• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang."

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.

Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.

Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.

(2)

Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis.

Yogyakarta: Mathematics Education Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.

Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.

Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.

(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE MATERI BANGUN

RUANG SISI DATAR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR 1

KALIBAWANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Yustina Friska Happy Wulandari NIM: 111414021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bapak Ibuku tercinta

Kakakku Mbak Heny dan Mas Nendy

Adikku Herdy (alm)

Sahabat sejatiku tercinta Welly

(7)

v

HALAMAN MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi, 4:13)

Jadilah diri anda sendiri, siapa lagi yang bisa lebih baik ketimbang diri anda sendiri?

(Frank Giblin)

Di tengah kesulitan selalu ada kesempatan. (Albert Einstein)

Bukan karena hari ini indah maka kita bahagia, tapi karena kita bahagia maka hari-hari kita menjadi indah, bukan karena tidak ada

rintangan maka kita optimis, tapi karena kita optimis maka rintangan itu tidak berasa, bukan karena hal itu mudah maka kita

yakin kita bisa, tapi karena kita yakin kita bisa maka hal itu pun menjadi mudah.

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.

Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.

Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.

(11)

ix

ABSTRACT

Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. The Development of Learning

Instruments Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education

Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.

Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.

Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan, karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” dari awal hingga akhir. Sungguh anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti dengan tulus berterimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Ibu Chatarina Enny Murwaningtyas, M.Si. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Bapak Drs. A. Sardjana M.Pd., Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. selaku dosen ahli yang telah menjadi validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

6. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. dan Ibu Cyrenia Novella Krisnamuti, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan memberi saran bagi skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Damianus Sutarjo dan Yosepha Ngatirah yang tak henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Istilah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

(15)

xiii

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II Landasan Teori ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Hakekat Matematika ... 16

2. Proses Belajar Matematika ... 17

3. Teori Van Hiele ... 21

4. Pendekatan Saintifik ... 26

5. Bangun Ruang Sisi Datar ... 29

6. Perangkat Pembelajaran ... 38

B. Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian ... 46

1. Subjek Penelitian ... 46

2. Objek Penelitian ... 46

3. Tempat Penelitian ... 47

4. Waktu Penelitian ... 47

C. Desain dan Prosedur Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 52

3. Penyebaran Angket ... 53

4. Dokumentasi ... 53

5. Soal Tes Geometri ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 54

1. Pedoman Wawancara ... 55

(16)

xiv

3. Angket ... 57

4. Alat perekam gambar dan suara ... 60

5. Soal tes geometri ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Kuantitatif ... 62

2. Analisis Data Kualitatif ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Potensi dan Masalah ... 64

2. Pengumpulan Data ... 66

3. Desain Produk ... 67

4. Validasi Desain ... 70

5. Revisi Desain ... 71

6. Uji Coba Produk ... 72

7. Revisi Produk ... 92

B. Pembahasan ... 93

1. Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ... 93

2. Proses Pembuatan Perangkat Pembelajaran ... 96

3. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 100

4. Refleksi Uji Coba Produk ... 100

5. Tahap Berpikir Siswa pada TeoriVan Hiele Setelah Uji Coba Produk ... 101

C. Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pendekatan Saintifik ... 27

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Wawancara... 55

Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Observasi ... 56

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Uji Keterbacaan ... 58

Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Uji Respon Siswa ... 58

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59

Tabel 3.6. Kisi-kisi soal tes geometri prisma dan limas ... 61

Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 62

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 72

Tabel 4.2. Perbaikan revisi desain setelah validasi ... 72

Tabel 4.3. Tabel perbaikan revisi produk setelah uji coba ... 92

Tabel 4.4. Aktivitas siswa pada pembelajaran kubus dan balok ... 102

Tabel 4.5. Tahap berpikir siswa berdasarkan ulangan harian kubus... 104

Tabel 4.6. Aktivitas siswa pada pembelajaran prisma dan limas ... 106

Tabel 4.7. Tahap berpikir siswa pada tes prisma dan limas ... 108

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH ... 30

Gambar 2.2. Balok ABCD.EFGH ... 32

Gambar 2.3. Prisma segitiga ABC.EFG ... 35

Gambar 2.4. Limas segiempat T.ABCD ... 36

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 47

Gambar 3.2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi ... 50

Gambar 4.1. Contoh benda berbentuk prisma dan limas ... 74

Gambar 4.2. Siswa bermain jaring-jaring limas ... 77

Gambar 4.3. Guru menjelaskan kelompok menggunakan alat peraga prisma .... 80

Gambar 4.4. Jawaban tiap kelompok yang telah ditempel... 83

Gambar 4.5. Siswa mengumpulkan jawaban dari kelompok lain ... 83

Gambar 4.6. Perwakilan kelompok menulis jawaban hasil diskusinya ... 85

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Olah Data Observasi ... 117

Lampiran 2. Hasil Olah Data Wawancara... 119

Lampiran 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 121

Lampiran 4. Hasil Uji Keterbacaan Siswa ... 126

Lampiran 5. Hasil Uji Respon Siswa ... 127

Lampiran 6. Hasil Validasi Tes Geometri Prisma dan Limas ... 128

Lampiran 7. Silabus ... 130

Lampiran 8. RPP ... 137

Lampiran 9. Penilaian ... 148

Lampiran 10. Bahan Ajar ... 161

Lampiran 11. LKS ... 169

Lampiran 12. Hasil Wawancara ... 174

Lampiran 13. Hasil Observasi ... 177

Lampiran 14. Hasil Observasi Uji Coba Produk ... 180

Lampiran 15. Analisis Tahap Berpikir Siswa Sebelum Uji Coba Produk ... 183

Lampiran 16. Analisis Tahap Berpikir Siswa Setelah Uji Coba Produk ... 187

Lampiran 17. Transkrip Uji Coba Produk ... 195

Lampiran 18. Penilaian ... 212

(21)

xix

Lampiran 20. Biodata Penulis ... 223

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika diakui oleh banyak orang, sebagai suatu mata pelajaran

yang sulit dipahami oleh siswa. Pertama-tama, sebabnya ialah karena

obyeknya abstrak dan hanya ada dalam pikiran manusia, tidak terdapat dalam

dunia nyata yang dapat diamati oleh panca indera (Marpaung : 1998). Siswa

sulit untuk membuat hal yang abstrak ini menjadi hal yang mudah dipahami.

Matematika sering menjadi mata pelajaran yang dihindari oleh para siswa.

Padahal kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari matematika. Matematika

berkaitan dengan berbagai aspek dalam kehidupan manusia dan ada di sekitar

kehidupan sehari-hari yang oleh para siswa kurang disadari. Matematika

dianggap kurang berguna bagi kehidupan nyata. Hal ini menjadi suatu

tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru pengampu mata pelajaran

matematika untuk dapat membuat materi matematika dapat tersampaikan

dengan baik dan dipahami oleh para siswa.

Geometri sebagai cabang matematika sering digunakan dalam

membantu siswa memahami cabang lain dalam matematika. Konsep-konsep

dalam matematika, meskipun tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan

atau diterangkan dengan representasi geometris (Suwarsono : 1982). Ide-ide

dari konsep juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui

(23)

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan formal di

sekolah. Menurut Suwarsono (1990), geometri perlu diajarkan kepada siswa di

sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam

berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang yang lain dari ilmu

matematika.

2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan

(spatial ability) pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan agar

siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan tempat

mereka hidup.

3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara

logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai keterbatasan

pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.

4. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada

siswa mengenai keterkaitan antara matematika dengan alam nyata.

5. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada

siswa mengenai struktur (susunan) ilmu matematika yang formal

aksiomatis.

Dalam praktis hidupnya, geometri menjadi salah satu bidang dalam

matematika yang dianggap sulit oleh para siswa. Banyak faktor penyebab

yang menjadi akar dari permasalahan ini. Biasanya pembelajaran di kelas

(24)

memberikan latihan soal sehingga kurang mempertimbangkan beberapa aspek

penting seperti kemampuan siswa, kontent/materi ajar, metode dan hubungan

antara faktor-faktor ini. Hal tersebut juga dipengaruhi pula oleh diterapkannya

pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Pada sekolah menengah pertama kelas VIII, terdapat materi yang

membahas materi geometri yaitu bangun ruang sisi datar. Dari hasil

wawancara awal dengan guru yang dilakukan oleh peneliti di SMP Pangudi

Luhur 1 Kalibawang sebagai tempat untuk melakukan penelitian, ditemukan

beberapa permasalahan yang sering dialami dalam proses pembelajaran yang

dialami guru yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik dan mengenai pembelajaran geometri. Permasalahan

tersebut terkait dengan kesulitan guru dalam mengajar materi geometri serta

kurangnya pemahaman siswa pada materi geomeri.

Menurut Suwarsono (2001) ada beberapa hal tertentu yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam

geometri, di antaranya teori Van Hiele tentang tahap-tahap perkembangan

kemampuan geometris pada siswa. Teori Van Hiele mampu mengatasi

permasalah-permasalah tersebut. Penelitian mengenai teori Van Hiele pernah

dilakukan oleh Maria Anggarani pada tahun 2010 dengan topik meningkatkan

tingkat dan kualitas berpikir siswa pada pokok bahasan bangun datar dengan

penggunaan teori Van Hiele, dimana ada peningkatan setelah menggunakan

pembelajaran menurut teori Van Hiele. Selain itu juga penelitian yang

(25)

pembelajaran dengan teori Van Hiele pada materi prisma. Produk perangkat

pembelajaran yang dihasilkan memperoleh skor 3,53 dengan kategori sangat

baik. Dua penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi dasar peneliti dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran materi Bangun Ruang Sisi Datar

yang mengakomodasi fase pembelajaran dari teori Van Hiele.

Berdasarkan penelitian yang relevan dan melihat beberapa

permasalahan yang ditemukan maka peneliti tertarik untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran materi geometri bangun ruang sisi datar ditinjau dari

teori Van Hiele. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda juga menjadi poin

penting dalam pemahaman materi geometri. Kemudian teori Van Hiele dipilih

karena teori ini adalah teori mengenai tahapan pemahaman siswa dalam

geometri. SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang masih menerapkan kurikulum

2013 jadi pendekatan saintifik digunakan dalam pengembangan perangkat

pembelajaran ini. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dapat

memenuhi kebutuhan siswa dalam kaitannya dengan fase pembelajaran Van

Hiele yang digunakan.

Oleh karena itu peneliti mengadakan sebuah penelitian yang diberi

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van

Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi

teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan

saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang?

2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi

datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan

pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1

Kalibawang?

C. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami hasil

penelitian ini maka perlu diberikan batasan istilah.

1. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam

mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih

tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini memuat lima

tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama secara berurutan yaitu :

tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi), tahap 4

(deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan).

2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran untuk

meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi

(27)

(directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free

orientation), dan integrasi (integration).

3. Pendekatan Saintifik adalah adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan

melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui

tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data,

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

4. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang

membatasi bangun tersebut berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi

datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma,

dan limas.

5. Perangkat pembelajaran adalah perangkat untuk mencapai suatu tujuan

yang digunakan untuk proses pembelajaran, meliputi silabus, RPP,

penilaian, bahan ajar, dan LKS.

D. Pembatasan Masalah

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa geometri merupakan materi

yang dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama.

Materi yang diajarkan pada kelas VIII di semester genap ini adalah bangun

ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

(28)

Van Hiele pada materi prisma dan limas dengan pendekatan saintifik.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, penilaian,

bahan ajar, dan LKS.

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan yang di atas maka dapat tujuan penelitian

ini adalah :

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran

mengakomodasi teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar

pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

2. Mengetahui kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi

datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan

pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1

Kalibawang berdasarkan criteria penilaian pengembangan produk yang

dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat baik, baik, kurang baik, dan

tidak baik.

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, maka hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat :

1. Bagi guru dan peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dan

(29)

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari siswa dan proses

pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat memahami bangun ruang sisi datar

sesuai dengan teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik serta berada

pada tahap berpikir geometri yang lebih tinggi.

3. Bagi sekolah

a. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran berupa produk perangkat pembelajaran pada

materi bangun ruang sisi datar.

b. Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan

sekolah.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan

pendorong motivasi untuk meneliti dan mengembangkan pada masalah

yang lain atau mata pelajaran yang lain atau melanjutkan penelitian

pengembangan ini.

G. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat

pembelajaran berupa silbus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berikut adalah

(30)

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan dibuat dengan mengakomodasi teori

Van Hiele dengan pendekatan saintifik. Silabus tersebut juga dibuat

berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan

menyeluruh. Silabus ini terdiri dari: kompetensi inti, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian, dan sumber belajar. Perbedaan silabus ini adalah dalam kegiatan

pembelajaran yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele dengan

pendekatan saintifik. Di bawah ini merupakan format silabus yang peneliti

susun.

SILABUS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE

Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Kompetensi Inti :

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Indikator Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Penilaian Alokasi Waktu

(31)

2. RPP

RPP yang dikembangkan mememiliki komponen-kompenen yang

terdiri dari: identitas; kompetensi inti; kompetensi dasar dan indikator;

tujuan; materi pokok; pendekatan dan metode pembelajaran; media, alat,

dan sumber belajar; kegiatan belajar; dan penilaian. Perbedaan RPP yang

dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah

pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini

menggunakan fase pembelajaran Van Hiele dengan pendekatan saintifik.

Format RPP dalam kurikulum 2013 digunakan dalam pengembangan

RPP ini. Indikator yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi dasarnya.

Indikator dan tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek

pengetahuan, aspek sikap: sikap spiritual dan sikap sosial, serta ketrampilan.

Pada langkah-langkah pembelajarannya peneliti menggunakan fase

pembelajaran Van Hiele yang meliputi (1) fase informasi, (2) fase orientasi

terpadu, (3) fase eksplisitasi, (4) fase orientasi bebas, (5) fase integrasi. Pada

setiap fase pembelajaran Van Hiele akan nampak kegiatan saintifiknya.

Misalkan pada fase informasi dalam kegiatannya akan tampak kegiatan

mengamati. Lebih jelasnya, di bawah ini merupakan format RPP yang

(32)

RENCANA PELAKSANAAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Pembelajaran ke : Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No. Kompetensi Dasar Indikator

1. 1.2 1.2.1

2.

C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran F. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Fase pembelajaran Van Hiele (kegiatan

pada pendekatan saintifik)

G. Media, Alat, dan Sumber Belajar H. Penilaian

Yogyakarta, ...

Guru Kelas Peneliti

(... ) (... ) Mengetahui,

(33)

3. LKS

LKS yang dikembangkan mencakup pemodelan dengan

menggunakan fase pembelajaran Van Hiele sebagai panduan

kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. Komponen yang ada dalam

LKS terdiri dari: identitas; indikator hasil belajar; petunjuk LKS; dan

kegiatan siswa. LKS ini mendukung pelaksanaan fase pembelajaran Van

Hiele. Berikut merupakan format LKS yang dibuat peneliti.

LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)

Satuan Pendidikan : Hari/Tanggal : Kelas/Semester : Pembelajaran : Alokasi Waktu :

I. Indikator Hasil Belajar II. Petunjuk

III.Kegiatan Belajar

Kegiatan 1

Alat dan bahan: Petunjuk:

Kegiatan 2

(34)

4. Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan dibuat berdasarkan indikator dan

tujuan yang ingin dicapai, konsep-konsep, fakta, dan prosedur. Bahan ajar

yang dikembangkan juga disertai gambar-gambar yang mendukung materi

terkait. Bahan ajar yang digunakan berdasarkan tahap berpikir Van Hiele

pada siswa mengenai geometri. Berikut merupakan format bahan ajar yang

dibuat peneliti.

5. Penilaian

Penilaian yang dikembangkan mengacu pada indikator dan tujuan

pembelajaran untuk mengetahui proses dan hasil belajar yang terdiri dari

aspek pengetahuan, sikap: spiritual dan sosial serta keterampilan. Pada

penilaian pengetahuan peneliti menggunakan tes yang mengukur tahap

berpikir menurut Van Hiele. Penilaian sikap dan ketrampilan menggunakan

karakteristik penilaian pada kurikulum 2013 yang sesuai dengan indikator BAHAN AJAR

Kelas/Semester : Pembelajaran :

(35)

a. Sikap spiritual

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 1

2.

No Nama Siswa Kriteria Total

Skor 1.

2.

pembelajarannya. Berikut ini merupakan format penilaian yang disusun

peneliti.

b. Sikap sosial

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

1 2.

No Nama

Siswa

Kriteria Total

Skor 1.

(36)

c. Pengetahuan

No. Bentuk Tugas Penilaian Skor Level

berpikir Van Hiele 1.

2.

Total skor

d. Keterampilan

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

1 2.

No Nama

Siswa

Kriteria Total

Skor 1.

(37)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang memuat teori-teori yang

mendasari penelitian ini, kerangka berpikir dalam penelitian ini terkait dengan

kajian pustaka, dan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini.

A. Kajian Pustaka

Pada sub bab ini peneliti membahas hakekat matematika, proses

belajar matematika, teori Van Hiele, pendekatan saintifik, tinjauan materi, dan

perangkat pembelajaran.

1. Hakekat Matematika

James dan James (dalam Ruseffendi, 1993: 27), mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,

dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi ke

dalam beberapa bidang, antara lain aljabar, analisis, dan geometri. Johnson

dan Rising (1972) yang dikutip oleh Ruseffendi (1993: 27) mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang

logik dan pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-

teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang

didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah

dibuktikan kebenarannya.

Menurut Ruseffendi (1993: 150) dan Herman Hudoyo (1980:10), suatu

sistem deduktif dimulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan yang disebut

(38)

eksistensinya diakui ada, tetapi susah untuk dapat dinyatakan dengan suatu

kalimat yang tepat, ke unsur-unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat kemudian disusun dalil-dalil, di mana dalil itu (setelah dibuktikan

kebenarannya) berlaku secara umum. Komponen-komponen ini membentuk

suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik.

Pembuktian yang digunakan adalah pembuktian deduktif. Karena itu

matematika sering disebut ilmu deduktif.

Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan

hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan berkenaan

dengan konsep-konsep abstrak (Herman Hudoyo, 1980 : 11). Dalam

matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, obyek-obyek itu

merupakan obyek pikiran. Obyek dasar itu meliputi fakta, konsep, operasi atau

relasi, dan prinsip (Soedjadi, 1999:13-15). Dari obyek dasar ini dapat disusun

suatu pola dan struktur matematika.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan

dengan ide-ide abstrak yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan

prinsip yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

2. Proses belajar matematika

Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah

laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1995:

91). Winkel (1989: 36), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu

(39)

lingkungan yang menghasilakan perubahan-perubahan dalam pemahaman,

ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan berbekas.

Dengan belajar diharapkan seseorang mengalami perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu, tidak terampil menjadi terampil, tidak paham menjadi paham.

Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan. Menurut Herman

Hudoyo (1988: 1) belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang

dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi

dalam diri seseorang karena pengalaman.

Proses belajar matematika dapat dimaksudkan sebagai interaksi antar

siswa dengan topik-topik matematika, sehingga interaksi itu menyebabkan

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, terutama tingkah laku

yang terjadi dalam diri siswa dalam penguasaan matematika. Penguasaan

matematika dapat diperoleh dengan siswa aktif melibatkan diri dengan segala

pemikiran, perhatiannya tercurah pada materi yang sedang dipelajari,

mendengarkan penjelasan guru, berusaha memahami konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan berlatih soal-soal. Apabila terjadinya proses belajar itu baik, dapat

diharapkan hasil atau prestasi belajar siswa akan baik pula. Dengan demikian

terjalin interaksi aktif antara subyek dengan lingkungannya.

Konsep-konsep dalam matematika itu tersusun secara hierarkis mulai

dari yang mendasar atau mudah sampai yang paling sukar. Konsep-konsep

matematika yang lebih tinggi tidak mungkin dipelajari bila prasyarat yang

mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Karena kehierarkisan

(40)

terputus-putus akan mengganggu proses pemahaman. Proses belajar

matematika kaan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara

kontinu.

Jean Piaget mengemukakan teori belajar yang mencakup

perkembangan intelektual seseorang. Trianto (2010: 70-71) mengemukakan

bahwa menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat periode

perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu periode sensorimotor,

pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Kecepatan

perkembangan tiap individu melalui urutan tiap periode ini berbeda dan tidak

ada individu yang melompati salah satu dari periode tersebut. Herman Hudoyo

(1988: 45-46) mengungkapkan periode perkembangan menurut Jean Piaget

sebagai berikut.

a. Sensorimotor (0-2 tahun)

Karakteristik periode ini merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi

langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul karena anak melihat dan

meraba obyek.

b. Pra-operasional (2-7 tahun)

Pada periode ini anak di dalam berpikirnya tidak didasarkan kepada

keputusan yang logis melainkan didasarkan kepada keputusan yang logis

melainkan didasarkan kepada keputusan yang dapat dilihat seketika.

c. Operasi konkrit (7-11 tahun)

Pada periode ini anak dalam berpikirnya sudah dikatakan menjadi

(41)

hanya menunjukkan kenyataan adanya hubungan dengan pengalaman

empirik-konkrit yang lampau dan masih mendapat kesulitan dalam

mengambil kesimpulan yang logik dari pengalaman-pengalaman khusus.

d. Operasi formal (11 tahun ke atas)

Periode ini merupakan tahap terakhir dari keempat periode perkembangan

menurut Piaget. Periode operasi formal ini disebut juga operasi

hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif

seseorang. Anak pada periode ini sudah dapat memberikan alasan dengan

menggunakan gagasan dalam cara berpikirnya. Anak mampu

menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks

daripada anak di periode operasi konkrit.

Proses belajar matematika tidak dapat terputus atau melewati tahapan

berikutnya, karena matematika adalah suatu yang hirarkis, maka belajar

matematika harus berurutan. Periode perkembangan kognitif menurut Jean

Piaget juga menunjukkan kehierarkisan. Periode perkembangan tidak dapat

melalui periode selanjutnya. Peneliti berangkat dari teori ini berdasarkan teori

perkembangan intelektual menurut Piaget dalam belajar matematika pada

materi bangun ruang sisi datar yaitu pada usia 11 tahun ke atas siswa sudah

berada pada operasi formal. Oleh karena itu teori Van Hiele adalah teori yang

(42)

3. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori psikologi pembelajaran

dengan aliran psikologi kognitif yang menguraikan tahap-tahap perkembangan

mental anak dalam geometri.

Van Hiele mengemukakan bahwa ada tiga unsur utama dalam

pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode

pembelajaran jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir anak pada tingkatan yang lebih tinggi.Bila ketiga tersebut tercapai

maka akan membantu proses perkembangan berpikir peserta didik.

Van de Walle (2008: 35) menyatakan bahwa ada lima alasan geometri

sangat penting untuk dipelajari. Pertama, geometri membantu seseorang

memiliki apresiasi yang utuh tentang dunianya, geometri dapat dijumpai

dalam sistem tata surya, formasi geologi, kristal, tumbuhan dan tanaman,

binatang sampai pada karya seni arsitektur dan hasil kerja mesin. Kedua,

eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan ketrampilan

pemecahan masalah. Ketiga geometri memainkan peranan utama dalam

bidang matematika lainnya. Keempat, geometri digunakan oleh banyak orang

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kelima, geometri penuh dengan

tantangan dan menarik.

Ada 5 tahap berpikir geometri menurut Van Hiele. Lima tahapan

tersebut mulai dari tahap 0 hingga tahap 4 yang tingkatannya sesuai dengan

(43)

(2008, 151-154) menjabarkan tahapan dalam teori Van Hiele yaitu visualisasi,

analisis, deduksi informal, deduksi, dan akurasi.yaitu sebagai berikut :

1. Tahap 0 Pengenalan (visualisasi)

Pada tahap ini siswa mulai mengenali gambar-gambar geometri melalui

pengamatan saja. Siswa memandang bangun geometri sebagai suatu

keseluruhan. Siswa mampu mengenal nama-nama bangun namun belum

dapat mengetahui sifat dari masing-masing bangun maupun ciri-ciri dari

setiap bangun (Walle 2008, 151-152). Contoh kegiatan siswa pada tahap

ini siswa sudah mengerti limas itu seperti pyramid namun belum

mengetahui sifat-sifatnya. Siswa menggunakan prorotipe-prototipe visual untuk mengidentifikasi bangun.

2. Tahap 1 Analisis

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengenali sifat-sifat dari setiap bangun

geometri, tetapi siswa belum mampu melihat hubungan antara bangun

yang satu dengan yang lain (Walle 2008, 152-153). Tahap ini sering

disebut juga tahap deskriptif. Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat

yang dimiliki. Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa dapat

mendeskripsian suatu bentuk geometri secara eksplisi dengan

menggunakan sifat bendanya.

3. Tahap 2 Pengurutan (Deduksi Informal)

Pada tahap ini kemampuan siswa terhadap kemampuan pemahaman

geometri sudah lebih meningkat lagi (Walle 2008, 153-154). Siswa sudah

(44)

berpikir deduktif, siswa juga sudah mampu mengurutkan. Namun

kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Tahap pengurutan ini

ada juga yang menyebut tahap abstraksi. Contoh kegiatan siswa pada tahap

ini siswa dapat mengetahui apa hubungan antara balok dan prisma dan

menggunakan definisi saat menjelaskan hubungan antara balok dan

prisma.

4. Tahap 3 Deduksi

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengambil kesimpulan secara

deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju

hal yang bersifat khusus (Walle 2008, 153-154). Siswa telah mengerti

betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

disamping unsur-unsur yang didefinisikan. Contoh kegiatan siswa pada

tahap ini siswa sudah mengetahui dalil atau teorema mengenai bangun

ruang sisi datar.

5. Tahap Akurasi/Rigor

Pada tahap ini siswa sudah mampu memahami aspek-aspek formal dari

deduksi, seperti pembentukan dan pembandingan sistem matematika

(Walle 2008, 153-154). Contoh kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa

sudah mulai mampu menyadari betapa pentingnya ketepatan dari

prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi ini

merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena

itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk di

(45)

Van Hiele menyebutkan ada beberapa fase pembelajaran dalam

geometri. Kemajuan dari satu tingkatan berpikir menuju tingkatan berpikir

selanjutnya tergantung pada pengalaman belajar masing-masing siswa,

namun pengalaman belajar ini dapat pula menghambat kemajuan tingkat

berpikir siswa jika ia menerima tahapan yang salah atau tidak semestinya. Nur’aeni (2008: 129) menjabarkan tahapan model pembelajaran Van Hele

sebagai berikut :

a. Informasi

Pada tahap ini guru mengidentifikasi segala hal yang sudah ataupun yang belum diketahui oleh siswa (Nur’aeni, 2008: 129). Guru melibatkan

siswa-siswa dalam kegiatan tentang topik yang akan dipelajari untuk

mengetahui pengetahuan dan bagaimana mereka menafsirkan bahasa yang

terkandung dalam topik itu serta menjelaskan mengapa mereka

mempelajari topik tersebut.

b. Orientasi Terpadu

Siswa mulai mempelajari objek-objek pembelajaran dan tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat dan teliti (Nur’aeni, 2008: 129).

Siswa-siswa menerka topik secara aktif melalui yang telah disusun dengan

teliti oleh guru untuk mengenali objek-objek dari mana ide-ide geometri

diabstrakkan.

c. Eksplisitasi

(46)

129). Siswa-siswa menyatakan apa yang telah dipelajari (seperti ciri-ciri

bentuk geometri) dengan menggunakan bahasa sendiri, kemudian guru

memperkenalkan istilah geometri yang berkaitan dan menggalakkan siswa

menggunakan dalam perkataan dan penulisan geometri.

d. Orientasi Bebas

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri (Nur’aeni, 2008: 129). Siswa mengaplikasikan apa yang

telah dipelajari untuk menerapkan tugas kompleks yang memerlukan

pelbagai strategi penyelesaian.

e. Integrasi

Siswa-siswa meringkas apa yang telah dipelajari dengan

menggunakan istilah geometri yang berkaitan untuk membentuk gambaran

menyeluruh tentang objek tersebut. Pada tahap ini siswa telah memperoleh

pemikiran baru bagi topik yang dipelajari dan mereka dapat mengulangi

fase-fase pembelajaran itu di tahap pemikiran berikutnya.

Berdasarkan paparan di atas, teori Van Hiele adalah suatu teori tentang

tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat

naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah.

Teori ini memuat lima tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama

secara berurutan yaitu : tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3

(abstraksi), tahap 4 (deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan). Untuk

meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van

(47)

informasi (information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan

(explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

4. Pendekatan Saintifik

Kurniasih (2014: 29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan

proses ilmiah, sehingga pembelajaran kurikulum 2013 SMP mengamanatkan

pendekatan saintifik atau ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, dan mengomunikasikan konsep yang telah

ditemukan. Tujuannya untuk membuat peserta didik menyadari bahwa

pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan kapan saja tidak bergantung

pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menciptakan kondisi

pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari

berbagai sumber melalui pengamatan mandiri. Menurut Sudarwan (dalam

Majid, 2012: 194), pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yang menonjol,

yaitu pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang

suatu kebenaran. Menurut Abdul Majid (2014: 2-3) pendekatan saintifik

adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam

membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran dengan

pendekatan saintifik mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,

menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

(48)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa ada

beberapa karakteristik pendekatan saintifik, yaitu (1) berpusat pada peserta

didik, (2) melibatkan ketrampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses

pengetahuan yang baik dalam mengarahkan perkembangan intelek peserta

didik, khususnya ketrampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat

mengembangkan karakter peserta didik.

Majid (2012: 193) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan menerapkan suatu proses ilmiah. Dalam pendekatan

yang menggunakan proses ilmiah, para ilmuwan lebih mengutamajan

penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif lebih

melihat fenomena yang umum terjadi yang kemudian dapat ditarik kesimpulan

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif melihat fenomena yang tidak

umum yang kemudian ditarik kesimpulan secara menyeluruh. Menurut

Kurniasih (2014: 53-56), pendekatan saintifik sebagai proses pembelajaran

disusun agar peserta didik dapat secara aktif memahami konsep dan prinsip

[image:48.595.126.519.269.750.2]

melalui beberapa langkah yang akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1 Pendekatan saintifik

Langkah Pembelajaran dengan

Pendekatan Saintifik

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat, (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke

(49)

pertanyaan yang bersifat hipotesis)

Mengumpulkan informasi/eksperimen

Melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat

Mengasosiasikan/me-ngolah informasi

a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperim en maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi

b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikr induktif serta deduktif dalam menyimpulkan

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan sintifik dalam

pembelajaran pada penerapan kurikulum 2013 adalah pendekatan dalam

(50)

pengetahuan melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui

tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan.

5. Tinjauan Materi : Bangun Ruang Sisi Datar

Polihedron adalah benda padat yang dibatasi oleh bidang-bidang yang

saling berpotongan (Jacobs, 1974: 586). Sedangkan Coxeter (1961: 148)

mengatakan, polihedron (seperti contoh polihedron sisi-n di mana n adalah

bilangan bulat) dapat digambarkan sebagai daerah yang dibatasi oleh bidang

yang tertutup oleh jumlah garis berhingga, garis interior sepenuhnya berada

pada satu sisi dari setiap garis. Dudeja & Madhavi (2014: 166)

mengemukakan bangun ruang terbentuk dari bangun datar seperti segitiga,

persegi, persegi panjang, poligon, lingkaran, dan sebagainya. Rangkaian

bangun datar tersebut menempati ruang dalam tiga dimensi yaitu panjang,

lebar dan tinggi. Sedangkan Marsigit (2009: 176) mengemukakan bangun

ruang merupakan bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa

sisi dan disebut juga dengan bangun tiga dimensi. Bangun ruang sisi datar

adalah bangun ruang yang hanya memiliki sisi datar saja (Dudeja & Madhavi,

2014: 167). Sehingga dari uraian itu dapat disimpulkan, bangun ruang sisi

datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bangun tersebut

berbentuk bidang datar.

1. Kubus

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), kubus adalah prisma

(51)

Marsigit (2009: 207) kubus adalah prism segi empat beraturan yang semua

sisi tegak dan alasnya berbentuk persegi. Sukino (2008: 46) menyatakan

kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi yang

bentuk dan ukurannya sama. Berdasarkan uraian tersebut kubus adalah

bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi yang sama dan sebangun.

Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Berikut adalah gambar

[image:51.595.138.505.271.581.2]

dari kubus ABCD.EFGH.

Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH

Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH adalah sebagai berikut:

1) Sisi

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus

memiliki 6 buah sisi yang berbentuk persegi sama besar. Gambar 2.1

menunjukkan sisi- sisi kubus yaitu bidang ABCD,BCGF, CGHD, ADHE, ABFE, dan EFGH.

2) Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus.

Rusuk pada kubus terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus.

(52)

3) Titik Sudut

Titik sudut kubus adalah perpotongan antaara dua buah rusuk.

Pada gambar 2.1 kubus memiliki 8 titik sudut yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H.

4) Diagonal Bidang

Diagonal bidang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan

dua buah titik sudut yang saling berhadapan didalam satu sisi kubus.

Pada gambar 2.1 Kubus mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu

AF, EB, DG, CH, BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD. 5) Diagonal Ruang

Diagonal ruang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan

dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang

kubus. Kubus mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.1

6) Bidang Diagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk

sejajar di dalam bangun ruang, Salah satu contoh bidang diagonal

dalam kubus pada gambar 2.1 adalah bidang BGHF yang terbentuk dari dua rusuk sejajar, yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan FH.

Luas Permukaan Kubus

(53)

Vkubus = = r3

2. Balok

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 168), balok adalah bangun

ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya sejajar

dengan alas. Balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang

alasnya berbentuk persegi panjang (Marsigit, 2009: 192). Sedangkan

menurut Dudeja & Madhavi (2014: 168) balok adalah bangun ruang yang

dibatasi oleh tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang yang

masing-masing pasangnya sama dan sebangun. Berdasarkan uraian tersebut balok

adalah prisma yang memiliki alas persegi panang. Balok memiliki 6 sisi,

[image:53.595.139.513.257.571.2]

12 rusuk, dan 8 titik sudut

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH

Berdasarkan gambar balok ABCD.EFGH di atas, maka unsur-unsur

balok adalah sebagai berikut.

1) Sisi

Sisi balok adalah bidang yang membatasi balok. Sisi balok

berjumlah 6 buah yang berbentuk perpanjangan sama besar, yang

(54)

2) Rusuk

Rusuk balok adalah garis potong antara dua sisi bidang balok.

Rusuk balok ada 12 buah, yaitu AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE pada gambar balok 2.2.

3) Titik sudut

Titik sudut balok adalah titik perpotongan antara dua buah

rusuk pada balok. Pada gambar 2.2 titik sudut balok berjumlah 8 buah,

yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H..

4) Diagonal bidang

Diagonal bidang balok adalah ruas garis yang menghubungkan

dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam satu sisi balok.

Balok mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu AF, EB, DG, CH, BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD pada gambar 2.2

5) Diagonal ruang

Diagonal ruang balok adalah ruas garis yang menghubungkan

dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang

balok. Balok mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu, AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.2

6) Bidang dagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk

sejajajar di dalam bangun ruang. Salah satu bidang diagonal dalam

(55)

rusuk sejajar yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan

FH.

Luas Permukaan Balok

Lpbalok= 2((p l) + (p t) Volume Balok

Vbalok =

3. Prisma

Herman Hudoyo (2008: 110) mengatakan prisma adalah bangun

ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu dinamakan

bidang alas dan bidang atas. Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), dua

bidang yang saling sejajar satu sama lain disebut bidang alas dan bidang

atas prisma. Bidang alas dan bidang atas pada prisma kongruen satu sama

lain. Menurut Marsigit (2009: 176) prisma adalah bangun ruang yang

dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang

lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang

sejajar. Dudeja & Madhavi (2014: 169) mengemukakan, prisma adalah

bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi banyak, yang

dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh

dua bidang sejajar dan kongruen yaitu bidang alas dan atas, serta bidang

lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang

sejajar

(56)

1. Bentuk alas dan tutup prisma kongruen.

2. Sisi-sisi tegak prisma berbetuk persegi panjang.

3. Prisma memiliki rusuk tegak.

4. Ukuran diagonal bidang pada sisi yang sama, besarnya sama.

Salah satu contoh prisma adalah prisma segitiga ABC.DEF pada gambar di

[image:56.595.140.510.246.587.2]

bawah ini.

Gambar 2.3 Prisma segitiga ABC.DEF

Bagian-bagian prisma segitiga ABC.DEF pada gambar 2.3 tersebut yaitu :

1. Sisi prisma segitiga berjumlah 5 buah yaitu, ABC, DEF, ABED,BECF, dan ACFD.

2. Rusuk prisma segitiga berjumlah 9 buah yaitu AB, BE, AC, AD, BE, CF, DE, EF, dan DF.

3. Titik sudut prisma berjumlah 6 buah yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, dan sudut F.

4. Diagonal bidangnya adalah AE, DB, BF, EF, AF, dan DC.

5. Contoh bidang diagonalnya adalah BDF.

Luas Permukaan Prisma

Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak Volume Prisma

(57)

4. Limas

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), limas adalah bangun

ruang sisi datar yang memiliki satu bidang segi-n dan bidang lainnya

berbentuk segitiga yang bertemu di satu titik. Dudeja & Madhavi (2014:

170) mengemukakan, limas adalah bangun ruang yang dibentuk dengan

menghubungkan titik-titik sudut dari alasnya dengan suatu titik yang

terletak di luar akas tersebut. Sedangkan menurut Marsigit (2009: 198)

limas adalah sebuah bangun yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak

dan daerah segitiga. Menurut Sukino (2006: 340) limas merupakan bangun

datar yang selimutnya terdiri atas bangun datar segitiga dengan satu titik

persekutuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa limas

adalah bangun ruang yang memiliki satu bidang sebagai alas, sedangkan

bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.

Penamaan limas sesuai dengan bentuk alas limas sebagai berikut :

1. Semua sisi limas berbentuk segitiga dan bertemu di satu titik puncak.

2. Diagonal alas limas panjangnya sama.

[image:57.595.140.514.229.705.2]

Salah satu contoh limas adalah limas segiempat T.ABCDF pada gambar berikut.

(58)

Berdasarkan limas segiempat T.ABCD pada gambar 2.4, bagian-bagian limas segiempat antara lain sebagai

1. Sisi limas segiempat berjumlah 5 buah, yaitu ABCD, TAB, TBC, TCD, dan TAD.

2. Rusuk limas segiempat berjumlah 8 buah yaitu TA, TB, TC, TD, TD, AB, BC, BD, dan AD.

3. Titik sudut limas segiempat berjumlah 5 buah yaitu, sudut T, sudut A, sudut B, sudut C, sudut D.

4. Digonal bidang limas segiempat adalah AC dan BD.

5. Bidang diagonal limas segiempat adalah TAC dan TBD

Luas Permukaan Limas

Lplimas =( 2 luas alas) + (luas bidang tegak)

Volume Limas

Vlimas =

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bangun ruang

sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bagian

dalam atau luar berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi datar yang

dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.

Materi yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran ini adalah

(59)

6. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau saran yang

digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru

dalam menghadapi pembelajaran di kelas (Suhadi dalam Andi, 2008: 1).

Menurut Trianto (2010: 201) perangkat pembelajaran adalah perangkat

yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan.

Trianto (2010: 96) mengungkapkan bahwa perangkat pembelajaran adalah

perangkat yang digunakan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Perangkat

pembelajaran meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berdasarkan pendapat

di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat

yang digunakan untuk proses pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, bahan

ajar, dan penilaian. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah

sebagai berikut.

a. Silabus

Menurut Trianto (2010: 201) silabus adalah rencana pembelajaran

sederhana pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup

kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus tersebut

digunakan untuk memudahkan pembuatan RPP. Sejalan dengan Trianto,

Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa silabus merupakan acuan dalam

(60)

Jadi, menurut pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

silabus adalah acuan dalam membuat kerangka pembelajaran untuk sertiap

mata pelajaran atau tema tertentu.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2010: 214).

Skenario kegiatan tersebut dibuat sesuai tujuan pembelajaran yang mengacu

pada indikator. Rencana pelaksanaan pembelajaran memiliki

komponen-komponen penting yaitu standar inti, standar kompetensi, indikator, tujuan,

materi pokok, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, alat

dan bahan, dan penilaian. Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa RPP

adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau lebih.

RPP tersebut merupakan turunan dari silabus sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

untuk satu kali pertemuan atau lebih.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS adalah panduan siswa yang berfungsi membantu siswa dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran (Trianto, 2010: 222). Hidayat

(2013: 8) mengungkapkan bahwa LKS merupakan perangkat pembelajaran

sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan di

(61)

mudah memahami isi dari LKS tersebut. Oleh karena itu kegiatan dalam

LKS perlu dilaksanakan oleh siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam

membentuk kompetensi yang ingin dicapai.

d. Bahan Ajar

Trianto (2010: 227) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah buku

untuk memandu siswa dalam kegiatan pemb

Gambar

Tabel 2.1 Pendekatan saintifik
Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH
Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH
Gambar 2.3 Prisma segitiga ABC.DEF
+7

Referensi

Dokumen terkait

type tcpConnect dest-ipaddr <ip tujuan> dest-port 21 control disable. timeout 1000

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pengembangan ekstrak etanol daun bandotan yang diformulasikan dalam bentuk krim a/m terhadap pembentukan serabut kolagen

Justeru, permasalahan ini telah mendorong guru-guru untuk meneroka wadah teknologi yang terkini seperti Ruang Pembelajaran Pelajar (Students’ Learning Space(SLS)) dan

NIA KURNIASIH HENDRAWATI, S.Kep, Ners, MM Kepala UPTD Puskesmas Imbanagara Dinas Kesehatan 23 DADANG NURDIN, SKM, M.Kes Kepala UPTD Puskesmas Cidolog Dinas Kesehatan 24 NELLY

Sururi dengan judul Skripsi “Rekonstruksi Nisbah Zakat Mal Atas Pemikiran Yusuf Qardhawi”, membahas bahwa zakat mal merupakan hasil ijtihad yang sesuai dengan perkembangan

tingkat margin sebagai variabel paling dominan mempengaruhi Alokasi Dana pihak ketiga pada UKM adalah benar adanya, dengan asumsi bahwa dari kedua variabel independen (

Dari tabel 4.3 tersebut di dapat data bahwa ada 2 pertanyaan yang memiliki nilai component matrics lebih kecil dari 0,5 (<0,5) yaitu pertanyaan nomer 4 dan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode ANP, dari keenam elemen kriteria yang terdiri dari dukungan bank, sisa kemampuan keuangan, pengalaman, personil,