Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI
LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Oleh :
I GEDE AGUS PRAYOGA
1204205046
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI
LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Oleh :
I GEDE AGUS PRAYOGA 1204205046
Dosen Pembimbing:
I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., PhD. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR
Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali
(0361) 703384, 703320 Fax : 703384 www.ar.unud.ac.id
PERNYATAAN
Judul Tugas Akhir : Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung
Nama : I Gede Agus Prayoga
NIM : 1204205046
Program Studi : Arsitektur
Periode : Pebruari 2016
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka.
Denpasar, 27 Juni 2016
I Gede Agus Prayoga
Almost every area has the potential for tourism in Bali will carry out a tourism development, either in the form of natural potential, the potential cultural and human resource potential. This potential development aims to improve the economy of communities and regions by creating a new tourist area that can later be attracted interest of local and foreign tourists to come or a visit to the tourist area. In performing a setup or development should pay attention to the existing activities that have occurred in the environment by considering the concept of traditional Balinese architecture prevailing in the society such as the concept of Tri Hitta Karana, Ulu Teben concept, and the concept of Tri Anga. The guidance of the concept of the importance of the division of zoning in accordance with the activities and functions that will occur the environment. Apart from that, the level of abrasion is happening now so high that the revetment protection which can reduce the impact abrasion that occurs as the construction of revetment and groint with type L and T.
Keywords: pattern of zoning and revetment.
ABSTRAK
Hampir setiap daerah yang memiliki potensi wisata di Bali akan melakukan sebuah
pengembangan wisata baik itu berupa potensi alam, potensi budaya dan potensi sumber daya
manusia. Pengembangan potensi ini bertujuan untuk meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat dan daerah dengan cara membuat sebuah kawasan wisata baru yang nantinya dapat
menaraik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang atau berkunjung ke daerah
wisata tersebut. Dalam melakukan sebuah penataan atau pengembangan haruslah memperhatikan
aktivitas eksisting yang telah terjadi di lingkungan tersebut dengan mempertimbangkan konsep
Arsitektur Tradisional Bali yang berlaku di masyarakat seperti konsep Tri Hitta Karana, Konsep
Ulu Teben, dan Konsep Tri Angga. Melalui pedoman konsep tersebut maka didapat pembagian
zonasi yang sesuai dengan aktivitas dan fungsi yang akan terjadi di lingkungan tersebut. Selain
dari pada itu, tingkat abrasi yang terjadi sekarang ini sangatlah tinggi sehingga diperlukan
bangunan pelindung pantai yang dapat mengurangi dampak abrasi yang terjadi seperti
pembangunan revetment dan groint dengan type L dan T.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nyalah, penyusunan Landasan Konseptual Perancangan Tugas
Akhir dengan judul “Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di
Kabupaten Klungkung” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini adalah untuk
melengkapi syarat – syarat dalam penyelesaian Tugas Akhir, agar dapat mengikuti
studio Tugas Akhir.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan penyelesaian Landasan Konseptual Perancangan Seminar Tugas
Akhir ini. Terima kasih saya sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., PhD., selaku Dekan
Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
2. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca., MT., Ph.D., selaku Pembantu Dekan
1 Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT., selaku Ketua Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
4. Ir. I Nyoman Surata, MT., selaku pembimbng akademik Jurusan Program
Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana..
5. Bapak I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., PhD., selaku Dosen
Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan masukannya.
6. Bapak Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT., selaku Dosen Pembimbing II,
terima kasih atas bimbingan dan masukannya.
7. Bapak Ir Ciptadi Trimarianto, PhD. selaku Dosen Penguji I, terima kasih
atas bimbingan dan masukannya.
8. Bapak Dr I Dewa Gede Agung Diasana Putra, ST., MT. selaku Dosen
Penguji II, terima kasih atas bimbingan dan masukannya.
9. Bapak I Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT. selaku Dosen Penguji III,
terima kasih atas bimbingan dan masukannya.
11.Kedua orang tua, saudara, kerabat dan semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang
sangat besar dalam penyusunan dan penyelesaian seminar tugas akhir ini
12.Rekan-rekan kuliah, terutama mahasiswa Seminat TA periode September
2015 serta mahasiswa arsitektur angkatan 2012 yang telah sangat banyak
memberikan bantuan selama proses perkuliahan.
13.Serta tidak lupa kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan Seminar Tugas Akhir ini.
Akhir kata, saya selaku penyusun, mohon maaf apabila terdapat kesalahan
pada laporan ini, karena menyadari sepenuhnya sebagai mahasiswa yang
memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak lagi. Saya juga
mengharapkan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dan bermanfaat bagi
kesempurnaan Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga
Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini nantinya dapat bermanfaat.
Denpasar, 27 Juni 2016 Penyusun,
DAFTAR ISI
1.4.2 Tahap Pematangan Ide ... 6
1.4.3 Tahap Pengumulan Data ... 6
1.4.4 Tahap Analisa Data ... 7
1.4.5 Tahap Sintesis Data ... 7
1.4.6 Tahap Desain ... 7
BAB II PEMAHAMAN TEORI ... . 8
2.1 Pemahaman Waterfront ... 8
2.1.1 Pengertian Waterfront ... 8
2.1.2 Jenis-jenis Waterfront ... 9
2.1.3 Kriteria Waterfront ... 10
2.1.4 Aspek Perencanaan Waterfront ... 10
2.1.5 Karakteristik Waterfront ... 10
2.1.6 Tipologi Waterfront ... 12
2.2 Pemahaman Perancangan Kota (Urban Design) ... 13
2.2.1 Tata Guna Lahan ... 13
2.2.2 Sirkulasi Dan Parkir ... 13
2.2.3 Tata Bangunan ... 13
2.2.4 Jalur Pejalan Kaki ... 14
2.2.5 Aktivitas Pendukung ... 14
2.2.7 Preservasi Dan Konservasi ... 15
2.2.8 Sisitem Penanda ... 15
2.3 Pemahaman Pariwisata ... 15
2.3.1 Pengembangan Pariwisata ... 15
2.3.2 Pengertian Pariwisata ... 16
2.3.3 Objek Dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata ... 17
2.3.4 Jenis Daya Tarik Wisata ... 18
2.3.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata ... 19
2.4 Pemahaman Terhadap Penyu ... 23
2.4.1 Pengertian Penyu ... 23
2.4.2 Identifikasi Jenis-Jenis Penyu ... 24
2.4.3 Kriteria Penetasan Telur Penyu ... 30
2.4.4 Permasalahan Penyu ... 31
2.4.5 Upaya Pengelolaan Secara Teknis ... 32
2.5 Tata Kelola Pantai ... 37
2.6 Perencanaan Bangunan Pantai... 39
2.7 Studi Banding Terhadap Fasilitas Sejenis ... 40
2.7.1 Kawasan Pantai Sanur ... 40
2.7.2 Turtle Conservation and Education Canter (TCEC) ... 45
2.7.3 Kawasan Pantai Lebih ... 49
2.7.4 Simpulan Terhadap Kajian Proyek Sejenis ... 50
2.8 Spesifikasi Umum Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 50
2.8.1 Pengertian ... 50
2.8.2 Fungsi ... 50
2.8.3 Tujuan ... 51
2.8.4 Fasilitas ... 51
2.8.5 Pelaku Kegiatan ... 52
BAB III STUDI PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG ... 53
3.1 Kondisi Pantai Lepang Dari Waktu ke Waktu ... 53
3.3 Rencana Dari Pihak Desa Adat Lepang ... 56
3.4 Deskripsi Lokasi ... 57
3.4.1 Kondisi Fisik Pantai Lepang,Kabupaten Klungkung ... 58
3.4.2 Kondisi Non Fisik Pantai Lepang, Kabupaten Klungkung... 63
3.5 Studi Pengadaan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung.... 66
3.5.1 Analisis SWOT ... 66
3.5.2 Simpulan Analisis SWOT ... 70
3.6 Spesifikasi Khusus Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 74
3.6.1 Pengertian ... 74
3.6.2 Fungsi ... 74
3.6.3 Tujuan ... 75
3.6.4 Sasaran ... 76
3.6.5 Bidang Kegiatan ... 76
3.6.6 Sarana dan Prasarana ... 77
3.6.7 Struktur Organisasi ... 79
BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ... 83
4.1 Tema ... 83
4.1.1 Pengertian Tema ... 83
4.1.2 Pendekatan Tema ... 84
4.1.3 Pemilihan dan Penentuan Tema ... 85
4.1.4 Perwujudan Tema ... 86
4.2 Program Perencanaan Kawasan Pantai Lepang Periode 2015-2015 ... 87
4.3 Program Ruang ... 94
4.3.1 Program Fungsional ... 94
4.3.2 Program Performansi ... 106
4.3.3 Program Arsitektural ... 107
4.4 Program Tapak ... 115
4.4.1 Penetapan Batas-Batas Wilayah Perencanaan ... 116
4.4.2 Analisis Tapak ... 117
4.4.3 Karakteristik Tapak ... 124
5.1 Konsep Zonasi Makro Wilayah ... 127
5.2 Konsep Zonasi Meso Area Rekreasi Keluarga Dan Spiritual ... 128
5.3 Konsep ZonasiMeso Area Rekreasi Olahraga... 129
5.4 Konsep Zonasi Meso Area Penerima ... 130
5.5 Konsep ZonasiMeso Area Konservasi Dan Edukasi ... 131
5.6 Konsep Tata Area Perparkiran ... 132
5.7 Konsep Zonasi Mikro Bangunan Horizontal dan Vertical ... 133
5.8 Konsep Tata Jalan dan Sirkulasi ... 135
5.9 Konsep Pencapaian Ke Dalam Tapak ... 137
5.10 Konsep Bentuk Massa, Pola Massa Dan Orientasi Massa ... 138
5.11 Konsep Ruang Luar ... 139
5.12 Konsep Tata Ruang Daerah Tepian Pantai ... 140
5.13 Konsep Tata Ruang & Manajemen Keamanan dan Keselamatan Pantai .... 141
5.14 Konsep Utilitas Tapak ... 142
5.15 Konsep Tampilan dan Material Bangunan ... 144
5.16 Konsep Struktur Bangunan ... 145
DAFTAR TABEL
2.1 Karakteristik Habitat Penyu Lekang ... 24
2.2 Karakteristik Habitat Penyu Hijau ... 25
2.3 Karakteristik Habitat Penyu Pipih ... 26
2.4 Karakteristik Habitat Penyu Tempayan ... 27
2.5 Karakteristik Habitat Penyu Sisik ... 28
2.6 Karakteristik Habitat Penyu Belimbing ... 29
3.1 Jumlah Kunjungan Pantai Lepang 2011-2015 ... 54
3.2 Bidang Kegiatan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 76
3.3 Sarana dan Prasarana Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 77
4.1 Rencana Kegiatan PEMDA ... 87
4.2 Program Perencanaan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang Di Kabupaten Klungkung 2016-2026 ... 88
4.3 Program Perencanaan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang Di Kabupaten Klungkung 2026-2036 ... 91
4.4 Program Perencanaan Pengembangan Desain Daya Tarik Wisata Baru Periode 2036-2046 ... 92
4.5 Program Perencanaan Pengembangan Desain Daya Tarik Wisata Baru Periode 2046-2056 ... 93
4.6 Alur Kegiatan Pengembangan Daya Tarik Wisata ... 99
4.7 Tabel Perkembangan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klungkung ... 101
4.8 Perkembangan kunjungan Kawasan Pantai Lepang ... 101
4.9 Objek Wisata Pantai Di Bali ... 101
4.10 Kebutuhan Pengelola ... 102
4.12 Rekapitulasi Besaran Ruang ... 108
4.13 Kebutuhan Luasan Parkir ... 109
4.14 Hubungan Ruang Makro ... 111
DAFTAR GAMBAR
2.1Penyu Abu/Penyu Lekang ... 24
2.2 Penyu Hijau ... 25
2.3 Penyu Pipih ... 26
2.4 Penyu Tempayan ... 27
2.5 Penyu Sisik ... 28
2.6 Penyu Belimbing ... 29
2.7 Lokasi Penetasan Telur Secara Alami ... 33
2.8 Bak Pembesaran ... 35
2.9 Revetment ... 39
2.10Groin ... 40
2.11 Peta Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.12 Rumah Makan Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.13 Mode Angkutan Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.14 Akomodasi Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.15 Lembaga Keuangan Pantai Sanur ... 43
2.16 Area Perbelanjaan Pantai Sanur ... 43
2.17 Lahan Parkir Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.18 Area Rekreasi Kawasan Pantai Sanur ... 43
2.19 Struktur Organisasi Pengelolaan Pantai Sanur ... 44
2.20 Block Plan TCEC ... 47
2.21 Bak Penampungan Air Laut TCEC ... 47
2.22 Souvenir Shop TCEC ... 47
2.23 Kantor Pengelola TCEC ... 47
2.25 Kolam Kura-Kura TCEC ... 47
2.26 Kantin TCEC ... 47
2.27 Aula TCEC ... 47
2.28 Kolam Perawatan TCEC ... 47
2.29 Bak Penetasan TCEC ... 47
2.30 Area Parkir TCEC ... 47
2.31 Struktur Organisasi TCEC ... 48
2.32 Kawasan Pantai Lebih ... 49
2.33 Senderan, Parkir Kapal Dan Pasar Modern ... 49
2.34 Rumah Makan Pantai Lebih ... 49
2.35 Parkir Pantai Lebih ... 49
2.36 Akomodasi Pantai Lebih ... 49
2.37 Area Rekreasi Pantai Lebih ... 49
3.1 Zoning Kegiatan Kawasan Pantai Lepang ... 55
3.2 Potensi Penyu Pada Kawasan Pantai Lepang ... 56
3.3 Lokasi Desa Adat Lepang ... 58
3.4 Akses Jalan Menuju Kawasan Pantai Lepang ... 59
3.5 Zona Parkir Kawasan Pantai Lepang ... 60
3.6 Grout Mattress Kawasan Pantai Lepang ... 61
3.7 Kondotel Dan Villa Pada Kawasanpantai Lepang ... 62
3.8 Peruntukan Lahan Kawasan Pantai Lepang ... 63
3.9 Kegiatan Sosial Dan Budaya ... 66
3.10 Struktur Organisasi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 79
4.2Aktivitas Pada Pantai Lepang ... 110
4.3 Diagram Buble Hubungan Ruang Secara Makro ... 111
4.4 Diagram Buble Hubungan Ruang Secara Mikro ... 113
4.5 Sirkulasi Ruang ... 114
4.6 Organisasi Ruang ... 115
4.7 Batas-Batas Wilayah Perencanaan ... 116
4.8 Peta Kunci ... 117
4.9 Kdb, Klb Dan Sempadan Zonasi 1 ... 117
4.10 Kdb, Klb Dan Sempadan Zonasi 2 ... 117
4.11 Peta Kawasan Pantai Lepang ... 118
4.12 Kondisi Aliran Sungai ... 118
4.13 Jenis Tanah, Potongan Dan Jenis Pondasi ... 118
4.14 Potongan A-A ... 118
4.15 Jaring Penangkap Sampah ... 118
4.16 Jenis Tanah Pasir, Potongan Tanah Jenis Pondasi ... 118
4.17 Potongan B-B ... 118
4.18 Potongan C-C ... 118
4.19 Peta Traffic, Kebisngan Dan Rencana Senderan ... 119
4.20 Kondisi Jalan Ateri Dan Potongan A-A ... 119
4.21 Kondisi Jalan Exisiting Dan Potongan B-B ... 119
4.22 Rencana Senderan Dan Potongan C-C ... 119
4.23 Iklim Pada Kawasan Pantai Lepang ... 120
4.24 Iklim Dan Material Bangunan ... 120
4.25 Pasang Surut Air Laut ... 120
4.27 Vegetai Existing ... 121
4.28 View Ke Arah Utara ... 121
4.29 View Ke Arah Barat ... 121
4.30 View Ke Arah Timur ... 121
4.31 View Ke Arah Selatan ... 121
4.32 Jenis Vegetasi Baru ... 121
4.33 Peta Kunci ... 122
4.34 Kondisi Exsisting Area Konservasi Penyu ... 122
4.35 Peta Dan Rute Peneluran Penyu ... 122
4.36 Area Peneluran Penyu Baru ... 122
4.37 Kondisi Sungai ... 122
4.38 Siklus Dan Maknan Penyu ... 122
4.39 Karakteristik Tapak ... 123
5.1 Peta Exsisting Kawasan Pantai Lepang ... 127
5.2 Peta Zoning Tapak Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 127
5.3 Peta Kunci ... 128
5.4 Entrance Zona Keluarga ... 128
5.5 Entrance Zona Melasti ... 128
5.6 Jaring Penangkap Sampah ... 128
5.7 Peta Dan Konsep Zonasi Rekreasi Keluarga Dan Sepiritual ... 128
5.8 Pengotimalan Sungai ... 128
5.9 Peta Kunci ... 129
5.10 Entance ... 129
5.11 Jaring Sampah ... 129
5.13 Perkerasan Pada Sungai ... 129
5.14 Peta Kunci ... 130
5.15 Entrance Zona Penerima ... 130
5.16 Peta Dan Konsep Zonasi Penerima ... 130
5.17 Ruang Laur Zona Penerima ... 130
5.18 Peta Kunci ... 131
5.19 Konservasi Penyu ... 131
5.20 Entrance Konservasi Penyu ... 131
5.21 Peta Dan Konsep Zonasi Konservasi Dan Edukasi Penyu ... 131
5.22 Potongan A-A ... 131
5.23 Gazebo Dan Warung ... 132
5.24 Parkir Servis ... 132
5.25 Peta Kunci ... 132
5.26 Pola Parkir Motor Dan Potongan ... 132
5.27 Peta Parkir Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 132
5.28 Pola Parkir Mobil Dan Potongan ... 132
5.29 Pola Parkir Bus Dan Potongan ... 132
5.30 Zoning Horizontal Dan Vertical Food Court ... 133
5.31 Zoning Horizontal Dan Vertikal Office ... 133
5.32 Zoning Sovenir Shop, Lembaga Keuangan, Klinik Dan Bangunan Serba Guna ... 134
5.33 Zoning Horizontal Dan Vertical Konservasi Dan Edukasi Penyu ... 134
5.34 Peta Tata Jalan ... 135
5.35 Ptongan 1A-1A ... 135
5.36 Ptongan 1B-1B ... 135
5.38 Ptongan 2B-2B ... 135
5.39 Ptongan 3A-3A ... 135
5.40 Jaringan Jalan Dan Pola Sirkulasi Civitas ... 136
5.41 Signage & jalur difabel ... 136
5.42 Peta Peletakan Entrance ... 137
5.43 Entrance Pada Jalan Exsiting ... 137
5.44 Entrance Pada Jalan Baru ... 137
5.45 Posisi Entrance Zonasi Penerima ... 137
5.46 Entrance Penerima ... 137
5.47 Peta Pola Massa ... 138
5.48 Iklim Dan Bangunan ... 138
5.49 Orientasi Massa Ke Arah Laut ... 138
5.50 Pola Massa Memusat ... 138
5.51 Orientasi Massa Ke Arah Sungai ... 138
5.52 Tampilan Lampu ... 139
5.53 Taman Bermain ... 139
5.54 Tampilan Ruang Terbuka Hijau ... 139
5.55 Lapangan Voly ... 139
5.56 Lapangan Futsal Outdoor ... 139
5.57 Peta Dan Ruang Luar Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 139
5.58 Potongan A-A ... 139
5.59 Tata Ruang Daerah Tepian Pantai ... 140
5.60 Tampilan Daerah Tepian Pantai ... 140
5.61 Potongan B-B ... 140
5.63 Signage Tsunami ... 141
5.64 Peta Keamanan Dan Keselamatan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 141
5.65 Jarak Antar Menara Pengawas ... 141
5.66 Sistem Jaringan Listrik Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142
5.67 Jaringan Air Bersih Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142
5.68 Sistem Jaringan Air Kotor Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142
5.69 Sistem Jaringan Telepon Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142
5.70 Sitem Keamanan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142
5.71 Titik Utilitas Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 143
5.72 sekma keamanan elektronik ... 143
5.73 Tampilan Dan Material Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 144
5.74 Sisitem Struktur Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 145
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
metodologi penelitian yang meliputi tahap perumusan ide awal, tahap pematangan
ide, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap sintesis data, dan tahap
desain.
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini PEMDA Kabupaten Klungkung sedang gencar-gencarnya melakukan
pengembangan berbagai potensi wisata daerahnya. Hampir seluruh daerah di
Kabupaten Klungkung yang memiliki potensi akan dikembangkan sebagai daya tarik
wisata. Potensi tersebut dapat berupa potensi alam seperti wisata alam, potensi
budaya berupa adat istiadat, sejarah, dan potensi sumber daya manusia lainnya yang
berupa pertunjukan atau pementasan tari, gamelan, kerajinan dan lain sebagainya.
Kabupaten Klungkung merupakan sebuah kabupaten di Bali dengan luas wilayah 315
km2 atau 5,60 % dari luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan. Secara
administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah yang meliputi batas
utara Kabupaten Bangli, batas timur Kabupaten Karangasem, batas selatan Samudera
Kabupaten Klungkung dibagi menjadi empat wilayah kecamatan, yaitu
Banjarangkan, Klungkung, Dawan, dan Nusa Penida. Keempat wilayah kecamatan
tersebut memiliki beberapa daya tarik wisata yang dapat dikunjungi dan tentunya
masih bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik. Beberapa daya tarik wisata
tersebut di antaranya Kerta Gosa dan Taman Gili, Goa Lawah, Desa Kamasan, Desa
Thingan, Pantai Kusamba, Pantai Watu Klotok, Museum Semarajaya, Museum Seni
Klasik Nyoman Gunarsa, Goa Jepang, Nusa Penida, Nusa Lembongan, Monumen
Puputan Klungkung, Puri Agung Klungkung, dan Pantai Lepang.
Pengembangan pariwisata merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan sumber
daya yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dengan cara melakukan pembangunan
unsur-unsur fisik maupun nonfisik dari sistem pariwisata sehingga dapat
meningkatkan produktivitas. Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat
di daerah tujuan wisata yang mampu menarik wisatawan mancanegara dan lokal
untuk berkunjung ke tempat tersebut.
Seperti halnya salah satu daya tarik wisata yang akan dikembangkan PEMDA
Kabupaten Klungkung saat ini yaitu Pantai Lepang. Kawasan Pantai Lepang ini
memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan sehingga dapat meningkatkan
taraf ekonomi masyarakat dan desa setempat. Adapun kegiatan atau aktivitas yang
terjadi di kawasan Pantai Lepang ini berupa kegiatan masyarakat meliputi
perdagangan dan pertanian serta pertujukan seni dan budaya, kegiatan ritual meliputi
melasti, piodalan dan melukat, kegiatan rekreasi seperti memancing, bersantai,
jogging, piknik, olahraga, dan kegiatan konservasi penyu di area habitat awalnya. Nantinya dari berbagai aktivitas atau kegiatan yang terjadi di kawasan Pantai Lepang
tersebut akan dilakukan sebuah pengembangan yang dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan lokal dan mancanegara dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas pendukung
dan penunjang yang dapat mewadahi aktivitas atau kegiatan tersebut.
Kawasan pantai ini merupakan sebuah kawasan yang digunakan oleh masyarakat
dilaksanakansebelum Hari Raya Nyepi, Upacara Karya Agung di Pura Kentel Gumi
yang dilaksanakan pada saat Purnama Kelima serta piodalan dua buah pura yang
terdapat di kawasan pantai ini yaitu Pura Tirta dan Pura Dalem Sila Pegat, yang
dilaksanakan pada hari Anggarakasih Mendangsia. Hal tersebut haruslah menjadi
pedoman pihak investor agar upacara serta fasilitas umum berupa pura tersebut tetap
terjaga kesuciannya. Selain dari pada itu, kurangnya lahan parkir merupakan
permasalahan yang sering dihadapi oleh Desa Adat Pekraman Lepang ini pada saat
hari-hari puncak. Tingkat abrasi yang tinggi juga menjadi permasalahan yang
dihadapi oleh Desa Adat Pekraman Lepang sehingga PEMDA setempat yang bekerja
sama dengan pihak kondotel yang ada di sekitaran Pantai Lepang ini telah
membangun struktur penahan abrasi yang diharapkan mampu mengurangi dampak
abrasi pantai yang tengah terjadi pada saat ini. Penahan abrasi tersebut berupa grout
mattress yang terbuat dari serat polester yang dijahit dua lapis untuk menghasilkan kekuatan yang optimal dalam mencegah abrasi pantai yang tengah terjadi.
Melalui wawancara yang dilakukan terhadap bendesa adat I Ketut Sirna pada
hari Kamis 24 September 2015, bahwa Desa Adat Pekraman Lepang juga berencana
menghidupkan kembali kegiatan konsevasi penyu yang dahulunya ada di kawasan
tersebut pada tahun 2002. Hampir setiap hari purnama, beberapa penyu jenis lekang
akan mendarat di wilayah Pantai Lepang untuk bertelur di kawasan ini. Dengan
adanya hal tersebut diperlukan sebuah upaya koservasi atau pemeliharaan yang dapat
melindungi rutinitas satwa langka ini. Melalui wawancara tersebut juga diperoleh
informasi bahwa di waktu-waktu tertentu pada kawasan Pantai Lepang ini juga
diadakan sebuah pertunjukan kontemporer yang dilakukan oleh komunitas Batu
Belah Art Space yang telah didukung dari PEMDA setempat. Pada Kawasan Pantai
Lepang juga terdapat lahan pertanian dan perternakan yang cukup luas. Hasil dari
usaha pertanian masayarakat berupa jagung, kacang-kacangan, sayuran, kelapa dan
lain sebagainya. Adapun ternak yang dipelihara masyarakat berupa itik yang
disajikan sebagai bahan utama dari lawar kuwir. Potensi ini juga berencana
Pada kawasan ini terdapat sungai yang menjadi batas dari kawsan Pantai Lepang
serta sungai yang dijadikan tempat pemancingan oleh masyarakat setempat. Sungai
yang menjadi potensi pada tapak dapat menjadi hambatan dikarenakan pada
waktu-waktu tertentu seperti hujan sungai ini akan meluap dan membanjiri kawasan daratan
pantai. Selain sungai yang akan meluap pada waktu hujan, sungai ini juga membawa
limbah domestik rumah tangga yang dapat merusak lingkungan sekitar pantai. Pada
kawasan ini aktivitas tengah laut seperti memancing dan mandi pantai relatif sedikit
hal tersebut dikarenakan ombak di kawasan ini relatif besar sehingga masyarakat
enggan untuk melakukan berbagai aktivitas ditengah laut, hanya para pemancing
yang menjail ikan dari bibir pantai. Desa Adat Lepang juga memiliki beberapa aset
tanah yang berada di kawasan Pantai Lepang. Tanah milik desa tersebut dapat
dioptimalkan sebagai lahan yang akan dikembangkan didalam usaha pariwisata ini,
seperti lahan untuk parkir, lahan untuk fasilitas pendukung, maupun penunjang dan
lain sebagainya.
Berdasarkan permasalahan dan potensi tersebut maka munculah gagasan untuk
melakukan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung
yang akan dikelola oleh pihak desa yang bekerja sama dengan PEMDA sebagai pihak
pengawas serta pembina. Gagasan ini tentunya dibarengi dengan harapan untuk dapat
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat dengan tetap melestarikan
budaya serta ekologi yang ada di kawasan Pantai Lepang ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran permasalahan yang telah dipaparkan, terdapat tiga
rumusan masalah yang dapat dirangkum yaitu sebagai berikut :
1. Apa saja spesifikasi khusus dari rancangan Pengembangan Desain Wisata
Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung?
2. Tema apa yang diterapkan dalam Pengembangan Desain Wisata Pantai
Lepang, di Kabupaten Klungkungyang dapat mewadahi segala aktivitas yang
3. Program dan konsep perancangan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang
tetap memperhitungkan aspek budaya dan lingkungan sekitar dalam
Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di
Kabupaten Klungkung adalah :
1. untuk menentukan jiwa dari bangunan yang memiliki fungsi sebagai
Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung
sehingga nantinya bangunan ini akan memiliki daya tarik tersendiri dalam
menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara;
2. untuk mengetahui spesifikasi khusus dalam merancang sebuah bangunan yang
memiliki fungsi sebagai Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang,
Kabupaten Klungkung; dan
3. untuk menciptakan sebuah kawasan wisata baru dengan mempertimbangkan
potensi, budaya, serta lingkungan yang telah dimiliki sehingga nantinya akan
dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal yang mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam proses perancangan Pengembangan Desain Wisata
Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkungini, antara lain :
1.4.1 Tahap Perumusan Ide Awal
a. Ide awal munculnya Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di
Kabupaten Klungkungini dikarenakan pada kawasan ini masih terdapat
beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Dari pihak Desa Adat Lepang
sendiri berkeinginan untuk menghidupkan kembali sebuah konservasi
penyu yang dahulunya ada pada tahun 2002 dengan tujuan pelestarian
pengembangan beberapa daya tarik wisata yang ada di Kabupaten
Klungkung yang salah satunya adalah Pantai Lepang.
1.4.2 Tahap Pematangan Ide
a. Melakukan survey untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai
potensi-potensi wisata atau daerah yang akan dikembangkan oleh PEMDA
Kabupaten Klungkung.
b. Memastikan informasi tentang PEMDA Kabupaten Klungkung, yang mulai
gencar akan perkembangakn pariwisata.
c. Mencari data keinstansi pemerintahan terkait perkembangan dan kunjungan
pariwisata ke Kabupaten Klungkung.
d. Melakukan pemilihan lokasi yang sesuai untuk Pengembangan Daya Tarik
Wisata.
e. Melakukan wawancara dengan perangkat desa serta masyarakat setempat
untuk mendapatkan data mengenai potensi, sosial dan budaya, lingkungan
serta keinginan dari pihak desa terkait dalam Pengembangan Daya Tarik
Wisata.
1.4.3 Tahap Pengumpulan Data
a. Teknik Studi Pustaka
Mencari literatur terkait, baik data yang bersumber dari buku, artikel, data
daerah, data statistik resmi pemerintah dan swasta mengenai perkembangan
dan kunjungan wisata di Kabupaten Klungkung, hasil penelitian mengenai
perencanaan bangunan pantai dan pariwisata dan rancangan disain serupa
atau tinjauan objek sejenis. Dari data-data yang diperoleh tersebut
selanjutnya akan dilakukan pengkajian data yang memiliki keterkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas serta digunakan sebagai acuan
b. Wawancara
Melakukan wawancara terkait dengan rencana Pengembangan Daya Tarik
Wisata bersama PEMDA, perangkat desa dan masyarakat yang mengetahui
akan potensi serta kendala-kendala yang nantinya akan terjadi dalam
rencana pengembangan daya tarik wisata di daerah ini.
c. Teknik observasi lapangan
Dengan melakukan observasi atau pengamatan secara langsung kondisi
lapangan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan lokasi serta
tapak seperti; kebisingan, view, batas tapak, sosial dan budaya, peraturan
daerah, giologi dan hidrologi, vegetasi, sempadan, dan lain sebagainya.
1.4.4 Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh akan diuraikan menjadi beberapa pokok permasalahan
yang selanjutnya akan dilakukan pengelompokan dengan data-data yang saling
berkaitan. Sehingga pada tahap ini akan menghasilkan data berupa analisis tapak,
fungsi, civitas, aktivitas, dan kapasitas.
1.4.5 Tahap Sintesis Data
Pada tahap ini dilakukan pengklasifikasian data yang berkaitan atau data yang
memiliki spesifikasi yang sama dari data sebelumnya yang kemudian akan ditarik
sebuah simpulan dari pokok-pokok permasalahan tersebut. Pada tahap ini akan
menghasilkan data berupa spesifikasi desain, programing, tema bangunan, konsep
perancangan, dan perencanaan serta desain skematik (blok plan).
1.4.6 Tahap Desain
Berdasarkan produk yang dihasilkan pada tahap sintesis data maka selanjutnya
akan didapat beberapa alternatif perancangan yang kemudian akan dipilih rancangan
atau desain terbaik yang akan dikembangkan hingga menghasilkan produk berupa
site plan, lay out, denah, tampak, potongan, detail, gambar rencana serta tampilan
bangunan baik exterior maupun interior. Tahap ini akan dilakukan pada kegiatan
BAB II
PEMAHAMAN TEORI
Bab ini membahas mengenai pemahaman terhadap waterfront, urban desgin¸
pariwisata, penyu, tata kelola pantai dan bangunan pelindung pantai serta tinjuan
fasilitas sejenis yang meliputi Kawasan Pantai Sanur di Denpasar, Turtle
Conservation and Education Canter (TCEC) di Serangan, dan Kawasan Pantai Lebih di Gianyar. Pada bagian akhir akan dipaparkan sebuah spesifikasi umum yang
meliputi pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan pelaku kegiatan atau civitas.
2.1 Pemahaman Waterfront 2.1.1 Pengertian Waterfront
Echols dalam Soesanti (2010:116) menyatakan waterfront merupakan daerah
tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air atau daerah pelabuhan
sedangkan Urban waterfront menurut Wrenn dalam Soesanti (2010:116)
merupakan suatu lingkungan perkotaan yang berada ditepi atau dekat dengan
wilayah perairan Dari kedua pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa waterfront merupakan suatu daerah atau area yang berada dekat atau
berbatasan langsung dengan kawasan perairan yang mana area pertemuan tersebut
2.1.2 Jenis-Jenis Waterfront
Berdasarkan tipologi projeknya Breen dalam Fitrianto (2014:14) membedakan
waterfront menjadi tiga antaranya konservasi, pembangunan kembali
(redevelopment), dan mengembangan (development).
1. Waterfront konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap ada
2. Waterfront redevelopment merupakan suatu upaya untuk menghidupkan
kembali fungsi-fungsi waterfront lama dengan mengubah atau
membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada tersebut.
3. Waterfront development merupakan suatau usaha untuk menciptakan
waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.
Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu mixed-used waterfront, recreational waterfront, residental waterfront, dan
working waterfront Breen dalam Soesanti (2010:116).
1. Mixed-used waterfront merupakan sebuah kombinasi waterfront yang terdiri dari area perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit dan
tempat-tempat kebudayaan.
2. Recreational waterfront merupakan sebuah kawasan waterfront yang menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman,
arena bermain, tempat pemancingan dan fasilitas untuk kapal pesiar.
3. Residental waterfront merupakan sebuah kawasan perumahan, hotel, apartemen dan lain sebagainya yang dibangun di tepi perairan.
4. Working waterfront merupakan sebuah tempat untuk industri nelayan, kegiatan komersial, reparasi kapal pesiar, industri dan segala sesuatu yang
2.1.3 Kriteria Waterfront
Kriteria umum dari perencanaan waterfront adalah Prabudiantoro dalam
Soesanti (2010:116)
1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut,
danau, sungai, dan lain sebaginya).
2. Merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau
pariwisata.
3. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman
atau pelabuhan.
4. Terdapat pemandangan serta berorientasi ke arah perairan.
5. Pembangunan arah vertikal-horizontal.
2.1.4 Aspek Perencanaan Waterfront
Terdapat tiga aspek yang dipergunakan dalam perencanaan sebuah
waterfront, yaitu aspek arsitektural, aspek keteknikan, aspek sosial budaya. Aspek
arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront
dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang mampu memenuhi
nilai-nilai estetika. Aspek keteknikkan berkaitan dengan perencanaan struktur dan
teknologi bahan yang dipergunakan dalam perencanaan waterfront yang mampu
mengatasi kendala-kendala dalam perancangan waterfront seperti stabilitas
perairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan lain sebagainya. Aspek
sosial budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
berada dan di sekitar kawasan waterfront tersebut.
2.1.5 Karakteristik Waterfront
Dalam karakteristik waterfront ini akan dibahas mengenai fungsi, pola jalan,
struktur ruang, pola masa, hubungan air dan daratan, arah orentasi masa, fungsi
ruang terbuka dan pola skyline. Selain dari pada itu, dalam sebuah area waterfront
estetika pada kawasan waterfront. Berikut merupakan ulasan singkat mengenai
karakteristik tata ruang waterfront. (Siahaan, 2008).
a. Fungsi kawasan
Mengetahui bagaimana hubungan fungsi baru terhadap fungsi lama maka
fungsi kawasan dalam pembahasan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
fungsi baru dan fungsi lama. Prinsip dari fungsi kawasan ini yaitu, jika fungsi
lamanya tidak jelas, maka rancangan fungsinya semakin bebas. Apabila
fungsi lamanya jelas maka rancangan fungsi barunya pun semakin tidak
bebas.
b. Pola Jalan Utama
Pola jalan dalam perancangan sebuah waterfront ialah pola jalan yang
mengikuti pola air yang dapat dijadikan pula sebagai pembatas antara daratan
dan perairan.
c. Struktur Ruang
Figure of space merupakan struktur ruang yang memiliki kejelasan batasan antara daratan dan perairan. Batas antara perairan dan daratan
merupakan salah satu aspek penting dalam kawasan tepi air.
d. Pola Massa Bnagunan
Pola massa bangunan pada kawasan waterfront mengikuti pola dari
perairan atau pola dari garis pantai yang nantinya dapat membedakan antara
daratan dengan perairan.
e. Hubungan Air dan Daratan
Hubungan air dan daratan dapat dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu :
1. Air dan darat dibatasi dengan dinding arsitektural.
2. Air dan dinding dibatasi dengan talut.
3. Air dan daratan saling menyatu.
4. Air merupakan dasar daratan.
Terdapat dua jenis tipe dalam perancangan sebuah tata ruang waterfront di
antaranya tipe yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk mecegah
f. Arah Orientasi Massa Bangunan
Orientasi utama dari masa bangunan mengarah ke arah air yang mana
fasade dari bangunan ini akan memiliki sebuah tata estetika yang baik. Hal
tersebut dikarenakan bagian tersebut merupakan bagian utama atau bagian
depan dari bangunan sehingga fasade dibuat semenarik mungkin. Selain dari
pada itu, terdapat pula orentasi masa bangunan yang mengarah ke arah air dan
ke arah darat.
g. Fungsi Ruang Terbuka
Ruang terbuka ialah sebuah ruang yang difungsikan sebagai tempat
melakukan kegiatan atau tempat terjadinya interaksi antarmanusia yang
berorientasi ke arah air.
h. Pola Skyline Kawasan
Skyline dibedakan menjadi dua bagian di antaranya skyline yang
membentuk dinding batas dan skyline yang membentuk celah alur. Tipe
skyline yang membentuk dinding batas terjadi apa bila peletakan masa
bangunan cenderung berhimpitan sedangkan tipe skyline yang membentuk
celah alur terjadi apabila peletakan antarmassa bangunan cenderung
berjauhan.
i. Estetika Fasade
Dalam estetika fasade bangunan pada kawasan tepi air diperlukan adanya
kontekstual antara bangunan satu dengan yang lainnya maupun kontekstual
antara bangunan yang terdapat di lingkungan sekitarnya sehingga tercipta
sebuah keserasian atau keharmonisan tata bangunan dalam area kawasan tepi
air tersebut.
2.1.6 Tipologi Waterfront
Berdasarkan tipe pertemuannya dengan badan air, Breen dalam Fitrianto
1. Waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa tepian sungai.
2. Waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa pantai dan tepian laut.
3. Waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa tepian danau yang pada umumnya
dipergunakan sebagai pembangunan dengan fungsi yang khusus.
2.2 Pemahaman Perancangan Kota (Urban Design)
Lingkup dari urban design merupakan bagian dari proses perancangan yang
berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan. Ada delapan elemen dalam menentukan
urban design, yaitu :
2.2.1 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan pengaturan lahan berdasarkan fungsi-fungsi
dalam suatu wilayah yang dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana
daerah-daerah pada satu kawasan berdasarkan fungsinya (Diartika, 2004:29).
Aspek yang diperhatikan dalam tata guna lahan ialah KDB, KLB, GSB, tinggi
bangunan, dan lain sebagainya.
2.2.2 Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi dan parkir merupakan sebuah sistem yang menghubungkan
berbagai jenis peruntukkan lahan, baik secara makro maupun mikro dengan tiga
elemen, seperti circulation and parking, pendestian ways, serta activity support
(Diartika, 2004:37). Adapun area parkir merupakan sebuah elemen penting yang
dapat memberi gambaran fisik sebuah kawasan dengan dua jenis parkir, yaitu
parkir di jalan (on street parkir) dan parkir di luar jalan (off street barking) baik
dalam bentuk parkir terbuka maupun gedung parkir.
Tata bangunan memiliki tujuan untuk mengelola volume bangunan yang
sesuai dengan KLB yang telah berlaku serta untuk membedakan jenis aktifitas
yang akan berlangsung dalam ruang tersebut (Diartika, 2004:47). Dengan tujuan
untuk menentukan tata bangunan, bentuk, besaran dan massa bangunan yang
dapat menampung berbagai aktivitas yang terjadi dalam kawasan tersebut.
2.2.4 Jalur Pejalan Kaki
Perancangan jalur pejalan kaki yang baik dapat mereduksi ketergantungan
pada kendaraan di pusat kota, meningkatkan volume pergerakan, meningkatkan
kualitas lingkungan serta meningkatkan kualitas udara dari polusi yang ada
(Diartika, 2004:56). Jalur pejalan kaki tidak hanya difungsikan sebagai jalan
semata akan tetapi dapat difungsikan pula sebagai tempat terjadinya interaksi
antara manusia, ruang terbuka, tempat untuk bersantai dan bermain. Ada tiga
jenis jalur pejalan kaki dalam tata ruang terbuka, yaitu jalur pejalan kaki penuh,
jalur pejalan kaki transit, dan jalur pejalan kaki semi. Adapun beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merancang jalur pejalan kaki, di antaranya yaitu asal
dan tujuan pergerakan serta volume pada jam puncak.
2.2.5 Aktivitas Pendukung
Aktifitas pendukung merupakan penggunaan ruang fisik kawasan untuk
kegiatan umum yang dapat menghidupkan dan menghubungkan pusat-pusat
kegiatan yang berada dalam suatu kawasan yang memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dengan jalur pendestrian dan ruang terbuka. Ada empat prinsp dalam
perancangan aktivitas pendukung di antaranya (Diartika, 2004:65), yaitu sebagai
berikut :
1. Koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan (ruang-ruang)
yang dirancang.
2. Keragaman dan interaksi kegiatan yang dihadirkan dalam ruang.
3. Bentuk kegiatan yang memperhatikan aspek budaya dan karakter
4. Pengadaan fasilitas lingkungan berupa tempat istirahat dari bahan
lokal yang memenuhi persyaratan desain.
2.2.6 Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Ruang terbuka hijau merupakan sebuah ruang yang berada dalam sebuah
kawasan yang terdiri dari elemen hard space dan soft space yang biasanya ada
didalam ruang terbuka ini akan terjadi sebuah interaksi sosial (Diartika,
2004:68). Elemen perancangan ruang terbuka terdiri dari taman, lapangan
umum, bangku-bangku, perkebunan, air, penerangan jalan, kios-kios, pancuran
air, patung, petanda, dan fasilitas lalu lintas lainnya.
2.2.7 Preservasi dan Konservasi
Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya
tanpa adanya perubahan termasuk upaya untuk mencegah kehancuran,
sedangkan konservasi merupakan suatu upaya untuk memelihara suatu tempat
sehingga makna dan tempat tersebut dapat dipertahankan (Diartika, 2004:72).
2.2.8 Sistem Penanda
Tanda menyatakan sebuah tulisan, lambang, gambar, atau bendera yang
memberi isyarat terhadap seseorang dan memiliki arti atau makna di dalamnya
(Diartika, 2004:85). Sistem penanda memiliki berbagai fungsi di antaranya
sebagai petunjuk arah, pengenal, kontrol terhadap lalu lintas, pemberi informasi,
dan lambang. Sistem penanda merupakan alat komunikasi antara subjek dan
objek yang dapat memberikan informasi terhadap pengamat.
2.3 Pemahaman Tentang Pariwisata 2.3.1 Pengembangan Pariwisata
Swarbrooke dalam Cespratama (2010:1) menyatakan bahwa pengembangan
pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan
luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan
kelangsungan pariwisata. Ada beberapa jenis pengembangan pariwisata, yaitu :
a. Keseluruhan dengan tujuan baru merupakan upaya untuk membangun
atraksi di situs yang tadinya tidak dipergunakan sebagai area atraksi.
b. Tujuan baru merupakan suatu uapaya membangun kembali sebuah
atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan sebagai objek
atraksi.
c. Pengembangan baru secara keseluruhan merupakan suatu upaya
untuk membangun kembali keseluruhan objek wisata agar lebih
menarik pengunjung lebih banyak serta agar objek wisata tersebut
dapat mencapai pasar yang lebih luas
d. Pengembangan baru pada objek wisata yang bertujuan untuk
meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya
pengeluaran sekunder oleh pengunjung.
e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang mana kegiatan
tersebut memerlukan modifkasi bangunan dan elemen struktur.
2.3.2 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, "pari-" dan "wisata". "Pari-"
yang memiliki arti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan "wisata"
yang berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata merupakan perjalanan
yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat
lainnya. Yoeti dalam Warpani (2007:5-6) mengutip definisi tentang pariwisata
secara lebih luas dari beberapa ahli di antaranya :
a. Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kamanusiaan berupa
hubungan antarorang baik dari negara yang sama atau antarnegara
(Warpani, 2007:6).
b. Schulland mengartikan pariwisata adalah gabungan berbagai kegiatan
berkaitan dengan kedatangan, tinggal, dan kegiatan pendatang di
negara tertentu atau daerah tertentu (Warpani, 2007:6).
c. Buchli mendefinisikan bahwa pariwisata adalah setiap peralihan yang
bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud
memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu
oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut
(Warpani, 2007:6).
d. Morgenroth menyebutkan pariwisata sebagai lalu lintas orang-orang
yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu
(Warpani, 2007:6).
e. Gluckmann menyebutkan pariwisata sebagai keseluruhan hubungan
antara manusia yang hanya berada untuk sementara waktu dalam suatu
tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang
tinggal di tempat itu (Warpani, 2007:6).
Dari berbagai kutipan definisi tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa
pariwisata merupakan sebuah perjalanan seseorang menuju ke tempat lain dan
tinggal di tempat tersebut untuk sementara waktu. Batasan waktu lebih tegas
dinyatakan oleh Mcintosh, Goeldner dan Ritchie dalam Warpani (2007:6) bahwa
pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat lain di
luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari satu tahun,
terus-menerus, dengan maksud bersenang-senang, berniaga, dan lain sebagainya.
2.3.3 Objek dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata
Warpani (2007:46) menyatakan daya tarik wisata merupakan segala suatu
yang dapat dilihat seperti pemandangan alam, objek purbakala, pertunjukan atau
sesuatu yang dapat dilakukan seperti rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu
yang dapat dibeli seperti barang-barang unik atau cenderamata. Selain dari pada
itu, daya tarik wisata dapat pula sebagai sesuatu yang dapat dinikmati misalnya
udara sejuk, pelayanan istimewa, atau sesuatu yang dapat dimakan seperti
sesuatu yang dapat menarik minat seseorang atau sekelompok orang untuk
mengunjungi suatu tempat karena tempat tersebut memiliki keunikan dan daya
tarik tersendiri seperti lingkungan alam, peninggalan atau tempat bersejarah, dan
perstiwa-peristiwa tertentu.
Selain dari pada itu, daya tarik wisata juga dapat berupa hasil akal budi
manusia, yaitu pertunjukkan seni-budaya seperti kesenian daerah, adat-istiadat
daerah yang dapat menjadi daya tarik tambahan yang dapat memperkuat daya
tarik wisata di tempat tersebut.
2.3.4 Jenis Daya Tarik Wisata
Sifat khas dari daya tarik wisata ialah hanya dapat "dinikmati" dan
"dikembangkan" di tempatnya berada, misalnya pemandangan alam yang indah,
pantai tempat bersnang-senang , sungai, dan hutan. Ada dua jenis daya tarik
wisata yaitu, diantaranya: (Warpani, 2007:50)
1. Daya tarik wisata yang mungkin sering dikunjungi secara
berulang-ulang atau dapat menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di
berbagai potensi-potensi yang di miliki di tempat tersebut seperti potensi
alam, potensi budaya dan potensi manusia.
a. Potensi Alam
Pemandangan alam, flora, dan fauna adalah daya tarik wisata yang
sangat menarik. Potensi daya tarik wisata alam pada umumnya rawan
akan pengerusakan. Oleh karena itu, pemanfaatan objek ini harus
objek tersebut harus dilakukan berdasarkan wawasan lingkungan yang
lestari, dijaga keasliannya sebagai sumber daya alam dalam kaitan dengan
keseluruhan ekosistem agar tetap menjadi daya tarik wisata yang diminati.
b. Potensi Budaya
Budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah
adalah potensi-potensi yang dapat menjadi daya tarik wisata bila dikemas
dan dapat disajikan secara profesional tanpa "merusak" nilai-nilai dan
norma-norma budaya asli di tempatnya berada.
c. Potensi Manusia
Manusia merupakan sebuah objek sekaligus subjek pariwisata.
Manusia mampu menyajikan sebuah daya tarik wisata berupa pertunjukan
seni budaya seperti kesenian daerah dan adat-istiadat daerah yang mampu
menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata
Prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang memungkinkan proses
kegiatan pariwisata dapat berjalan, misalnya: perangkutan, komunikasi, sumber
energi dan lain sebaginya. Prasarana pariwisata menurut Warpani(2007:98)
merupakan prasarana umum artinya tidak khusus digunakan oleh tempat
pariwisata tersebut melainkan dapat juga dipergunakan oleh masyarakat dan
tempat lain. Selain prasarana fisik seperti yang disebutkan sebelumnya, ada
faktor lain yang bersifat kualitatif yang menjadi prasyarat pengembangan
pariwisata, yakini keamanan. Kondisi keamanan dapat dijabarkan dalam
prasarana sarana fisik seperti keberadaan aparat keamanan, keberadaan pos jaga
keamanan, kelengkapan, dan perlengkapan keamanan.
Fasilitas dari sarana pariwisata ini haruslah ada, sehingga segala aktivitas
yang akan dilakukan pada kawasan daya tarik wisata akan berjalan dengan baik.
Ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata ini juga akan memperkuat daya
a. Prasarana
Kelengkapan prasarana dan sarana adalah faktor penunjang
perkembangan pariwisata yang secara langsung akan berpengaruh
terhadap pola pencarian arus wisatawan menuju daya tarik wisata.
Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana haruslah
memperhitungkan aspek ekologi dan pelestarian lingkungan serta
ekosistemnya, agar pemanfaatan objek wisata sebagai daya tarik dapat
berlangsung secara lestari.
Semua prasarana (infrastruktur) harus ditempatkan dengan sangat
hati-hati dan cermat, terutama di lokasi daya tarik wisata. Hal tersebut
dikarenakan dapat mengganggu mutu tampilan dayak tarik wisata yang
bersangkutan.
b. Air Bersih dan Listrik
Air dan listrik merupakan sebuah faktor yang sangat penting dan harus
ada di dalam sebuah daya tarik wisata. Faktanya di dalam suatu kegiatan
akan memerlukan air dan listrik di dalam menjalankan atau
mengoperasikan suatu fasilitas agar tetap berjalan secara optimal.
Sekarang ini sumber air dan energi listrik berasal dari PDAM dan PLN
yang ada di suatu daerah. Energi tersebut akan dialirkan menuju
tempat-tempat yang ingin diwadahi.
c. Fasilitas
Fasilitas merupakan sebuah penunjang atau pendukung yang dapat
membuat civitas merasa nyaman di dalam mejalankan aktivitas di suatu
tempat. Dalam pariwisata, fasilitas tidak dapat dipisahkan antara satu dan
yang lainnya. Fasilitas tersebut seperti fasilitas rekreasi, fasilitas publik,
fasilitas servis, fasilitas kesehatan, dan fasilitas penginapan.
Fasilitas-fasilitas tersebut harus memenuhi syarat kebersihan,
keamanan, kenyamanan, dan memiliki akses yang tinggi menuju lokasi
d. Mode Angkutan
Wahab dalam Warpani (2007:111) menyatakan mobil pribadi adalah
angkutan yang paling populer yang dipergunakan oleh para wisatawan
karena alasan kenyamanan dan keluwesan atau fleksibilitas. Selain dari
pada itu, jasa angkutan umum dapat pula dijadikan sebagai salah satu jasa
moda angkutan wisata yang dapat melayani kebutuhan masyarakat dalam
melakukan kunjungan ke tempat-tempat daya tarik wisata.
e. Penginapaan atau Akomodasi
Daya Tarik Wisata dapat dipandang sebagai tempat peralihan (transit)
datangnya wisatawan menuju lokasi daya tarik wisata. Sebelum
wisatawan melanjutkan perjalanannya menuju objek wisata sebagai
destinasi wisata akhir, diperlukan sebuah sarana yang untuk sementara
dapat menampung wisatawan sepeti hotel, penginapan dan pondok
wisata. Berikut merupakan beberapa jenis akomodasi yang terdapat
dalam daya tarik wisata, yaitu sebagai berikut : (Warpani, 2007:112-115)
1. Hotel merupakan sarana yang amat penting bagi pariwisata
yang dibutuhkan bagi wisatawan kelas menengah ke atas.
Fasilitas ini merupakan tempat tinggal sementara bagi
wisatawan yang dipergunakan untuk beristirahat, makan,
mandi, dan lain sebagainya.
2. Penginapan merupakan sebuah akomodasi yang hanya
menyediakan kamar-kamar untuk disewakan. Fasilitas
kenyamanan yang disediakan sangat terbatas bahkan
terkadang tidak menyediakan fasilitas-fasilitas kenyamanan
tersebut.
3. Pondok wisata merupakan jenis fasilitas penginapan yang
langsung menyentuh kepentingan dan kesejahteraan
f. Bidang Usaha
Bidang usaha lain yang dapat melibatkan masyarakat setempat adalah
usaha perdagangan, usaha kerajinan, jasa pariwisata, perangkutan, rumah
makan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini masyarakat dapat ikut serta di
dalam usaha pariwisata sehingga tingkat perekonomian masyarakat
setempat menjadi lebih baik lagi.
Di sinilah peran pemerintah setempat sebagai regulator yang harus
mampu menerapkan kebijakan yang mengutamakan keterlibatan
masyarakat lokal dalam bidang pariwisata.
g. Lembaga Keuangan
Keberadaan lembaga keuangan sangatlah mempermudah dan memberi
kenyamanan tersendiri kepada wisatawan yang akan melakukan destinasi
wisata. Dengan adanya lembaga keuangan seperti bank dan money
changer, wisatawan akan merasa aman dan nyaman dikarenakan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup besar.
h. Pusat Perbelanjaan
Berbelanja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pariwisata, bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata tersendiri
yang memiliki makna yang cukup besar. Belanja tidak semata-mata
melayani wisatawan yang sengaja berniat untuk berbelanja, tetapi juga
melayani semua wisatawan dan masyarakat pada umumnya. Tebaran
pusat perbelanjaan, akomodasi dan jaringan pelayanan angkutan harus
menjadi bahan perhitungan dalam menata ruang wilayah sedemikian
rupa sehingga wisatawan merasa menjadi bagian dari destinasi, bukan
sekedar sebagai pengunjung semata.
i.Kesehatan
Hal penting lainnya bagi para wisatawan adalah jaminan kesehatan.
fasilitas kesehatan, baik untuk pertolongan pertama maupun perawatan
lanjut ke rumah sakit.
Selain jaminan layanan kesehatan dan jaminan keamanan, jaminan
pertolongan pertama pada kecelakaan pun amat penting artinya terutama
pada jenis pariwisata yang mengandung resiko. Seperti halnya dengan
kehadiran pengawas pantai yang selalu siaga mengawasi dan memberi
pertolongan kepada wisatawan yang melakukan kegiatan yang
mengandung resiko.
j. Sarana Pelengkap
Selain tergantung pada mutu jasa layanan perangkutan, kegiatan
kepariwisataan tergantung pula pada mutu jasa layanan komunikasi dan
informasi. Selain dari pada itu, dengan adanya fasilitas komunikasi yang
tersedia, para wisatawan akan dapat berhubungan langsung dengan siapa
pun dan dari mana pun yang dikehendaki.
Internet, jaringan telepon, radio, tv, media cetak, dan kantor pos
adalah fasilitas yang amat penting artinya bagi pengembangan kegiatan
pariwisata. Keberadaan prasarana komunikasi dapat meningkatkan daya
tarik wisata yang bersangkutan, karena wisatawan akan merasa tidak
kehilangan hubungan dengan siapa pun.
2.4 Pemahaman Terhadap Penyu 2.4.1 Pengertian Penyu
Penyu adalah salah satu binatang purba yang konon sudah ada sejak 150 juta tahun
yang lampau. Penyu merupakan perenang yang handal dengan menggerakkan kedua
kaki depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di
dasar laut juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang dalam berenang.
Walau selama bertahun-tahun berkelana di dalam air, hewan kelompok vertebrata,
kelas reptilia ini tetap harus naik kepermukaan untuk mengambil nafas, hal tersebut
diakrenakan penyu merupakan hewan yang bernafas dengan paru-paru. (Sumber :
2.4.2 Identifikasi Jenis-Jenis Penyu
A. Penyu abu/penyu lekang (lepidochelys olivacea)
gambar 2.1 penyu abu/penyu lekang
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
Penyu abu-abu atau penyu lekang bertelur di daerah berpasir dengan jenis
pasir hitam, memiliki kandungan mineral lebih dari 70%. Panjang kerapas
51-75 cm berbentuk kubah dengan 5-9 pasang sisik lateral, berwarna abu-abu
zaitun. Di bagian perut terdapat lubang dengan perut berwarna kuning,
beratnya mencapai 33-45 kgDalam sarang mencapai 37-38 cm dengan
diameter 20-21 cm. Selang bertelur per musim penulran mencapai 13-18 hari
dengan lama bertelur ± 1 jam. Telur berjumlah 105-170 butir, berdiameter 3,2
-4,8 cm dengan masa pengeraman selama 45-65 hari. Makanan penyu lekang
bersifat carnivora dengan makanan utama kerang-kerangan dan ikan-ikan
kecil. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel
berikut
tabel 2.1 : karakteristik habitat penyu lekang Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk
Karapas berwarna
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
B. Penyu Hijau (chelonia mydas)
gambar 2.2 penyu hijau
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
Karakteristik habitat peneluran penyu hijau berada di sepanjang pantai dengan
pohon hibiscus tiliacus, terminalia catappa dan pandanus tectorius dengan
jenis pasir yang terdiri dari mineral quartz. Ciri dari penyu hijau terdapat
sepasang sisik prefrontal pada kepala dengan warna punggung hijau zaitun
bercorak coklat kemerahan dan hitam. Panjang karapas 80-125 cm berbentuk
kubah halus dengan sepasang sisik punggung yang tidak saling bertumpu dan
memiliki 4 sisik konstal, berat penyu hijau mencapai 89-235 kg. Dalam
sarang mencapai 55-60 cm dengan diameter 23-25 cm, jumlah telur mencapai
62-152 butir dengan diameter 4-5 cm, menetas dalam waktu 56-77 hari.
Selang bertelur per musim penulran mencapai 10-17 hari dengan lama
bertelur ± 2-3 jam. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat
dilihat pada tabel berikut
tabel 2.2 : karakteristik habitat penyu hijau Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk
Luar
oval, berwarna
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
C. Penyu Pipih (natator depressus)
gambar 2.3 penyu pipih
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
Daerah peneruran dari penyu pipih terdiri dari pasir putih, dimana banyak
ditemukan "sand dunes" tidak terdapat vegetasi pantai hanya ada
rumput-rumputan dan tanaman perdu. Selang bertelur per musim penulran mencapai
13-18 hari dengan lama bertelur ± 1-1,5 jam. Dalam sarang mencapai 60-67
cm dengan diameter mencapai 25-30 cm. Jumlah telur antara 22-76 butur
dengan diameter 4-5 cm dan menetas setelah 47-58 hari. Panjang tempurung
88-96 cm, pipih dan halus dengan 4pasang sisik rusuk yang melengkung
keluar sisi tubuh, warna punggung kelabu, perut krem dan berat mencapai
70-90 kg. Makanan penyu pipih adalah karnivora yang umumnya pemakan
hewan berbadan lunak, seperti teripang, karang lunak dan ubur-ubur. Untuk
lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel berikut
tabel 2.3 : karakteristik habitat penyu pipih Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk
Luar
belakang, kepala
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
D. Penyu Tempayan (caretta caretta)
gambar 2.4 penyu tempayan
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
Daerah peneluran di pantai berpasir yang terdiri dari butiran berdiameter
medium dengan material pasir silika. Panjang karapas 81-120 cm, berbentuk
kubah halus dengan 5-6 sisik lateral berwarna coklat, perut berwarna kuning
dengan berat mencapai 65-101 kg. Dalam sarang mencapai 29-55 cm dengan
diameter 18-25 cm, jumlah telur antara 23-109 butir dengan diameter telur
mencapai 3,4-55 cm yang menetas setelah 49-63 hari. Selang bertelur per
musim penulran mencapai 13-17 hari dengan lama bertelur ± 1-2 jam.
Makanan pada saat tukik berupa ubur-ubur, rumput laut, keong dan udang
sedangkan setelah dewasa hanya memakan daging termasuk ikan-ikan kecil,
cumi-cumi dan gurita. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat
dilihat pada tabel berikut
tabel 2.4 : karakteristik habitat penyu tempayan Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk
Luar
seluruhnya sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
E. Penyu Sisik (eretmochelys imbricata)
gambar 2.5 penyu sisik
sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
Daerah peneluran penyu sisik terdiri dari butiran pasir koral hasil hempasan
ombak/gelombang, warna pasir putih atau kekuningan. Panjang karapas 75-95
cm mempunyai sisik dan bagian karapas yang tumbuh saling tindih mirip
susunan genteng. Kepalaberukuran sedang, mempunyai paruh runcing,
mempunyai dua sisik, tetapi melegkung pada bagian ujung perut berwarna
krem kadang-kadang dengan beberapa corak hitam dengan berat mencapai
38-70 kg. Jumlah telur mencapai 89-190 butir dengan diameter 3-4 cm yang
menetas dalam waktu 47-75 hari, dalam sarang mencapai 35-42 cm dengan
diameter arang 18-22 cm. Makanan penyu sisik adalah spong, rumput laut,
alga karang lunak dan kerang-kerangan. Selang bertelur per musim penulran
mencapai 13-15 hari dengan lama bertelur ± 2-1,5 jam. Untuk lebih jelasnya
karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel berikut
tabel 2.5 : karakteristik habitat penyu sisik Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk
Luar