• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI LEPANG DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI LEPANG DI KABUPATEN KLUNGKUNG."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI

LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Oleh :

I GEDE AGUS PRAYOGA

1204205046

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI

LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Oleh :

I GEDE AGUS PRAYOGA 1204205046

Dosen Pembimbing:

I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., PhD. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(3)
(4)
(5)
(6)

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

(0361) 703384, 703320 Fax : 703384 www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung

Nama : I Gede Agus Prayoga

NIM : 1204205046

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 27 Juni 2016

I Gede Agus Prayoga

(7)

Almost every area has the potential for tourism in Bali will carry out a tourism development, either in the form of natural potential, the potential cultural and human resource potential. This potential development aims to improve the economy of communities and regions by creating a new tourist area that can later be attracted interest of local and foreign tourists to come or a visit to the tourist area. In performing a setup or development should pay attention to the existing activities that have occurred in the environment by considering the concept of traditional Balinese architecture prevailing in the society such as the concept of Tri Hitta Karana, Ulu Teben concept, and the concept of Tri Anga. The guidance of the concept of the importance of the division of zoning in accordance with the activities and functions that will occur the environment. Apart from that, the level of abrasion is happening now so high that the revetment protection which can reduce the impact abrasion that occurs as the construction of revetment and groint with type L and T.

Keywords: pattern of zoning and revetment.

ABSTRAK

Hampir setiap daerah yang memiliki potensi wisata di Bali akan melakukan sebuah

pengembangan wisata baik itu berupa potensi alam, potensi budaya dan potensi sumber daya

manusia. Pengembangan potensi ini bertujuan untuk meningkatkan taraf perekonomian

masyarakat dan daerah dengan cara membuat sebuah kawasan wisata baru yang nantinya dapat

menaraik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang atau berkunjung ke daerah

wisata tersebut. Dalam melakukan sebuah penataan atau pengembangan haruslah memperhatikan

aktivitas eksisting yang telah terjadi di lingkungan tersebut dengan mempertimbangkan konsep

Arsitektur Tradisional Bali yang berlaku di masyarakat seperti konsep Tri Hitta Karana, Konsep

Ulu Teben, dan Konsep Tri Angga. Melalui pedoman konsep tersebut maka didapat pembagian

zonasi yang sesuai dengan aktivitas dan fungsi yang akan terjadi di lingkungan tersebut. Selain

dari pada itu, tingkat abrasi yang terjadi sekarang ini sangatlah tinggi sehingga diperlukan

bangunan pelindung pantai yang dapat mengurangi dampak abrasi yang terjadi seperti

pembangunan revetment dan groint dengan type L dan T.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat-Nyalah, penyusunan Landasan Konseptual Perancangan Tugas

Akhir dengan judul “Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di

Kabupaten Klungkung” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini adalah untuk

melengkapi syarat – syarat dalam penyelesaian Tugas Akhir, agar dapat mengikuti

studio Tugas Akhir.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses

penyusunan dan penyelesaian Landasan Konseptual Perancangan Seminar Tugas

Akhir ini. Terima kasih saya sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., PhD., selaku Dekan

Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca., MT., Ph.D., selaku Pembantu Dekan

1 Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT., selaku Ketua Jurusan

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

4. Ir. I Nyoman Surata, MT., selaku pembimbng akademik Jurusan Program

Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana..

5. Bapak I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., PhD., selaku Dosen

Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan masukannya.

6. Bapak Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT., selaku Dosen Pembimbing II,

terima kasih atas bimbingan dan masukannya.

7. Bapak Ir Ciptadi Trimarianto, PhD. selaku Dosen Penguji I, terima kasih

atas bimbingan dan masukannya.

8. Bapak Dr I Dewa Gede Agung Diasana Putra, ST., MT. selaku Dosen

Penguji II, terima kasih atas bimbingan dan masukannya.

9. Bapak I Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT. selaku Dosen Penguji III,

terima kasih atas bimbingan dan masukannya.

(9)

11.Kedua orang tua, saudara, kerabat dan semua pihak yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang

sangat besar dalam penyusunan dan penyelesaian seminar tugas akhir ini

12.Rekan-rekan kuliah, terutama mahasiswa Seminat TA periode September

2015 serta mahasiswa arsitektur angkatan 2012 yang telah sangat banyak

memberikan bantuan selama proses perkuliahan.

13.Serta tidak lupa kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyusunan Seminar Tugas Akhir ini.

Akhir kata, saya selaku penyusun, mohon maaf apabila terdapat kesalahan

pada laporan ini, karena menyadari sepenuhnya sebagai mahasiswa yang

memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak lagi. Saya juga

mengharapkan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dan bermanfaat bagi

kesempurnaan Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga

Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini nantinya dapat bermanfaat.

Denpasar, 27 Juni 2016 Penyusun,

(10)

DAFTAR ISI

1.4.2 Tahap Pematangan Ide ... 6

1.4.3 Tahap Pengumulan Data ... 6

1.4.4 Tahap Analisa Data ... 7

1.4.5 Tahap Sintesis Data ... 7

1.4.6 Tahap Desain ... 7

BAB II PEMAHAMAN TEORI ... . 8

2.1 Pemahaman Waterfront ... 8

2.1.1 Pengertian Waterfront ... 8

2.1.2 Jenis-jenis Waterfront ... 9

2.1.3 Kriteria Waterfront ... 10

2.1.4 Aspek Perencanaan Waterfront ... 10

2.1.5 Karakteristik Waterfront ... 10

2.1.6 Tipologi Waterfront ... 12

2.2 Pemahaman Perancangan Kota (Urban Design) ... 13

2.2.1 Tata Guna Lahan ... 13

2.2.2 Sirkulasi Dan Parkir ... 13

2.2.3 Tata Bangunan ... 13

2.2.4 Jalur Pejalan Kaki ... 14

2.2.5 Aktivitas Pendukung ... 14

(11)

2.2.7 Preservasi Dan Konservasi ... 15

2.2.8 Sisitem Penanda ... 15

2.3 Pemahaman Pariwisata ... 15

2.3.1 Pengembangan Pariwisata ... 15

2.3.2 Pengertian Pariwisata ... 16

2.3.3 Objek Dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata ... 17

2.3.4 Jenis Daya Tarik Wisata ... 18

2.3.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata ... 19

2.4 Pemahaman Terhadap Penyu ... 23

2.4.1 Pengertian Penyu ... 23

2.4.2 Identifikasi Jenis-Jenis Penyu ... 24

2.4.3 Kriteria Penetasan Telur Penyu ... 30

2.4.4 Permasalahan Penyu ... 31

2.4.5 Upaya Pengelolaan Secara Teknis ... 32

2.5 Tata Kelola Pantai ... 37

2.6 Perencanaan Bangunan Pantai... 39

2.7 Studi Banding Terhadap Fasilitas Sejenis ... 40

2.7.1 Kawasan Pantai Sanur ... 40

2.7.2 Turtle Conservation and Education Canter (TCEC) ... 45

2.7.3 Kawasan Pantai Lebih ... 49

2.7.4 Simpulan Terhadap Kajian Proyek Sejenis ... 50

2.8 Spesifikasi Umum Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 50

2.8.1 Pengertian ... 50

2.8.2 Fungsi ... 50

2.8.3 Tujuan ... 51

2.8.4 Fasilitas ... 51

2.8.5 Pelaku Kegiatan ... 52

BAB III STUDI PENGEMBANGAN DESAIN WISATA PANTAI LEPANG, DI KABUPATEN KLUNGKUNG ... 53

3.1 Kondisi Pantai Lepang Dari Waktu ke Waktu ... 53

(12)

3.3 Rencana Dari Pihak Desa Adat Lepang ... 56

3.4 Deskripsi Lokasi ... 57

3.4.1 Kondisi Fisik Pantai Lepang,Kabupaten Klungkung ... 58

3.4.2 Kondisi Non Fisik Pantai Lepang, Kabupaten Klungkung... 63

3.5 Studi Pengadaan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung.... 66

3.5.1 Analisis SWOT ... 66

3.5.2 Simpulan Analisis SWOT ... 70

3.6 Spesifikasi Khusus Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 74

3.6.1 Pengertian ... 74

3.6.2 Fungsi ... 74

3.6.3 Tujuan ... 75

3.6.4 Sasaran ... 76

3.6.5 Bidang Kegiatan ... 76

3.6.6 Sarana dan Prasarana ... 77

3.6.7 Struktur Organisasi ... 79

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ... 83

4.1 Tema ... 83

4.1.1 Pengertian Tema ... 83

4.1.2 Pendekatan Tema ... 84

4.1.3 Pemilihan dan Penentuan Tema ... 85

4.1.4 Perwujudan Tema ... 86

4.2 Program Perencanaan Kawasan Pantai Lepang Periode 2015-2015 ... 87

4.3 Program Ruang ... 94

4.3.1 Program Fungsional ... 94

4.3.2 Program Performansi ... 106

4.3.3 Program Arsitektural ... 107

4.4 Program Tapak ... 115

4.4.1 Penetapan Batas-Batas Wilayah Perencanaan ... 116

4.4.2 Analisis Tapak ... 117

4.4.3 Karakteristik Tapak ... 124

(13)

5.1 Konsep Zonasi Makro Wilayah ... 127

5.2 Konsep Zonasi Meso Area Rekreasi Keluarga Dan Spiritual ... 128

5.3 Konsep ZonasiMeso Area Rekreasi Olahraga... 129

5.4 Konsep Zonasi Meso Area Penerima ... 130

5.5 Konsep ZonasiMeso Area Konservasi Dan Edukasi ... 131

5.6 Konsep Tata Area Perparkiran ... 132

5.7 Konsep Zonasi Mikro Bangunan Horizontal dan Vertical ... 133

5.8 Konsep Tata Jalan dan Sirkulasi ... 135

5.9 Konsep Pencapaian Ke Dalam Tapak ... 137

5.10 Konsep Bentuk Massa, Pola Massa Dan Orientasi Massa ... 138

5.11 Konsep Ruang Luar ... 139

5.12 Konsep Tata Ruang Daerah Tepian Pantai ... 140

5.13 Konsep Tata Ruang & Manajemen Keamanan dan Keselamatan Pantai .... 141

5.14 Konsep Utilitas Tapak ... 142

5.15 Konsep Tampilan dan Material Bangunan ... 144

5.16 Konsep Struktur Bangunan ... 145

(14)

DAFTAR TABEL

2.1 Karakteristik Habitat Penyu Lekang ... 24

2.2 Karakteristik Habitat Penyu Hijau ... 25

2.3 Karakteristik Habitat Penyu Pipih ... 26

2.4 Karakteristik Habitat Penyu Tempayan ... 27

2.5 Karakteristik Habitat Penyu Sisik ... 28

2.6 Karakteristik Habitat Penyu Belimbing ... 29

3.1 Jumlah Kunjungan Pantai Lepang 2011-2015 ... 54

3.2 Bidang Kegiatan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 76

3.3 Sarana dan Prasarana Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 77

4.1 Rencana Kegiatan PEMDA ... 87

4.2 Program Perencanaan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang Di Kabupaten Klungkung 2016-2026 ... 88

4.3 Program Perencanaan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang Di Kabupaten Klungkung 2026-2036 ... 91

4.4 Program Perencanaan Pengembangan Desain Daya Tarik Wisata Baru Periode 2036-2046 ... 92

4.5 Program Perencanaan Pengembangan Desain Daya Tarik Wisata Baru Periode 2046-2056 ... 93

4.6 Alur Kegiatan Pengembangan Daya Tarik Wisata ... 99

4.7 Tabel Perkembangan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klungkung ... 101

4.8 Perkembangan kunjungan Kawasan Pantai Lepang ... 101

4.9 Objek Wisata Pantai Di Bali ... 101

4.10 Kebutuhan Pengelola ... 102

(15)

4.12 Rekapitulasi Besaran Ruang ... 108

4.13 Kebutuhan Luasan Parkir ... 109

4.14 Hubungan Ruang Makro ... 111

(16)

DAFTAR GAMBAR

2.1Penyu Abu/Penyu Lekang ... 24

2.2 Penyu Hijau ... 25

2.3 Penyu Pipih ... 26

2.4 Penyu Tempayan ... 27

2.5 Penyu Sisik ... 28

2.6 Penyu Belimbing ... 29

2.7 Lokasi Penetasan Telur Secara Alami ... 33

2.8 Bak Pembesaran ... 35

2.9 Revetment ... 39

2.10Groin ... 40

2.11 Peta Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.12 Rumah Makan Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.13 Mode Angkutan Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.14 Akomodasi Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.15 Lembaga Keuangan Pantai Sanur ... 43

2.16 Area Perbelanjaan Pantai Sanur ... 43

2.17 Lahan Parkir Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.18 Area Rekreasi Kawasan Pantai Sanur ... 43

2.19 Struktur Organisasi Pengelolaan Pantai Sanur ... 44

2.20 Block Plan TCEC ... 47

2.21 Bak Penampungan Air Laut TCEC ... 47

2.22 Souvenir Shop TCEC ... 47

2.23 Kantor Pengelola TCEC ... 47

(17)

2.25 Kolam Kura-Kura TCEC ... 47

2.26 Kantin TCEC ... 47

2.27 Aula TCEC ... 47

2.28 Kolam Perawatan TCEC ... 47

2.29 Bak Penetasan TCEC ... 47

2.30 Area Parkir TCEC ... 47

2.31 Struktur Organisasi TCEC ... 48

2.32 Kawasan Pantai Lebih ... 49

2.33 Senderan, Parkir Kapal Dan Pasar Modern ... 49

2.34 Rumah Makan Pantai Lebih ... 49

2.35 Parkir Pantai Lebih ... 49

2.36 Akomodasi Pantai Lebih ... 49

2.37 Area Rekreasi Pantai Lebih ... 49

3.1 Zoning Kegiatan Kawasan Pantai Lepang ... 55

3.2 Potensi Penyu Pada Kawasan Pantai Lepang ... 56

3.3 Lokasi Desa Adat Lepang ... 58

3.4 Akses Jalan Menuju Kawasan Pantai Lepang ... 59

3.5 Zona Parkir Kawasan Pantai Lepang ... 60

3.6 Grout Mattress Kawasan Pantai Lepang ... 61

3.7 Kondotel Dan Villa Pada Kawasanpantai Lepang ... 62

3.8 Peruntukan Lahan Kawasan Pantai Lepang ... 63

3.9 Kegiatan Sosial Dan Budaya ... 66

3.10 Struktur Organisasi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ... 79

(18)

4.2Aktivitas Pada Pantai Lepang ... 110

4.3 Diagram Buble Hubungan Ruang Secara Makro ... 111

4.4 Diagram Buble Hubungan Ruang Secara Mikro ... 113

4.5 Sirkulasi Ruang ... 114

4.6 Organisasi Ruang ... 115

4.7 Batas-Batas Wilayah Perencanaan ... 116

4.8 Peta Kunci ... 117

4.9 Kdb, Klb Dan Sempadan Zonasi 1 ... 117

4.10 Kdb, Klb Dan Sempadan Zonasi 2 ... 117

4.11 Peta Kawasan Pantai Lepang ... 118

4.12 Kondisi Aliran Sungai ... 118

4.13 Jenis Tanah, Potongan Dan Jenis Pondasi ... 118

4.14 Potongan A-A ... 118

4.15 Jaring Penangkap Sampah ... 118

4.16 Jenis Tanah Pasir, Potongan Tanah Jenis Pondasi ... 118

4.17 Potongan B-B ... 118

4.18 Potongan C-C ... 118

4.19 Peta Traffic, Kebisngan Dan Rencana Senderan ... 119

4.20 Kondisi Jalan Ateri Dan Potongan A-A ... 119

4.21 Kondisi Jalan Exisiting Dan Potongan B-B ... 119

4.22 Rencana Senderan Dan Potongan C-C ... 119

4.23 Iklim Pada Kawasan Pantai Lepang ... 120

4.24 Iklim Dan Material Bangunan ... 120

4.25 Pasang Surut Air Laut ... 120

(19)

4.27 Vegetai Existing ... 121

4.28 View Ke Arah Utara ... 121

4.29 View Ke Arah Barat ... 121

4.30 View Ke Arah Timur ... 121

4.31 View Ke Arah Selatan ... 121

4.32 Jenis Vegetasi Baru ... 121

4.33 Peta Kunci ... 122

4.34 Kondisi Exsisting Area Konservasi Penyu ... 122

4.35 Peta Dan Rute Peneluran Penyu ... 122

4.36 Area Peneluran Penyu Baru ... 122

4.37 Kondisi Sungai ... 122

4.38 Siklus Dan Maknan Penyu ... 122

4.39 Karakteristik Tapak ... 123

5.1 Peta Exsisting Kawasan Pantai Lepang ... 127

5.2 Peta Zoning Tapak Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 127

5.3 Peta Kunci ... 128

5.4 Entrance Zona Keluarga ... 128

5.5 Entrance Zona Melasti ... 128

5.6 Jaring Penangkap Sampah ... 128

5.7 Peta Dan Konsep Zonasi Rekreasi Keluarga Dan Sepiritual ... 128

5.8 Pengotimalan Sungai ... 128

5.9 Peta Kunci ... 129

5.10 Entance ... 129

5.11 Jaring Sampah ... 129

(20)

5.13 Perkerasan Pada Sungai ... 129

5.14 Peta Kunci ... 130

5.15 Entrance Zona Penerima ... 130

5.16 Peta Dan Konsep Zonasi Penerima ... 130

5.17 Ruang Laur Zona Penerima ... 130

5.18 Peta Kunci ... 131

5.19 Konservasi Penyu ... 131

5.20 Entrance Konservasi Penyu ... 131

5.21 Peta Dan Konsep Zonasi Konservasi Dan Edukasi Penyu ... 131

5.22 Potongan A-A ... 131

5.23 Gazebo Dan Warung ... 132

5.24 Parkir Servis ... 132

5.25 Peta Kunci ... 132

5.26 Pola Parkir Motor Dan Potongan ... 132

5.27 Peta Parkir Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 132

5.28 Pola Parkir Mobil Dan Potongan ... 132

5.29 Pola Parkir Bus Dan Potongan ... 132

5.30 Zoning Horizontal Dan Vertical Food Court ... 133

5.31 Zoning Horizontal Dan Vertikal Office ... 133

5.32 Zoning Sovenir Shop, Lembaga Keuangan, Klinik Dan Bangunan Serba Guna ... 134

5.33 Zoning Horizontal Dan Vertical Konservasi Dan Edukasi Penyu ... 134

5.34 Peta Tata Jalan ... 135

5.35 Ptongan 1A-1A ... 135

5.36 Ptongan 1B-1B ... 135

(21)

5.38 Ptongan 2B-2B ... 135

5.39 Ptongan 3A-3A ... 135

5.40 Jaringan Jalan Dan Pola Sirkulasi Civitas ... 136

5.41 Signage & jalur difabel ... 136

5.42 Peta Peletakan Entrance ... 137

5.43 Entrance Pada Jalan Exsiting ... 137

5.44 Entrance Pada Jalan Baru ... 137

5.45 Posisi Entrance Zonasi Penerima ... 137

5.46 Entrance Penerima ... 137

5.47 Peta Pola Massa ... 138

5.48 Iklim Dan Bangunan ... 138

5.49 Orientasi Massa Ke Arah Laut ... 138

5.50 Pola Massa Memusat ... 138

5.51 Orientasi Massa Ke Arah Sungai ... 138

5.52 Tampilan Lampu ... 139

5.53 Taman Bermain ... 139

5.54 Tampilan Ruang Terbuka Hijau ... 139

5.55 Lapangan Voly ... 139

5.56 Lapangan Futsal Outdoor ... 139

5.57 Peta Dan Ruang Luar Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 139

5.58 Potongan A-A ... 139

5.59 Tata Ruang Daerah Tepian Pantai ... 140

5.60 Tampilan Daerah Tepian Pantai ... 140

5.61 Potongan B-B ... 140

(22)

5.63 Signage Tsunami ... 141

5.64 Peta Keamanan Dan Keselamatan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 141

5.65 Jarak Antar Menara Pengawas ... 141

5.66 Sistem Jaringan Listrik Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142

5.67 Jaringan Air Bersih Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142

5.68 Sistem Jaringan Air Kotor Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142

5.69 Sistem Jaringan Telepon Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142

5.70 Sitem Keamanan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 142

5.71 Titik Utilitas Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 143

5.72 sekma keamanan elektronik ... 143

5.73 Tampilan Dan Material Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 144

5.74 Sisitem Struktur Daya Tarik Wisata Pantai Lepang ... 145

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

metodologi penelitian yang meliputi tahap perumusan ide awal, tahap pematangan

ide, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap sintesis data, dan tahap

desain.

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini PEMDA Kabupaten Klungkung sedang gencar-gencarnya melakukan

pengembangan berbagai potensi wisata daerahnya. Hampir seluruh daerah di

Kabupaten Klungkung yang memiliki potensi akan dikembangkan sebagai daya tarik

wisata. Potensi tersebut dapat berupa potensi alam seperti wisata alam, potensi

budaya berupa adat istiadat, sejarah, dan potensi sumber daya manusia lainnya yang

berupa pertunjukan atau pementasan tari, gamelan, kerajinan dan lain sebagainya.

Kabupaten Klungkung merupakan sebuah kabupaten di Bali dengan luas wilayah 315

km2 atau 5,60 % dari luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan. Secara

administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah yang meliputi batas

utara Kabupaten Bangli, batas timur Kabupaten Karangasem, batas selatan Samudera

(24)

Kabupaten Klungkung dibagi menjadi empat wilayah kecamatan, yaitu

Banjarangkan, Klungkung, Dawan, dan Nusa Penida. Keempat wilayah kecamatan

tersebut memiliki beberapa daya tarik wisata yang dapat dikunjungi dan tentunya

masih bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik. Beberapa daya tarik wisata

tersebut di antaranya Kerta Gosa dan Taman Gili, Goa Lawah, Desa Kamasan, Desa

Thingan, Pantai Kusamba, Pantai Watu Klotok, Museum Semarajaya, Museum Seni

Klasik Nyoman Gunarsa, Goa Jepang, Nusa Penida, Nusa Lembongan, Monumen

Puputan Klungkung, Puri Agung Klungkung, dan Pantai Lepang.

Pengembangan pariwisata merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan sumber

daya yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dengan cara melakukan pembangunan

unsur-unsur fisik maupun nonfisik dari sistem pariwisata sehingga dapat

meningkatkan produktivitas. Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat

di daerah tujuan wisata yang mampu menarik wisatawan mancanegara dan lokal

untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Seperti halnya salah satu daya tarik wisata yang akan dikembangkan PEMDA

Kabupaten Klungkung saat ini yaitu Pantai Lepang. Kawasan Pantai Lepang ini

memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan sehingga dapat meningkatkan

taraf ekonomi masyarakat dan desa setempat. Adapun kegiatan atau aktivitas yang

terjadi di kawasan Pantai Lepang ini berupa kegiatan masyarakat meliputi

perdagangan dan pertanian serta pertujukan seni dan budaya, kegiatan ritual meliputi

melasti, piodalan dan melukat, kegiatan rekreasi seperti memancing, bersantai,

jogging, piknik, olahraga, dan kegiatan konservasi penyu di area habitat awalnya. Nantinya dari berbagai aktivitas atau kegiatan yang terjadi di kawasan Pantai Lepang

tersebut akan dilakukan sebuah pengembangan yang dapat meningkatkan kunjungan

wisatawan lokal dan mancanegara dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas pendukung

dan penunjang yang dapat mewadahi aktivitas atau kegiatan tersebut.

Kawasan pantai ini merupakan sebuah kawasan yang digunakan oleh masyarakat

(25)

dilaksanakansebelum Hari Raya Nyepi, Upacara Karya Agung di Pura Kentel Gumi

yang dilaksanakan pada saat Purnama Kelima serta piodalan dua buah pura yang

terdapat di kawasan pantai ini yaitu Pura Tirta dan Pura Dalem Sila Pegat, yang

dilaksanakan pada hari Anggarakasih Mendangsia. Hal tersebut haruslah menjadi

pedoman pihak investor agar upacara serta fasilitas umum berupa pura tersebut tetap

terjaga kesuciannya. Selain dari pada itu, kurangnya lahan parkir merupakan

permasalahan yang sering dihadapi oleh Desa Adat Pekraman Lepang ini pada saat

hari-hari puncak. Tingkat abrasi yang tinggi juga menjadi permasalahan yang

dihadapi oleh Desa Adat Pekraman Lepang sehingga PEMDA setempat yang bekerja

sama dengan pihak kondotel yang ada di sekitaran Pantai Lepang ini telah

membangun struktur penahan abrasi yang diharapkan mampu mengurangi dampak

abrasi pantai yang tengah terjadi pada saat ini. Penahan abrasi tersebut berupa grout

mattress yang terbuat dari serat polester yang dijahit dua lapis untuk menghasilkan kekuatan yang optimal dalam mencegah abrasi pantai yang tengah terjadi.

Melalui wawancara yang dilakukan terhadap bendesa adat I Ketut Sirna pada

hari Kamis 24 September 2015, bahwa Desa Adat Pekraman Lepang juga berencana

menghidupkan kembali kegiatan konsevasi penyu yang dahulunya ada di kawasan

tersebut pada tahun 2002. Hampir setiap hari purnama, beberapa penyu jenis lekang

akan mendarat di wilayah Pantai Lepang untuk bertelur di kawasan ini. Dengan

adanya hal tersebut diperlukan sebuah upaya koservasi atau pemeliharaan yang dapat

melindungi rutinitas satwa langka ini. Melalui wawancara tersebut juga diperoleh

informasi bahwa di waktu-waktu tertentu pada kawasan Pantai Lepang ini juga

diadakan sebuah pertunjukan kontemporer yang dilakukan oleh komunitas Batu

Belah Art Space yang telah didukung dari PEMDA setempat. Pada Kawasan Pantai

Lepang juga terdapat lahan pertanian dan perternakan yang cukup luas. Hasil dari

usaha pertanian masayarakat berupa jagung, kacang-kacangan, sayuran, kelapa dan

lain sebagainya. Adapun ternak yang dipelihara masyarakat berupa itik yang

disajikan sebagai bahan utama dari lawar kuwir. Potensi ini juga berencana

(26)

Pada kawasan ini terdapat sungai yang menjadi batas dari kawsan Pantai Lepang

serta sungai yang dijadikan tempat pemancingan oleh masyarakat setempat. Sungai

yang menjadi potensi pada tapak dapat menjadi hambatan dikarenakan pada

waktu-waktu tertentu seperti hujan sungai ini akan meluap dan membanjiri kawasan daratan

pantai. Selain sungai yang akan meluap pada waktu hujan, sungai ini juga membawa

limbah domestik rumah tangga yang dapat merusak lingkungan sekitar pantai. Pada

kawasan ini aktivitas tengah laut seperti memancing dan mandi pantai relatif sedikit

hal tersebut dikarenakan ombak di kawasan ini relatif besar sehingga masyarakat

enggan untuk melakukan berbagai aktivitas ditengah laut, hanya para pemancing

yang menjail ikan dari bibir pantai. Desa Adat Lepang juga memiliki beberapa aset

tanah yang berada di kawasan Pantai Lepang. Tanah milik desa tersebut dapat

dioptimalkan sebagai lahan yang akan dikembangkan didalam usaha pariwisata ini,

seperti lahan untuk parkir, lahan untuk fasilitas pendukung, maupun penunjang dan

lain sebagainya.

Berdasarkan permasalahan dan potensi tersebut maka munculah gagasan untuk

melakukan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung

yang akan dikelola oleh pihak desa yang bekerja sama dengan PEMDA sebagai pihak

pengawas serta pembina. Gagasan ini tentunya dibarengi dengan harapan untuk dapat

meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat dengan tetap melestarikan

budaya serta ekologi yang ada di kawasan Pantai Lepang ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran permasalahan yang telah dipaparkan, terdapat tiga

rumusan masalah yang dapat dirangkum yaitu sebagai berikut :

1. Apa saja spesifikasi khusus dari rancangan Pengembangan Desain Wisata

Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung?

2. Tema apa yang diterapkan dalam Pengembangan Desain Wisata Pantai

Lepang, di Kabupaten Klungkungyang dapat mewadahi segala aktivitas yang

(27)

3. Program dan konsep perancangan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang

tetap memperhitungkan aspek budaya dan lingkungan sekitar dalam

Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di

Kabupaten Klungkung adalah :

1. untuk menentukan jiwa dari bangunan yang memiliki fungsi sebagai

Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkung

sehingga nantinya bangunan ini akan memiliki daya tarik tersendiri dalam

menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara;

2. untuk mengetahui spesifikasi khusus dalam merancang sebuah bangunan yang

memiliki fungsi sebagai Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Lepang,

Kabupaten Klungkung; dan

3. untuk menciptakan sebuah kawasan wisata baru dengan mempertimbangkan

potensi, budaya, serta lingkungan yang telah dimiliki sehingga nantinya akan

dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal yang mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam proses perancangan Pengembangan Desain Wisata

Pantai Lepang, di Kabupaten Klungkungini, antara lain :

1.4.1 Tahap Perumusan Ide Awal

a. Ide awal munculnya Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di

Kabupaten Klungkungini dikarenakan pada kawasan ini masih terdapat

beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Dari pihak Desa Adat Lepang

sendiri berkeinginan untuk menghidupkan kembali sebuah konservasi

penyu yang dahulunya ada pada tahun 2002 dengan tujuan pelestarian

(28)

pengembangan beberapa daya tarik wisata yang ada di Kabupaten

Klungkung yang salah satunya adalah Pantai Lepang.

1.4.2 Tahap Pematangan Ide

a. Melakukan survey untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai

potensi-potensi wisata atau daerah yang akan dikembangkan oleh PEMDA

Kabupaten Klungkung.

b. Memastikan informasi tentang PEMDA Kabupaten Klungkung, yang mulai

gencar akan perkembangakn pariwisata.

c. Mencari data keinstansi pemerintahan terkait perkembangan dan kunjungan

pariwisata ke Kabupaten Klungkung.

d. Melakukan pemilihan lokasi yang sesuai untuk Pengembangan Daya Tarik

Wisata.

e. Melakukan wawancara dengan perangkat desa serta masyarakat setempat

untuk mendapatkan data mengenai potensi, sosial dan budaya, lingkungan

serta keinginan dari pihak desa terkait dalam Pengembangan Daya Tarik

Wisata.

1.4.3 Tahap Pengumpulan Data

a. Teknik Studi Pustaka

Mencari literatur terkait, baik data yang bersumber dari buku, artikel, data

daerah, data statistik resmi pemerintah dan swasta mengenai perkembangan

dan kunjungan wisata di Kabupaten Klungkung, hasil penelitian mengenai

perencanaan bangunan pantai dan pariwisata dan rancangan disain serupa

atau tinjauan objek sejenis. Dari data-data yang diperoleh tersebut

selanjutnya akan dilakukan pengkajian data yang memiliki keterkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas serta digunakan sebagai acuan

(29)

b. Wawancara

Melakukan wawancara terkait dengan rencana Pengembangan Daya Tarik

Wisata bersama PEMDA, perangkat desa dan masyarakat yang mengetahui

akan potensi serta kendala-kendala yang nantinya akan terjadi dalam

rencana pengembangan daya tarik wisata di daerah ini.

c. Teknik observasi lapangan

Dengan melakukan observasi atau pengamatan secara langsung kondisi

lapangan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan lokasi serta

tapak seperti; kebisingan, view, batas tapak, sosial dan budaya, peraturan

daerah, giologi dan hidrologi, vegetasi, sempadan, dan lain sebagainya.

1.4.4 Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh akan diuraikan menjadi beberapa pokok permasalahan

yang selanjutnya akan dilakukan pengelompokan dengan data-data yang saling

berkaitan. Sehingga pada tahap ini akan menghasilkan data berupa analisis tapak,

fungsi, civitas, aktivitas, dan kapasitas.

1.4.5 Tahap Sintesis Data

Pada tahap ini dilakukan pengklasifikasian data yang berkaitan atau data yang

memiliki spesifikasi yang sama dari data sebelumnya yang kemudian akan ditarik

sebuah simpulan dari pokok-pokok permasalahan tersebut. Pada tahap ini akan

menghasilkan data berupa spesifikasi desain, programing, tema bangunan, konsep

perancangan, dan perencanaan serta desain skematik (blok plan).

1.4.6 Tahap Desain

Berdasarkan produk yang dihasilkan pada tahap sintesis data maka selanjutnya

akan didapat beberapa alternatif perancangan yang kemudian akan dipilih rancangan

atau desain terbaik yang akan dikembangkan hingga menghasilkan produk berupa

site plan, lay out, denah, tampak, potongan, detail, gambar rencana serta tampilan

bangunan baik exterior maupun interior. Tahap ini akan dilakukan pada kegiatan

(30)

BAB II

PEMAHAMAN TEORI

Bab ini membahas mengenai pemahaman terhadap waterfront, urban desgin¸

pariwisata, penyu, tata kelola pantai dan bangunan pelindung pantai serta tinjuan

fasilitas sejenis yang meliputi Kawasan Pantai Sanur di Denpasar, Turtle

Conservation and Education Canter (TCEC) di Serangan, dan Kawasan Pantai Lebih di Gianyar. Pada bagian akhir akan dipaparkan sebuah spesifikasi umum yang

meliputi pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan pelaku kegiatan atau civitas.

2.1 Pemahaman Waterfront 2.1.1 Pengertian Waterfront

Echols dalam Soesanti (2010:116) menyatakan waterfront merupakan daerah

tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air atau daerah pelabuhan

sedangkan Urban waterfront menurut Wrenn dalam Soesanti (2010:116)

merupakan suatu lingkungan perkotaan yang berada ditepi atau dekat dengan

wilayah perairan Dari kedua pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa waterfront merupakan suatu daerah atau area yang berada dekat atau

berbatasan langsung dengan kawasan perairan yang mana area pertemuan tersebut

(31)

2.1.2 Jenis-Jenis Waterfront

Berdasarkan tipologi projeknya Breen dalam Fitrianto (2014:14) membedakan

waterfront menjadi tiga antaranya konservasi, pembangunan kembali

(redevelopment), dan mengembangan (development).

1. Waterfront konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap ada

2. Waterfront redevelopment merupakan suatu upaya untuk menghidupkan

kembali fungsi-fungsi waterfront lama dengan mengubah atau

membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada tersebut.

3. Waterfront development merupakan suatau usaha untuk menciptakan

waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.

Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi empat jenis,

yaitu mixed-used waterfront, recreational waterfront, residental waterfront, dan

working waterfront Breen dalam Soesanti (2010:116).

1. Mixed-used waterfront merupakan sebuah kombinasi waterfront yang terdiri dari area perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit dan

tempat-tempat kebudayaan.

2. Recreational waterfront merupakan sebuah kawasan waterfront yang menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman,

arena bermain, tempat pemancingan dan fasilitas untuk kapal pesiar.

3. Residental waterfront merupakan sebuah kawasan perumahan, hotel, apartemen dan lain sebagainya yang dibangun di tepi perairan.

4. Working waterfront merupakan sebuah tempat untuk industri nelayan, kegiatan komersial, reparasi kapal pesiar, industri dan segala sesuatu yang

(32)

2.1.3 Kriteria Waterfront

Kriteria umum dari perencanaan waterfront adalah Prabudiantoro dalam

Soesanti (2010:116)

1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut,

danau, sungai, dan lain sebaginya).

2. Merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau

pariwisata.

3. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman

atau pelabuhan.

4. Terdapat pemandangan serta berorientasi ke arah perairan.

5. Pembangunan arah vertikal-horizontal.

2.1.4 Aspek Perencanaan Waterfront

Terdapat tiga aspek yang dipergunakan dalam perencanaan sebuah

waterfront, yaitu aspek arsitektural, aspek keteknikan, aspek sosial budaya. Aspek

arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront

dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang mampu memenuhi

nilai-nilai estetika. Aspek keteknikkan berkaitan dengan perencanaan struktur dan

teknologi bahan yang dipergunakan dalam perencanaan waterfront yang mampu

mengatasi kendala-kendala dalam perancangan waterfront seperti stabilitas

perairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan lain sebagainya. Aspek

sosial budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang

berada dan di sekitar kawasan waterfront tersebut.

2.1.5 Karakteristik Waterfront

Dalam karakteristik waterfront ini akan dibahas mengenai fungsi, pola jalan,

struktur ruang, pola masa, hubungan air dan daratan, arah orentasi masa, fungsi

ruang terbuka dan pola skyline. Selain dari pada itu, dalam sebuah area waterfront

(33)

estetika pada kawasan waterfront. Berikut merupakan ulasan singkat mengenai

karakteristik tata ruang waterfront. (Siahaan, 2008).

a. Fungsi kawasan

Mengetahui bagaimana hubungan fungsi baru terhadap fungsi lama maka

fungsi kawasan dalam pembahasan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu

fungsi baru dan fungsi lama. Prinsip dari fungsi kawasan ini yaitu, jika fungsi

lamanya tidak jelas, maka rancangan fungsinya semakin bebas. Apabila

fungsi lamanya jelas maka rancangan fungsi barunya pun semakin tidak

bebas.

b. Pola Jalan Utama

Pola jalan dalam perancangan sebuah waterfront ialah pola jalan yang

mengikuti pola air yang dapat dijadikan pula sebagai pembatas antara daratan

dan perairan.

c. Struktur Ruang

Figure of space merupakan struktur ruang yang memiliki kejelasan batasan antara daratan dan perairan. Batas antara perairan dan daratan

merupakan salah satu aspek penting dalam kawasan tepi air.

d. Pola Massa Bnagunan

Pola massa bangunan pada kawasan waterfront mengikuti pola dari

perairan atau pola dari garis pantai yang nantinya dapat membedakan antara

daratan dengan perairan.

e. Hubungan Air dan Daratan

Hubungan air dan daratan dapat dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu :

1. Air dan darat dibatasi dengan dinding arsitektural.

2. Air dan dinding dibatasi dengan talut.

3. Air dan daratan saling menyatu.

4. Air merupakan dasar daratan.

Terdapat dua jenis tipe dalam perancangan sebuah tata ruang waterfront di

antaranya tipe yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk mecegah

(34)

f. Arah Orientasi Massa Bangunan

Orientasi utama dari masa bangunan mengarah ke arah air yang mana

fasade dari bangunan ini akan memiliki sebuah tata estetika yang baik. Hal

tersebut dikarenakan bagian tersebut merupakan bagian utama atau bagian

depan dari bangunan sehingga fasade dibuat semenarik mungkin. Selain dari

pada itu, terdapat pula orentasi masa bangunan yang mengarah ke arah air dan

ke arah darat.

g. Fungsi Ruang Terbuka

Ruang terbuka ialah sebuah ruang yang difungsikan sebagai tempat

melakukan kegiatan atau tempat terjadinya interaksi antarmanusia yang

berorientasi ke arah air.

h. Pola Skyline Kawasan

Skyline dibedakan menjadi dua bagian di antaranya skyline yang

membentuk dinding batas dan skyline yang membentuk celah alur. Tipe

skyline yang membentuk dinding batas terjadi apa bila peletakan masa

bangunan cenderung berhimpitan sedangkan tipe skyline yang membentuk

celah alur terjadi apabila peletakan antarmassa bangunan cenderung

berjauhan.

i. Estetika Fasade

Dalam estetika fasade bangunan pada kawasan tepi air diperlukan adanya

kontekstual antara bangunan satu dengan yang lainnya maupun kontekstual

antara bangunan yang terdapat di lingkungan sekitarnya sehingga tercipta

sebuah keserasian atau keharmonisan tata bangunan dalam area kawasan tepi

air tersebut.

2.1.6 Tipologi Waterfront

Berdasarkan tipe pertemuannya dengan badan air, Breen dalam Fitrianto

(35)

1. Waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa tepian sungai.

2. Waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa pantai dan tepian laut.

3. Waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung antara daratan dengan badan air berupa tepian danau yang pada umumnya

dipergunakan sebagai pembangunan dengan fungsi yang khusus.

2.2 Pemahaman Perancangan Kota (Urban Design)

Lingkup dari urban design merupakan bagian dari proses perancangan yang

berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan. Ada delapan elemen dalam menentukan

urban design, yaitu :

2.2.1 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan merupakan pengaturan lahan berdasarkan fungsi-fungsi

dalam suatu wilayah yang dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana

daerah-daerah pada satu kawasan berdasarkan fungsinya (Diartika, 2004:29).

Aspek yang diperhatikan dalam tata guna lahan ialah KDB, KLB, GSB, tinggi

bangunan, dan lain sebagainya.

2.2.2 Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi dan parkir merupakan sebuah sistem yang menghubungkan

berbagai jenis peruntukkan lahan, baik secara makro maupun mikro dengan tiga

elemen, seperti circulation and parking, pendestian ways, serta activity support

(Diartika, 2004:37). Adapun area parkir merupakan sebuah elemen penting yang

dapat memberi gambaran fisik sebuah kawasan dengan dua jenis parkir, yaitu

parkir di jalan (on street parkir) dan parkir di luar jalan (off street barking) baik

dalam bentuk parkir terbuka maupun gedung parkir.

(36)

Tata bangunan memiliki tujuan untuk mengelola volume bangunan yang

sesuai dengan KLB yang telah berlaku serta untuk membedakan jenis aktifitas

yang akan berlangsung dalam ruang tersebut (Diartika, 2004:47). Dengan tujuan

untuk menentukan tata bangunan, bentuk, besaran dan massa bangunan yang

dapat menampung berbagai aktivitas yang terjadi dalam kawasan tersebut.

2.2.4 Jalur Pejalan Kaki

Perancangan jalur pejalan kaki yang baik dapat mereduksi ketergantungan

pada kendaraan di pusat kota, meningkatkan volume pergerakan, meningkatkan

kualitas lingkungan serta meningkatkan kualitas udara dari polusi yang ada

(Diartika, 2004:56). Jalur pejalan kaki tidak hanya difungsikan sebagai jalan

semata akan tetapi dapat difungsikan pula sebagai tempat terjadinya interaksi

antara manusia, ruang terbuka, tempat untuk bersantai dan bermain. Ada tiga

jenis jalur pejalan kaki dalam tata ruang terbuka, yaitu jalur pejalan kaki penuh,

jalur pejalan kaki transit, dan jalur pejalan kaki semi. Adapun beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam merancang jalur pejalan kaki, di antaranya yaitu asal

dan tujuan pergerakan serta volume pada jam puncak.

2.2.5 Aktivitas Pendukung

Aktifitas pendukung merupakan penggunaan ruang fisik kawasan untuk

kegiatan umum yang dapat menghidupkan dan menghubungkan pusat-pusat

kegiatan yang berada dalam suatu kawasan yang memiliki keterkaitan yang

sangat kuat dengan jalur pendestrian dan ruang terbuka. Ada empat prinsp dalam

perancangan aktivitas pendukung di antaranya (Diartika, 2004:65), yaitu sebagai

berikut :

1. Koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan (ruang-ruang)

yang dirancang.

2. Keragaman dan interaksi kegiatan yang dihadirkan dalam ruang.

3. Bentuk kegiatan yang memperhatikan aspek budaya dan karakter

(37)

4. Pengadaan fasilitas lingkungan berupa tempat istirahat dari bahan

lokal yang memenuhi persyaratan desain.

2.2.6 Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Ruang terbuka hijau merupakan sebuah ruang yang berada dalam sebuah

kawasan yang terdiri dari elemen hard space dan soft space yang biasanya ada

didalam ruang terbuka ini akan terjadi sebuah interaksi sosial (Diartika,

2004:68). Elemen perancangan ruang terbuka terdiri dari taman, lapangan

umum, bangku-bangku, perkebunan, air, penerangan jalan, kios-kios, pancuran

air, patung, petanda, dan fasilitas lalu lintas lainnya.

2.2.7 Preservasi dan Konservasi

Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya

tanpa adanya perubahan termasuk upaya untuk mencegah kehancuran,

sedangkan konservasi merupakan suatu upaya untuk memelihara suatu tempat

sehingga makna dan tempat tersebut dapat dipertahankan (Diartika, 2004:72).

2.2.8 Sistem Penanda

Tanda menyatakan sebuah tulisan, lambang, gambar, atau bendera yang

memberi isyarat terhadap seseorang dan memiliki arti atau makna di dalamnya

(Diartika, 2004:85). Sistem penanda memiliki berbagai fungsi di antaranya

sebagai petunjuk arah, pengenal, kontrol terhadap lalu lintas, pemberi informasi,

dan lambang. Sistem penanda merupakan alat komunikasi antara subjek dan

objek yang dapat memberikan informasi terhadap pengamat.

2.3 Pemahaman Tentang Pariwisata 2.3.1 Pengembangan Pariwisata

Swarbrooke dalam Cespratama (2010:1) menyatakan bahwa pengembangan

pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan

(38)

luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan

kelangsungan pariwisata. Ada beberapa jenis pengembangan pariwisata, yaitu :

a. Keseluruhan dengan tujuan baru merupakan upaya untuk membangun

atraksi di situs yang tadinya tidak dipergunakan sebagai area atraksi.

b. Tujuan baru merupakan suatu uapaya membangun kembali sebuah

atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan sebagai objek

atraksi.

c. Pengembangan baru secara keseluruhan merupakan suatu upaya

untuk membangun kembali keseluruhan objek wisata agar lebih

menarik pengunjung lebih banyak serta agar objek wisata tersebut

dapat mencapai pasar yang lebih luas

d. Pengembangan baru pada objek wisata yang bertujuan untuk

meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya

pengeluaran sekunder oleh pengunjung.

e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang

berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang mana kegiatan

tersebut memerlukan modifkasi bangunan dan elemen struktur.

2.3.2 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, "pari-" dan "wisata". "Pari-"

yang memiliki arti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan "wisata"

yang berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata merupakan perjalanan

yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat

lainnya. Yoeti dalam Warpani (2007:5-6) mengutip definisi tentang pariwisata

secara lebih luas dari beberapa ahli di antaranya :

a. Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kamanusiaan berupa

hubungan antarorang baik dari negara yang sama atau antarnegara

(Warpani, 2007:6).

b. Schulland mengartikan pariwisata adalah gabungan berbagai kegiatan

(39)

berkaitan dengan kedatangan, tinggal, dan kegiatan pendatang di

negara tertentu atau daerah tertentu (Warpani, 2007:6).

c. Buchli mendefinisikan bahwa pariwisata adalah setiap peralihan yang

bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud

memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu

oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut

(Warpani, 2007:6).

d. Morgenroth menyebutkan pariwisata sebagai lalu lintas orang-orang

yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu

(Warpani, 2007:6).

e. Gluckmann menyebutkan pariwisata sebagai keseluruhan hubungan

antara manusia yang hanya berada untuk sementara waktu dalam suatu

tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang

tinggal di tempat itu (Warpani, 2007:6).

Dari berbagai kutipan definisi tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa

pariwisata merupakan sebuah perjalanan seseorang menuju ke tempat lain dan

tinggal di tempat tersebut untuk sementara waktu. Batasan waktu lebih tegas

dinyatakan oleh Mcintosh, Goeldner dan Ritchie dalam Warpani (2007:6) bahwa

pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat lain di

luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari satu tahun,

terus-menerus, dengan maksud bersenang-senang, berniaga, dan lain sebagainya.

2.3.3 Objek dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata

Warpani (2007:46) menyatakan daya tarik wisata merupakan segala suatu

yang dapat dilihat seperti pemandangan alam, objek purbakala, pertunjukan atau

sesuatu yang dapat dilakukan seperti rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu

yang dapat dibeli seperti barang-barang unik atau cenderamata. Selain dari pada

itu, daya tarik wisata dapat pula sebagai sesuatu yang dapat dinikmati misalnya

udara sejuk, pelayanan istimewa, atau sesuatu yang dapat dimakan seperti

(40)

sesuatu yang dapat menarik minat seseorang atau sekelompok orang untuk

mengunjungi suatu tempat karena tempat tersebut memiliki keunikan dan daya

tarik tersendiri seperti lingkungan alam, peninggalan atau tempat bersejarah, dan

perstiwa-peristiwa tertentu.

Selain dari pada itu, daya tarik wisata juga dapat berupa hasil akal budi

manusia, yaitu pertunjukkan seni-budaya seperti kesenian daerah, adat-istiadat

daerah yang dapat menjadi daya tarik tambahan yang dapat memperkuat daya

tarik wisata di tempat tersebut.

2.3.4 Jenis Daya Tarik Wisata

Sifat khas dari daya tarik wisata ialah hanya dapat "dinikmati" dan

"dikembangkan" di tempatnya berada, misalnya pemandangan alam yang indah,

pantai tempat bersnang-senang , sungai, dan hutan. Ada dua jenis daya tarik

wisata yaitu, diantaranya: (Warpani, 2007:50)

1. Daya tarik wisata yang mungkin sering dikunjungi secara

berulang-ulang atau dapat menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di

berbagai potensi-potensi yang di miliki di tempat tersebut seperti potensi

alam, potensi budaya dan potensi manusia.

a. Potensi Alam

Pemandangan alam, flora, dan fauna adalah daya tarik wisata yang

sangat menarik. Potensi daya tarik wisata alam pada umumnya rawan

akan pengerusakan. Oleh karena itu, pemanfaatan objek ini harus

(41)

objek tersebut harus dilakukan berdasarkan wawasan lingkungan yang

lestari, dijaga keasliannya sebagai sumber daya alam dalam kaitan dengan

keseluruhan ekosistem agar tetap menjadi daya tarik wisata yang diminati.

b. Potensi Budaya

Budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah

adalah potensi-potensi yang dapat menjadi daya tarik wisata bila dikemas

dan dapat disajikan secara profesional tanpa "merusak" nilai-nilai dan

norma-norma budaya asli di tempatnya berada.

c. Potensi Manusia

Manusia merupakan sebuah objek sekaligus subjek pariwisata.

Manusia mampu menyajikan sebuah daya tarik wisata berupa pertunjukan

seni budaya seperti kesenian daerah dan adat-istiadat daerah yang mampu

menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang memungkinkan proses

kegiatan pariwisata dapat berjalan, misalnya: perangkutan, komunikasi, sumber

energi dan lain sebaginya. Prasarana pariwisata menurut Warpani(2007:98)

merupakan prasarana umum artinya tidak khusus digunakan oleh tempat

pariwisata tersebut melainkan dapat juga dipergunakan oleh masyarakat dan

tempat lain. Selain prasarana fisik seperti yang disebutkan sebelumnya, ada

faktor lain yang bersifat kualitatif yang menjadi prasyarat pengembangan

pariwisata, yakini keamanan. Kondisi keamanan dapat dijabarkan dalam

prasarana sarana fisik seperti keberadaan aparat keamanan, keberadaan pos jaga

keamanan, kelengkapan, dan perlengkapan keamanan.

Fasilitas dari sarana pariwisata ini haruslah ada, sehingga segala aktivitas

yang akan dilakukan pada kawasan daya tarik wisata akan berjalan dengan baik.

Ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata ini juga akan memperkuat daya

(42)

a. Prasarana

Kelengkapan prasarana dan sarana adalah faktor penunjang

perkembangan pariwisata yang secara langsung akan berpengaruh

terhadap pola pencarian arus wisatawan menuju daya tarik wisata.

Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana haruslah

memperhitungkan aspek ekologi dan pelestarian lingkungan serta

ekosistemnya, agar pemanfaatan objek wisata sebagai daya tarik dapat

berlangsung secara lestari.

Semua prasarana (infrastruktur) harus ditempatkan dengan sangat

hati-hati dan cermat, terutama di lokasi daya tarik wisata. Hal tersebut

dikarenakan dapat mengganggu mutu tampilan dayak tarik wisata yang

bersangkutan.

b. Air Bersih dan Listrik

Air dan listrik merupakan sebuah faktor yang sangat penting dan harus

ada di dalam sebuah daya tarik wisata. Faktanya di dalam suatu kegiatan

akan memerlukan air dan listrik di dalam menjalankan atau

mengoperasikan suatu fasilitas agar tetap berjalan secara optimal.

Sekarang ini sumber air dan energi listrik berasal dari PDAM dan PLN

yang ada di suatu daerah. Energi tersebut akan dialirkan menuju

tempat-tempat yang ingin diwadahi.

c. Fasilitas

Fasilitas merupakan sebuah penunjang atau pendukung yang dapat

membuat civitas merasa nyaman di dalam mejalankan aktivitas di suatu

tempat. Dalam pariwisata, fasilitas tidak dapat dipisahkan antara satu dan

yang lainnya. Fasilitas tersebut seperti fasilitas rekreasi, fasilitas publik,

fasilitas servis, fasilitas kesehatan, dan fasilitas penginapan.

Fasilitas-fasilitas tersebut harus memenuhi syarat kebersihan,

keamanan, kenyamanan, dan memiliki akses yang tinggi menuju lokasi

(43)

d. Mode Angkutan

Wahab dalam Warpani (2007:111) menyatakan mobil pribadi adalah

angkutan yang paling populer yang dipergunakan oleh para wisatawan

karena alasan kenyamanan dan keluwesan atau fleksibilitas. Selain dari

pada itu, jasa angkutan umum dapat pula dijadikan sebagai salah satu jasa

moda angkutan wisata yang dapat melayani kebutuhan masyarakat dalam

melakukan kunjungan ke tempat-tempat daya tarik wisata.

e. Penginapaan atau Akomodasi

Daya Tarik Wisata dapat dipandang sebagai tempat peralihan (transit)

datangnya wisatawan menuju lokasi daya tarik wisata. Sebelum

wisatawan melanjutkan perjalanannya menuju objek wisata sebagai

destinasi wisata akhir, diperlukan sebuah sarana yang untuk sementara

dapat menampung wisatawan sepeti hotel, penginapan dan pondok

wisata. Berikut merupakan beberapa jenis akomodasi yang terdapat

dalam daya tarik wisata, yaitu sebagai berikut : (Warpani, 2007:112-115)

1. Hotel merupakan sarana yang amat penting bagi pariwisata

yang dibutuhkan bagi wisatawan kelas menengah ke atas.

Fasilitas ini merupakan tempat tinggal sementara bagi

wisatawan yang dipergunakan untuk beristirahat, makan,

mandi, dan lain sebagainya.

2. Penginapan merupakan sebuah akomodasi yang hanya

menyediakan kamar-kamar untuk disewakan. Fasilitas

kenyamanan yang disediakan sangat terbatas bahkan

terkadang tidak menyediakan fasilitas-fasilitas kenyamanan

tersebut.

3. Pondok wisata merupakan jenis fasilitas penginapan yang

langsung menyentuh kepentingan dan kesejahteraan

(44)

f. Bidang Usaha

Bidang usaha lain yang dapat melibatkan masyarakat setempat adalah

usaha perdagangan, usaha kerajinan, jasa pariwisata, perangkutan, rumah

makan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini masyarakat dapat ikut serta di

dalam usaha pariwisata sehingga tingkat perekonomian masyarakat

setempat menjadi lebih baik lagi.

Di sinilah peran pemerintah setempat sebagai regulator yang harus

mampu menerapkan kebijakan yang mengutamakan keterlibatan

masyarakat lokal dalam bidang pariwisata.

g. Lembaga Keuangan

Keberadaan lembaga keuangan sangatlah mempermudah dan memberi

kenyamanan tersendiri kepada wisatawan yang akan melakukan destinasi

wisata. Dengan adanya lembaga keuangan seperti bank dan money

changer, wisatawan akan merasa aman dan nyaman dikarenakan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup besar.

h. Pusat Perbelanjaan

Berbelanja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pariwisata, bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata tersendiri

yang memiliki makna yang cukup besar. Belanja tidak semata-mata

melayani wisatawan yang sengaja berniat untuk berbelanja, tetapi juga

melayani semua wisatawan dan masyarakat pada umumnya. Tebaran

pusat perbelanjaan, akomodasi dan jaringan pelayanan angkutan harus

menjadi bahan perhitungan dalam menata ruang wilayah sedemikian

rupa sehingga wisatawan merasa menjadi bagian dari destinasi, bukan

sekedar sebagai pengunjung semata.

i.Kesehatan

Hal penting lainnya bagi para wisatawan adalah jaminan kesehatan.

(45)

fasilitas kesehatan, baik untuk pertolongan pertama maupun perawatan

lanjut ke rumah sakit.

Selain jaminan layanan kesehatan dan jaminan keamanan, jaminan

pertolongan pertama pada kecelakaan pun amat penting artinya terutama

pada jenis pariwisata yang mengandung resiko. Seperti halnya dengan

kehadiran pengawas pantai yang selalu siaga mengawasi dan memberi

pertolongan kepada wisatawan yang melakukan kegiatan yang

mengandung resiko.

j. Sarana Pelengkap

Selain tergantung pada mutu jasa layanan perangkutan, kegiatan

kepariwisataan tergantung pula pada mutu jasa layanan komunikasi dan

informasi. Selain dari pada itu, dengan adanya fasilitas komunikasi yang

tersedia, para wisatawan akan dapat berhubungan langsung dengan siapa

pun dan dari mana pun yang dikehendaki.

Internet, jaringan telepon, radio, tv, media cetak, dan kantor pos

adalah fasilitas yang amat penting artinya bagi pengembangan kegiatan

pariwisata. Keberadaan prasarana komunikasi dapat meningkatkan daya

tarik wisata yang bersangkutan, karena wisatawan akan merasa tidak

kehilangan hubungan dengan siapa pun.

2.4 Pemahaman Terhadap Penyu 2.4.1 Pengertian Penyu

Penyu adalah salah satu binatang purba yang konon sudah ada sejak 150 juta tahun

yang lampau. Penyu merupakan perenang yang handal dengan menggerakkan kedua

kaki depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di

dasar laut juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang dalam berenang.

Walau selama bertahun-tahun berkelana di dalam air, hewan kelompok vertebrata,

kelas reptilia ini tetap harus naik kepermukaan untuk mengambil nafas, hal tersebut

diakrenakan penyu merupakan hewan yang bernafas dengan paru-paru. (Sumber :

(46)

2.4.2 Identifikasi Jenis-Jenis Penyu

A. Penyu abu/penyu lekang (lepidochelys olivacea)

gambar 2.1 penyu abu/penyu lekang

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

Penyu abu-abu atau penyu lekang bertelur di daerah berpasir dengan jenis

pasir hitam, memiliki kandungan mineral lebih dari 70%. Panjang kerapas

51-75 cm berbentuk kubah dengan 5-9 pasang sisik lateral, berwarna abu-abu

zaitun. Di bagian perut terdapat lubang dengan perut berwarna kuning,

beratnya mencapai 33-45 kgDalam sarang mencapai 37-38 cm dengan

diameter 20-21 cm. Selang bertelur per musim penulran mencapai 13-18 hari

dengan lama bertelur ± 1 jam. Telur berjumlah 105-170 butir, berdiameter 3,2

-4,8 cm dengan masa pengeraman selama 45-65 hari. Makanan penyu lekang

bersifat carnivora dengan makanan utama kerang-kerangan dan ikan-ikan

kecil. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel

berikut

tabel 2.1 : karakteristik habitat penyu lekang Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk

(47)

Karapas berwarna

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

B. Penyu Hijau (chelonia mydas)

gambar 2.2 penyu hijau

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

Karakteristik habitat peneluran penyu hijau berada di sepanjang pantai dengan

pohon hibiscus tiliacus, terminalia catappa dan pandanus tectorius dengan

jenis pasir yang terdiri dari mineral quartz. Ciri dari penyu hijau terdapat

sepasang sisik prefrontal pada kepala dengan warna punggung hijau zaitun

bercorak coklat kemerahan dan hitam. Panjang karapas 80-125 cm berbentuk

kubah halus dengan sepasang sisik punggung yang tidak saling bertumpu dan

memiliki 4 sisik konstal, berat penyu hijau mencapai 89-235 kg. Dalam

sarang mencapai 55-60 cm dengan diameter 23-25 cm, jumlah telur mencapai

62-152 butir dengan diameter 4-5 cm, menetas dalam waktu 56-77 hari.

Selang bertelur per musim penulran mencapai 10-17 hari dengan lama

bertelur ± 2-3 jam. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat

dilihat pada tabel berikut

tabel 2.2 : karakteristik habitat penyu hijau Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk

Luar

(48)

oval, berwarna

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

C. Penyu Pipih (natator depressus)

gambar 2.3 penyu pipih

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

Daerah peneruran dari penyu pipih terdiri dari pasir putih, dimana banyak

ditemukan "sand dunes" tidak terdapat vegetasi pantai hanya ada

rumput-rumputan dan tanaman perdu. Selang bertelur per musim penulran mencapai

13-18 hari dengan lama bertelur ± 1-1,5 jam. Dalam sarang mencapai 60-67

cm dengan diameter mencapai 25-30 cm. Jumlah telur antara 22-76 butur

dengan diameter 4-5 cm dan menetas setelah 47-58 hari. Panjang tempurung

88-96 cm, pipih dan halus dengan 4pasang sisik rusuk yang melengkung

keluar sisi tubuh, warna punggung kelabu, perut krem dan berat mencapai

70-90 kg. Makanan penyu pipih adalah karnivora yang umumnya pemakan

hewan berbadan lunak, seperti teripang, karang lunak dan ubur-ubur. Untuk

lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel berikut

tabel 2.3 : karakteristik habitat penyu pipih Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk

Luar

(49)

belakang, kepala

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

D. Penyu Tempayan (caretta caretta)

gambar 2.4 penyu tempayan

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

Daerah peneluran di pantai berpasir yang terdiri dari butiran berdiameter

medium dengan material pasir silika. Panjang karapas 81-120 cm, berbentuk

kubah halus dengan 5-6 sisik lateral berwarna coklat, perut berwarna kuning

dengan berat mencapai 65-101 kg. Dalam sarang mencapai 29-55 cm dengan

diameter 18-25 cm, jumlah telur antara 23-109 butir dengan diameter telur

mencapai 3,4-55 cm yang menetas setelah 49-63 hari. Selang bertelur per

musim penulran mencapai 13-17 hari dengan lama bertelur ± 1-2 jam.

Makanan pada saat tukik berupa ubur-ubur, rumput laut, keong dan udang

sedangkan setelah dewasa hanya memakan daging termasuk ikan-ikan kecil,

cumi-cumi dan gurita. Untuk lebih jelasnya karakteristik dari penyu ini dapat

dilihat pada tabel berikut

tabel 2.4 : karakteristik habitat penyu tempayan Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk

Luar

(50)

seluruhnya sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

E. Penyu Sisik (eretmochelys imbricata)

gambar 2.5 penyu sisik

sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu

Daerah peneluran penyu sisik terdiri dari butiran pasir koral hasil hempasan

ombak/gelombang, warna pasir putih atau kekuningan. Panjang karapas 75-95

cm mempunyai sisik dan bagian karapas yang tumbuh saling tindih mirip

susunan genteng. Kepalaberukuran sedang, mempunyai paruh runcing,

mempunyai dua sisik, tetapi melegkung pada bagian ujung perut berwarna

krem kadang-kadang dengan beberapa corak hitam dengan berat mencapai

38-70 kg. Jumlah telur mencapai 89-190 butir dengan diameter 3-4 cm yang

menetas dalam waktu 47-75 hari, dalam sarang mencapai 35-42 cm dengan

diameter arang 18-22 cm. Makanan penyu sisik adalah spong, rumput laut,

alga karang lunak dan kerang-kerangan. Selang bertelur per musim penulran

mencapai 13-15 hari dengan lama bertelur ± 2-1,5 jam. Untuk lebih jelasnya

karakteristik dari penyu ini dapat dilihat pada tabel berikut

tabel 2.5 : karakteristik habitat penyu sisik Ciri-Cir Morfologi Ciri-Ciri Bentuk

Luar

Gambar

tabel 2.1 : karakteristik habitat penyu lekang
tabel 2.2 : karakteristik habitat penyu hijau
gambar 2.3 penyu pipih sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
gambar 2.4 penyu tempayan sumber : pedoman teknis pengelolaan konservasi penyu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata merupakan salah satu faktor yang paling utama bagi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah atau Negara. Dimana daya tarik wisata

Pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung ini bertujuan untuk mengarahkan semua kegiatan stakeholder yang terkait dengan wisata di kawasan tersebut

a. Potensi daya tarik objek wisata Pantai Air Mata Permai yang dilihat dari atraksi wisata bahwa objek wisata Pantai Air Mata Permai berpotensi untuk

Hasil penelitian menunjukkan Persepsi wisatawan terhadap pantai Torok Aik Belek sebagai daya tarik wisata di kabupaten Lombok Tengah, wisatawan dan masyarakat sangat setuju

Oleh karena itu, Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi sumber daya alam laut di kawasan pantai Mandala Ria yang berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik

Obyek rancangan Kawasan Wisata Pantai Libuo di Kabupaten Pohuwato ini hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat atas sarana dan fasilitas pelayanan rekreasi dan

Merupakan sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan wisatawan pada saat menikmati obyek dan daya tarik wisata yang disajikan seperti: sarana ibadah, kamar

Upaya pembaharuan untuk mengembangkan destinasi wisata merupakan hal penting sebagai daya tarik wisatawan Pelaksanaan peremajaan desa wisata dilakukan melalui : 1 meningkatkan