• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERJADINYA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN MUTILASI (Studi di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN KRIMINOLOGI TERJADINYA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN MUTILASI (Studi di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERJADINYA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN MUTILASI

(Studi di Polresta Bandar Lampung)

(Jurnal)

Oleh NIA AMANDA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERJADINYA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN MUTILASI

(Studi di Polresta Bandar Lampung)

Oleh

( Nia Amanda, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica )

E-mail : uyuparmando@yahoo.com

Kejahatan mutilasi termasuk dalam kejahatan yang tergolong sadis,dimana pelaku kejahatan tersebut membunuh orang lain dan pelaku juga memotong-motong setiap bagian tubuh si korbannya dalam keadaan korban sudah tidak bernyawa.Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) apa sajakah yang menjadi faktor–faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana dengan cara mutilasi? dan (2) bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana dengan cara mutilasi? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif,pendekatan empiris dan pendekatan kriminologis.Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder.Narasumber terdiri dari Penyidik Unit II Jatanras pada Polresta Bandar Lampung,Dokter Polisi Polresta Bandar Lampung,dan Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.Analisis data menggunakan analisis kualitatif.Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi pada 3 kasus tersebut,yaitu dibagi menjadi 2 faktor,yakni faktor intern dan ekstern.Faktor intern yaitu: faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak,faktor intelligence,faktor usia,dan faktor jenis kelamin.Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor pendidikan,faktor pergaulan,faktor lingkungan,faktor pekerjaan,dan faktor lemahnya keamanan lingkungan.Saran dalam skripsi ini adalah perlu ditingkatkan nya kerjasama antara penyidik dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pembunuhan berencana dan kepada masyarakat disarankan untuk berperan serta aktif dalam membantu tugas aparat penegak hukum dalam mengungkap pembunuhan berencana,dengan cara bersedia menjadi pelapor atau saksi apabila mengetahui terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana,sehingga proses penegakan hukum akan menjadi lebih optimal di masa yang akan datang.

(3)

ABSTRACT

THE CRIMINOLOGY REVIEW OCCURRENDED OF PREMEDITATED MURDER WITH MUTILATION

(STUDY IN CITY RESORT POLICE BANDAR LAMPUNG) By

( Nia Amanda, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica )

E-mail : uyuparmando@yahoo.com

The crime mutilation icluded in the crime are classified as sadistic,where the perpetrator the crime killing other people and the perpetrator cut every part of the body of her or him a state of victim was not animate.The problems that discussed in the thesis is that (1) what are factors the cause of the criminal offenses premeditated murder by the way mutilation? (2) how prevention efforts the cause of the criminal offenses premeditated murder by the way mutilation? The research uses approach normative juridicial,an empirical approach and criminology approach.The kind of data consists of approach.the kind of data consists of primary and secondary data.the informant consists of Investigators Unit II in Crime and Violence in Polersta Bandar Lampung,Police Doctor of Polersta Bandar Lampung,and Lecturer of the Criminal Law Faculty of Lampung University.Data analysis using qualitative analysis.The results of research and discussion show factors the cause of the criminal offenses premeditated murder by the way mutilation on the cases above,namely which is divided by two factors namely intern and extern factors.intern factor is that the urged economic,intelligence factor,age factor,and gender factor.whereas extern factor is that education factor,social intercourse factor,environment factor,job factor,and the weakness of environment factor.The suggestion in the thesis is that the need increasing collaboration between the investigators and society for preventing and tackling occurred premeditated murder and to the society are advised to participate actively in assisting law enforcement officers in uncovering premeditated murder,by the way willing to be complainant or witness if knowing occurred premeditated murder,so that law enforcement will be more optimal in the future

(4)

I. PENDAHULUAN

Kejahatan merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat, pada dasarnya istilah kejahatan itu diberikan kepada suatu jenis perbuatan atau tingkah laku manusia tertentu yang dapat dinilai sebagai perbuatan jahat. Seiring berkembangnya kemajuan zaman dan teknologi mengakibatkan timbulnya berbagai macam kejahatan yang dinilai tidak biasa di dalam masyarakat, misalnya pembunuhan berencana dengan mutilasi.

Pembunuhan berencana sesuai Pasal 340 KUHP adalah suatu pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP, akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu.

Direncanakan lebih dahulu (voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan. Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan direncanakan yaitu kalau pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud Pasal 338 itu dilakukan seketika pada waktu timbul niat, sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu akan dilaksanakan.1

Direncanakan terlebih dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan dimana mengambil putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan

1

Roeslan Saleh, Perbuatan dan pertanggung jawaban pidana Jakarta: Aksara Baru. 1981. hlm. 80

di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan, sehingga dalam pelaksanaan nya pelaku akan lebih mudah membunuh korban. Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung tiga unsur syarat yaitu memutuskan kehendak dalam suasana tenang, ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak, dan pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. Pembunuhan berencana mempunyai unsur-unsur, yang pertama unsur subyektif yaitu dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu dan yang kedua unsur obyektif terdiri atas, Perbuatan : menghilangkan nyawa, Obyeknya : nyawa orang lain. Pembunuhan merupakan salah satu tindak kejahatan pelanggaran hak asasi manusia karena teleh menghilangkan suatu hak dasar yang melekat pada diri seseorang baik sebelum dilahirkan didunia maupun didalam kandungan yaitu hak untuk hidup.

Hukuman yang pantas untuk pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yaitu hukuman mati, sanksi terberat yang berlaku dalam suatu peraturan. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur salah satu nya tentang tindak pidana pembunuhan ini yang tertuang pada Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Ancaman terberat pada tindak pidana kejahatan terhadap nyawa adalah pembunuhan berencana yang tercantum pada Pasal 340 KUHP.

(5)

paling lama dua puluh tahun, namun pada kenyataan nya hal tersebut tidak terealisasi sebagai mana aturan nya. Tindak pidana pembunuhan berencana, termasuk pula dalam masalah hukum yang sangat penting untuk dikaji secara mendalam.2 Alasan-alasan dilakukannya tindakan mutilasi oleh pelaku terhadap korban tentunya dilatarbelakangi oleh motif- motif tertentu pula, seperti:

1. Pelaku menderita gangguan jiwa, sejenis sadism.

2. Pelaku terpuaskan bila orang lain menderita, terbunuh, terpotong- potong. Ini bisa diketahui dengan hanya melihat potongan-potongan tubuh tersebut. Pada umumnya kalau motif yang dilatarbelakangi oleh motif cinta, potongannnya adalah di bagian-bagian genetalia seperti payudara, penis, dan yang lain. Namun kalau motifnya dendam, umumnya yang dimutilasi adalah bagian kepala. Kedua motif ini biasanya dilakukan dengan sengaja dan terencana yang disebabkan oleh rasa tidak puas pelaku mutilasi terhadap korban.

3. Pelaku menghilangkan jejak menandakan bahwa pelakunya tidak ingin korban mudah dikenali mencari cara untuk mudah menyingkirkan mayat korban. Terlepas dari semua hal itu, kejahatan mutilasi sering sekali terjadi dilakukan oleh orang-orang yang memang mengalami depresi (merasa sedih yang berkelebihan) dan gangguan kejiwaan, bahwa dengan tidak memotong-motong tubuh korbannya, pelaku sering

2 Ibid.

sekali tidak merasa puas untuk menyelesaikan kejahatannya.3

Kasus pembunuhan berencana dengan mutilasi yang baru-baru terjadi adalah kasus pembunuhan anggota DPRD Bandarlampung M. Pansor. Satu dari dua tersangka pembunuhan terhadap anggota DPRD Bandar Lampung M Pansor adalah Brigadir Medi Andika yang merupakan anggota polisi yang pernah jadi ajudan Kapolresta Bandar Lampung saat dijabat Kombes Dwi Irianto, beberapa tahun lalu. Saat ini, kedua tersangka juga ditahan. Informasi yang didapat Tribun Lampung, Medi dan Tarmizi ditahan di tempat berbeda. Medi ditahan di rumah tahanan Polda Lampung sedangkan Tarmizi di rumah tahanan Polresta Bandar Lampung. Sebagaimana diketahui, Pansor merupakan anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Bandar Lampung. Legislator ini dinyatakan menghilang pertengahan April 2016. Kasus ini terungkap bermula dari adanya penemuan mayat mutilasi tanpa identitas di Desa Tanjungkemala, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.Warga hanya menemukan sepasang kaki dan potongan kepala. Sementara potongan badan hingga kini belum ditemukan. Setelah melalui serangkaian proses penyelidikan cukup panjang, termasuk tes

deoxyribonucleic acid (DNA) di Pusat Laboratorium Forensik Mabes

3

(6)

Polri, identitas mayat akhirnya teridentifikasi M Pansor. 4

Kasus pembunuhan berencana mutilasi lainnya terjadi di Desa Telaga Sari, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang dengan Terdakwa bernama Agus alias Kusmayadi (31) Terdakwa terbukti membunuh Nur Atikah alias Nuri (34) di sebuah rumah kontrakan. Terdakwa membunuh korban dikarenakan Nur yang sering meminta pertanggungjawaban kepada Agus. Hal itu dilatar belakangi karena korban sudah dihamili. Sementara Agus sendiri sudah memiliki keluarga di kampungnya dan hubungan terlarangnya dengan Nur tidak diketahui. Terdakwa dikenakan pasal dalam surat tuntutannya setebal 131 halaman, Agus dinyatakan melakukan pembunuhan berencana terhadap Nur sesuai Pasal 340 KUHP. Sehingga dituntut 20 tahun penjara. Pasalnya, pembunuhan tersebut telah dipikirkan dulu oleh Agus sebelumnya.5

Selanjutnya Kasus pembunuhan berencana mutilasi yang terjadi di Jawa timur Kabupaten Situbondo dengan Terdakwa bernama Busari (30). Terdakwa membunuh dengan sadis terhadap Fitria Ningsih (21), yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Terdakwa mengeksekusi korban dengan cara dicekik, lalu dipenggal kepalanya menggunakan celurit sampai putus. Dari hasil

4

http://lampung.tribunnews.com/2016/07/28/ arloji-ungkap-tabir-misteri-pembunuhan- anggota-dprd-korban-mutilasi-polisi, di akses pada Selasa, 27 Oktober 2016, 14.00 wib

5

http://www.kompas.com/kasus-mutilasi- wanita-hamil-pembunuhan-berencana- dengan-mutilasi, di akses pada Selasa, 27 Oktober 2016, 14.30 wib

rekontruksi cukup jelas kalau pelaku merencanakan pembunuhan tersebut. Karena itu, pihaknya akan menjerat tersangka Busari dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Hasil pemeriksaan diketahui motif pembunuhan berlatar belakang hubungan asmara pelaku dengan korban. Fitria Ningsih mengaku hamil dan terus meminta dinikahi oleh pelaku. Permintaan itu membuat pelaku jadi panik, karena statusnya sudah beristri dan memiliki anak. Pelaku khawatir hubungan asmaranya dengan korban terbongkar. 6

Berdasarkan uraian beberapa contoh kasus di atas, maka dapat diketahui bahwa kasus pembunuhan berencana dengan mutilasi banyak terjadi di masyarakat luas. Hal ini perlu dikhawatirkan karena pembunuhan berencana dengan mutilasi adalah salah satu tindak pidana yang sadis dan tidak manusiawi karena memotong-motong bagian tubuh dari korbannya. Oleh karena itu, maka penulis tertarik mengambil judul skripsi mengenai ’Tinjauan Kriminologi Terjadinya Pembunuhan Berencana Dengan Mutilasi’ (Studi di Polresta Bandar Lampung)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam peneitian ini adalah :

1. Apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana dengan cara mutilasi?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap tindak

6

(7)

pidana pembunuhan berencana dengan cara mutilasi?

Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara pendekatan empiris. Pendekatan empiris dilakukan dengan berdasarkan pada fakta objektif yang didapatkan dalam penelitian lapangan baik berupa hasil wawancara dengan narasumber, hasil kuisioner, atau alat bukti lain yang diperoleh dari narasumber.

II. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana

Dengan Cara Mutilasi

Menurut Pasal 338 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana menjelaskan bahwa definisi dari pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dengan sengaja menhilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya lima belas tahun”. Dikatakan melakukan tindak pidana pembunuhan dengan kesengajaan, adalah apabila orang tersebut memang menghendaki perbuatan tersebut, baik atas kelakuan maupun akibat atau keadaan yang timbul karenanya. Namun juga mungkin tidak dikehendaki sama sekali oleh pelakunya. Pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu (Moord). Kejahatan ini diatur dalam pasal 340 KUHP, yang pada pokok isinya adalah sebagai berikut:

”Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas

nyawa orang lain diancam karena pembunuhan dengan rencana (Moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”

Adapun yang menjadi unsur-unsur dari kejahatan yang direncanakan terlebih dahulu (Moord) ialah:

a. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja ;

b. Perbuatan tersebut harus dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu ;

c. Perbuatan tersebut dimaksud untuk menimbulkan matinya

orang lain.

Maksud direncanakan di sini, adalah antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaan itu, masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu dilaksanakan.

Terdapat sejumlah teori pada ilmu kriminologi yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor- faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan pembunuhan berencana dengan mutilasi. Penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh C.S.T Kansil dan berdasarkan teori psikologi kriminal, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik (Intern), yaitu :

a. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

b. Faktor intelligence

c. Faktor usia

(8)

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern), yaitu :

a. Faktor pendidikan b. Faktor pergaulan c. Faktor lingkungan d. Faktor Pekerjaan

e. Faktor Lemahnya Sistem Keamanan Lingkungan Masyarakat.7

Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pembunuhan berdasarkan teori psikologi kriminal meliputi: 1. Personality Characteristic (sifat-

sifat kepribadian)

Empat alur penelitian psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan kejahatan:

a. Melihat pada perbedaan- perbedaan antara struktur kepribadian dari penjahat dan bukan penjahat;

b. Memprediksi tingkah laku; c. Menguji tingkatan di mana

dinamika-dinamika

kepribadian normal beroperasi dalam diri penjahat;

d. Mencoba menghitung perbedaan-perbedaan

individual antara tipe-tipe dan kelompok-kelompok pelaku kejahatan. Berdasarkan teori ini kemungkinan untuk dilakukannya sebuah kejahatan mutilasi yaitu dapat terjadi karena sifat-sifat kepribadian dari seseorang. 2. Teori Psikoanalisa

Teori psikoanalisa tentang kriminalitas menghubungkan delinquent dan perilaku criminal dengan suatu “conscience” yang

baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan

dorongan-dorongan si individu, dan bagi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi segera.

3. Personality Traits

Dewasa ini penyakit mental tadi disebut antisocial personality atau

psychopathy sebagai suatu kepribadian yang ditandai oleh suatu ketidakmampuan belajar dari pengalaman, kurang ramah, bersifat cuek, dan tidak pernah merasa bersalah. Pencarian/penelitian personality traits (sifat kepribadian) telah dimulai dengan mencoba menjelaskan kecakapan mental secara biologis. Feeblemindedness

(lemah pikiran), insanity

(penyakit jiwa), stupidity

(kebodohan), dan dull-wittednes

(bodoh) dianggap diwariskan.

4. Moral Development Theory

Teori perkembangan moral tumbuh preconventional stage

atau tahap pra-konvensional. Disini aturan moral dan nilai-nilai moral anak terdiri atas “lakukan” dan “jangan lakukan” untuk menghindari hukuman. Menurut teori ini, anak-anak di bawah umur 9 tahun hingga 11 tahun biasanya berpikir pada tingkatan pra-konvensional ini. kebutuhan akan kehangatan dan kasih sayang sejak lahir dan konsekuensinya jika tidak mendapat hal itu. Remaja biasanya berfikir pada

conventional law (tingkatan konvensional). Pada tingkatan ini seorang individu meyakini dan mnegadopsi nilai-nilai dan aturan masyarakat. Lebih jauh lagi, mereka berusaha menegakkan aturan itu. 8

bersalah atau ia begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol

7

C.S.T. Kansil. Loc Cit.

8

(9)

Kriminologi memberikan penjelasan mengenai sebab-sebab orang melakukan kejahatan yakni :

1. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat diluar diri pelaku.

2. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku sendiri.

Pendapat yang menggabungkan bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena pengaruh diluar pelaku maupun sifat atau bakat si pelaku.9 Menurut Sugi Baurkes menyatakan bahwa pembunuhan mutilasi itu sulit di tentukan, maka pelaku dalam melakukan pembunuhan sudah terencana maka mutilasinya pun sudah terencana dan jika pelaku melakukan pembunuhan biasa maka mutilasi tidak dapat dikatakan terencana tetapi pelaku merasa panik setelah ia membunuh dan pelaku berinisiatif untuk memutilasi korban untuk menghindari dari jeratan hukum.10 Menurut Adek Suci Febrianto, Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa yang menjadi faktor penyebab kejahatan pembunuhan dengan mutilasi yaitu faktor ekonomi, faktor dendam, faktor asmara, faktor menghilangkan jejak dan faktor yang paling dominan dalam pembunuhan mutilasi adalah faktor keluarga, karena keluarga merupakan dasar dalam pembentukan karakter seseorang, dan

9

Prasetyo, Eko, Guru: Mendidik Itu Melawan, Jogjakarta: Riset, 2005.hlm.56. 10

Hasil wawancara dengan Sugi Baurkes, Dokter Polisi Polresta Bandar Lampung, Senin 20 maret 2017.

faktor yang dilakukan untuk menghilangkan jejak pelaku.11

Terdapat dua jenis ekspresi penyimpangan perilaku berdasar teori penyakit jiwa. Pertama, psikopat yaitu bentuk kekalutan mental yang ditandai ketiadaan pengorganisasian diri dari pengintegrasian pribadi. Ciri khas yang melekat adalah ganas dan buas tanpa sebab jelas serta bertindak kriminal. Kedua, defect, yakni individu yang jahat, antisosial, tak memahami dan mengendalikan tingkah laku yang salah, dan jahat. 12

Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa faktor–faktor yang menjadi pendorong mutilasi terbagi dalam dua faktor yaitu faktor dari internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri seseorang untuk melakukan kejahatan seperti pembunuhan dengan cara mutilasi yang sudah terlihat dari pelaku itu sejak lahir biasanya terjadi tergantung kepada keadaan psikis si pelaku, dimana si pelaku cenderung mengalami gangguan kejiwaan, faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor

intelligence, dan faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak. Faktor eksternal yaitu faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat, faktor dalam keluarga juga sangat mendorong seseorang melakukan kejahatan pembunuhan, faktor dari luar seperti faktor lingkungan pelaku kejahatan itu tinggal juga dapat membuat seseorang melakukan

11

Hasil wawancara dengan Adek Suci Febrianto, Penyidik Unit II Jatanras Polresta

BandarLampung, Jum’at 17 Maret 2017. 12

(10)

pembunuhan bahkan sampai memutilasi korbannya untuk memastikan korban tersebut benar– benar meninggal dan pelaku menghilangkan jejak menandakan bahwa pelakunya tidak ingin korban mudah dikenali mencari cara untuk mudah menyingkirkan mayat korban.

B. Upaya Penanggulangan

Terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana

Dengan Cara Mutilasi

Penanggulangan kejahatan adalah suatu upaya pencegahan suatu kejahatan dengan menggunakan berbagai sarana alternatif. Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Berbagai pihak yang terlibat berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi kejahatan tersebut. Penerapan hukum pidana dapat juga dikatakan sebagai upaya penal yang menitikberatkan pada tindakan

represif (pemberantasan), sedangkan pencegahan tindak pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan melalui media massa disebut juga sebagai upaya non penal yang lebih menitiberatkan pada tindakan preventif (pencegahan).13

Secara nyata, walaupun mereka mengetahui atau untuk perlakuan itu akan dihukum. Jadi sebenarnya sangat sulitlah sulit untuk

menghentikan suatu kejahatan, termasuk juga dengan mutilasi. Sebab, dimana ada masyarakat disitu akan timbul suatu kejahatan, dan tidak menutup kemungkinan juga kejahatan mutilasi. Namun setidaknya kejahatan seperti mutilasi dapat di minimalisir dengan pencegahan–pencegahan tertentu. Pencegahan kejahatan dapat dilakukan dengan cara:

1. Merubah yang mungkin dapat dirubah dengan menggunakan teknik tertentu.

2. Mengasingkan mereka yang tidak dapat diperbaiki.

3. Koreksi atau pengasingan terhadap mereka itu yang terbukti gemar melakukan kejahatan. 4. Menghapuskan atau membatasi

kondisi masyarakat yang bersifat mendorong kearah kejahatan.

Kaitannya dengan mutilasi ini tidak jauh berbeda, bahwa untuk mencegah terjadinya suatu mutilasi, maka diperlukan suatu deteksi dini terhadap orang–orang yang mempunyai suatu kebiasaan yang aneh. Selain itu pembatasan kondisi masyarakat terhadap hal–hal yang dapat berakibat terjadinya suatu pembunuhan dengan mutilasi juga harus dilakukan.14

Secara umum upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan berencana dengan cara mutilasi dapat dilakukan melalui sarana “penal” dan “non penal”, penulis menggunakan Teori Penanggulangan Hukum menurut Barda Nawawi Arief, yakni:

13

Wildiada Gunakarya, 2012, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan, Bandung: Alfabeta. hlm 13

14

(11)

a. Sarana Penal: upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana penal dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah kebijakan (policy). Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik beratkan pada upaya yang bersifat “Represive” atau disebut Penindasan / pemberantasan / penumpasan, setelah kejahatan atau tindak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegak hukum (Law Enforcement).

b. Sarana Non Penal: mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “non penal” lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain, berpusat pada masalah- masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. Di berbagai Kongres PBB mengenai “The

mengenai penanggulangan sebab- sebab timbulnya kejahatan.15 1. Berdasarkan analisis penulis

tentang upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi, bahwa tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi salah satu delik aduan, oleh karena itu prosedur upaya penal dimulai dari mendapat laporan dari korban, keluarga korban atau seseorang yang mengetahui perbuatan tersebut kepada kepolisian yang dalam penelitian ini adalah Unit II Jatanras Polresta Bandar Lampung. Setelah mendapat laporan Unit II Jatanras Polresta Bandar Lampung akan melakukan penyelidikan untuk mencari kebenaran apakah perbuatan tersebut benar-benar terjadi dan akan dilanjutkan ke tahap penyidikan guna mencari keterangan dan bukti berkenaan dengan kasus tersebut.

2. Setelah tahap penyidikan selesai, tim penyidik Unit II Jatanras Polresta Bandar Lampung akan membuat berkas Perkara untuk dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri. Kejaksaan Negeri akan menunjuk jaksa untuk mengikuti perkembangan perkara dan meneliti isi dari Berkas Perkara tesebut apakah sudah benar dan lengkap. Hal ini dilakukan agar Berkas Perkara tersebut dapat dijadikan acuan jaksa dalam membuat surat dakwaan. Setelah jaksa membuat surat dakwaan, maka berkas perkara berserta barang bukti akan dilimpahkan

Prevention of Crime and

Treatment of Offenders

ditegaskan upaya-upaya strategis

15

(12)

kepada Pengadilan Negeri agar diadakan persidangan. Hakim akan memutus berdasarkan surat dakwaan yang telah dibuat oleh jaksa penuntut umum meski tidak menutup kemungkinan terdapat temuan hukum dalam persidangan.

3. dalam upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya preventif, polri khususnya satuan Reserse Kriminal Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) dan aparat penegak hukum lainnya serta dukungan swakarsa masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan dilakukannya kejahatan. Upaya ini meliputi memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat mengenai kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat jangan sampai terjerumus melakukan kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat, memperkuat ibadah karena dengan ibadah yang baik bisa menghindarkan diri dari tindak kejahatan serta kepada masyarakat disarankan untuk berperan serta secara aktif dalam membantu tugas aparat penegak hukum dalam mengungkap pembunuhan berencana, dengan cara bersedia menjadi pelapor atau saksi apabila mengetahui terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana, sehingga proses penegakan hukum akan menjadi lebih optimal di masa yang akan datang.

III. PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi pada ketiga kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yakni faktor intrinsik

(intern) dan faktor ekstrinsik

(ekstern). Faktor intrinsik (intern)

yaitu: faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor

intellegence, faktor usia, dan faktor jenis kelamin. Sedangkan faktor ekstrinsik (ekstern) yaitu: faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat.

(13)

pada tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi adalah pihak Unit II Jatanras Polresta Bandar Lampung. Bentuk upaya non penal tersebut antara lain; penyuluhan, pemberian edukasi tentang pencegahan tindak pidana pembunuhan berencana dengan mutilasi.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil pembahasan, maka penulis dapat mengajukan saran–saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya kerjasama dari penyidik melalui masyarakat pada umumnya dalam hal mencegah dan menanggulangi terjadinya pembunuhan dengan mutilasi ini, pemerintah dalam hal ini melalui jaksa penuntut umum maupun hakim dapat menuntut maupun menjatuhkan hukuman semaksimal mungkin dan seadil–adilnya pelaku mutilasi dengan berpedoman kepada KUHP dan pengaturan tentang pembunuhan dengan mutilasi di dalam Rancangan Undang–Undang KUHP yang akan datang seharusnya diatur dalam pasal tersendiri, karena pasal yang digunakan sebagai dasar hukum dalam menjatuhkan sanksi pidana pembunuhan dengan mutilasi tidak mencakup kriteria yang ada didalamnya. 2. Kepada masyarakat disarankan

untuk berperan serta secara aktif dalam membantu tugas aparat penegak hukum dalam mengungkap pembunuhan berencana, dengan cara bersedia menjadi pelapor atau saksi apabila mengetahui terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana, sehingga proses penegakan hukum akan menjadi lebih optimal di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP. Bandar Lampung: Unila

AS, Alam dan A, Ilyas. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi

Atmasasmita, Romli. 1988. Bunga Rampai Kriminolog. Jakarta: Rajawali

Bonger, W.A. . 1982. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta: PT. Pembangunan Dan Ghalia Indonesia

Chazawi, Adami2000. Kejahatan Tubuh dan Nyawa.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

---. 2007. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hamzah, Andi.1997. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta

Kansil, C.S.T. . 1984.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Referensi

Dokumen terkait

Soewarso Hardjosoedarmo, Total quality management , Andi, 2004 Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Abad 21: Kiat Membangun Bisnis Kompetitif ,

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus,

dari guru pamong mengenai proses belajar mengajar yang telah dilakukan agar dapat.. diperbaiki pada kesempatan

Setelah pemberian pre test maka dilakukan penyuluhan dalam bentuk materi presentasi yang membahas tentang kasus HIV/AIDS di Bandung Barat, penyebaran HIV/AIDS di Bandung

Sementara itu telah ada mekanisme penegakan hukum terhadap penyelengggara Negara yang melakukan tindak pidana korupsi yang didalamnya terdapat unsur

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris modal kerja, tingkat perputaran piutang dan perputaran

(4) Krisis Strategi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan perubahan yang terjadi pada tahapan proses kegiatan yang akan/sedang dilakukan oleh organisasi

Berdasarkan dari hasil analisis dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, ekosistem tumbuhan bawah di blok puyer pada plot A, B, dan C dari Bulan Desember