• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN KONVENSIONAL SISWA SMP NEGERI 28 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN KONVENSIONAL SISWA SMP NEGERI 28 MEDAN."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

~ERBEDAAN

KEMAMPUAN BERPIKlR KRITIS ANT ARA

1PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN

1

!

KONVENSIONAL SISWA SMP NEGERI 28 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendid.ikan Matematika

Oleh:

MUJAMAN SARAGlli

NIM : 071188830022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

~ERBEDAAN

KEMAMPUAN BERPIKlR KRITIS ANT ARA

1PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN

1

!

KONVENSIONAL SISWA SMP NEGERI 28 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendid.ikan Matematika

Oleh:

MUJAMAN SARAGlli

NIM : 071188830022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)

~

i

\

1 .

PE~·

EDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA

P NDEKA TAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN

ONVENSIONAL SISW A SMP NEGERI 28 ME DAN

Disusua dan diajulutn oleh

MUJAMAN SARAGIH

~:071188830022

, Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

'

1 Pada Tancpl7 Maret lOll dan Dinyatakaa Telah Memenabi

$alab Satu Syarat Untuk Meaaperoleb Gelar Magister Pendidikan

Petn~bing I,

Program Studi Prnclidikan Matetnatika

Menyetajui

Tun Pembimbing

Medaa. 7 Mam lOll

Pembimbing II,

~

I

\

Mengetahui:

Ketua Progra,. Studi PenOidikan Matematilul

(4)

Lembar Peagesahan Tesis

I

PERSEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA

PE~EKATAN

PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN

K~NVENSIONAL

SISWA SMP

NEGERI 28

MEDAN

Peamtbiag I,

TESIS

Oleb:

~JJAMAM SARAGm

~:071188830022

Meda~ 7 Mam 201 J

Meayetujui

Tun Pe•bimbing

PembiJDbing II,

Dr. Wamintoa Raiagukgyk. M.Pd NIP. 19611005 198601 I 001

Mengetabui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(5)

Persetujuan Dewan Penguji

Ujian Tesis Magister Pendidikan

No

t.

2.

Nama

Prof. Dr. Sabat Saragib. M.Pd

NIP. 19610205 198803 t 003

Dr. Waminton Rajagukguk. M.Pd NIP. 19611005 1986 01 1 001

3. Prof. Dr. Parcaulan Siagiar.,

~

NIP. 19541019 1980111 001

4. Prof. 0!". Bomoll Sinaga, M. Pd

NIP. 19610205 198803 1 003

5. Prof. Dr.Asmin, M,Pd

NIP. 19570804 198503 l 002

(6)

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa

yang selalu memberikan kebijaksanaan, kekuatan dan melimpahan rahmatNya sehinga

tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam proses penulisannya penulis banyak

menghadapi kendala dan keterbatasan, namun berkat bimbingan araban dan motivasi

Dosen Pembimbing dan Narasumber, istri dan anak-anakku, serta rekan-rekan mahasiswa

Pascasarjana akhimya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besamya kepada :

Bapak Prof. Dr. Sabat Saragih, MPd dan Bapak Dr.Waminton Rajagukguk, M.Pd.

selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan,

support dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Hum, Bapak Dr. Bomok Sinaga, M.Pd dan

BapakProf. Dr. Asmin, M.Pd sebagai narasumber yang telah banyak memberikan masukan

atau sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam

penyempumaan penulisan tesis ini.

Bapak Prof. Syawal Gultom,M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan, dan

Bapak Prof.Dr.Belferik Manullang selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan

dan memberikan bantuan administrasi di Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan

kepada:

l. Bapak Prof. Dr.Sahat Saragih, MPd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Bapak Dr.Hasratuddin, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika, dan Bapak Dapot Manullang, S.E. sebagai staf Prodi Pendi~ikan

Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi

perkuliahan selama ini.

(7)

2. Bapak dan lbu dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika, yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis dalam menjalankan

tugas-tugas sesuai dengan profesi penulis, khususnya lbu Dra. Ida Kamasih, M.Sc. Ph.D.

3. Bapak Kepala SMP Negeri 28 Medan Bapak Horas Pohan, S.Pd dan Bapak/lbu guru

yang memberi kesempatan dan dukungan kepada Penulis sehingga tugas-tugas sebagai

guru disekolah dapat terlaksana dengan baik.

4. Bapak Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang memberikan, ijin

belajar.

5. lbu Hairani Siregar, S.Pd, Bapak B.Napitupulu, S.Pd, lbu R.Samosir, S.Pd, lbu

M.Panjaitan, S.Pd dan Kodijah Ghozali, S.Pd guru SMP Negeri 28 Medan , yang

memberikan waktu dan pemikiran sebagai ternan sejawat yang mengobservasi penulis

selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Istri-istri tercinta Eresmawaty Pane (Almh), dan Erwana, SH dan kedua putriku yang

kubanggakan : Erisma Winda Saragih dan Emilda Ramadona Saragih yang telah

memberikan motivasi, bantuan moral dan material selama mengikuti perkuliahan dan

penulisan tesis ini.

7. Ayahanda Kisong Saragih (Aim) dan lbunda Bungarinta Damanik dan lbu mertua

yang senantiasa memberikan dukungan moral dan semangat selama mengikuti

perkuliahan dan penulisan tesis ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan khususnya mahasiswa PPs Prodi Matematika Angkatan XII

Eksekutif. Istimewa : Awaluddin Sitorus, Cut Latifah, Peri nainggolan, dan Mariati

Sinaga.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini

yang telah banyak memberikan motivasi maupun kontribusi dalam penyelesaian tesis

ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kelemahan dari tesis ini,

untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran ataupun kritik yang bersifat

konstruktif untuk kesempumaan tesis ini. Penulis tidak dapat membalas semua yang

(8)

l

diberikan bapak/ibu serta saudara/i, kiranya Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih

memberikan rahmatNY A bagi kita semua. Akhir kata semoga basil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di masa kini dan yang akan datang.

Medan, Pebruari 2011

Penulis,

MUJAMAN SARAGIH

NIM: 071188830022

(9)

1

I

1

-ABSTRAK

Mujaman Saragih (2011). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara Pendeka/Jln

Pembelajaran Open Ended dan Pembelajaran Konvensional Siswa SMP Negeri 28 Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah I) untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir

kritis siswa yang mengikuti pendekatan pembell\iaran open-ended dan siswa yang dil\iar

dengan pembelajaran konvensional. 2) untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir

kritis siswa yang memiliki sikap belajar tinggi dan siswa yang memiliki sikap belajar rendah. 3) untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap belajar dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimen di tingkat SMP dengan subjek populasinya adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Medan dengan mengambil 2 kelas sebagai sampel

(1enelitian yakni kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-D sebagai kelas kontrol.

Sampel dipilib secara acak dari 7 rombongan kelas bel~ar. Instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis

~swa pada pokok bahasan lingkaran, angket skala Iikert untuk mengetahui sikap belajar

tinggi dan rendah. lnstrumen tersebut dinyatakan telah memenubi syarat validitas isi, serta ltoefisien reliabilitas sebesar 0.736 dan 0.820 berturut•turut untuk kemampuan berpikir

kritis dan sikap belajar.

Hasil analisis (ANA VA) diperoleb basil penelitian yaitu: l) kemampuan berpikir kritis

siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended berbeda secara signifikan

clibandingkan dengan siswa yang dil\iarkan melalui pendekatan pembelajaran konvensional

pada taraf signifikansi 5%. 2) kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki sikap belajar

tinggi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap belajar

tendah. Besarnya nilai signifikan yang diperoleb dari ANA VA 0,001 < nilai taraf

signifikan 5%. 3) terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap belajar

yang dimiliki siswa. Besarnya nilai signifikan yang diperoleb dari ANA VA 0.000 > nilai

taraf signifikan 5%. . .

Berdasarkan basil penelitian, maka peneliti menyarankan ·agar para guru matematika

disekolah dapat menggunakan pendekatan pembelajaran open ended dalam

pembelajarannya, dan dapat memperhatikan karakteristik siswa terutama sikap belajar yang

dimilikinya, karena pendekatan open ended dan sikap belajar adalah salah satu faktor

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(10)

ABSTRACT

Mujaman Saragih (201l).The Differents of Critical Thinking Ability Between Open Ended Learning Approach and Conventional Learning of the Students of State Junior High School 28 Medan

The purpose of this study were 1) to determine differences in students' critical thinking skills that follow the open-ended approach to learning and students taught with conventional learning. 2) to assess differences in critical thinking skills of students who have studied attitudes of students who have a high and low learning attitude. 3) to determine whether there is interaction between the learning approach with an attitude of le$ning in influencing students' critical thinking skills. This study is a quasi-experimental study in junior high with the subject population was a class VIII student of SMP Negeri 28 Medan by taking two classes as a study sample that is class•C as a class VIII and VIII·D experiment as a control class. Samples were randomly selected from seven group classes to

learn. Instruments used to collect data in this study consisted of testing students' critical

th;inking skills on the subject of a circle, Likert scale questionnaire study to determine the attitudes of high and low. The instrument is deemed to have qualified content validity, and reliability coefficient for 0736 and 0820 respectively for the critical thinking skills and

learning attitude.

The results of the analysis (ANA VA) obtained the results of research are: 1) critical thinking skills of students taught with an open-ended approach differ significantly compared with students who are taught through the conventional teaching approach on the significance level of 5%. 2) critical thinking skills of students who have studied attitudes

differ significantly higher than students who have low learning attitude. The amount of

significant value gained from ANA VA 0.001 <the significant level of 5%. 3) there is

iliteraction between the learning approach with the attitude that students have learned. The

amount of significant value gained from ANA VA 0000> the significant level of 5%. Based on the results of the study, the.researchers suggest that school mathematics teachers can use open-ended learning approach in learning, and can pay attention to students

'characteristics, especially the attitude of learning that has, since the open-ended approach

and attitude to learn is one of the factors improving students' critical thinking skills.

(11)

DAFfARISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNY ATAAN ... .

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KA TA PENGANTAR ...•.... ._... ... iv

DAFTAR lSI ... vii

DAFTAR TABEL... ... xi

DAFTAR GAMBARIBAGAN ... xiii

DAFTARLAMPIRAN ... ··· XV BAB I PENDAHULUAN ... , ... l A. Latar Belakang Masalah ... l B. Identifikasi Masalah •...•...•...•.... 9

C. Batasan Masalah ... l 0 D. Rumusan Masalah. ... IO E. Tujuan Penelitian ... 1 0 F. Manfaat Penelitian. ... ll BAB II KAJIAN PUSTAKA ... l2 A. Pengertian Berpikir Kritis ... l2 B. Komponen Berpikir Kritis ... l5 C. Berpikir Kritis Dalam Matematika. ... l9 D. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Matematika. ... 22

E. Pendekatan Open Ended ... 24

F. Soal-Soal Open Ended. ... 25

(12)

G. Pendekatan Konvensional. ... 28

H. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended ... .3l I. Teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended ... .33

J. Sikap Siswa Belajar Matematika ... .38

K. Penelitian Yang Relevan ... 42

L. Kerangka Konseptual.. ... 43

l.Perbedaan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajarkan Dengan Pendekatan Pembelajaran Open Ended Dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional.. ... 43

2.Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Memiliki Sikap Belajar Tinggi Dan Sikap Belajar Rendah ... .47

3.Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Sikap Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ... 48

M. Hipotesis Penelitian ... .49

BAB III METODE PENELITIAN ... .50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

D. Mekanisme Dan Desain Penelitian ... .52

E. Variabel Dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... .53

F. Prosedur Dan Pelaksanaan Perlakuan ... .54

G. Pengontrolan Perlakuan ... 55

(13)

H. Teknik Dan Instrumen Penelitian ... .58

I. Hasil Uji Coba Instrumen ... :::.:. ... 63

J. Teknik Analisa Data. ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 79

A. Deskripsi Data Penelitian ... 79

l. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Open Ended ... 79

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional. ...•.. 80

3. Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang memiliki Silcap BelajarTinggi... ...•... 81

4. KemamPuan Berpikir Kritis siswa yang memiliki Sikap Belajar Rendah ... 82

5. Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Open Ended dan memiliki Sikap Belajar Tinggi... ... 84

6. Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Open Ended dan memiliki Sikap Belajar Rendah ... 85

7. Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional dan memiliki Sikap Belajar Tinggi ... 86

8. Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional dan memiliki Sikap Belajar Rendah ... 88

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data. ... 90

I. Uji Normalitas Data ... 90

2. Uji Homogenitas Varians ... 92

C. Pengujian Hipotesis ... 94

I. Hipotesis 1 ... 95

(14)

2. Hipotesis 2 ... 96

3. Hipotesis 3 ... 97

D. Keragaman Pola Jawaban Siswa Terkait Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... l05

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... ll3

F.

Keterbatasan Penelitian ...•. l 18

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... I20

A. Simpulan ...•... 120

B. Impilkasi.. ... l21

C. Saran ... 123

Daftar Pustaka ... l25

I

1

(15)

DAFTAR TABEL

[image:15.626.81.541.87.645.2]

Hal am an

Tabel3.l Keterkaitan antara variable bebas, control dan terikat (tabel Weiner) ... .52

Tabel3.2 Kisi-kisi kemampuan berpikir kritis ... 61

Tabel3.3 Kisi-kisi Skala Sikap ... 62

Tabel 3.4 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 64

Tabel3.5 Hasil validasi tes kemampuan berpikir kritis ... 65

Tabel3.6 Hasil validasi tes sikap siswa ... 65

Tabel3.7 Uji validitas batir tes kemampuan berpikir kritis ... 68

Tabel 3.8 Uji Validitas Butir tes skala sikap belajar ... 69

Tabel 3.9 Klasifikasi indeks kesukaran ... 72

Tabel 3.10 Klasifikasi daya pembeda ... 73

Tabel 3.1 I Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett ... 75

Tabel3.12 AnavaDuaJalur ... 76

Tabel 3.13 Keterkaitan antara Rurnusan Masalah,hipotesis, Data, Alat Uji dan uji Statistik ... 78

Tabel4.1 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa yang di~ar dengan pendekatan pembelajaran open ended ... 79

Tabel 4.2 Distribusi .frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional... ... 81

Tabel4.3 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa yang memiliki sikap bel~ar tinggi ... 82

. Tabel 4.4 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa yang memiliki sikap belajar rendah ... 83

Tabel 4.5 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa yang diajar dengan pedekatan pembel~aran open ended dan memiliki sikap bel~ar tinggi.. ... 84

(16)

Tabel 4.6 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa

yang di~ar pedekatan pembelajaran open ended

dan memiliki sikap belajar rendah ... 85

Tabel 4. 7 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa

yang diajar dengan pedekatan pembelajaran konvensional

dan memiliki sikap belajar tinggi ... 87

Tabel4.8 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa

yang diajar dengan pedekatan pembelajaran konvensional dan

memiliki sikap belajar rendah. ...•... 88

Tabel 4.9 Ringkasan basil uji normalitas sampul dengan

uji liliefors ( a=0,05 ) ... 91

Tabel 4.10 Ringkasan Uji Homogenitas Kelompok Data Pendekatan ... 92

Tabel4.ll Ringkasan Uji Homogenitas I<.elompok Data Sikap Bel~ar ... 93

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Homogenitas Varian Populasi Dengan Uji Bartlett .... 93

Tabel4.13 Ringkasan Hasil Perhitungan AnavaDuaJalur ... 95

Tabel4.14 Ringkasan Hasil Pengujian Perhitungan

Perbandingan Ganda ( Uji Scheffe ) ... 98

[image:16.612.81.529.82.644.2]
(17)

DAFTAR GAMBAR

[image:17.617.84.533.84.656.2]

Halaman

Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajar

dengan Pendekatan Open Ended... 80

Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Berpikir kritis Siswa Yang Diajar

dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 81

Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang

Memiliki Sikap Belajar Tinggi. ... 82

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang

Memiliki Sikap Belajar Rendah ... 83

Gambar 4.5 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang diajar

Dengan Pendekatan Open Ended Dan memiliki Sikap Belajar Tinggi ... 85

Gambar 4.6 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajar

Dengan Pendekatan Open Ended Dan Memiliki Sikap Belajar Rendah ... 86

Gambar4.7 Historam Kemampuan Berpikir Kritis Yang Diajar dengan Pendekatan

Pembelajaran konvensional dan Memiliki Sikap Belajar Tinggi.. ... 87

Gam bar 4.8 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajar Dengan

Pendekatan Pembelajaran Konvensional Dan

Memiliki Sikap Belajar Rendah ... 89

Gambar 4.9 Sebaran Data Skor Kemampuan Berpikir Kritis Dari

Tiap Kelompok Sampel Terdistribusi Normal ... 91

Gambar 4.10 Sebaran Data Skor Kemampuan Berpikir Kritis Dari

Tiap Kelompok Sampel Terdistribusi Homogen ... 94

Gambar 4.11 lnteraksi Antar Pendekatan Pembelajaran Dan Sikap Belajar ... 97

Gambar 4.12 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1 ... 1 07

Gambar 4.13 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.3 ... .1 07

Gambar 4.14 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 7 ... 1 08

Gambar 4.15 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.2 ... ... 1 09

Gambar 4.16 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.5 ... .II 0

(18)

Gambar 4.17 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.6 ... .Ill

Gam bar 4.18 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.4 ... :::.: •... .112

Gambar 4.19Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Nomor 8 ... 113

[image:18.627.86.530.82.641.2]
(19)

Lampiran-Lampiran:

Lampiran A: RPP dan·LAS ... l29

Lampiran B : Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Tes Sikap ... 177

Lampiran C : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 181

Lampiran D : Data Skor Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Be1ajar Siswa, validitas, reliabilitas ... 183

LampiranE: Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Bel~ar Siswa., analisa data. .•...•...•...•.. \97

LampiranF: Pengujian Hipotesis ... 222

LampiranG: Data Skor Observasi Kegiatan Guru .•... 228

Lampiran H: Data Sikap Belajar Tinggi dan Rendah ... 230

Surat-surat.

(20)

I

1 "

A. Lanar Belakang Masalab

BABI

PENDAHULUAN

Matematika sebagai suatu disiplin ilmu memiliki karakteristik yang berbeda

dengan ilmu lainnya karena matematika bukan hanya pengetahuan tentang objek tertentu

tetapi juga menuntut cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan itu, matematika

menyajikan suatu cara bagaimana manusia itu berpikir. Soleh (1998) menyebutkan

bahwa ada lima ciri yang membedakan matematika dengan disiplin ilmu lain. Kelima

ciri matematika tersebut adalah objek pembicaraannya abstrak, pembahasannya

menggunakan tata nalar, konsep-konsepnya hirarkis dan konsisten, adanya perhitungan

dan pengerjaan (operasi), dan dapat dialihgunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu matematika sebagai ilmu dasar mempunyai peranan penting

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, ini terungkap dalam Kurikulum Nasional

(2004:6) bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah :

I. Melatih cara berpikir dan bemalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi , intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan qtaSalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Hal itu juga dinyatakan oleh Soedjadi (1999: 20) bahwa matematika sebagai

salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai

(21)

berpikir sering diasosiasikan dengan aktivitas mental dalam memperoleh pengetahuan

dan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir siswa berhubungan erat dengan

kegiatan belajamya (Surya, 1992:35). Hal senada juga diungkapkan oleh Ruseffendi

(1991: 94) bahwa, matematika penting sebagai pembimbing pola berpikir maupun

pembentukan sikap. Oleh karena itu salah satu tugas guru adalah untuk mendorong

siswa agar dapat belajar matematika dengan baik. Sementara kemampuan berpikir siswa

sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas hasil belajar yang diperolehnya.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk

kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

Purwanto ( 1998) menyatakan berpikir merupakan daya yang paling utama, sedangkan

Poerwadarminta (1976) mengartikan bahwa berpikir sebagai penggunaan akal budi

manusia untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu, dan menurut Lupito

( 1996) berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud

tertentu. Maksud yang mungkin dicapai dari berpikir adalah memahami, mengambil

keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan menilai tindakan. Dari pendapat

diatas, tampak bahwa kata berpikir mengacu pada akal yang disadari dan terarah.

Berpikir kritis menurut Ennis (2000) adalah berpikir rasional dan reflektif yang

difoku~kan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Rasional berarti memiliki keyakinan

dan pandangan yang didukung oleh bukti yang standar, aktual, cukup, dan relevan.

Sedangkan reflektif berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun, dan hati-hati segala

alternatif sebelum mengambil keputusan. Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis

menuntut penggunaan berbagai strategi untuk dapat menghasilkan suatu keputusan

sebagai dasar pengambilan tindakan atau keyakinan.

(22)

I

,

Dalarn belajar matematika, kemarnpuan berpikir kritis merupakan kemarnpuan

untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap informasi atau data yang

diperoleh (Olson, 1996). Narnun sebagaimana diketahui bahwa matematika bersifat

aksiomatik, abstrak, formal, dan deduktif. Wajar jika matematika termasuk mata

pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa pada umumnya. Kemarnpuan berpikir kritis

sangat diperlukan untuk memecahkan permasalaban matematika yang ada, sehingga

setiap siswa barus dibekali dengan kemarnpuan berpikir kritis yang baik, agar tujuan

pembelajaran matematika dapat tercapai.

Kemarnpuan berpikir kritis dapat membantu siswa membuat keputusan yang

tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan betbagai

sudut pandang. Bukan hanya mengajar kemarnpuan yang perlu dilakukan, tetapi juga

mengajar sifat, sikap, nilai, dan karakter yang menunjang berpikir kritis. Artinya,

anak-anak perlu dididik untuk berpikir kritis.

Dengan memahami kondisi kognitif anak dan kemampuan belajamya, bahwa

pendidikan untuk mendapatlcan kemarnpuan berpikir kritis secara bertahap hendaknya

sudah diberikan pada anak sejak masih usia muda. Selain untuk mempersiapkan mereka

di masa dewasa kelak, juga untuk membiasakan keterbukaan pada berbagai informasi

sejak dini. Sayangnya, kemampuan berpikir kritis bagi anak belum mendapat perhatian

yang serius di sekolah termasuk dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk

mengarahkan anak-anak pada kebiasaan melakukan belbagai kegiatan tanpa mengetahui

tujuan dan mengapa mereka melakukannya. Kebiasaan ini sudah sering terlihat pada

anak-anak yang kurang bahkan tidak mendapatkan pendidikan yang dibekali

kemampuan berpikir kritis.

(23)

Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak guru yang menuntut anak belajar

hanya menerima apa yang disampaikan kepadanya, memang sulit mengharapkan anak

mampu mengajukan jalan pikirannya sendiri. Mereka cenderung tampil sebagai individu

yang otomatis, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. ltu juga berlaku pada

pembelajaran matematika.

Sebagai contoh pemecahan masalah yang tidak memperhatikan kemampuan

berpikir kritis. Schoenfeld (dalam Takwin, 2002) melakukan suatu eksperimen kepada

siswa-siswa SD. Kepada siswa-siswa diberikan soal: "Kalau dalam sebuah kapal ada 26

ekor biri-biri dan I 0 ekor kambing, berapakah usia kapten kapalnya?" Hasilnya

'menakjubkan'; 76 dari 97 siswa 'memecahkan' masalah ini dengan menambah,

mengurangi, mengalikan atau membagi angka-angka tersebut. Mereka me~ dituntut

untuk memecahkan masalah tersebut sesegera mungkin sampai-sampai tidak berusaha

untuk memahami persoalan yang dihadapinya.

Untuk menghindari kondisi seperti itu, perlu usaha untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis anak, yang nantinya mengarahkan mereka menjadi

orang-orang yang mampu mengambil keputusan, berpikir, dan menghasilkan produk-produk

barn. Usaha yang sesuai dengan masalah dan kondisi saat ini adalah mengajarkan

mereka berpikir kritis.

Pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang diperlukan siswa dalam

kehidupan modern. Oleh karena itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang

penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kritis dalam diri setiap individu siswa

agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Harris (1998) banyak

pemikiran yang dilakukan dalam pendidikan matematika formal hanya menekankan

(24)

pada keterampilan analisis, mengajarkan bagaimana siswa memahami suatu masalah,

mengikuti atau menciptakan suatu argumen logis, menggambarkan jawaban,

mengeliminasi jalur yang tak benar dan fokus pada jalur yang benar. Sedangkan

pembelajaran yang fokus pada penggalian ide-ide, memunculkan

kemungkinan-kemungkinan, mencari banyak jawaban benar dari pada satu jawaban kurang

diperhatikan.

Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

berbagai ilmu pengetahuan, maka kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dan pemilihan pendekatan

pembelajaran matematika yang tepat akan membuat matematika disukai oleh siswa.

Pembelajaran matematika di sekolah selama ini terutama di SMP nampaknya kurang

memberi motivasi kepada siswa dalam pembentukan sikap belajar matematika karena

siswa lebih banyak bergantung pada guru sehingga sikap ketergantungan inilah yang

kemudian menjadi karakteristik seorang siswa yang secara tidak sadar telah guru biarkan

tumbuh dan berkembang melalui gaya pembelajaran tersebut. Sehingga sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika di kelas kurang antusias untuk mengikutinya.

Padahal yang diinginkan adalah siswa memiliki sikap yang positif dan cara berpikir

yang mandiri, mampu untuk memunculkan gagasan dan ide yang kreatif serta mampu

menghadapi tantangan atau permasalahan yang sedang dan akan dihadapi. Sikap

tentang pelajaran Matematika adalah perasaan terhadap matematika, kesediaan untuk

mempelajari, dan kesadaran terhadap manfaat matematika.

Dalam proses pembelajaran matematika, selain kemampuan berpikir kritis

yang dimiliki siswa perlu juga adanya sikap positip terhadap mata pelajaran

matematika yang dipelajari. Dari uraian terdahulu sikap siswa SMP pada

(25)

,

I

~

umumnya negatif (tidak menyenangi) pelajaran matematika malah cenderung

membencinya. Sikap menurut Trow (dalam H.djaali : 2006,114) sebagai

kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang

tepat. Mental yang tidak siap cenderung akan menimbulkan kegelisahan, jenuh,

bahkan terjadi pemberontakan untuk menolak setiap apa yang disampaikan oleh

gurunya. Keadaan diperparah lagi dengan pendekatan metode yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran matematika. Kecenderungan guru hanya

mengejar target kurikulum tanpa memperhatikan sikap mental peserta didik,

guru tidak memberikan respon untuk setiap individu, seperti yang dikemukakan

Gable (dalam H. Djaali : 2006; 114).

Sikap siswa dalam mata pelajaran matematika adalah persoalan menerima

atau sikap tidak . menerima (tidak suka) terhadap objek matematika.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Neale (dalam Saragih, 2007) sikap sebagai

ukuran suka atau tidak suka seseorang terhadap matematika yaitu

kecenderungan seseorang untuk terikat atau menghindari dari kegiatan

matematika. Siswa yang menerima berarti bersikap positif, sedangkan siswa

yang menolak matematika berarti bersikap negatif.

Dalam proses pembelajaran matematika sikap positif siswa sangat

diperlukan, dan salah satu cirinya adalah siswa gemar mengemukakan ide yang

baru untuk mempermudah alur pikir dari suatu problem. Sebaliknya apabila

siswa bersikap negatif akan menimbulkan kebosanan pemberontakan dalam diri

siswa, dan salah satu penyebabnya adalah pengalaman belajar dikelas yang

diakibatkan proses pembelajaran yang kurang menarik dari guru (F adjar Shadiq, ·

2008).

(26)

Seringkali siswa menjadi korban dan dianggap sebagai sumber penyebab

kesulitan belajar. Padahal mungkin saja kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa,

misalnya proses pembelajaran yang terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi

pelajaran, dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut dapat

mengakibatkan kemampuan berfikir kritis dan sikap siswa terhadap matematika cukup

memprihatinkan. Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang alergi

pada pelajaran matematika. Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan tidak tabu apa

yang harus dilakukannya sehingga prestasi siswa dalam pelajaran matematika selalu

tidak memuaskan.

Melihat kurangnya perhatian terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam

matematika beserta implikasinya, dengan demikian adalah perlu untuk memberikan

perhatian lebih dalam kemampuan ini dalam pembelajaran matematika saat ini. Hal

tersebut karena kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat penting

dalam aktivitas pemecahan masalah yang merupakan aktivitas utama dalam matematika

seperti yang tertuang di Kurikulum Nasional (2004 : 6). Berbagai metoda pembelajaran

telah dikembangkan dalam upaya mengatasi dan mengeliminasi masalah pendidikan

yang terjadi di sekolah. Namun kenyataaannya masih banyak guru melakukan

pembelajaran konvensional di kelas. Sehingga basil pembelajaran tidak maksimal

mencapai tujuan. Dalam upaya ineningkatkan · kemampuan berpikir kritis diperlukan

suatu cara pembelajaran dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kemampuan

tersebut. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat

memberikan keleluasaan siswa untuk mengelll'bangkan kemampuan berpikir kritis

adalah pendekatan open- ended. Pernyataan ini didasari oleh pendapat Heddens dan

(27)

Speer (1995: 30) yang menyatakan bahwa konsep pendekatan open-ended

bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir siswa

Seringkali siswa menjadi korban dan dianggap sebagai sumber penyebab

kesulitan belajar. Padahal mungkin saja kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa,

misalnya proses pembelajaran yang terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi

pelajaran, dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut dapat

mengakibatkan kemampuan berfikir kritis dan sikap siswa terhadap matematika cukup

memprihatinkan. Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang alergi

pada pelajaran matematika Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan tidak tabu apa

yang harus dilakukannya sehingga prestasi siswa dalam pelajaran matematika selalu

tidak memuaskan.

Pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan yang membantu

siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berpikir

yang mungkin timbul selama proses pemecahan masalah. Pengertian pendekatan

open-ended menurut Shimada (1997: I) adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan

suatu permasalahan yang memiliki metoda atau penyelesaian yang lebih dari satu.

Pendekatan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan,

pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.

Dalam prosesnya pembelajaran ini menggunakan soal-soal open-ended sebagai alat

pembelajarannya.

Penelitian ini dimaksudkan adalah untuk melihat konstribusi sikap dan

~mbelajaran dengan pendekatan open-ended terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa dalam memecahkan masalah matematika dan memberikan bukti yang bersifat

empiris. Dalam memenuhi maksud tersebut maka penelitian ini mengambil judul

(28)

''Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pendekatan pembelajaran open-ended dan

kovensional siswa SMP Negeri 28 Medan"

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat diidentiftkasi

beberapa masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan kemampuan

berpikir kritis siswa, antara lain: dalam menyelesaikan masalah, guru umumnya lebih

melihat (menilai) basil akhir dari pada proses penyelesaian masalah menuju basil akhir.

Padahal proses penyelesaian masalah menuju basil akhir merupakan cara berpikir dalam

mengembangkan berpikir kritis siswa. Guru masih beranggapan bahwa dengan

memberikan tugas yang banyak akan membuat siswa lebih terlatih dan meningkatkan

basil belajamya. Padahal pemberian tugas kepada siswa yang cukup banyak tanpa

memperdulikan kualitas dan bentuk tugas

8kan

membuat siswa semakin menjauhi dan

membenci pelajaran matematika. Siswa masih belum terbiasa atau masih merasa takut

untuk berkomunikasi dengan guru untuk membicarakan materi matematika di kelas.

Masih ada guru yang dalam kegiatan pembelajaran jarang melibatkan siswa, guru masih

mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran, sehingga dalam menyelesaikan masalah

siswa menjadi kaku. Artinya penyelesaian masalah itu akan benar jika masalah

diselesaikan seperti yang dicontohkan oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat guru

kurang memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh siswa sesuai dengan karakteristik

siswa. Salah satu karakteristik siswa yang berpengaruh dalam proses pembelajaraan

diantaranya adalah variabel kepribadian yaitu sikap belajar.

(29)

C. Batasan Masalab

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada masalah

sehubungan dengan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dan faktor yang

mempengaruhinya, faktor tersebut adalah pendekatan pembelajaran dan sikap belajar

yang dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini pendekatan pembelajaran yang digunakan

nantinya adalah pendekatan pembelajaran open-ended dan pendekatan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kritis siswa dibatasi pada materi pokok bahasan

lingkaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Medan.

D. RlllltllsaD' Masalalt

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi .masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan menjadi sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kemarnpuan berpikir kritis siswa yang mengikuti

pendekatan pembelajaran open-ended dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis yang memiliki sikap belajar

tinggi dan siswa yang memiliki sikap belajar rendah?

3. Apakah ada interaksi- antara pendekatan pembelajaran dengan sikap- belajar

dalam mencapai kemampuan berpikir kritis?

E. Tujuan penelitiaa

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang objektif

tentang kemampuan berpikir kritis siswa SMP melalui pembelajaran dengan

pendekatan open-ended. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah :

(30)

l. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti

pendekatan pembelajaran open-ended dan kemampuan berpikir kritis siswa yang

diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki sikap

belajar tinggi dan siswa yang memiliki sikap belajar rendah.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

sikap belajar dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

F. Manfaat Peaelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara

teoritis dan praktis. Manfaat teoritisnya, antara lain:

I. Untuk meJllberikan dan melengkapi wawasan ilmu pengetahuan, khususnya

yang ~tan dengan pendekatan pembelajaran matematika di SMP.

2. Sumbangan pemikiran bagi guru, pengelola, ptmgembang dan

lembaga-lembaga pendidikan dalam melengkapi dinamika kebutuhan peserta didik.

3. Bahan pertimbangan bagi peneliti yang lain, yang membahas dan meneliti

permasalahan yang sama.

Manfaat praktis, antara lain:

l. Bagi guru matematika, sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam

upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam upaya

peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SMP.

3. Upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam

hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian dan aplikasi teknologi

pembelajaran.

(31)

i

I j •

1

J

A. Kesimpulan

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan basil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu

dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran,

kemampuan berpikir kritis, sikap belajar siswa, kesimpulan-kesimpulan tersebut

adalah:

I. Siswa yang memperoleh pembelajaran berdasarkan pendekatan open ended

mempunyai kemampuan berpikir kritis yang berbeda secara signifikan

dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dimana

rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pendekatan

pembelajaran open ended berada pada kualifikasi baik (17,29) berbeda secara

signifikan dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kritis yang

memperoleh pembelajaran konvensional (14,43).

2. Siswa yang memiliki sikap belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir kritis

yang berbeda secara signifikan dibandingkan siswa yang memiliki sikap belajar

rendah baik pada pendekatan pembel~Varan open-ended maupun pada pendekatan

pembel~Varan konvensional. Dimana rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang

memiliki sikap bel~Yar tinggi dengan rata-rata 18.04 berbeda secara signifikan

dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap belajar rendah dengan rata-rata

13,68.

3. Terdapat interaksi antara pendekaan pembelajaran dengan sikap belajar terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa.

(32)

4. Siswa yang memiliki sikap belajar tinggi dengan pembelajaran berdasarkan

pendekatan open ended mempunyai kemampuan berpikir kritis yang tidak berbeda

secara signiftkan dibandingkan siswa yang memiliki sikap belajar tinggi dengan pembelajaran konvensional.

5. Siswa yang memihlci sikap belajar rendah dengan pembelajaran berdasarlcan pendekatan open ended mempunyai kemampuan betpikir kritis secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap belajar rendah dengan

pembelajaran konvensional.

6. Pola dan ragam jawaban siswa pada kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan _ pembelajaran open ended lebih bervariasi dan sistematis dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh pembelajaran konvensional.

B. Implikasi

M8salab peningkatan kemampuart betpikir kritis bukanlah persoalan yang

sederhana. Ada banyak faktor yang berpengaruh dan bersifat kompleks terbadap kemampuan berpikir kritis. Ada dua faktor diantaranya yang berpengaruh terbadap kemainpuan berpikir kritis siswa yaitu pendekatan peinbelajaran dan sikap belajar.

Pendekatan pembelajaran memuat sejumlah komponen yang membentuk salinan

keterlcaitan daiam wadah yang dtsebut pola pembelajaran. Komponen yang dimaksud

dalaiil tuutan kegiatan. metode atau teknik pembelajaran, media dan pendefenisian peran

guru - siswa. Berdasarlcan komponen yang tersusun dapat diidentifikasi pola pembelajaran yang terbentuk, atau sebaliknya untuk mengembangkan suatu pola pembelajaran dapat dibangun melalui komponen itu.

(33)

j •

Perkembangan iJmu pengetahuan yang terus berlangsung semakin cepat sehingga

tidak memungkinkan lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Apabila guru tetap ingin mengajarlcan semua fakta dan konsep tersebut maka akan terjadi pembelajaran yang satu arab dimana guru akan menginformasikan semuanya tanpa

memperhatikan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Maka hal yang telbaik yang harus dilaksanakan oleh guru adalah memilih pendekatan pembelajaran yang tepat

agar memungkinkan keterlibatan siswa secara optimal, sehingga siswa memperoleh

pengalaman belajar (learning experience) dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan kemampuannya melalui kegiatan belajar. Adanya proses berpikir yang

dialami siswa dalam belajar akan terlihat pada kemampuan berpikir kritis ~g

diperolehnya. Kemamp\Jan berpikir kritis menunjilkkan pada isi dari setiap materi pebYaran yang bersifat esensial bagi siswa untuk bebYar lebih lanjut dalam rangka pembentukan pribadinya. Sedangkan dalam proses belajar memungkinkan teJjadinya

ilktivitas belajar siswa dalam mewujudkali tujuan yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya pendekatan

pembebYaran dalam penentuan kualitas proses pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis anak. Pendekatan pembelajaran open ended merupakan k~ belajar · yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

kemampuan berpikir kritis siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan pembelajaran lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung ilmiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja (hands on) dan mengalami (ends on), bukan transfer pengetahuan dari guru

(34)

1

I

ke siswa. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan memungkinkan untuk menumbuhkan

sikap kerjasama diantara siswa untuk melibatkan diri dengan segenap kemampuannya

melalui proses pemaharnan secaril tuntas dan dalam menyelesaikan tugas.

Implilcasi lainnya yang perlu mendapat perltatian guru adalah dengan pendekatan

pembelajaran open-ended akan membuat siswa lebih kritis, berani mengeluarkan ide dan

mengharg.ai pendapat orang lain. Diskusi kelompok yang merupakan bagian dari proses

pembelajaran open-ended akan membuat siswa dapat berkomunilcasi matematika secara lisan pada mengawali penyelesaian masalah dan tulisan disaat mereka menemukan kesepahaman.

Selain dari itu dengan diskusi kelompok siswa akan sating berkompetisi untuk memberikan yang

terbaik bagi kelompoknya, sehingga suasana kelas akan terlihat lebih dinamis dan siswa merasa seaang dalam belajar.

Disamping pendekatan pembelajaran yang digunakan ada faktor lain· yang dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir kritis yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri,

yaitu sikap belajar. Siswa yang memiliki sikap belajar tinggi mampu memperoleh kemampuan

berpikir kritis yang lebih baik jika dibariding dengan siswa yang meiililiki sikap belajar rendah.

Hal ini dapat menjadi petuqjuk bagi guru untuk memilih dan menetapk:an bahan pembelajaran

yang disesuaikan dengan sikap belajar siswa yang berbeda.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bagi siswa yang memiliki sikap belajar

tinggi. pendekatan pembeltYaran open ended memberikan kemampuan berpikir kritis

yang berbeda secara signifikan jika dibanding dengan pendekatan pembelajaran

konvensional. Bagi siswa yang memiliki sikap belajar rendah pendekatan pembelajaran

open ended akan memberikan kentampuan berpikir kritis yang lebib nyata dibandingkan

dengan pendekatan pembelajaran konvensional.

(35)

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, maka penulis ingin

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran open-ended sangat potensial diterapkan dalam

pembelajaran matematika, terutama pada saat pengenalan konsep dasar suatu materi.

2. Pendekaan pembelajaran open-ended akan sangat baik diterapkan dalam rangka

memenuhi tujuan mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan dasar dan

menengah. terutama k.epada siswa yang memiliki sikap belajar rendah.

3. Diharapkan kepada guru untuk dapat memperbatikan karakteristik siswa terutama

sikap belajar yang dimiliki siswa. Setidaknya dengan perhatian ini, guru akan

mencari cara untuk memotivasi siswa untuk dapat mengubah sikap belajar yang

negatifyang dimiliki siswa.

4. Kepada siswa disarankan untuk tetap menggunakan cara yang bervariasi dalam

meraih ilmu. Salah satu cara adalah dengan terus bersikap positif terbadap

pembelajaran yang diberikan, untuk selalu berusaha mencapai basil yang lebih baik.

· 5. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk agar kiranya dapat melanjutkan

penelitian ini ke arah yang lebih kompleks lagi. Karena keberhasilan siswa dalam

pembelajaran tidak hanya bisa diukur dengan tes tulis semata dan keberhasilan siswa

dalam pembelajaran juga tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik sikap belajar

yang dimiliki siswa saja.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Badger, E. dan Brenda, T. (1992). "Open Ended Question in reading" Practical

Assessment, Research & Evaluation. 3(4).

Berenson, B.S dan Garter, G.S. (1995). "Changing Assessment Practices". School ScienceMathematics.95( 4).

Cabrera, G.A. (1992). "A Frame Work for Evaluating The Teaching of Critical

Thinking". Educational Journal. 113(1), 59-63.

Campbell, D.T. and Stanlay, J.C. (1969). Exsperimental and quasi exsperimental design for research, Chicago : Rand Menally & Company.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, J.A.(2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan

Penalaran Matematik

Siswa sekolah Lanjutan Tmgkat Pertama melalui Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi PP~ UPI. Tidak diterbitkan. Djaali,H. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara.

Ennis, R.H.(2000). A Super Streamlined Conception of Critical Thinking.

[online].Tersedia:http://www.ed.uiue.edu/EPSIPESYearbook/92docs/ Ennis.html. diakses 1 maret 2009.

Fadjar, S, (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah, dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika.

Fowler, B. (1996). Critical Thinking Accros The Curriculum Project. (online]. Tersedia: httn://www.Magazines.fasfind.com/www.tools/m/2492.cfin. Diakses 1 Maret 2009.

Halpern, D.F.(2003).Thought and knowledge: An introduction to critical thingking (4th ed.). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Hancock, C.L (1995). "Enhancing Mathematics Learning With Open ended

Question." Assesment Standard for School Mathematics. 86(9)

Harris, R. (1998). " Introduction to Creative Thinking"[Online]. Tersedia:

htto://www.nsb-nsma.org/contentlblog/pengertian-oendelattan-strategi-~teknik-taktik-dan-model-pembelajaran diakses 6 Pebruari 2009

Hashimoto, Y. (1997). "The Method of Fostering Creativity through Mathematical Problem Solving." ZDM: International Reviews on Mathematical Education. 29(3), 68- 73 .

Reddens, J.W. dan Speer, W.R. (1995). Concepts and Classroom Methods, Today's Mathematics (eight ed). New York: Macmillan Publishing Company.

(37)

I .

I

J

J .

Huitt, W. (1998). Critical Thinking. [online]. Tersedia:

htto://www.chiron. valdostaedulwhuitt/coVcogsys/critthnk.html. Diakses 1 Maret2009.

Jahja Umar,dkk. (2000). Penitaiali'

dan

Pengujian Untuk Guru SL TP. Jakarta:

Depdiknas.

Joko Sulianto, (2008). Metode dan Model Pembelajaran Matematika. File;//D;\PUSTAKA\Bemikir kritis dgn kontekstual.btm . diakses 1/26/2010.

Lupito, Y. (1996). Kamus Filsafat. Bandung: Rosda Karya.

Mina, E. (2006).Pengarub Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open Ended terhadap Kemampuan Berpildr Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Nasution, 8.(1982). 8erbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi

Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nitko, A.J.(1996). Educational Assesment ofStudent.Eaglewood Cliffs: Merril. Nobda, N .. (2000). "Learning and Teaching through Open Ended Approach

Metliods," Hiroshima: Hiroshima University.

Oslon, I. (1996). "The Arts, Critical Thinking, and Reform: Classroom of The Future". The High School Journal. 79(2), 159- 163.

Pehkonen, E (1997). "Fostering Mathematical Creativity". International Review on Mathematical Education. 29 (3) [Online]. Tersedia; httn://www.fiz-kar/snJhe.de/fizloublications/zdm973a.html diakses 12/01/2010.

Perkins, D.N. (1986). "Thinking Frames". Educational Leadershif. 43(8),4-10. Poedjiadi, A. (1999). Pengantar Filsafat llmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan

Cendrawasib.

Poerwadatm.inta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, N. (1998). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1988). Statistik: Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:

IKIP Bandung Pres.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matetnatika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika ReaJistik:, Bandung.

(38)

Schoenfeld, A. H. (1985}. Mathematical Problem Solving. Orlando, Florida: Academic Press

Shimada, S. (1977). Open-Ended Approach in Arithmetic and Mathematics- A New Proposal toward Teaching Improvement. Tokyo: Misumishoto. Soedjadi, R. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.

Soleh,M. (1998). Pokok-Pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta:

Depdikbud.

Stemberg,R.J, Roediger Ill, H.L & Halpern, D.F (2007). Critical Thinking in

Psychology. Cambridge University Press.

Sudjana, (2005). Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono, (2009). Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Suherman Ar, E. Dkk (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-UPI.

Sumarmo, U. (2001 ). "Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21" Makalah Lokakarya: Tidak diterbitkan.

Supamo, P. (2006). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suriadi.(2006). Pembelajaran Dengan Pendekatan Diskovery Yang Menekankan Aspek Analogi Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suriasumantri., J.S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.

Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Suryabrata, S. (1983). Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

~di~~. .

Syaban, M. (2009). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berpikir Matematika.[Online].Tersedia:hlli2://educare.dkipunta.net/index:!J2hri2QP-l ion=corn content&do pdf=! &id=54, diakses 20 Pebruari 2009.

Takwin, B. (2002). Pendidikan Usia Dini, Mengajar Anak: Berpoor Kritis ,

<http;//64.203. 71.11/kompas-cetak/Q605/051humaniora/2627598.htm (online), di akses 17 Januari 2009.

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI Bandung.

(39)

Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York:

Harcourt

Brace Jovanovich, Inc.

Wijaya, C. (1999). Pendidikan Remedial. Sarana Pengembangan Mutu Sumber

Daya Manusia.

Banding:

Remaja

Rosda Karya.

Gambar

Tabel3.l Keterkaitan antara variable bebas, control dan terikat (tabel Weiner) ...........
Tabel 4.6 Distribusi frekwensi Kemampuan Berpikir kritis siswa
Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajar
Gambar 4.17 Ragam Pola Jawaban Siswa Butir Soal No.6 .........................................

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan oleh masyarakat, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah terhadap Ormas atau ormas yang didirikan oleh warga negara asing

Badan Amil Zakat Nasional Sumatera Utara (BAZNAS SU) sebagai lembaga pengelola zakat resmi milik pemerintah memiliki peran tidak hanya mengelola dan menyalurkan zakat, tetapi

55 Tahun 1972 tentang Penyempurnaan Oraganisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakyat dalam Rangka Penertiban Pelaksanaan Sistem

Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Semakin tinggi

Pengeluaran Konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana

Anak-anak yang sudah besar dan sudah lama di SOS Desa Taruna awalnya cukup sulit mengikuti peraturan maupun prinsip-prinsip yang dimiliki subyek untuk mengasuh dan

dalam waktu yang berlainan, namun tetap menggunakan sampel yang sama. b) Waktu berjalan (time series) merupakan jenis penelitian yang dilaksanakan. dalam waktu yang berlainan dan