitas Fisik (Tindakan)

Responden

Item 2

Indeks Skor olahraga I Olahraga II

3 16 18 Total (x) 4 17 19 Total (x)

1 1.26 1.5 0.17 0.3213 1.76 1.5 0.42 1.1088 1.4301 2

2 1.26 0.5 0.04 0.0252 1.76 0.5 0.04 0.0352 0.0604 2

3 1.76 1.5 0.67 1.7688 1.76 0.5 0.117 0.10296 1.87176 2

4 1.26 3.5 0.67 2.9547 1.26 1.5 0.67 1.2663 4.221 3

5 0.26 0.5 0.42 0.0546 0.26 1.5 0.17 0.0663 0.1209 2

6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

7 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.26 1.5 0.17 0.3213 1.1151 2

8 1.26 3.5 0.17 0.7497 1.26 1.5 1.5 2.835 3.5847 2

9 1.26 1.5 0.04 0.0756 1.26 0.5 0.04 0.0252 0.1008 2

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

12 1.26 0.5 0.42 0.2646 1.26 4.5 0.17 0.9639 1.2285 2

13 1.76 0.5 0.17 0.1496 1.76 0.5 0.17 0.1496 0.2992 2

14 0.76 2.5 0.17 0.323 0.76 2.5 0.17 0.323 0.646 2

15 0.76 0.5 0.17 0.0646 1.76 1.5 0.42 1.1088 1.1734 2

16 1.76 1.5 0.67 1.7688 1.26 1.5 0.92 1.7388 3.5076 2

17 0.76 2.5 0.17 0.323 0.76 2.5 0.17 0.323 0.646 2

18 1.26 0.5 0.04 0.0252 1.26 0.5 0.04 0.0252 0.0504 2

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

20 1.76 1.5 0.92 2.4288 1.76 1.5 0.17 0.4488 2.8776 2

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

22 1.76 4.5 0.92 7.2864 1.76 4.5 0.67 5.3064 12.5928 5

23 1.76 3.5 0.42 2.5872 1.26 2.5 0.17 0.5355 3.1227 2

24 1.26 1.5 0.67 1.2663 1.76 1.5 0.67 1.7688 3.0351 2

25 1.76 4.5 0.92 7.2864 1.26 4.5 0.92 5.2164 12.5028 5

26 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.5876 2

27 1.76 1.5 0.42 1.1088 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.9026 2

28 1.76 4.5 0.92 7.2864 1.26 4.5 0.92 5.2164 12.5028 5

29 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.26 1.5 0.42 0.7938 1.5876 2

(45)
(46)

Lampiran 19. Kuisioner Karakteristik Demografi Responden

Nama

Umur

Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

*

Pilihlah dengan cara melingkari pada jawaban yang tepat

Alamat

Pendidikan Yang Sedang Ditempuh

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Strata-1

*

Pilihlah dengan cara melingkari pada jawaban yang tepat

Penghasilan Orang Tua

a. < Rp.1.500.000 / bulan b. ≥ Rp.1.500.000 / bulan

*

Pilihlah dengan cara melingkari pada jawaban yang tepat

Status Kesehatan

a. Bukan penderita diabetes mellitus b. Penderita diabetes melitus

*

(47)

Lampiran 20. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Pengetahuan)

Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)

No Pernyataan S TS

1. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dimana terjadi peningkatan kadar gula darah diluar batas-batas normal.

2. Kemungkinan timbulnya penyakit diabetes melitus tipe 2 hanya dipengaruhi oleh riwayat keluarga / keturunan.

3. Riwayat keluarga, kegemukan, pola makan yang salah dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor pencetus timbulnya DM.

4. Diabetes melitus dapat terjadi jika saya tidak bisa mengatur pola makan.

5. Pola makan yang tidak sehat di usia muda, bukan merupakan penyebab timbulnya penyakit DM.

6. Pola makan yang baik dapat dijadikan salah satu tindakan pencegahan terhadap timbulnya penyakit DM.

9. Mengonsumsi makanan cepat saji secara terus menerus dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit DM.

10. Asupan makanan yang dikonsumsi tidak harus disesuaikan dengan kebutuhan energi yang diperlukan oleh tubuh kita.

11. Tanpa harus memperhatikan waktu makan, makan makanan

yang bergizi tetaplah merupakan pola makan yang sehat.

12. Waktu makan yang baik dalam sehari adalah 3 kali yakni sarapan, makan siang, dan makan malam.

13. Mengonsumsi makanan yang berlemak secara berlebihan tidak berpengaruh terhadap timbulnya penyakit DM tipe 2.

14.

(48)

Lampiran 21. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Sikap)

Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya lebih memilih untuk melampiaskan kekesalan lewat makan atau ngemil daripada melakukan olahraga.

2. Saya merasa mengatur pola makan sehat tidak penting untuk dilakukan, karena saya masih remaja.

3. Saya merasa tidak perlu menjaga pola makan saya karena saya belum menderita DM.

4.

Saya lebih suka mengonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayuran daripada mengonsumsi berbagai jenis makanan siap saji.

5. Saya cenderung makan saat saya lapar tanpa harus melakukan pengaturan jadwal makan secara teratur.

6. Saya merasa tetap perlu menjaga pola makan sehat walaupun saya tidak mengalami obesitas.

9. Saya merasajika langsung tidur setelah makan besar, dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan.

10. Saya lebih suka makan hanya dengan nasi dan lauk tanpa menggunakan sayur.

11. Saya merasa perlu memberikan selang waktu antara makan besar minimal tiap 3 jam.

12.

Saya lebih suka makan di rumah menggunakan nasi, lauk pauk dan sayuran yang dimasak sendiri

dibandingkan makan di tempat makan cepat saji (junk food).

13.

Saya lebih cenderung menghabiskan uang saku dengan membeli makanan, seperti gorengan atau makanan siap saji.

(49)

Lampiran 22. Kuisioner Penelitian Pola Makan (Tindakan)

Berikan tanda lingkaran pada jawaban yang anda anggap paling tepat.

1. Berapa kali frekuensi makan utama anda dalam sehari? a. Teratur, lebih dari 3 kali

b. Teratur, 3 kali sehari c. Teratur, 2 kali sehari d. Tidak teratur tiap harinya

2. Untuk memenuhi kebutuhan gizi, apa sajakah yang anda makan setiap kali anda makan?

a. Nasi + lauk+ sayur + buah b. Nasi + lauk + sayur c. Nasi + lauk

3. Dari sumber protein hewani berikut mana yang sering anda konsumsi (lebih dari 3 kali dalam seminggu)? (Pilih maksimal 4 jawaban)

4. Dari sumber protein nabati berikut mana yang sering anda konsumsi (lebih dari 3 kali dalam seminggu)? (Pilih maksimal 4 jawaban)

5. Berapa porsi anda mengonsumsi sayur dalam sehari ? a. Lebih dari 2 porsi sehari

b. 2 porsi sehari

c. Kurang dari 2 porsi dalam sehari d. Kurang dari 1 porsi dalam sehari

6. Berikut merupakan makanan selingan (snack) yang sering anda konsumsi? a. Buah-buahan

(50)

7. Berapa kali anda mengonsumsi buah-buahan dalam sehari? a. 2 kali atau lebih dalam sehari

b. Kurang dari 2 kali dalam sehari c. Kurang dari sekali dalam sehari

8. Dalam seminggu, berapa kali anda mengonsumsi makanan cepat saji (fast food)? a. Lebih dari 3 kali

b. Kurang dari 3 kali c. Kurang dari 1 kali

9. Dalam seminggu berapa kali biasanya anda melewatkan sarapan pagi? a. 3 kali atau lebih

b. Kurang dari 3 kali

c. Tidak pernah sama sekali

10. Dari jenis masakan berikut mana yang sering anda konsumsi? a. Masakan dengan santan

b. Masakan dengan kuah lemak/kaldu c. Masakan yang digoreng

d. Makanan yang ditumis/dikukus/direbus

11. Berapa kali anda mengonsumsi makanan dengan cara digoreng ? a. Lebih dari 1 kali dalam sehari

b. 1 kali dalam sehari

c. 3 kali atau lebih dari 3 kali dalam seminggu d. Kurang dari 3 kali dalam seminggu

12. Berapa kali anda mengonsumsi makanan manis (kue/roti) ataumakananringan (chiki, chitato) dalam seminggu?

a. 3 kali atau lebih b. Kurang dari 3 kali c. Kurang dari 1 kali

13. Berapa kali anda mengonsumsi minuman seperti teh manis, sirup, atau minuman yang mengandung gula dalam sehari ?

a. 3 kali atau lebih b. Kurang dari 3 kali c. 1 kali

(51)

Lampiran 23. Kuisioner Penelitian Aktivitas Fisik (Pengetahuan)

Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)

S : Setuju (bila saya setuju dengan pernyataan yang diajukan)

TS : Tidak setuju (bila saya tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan)

No Pernyataan S TS

1. Kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit DM.

2. Pasien yang telah menderita DM tidak perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin karena telah diberikan obat antidiabetes.

3. Aktivitas fisik hanya perlu dilakukan oleh orang yang telah terkena penyakit DM saja.

4. Aktivitas fisik yang kurang di usia muda tidak berpengaruh terhadap risiko timbulnya penyakit DM.

5. Rutin melakukan aktivitas fisik adalah salah satu cara mencegah penyakit diabetes melitus tipe 2.

6. Aktivitas fisik tidak harus dilakukan selama berjam-jam, cukup selama 15-30 menit tetapi rutin dilakukan.

7.

Melakukan kegiatan ringan dalam keseharian seperti rekreasi, berjalan-jalan di taman, berkebun dan membersihkan

pekarangan rumah dapat dikatakan sebagai aktivitas fisik.

8. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game ataupun

menonton tv tidak berpengaruh terhadap kesehatan.

9. Berolahraga ringan selama 15-30 menit tetapi rutin dilakukan dapat menghindarkan kita dari risiko diabetes.

Gambar

Tabel II. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang
Tabel I. Karakteristik Demografi Responden
Tabel III. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Aktivitas Fisik terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2
Tabel IV. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Pola Makan terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengecek apakah interface jaringannya sudah terpasang atau belum, dapat dicek dengan perintah lspci... Layer 1 (cont’d) Layer

Sesuai dengan Pasal 193 ayat (1) KUHAP, penjatuhan putusan pemidanaan terhadap terdakwa didasarkan pada penilaian pengadilan. Jika pengadilan berpendapat dan menilai

iue hlbmsn bh

rd&lt;UI,TAS TTUXTn\I UNTITRSITAS AXDALAS PROCXAM

DAPAT IV$N[M IrK^N KEAEru$SILAN US{II,4

6 Keluarga saya banyak yang berbagi informasi mengenai pengalaman mereka menggunakan sepeda motor Honda sehingga saya terdorong untuk menggunakannya. Keputusan

tanaman obat terkait erat dengan neraca pasokan dan permintaannya, serta teknologi yang tersedia.Terdapat 31 tanaman obat yang volume penggunaannya cukup besar yaitu

Nanti ada taksi blue bird tidak terbeli dengan alasan utama tidak punya uang he he he he he he he he he he he he he he he terima kasih banyak mas widodo, sedikit atau naik dari