• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMAINAN KONSTRUKTIF DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA PADA ANAK KELOMPOK A Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Konstruktif Pada Anak Kelompok A Di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten Tahun 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERMAINAN KONSTRUKTIF DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA PADA ANAK KELOMPOK A Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Konstruktif Pada Anak Kelompok A Di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten Tahun 2012/2013."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERMAINAN KONSTRUKTIF DAPAT MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KERJASAMA PADA ANAK KELOMPOK A

DI TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

JURNAL PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Program Studi

Pendidikan Anak Usia Dini

Diajukan Oleh :

ARIF NUR TANTRIYANI A 520080136

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN

Publikasi Karya Ilmiah

Bismillahirahmaanirohim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : ARIF NUR TANTRIYANI

Nim : A520080136

Fakultas/Jurusan : Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD)

Judul Skripsi : Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Konstruktif Pada Anak Kelompok A Di Tk Pertiwi Sumber Trucuk Klaten Tahun Pelajaran 2012-2013

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hal menyimpan, mengalihkan mediakan/mengalihkan formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk soft copy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran haj cipta dalam karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Agustus 2013

Yang menyatakan

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KERJASAMA PADA ANAK KELOMPOK A

DI TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Arif Nur Tantriyani, A520080136, Jurusan Pendidikan Anak Dini (PAUD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok A Di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten melalui penerapan permainan konstruktif. Subyek penelitian anak kelompok A di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten yang berjumlah 26 yang terdiri dari 16 anak perempuan dan 10 orang anak laki-laki. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif antara peneliti, guru kelas dan kepala sekolah. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus dengan jumlah pertemuan sebanyak 7 kali yaitu pada siklus I sebanyak 3 pertemuan, siklus II sebanyak 2 pertemuan dan siklus III sebanyak 2 pertemuan. Data kemampuan kerjasama di peroleh melalui observasi kemampuan kerjasama anak dan catatan lapangan. Sedangkan data penerapan permainan konstruktif diperoleh melalui observasi penerapan permainan konstruktif dan catatan lapangan. Teknik analisis data kemampuan kerjasama menggunakan teknik analisis komparatif yaitu membandingkan hasil rata-rata kemampuan kerjasama anak dengan indikator kinerja pada tiap siklusnya. Teknik analisis data permainan konstruktif menggunakan teknik analisis interaktif dengan langkah mengumpulkan data, mereduksi data, penyajian data, dan menyimpulkan data tentang penerapan permainan konstruktif. Hasil penelitian kemampuan kerjasama melalui penerapan permainan konstruktif menunjukkan sebelum tindakan 42,30% menunjukkan bahwa anak belum mampu kerjasama, siklus I menunjukkan 50,57% berarti bahwa anak kurang mampu kerjasama, siklus II menunjukkan 76,15% menunjukan bahwa anak mampu dalam kerjasama, pada siklus III menjadi 90,38% yang artinya bahwa hamper keseluruhan anak sangat mampu kerjasama. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan permainan konstruktif dapat dikatakan efektif dan berhasil meningkatkan kemampuan kerjasama anak kelompok A di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan kerjasama.

(5)

2

A. PENDAHULUAN

Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di TK adalah bidang pengembangan sosial.Sosial merupakan salah satu bidang pengembangan penting, karena hakekat anak dengan makhluk sosial yang melekat pada diri anak untuk bergotong royong, kerjasama, kemandirian, keingintahuan dan kedisiplinan.Salah satu yang terpenting yaitu kerjasama.Kemampuan kerjasama diperlukan anak dalam rangka mengembangkan rasa sosial terhadap teman maupun orang dewasa.Pengembangan sosialyaitu kemampuan kerjasama anak seharusnya dilakukan sejak dini. Hal ini dikarenakan kemampuan kerjasamamerupakan perkembangan dari pembiasaan sehari-hari dalam berinteraksi sesama mahkluk hidup.

Untuk itu kemampuan kerjasama sangat penting dikembangkan pada anak didik.Interaksi sosial anak yang dipupuk dengan baik dapat membuat anak saling membantu antara teman, berinteraksi denngan baik. Anak TK dapat bekerjasama dengan cara mau berbagi dengan teman, mau bekerjasama dalam kelompok ketika kegiatan, membuat perencanaan sebelum melakukan permainan, melakukan dan mentaati peraturan yang dibuat dalam permainan. Apabila kemampuan kerjasama anak tidak dikembangkan dengan baik anak akan di isolasi dengan teman.

Anak-anak di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten kemampuan kerjasamanya masih kurang, misalnya: saat kegiatan berkelompok belum mau berbagi alat dan bahan, anak belum mau menolong dan membantu teman, guru kurang menggunakan permainan konstruktif yaitu balok dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu kurangnya pengetahuan guru tentang metode peningkatan kerjasama anak.Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan kerjasama. Peneliti ingin menyampaikan pembiasaan kemampuan kerjasama dengan metode permainan sehingga anak tidak merasa terbebani atau terpaksa karena dilakukan dengan bermain, selain itu anak bisa membangun pengetahuan dengan sendirinya.

(6)

anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangakan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerjasama dan menciptakan karya nyata.

Manfaat dari kerjasama atau belajar bersama (http://id.shvoong.com/businessmanagement/entrepreneurship/1943515-manfaat-kerja-sama/#ixzz3paS4SP8L) meliputi: 1) Memiliki nilai kerjasama dan menanamkan pemahaman dalam diri anak bahwa saling membantu itu lebih baik, 2) Membentuk keakraban dan kekompakan dikelas, 3) Mampu menumbuhkan ketetampilan dasar yang diperlukan dalam hidup, 4) Meningkatkan kemampuan akademis, rasa percaya diri dan sikap positif, 5) Dapat mengurangi atau bahkan menghapus aspek negative kompetisi.

Menurut Harsanto (2007:44), bentuk-bentuk kerjasama dalam kelompok sebagai berikut:

1) Belajar secara berpasangan.

Guru membetuk pasangan-pasangan sebagai teman belajar, pasangan duduk bersebelahan seperti pada kelas tradisional.

2) Kelompok belajar mandiri

Guru membagi kelas menjadi kelompok yang terdiri atas 3 orang dan mereka duduk berdekatan.

3) Belajar bersama secara berkelompok

Belajar bersama dalam berkelompok cocok digunakan untuk mempelajari semua bidang study.

4) Kelompok belajar sistem pakarcara

Kelompok belajar dengan cara saling melengkapi dapat digunakan untuk mempelajari semuamata pelajaran.

5) Kelompok kerjasama sistem tes

Sebelumnya dalam belajar kelompok tes dilaksanakan secara individual setelah anak belajar dalam kelompok kerjasama dalam tes, anak menyiapkan diri untuk tes, dan tes dikerjakan secara bersama-sama.

6) Regu proyek

(7)

4

7) Proyek satu kelas

Guru menarik manfaat dari proyek suatu kelas untuk menumbuhkan semangat kerjasama yang menyeluruh dengan membuat suatu karya, dengan kegiatan proyek seluruh kelas yang menyita waktu dan tenaga, tetapi hasilnya sungguh besar dan memuaskan.

8) Catatan untuk kompetisi ber regu

Persaingan murni dapat menimbulkan permusuhan antar kelompok.Tetapi apabila dijalankan dalam kelas yang sudah terbentuk menjadi komunitas yang kuat dan dilandasi semangat kerjasama.

Dari bentuk-bentuk kerjsama diatas mengambil salah satu yaitu regu proyek. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama atau belajar bersama menurut Tirtarahardja (2000:50) yaitu keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, kapasitas mental:emosi dan

intelegensi, pendidikan.Indikator kerjasama dijabarkan menjadi butir-butir amatan yang

digunakan sebagai pedoman pencapaian penelitian. Dapat di lihat pada tabel A.1

Tabel A.1 Indikator Kerjasama

No Indikator Butir Amatan

1. Mau berbagi dengan teman 1. Membagi mainan untuk teman disaat mainannya terbatas.

2. Mau menolong dengan teman 1. Meminjamkan mainan untuk temannya.

2. Mau menolong disaat teman membutuhkan.

3. Membantu teman ketika melakukan kegiatan.

1. Mampu membantu menyusun balok bersama-sama.

2. Mampu menyelesaikan tugas.

(8)

sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan terstruktur.Bermain pembangunan menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.

Bermain konstruktif yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu (Tedjasaputra, 2001:56). Dalam kaitannya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama usia Taman Kanak-Kanak dirangsang untuk interaksi sosial terhadap teman sebaya dengan bentuk kerjasama dalam membentuk atau membangun yang diinginkan anak. Perlakuan berupa permainan konstruktif yang berkala diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak usia TK yaitu Kelompok A di T K Pertiwi Sumber Trucuk Klaten.

Menurut Tedjasaputra (2001:57) beberapa jenis permainan konstruktif yaitu gambar atau menggambar, menggunting atau menempel, puzzle, maze, malam pet atau plastisin, balok, dan lego. Di antara jenis permainan konstruktif yang ada penulis mengambil salah satu yaitu balok yang merupakan bagian dari permainan konstruktif.

Langkah- langkahBermainBalok(http://yudhistira31.wordpress.com/2008/05/02tahapan-bermain-balok) yaitu: 1) Guru memberikan gambaran permainan yang akan dimainkan, 2) Guru menyiapkan balok yang akan digunakan bermain anak, 3) Guru membagi kelompok, 4) Guru mengajak anak untuk bermain balok, 5) Guru memberikan kebebasan kepada anak tentang bangunan yang dibentuknya, 6) Guru melakukan pengamatan kepada anak yang sedang bermain balok, 7) Guru memberikan motivasi kepada anak yang tidak mau bermain balok, 8) Guru memberikan reward kepada anak yang dapat menyusun balok

Berdasarkan langkah-langkah diatas peneliti dapat gambaran untuk melakukan penelitian dengan media bermain balok. Adapun langkah-langkah bermain balok yaitu: 1) Guru menyiapkan balok yang akan digunakan bermain anak.

(9)

6

2) Guru membagi kelompok.

Guru membagi siswa-siswi kelompok A dalam kelompok belajar, misalnya dalam satu kelas siswa-siswi berjumlah 26 guru membagi menjadi 5 kelompok.

3) Guru memberikan gambaran permainan yang akan dimainkan.

Guru memberikan penjelasan permainan caranya memperlihatkan gambar misalnya: masjid, menara, gedung sekolah dll. Anak disuruh merencanakan sebelum menyusun balok-balok tersebut dan membuat aturan bermain.

4) Guru mengajak anak untuk bermain balok.

Guru mengajak anak untuk memulai menyusun balok.

5) Guru memberikan kebebasan kepada anak tentang bangunan yang dibentuknya. Guru memberikan kebebasan pada anak dalam menyusun balok menurut kelompoknya.

6) Guru melakukan pengamatan kepada anak yang sedang bermain balok.

Guru mengawasi anak yang sedang menyusun balok mau bekerjasama dengan teman dalam kelompok atau tidak.

7) Guru memberikan motivasi dan bantuan kepada anak yang tidak mau bermain balok. Guru memberikan semangat agar anak mau menyusun balok, dan guru memberikan bantuan pada anak yang kesulitan dalam menyusun balok.

8) Guru memberikan reward kepada anak yang dapat menyusun balok.

Sesudah anak selesai melakukan menyusun balok guru memberi hadiah anak-anak.

(10)

B. METODE PENELITIAN

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah anak kelompok A di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tepatnya pada tanggal 5 Februari sampai dengan 6 Mei 2013. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dan yang menjadi subyek penelitian adalah anak Kelompok A yang berjumlah 26 anak yang terdiri dari 16 anak perempuan dan 10 laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama.

Adapaun metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi ini ditujukan kepada subjek penelitian.Observasi ini dilakukan terhadap kerjasama anak dan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan permainan konstruktif.

2. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah pengamatan yang berupa pengamatan tentang semua peristiwa yang dialami dalam penelitian.Catatan lapangan ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan permainan konstruktif dengan balok yang dievaluasi pada saat refleksi.Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat semua kejadian yang berada diluar perencanaan atau pencatatan permasalahan yang muncul pada waktu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komperatif, yaitu membandingkan antara hasil dari rata-rata kemampuan kerjasamaanak dengan indikator kinerja pada setiap siklus prosedurnya adalah:

a) Menstabulasikan skor berdasarkan hasil pengamatan kemampuan kerjasama anak, adapun adapun skoring hasil amatan dilakukan sebagai berikut:

(11)

8

b) Menjumlahkan hasil skor untuk setiap anak

c) Menghitung prosentase pencapaian kemampuan kerjasama anak melalui metode penerapan permainan konstruktif dengan cara sebagai berikut:

1) Skor prosentase pencapaian kerjasama

2) Skor maksimum = jumlah butir amatan × skor maksimum

d) Menghitung rata-rata prosentase pencapaian kemampuan kerjasama anak.

e) Membandingkan prosentase rata-rata pencapaian kemampuan kerjasama dengan indikator pencapaian kemampuan kerjasama pada setiap siklus yang telah ditentukan peneliti

Menggunakan teknik analsisinteraktif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian menyimpulkan menjadi sebuah data yang valid.Prosedur analisis data pada kemampuan kerjasamaanak dengan menggunakan analisis interaktif adalah:

a) Mengumpulkan data-data yang berupa informasi, berbagai peristiwa yang terjadi dan kondisi lingkungan yang mendukung serta sesuai dengan lingkup penelitian.

b) Mereduksi data yang artinya peneliti melakukan pemilihan data-data yang diperlukan untuk penyederhanaan dan transformasi data dalam proses penelitian.

c) Menyajikan data yang berupa data-data yang telah dikumpulkan kemudian dinarasikan menjadi kalimat efektif.

d) Kesimpulan yaitu pengambilan keputusan yang didukung bukti yang valid dan konsisten.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

Tabel C.1 Hasil Penelitian

Tahapan Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

Prosentase rata-rata 42,30% 50,57% 76,15% 90,38% Indikator Pencapaian - ≥50% ≥75% ≥90%

Keterangan BM KM M SM

Berdasarkan tabel C.1 hasil penelitian menerangkan bahwa sebelum tindakan 42,30% berarti belum mampu, siklus I mencapai 50,57%mengalami kenaikan prosentase sebesar 8,27% berarti kurang mampu kerjasama, siklus II mencapai 76,15% mengalami kenaikan prosentase sebesar 25,58% berarti mampu kerjasama, siklus III mencapai 90,38% mengalami kenaikan prosentase sebesar 14,23% hampir keseluruhan anak sangat mampu untuk kerjasama.

Kemampuan kerjasama anak sebelum tindakan sampai siklus III menunjukkan peningkatan, karena dalam Siklus I di peroleh dalam penerapan permainan konstruktif yang telah dilakukan peneliti terdapat beberapa refleksi sebagai berikut:a) Pengkondisian kelas kurang (peneliti tidak mampu menertibkan anak) karena peneliti belum paham karakteristik anak, b) Kurang jelas dalam menyampaikan materi karena pembelajaran di lakukan di luar kelas sehingga anak-anak kurang fokus.Sehingga peneliti membuat rencana untuk memperbaiki tersebut dengan cara yaitumemperbaiki cara pembelajaran yaitu permainan konstruktif dengan balok dan pengkondisian kelas agar anak tidak gaduh dengan memperjelas aturan bermain sebelum melakukan kegiatan permainan konstruktif yaitu balok dan penerapan permainan konstruktif dilakukan di dalam kelas.

(13)

10

Proses pelaksanaan siklus III berjalan dengan lancar, ditunjukan anak paham akan aturan permainan (perintah) yang disampaikan oleh peneliti, anak sudah tertib dalam melakukan permainan karena diberi reward.

Berdasarkan data-data dari prasiklus sampai siklus III dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan dengan menggunakan penerapan permainan konstruktif pada siklus III sudah mengalami peningkatan sesuai target yang di inginkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Penerapan permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada kelompok A di TK Pertiwi Sumber Trucuk Klaten Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat diterima kebenarannya.

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan, dari siklus I, II, III bahwa dapat diambil kesimpulan dengan metode permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Hal ini ditunjukan dari adanya peningkatan rata-rata prosentase kemampuan kerjasama anak sebelum tindakan 42,30%, siklus I mencapai 50,57% mengalami kenaikan prosentase sebesar 8,27%, siklus II mencapai 76,15% mengalami kenaikan prosentase sebesar 25,58%, siklus III mencapai 90,38% mengalami kenaikan prosentase sebesar 14,23% hampir keseluruhan anak sangat mampu untuk kerjasama.Penerapan permainan konstruktif merupakan suatu metode pembelajaran yang menyenagkan karena dilakukan dengan permainan (bermain) dengan menggunakan media balok.

E. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakara: Bumi Aksara. Ismail, Andang. 2009. Education Games. Yogyakarta:Pro.U Media.

Musfiroh, Tadkiratun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:Dikti.

Moeslichatoen (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak.Jakarta : PT. Asdi Mahastya.

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta.

Mulyadi, S. 2001. Bermain dan Kreativitas: Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain. Jakarta: PT. Papas Sinar Sinanti.

(14)

Sukmadinata, N,S. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya. Sutama dan Main Sufanti.2011. Bidang Penelitian Tindakan Kelas dan Penullisan Karya

Ilmiah. Surakarta:Badan Penerbit FKIP UMS.

Soekamto, S. (2002).Sosiologi suatu pengantar. (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada), edisi 4.

Tedjasaputra, Mayke, S. (2001). Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Wakhidah Y, Nur. (2012). Upaya Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Metode Proyek di Taman Kanak-Kanak Aisyah Kuwiran, Banyudono, Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Surakarta:UMS.

(http://id.shvoong.com/business/management/entrepreneurship/1943506-pengertian kerjasama/).

(http://indosdm.com/kamus-kompetensi-kerjasama-team-work)

(http://yudhistira31.wordpress.com/2008/05/02/tahapan-bermain-balok)

http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943515-manfaat-kerja-sama/# ixzz3paS4SP8L.

Gambar

Tabel A.1 Indikator Kerjasama
Tabel C.1 Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir yang berjudul “ Studi Karakteristik Hasil Pengelasan Spot Welding Pada Aluminium Dengan Penambahan Gas Argon ” , telah disetujui, telah disetujui oleh

[r]

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak setelah lingkungan keluarga. Rasa percaya diri siswa di

Persepsi masyarakat terhadap perbandingan harga rumah dengan ketersediaan ruang terbuka hijau di perumahan The Green BSD dilihat dari jenis kelamin responden sebagian

Temuan penelitian menunjukan bahwa penerapan hasil belajar longtorso ditinjau dari karakteristik, faham gambar, analisis model, cara mengukur, dan pecah pola pada

Kasus tertinggi di Kabupaten Kapuas terdapat pada Kecamatan Kapuas Barat khususnya di Desa Mandomai yang merupakan daerah endemis filariasis, hal tersebut kemungkinan

Tidak bisa dipungkri, bahwa operasional suatu Badan Usaha juga sedikit banyaknya bergantung dengan kondisi keuangan suatu Badan Usaha tersebut, jika keuangannya

Sunarni, A310080161, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan