Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.
Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.
Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.
Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis.
Yogyakarta: Mathematics Education Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.
Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.
Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE MATERI BANGUN
RUANG SISI DATAR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR 1
KALIBAWANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Yustina Friska Happy Wulandari NIM: 111414021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak Ibuku tercinta
Kakakku Mbak Heny dan Mas Nendy
Adikku Herdy (alm)
Sahabat sejatiku tercinta Welly
v
HALAMAN MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi, 4:13)
Jadilah diri anda sendiri, siapa lagi yang bisa lebih baik ketimbang diri anda sendiri?
(Frank Giblin)
Di tengah kesulitan selalu ada kesempatan. (Albert Einstein)
Bukan karena hari ini indah maka kita bahagia, tapi karena kita bahagia maka hari-hari kita menjadi indah, bukan karena tidak ada
rintangan maka kita optimis, tapi karena kita optimis maka rintangan itu tidak berasa, bukan karena hal itu mudah maka kita
yakin kita bisa, tapi karena kita yakin kita bisa maka hal itu pun menjadi mudah.
viii
ABSTRAK
Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.
Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.
Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.
ix
ABSTRACT
Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. The Development of Learning
Instruments Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education
Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.
Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.
Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan, karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” dari awal hingga akhir. Sungguh anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti dengan tulus berterimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
3. Ibu Chatarina Enny Murwaningtyas, M.Si. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
5. Bapak Drs. A. Sardjana M.Pd., Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. selaku dosen ahli yang telah menjadi validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
6. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. dan Ibu Cyrenia Novella Krisnamuti, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan memberi saran bagi skripsi ini.
7. Kedua orang tua, Damianus Sutarjo dan Yosepha Ngatirah yang tak henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Istilah ... 5
D. Pembatasan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
xiii
G. Spesifikasi Produk ... 8
BAB II Landasan Teori ... 16
A. Kajian Pustaka ... 16
1. Hakekat Matematika ... 16
2. Proses Belajar Matematika ... 17
3. Teori Van Hiele ... 21
4. Pendekatan Saintifik ... 26
5. Bangun Ruang Sisi Datar ... 29
6. Perangkat Pembelajaran ... 38
B. Penelitian yang Relevan ... 41
C. Kerangka Berpikir ... 43
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Setting Penelitian ... 46
1. Subjek Penelitian ... 46
2. Objek Penelitian ... 46
3. Tempat Penelitian ... 47
4. Waktu Penelitian ... 47
C. Desain dan Prosedur Penelitian ... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ... 52
1. Wawancara ... 52
2. Observasi ... 52
3. Penyebaran Angket ... 53
4. Dokumentasi ... 53
5. Soal Tes Geometri ... 54
E. Instrumen Penelitian ... 54
1. Pedoman Wawancara ... 55
xiv
3. Angket ... 57
4. Alat perekam gambar dan suara ... 60
5. Soal tes geometri ... 60
F. Teknik Analisis Data ... 61
1. Analisis Data Kuantitatif ... 62
2. Analisis Data Kualitatif ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
1. Potensi dan Masalah ... 64
2. Pengumpulan Data ... 66
3. Desain Produk ... 67
4. Validasi Desain ... 70
5. Revisi Desain ... 71
6. Uji Coba Produk ... 72
7. Revisi Produk ... 92
B. Pembahasan ... 93
1. Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ... 93
2. Proses Pembuatan Perangkat Pembelajaran ... 96
3. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 100
4. Refleksi Uji Coba Produk ... 100
5. Tahap Berpikir Siswa pada TeoriVan Hiele Setelah Uji Coba Produk ... 101
C. Keterbatasan Penelitian ... 110
BAB V PENUTUP ... 112
A. Kesimpulan ... 112
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 115
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pendekatan Saintifik ... 27
Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Wawancara... 55
Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Observasi ... 56
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Uji Keterbacaan ... 58
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Uji Respon Siswa ... 58
Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59
Tabel 3.6. Kisi-kisi soal tes geometri prisma dan limas ... 61
Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 62
Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 72
Tabel 4.2. Perbaikan revisi desain setelah validasi ... 72
Tabel 4.3. Tabel perbaikan revisi produk setelah uji coba ... 92
Tabel 4.4. Aktivitas siswa pada pembelajaran kubus dan balok ... 102
Tabel 4.5. Tahap berpikir siswa berdasarkan ulangan harian kubus... 104
Tabel 4.6. Aktivitas siswa pada pembelajaran prisma dan limas ... 106
Tabel 4.7. Tahap berpikir siswa pada tes prisma dan limas ... 108
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH ... 30
Gambar 2.2. Balok ABCD.EFGH ... 32
Gambar 2.3. Prisma segitiga ABC.EFG ... 35
Gambar 2.4. Limas segiempat T.ABCD ... 36
Gambar 2.5. Kerangka Berpikir ... 44
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 47
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi ... 50
Gambar 4.1. Contoh benda berbentuk prisma dan limas ... 74
Gambar 4.2. Siswa bermain jaring-jaring limas ... 77
Gambar 4.3. Guru menjelaskan kelompok menggunakan alat peraga prisma .... 80
Gambar 4.4. Jawaban tiap kelompok yang telah ditempel... 83
Gambar 4.5. Siswa mengumpulkan jawaban dari kelompok lain ... 83
Gambar 4.6. Perwakilan kelompok menulis jawaban hasil diskusinya ... 85
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Olah Data Observasi ... 117
Lampiran 2. Hasil Olah Data Wawancara... 119
Lampiran 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 121
Lampiran 4. Hasil Uji Keterbacaan Siswa ... 126
Lampiran 5. Hasil Uji Respon Siswa ... 127
Lampiran 6. Hasil Validasi Tes Geometri Prisma dan Limas ... 128
Lampiran 7. Silabus ... 130
Lampiran 8. RPP ... 137
Lampiran 9. Penilaian ... 148
Lampiran 10. Bahan Ajar ... 161
Lampiran 11. LKS ... 169
Lampiran 12. Hasil Wawancara ... 174
Lampiran 13. Hasil Observasi ... 177
Lampiran 14. Hasil Observasi Uji Coba Produk ... 180
Lampiran 15. Analisis Tahap Berpikir Siswa Sebelum Uji Coba Produk ... 183
Lampiran 16. Analisis Tahap Berpikir Siswa Setelah Uji Coba Produk ... 187
Lampiran 17. Transkrip Uji Coba Produk ... 195
Lampiran 18. Penilaian ... 212
xix
Lampiran 20. Biodata Penulis ... 223
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika diakui oleh banyak orang, sebagai suatu mata pelajaran
yang sulit dipahami oleh siswa. Pertama-tama, sebabnya ialah karena
obyeknya abstrak dan hanya ada dalam pikiran manusia, tidak terdapat dalam
dunia nyata yang dapat diamati oleh panca indera (Marpaung : 1998). Siswa
sulit untuk membuat hal yang abstrak ini menjadi hal yang mudah dipahami.
Matematika sering menjadi mata pelajaran yang dihindari oleh para siswa.
Padahal kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari matematika. Matematika
berkaitan dengan berbagai aspek dalam kehidupan manusia dan ada di sekitar
kehidupan sehari-hari yang oleh para siswa kurang disadari. Matematika
dianggap kurang berguna bagi kehidupan nyata. Hal ini menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru pengampu mata pelajaran
matematika untuk dapat membuat materi matematika dapat tersampaikan
dengan baik dan dipahami oleh para siswa.
Geometri sebagai cabang matematika sering digunakan dalam
membantu siswa memahami cabang lain dalam matematika. Konsep-konsep
dalam matematika, meskipun tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan
atau diterangkan dengan representasi geometris (Suwarsono : 1982). Ide-ide
dari konsep juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan formal di
sekolah. Menurut Suwarsono (1990), geometri perlu diajarkan kepada siswa di
sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam
berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang yang lain dari ilmu
matematika.
2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan
(spatial ability) pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan agar
siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan tempat
mereka hidup.
3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara
logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai keterbatasan
pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.
4. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada
siswa mengenai keterkaitan antara matematika dengan alam nyata.
5. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada
siswa mengenai struktur (susunan) ilmu matematika yang formal
aksiomatis.
Dalam praktis hidupnya, geometri menjadi salah satu bidang dalam
matematika yang dianggap sulit oleh para siswa. Banyak faktor penyebab
yang menjadi akar dari permasalahan ini. Biasanya pembelajaran di kelas
memberikan latihan soal sehingga kurang mempertimbangkan beberapa aspek
penting seperti kemampuan siswa, kontent/materi ajar, metode dan hubungan
antara faktor-faktor ini. Hal tersebut juga dipengaruhi pula oleh diterapkannya
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pada sekolah menengah pertama kelas VIII, terdapat materi yang
membahas materi geometri yaitu bangun ruang sisi datar. Dari hasil
wawancara awal dengan guru yang dilakukan oleh peneliti di SMP Pangudi
Luhur 1 Kalibawang sebagai tempat untuk melakukan penelitian, ditemukan
beberapa permasalahan yang sering dialami dalam proses pembelajaran yang
dialami guru yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik dan mengenai pembelajaran geometri. Permasalahan
tersebut terkait dengan kesulitan guru dalam mengajar materi geometri serta
kurangnya pemahaman siswa pada materi geomeri.
Menurut Suwarsono (2001) ada beberapa hal tertentu yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam
geometri, di antaranya teori Van Hiele tentang tahap-tahap perkembangan
kemampuan geometris pada siswa. Teori Van Hiele mampu mengatasi
permasalah-permasalah tersebut. Penelitian mengenai teori Van Hiele pernah
dilakukan oleh Maria Anggarani pada tahun 2010 dengan topik meningkatkan
tingkat dan kualitas berpikir siswa pada pokok bahasan bangun datar dengan
penggunaan teori Van Hiele, dimana ada peningkatan setelah menggunakan
pembelajaran menurut teori Van Hiele. Selain itu juga penelitian yang
pembelajaran dengan teori Van Hiele pada materi prisma. Produk perangkat
pembelajaran yang dihasilkan memperoleh skor 3,53 dengan kategori sangat
baik. Dua penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi dasar peneliti dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran materi Bangun Ruang Sisi Datar
yang mengakomodasi fase pembelajaran dari teori Van Hiele.
Berdasarkan penelitian yang relevan dan melihat beberapa
permasalahan yang ditemukan maka peneliti tertarik untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran materi geometri bangun ruang sisi datar ditinjau dari
teori Van Hiele. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda juga menjadi poin
penting dalam pemahaman materi geometri. Kemudian teori Van Hiele dipilih
karena teori ini adalah teori mengenai tahapan pemahaman siswa dalam
geometri. SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang masih menerapkan kurikulum
2013 jadi pendekatan saintifik digunakan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran ini. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam kaitannya dengan fase pembelajaran Van
Hiele yang digunakan.
Oleh karena itu peneliti mengadakan sebuah penelitian yang diberi
judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van
Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi
teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan
saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang?
2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi
datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan
pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1
Kalibawang?
C. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami hasil
penelitian ini maka perlu diberikan batasan istilah.
1. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam
mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih
tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini memuat lima
tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama secara berurutan yaitu :
tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi), tahap 4
(deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan).
2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran untuk
meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi
(directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free
orientation), dan integrasi (integration).
3. Pendekatan Saintifik adalah adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui
tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
4. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang
membatasi bangun tersebut berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi
datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma,
dan limas.
5. Perangkat pembelajaran adalah perangkat untuk mencapai suatu tujuan
yang digunakan untuk proses pembelajaran, meliputi silabus, RPP,
penilaian, bahan ajar, dan LKS.
D. Pembatasan Masalah
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa geometri merupakan materi
yang dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama.
Materi yang diajarkan pada kelas VIII di semester genap ini adalah bangun
ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.
Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.
Van Hiele pada materi prisma dan limas dengan pendekatan saintifik.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, penilaian,
bahan ajar, dan LKS.
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan yang di atas maka dapat tujuan penelitian
ini adalah :
1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran
mengakomodasi teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar
pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.
2. Mengetahui kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi
datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan
pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1
Kalibawang berdasarkan criteria penilaian pengembangan produk yang
dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat baik, baik, kurang baik, dan
tidak baik.
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan, maka hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat :
1. Bagi guru dan peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari siswa dan proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat memahami bangun ruang sisi datar
sesuai dengan teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik serta berada
pada tahap berpikir geometri yang lebih tinggi.
3. Bagi sekolah
a. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran berupa produk perangkat pembelajaran pada
materi bangun ruang sisi datar.
b. Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan
sekolah.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan
pendorong motivasi untuk meneliti dan mengembangkan pada masalah
yang lain atau mata pelajaran yang lain atau melanjutkan penelitian
pengembangan ini.
G. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat
pembelajaran berupa silbus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berikut adalah
1. Silabus
Silabus yang dikembangkan dibuat dengan mengakomodasi teori
Van Hiele dengan pendekatan saintifik. Silabus tersebut juga dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan,
sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh. Silabus ini terdiri dari: kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar. Perbedaan silabus ini adalah dalam kegiatan
pembelajaran yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele dengan
pendekatan saintifik. Di bawah ini merupakan format silabus yang peneliti
susun.
SILABUS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE
Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Kompetensi Inti :
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Indikator Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian Alokasi Waktu
2. RPP
RPP yang dikembangkan mememiliki komponen-kompenen yang
terdiri dari: identitas; kompetensi inti; kompetensi dasar dan indikator;
tujuan; materi pokok; pendekatan dan metode pembelajaran; media, alat,
dan sumber belajar; kegiatan belajar; dan penilaian. Perbedaan RPP yang
dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah
pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini
menggunakan fase pembelajaran Van Hiele dengan pendekatan saintifik.
Format RPP dalam kurikulum 2013 digunakan dalam pengembangan
RPP ini. Indikator yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi dasarnya.
Indikator dan tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek
pengetahuan, aspek sikap: sikap spiritual dan sikap sosial, serta ketrampilan.
Pada langkah-langkah pembelajarannya peneliti menggunakan fase
pembelajaran Van Hiele yang meliputi (1) fase informasi, (2) fase orientasi
terpadu, (3) fase eksplisitasi, (4) fase orientasi bebas, (5) fase integrasi. Pada
setiap fase pembelajaran Van Hiele akan nampak kegiatan saintifiknya.
Misalkan pada fase informasi dalam kegiatannya akan tampak kegiatan
mengamati. Lebih jelasnya, di bawah ini merupakan format RPP yang
RENCANA PELAKSANAAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Pembelajaran ke : Alokasi Waktu :
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No. Kompetensi Dasar Indikator
1. 1.2 1.2.1
2.
C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Fase pembelajaran Van Hiele (kegiatan
pada pendekatan saintifik)
G. Media, Alat, dan Sumber Belajar H. Penilaian
Yogyakarta, ...
Guru Kelas Peneliti
(... ) (... ) Mengetahui,
3. LKS
LKS yang dikembangkan mencakup pemodelan dengan
menggunakan fase pembelajaran Van Hiele sebagai panduan
kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. Komponen yang ada dalam
LKS terdiri dari: identitas; indikator hasil belajar; petunjuk LKS; dan
kegiatan siswa. LKS ini mendukung pelaksanaan fase pembelajaran Van
Hiele. Berikut merupakan format LKS yang dibuat peneliti.
LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)
Satuan Pendidikan : Hari/Tanggal : Kelas/Semester : Pembelajaran : Alokasi Waktu :
I. Indikator Hasil Belajar II. Petunjuk
III.Kegiatan Belajar
Kegiatan 1
Alat dan bahan: Petunjuk:
Kegiatan 2
4. Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan dibuat berdasarkan indikator dan
tujuan yang ingin dicapai, konsep-konsep, fakta, dan prosedur. Bahan ajar
yang dikembangkan juga disertai gambar-gambar yang mendukung materi
terkait. Bahan ajar yang digunakan berdasarkan tahap berpikir Van Hiele
pada siswa mengenai geometri. Berikut merupakan format bahan ajar yang
dibuat peneliti.
5. Penilaian
Penilaian yang dikembangkan mengacu pada indikator dan tujuan
pembelajaran untuk mengetahui proses dan hasil belajar yang terdiri dari
aspek pengetahuan, sikap: spiritual dan sosial serta keterampilan. Pada
penilaian pengetahuan peneliti menggunakan tes yang mengukur tahap
berpikir menurut Van Hiele. Penilaian sikap dan ketrampilan menggunakan
karakteristik penilaian pada kurikulum 2013 yang sesuai dengan indikator BAHAN AJAR
Kelas/Semester : Pembelajaran :
a. Sikap spiritual
No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 1
2.
No Nama Siswa Kriteria Total
Skor 1.
2.
pembelajarannya. Berikut ini merupakan format penilaian yang disusun
peneliti.
b. Sikap sosial
No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
1 2.
No Nama
Siswa
Kriteria Total
Skor 1.
c. Pengetahuan
No. Bentuk Tugas Penilaian Skor Level
berpikir Van Hiele 1.
2.
Total skor
d. Keterampilan
No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
1 2.
No Nama
Siswa
Kriteria Total
Skor 1.
16 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang memuat teori-teori yang
mendasari penelitian ini, kerangka berpikir dalam penelitian ini terkait dengan
kajian pustaka, dan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini.
A. Kajian Pustaka
Pada sub bab ini peneliti membahas hakekat matematika, proses
belajar matematika, teori Van Hiele, pendekatan saintifik, tinjauan materi, dan
perangkat pembelajaran.
1. Hakekat Matematika
James dan James (dalam Ruseffendi, 1993: 27), mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi ke
dalam beberapa bidang, antara lain aljabar, analisis, dan geometri. Johnson
dan Rising (1972) yang dikutip oleh Ruseffendi (1993: 27) mengatakan bahwa
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang
logik dan pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-
teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang
didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah
dibuktikan kebenarannya.
Menurut Ruseffendi (1993: 150) dan Herman Hudoyo (1980:10), suatu
sistem deduktif dimulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan yang disebut
eksistensinya diakui ada, tetapi susah untuk dapat dinyatakan dengan suatu
kalimat yang tepat, ke unsur-unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat kemudian disusun dalil-dalil, di mana dalil itu (setelah dibuktikan
kebenarannya) berlaku secara umum. Komponen-komponen ini membentuk
suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik.
Pembuktian yang digunakan adalah pembuktian deduktif. Karena itu
matematika sering disebut ilmu deduktif.
Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan berkenaan
dengan konsep-konsep abstrak (Herman Hudoyo, 1980 : 11). Dalam
matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, obyek-obyek itu
merupakan obyek pikiran. Obyek dasar itu meliputi fakta, konsep, operasi atau
relasi, dan prinsip (Soedjadi, 1999:13-15). Dari obyek dasar ini dapat disusun
suatu pola dan struktur matematika.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan
dengan ide-ide abstrak yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan
prinsip yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.
2. Proses belajar matematika
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1995:
91). Winkel (1989: 36), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu
lingkungan yang menghasilakan perubahan-perubahan dalam pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan berbekas.
Dengan belajar diharapkan seseorang mengalami perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak terampil menjadi terampil, tidak paham menjadi paham.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan. Menurut Herman
Hudoyo (1988: 1) belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi
dalam diri seseorang karena pengalaman.
Proses belajar matematika dapat dimaksudkan sebagai interaksi antar
siswa dengan topik-topik matematika, sehingga interaksi itu menyebabkan
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, terutama tingkah laku
yang terjadi dalam diri siswa dalam penguasaan matematika. Penguasaan
matematika dapat diperoleh dengan siswa aktif melibatkan diri dengan segala
pemikiran, perhatiannya tercurah pada materi yang sedang dipelajari,
mendengarkan penjelasan guru, berusaha memahami konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan berlatih soal-soal. Apabila terjadinya proses belajar itu baik, dapat
diharapkan hasil atau prestasi belajar siswa akan baik pula. Dengan demikian
terjalin interaksi aktif antara subyek dengan lingkungannya.
Konsep-konsep dalam matematika itu tersusun secara hierarkis mulai
dari yang mendasar atau mudah sampai yang paling sukar. Konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi tidak mungkin dipelajari bila prasyarat yang
mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Karena kehierarkisan
terputus-putus akan mengganggu proses pemahaman. Proses belajar
matematika kaan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara
kontinu.
Jean Piaget mengemukakan teori belajar yang mencakup
perkembangan intelektual seseorang. Trianto (2010: 70-71) mengemukakan
bahwa menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat periode
perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu periode sensorimotor,
pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Kecepatan
perkembangan tiap individu melalui urutan tiap periode ini berbeda dan tidak
ada individu yang melompati salah satu dari periode tersebut. Herman Hudoyo
(1988: 45-46) mengungkapkan periode perkembangan menurut Jean Piaget
sebagai berikut.
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Karakteristik periode ini merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi
langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul karena anak melihat dan
meraba obyek.
b. Pra-operasional (2-7 tahun)
Pada periode ini anak di dalam berpikirnya tidak didasarkan kepada
keputusan yang logis melainkan didasarkan kepada keputusan yang logis
melainkan didasarkan kepada keputusan yang dapat dilihat seketika.
c. Operasi konkrit (7-11 tahun)
Pada periode ini anak dalam berpikirnya sudah dikatakan menjadi
hanya menunjukkan kenyataan adanya hubungan dengan pengalaman
empirik-konkrit yang lampau dan masih mendapat kesulitan dalam
mengambil kesimpulan yang logik dari pengalaman-pengalaman khusus.
d. Operasi formal (11 tahun ke atas)
Periode ini merupakan tahap terakhir dari keempat periode perkembangan
menurut Piaget. Periode operasi formal ini disebut juga operasi
hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif
seseorang. Anak pada periode ini sudah dapat memberikan alasan dengan
menggunakan gagasan dalam cara berpikirnya. Anak mampu
menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks
daripada anak di periode operasi konkrit.
Proses belajar matematika tidak dapat terputus atau melewati tahapan
berikutnya, karena matematika adalah suatu yang hirarkis, maka belajar
matematika harus berurutan. Periode perkembangan kognitif menurut Jean
Piaget juga menunjukkan kehierarkisan. Periode perkembangan tidak dapat
melalui periode selanjutnya. Peneliti berangkat dari teori ini berdasarkan teori
perkembangan intelektual menurut Piaget dalam belajar matematika pada
materi bangun ruang sisi datar yaitu pada usia 11 tahun ke atas siswa sudah
berada pada operasi formal. Oleh karena itu teori Van Hiele adalah teori yang
3. Teori Van Hiele
Teori Van Hiele merupakan salah satu teori psikologi pembelajaran
dengan aliran psikologi kognitif yang menguraikan tahap-tahap perkembangan
mental anak dalam geometri.
Van Hiele mengemukakan bahwa ada tiga unsur utama dalam
pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode
pembelajaran jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir anak pada tingkatan yang lebih tinggi.Bila ketiga tersebut tercapai
maka akan membantu proses perkembangan berpikir peserta didik.
Van de Walle (2008: 35) menyatakan bahwa ada lima alasan geometri
sangat penting untuk dipelajari. Pertama, geometri membantu seseorang
memiliki apresiasi yang utuh tentang dunianya, geometri dapat dijumpai
dalam sistem tata surya, formasi geologi, kristal, tumbuhan dan tanaman,
binatang sampai pada karya seni arsitektur dan hasil kerja mesin. Kedua,
eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan ketrampilan
pemecahan masalah. Ketiga geometri memainkan peranan utama dalam
bidang matematika lainnya. Keempat, geometri digunakan oleh banyak orang
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kelima, geometri penuh dengan
tantangan dan menarik.
Ada 5 tahap berpikir geometri menurut Van Hiele. Lima tahapan
tersebut mulai dari tahap 0 hingga tahap 4 yang tingkatannya sesuai dengan
(2008, 151-154) menjabarkan tahapan dalam teori Van Hiele yaitu visualisasi,
analisis, deduksi informal, deduksi, dan akurasi.yaitu sebagai berikut :
1. Tahap 0 Pengenalan (visualisasi)
Pada tahap ini siswa mulai mengenali gambar-gambar geometri melalui
pengamatan saja. Siswa memandang bangun geometri sebagai suatu
keseluruhan. Siswa mampu mengenal nama-nama bangun namun belum
dapat mengetahui sifat dari masing-masing bangun maupun ciri-ciri dari
setiap bangun (Walle 2008, 151-152). Contoh kegiatan siswa pada tahap
ini siswa sudah mengerti limas itu seperti pyramid namun belum
mengetahui sifat-sifatnya. Siswa menggunakan prorotipe-prototipe visual untuk mengidentifikasi bangun.
2. Tahap 1 Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mampu mengenali sifat-sifat dari setiap bangun
geometri, tetapi siswa belum mampu melihat hubungan antara bangun
yang satu dengan yang lain (Walle 2008, 152-153). Tahap ini sering
disebut juga tahap deskriptif. Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat
yang dimiliki. Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa dapat
mendeskripsian suatu bentuk geometri secara eksplisi dengan
menggunakan sifat bendanya.
3. Tahap 2 Pengurutan (Deduksi Informal)
Pada tahap ini kemampuan siswa terhadap kemampuan pemahaman
geometri sudah lebih meningkat lagi (Walle 2008, 153-154). Siswa sudah
berpikir deduktif, siswa juga sudah mampu mengurutkan. Namun
kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Tahap pengurutan ini
ada juga yang menyebut tahap abstraksi. Contoh kegiatan siswa pada tahap
ini siswa dapat mengetahui apa hubungan antara balok dan prisma dan
menggunakan definisi saat menjelaskan hubungan antara balok dan
prisma.
4. Tahap 3 Deduksi
Pada tahap ini siswa sudah mampu mengambil kesimpulan secara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju
hal yang bersifat khusus (Walle 2008, 153-154). Siswa telah mengerti
betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
disamping unsur-unsur yang didefinisikan. Contoh kegiatan siswa pada
tahap ini siswa sudah mengetahui dalil atau teorema mengenai bangun
ruang sisi datar.
5. Tahap Akurasi/Rigor
Pada tahap ini siswa sudah mampu memahami aspek-aspek formal dari
deduksi, seperti pembentukan dan pembandingan sistem matematika
(Walle 2008, 153-154). Contoh kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa
sudah mulai mampu menyadari betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi ini
merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena
itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk di
Van Hiele menyebutkan ada beberapa fase pembelajaran dalam
geometri. Kemajuan dari satu tingkatan berpikir menuju tingkatan berpikir
selanjutnya tergantung pada pengalaman belajar masing-masing siswa,
namun pengalaman belajar ini dapat pula menghambat kemajuan tingkat
berpikir siswa jika ia menerima tahapan yang salah atau tidak semestinya. Nur’aeni (2008: 129) menjabarkan tahapan model pembelajaran Van Hele
sebagai berikut :
a. Informasi
Pada tahap ini guru mengidentifikasi segala hal yang sudah ataupun yang belum diketahui oleh siswa (Nur’aeni, 2008: 129). Guru melibatkan
siswa-siswa dalam kegiatan tentang topik yang akan dipelajari untuk
mengetahui pengetahuan dan bagaimana mereka menafsirkan bahasa yang
terkandung dalam topik itu serta menjelaskan mengapa mereka
mempelajari topik tersebut.
b. Orientasi Terpadu
Siswa mulai mempelajari objek-objek pembelajaran dan tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat dan teliti (Nur’aeni, 2008: 129).
Siswa-siswa menerka topik secara aktif melalui yang telah disusun dengan
teliti oleh guru untuk mengenali objek-objek dari mana ide-ide geometri
diabstrakkan.
c. Eksplisitasi
129). Siswa-siswa menyatakan apa yang telah dipelajari (seperti ciri-ciri
bentuk geometri) dengan menggunakan bahasa sendiri, kemudian guru
memperkenalkan istilah geometri yang berkaitan dan menggalakkan siswa
menggunakan dalam perkataan dan penulisan geometri.
d. Orientasi Bebas
Pada tahap ini siswa diarahkan untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri (Nur’aeni, 2008: 129). Siswa mengaplikasikan apa yang
telah dipelajari untuk menerapkan tugas kompleks yang memerlukan
pelbagai strategi penyelesaian.
e. Integrasi
Siswa-siswa meringkas apa yang telah dipelajari dengan
menggunakan istilah geometri yang berkaitan untuk membentuk gambaran
menyeluruh tentang objek tersebut. Pada tahap ini siswa telah memperoleh
pemikiran baru bagi topik yang dipelajari dan mereka dapat mengulangi
fase-fase pembelajaran itu di tahap pemikiran berikutnya.
Berdasarkan paparan di atas, teori Van Hiele adalah suatu teori tentang
tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat
naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah.
Teori ini memuat lima tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama
secara berurutan yaitu : tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3
(abstraksi), tahap 4 (deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan). Untuk
meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van
informasi (information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan
(explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).
4. Pendekatan Saintifik
Kurniasih (2014: 29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
proses ilmiah, sehingga pembelajaran kurikulum 2013 SMP mengamanatkan
pendekatan saintifik atau ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, dan mengomunikasikan konsep yang telah
ditemukan. Tujuannya untuk membuat peserta didik menyadari bahwa
pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan kapan saja tidak bergantung
pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui pengamatan mandiri. Menurut Sudarwan (dalam
Majid, 2012: 194), pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yang menonjol,
yaitu pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Menurut Abdul Majid (2014: 2-3) pendekatan saintifik
adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam
membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,
menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa ada
beberapa karakteristik pendekatan saintifik, yaitu (1) berpusat pada peserta
didik, (2) melibatkan ketrampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses
pengetahuan yang baik dalam mengarahkan perkembangan intelek peserta
didik, khususnya ketrampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat
mengembangkan karakter peserta didik.
Majid (2012: 193) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan menerapkan suatu proses ilmiah. Dalam pendekatan
yang menggunakan proses ilmiah, para ilmuwan lebih mengutamajan
penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif lebih
melihat fenomena yang umum terjadi yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif melihat fenomena yang tidak
umum yang kemudian ditarik kesimpulan secara menyeluruh. Menurut
Kurniasih (2014: 53-56), pendekatan saintifik sebagai proses pembelajaran
disusun agar peserta didik dapat secara aktif memahami konsep dan prinsip
[image:48.595.126.519.269.750.2]melalui beberapa langkah yang akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Pendekatan saintifik
Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik
Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat, (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotesis)
Mengumpulkan informasi/eksperimen
Melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat
Mengasosiasikan/me-ngolah informasi
a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperim en maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikr induktif serta deduktif dalam menyimpulkan
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan sintifik dalam
pembelajaran pada penerapan kurikulum 2013 adalah pendekatan dalam
pengetahuan melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui
tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
5. Tinjauan Materi : Bangun Ruang Sisi Datar
Polihedron adalah benda padat yang dibatasi oleh bidang-bidang yang
saling berpotongan (Jacobs, 1974: 586). Sedangkan Coxeter (1961: 148)
mengatakan, polihedron (seperti contoh polihedron sisi-n di mana n adalah
bilangan bulat) dapat digambarkan sebagai daerah yang dibatasi oleh bidang
yang tertutup oleh jumlah garis berhingga, garis interior sepenuhnya berada
pada satu sisi dari setiap garis. Dudeja & Madhavi (2014: 166)
mengemukakan bangun ruang terbentuk dari bangun datar seperti segitiga,
persegi, persegi panjang, poligon, lingkaran, dan sebagainya. Rangkaian
bangun datar tersebut menempati ruang dalam tiga dimensi yaitu panjang,
lebar dan tinggi. Sedangkan Marsigit (2009: 176) mengemukakan bangun
ruang merupakan bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa
sisi dan disebut juga dengan bangun tiga dimensi. Bangun ruang sisi datar
adalah bangun ruang yang hanya memiliki sisi datar saja (Dudeja & Madhavi,
2014: 167). Sehingga dari uraian itu dapat disimpulkan, bangun ruang sisi
datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bangun tersebut
berbentuk bidang datar.
1. Kubus
Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), kubus adalah prisma
Marsigit (2009: 207) kubus adalah prism segi empat beraturan yang semua
sisi tegak dan alasnya berbentuk persegi. Sukino (2008: 46) menyatakan
kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi yang
bentuk dan ukurannya sama. Berdasarkan uraian tersebut kubus adalah
bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi yang sama dan sebangun.
Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Berikut adalah gambar
[image:51.595.138.505.271.581.2]dari kubus ABCD.EFGH.
Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH
Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH adalah sebagai berikut:
1) Sisi
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus
memiliki 6 buah sisi yang berbentuk persegi sama besar. Gambar 2.1
menunjukkan sisi- sisi kubus yaitu bidang ABCD,BCGF, CGHD, ADHE, ABFE, dan EFGH.
2) Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus.
Rusuk pada kubus terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus.
3) Titik Sudut
Titik sudut kubus adalah perpotongan antaara dua buah rusuk.
Pada gambar 2.1 kubus memiliki 8 titik sudut yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H.
4) Diagonal Bidang
Diagonal bidang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan
dua buah titik sudut yang saling berhadapan didalam satu sisi kubus.
Pada gambar 2.1 Kubus mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu
AF, EB, DG, CH, BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD. 5) Diagonal Ruang
Diagonal ruang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan
dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang
kubus. Kubus mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.1
6) Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk
sejajar di dalam bangun ruang, Salah satu contoh bidang diagonal
dalam kubus pada gambar 2.1 adalah bidang BGHF yang terbentuk dari dua rusuk sejajar, yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan FH.
Luas Permukaan Kubus
Vkubus = = r3
2. Balok
Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 168), balok adalah bangun
ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya sejajar
dengan alas. Balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang
alasnya berbentuk persegi panjang (Marsigit, 2009: 192). Sedangkan
menurut Dudeja & Madhavi (2014: 168) balok adalah bangun ruang yang
dibatasi oleh tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang yang
masing-masing pasangnya sama dan sebangun. Berdasarkan uraian tersebut balok
adalah prisma yang memiliki alas persegi panang. Balok memiliki 6 sisi,
[image:53.595.139.513.257.571.2]12 rusuk, dan 8 titik sudut
Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH
Berdasarkan gambar balok ABCD.EFGH di atas, maka unsur-unsur
balok adalah sebagai berikut.
1) Sisi
Sisi balok adalah bidang yang membatasi balok. Sisi balok
berjumlah 6 buah yang berbentuk perpanjangan sama besar, yang
2) Rusuk
Rusuk balok adalah garis potong antara dua sisi bidang balok.
Rusuk balok ada 12 buah, yaitu AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE pada gambar balok 2.2.
3) Titik sudut
Titik sudut balok adalah titik perpotongan antara dua buah
rusuk pada balok. Pada gambar 2.2 titik sudut balok berjumlah 8 buah,
yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H..
4) Diagonal bidang
Diagonal bidang balok adalah ruas garis yang menghubungkan
dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam satu sisi balok.
Balok mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu AF, EB, DG, CH, BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD pada gambar 2.2
5) Diagonal ruang
Diagonal ruang balok adalah ruas garis yang menghubungkan
dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang
balok. Balok mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu, AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.2
6) Bidang dagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk
sejajajar di dalam bangun ruang. Salah satu bidang diagonal dalam
rusuk sejajar yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan
FH.
Luas Permukaan Balok
Lpbalok= 2((p l) + (p t) Volume Balok
Vbalok =
3. Prisma
Herman Hudoyo (2008: 110) mengatakan prisma adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu dinamakan
bidang alas dan bidang atas. Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), dua
bidang yang saling sejajar satu sama lain disebut bidang alas dan bidang
atas prisma. Bidang alas dan bidang atas pada prisma kongruen satu sama
lain. Menurut Marsigit (2009: 176) prisma adalah bangun ruang yang
dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang
lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang
sejajar. Dudeja & Madhavi (2014: 169) mengemukakan, prisma adalah
bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi banyak, yang
dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh
dua bidang sejajar dan kongruen yaitu bidang alas dan atas, serta bidang
lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang
sejajar
1. Bentuk alas dan tutup prisma kongruen.
2. Sisi-sisi tegak prisma berbetuk persegi panjang.
3. Prisma memiliki rusuk tegak.
4. Ukuran diagonal bidang pada sisi yang sama, besarnya sama.
Salah satu contoh prisma adalah prisma segitiga ABC.DEF pada gambar di
[image:56.595.140.510.246.587.2]bawah ini.
Gambar 2.3 Prisma segitiga ABC.DEF
Bagian-bagian prisma segitiga ABC.DEF pada gambar 2.3 tersebut yaitu :
1. Sisi prisma segitiga berjumlah 5 buah yaitu, ABC, DEF, ABED,BECF, dan ACFD.
2. Rusuk prisma segitiga berjumlah 9 buah yaitu AB, BE, AC, AD, BE, CF, DE, EF, dan DF.
3. Titik sudut prisma berjumlah 6 buah yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, dan sudut F.
4. Diagonal bidangnya adalah AE, DB, BF, EF, AF, dan DC.
5. Contoh bidang diagonalnya adalah BDF.
Luas Permukaan Prisma
Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak Volume Prisma
4. Limas
Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), limas adalah bangun
ruang sisi datar yang memiliki satu bidang segi-n dan bidang lainnya
berbentuk segitiga yang bertemu di satu titik. Dudeja & Madhavi (2014:
170) mengemukakan, limas adalah bangun ruang yang dibentuk dengan
menghubungkan titik-titik sudut dari alasnya dengan suatu titik yang
terletak di luar akas tersebut. Sedangkan menurut Marsigit (2009: 198)
limas adalah sebuah bangun yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak
dan daerah segitiga. Menurut Sukino (2006: 340) limas merupakan bangun
datar yang selimutnya terdiri atas bangun datar segitiga dengan satu titik
persekutuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa limas
adalah bangun ruang yang memiliki satu bidang sebagai alas, sedangkan
bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.
Penamaan limas sesuai dengan bentuk alas limas sebagai berikut :
1. Semua sisi limas berbentuk segitiga dan bertemu di satu titik puncak.
2. Diagonal alas limas panjangnya sama.
[image:57.595.140.514.229.705.2]Salah satu contoh limas adalah limas segiempat T.ABCDF pada gambar berikut.
Berdasarkan limas segiempat T.ABCD pada gambar 2.4, bagian-bagian limas segiempat antara lain sebagai
1. Sisi limas segiempat berjumlah 5 buah, yaitu ABCD, TAB, TBC, TCD, dan TAD.
2. Rusuk limas segiempat berjumlah 8 buah yaitu TA, TB, TC, TD, TD, AB, BC, BD, dan AD.
3. Titik sudut limas segiempat berjumlah 5 buah yaitu, sudut T, sudut A, sudut B, sudut C, sudut D.
4. Digonal bidang limas segiempat adalah AC dan BD.
5. Bidang diagonal limas segiempat adalah TAC dan TBD
Luas Permukaan Limas
Lplimas =( 2 luas alas) + (luas bidang tegak)
Volume Limas
Vlimas =
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bangun ruang
sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bagian
dalam atau luar berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi datar yang
dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.
Materi yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran ini adalah
6. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau saran yang
digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru
dalam menghadapi pembelajaran di kelas (Suhadi dalam Andi, 2008: 1).
Menurut Trianto (2010: 201) perangkat pembelajaran adalah perangkat
yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan.
Trianto (2010: 96) mengungkapkan bahwa perangkat pembelajaran adalah
perangkat yang digunakan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Perangkat
pembelajaran meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berdasarkan pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat
yang digunakan untuk proses pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, bahan
ajar, dan penilaian. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah
sebagai berikut.
a. Silabus
Menurut Trianto (2010: 201) silabus adalah rencana pembelajaran
sederhana pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus tersebut
digunakan untuk memudahkan pembuatan RPP. Sejalan dengan Trianto,
Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa silabus merupakan acuan dalam
Jadi, menurut pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
silabus adalah acuan dalam membuat kerangka pembelajaran untuk sertiap
mata pelajaran atau tema tertentu.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2010: 214).
Skenario kegiatan tersebut dibuat sesuai tujuan pembelajaran yang mengacu
pada indikator. Rencana pelaksanaan pembelajaran memiliki
komponen-komponen penting yaitu standar inti, standar kompetensi, indikator, tujuan,
materi pokok, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, alat
dan bahan, dan penilaian. Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa RPP
adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP tersebut merupakan turunan dari silabus sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
untuk satu kali pertemuan atau lebih.
c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS adalah panduan siswa yang berfungsi membantu siswa dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran (Trianto, 2010: 222). Hidayat
(2013: 8) mengungkapkan bahwa LKS merupakan perangkat pembelajaran
sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan di
mudah memahami isi dari LKS tersebut. Oleh karena itu kegiatan dalam
LKS perlu dilaksanakan oleh siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam
membentuk kompetensi yang ingin dicapai.
d. Bahan Ajar
Trianto (2010: 227) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah buku
untuk memandu siswa dalam kegiatan pemb