ABSTRAK
Stres adalah konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi terhadap
hambatan. Kondisi ketika interaksi individu-lingkungan berkonflik (secara nyata atau
imajinasi) antara keperluan dari situasi yang dihadapi dan sumber daya sosial,
biologis, atau psikologis. Konflik ini dapat berpengaruh buruk pada pertumbuhan
mental, mengakibatkan depresi, dan berpengaruh buruk pada kesehatan. Stres
sebagai masalah pribadi dapat dihadapi oleh semua orang, kapanpun, tetapi stres
pada anak tidak terlihat dan tidak disadari oleh anak.
Penulis membuat “Kampanye Mengatasi Masalah Stres Psikologis Pada Anak”
dengan tujuan untuk membantu menyadarkan orang tua mengenai masalah stres
psikologis pada anak dan membantu membentuk ketahanan anak terhadap stres sejak
usia muda melalui media kampanye.
Kurangnya informasi mengenai masalah stres anak adalah masalah yang perlu
diperhatikan. Untuk masa depan anak yang lebih baik, diperlukan kesadaran dari
orang tua untuk menghadapi masalah stres anak ini. Untuk itu perlu dibentuk
kampanye sosial yang dapat mendorong inisiatif audience dalam memperhatikan
masalah stres pada anak.
v ABSTRACT
Stress are the consequences that people feel when they can’t adapt through a
situation. A condition when interaction between individual-environment bring
conflict (real or imaginative) between the needs of a situation and the person’s social,
biological, and psychological resources. This conflict will harm the stressed person’s
mental growth, bring depression, and is bad for health. Stress is a private matter that
affected everyone, anytime, anywhere, but child’s stress isn’t visible and is unknown
to the child him/herself.
The writer chose to create “Child Stress Resolve Campaign” to help raising parent’s
awareness concerning child’s psychological stress problem and help maintaining
child’s stress resistant from an early age using campaign as a media.
The lack of information about child’s stress are a problem to address. For a better
future, parent’s attention is needed to help addressing child’s stress problem. For that
a social campaign that is able to urge audience’s initiative to maintain child’s stress
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN AWAL TUGAS AKHIR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI iii
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 15
2.1.Kajian Pustaka (Teoritik) 15
2.1.1 Desain Komunikasi Visual 15
2.1.2 Kampanye 17
2.1.2.1 Definisi Kampanye 17
2.1.2.2 Jenis Kampanye 18
2.1.3 Perubahan Sosial 19
2.1.4 Pemasaran Sosial 24
2.1.5 Stres 24
2.1.5.1 Definisi Stres 24
2.1.5.2 Faktor Penyebab Stres 25
2.1.5.3 Lingkup Umur dan Gender Penderita 26
2.1.5.4 Penyebab Stres (Stressor) 26
2.1.5.5 Respon Terhadap Stres 27
2.1.5.6 Gejala dan Efek Negatif Stres 28
2.1.5.7 Adaptasi 29
2.1.6 Stres Anak 32
2.1.6.1 Stres Pada Anak Usia Sekolah 33
2.1.6.2 Efek Negatif Stres Pada Anak 34
2.1.6.3 Ketahanan Stres Pada Anak 34
BAB 3 TINJAUAN FAKTUAL (EMPIRIK) 36
5.1 Logo dan Brand Campaign 53
xi
5.9 Gimmick 70
5.9.1 Kalender 70
5.9.2 Baju Anak 74
BAB 5 KESIMPULAN 75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sistematika Kerangka Berpikir 14
Tabel 4.1 Fungsi Media 48
Tabel 4.2 Sistematika Kerangka Berpikir 48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Proses Terbentuknya Stres 2
Gambar 1.2 Mind Mapping 13
Gambar 5.1 Logo Campaign 54
Gambar 5.2 Logotype dan Typography 55
xiv
Gambar 5.20 Cover 70
Gambar 5.21 Ilustrasi 1 71
Gambar 5.22 Ilustrasi 2 71
Gambar 5.23 Ilustrasi 3 72
Gambar 5.24 Ilustrasi 4 72
Gambar 5.25 Ilustrasi 5 73
Gambar 5.26 Ilustrasi 6 73
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
1.1.1 Latar Belakang Permasalahan
Dalam menjalani hidup, setiap manusia akan menemui berbagai permasalahan.
Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,
ataupun kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) setiap individu.
Permasalahan ini akan menjadi pengalaman dan secara terus-menerus membentuk
setiap individu sehingga memiliki persepsi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan
masalah yang berbeda.
Bervariasinya kemampuan setiap orang juga berarti kemampuannya dalam mengatasi
setiap hambatan berbeda. Adakalanya orang menghadapi masalah yang berada diluar
kemampuan penyelesaian masalah(problem solving)-nya dan menemui jalan buntu
untuk jangka waktu yang lama. Masalah ini tumbuh menjadi masalah yang
mengganggu pikiran orang yang bersangkutan. Kondisi ini dikenal secara umum
sebagai stres psikologis.
2
Stres adalah konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi terhadap
hambatan. Suatu kondisi ketika interaksi individu-lingkungan mengakibatkan konflik
(secara nyata atau imajinasi) antara keperluan dari situasi yang dihadapi dan sumber
daya sosial, biologis, atau psikologis. Konflik ini dapat berpengaruh buruk pada
pertumbuhan mental, mengakibatkan depresi, dan berpengaruh buruk pada kesehatan.
Gambar 1.1 Proses Terbentuknya Stres
Terdapat 3 faktor penyebab stres: genetik, kepribadian, dan lingkungan1. Faktor genetik adalah faktor yang dibawa turun temurun secara genetik dari keluarganya.
Faktor kepribadian adalah faktor stres yang diakibatkan karena kepribadiannya, sifat
dan pandangan hidup seseorang mengenai hambatan yang dihadapi. Faktor
lingkungan adalah pengaruh dari lingkungan tempat orang itu berada yang dapat
mengakibatkan stres.
Sama seperti masalah yang terus-menerus dihadapi dalam hidup, stres adalah
masalah yang universal, dan dapat mengganggu aktivitas siapa saja. Menurut
psikolog Lidia L. Hidajat, MPH stres sudah dapat dirasakan sejak anak masih
berumur dibawah tiga tahun2. Stres dapat dirasakan oleh semua orang, kapanpun,
1
Fowler, Kevin & C. Whitlock, Michael. 2001. “Environmental stress, inbreeding, and the nature of phenotypic and genetic variance in Drosophila melanogaster”.
2
3
dan dimanapun. Dilihat dari produksi hormonnya wanita lebih rentan terhadap str
karena memproduksi lebih banyak hormon esterogen yang mempengaruhi psikis
wanita pada saat sebelum atau sesudah haid, pasca melahirkan dan (menopause) ess
3
.
Masalah yang menyebabkan stres berbeda-beda pada setiap orang. Masalah yang
sama bisa dianggap menyulitkan oleh beberapa orang tapi juga bisa dianggap mudah
oleh orang lain, karena pada dasarnya penyebab stres bukanlah masalah yang
menimpa individu itu, tapi disebabkan oleh persepsi, kapasitas, dan pengetahuan
individu mengenai masalah yang sedang dihadapi4. Walaupun tekanan masalah berbeda pada setiap orang, beberapa riset menunjukkan bahwa ada hal tertentu yang
secara umum dianggap sebagai hal yang dapat membuat stres. Seperti stres keibuan
(maternal stress) (stres seperti yang dialami ibu dalam rumah tangga), stres
pekerjaan, stres karena ujian, stres karena kelahiran anak, dan masalah-masalah
lainnya.
Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang stres mencakup gejala mental, sosial, dan
fisik. Hal ini meliputi kelelahan, hilang atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala,
sering menangis, sulit tidur ataupun tidur berlebihan, dan melarikan diri dari masalah
dengan alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya. Hal ini bisa terjadi karena
selain stres, perasaan seperti cemas, frustasi, atau kelesuan juga dirasakan penderita5.
4
Stres bukan hanya berbahaya bagi orang yang mengalaminya, tapi juga bisa
berbahaya bagi orang-orang disekitarnya. Orang stres seringkali menyalurkan
stresnya kepada orang yang dia sayangi atau orang yang dianggap lebih lemah. Oleh
karena itu muncul tindak kejahatan terhadap keluarga ataupun pelecehan seksual
yang didorong oleh stres. “Stres, Anak Kandung Tewas Digantung” (KOMPAS,
Senin, 11 Agustus 2008) dan “Kenaikan BBM Picu Sakit Jiwa” (KOMPAS, Jumat, 6
Juni 2008) adalah 2 dari banyak contoh kasus yang disebabkan oleh stres. Bahkan di
Amerika tercatat bahwa pembunuhan karena stres di tempat kerja adalah kasus ke-2
terbanyak secara umum, dan ke-1 terbanyak untuk kasus dengan pelaku wanita.
Stres yang tidak dapat diselesaikan dengan cara bertahan ataupun beradaptasi akan
mengakibatkan rasa cemas dan depresi. Selain itu daya tahan tubuh terpengaruh
secara signifikan oleh stres, persepsi individu dan reaksi terhadap stres.
Secara global 50% penderita depresi berpikir untuk melakukan bunuh diri, 15% dari
penderita ini benar-benar mengakhiri hidupnya. Menurut data hasil penelitian
prevalensi penderita depresi mayor seumur hidup sebesar 14,9%6. Stres kronis dinyatakan sangat berbahaya dan mempengaruhi sampai 70% penyakit yang ada di
dunia7.
Karena stres terasa berat, dimasyarakat beredar cara-cara mengatasi stres. Beberapa
cara yang umum digunakan cenderung mengarah pada cara yang salah dan kurang
6
http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/968/sehat.htm 7
5
sehat, dan dapat melipatgandakan pengaruh negatif terhadap stes dan kesehatan8. Misalnya kegiatan seperti meminum kopi, alkohol, merokok, berbelanja berlebihan,
dan makan yang berlebihan.
Dalam mengendalikan stres secara efektif terdapat teknik-teknik yang
dikelompokkan sebagai manajemen stres. Manajemen stres adalah teknik yang
ditujukan untuk mempersiapkan orang dengan mekanisme efektif untuk bertahan
menghadapi stres psikologis. Manajemen stres efektif ketika seseorang perlu
bertahan atau mengubah situasi yang membuat stres9.
Teknik manajemen stres diolah dari pola pikir bahwa stres bukanlah respon langsung
terhadap sumber stres tetapi respon dari sumber daya dan kemampuan bertahan
individu dan hal itu dapat diubah, sehingga stres dapat dikendalikan. “Semua stres
dimulai dengan satu pikiran negatif. Satu pikiran negatif yang muncul tanpa terawasi,
kemudian datang lebih banyak pikiran negatif, sehingga stres terwujud. Sebaliknya,
dengan pikiran kita juga dapat membalikkan keadaan menjadi lebih positif.” Rhonda
Byrne dalam bukunya The Secret menyatakan,“Terlepas dari apa pun yang sudah
terwujud, Anda dapat mengubahnya dengan satu pikiran positif kecil, yang kemudian
berkembang biak.”10
Usaha bersama untuk mengatasi stres telah dilakukan dibeberapa tempat di dunia.
Pada tahun 2004-2005 diadakan “Best of Stress Management” kursus multimedia
6
yang diadakan oleh ahli-ahli ternama dunia untuk mengajarkan publik mengenai
stres dan cara menanggulanginya. Kursus multimedia ini berdurasi selama 10
minggu. Pada tahun 2006-2008 diadakan kampanye “Free Hug” di beberapa negara,
kampanye ini menawarkan pelukan gratis oleh orang asing ditempat umum. Psikiater
Dr. Harold Voth meriset efek berpelukan yang ternyata dapat menurunkan stres11. Kampanye ini ditentang oleh hukum diberbagai negara tetapi tetap dilaksanakan
diberbagai tempat.
Di Indonesia sendiri kampanye menanggulangi stres baru saja dilakukan pada bulan
Agustus 2008, dengan sebuah kampanye yang dinamakan “Colour Your Life” yang
ditujukan untuk semua kalangan dan mengadakan beberapa acara dan lomba yang
ditujukan untuk mendorong orang agar lebih positif dalam menghadapi hidup.
Teknik-teknik manajemen stres juga menjadi topik yang diajarkan berulang kali
dalam berbagai media.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah stres bukan menjadi masalah
yang hanya dihadapi oleh orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa yang
memiliki berbagai cara untuk melepas stres, masalah stres pada anak kurang
mendapat perhatian. Orang dewasa sebagai pengurus dan penanggung jawab sering
menganggap dunia anak adalah dunia yang bahagia dan tanpa masalah. Anak
memang tidak memiliki pekerjaan dan tanggungan, tetapi stres anak cukup tinggi.
Sementara anak yang stres tidak menunjukkan gejala yang signifikan12 dan tidak
11
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Familia&id=131486 12
7
menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi stres, sehingga anak tetap menjalani
hidupnya seperti biasa.
Masalah bagi anak berbeda dengan orang dewasa, masalah yang membuat mereka
stres umumnya berupa masalah yang terjadi disekitarnya. Melihat pertengkaran di
dalam keluarganya, kesulitan dengan reaksi fisik dan emosional mereka yang
menggebu-gebu bisa membuat mereka stres. Mereka akan ikut merasakan stres
ketika mendengar keluhan dan tangisan orang terdekatnya. Anak juga sering menjadi
sasaran pelampiasan stres (secara sadar dan tidak sadar) atau pelampiasan seksual
oleh orang dewasa13.
Tergantung pada umurnya, anak-anak memiliki responsi yang berbeda terhadap stres.
Stres berat dapat mengakibatkan gejala seperti sulit tidur, kesulitan dalam
memperhatikan dan berkonsentrasi, marah dan kesal, menyendiri, pemikiran yang
berulang-ulang, dan merasakan stres yang kronis ketika menghadapi sesuatu yang
mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis. Beberapa anak juga merasakan
kondisi seperti kelainan stres pasca trauma (posttraumatic stress disorder) (PTSD),
depresi, cemas, dan berbagai variasi kelainan tingkah laku. Pada anak yang terlibat
masalah keluarga yang sangat serius, alkohol, dan pelecehan anak dapat mengalami
stres kronis yang mempengaruhi pertumbuhan mental dan fisik anak14.
13
http://www.nctsnet.org/nccts/nav.do?pid=faq_under 14
8
Beberapa anak dapat kembali normal setelah menghadapi pengalaman buruk, tetapi
pengalaman traumatis dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan anak dan
remaja dan memiliki konsekuensi yang berjangka panjang. Stres dapat
mempengaruhi otak dan sistem saraf anak dan meningkatkan resiko rendahnya
kemampuan akademis anak, tingkah laku yang berbahaya, dan kesulitan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain dan keluarga15. Perkembangan kepribadian ini akan terus terbawa hingga anak tumbuh dewasa.
Anak yang memiliki ketahanan stres (resiliensi) adalah anak yang mampu mengatur
diri dan menjalankan rutinitas sehari-hari dan berkembang dengan baik dan tidak
memunculkan gejala-gejala yang tidak wajar meskipun berada dalam tekanan, situasi
sulit atau pengalaman traumatis16.
Melihat kurangnya perhatian publik mengenai masalah stres anak dan besarnya
bahaya stres bagi anak, penulis merencanakan untuk menggunakan kampanye yang
memfokuskan kepada perubahan sosial sebagai media untuk meningkatkan
kesadaran orang tua (public awareness) mengenai masalah stres pada anak. Dengan
kampanye ini diharapkan orang tua dapat mengenali masalah stres anak sehingga
orang tua dapat membantu melepaskan stres anaknya, dan membentuk generasi yang
memiliki mental yang lebih sehat.
15
http://www.nctsnet.org/nccts/nav.do?pid=faq_def 16
9
Perkembangan teknologi dan kemajuan zaman akan membawa konsekuensi
munculnya penyebab stres yang lebih majemuk dan kompleks. Ketahanan
menghadapi stres akan semakin diperlukan di masa mendatang. Semakin dini kita
mengembangkannya, semakin menetap dan semakin mudah pembentukan ketahanan
terhadap stresnya17.
Penulis membuat “Kampanye Mengatasi Masalah Stres Psikologis Pada Anak”
dengan tujuan untuk membantu menyadarkan orang tua mengenai masalah stres
psikologis pada anak dan membantu membentuk ketahanan anak terhadap stres sejak
usia muda melalui media kampanye.
1.1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Stres sebagai masalah pribadi yang dapat dihadapi oleh semua orang, kapanpun,
dimanapun dan sangat mempengaruhi kesehatan dan kelancaran aktivitas, tetapi
stres pada anak tidak terlihat dan tidak disadari oleh anak.
2. Masalah yang dihadapi setiap orang berbeda-beda dan sangat bergantung pada
kemampuan individu masing-masing orang, masalah stres anak pada umumnya
berupa masalah yang muncul di sekitarnya.
3. Stres berakibat buruk bukan hanya pada orang yang mengalami stresnya saja
karena orang yang stres seringkali menyalurkan rasa stresnya kepada orang lain
17
10
4. Stres pada anak kurang mendapat perhatian dari orang tua, biasanya orang tua
menganggap anak tidak memiliki masalah dengan stres.
5. Melihat besarnya pengaruh stres terhadap kehidupan anak dan besarnya
pengaruhnya pada perkembangan kepribadian, diperlukan sebuah metode
kampanye yang efektif untuk membantu orang tua dalam melepaskan stres
anaknya.
1.1.3 Rumusan Masalah
Berdasar pada masalah yang teridentifikasi penulis merumuskan pokok
permasalahan yang akan penulis bahas sebagai berikut:
1. Kampanye seperti apa yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kesadaran
orang tua (public awareness) mengenai masalah stres anak?
2. Bagaimana kampanye yang tepat untuk mendidik orang tua agar dapat
melepaskan stres anaknya dan membentuk resiliensi anak?
1.2 Tujuan Perancangan
Tujuan penulis merancang kampanye ini adalah untuk merancang kampanye yang
efektif dan tepat dalam membantu meningkatkan kesadaran orang tua (public
awareness) mengenai masalah stres pada anak. Kampanye ini bersifat preventif
(mencegah/mengurangi efek negatif stres dalam perkembangan anak menjadi orang
dewasa) dan bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki mental yang kuat
11
Kampanye ini khususnya ditujukan untuk orang tua dengan anak berumur 6 – 8
tahun yang tinggal diperkotaan di Indonesia, target audience kampanye ini berumur
27 – 45 tahun dengan pendidikan antara SMA dan kuliah (dengan mayoritas kuliah).
Dengan target sekunder pasangan yang belum/akan mempunyai anak sampai dengan
yang sudah memiliki anak balita.
1.3 Manfaat Perancangan
Manfaat kampanye ini bagi masyarakat adalah membantu menyadarkan orang tua
mengenai besarnya masalah stres pada anak dan pengaruhnya bagi pertumbuhan
mental dan fisik anak, sehingga orang tua terdorong untuk membantu melepaskan
stres anaknya. Manfaat bagi anak selain menghilangkan stres, juga mengembangkan
kemampuan berpikir dan ketahanan stres anak, yang akan terbawa hingga anak
beranjak dewasa. Manfaat tidak langsungnya bagi masyarakat adalah membentuk
generasi yang memiliki mental yang sehat dengan pandangan hidup yang realistis
dan positif, juga mengurangi pengaruh negatif stres terhadap masyarakat.
1.4 Metodologi Perancangan 1.4.1 Metode Perancangan
Untuk meneliti mengenai stres, pengaruh stres terhadap aktivitas orang dan terutama
stres pada anak, maka dilakukan penelitian dengan pendekatan deskriptif analitis,
dengan studi literatur, survey dan observasi lapangan, dan wawancara dengan
12
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah stres adalah:
1 Studi Literatur: Mempelajari data tertulis mengenai stres, teknik-teknik
manajemen stres, kampanye, dan gerakan sosial yang berhubungan dengan stres
dengan data literatur seperti karya tulis ilmiah, internet, dan koran.
2 Survey dan observasi lapangan: Mengumpulkan data untuk menentukan target
audience yang tepat dilakukan dengan survey dan observasi langsung. Dengan
melakukan survey pada keluarga yang memiliki tingkat sosial yang beragam
diharapkan terbentuk target audience yang tepat untuk lingkup area kota
Bandung.
3 Wawancara dengan 1 orang psikiater dan 2 orang psikolog untuk mempelajari
13
MIND MAPPING
14
Sistematika Kerangka Berpikir
BAB 6
KESIMPULAN
Stres adalah bagian dari kehidupan sehari – hari setiap orang. Dengan menghadapi
stres dan menyelesaikan masalah, setiap individu berkembang secara mental dan
fisik. Tetapi konsekuensi bila seseorang terus menerus menghadapi stres sangatlah
berbahaya. Selain mempengaruhi kesehatan tubuh dan mental, penderita stres juga
seringkali melampiaskan stresnya kepada orang lain, terutama yang dianggap lemah
atau kepada siapapun yang memiliki hubungan dekat dengannya.
Masalah stres ini secara relatif dapat dirasakan oleh semua orang dalam kondisi yang
bervariasi, termasuk oleh anak. Masalah stres pada anak ini kurang mendapat
perhatian karena adanya anggapan bahwa anak tidak memiliki pekerjaan dan
tanggungan, padahal stres anak cukup tinggi. Sementara anak yang stres tidak
menunjukkan gejala yang signifikan dan tidak menyadari bahwa dirinya sedang
menghadapi stres.
Anak yang kurang memiliki ketahanan stres akan terganggu pertumbuhan mental dan
fisiknya apabila menghadapi masalah stres yang berat. Sementara itu masalah stres
76
pada anak lebih banyak dipengaruhi oleh masalah disekitarnya. Dengan adanya
perkembangan teknologi dan kemajuan jaman muncul konsekuensi akan adanya
masalah – masalah baru yang lebih majemuk dan kompleks, sehingga ketahanan
stres akan semakin diperlukan. Semakin dini ketahanan stres dikembangkan semakin
menetap dan mudah pembentukan ketahanan stresnya.
Faktor pendukung yang diperlukan untuk menjalani kampanye ini adalah
membangun kesadaran orang tua mengenai masalah stres anak, dengan kepedulian
orang tua mengenai anaknya akan lebih mudah bagi kampanye ini untuk bergerak
dan mengkomunikasikan secara benar mengenai masalah stres anak ini.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data lapangan, literatur, dan perancangan
kampanye, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 Kurangnya informasi dan seminar yang efektif mengakibatkan kurangnya
kesadaran publik mengenai masalah stres pada anak.
2 Dibutuhkan komunikasi yang tepat dan efektif mengenai masalah stres pada
anak sehingga terbentuk kesadaran mengenai masalah stres pada anak
3 Dalam membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan diperlukan pendekatan psikologis yang tepat sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh audience.
4 Dalam merancang sebuah strategi media diperlukan pengetahuan yang luas
mengenai target audience, sehingga memudahkan perencana dalam pemilihan,
77
5 Untuk mengadakan sebuah kampanye yang efektif dan efisien, diperlukan
pengetahuan yang mendalam mengenai masalah, penanggulangan, target
audience,dan media. Sehingga dapat terbentuk kampanye yang didukung dengan
media yang tepat dan memiliki akses yang luas dan mudah agar masyarakat
tergerak dan berinisiatif untuk mencari informasi.
6 Kampanye sosial yang efektif adalah kampanye sosial yang dapat mendorong
inisiatif audience dalam memprakarsai perubahan bagi dirinya dan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Bower, J. E. & Segerstrom, S.C. 2004. "Stress management, finding benefit, and
immune function: positive mechanisms for intervention effects on physiology".
Journal of Psychosomatic Research 56.
E. Poesnecker, Gerald. 1999. "Selye Biologic Reaction to Stress chart". Chronic
Fatigue Unmasked.
Fowler, Kevin & C. Whitlock, Michael. 2001. “Environmental stress, inbreeding,
and the nature of phenotypic and genetic variance in Drosophila melanogaster”.
McQuail, Dennis. 1987. “Mass Communication Theory”
Poggenpohl, Sharon Helmer. 1993. “Graphic Design: A Career Guide and
Education Directory”
Powell, Brasel, & Blizzard. 1967.
Poynor, Rick. 2003. “No More Rules: Graphic Design and Postmodernism”
Spence, J.D., Barnett, P.A., Linden, W., Ramsden, V., Taenzer, P. 1999. Lifestyle
modifications to prevent and control hypertension. 7. Recommendations on stress
management. The Journal of the Canadian Medical Association.
The American Heritage® Dictionary of the English Language, Edisi IV. 2006.
Lazarus RS (1993). "From psychological stress to the emotions: a history of
changing outlooks". Annual Review of Psychology.
Lehrer, Paul M.; David H. (FRW) Barlow, Robert L. Woolfolk, Wesley E. Sime.
2007. Principles and Practice of Stress Management. Edisi III.
Referensi Website
http://www.cliving.org/stresscard.htm?gclid=CNqSiN2FoZUCFRMJewod9V4Vl
A
http://en.wikipedia.org/
http://en.wiktionary.org/
http://kompas.co.id/read/xml/2008/07/14/16240936/melatih.si.kecil.berhenti.meng
ompol
http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-sosial-dinamika-kelembagaan/
http://media.socialchange.net.au/
http://mrezanailham.blogspot.com/2007/06/anak-dan-ketahanan-terhadap-stres.html
http://www.about.com/
http://www.hanyawanita.com/_hot_news/article.php?article_id=8282
http://www.studygs.net/indon/stress.htm
http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/968/sehat.htm
http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/10/10194961/5.kebiasaan.buruk.meres
pon.stres
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Familia&id=131486