PENGEMBANGAN WISATA BERKELANJUTAN
DI PANTAI GELUNG SITUBONDO
RIZA FIRMANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung Situbondo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Riza Firmansyah
RINGKASAN
RIZA FIRMANSYAH. Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung Situbondo. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB sebagai ketua dan FREDINAN YULIANDA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Pantai Gelung merupakan kawasan wisata yang belum ada pengelolaan secara intensif di Situbondo. Terjadinya abrasi, menyebabkan banyak pohon yang tumbang karena tergerus ombak air laut. Permasalahan lainnya adalah adanya kegiatan wisata yang mengarah kepada kegiatan yang negatif. Kondisi Pantai Gelung saat ini kurang terawat, sehingga terlihat banyak tumpukan sampah yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem di kawasan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep pengelolaan wisata kawasan tersebut yang dapat memperbaiki kualitas sumberdaya alam sehingga sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Konsep pengembangan kawasan yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, sosial dan budaya untuk kepentingan saat ini dan masa mendatang, yaitu konsep wisata berkelanjutan.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang. Data yang dikumpulkan meliputi data potensi wisata, pengunjung dan pengelolaan Pantai Gelung. Data potensi wisata terdiri atas potensi fisik, biologi dan sosial budaya. Kemudian dilakukan analisis kesesuaian wisata. Pengambilan data pengunjung dilakukan dengan wawancara yang dibantu dengan pedoman wawancara. Pengunjung dalam penelitian ini terdiri atas pengunjung aktual dan pengunjung potensial. Pengumpulan data pengelolaan yang terkait dengan pengembangan wisata Pantai Gelung dilakukan dengan wawancara, dengan menggunakan metode indepth interview kepada pengelola yaitu instansi-instansi yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan Pantai Gelung mempunyai kekuatan berupa ekosistem pantai, sosial budaya masyarakat, budidaya dan kemudahan akses. Kelemahan kawasan Pantai Gelung adalah pengambilan terumbu karang secara liar oleh masyarakat, kebersihan lingkungan pantai yang menurun yang disebabkan oleh aktivitas pengunjung dan warung-warung disekitar pantai yang membuang sampah disembarang tempat, persepsi masyarakat bahwa pengembangan wisata adalah dengan mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata yang hanya mementingkan peningkatan penghasilan dan Kesenian lokal yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Kawasan Pantai Gelung juga mempunyai peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata, yaitu memberikan kesempatan kerja dan berusaha, Rencana Detail Tata Ruang pariwisata Situbondo yang menetapkan kawasan Pantai Gelung sebagai salah satu prioritas 1 pengembangan wisata, Obyek wisata lainnya seperti pasir putih yang telah
kelestarian sumberdaya alam dan mulai tergantikannya budaya dan kesenian lokal oleh kesenian modern.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di kawasan Pantai Gelung, Pantai Gelung merupakan kawasan wisata pantai yang memiliki potensi fisik, biologi dan sosial budaya sebagai daya tarik wisata. Namun saat ini kondisi lingkungan di kawasan tersebut rusak. Oleh karena itu, pengembangan wisata diarahkan pada kegiatan wisata yang bertujuan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan seperti kondisi semula atau sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengembangan wisata di Pantai Gelung juga mengajak semua pihak yang terkait untuk turut serta berperan aktif dalam melestarikan sumberdaya alam di kawasan tersebut, sehingga kegiatan wisata dapat terus dilakukan dengan tetap menggunakan sumberdaya alam tanpa merusak dan manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi saat ini dan di masa mendatang. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam Pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung adalah : (1) Perbaikan dan penataan lingkungan. Pengembangan wisata berkelanjutan diharapkan mampu mencegah kegiatan yang menyebabkan kerusakan lingkungan di Pantai Gelung. Pemerintah Daerah sebagai pengelola kawasan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Pantai Gelung. (2) Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sumberdaya alam merupakan daya tarik utama dalam kegiatan wisata. Pelibatan masyarakat sekitar Pantai Gelung dalam proses pengelolaan kawasan wisata, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pelestarian sumberdaya alam. (3) Sosial budaya masyarakat. Pariwisata dapat memberikan dampak terhadap sosial dan budaya masyarakat di kawasan wisata tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatif. Pengembangan wisata berkelanjutan, mendorong terjadinya dampak positif terhadap nilai-nilai sosial dan budaya setempat, dan mengelola setiap dampak negatifnya. (4) Integrasi wisata berkelanjutan ke dalam perencanaan. Integrasi wisata ke dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan baik dalam skala lokal, nasional maupun regional sangat diperlukan. Hal ini dilakukan supaya kebijakan yang dikeluarkan tidak saling bertentangan. (5) Dukungan terhadap perekonomian lokal. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan di kawasan wisata Pantai Gelung harus dapat memberikan manfaat yang adil pada semua stakeholder yang terkait, termasuk lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal, sehingga kesejahteraan masyarakat sekitar Pantai Gelung meningkat.
Program-program dalam kegiatan wisata di Pantai Gelung juga diarahkan pada usaha perbaikan kualitas lingkungan. Program-program tersebut berkaitan dengan pelibatan masyarakat, pengelolaan pengunjung, dukungan dan kebijakan Pemerintah Daerah sebagai pengelola kawasan. Program wisata yang dapat dilakukan di kawasan Pantai Gelung adalah Wisata menanam terumbu karang (Be Fun Be Smart Be Blue), Wisata Petik laut, Pagelaran Wayang Topeng, Festival pesisir dan bersih pantai, Wisata pasir hitam, Wisata budidaya dan Souvenir ramah lingkungan.
SUMMARY
RIZA FIRMANSYAH. Sustainable Tourism Development at Gelung beach Situbondo. Supervised by EKS HARINI MUNTASIB and FREDINAN YULIANDA.
Gelung Beach is a tourism area which has not yet intensively managed in Situbondo. Abrasion, causing many trees uprooted because eroded by sea waves. Another problem is there are tourism activities that may lead to negative activities. Currently, Gelung Beach condition is less preserved, so there are seen so much garbage that can disrupt and damage the ecosystem in the area. Therefore, the concept of the tourism area management that could improve the quality of natural resources based on its function and benefit is required. The concept of development area that utilize natural resources and the environment for tourism activities and at the same time preserving environmental, social and cultural sustainability for the benefit of present and future, ie. the concept of sustainable tourism.
Data collection method was carried through literature review, interviews and field observations. The data collected included tourism potential, visitors and management of Gelung Beach. The tourism potential data consisted of physical, biological and socio-cultural potential. Furthermore, tourism suitability analysis aimed at analyzing the suitability and ability of the region to support all kinds of tourism activities was conducted. Visitors in this study were consisted of actual and potential visitors. Visitor data collection related to the tourism development of Gelung Beach was carried out by conducting interview using indepth interview method to the relevant institutions.
The results showed that the Gelung beach area have several Strength, namely coastal ecosystems, social culture, cultivation and ease of access. The Weakness of Gelung beach area consisted of illegally coral reefs retrieval by community, the decreased of environmental cleanliness caused by the visitors activities and stalls around the beach which throw the garbage everywhere, community perception to tourism development ie. to bring as many tourists, community participation in tourism activities which are only concerned to their income and local art that began to be abandoned by society. Gelung beach area also have Opportunities that could be exploited for the development of tourism, which provide employment and business opportunities, RDTR Situbondo arrange that Gelung beach area is one of the first priorities of tourism development, other tourism places such as Pasir Putih that become mass tourism and perception of potential visitors about the tourism development which is more concerned with the environment. The Threat that could hinder the development of tourism in Gelung beach area is the highly demand of coral reefs as ornaments and souvenirs, the lack of government support for the development of tourism, the less concerned government policy to the preservation of natural resources and the replacement of local culture and art by modern art.
benefits. Tourism development in Gelung Beach also invites all interested parties to participate in an active role in conserving natural resources in the region, so that tourism activities can continue and at the same time can still use natural resources without damaging and the benefits can be felt by todays and future generations.
Several factors need to be considered in the development of sustainable tourism in Gelung Beach are: (1) Reparation and arrangement of environment. Sustainable tourism development is expected to prevent activities that cause environmental damage in Gelung Beach. Local Government as an area manager is responsible for improving the quality of the environment in Gelung Beach. (2) Utilization of natural resources in a sustainable manner. Natural resources are a major attraction in tourism activities. The involvement of local communities in the management process of surrounding area of Gelung Beach, from planning, implementation and evaluation, can raise awareness and a sense of responsibility towards the preservation of natural resources. (3) Socio-cultural society.
Tourism can provide impact on the social and cultural community in the tourism areas, either positive or negative impact. Sustainable tourism development, encourage positive impact on social values and local culture, and manage any negative impacts. (4) The integration of sustainable tourism into planning. Integration planning for sustainable development both at a local, national and regional indispensable. This is done in order to issue the uncontradictory policies. (5) Support the local economy. Sustainable use of natural resources in the tourism area of Gelung Beach should be able to provide equitable benefits to all relevant stakeholders, including employment and business opportunities for local communities, so that the welfare of the people around Gelung Beach increased.
Programs in tourism activities at Gelung Beach also directed at environmental quality improvement efforts. Such programs related to community involvement, visitor management, policy support and local government as area manager. Tourism program that can be done in the area of Gelung Beach are planting coral reefs tourism (Be Fun Be Smart Be Blue), Petik laut tourism, Puppet Mask Exhibition, Festival coast and clean beaches, black sand tourism, cultivation tourism and environmentally friendly souvenir.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
PENGEMBANGAN WISATA BERKELANJUTAN DI PANTAI
GELUNG SITUBONDO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih, atas segala karunia dan pertolongan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan November 2013 ini adalah wisata berkelanjutan, dengan judul “Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung Situbondo”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr EKS Harini Muntasib selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Bapak Dr Ir Achmad Fakhrudin selaku penguji luar komisi serta Ibu Dr Ir Lailan Syaufina selaku pimpinan sidang pada ujian tesis atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan SEAMEO SEARCA (Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture), yang telah memberikan beasiswa penuh untuk pelaksanaan perkuliahan dan penyelesaian tesis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Situbondo, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kabupaten Situbondo, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Situbondo dan Kepala Dinas Pertanian kabupaten Situbondo, Camat kecamatan Panarukan kabupaten Situbondo dan Kepala Desa Gelung kabupaten Situbondo serta masyarakat Desa Gelung Kecamatan Panarukan atas bantuan dan kerjasamanya dalam memberikan informasi yang diperlukan. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sahid Hudjimartsu atas bantuannya dan rekan-rekan seperjuangan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Angkatan 2012 atas kebersamaannya, diskusi, masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan di PSL IPB. Kepada keluarga tersayang, Ibunda Nanik Sumarini dan Ayahanda Gatot Afandy serta adik Dian Pramita yang selalu memberi semangat dan do’a, penulis ucapkan terima kasih. Penghargaan secara khusus buat Istri penulis Tika Tresnawati yang dengan sabar dan penuh pengertian mendampingi selama menyelesaikan studi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 2
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
2 METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Pengumpulan Data 7
Masyarakat 10
Pengunjung 11
Pengelola 11
Analisis Kesesuaian Wisata 12
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan 12
Identifikasi faktor internal dan eksternal 12
Strategi Pengembangan Wisata Berdasarkan SWOT 13
Pengembangan Wisata berkelanjutan Pantai Gelung 14
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Potensi Fisik, Biologi dan Sosial Budaya 15
Potensi Fisik 15
Potensi Biologi 16
Potensi Sosial Budaya 19
Air Bersih 26
Infrastruktur 28
Kesesuaian Wisata Pantai 29
Keinginan Pengunjung 31
Karakteristik pengunjung 31
Motivasi pengunjung 32
Persepsi pengunjung 33
Saran dan Harapan pengunjung 35
Perencanaan Pengelola 35
Pengelola 35
Peran Pemerintah Daerah 35
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan Pantai Gelung 38
Identifikasi Faktor Internal dan eksternal 38
Analisis pendekatan SWOT 41
DAFTAR ISI (lanjutan)
4 SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR TABEL
1 Kondisi umum Pantai Gelung 8
2 Potensi wisata Pantai Gelung 8
3 Pengunjung aktual dan potensial di Pantai Gelung 9
4 Pengelolaan kawasan Pantai Gelung 9
5 Matriks analisis SWOT 13
6 Karakteristik masyarakat sekitar Pantai Gelung 23
7 Persepsi masyarakat terhadap pengembangan wisata di
kawasan Pantai Gelung 24
8 Partisipasi masyarakat terhadap pengembangan wisata di
kawasan Pantai Gelung 25
9 Karakteristik pengunjung terhadap pengembangan wisata di
kawasan Pantai Gelung 31
10 Keinginan pengunjung terhadap kelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan di Pantai Gelung 33
11 Persepsi pengunjung terhadap pengembangan wisata di
Pantai Gelung 34
12 Matriks perkiraan faktor internal pada kawasan wisata
Pantai Gelung Kabupaten Situbondo 39
13 Matriks perkiraan faktor eksternal pada kawasan wisata
Pantai Gelung Kabupaten Situbondo 40
14 Strategi pengembangan wisata di Pantai Gelung Kabupaten
Situbondo 42
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengembangan wisata berkelanjutan
di Pantai Gelung 4
2 Lokasi penelitian pengempobangan wisata berkelanjutan
di Pantai Gelung 7
3 Hamparan pasir hitam yang digunakan sebagai media
penyembuhan rematik oleh pengunjung 15
4 Tumpukan batu di Pantai Gelung 15
5 Peta sebaran pantai berpasir/berbatu 16
6 Pemandangan lepas di Pantai Gelung 16
7 Beberapa jenis Kerapu yang terdapat di kawasan Pantai Gelung. (a) Epinephelus fuscoguttatus (Kerapu macan), (b) Epinephelus merra (Kerapu tikus), (c) Plecropomus
maculatus (Kerapu sunu) 17
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
9 Luasan budidaya rumput laut di Kabupaten Situbondo 18 10 Potensi tumbuhan dan satwa di Pantai Gelung. (a) Mahoni; (b)
Sengon; (c) Cemara udang; (d) kegiatan memancing; (e) Kelomang
darat dan (f) Burung kunthul putih. 19
11 Upacara petik laut di kawasan Pantai Gelung (sumber:
Disparbudpora Situbondo) 20
12 Pagelaran wayang topeng (Sumber: Disparbudpora Situbondo) 20 13 Industri rumah tangga Desa Gelung. (a) krupuk ikan, (b) rengginang. 21
14 Machu, makanan khas Situbondo 22
15 (a) Rumah ’Tabing Tongkok’ dan (b) konsep ‘Tanian Lanjheng’
Desa Gelung 22
16 (a) Terumbu karang di penampungan; (b) Terumbu karang untuk souvenir; (c) dan (d) Kondisi terumbu karang di Pantai Gelung yang
rusak 26
17 Sumber air bersih 27
18 Peta Sumber air bersih di Pantai Gelung 27
19 Kondisi jalan di Kawasan Pantai Gelung 28
20 Peta jalur menuju ke Pantai Gelung dari pusat kota Situbondo 28
21 Peta kesesuaian wisata pantai di Pantai Gelung 29
22 Peta kesesuaian wisata pantai lokasi pertama dengan kategori cukup
sesuai 30
23 Peta kesesuaian wisata pantai lokasi kedua dengan kategori cukup
sesuai 31
24 Sampah di Pantai Gelung 35
25 Rencana detail tata ruang kawasan pariwisata Situbondo 36 26 Rencana reklamasi kawasan wisata Pantai Gelung oleh
Disparbudpora. (a) Penampang samping rencana reklamasi, (b)
Penampang atas rencana reklamasi 38
1 Panduan wawancara dengan masyarakat sekitar pantai Gelung 53
2 Panduan wawancara dengan pengunjung pantai Gelung 54
3 Panduan wawancara dengan pengelola pantai Gelung 55
4 Kesesuaian wisata bermain air matriks kesesuaian lahan untuk wisata
pantai kategori rekreasi 57
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Situbondo secara geografis terletak di ujung Timur Pulau Jawa
Bagian Utara antara 113°30’-114°42’ Bujur Timur dan antara 7°35’-7°44’ Lintang Selatan. Kondisi fisik daerahnya memanjang dari barat ke timur sepanjang Pantai Selat Madura. Kabupaten Situbondo mempunyai potensi wisata bahari karena letaknya yang berbatasan langsung dengan selat Madura. Terdapat dua pantai yang terkenal sebagai kawasan wisata di Situbondo, yaitu Pantai Pasir Putih dan Pantai Gelung. Pantai Pasir Putih yang dikelola oleh perusahaan daerah Kabupaten Situbondo, menjadi wisata andalan Kabupaten Situbondo dan Provinsi Jawa Timur. Pantai Pasir Putih mempunyai hamparan pasir yang putih dan terdapat terumbu karang, selain itu letaknya yang strategis karena berada di pinggir jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Sedangkan Pantai Gelung mempunyai potensi wisata yang berbeda dengan Pantai Pasir Putih, yaitu hamparan pasir hitam dan berbatu, serta merupakan tempat budidaya rumput laut.
Pantai Gelung yang berlokasi di Desa Gelung Kecamatan Panarukan mempunyai letak yang strategis karena hanya berjarak ±5 Km dari pusat kota. Selain sebagai sentra budidaya rumput laut Pantai Gelung juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar, karena banyak masyarakat sekitar yang berjualan souvenir dan makanan untuk wisatawan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Pantai Gelung antara lain berenang, bermain air dan wisata pancing.
Pantai Gelung saat ini belum ada pengelolaan yang intensif dan kondisi kawasan Pantai Gelung saat ini semakin parah dikarenakan erosi pantai di Pantai Gelung, sehingga banyak pohon-pohon yang tumbang karena tergerus ombak air laut. Hal ini menyebabkan jarak antara tepi laut dengan jalan yang awalnya puluhan meter sekarang tinggal beberapa meter, sehingga mengkhawatirkan penduduk yang bermukim di sekitar Pantai Gelung tersebut. Permasalahan lainnya adalah adanya kegiatan wisata yang mengarah kepada kegiatan negatif. Selain itu, permasalahan lain yang penting untuk diperhatikan adalah masalah sampah. Kondisi Pantai Gelung saat ini semakin parah dikarenakan tumpukan sampah yang semakin banyak di sekitar Pantai Gelung yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem di Pantai Gelung tersebut.
2
kegiatan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dengan menggunakan prinsip-prinsip wisata berkelanjutan, diharapkan sumberdaya alam, sosial dan budaya di Pantai Gelung akan terjaga kelestariannya. Prinsip wisata yang berkelanjutan menurut (Fennell 1999), yaitu :
1. Penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan. 2. Pengurangan konsumsi yang berlebihan dan limbah. 3. Pemeliharaan terhadap keanekaragaman.
4. Integrasi pariwisata ke dalam perencanaan. 5. Dukungan terhadap perekonomian Lokal. 6. Pelibatan masyarakat lokal.
7. Konsultasi terhadap stakeholder dan masyarakat. 8. Pelatihan staf.
9. Pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab. 10. Penelitian.
Kerangka Pemikiran
Pantai Gelung yang berlokasi di desa Gelung Kecamatan Panarukan mempunyai potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata bahari di Situbondo. Sebagai suatu kawasan wisata, sampai saat ini Pantai Gelung belum diperkuat dengan peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo yang menyatakan Pantai Gelung adalah suatu kawasan wisata, sehingga pengelolaan kawasan wisata ini kurang optimal. Dengan demikian, diperlukan suatu perencanaan pengembangan wisata yang berkelanjutan untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di Pantai Gelung.
Wisata berkelanjutan pada dasarnya bertujuan untuk menjamin sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata pada generasi ini, juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Saat ini, kondisi kawasan Pantai Gelung semakin parah dikarenakan erosi pantai, sehingga banyak pohon yang tumbang karena tergerus ombak air laut, sehingga jarak antara tepi laut dengan jalan yang awalnya puluhan meter sekarang tinggal beberapa meter. Permasalahan lainnya adalah adanya kegiatan wisata yang mengarah kepada kegiatan negatif, sehingga membuat resah masyarakat sekitar. Selain itu, tumpukan sampah yang semakin banyak di sekitar Pantai Gelung dapat mengganggu dan merusak ekosistem di Pantai Gelung tersebut. Pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung ini diharapkan mampu mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan, serta dapat mengembangkan potensi sumberdaya alam, sosial dan budaya di kawasan Pantai Gelung.
3
potensi fisik, biologi dan sosial budaya diharapkan mampu menggambarkan kondisi lingkungan Pantai Gelung secara jelas dan menyeluruh, sehingga dapat memperoleh gambaran umum mengenai kondisi potensi wisata kawasan Pantai Gelung.
Aspek-aspek pendidikan dalam wisata berkelanjutan diharapkan dapat mempengaruhi keinginan pengunjung yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam dan sosial budaya dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, analisis terhadap keinginan pengunjung yang terkait kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sosial budaya perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung. Pengunjung wisata dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengunjung potensial dan pengunjung aktual. Pengunjung potensial merupakan sejumlah orang yang memenuhi syarat untuk melakukan perjalanan, sedangkan pengunjung aktual adalah sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata (Garrod dan Wilson 2002).
4
Gambar 1.1 Kerangka pemikiran pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung.
Keinginan pengunjung terkait kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan
Prinsip Wisata Berkelanjutan
Pengembangan Wisata Pantai Gelung yang
Berkelanjutan Potensi Wisata
Wisata Pantai Gelung
Pengunjung : Pengunjung aktual
Pengunjung potensial
Inventarisasi potensi fisik
Inventarisasi potensi biologi
Inventarisasi potensi sosial budaya
Analisis persepsi
Analisis SWOT
Analisis
kesesuaian wisata
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan
Analisis Keterpaduan antara hasil SWOT dan hasil
5
Perumusan Masalah
Wisata Pantai Gelung merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat sekitar. Supaya pemanfaatannya tidak merusak sumberdaya pantai dan budaya masyarakat sekitar, maka diperlukan suatu perencanaan yang matang terhadap pengembangan wisata di Pantai Gelung.
Pantai Gelung mempunyai sumberdaya fisik, biologi dan sosial budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Namun, kondisi kawasan Pantai Gelung saat ini semakin parah dikarenakan abrasi pantai, sehingga banyak pohon-pohon yang tumbang karena tergerus ombak air laut. Permasalahan lainnya adalah adanya kegiatan wisata yang mengarah kepada kegiatan negatif. Selain itu, permasalahan lain yang penting untuk diperhatikan adalah masalah sampah. Kondisi Pantai Gelung saat ini adalah semakin banyaknya tumpukan sampah di sekitar Pantai Gelung yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem di Pantai Gelung tersebut. Konsep wisata berkelanjutan merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan kawasan wisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya dan mengikut sertakan masyarakat lokal (Fennell 1999).
Kegiatan wisata yang dikembangkan di kawasan pantai Gelung hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdayanya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang dikembangkan. Untuk menilai kecocokan dan kemampuan kawasan pantai Gelung dalam menyangga segala macam aktivitas wisata, maka diperlukan analisis kesesuaian wisata. Analisis ini diperlukan dalam pengembangan kawasan Pantai Gelung, yaitu untuk melakukan prakiraan dampak lingkungan sehingga tujuan konservasi dan wisata menjadi selaras.
Pengunjung merupakan bagian yang penting dalam pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung. Wisata berkelanjutan diharapkan akan mengajak pengunjung untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka membangun pengetahuan, kepedulian dan apresiasi pengunjung terhadap lingkungan. Aspek-aspek pendidikan dalam wisata berkelanjutan ini diharapkan dapat mempengaruhi keinginan pengunjung yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam dan sosial budaya dalam jangka waktu yang panjang.
Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pengembangan wisata berkelanjutan, supaya pengembangan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip wisata berkelanjutan. Namun, saat ini di Pantai Gelung belum ada pengelolaan yang intensif dari pihak swasta maupun pemerintah daerah, sehingga pengelolaan kawasan Pantai Gelung belum optimal. Suatu perencanaan akan menghasilkan pengembangan yang baik dengan pengenalan secara menyeluruh terhadap elemen-elemennya.
6
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung adalah sebagai berikut : 1. Potensi sumberdaya fisik, biologi dan sosial budaya apa saja yang terdapat di
kawasan Pantai Gelung untuk pengembangan wisata berkelanjutan? 2. Bagaimana tingkat kesesuaian wisata di pantai Gelung?
3. Bagaimana keinginan pengunjung untuk kelestarian sumberdaya alam dan sosial budaya dalam pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung? 4. Bagaimana penyusunan pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai
Gelung?
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung Situbondo, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Inventarisasi potensi fisik, biologi dan sosial budaya untuk pengembangan
wisata berkelanjutan di Pantai Gelung.
2. Menganalisis tingkat kesesuaian wisata kawasan pantai Gelung
7
2
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2014 dikawasan wisata Pantai Gelung yang berlokasi di desa Gelung kecamatan Panarukan, kabupaten Situbondo provinsi Jawa Timur (Gambar 2.1). Kabupaten Situbondo terletak di sebelah garis khatulistiwa antara 7o35’ – 7o44’ LS dan antara 113o30’ – 114o 42’ BT. Sebelah
utara dan timur berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas Kabupaten Situbondo adalah 1638,5 km2 (BPS Situbondo 2013).
Gambar 2.1 Lokasi penelitian pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung
Pengumpulan Data
8
Tabel 2.1 Kondisi umum Pantai Gelung No Jenis Data Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan 1.
a) Luas kawasan Pantai Gelung b) Pengelola kawasan Pantai Gelung
2. Kondisi
lingkungan fisik Studi Pustaka
a) Letak (administratif dan geografis)
b) Luas wilayah c) Batas wilayah d) Topografi
e) Geologi dan tanah (jenis tanah, batuan dan tekstur)
f) Iklim g) Hidrologi h) Abrasi pantai
3. Kondisi Biologi
Studi pustaka dan pengamatan langsung di lapang
a) tumbuhan dan satwa (darat dan laut), terkait :
Jenis
Habitat
Lokasi keberadaannya
Waktu
4. Masyarakat Wawancara dan studi pustaka
a)Jumlah penduduk b)Tingkat pendidikan c)Mata pencaharian d)Budaya dan mitos yang
berkembang di masyarakat tentang kawasan Pantai Gelung, kesenian, kerajinan dan ritual adat
Tabel 2.2 Potensi wisata Pantai Gelung
No Jenis Data Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan
1. Fisik
d)Material dasar perairan e)Kecepatan arus
f) Kemiringan pantai g)Kecerahan perairan h)Penutupan lahan pantai i) Ketersediaan air tawar j) Abrasi
k)Tanah
9
No Jenis Data Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan
2. Biologi
Pengamatan langsung dilapang dan studi pustaka
a)Tumbuhan dan satwa (darat dan laut), terkait :
a)Struktur sosial masyarakat b)Ritual adat
c)Kesenian masyarakat lokal d)Kepercayaan (diantara
masyarakat, pada pemerintah dan pada organisasi non-pemerintah) e)Keterbukaan masyarakat lokal f) Hubungan masyarakat dengan
pendatang
g)Harapan masyarakat terkait pengembangan wisata berkelanjutan Pantai Gelung 4. Aksesbilitas dan
fasilitas wisata
Wawancara pengelola, institusi terkait dan masyarakat
a)Fasilitas wisata
b)Aksesbilitas yang telah tersedia (keadaan jalan dan jalur wisata yang digunakan)
Tabel 2.3 Pengunjung aktual dan potensial di Pantai Gelung No Jenis Data Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan
1. Tujuan kunjungan Wawancara dan studi pustaka
a)Tujuan utama ke Pantai Gelung b)Kegiatan wisata yang dilakukan di
Pantai Gelung
a)Daya tarik utama kawasan Pantai Gelung
b)Harapan Pengunjung terkait pengembangan wisata berkelanjutan
Tabel 2.4 Pengelolaan kawasan Pantai Gelung No Pengelola Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan 1.
10
No Pengelola Metode Pengumpulan
Data Informasi yang Dikumpulkan Olahraga
(Disparbudpora) Kabupaten Situbondo
b)Rencana pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung c)Permasalahan dalam
pengembangan wisata
berkelanjutan di Pantai Gelung
2.
a)Perencanaan wisata di Pantai Gelung
b)Rencana pembangunan daerah terkait dengan pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung
a)Data tentang lingkungan fisik dan biologi di Pantai Gelung
b)Data terkait dengan budidaya rumput laut dan perikanan di kawasan Pantai Gelung
c)Data penunjang terkait dengan kegiatan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung
a)Mengetahui siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan hutan sekitar Pantai Gelung
b)Bagaimana rencana pengelolaan yang akan dilakukan terkait dengan kegiatan wisata
berkelanjutan di Pantai Gelung
5.
Pemerintah Daerah tingkat Kecamatan.
Wawancara
a)Bentuk pengelolaan kawasan Pantai Gelung sebelumnya b)Rencana pengelolaan Pantai
Gelung.
a) Bentuk pengelolaan kawasan Pantai Gelung sebelumnya b) Rencana pengelolaan Pantai
Gelung.
Masyarakat
11
masyarakat umur 46-60 tahun untuk mewakili masyarakat usia tua. Penentuan kelompok umur dari sampel dengan mempertimbangan bahwa sampel dapat mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan serta diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya pengambilan sampel masyarakat dilakukan berdasarkan keterwakilan (2) jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, dan (3) pekerjaan, yaitu nelayan, petani dan pedagang. Metode penentuan responden masyarakat adalah dengan sengaja atau dengan metode purposive sampling.
Pengunjung
Wawancara terhadap pengunjung Pantai Gelung dibantu dengan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan adalah tujuan dan pola kunjungan, penilaian dan harapan, dan saran pengunjung tentang pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung.
Pengunjung dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pengunjung aktual dan pengunjung potensial. Pengambilan sampel pengunjung aktual didapat dari pengunjung kawasan Pantai Gelung yang sedang ada di lokasi wisata Pantai Gelung, sedangkan pengambilan data dan informasi dari pengunjung tersebut dilakukan dengan keterwakilan umur dan jenis kelamin. Untuk keterwakilan umur, sampel pengunjung yang akan diwawancara adalah kelompok umur 15-25 tahun untuk mewakili masyarakat usia muda, kelompok masyarakat umur 26-35 tahun untuk mewakili masyarakat dewasa muda, kelompok masyarakat umur 36-45 untuk mewakili masyarakat dewasa tua dan kelompok masyarakat umur 46-60 tahun untuk mewakili masyarakat usia tua. Selanjutnya pengambilan sampel pengunjung aktual dilakukan berdasarkan keterwakilan (2) jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pengambilan sampel pengunjung potensial menggunakan metode purposive sampling, yang didapat dari masyarakat yang tidak berada di lokasi wisata tetapi mempunyai kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam di kawasan Pantai Gelung. Selain itu, sampel dapat juga berasal dari penulis blog wisata yang pernah berkunjung ke pantai Gelung. Penentuan kelompok umur dari sampel, dengan mempertimbangan bahwa sampel dapat mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan serta diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya pengambilan sampel masyarakat dilakukan berdasarkan keterwakilan (2) jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, dan (3) pekerjaan, yaitu nelayan, petani dan pedagang.
Pengelola
12
Analisis Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata adalah kecocokan dan kemampuan kawasan untuk menyangga segala macam aktivitas wisata. Kegiatan wisata yang dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang dikembangkan. Terdapat 10 parameter yang digunakan untuk analisis kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi, yaitu kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar. Indeks kesesuaian wisata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda 2007):
��� = ∑ [���
����] � %
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai Parameter ke-i (Bobot x skor) N maks = Nilai dari suatu kegiatan wisata
Penilaian (skoring), berdasarkan scientific judgement dan hasil wawancara yang kemudian diurutkan.
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan
Berdasarkan data dan analisis potensi sumberdaya wisata, keinginan pengunjung dan pengelola kawasan Pantai Gelung, maka untuk mendapatkan strategi pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung dilakukan analisis pendekatan SWOT.
Identifikasi faktor internal dan eksternal
Tahap awal penentuan strategi pengembangan wisata berkelanjutan dengan menggunakan metode analisis pendekatan SWOT adalah menentukan faktor internal dan eksternal yang ada di kawasan wisata Pantai Gelung. Faktor internal dan ekternal tersebut didapat dari hasil analisis terhadap lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya yang ada di Pantai Gelung dan sebagian lagi merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan pengunjung yang berkaitan dengan upaya pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung.
13
1) Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan pemanfaatkan seluruh kekuatan untuk dengan menggunakan peluang sebesar-besamya.
2) Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3) Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4) Strategi WT : stategi ini untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Strategi tersebut dapat digambarkan dalarn matrik SWOT seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Matriks analisis SWOT Faktor eksternal
Faktor internal
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
Peluang (Opportunities) SO WO
Ancaman (Threats) ST WT
Strategi Pengembangan Wisata Berdasarkan SWOT
Dalam penentuan prioritas, maka dilakukan penilaian bobot dan skor pada faktor-faktor internal dan eksternal. Jumlah bobot yang ada kemudian akan menentukan ranking (tingkat) prioritas alternatif strategi. Penilaian tersebut akan dilakukan dengan membuat tabel penilaian faktor strategis internal (IFEM/
Internal Factor Estimation Matrix) dan faktor strategis ekstemal (EFEM/ External Factor Estimation Matrix) yang terdiri dari 4 kolom. Kolom pertama berisi uraian faktor strategi, dalam 2 kelompok besar yaitu kekuatan dan kelemahan (IFEM) dan kelompok peluang dan ancaman (EFEM). Kolom kedua merupakan penilaian bobot, kolom ketiga merupakan penilaian skor, kolom keempat merupakan total. Adapun pengisian tabel eksternal dan internal dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Masing-masing faktor diberi bobot, yang berarti “tidak penting” sampai
“paling penting”. Koefisien ini menggambarkan tingkat keberhasilan. Semakin
efektif faktor tersebut dalam pengembangan wisata berkelanjutan, maka semakin tinggi bobot yang akan diberikan.
2) Setiap faktor diberi skor. Nilai ini berdasarkan pada kegiatan yang ada di kawasan Pantai Gelung.
3) Penentuan nilai akhir terhadap masing-masing faktor adalah dengan mengalikan bobot dengan skornya.
14
Pengembangan Wisata berkelanjutan Pantai Gelung
15
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Fisik, Biologi dan Sosial Budaya
Potensi Fisik
1 Pasir Hitam
Pantai Gelung mempunyai karakteristik pantai yang berbatu dan berpasir hitam. Pasir hitam di Pantai Gelung merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan (Gambar 3.1). Beberapa pengunjung yang datang ke Pantai Gelung hanya untuk membenamkan kaki mereka di pasir hitam. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar, dengan membenamkan kaki di pasir hitam tersebut dapat menyembuhkan penyakit seperti rematik dan asam urat.
Gambar 0.1 Hamparan pasir hitam yang digunakan sebagai media penyembuhan rematik oleh pengunjung
2 Tumpukan Batu
Tumpukan batu yang berada di kawasan Pantai Gelung pada koordinat 113o59’20.62BT dan 7o38’30.67 LS ini merupakan penghalang arus laut yang
dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo yang belum selesai dibangun. Tumpukan batu yang biasa dikenal dengan Dermaga batu ini mempunyai jarak 200 meter ke arah laut dan menjadi obyek wisata tersendiri bagi pengunjung, karena menjadi lokasi fotografi, memancing dan menjaring ikan yang ramai dikunjungi (Gambar 3.2).
16
Gambar 0.3 Peta sebaran pantai berpasir/berbatu 3 Pemandangan Lepas
Pemandangan lepas di kawasan Pantai Gelung memperlihatkan suatu bentang alam yang memiliki daya tarik wisata pantai dengan kondisi pantai berbatu dan ombak pantai yang tenang (Gambar 3.4). Selain itu, banyak pengunjung yang menunggu saat matahari terbenam untuk mengambil gambar, karena saat matahari terbenam pemandangan kawasan tersebut semakin menarik.
Gambar 0.4 Pemandangan lepas di Pantai Gelung
Potensi Biologi
1 Kerapu
17
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
3096,5
1160
72
748
36 450
Lua
s
(m
2
)
Desa
kerapu yang paling sering ditemui adalah Kerapu Macan dan Kerapu Sunu (Gambar 3.5). Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai warna dasar hitam, berbintik-bintik rapat dan bagian pinggir sirip lainnya berwarna coklat kemerahan (Hasyim 2003). Kerapu sunu (Plecropomus maculatus) yang dikenal sebagai coral trout sering ditemukan di perairan berkarang. Warna tubuhnya merah kecoklatan, yang dapat berubah warna apabila dalam kondisi stres. Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap (Hasyim 2003).
Gambar 0.5 Beberapa jenis Kerapu yang terdapat di kawasan Pantai Gelung. (a)
Epinephelus fuscoguttatus (Kerapu macan), (b) Epinephelus merra
(Kerapu tikus), (c) Plecropomus maculatus (Kerapu sunu)
Kerapu juga dibudidayakan oleh masyarakat sekitar dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA). Kawasan Pantai Gelung merupakan salah satu sentra budidaya kerapu di kabupaten Situbondo, menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo tahun 2013, total luas KJA di Desa Gelung mencapai 58 petak atau mencapai 748 m2 (Gambar 3.6). Jenis kerapu yang
dibudidayakan adalah kerapu macan, kerapu tikus, kerapu sunu dan kerapu lumpur.
Gambar 0.6 Luas budidaya kerapu di Kabupaten Situbondo 2 Rumput Laut
Pantai Gelung memang secara alami tidak terdapat rumput laut, tetapi di kawasan Pantai Gelung ini merupakan salah satu sentra budidaya dan produksi rumput laut di Situbondo. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo tahun 2013, jumlah pembudidaya Rumput Laut di Desa
(c)
(b)
18
0 500 1000 1500 2000 2500
275 2040
470
10 10 40 25 30 26
345
101 42 60
L
uas (
A
ncak)
Desa
Gelung mencapai 129 pembudidaya dengan 345 ancak (Keramba rumput laut) atau sekitar 4,5 hektar, dimana mayoritas rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis
Eucheumma cottoni (Gambar 3.7).
Gambar 0.7 Luasan budidaya rumput laut di Kabupaten Situbondo
Budidaya rumput laut ini merupakan potensi wisata karena banyak pengunjung secara berkelompok maupun perorangan yang berkunjung ke Pantai Gelung untuk melihat budidaya tersebut baik pembibitan, perawatan atau pemanenan. Budidaya rumput laut di Pantai Gelung juga sering dijadikan tujuan wisata pendidikan bagi sekolah-sekolah di sekitar Desa Gelung.
3 Tumbuhan dan Satwa lain
Kawasan Pantai Gelung tidak memiliki tumbuhan dan satwa yang khas, tetapi kawasan tersebut memiliki keragaman tumbuhan dan satwa yang tinggi. Tumbuhan yang sering dijumpai adalah Mahoni (Swietenia sp.), Sengon (Albizia sp.), Cemara udang (Casuarina sp.) dan Akasia (Acacia sp.) (Gambar 3.8). Tumbuhan tersebut merupakan hasil dari penghijauan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo pada tahun 2005 di sepanjang jalan Desa Gelung. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam mata pencaharian masyarakat Desa Gelung, sehingga juga banyak ditemukan tanaman pertanian seperti padi, jagung, kedelai dan ubi kayu.
19
musim ubur-ubur tersebut datang, hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin melihat secara langsung.
Gambar 0.8 Potensi tumbuhan dan satwa di Pantai Gelung. (a) Mahoni; (b) Sengon; (c) Cemara udang; (d) kegiatan memancing; (e) Kelomang darat dan (f) Burung kunthul putih.
Potensi Sosial Budaya
Selain potensi fisik dan biologi, kawasan Pantai Gelung mempunyai potensi sosial budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata. Potensi sosial budaya merupakan kegiatan dan hasil karya masyarakat Desa Gelung yang dapat menjadi obyek wisata. Potensi sosial budaya masyarakat Desa Gelung adalah sebagai berikut :
1. Kesenian
Masyarakat Desa Gelung mempunyai tradisi yang unik dalam merayakan sesuatu, seperti upacara petik laut dan pagelaran wayang topeng. Berikut merupakan kesenian masyarakat yang dapat menjadi obyek wisata di Desa Gelung :
a) Upacara petik laut
Upacara petik laut ini merupakan ritual warisan nenek moyang yang diteruskan dari generasi ke generasi, yang bertujuan untuk memohon limpahan rezeki dan keselamatan kepada tuhan melalui alam (Gambar 3.9). Selain itu, ritual ini sebagai tanda syukur atas atas hasil laut yang didapat. Ritual ini biasanya dilakukan pada awal bulan muharram. Upacara petik laut diawali pembuatan sesaji oleh tetua adat setempat. Sesaji biasanya berisi berbagai jenis hasil bumi dan makanan yang seluruhnya dimasak oleh keluarga tetua adat. Sesaji yang telah di bacakan doa kemudian diarak oleh warga menuju ke perahu sesaji. Setelah itu, perahu sesaji beserta beberapa perahu nelayan ikut ke tengah untuk menghanyutkan sesaji tersebut. Setelah sesaji tenggelam, para nelayan
(a)
(b)
(c)
20
berebut mendapatkan sesaji tersebut dan mereka juga menyiramkan air yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu. Hal ini dilakukan karena mereka percaya bahwa sesaji tersebut dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi mereka. Namun saat ini, upacara petik laut sangat jarang ditemukan kembali, karena membutuhkan biaya yang besar dan banyak nelayan yang berpindah profesi sebagai petani, sehingga mencari ikan bukan mata pencaharian mereka. Hal tersebut yang menyebabkan upacara ini ditinggalkan karena merasa tidak diperlukan lagi untuk melakukannya.
Gambar 0.9 Upacara petik laut di kawasan Pantai Gelung (sumber: Disparbudpora Situbondo)
b) Pagelaran wayang topeng
Wayang topeng merupakan kesenian tradisional masyarakat Situbondo yang masih ada di Desa Gelung (Gambar 3.10). Pagelaran wayang topeng atau
yang lebih dikenal dengan nama “Kadar”ini biasanya dilakukan pada saat acara perkawinan sebagai hiburan yang ditujukan kepada warga setempat. Namun pagelaran wayang topeng sangat jarang ditemukan saat ini, karena telah dianggap kuno dan masyarakat lebih memilih hiburan yang sesuai dengan kemajuan jaman, seperti konser musik. Pagelaran ini juga membutuhkan waktu yang lama dalam pementasannya, biasanya setiap pementasan membutuhkan 1 sampai 2 hari serta membutuhkan biaya yang besar.
21
2 Produksi makanan
a) Produksi rengginang dan kerupuk ikan
Desa Gelung merupakan salah satu Desa di Kecamatan Panarukan yang mempunyai daya tarik wisata yang tidak hanya pantai, tetapi juga wisata kuliner. Desa Gelung merupakan sentra produksi rengginang dan krupuk (Gambar 3.11). Banyak pengunjung dari luar kota Situbondo yang datang ke Desa Gelung hanya untuk membeli rengginang dan kerupuk ikan di kawasan tersebut.
Gambar 0.11 Industri rumah tangga Desa Gelung. (a) krupuk ikan, (b) rengginang.
b) Machu
Machu merupakan makanan khas Situbondo, yang terbuat dari kulit ikan dan wijen (Gambar 3.12). Desa Gelung merupakan sentra produksi machu, namun saat ini di desa Gelung hanya terdapat seorang pembuat machu. Berdasarkan hasil wawancara, mahal harga bahan baku dan rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan banyak pembuat machu beralih ke usaha lain yang lebih mudah untukmendapatkan bahan baku dan pemasarannya.
(a)
22
Gambar 0.12 Machu, makanan khas Situbondo
3 Rumah adat
Rumah adat Situbondo disebut “Tabing Tongkok”adalah suatu bangunan
tradisional yang terbuat dari kayu, dimana teras dan ruang tamunya berada di ruang terbuka, sedangkan tempat tidur dan dapur berada dibagian belakang (Gambar 3.13a). Di Desa Gelung masih banyak terdapat rumah adat dan tata rumah adat ini biasanya dalam satu halaman terdapat 2-3 kepala rumah tangga dimana masing-masing tinggal di rumah adat tersebut, atau yang disebut ‘Tanian Lanjheng’ (Gambar 3.13b).
Gambar 0.13 (a) Rumah ’Tabing Tongkok’ dan (b) konsep ‘Tanian Lanjheng’ Desa Gelung
(a)
23
4 Masyarakat
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, diperoleh hasil sebagai berikut :
a Karakteristik masyarakat
Karakteristik sosial masyarakat sekitar Pantai Gelung adalah sebagai berikut (Tabel 3.1).
Tabel 0.1 karakteristik masyarakat sekitar Pantai Gelung
No. Parameter Kriteria Masyarakat
(n=30) Persentase (%)
d. Tukang perahu wisata e. Lainnya
Masyarakat sekitar Pantai Gelung sebagian besar mempunyai umur antara 26-35. Kelompok umur tersebut merupakan kelompok usia produktif, yang dapat menjadi modal dalam pengembangan wisata karena pada usia tersebut terbuka peluang untuk melakukan berbagai kegiatan, sehingga lebih banyak masyarakat yang dapat berpartisipasi. Namun partisipasi tersebut harus dikendalikan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar Pantai Gelung masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMP (50 %). Pendidikan formal dalam pengembangan wisata berkelanjutan bukan hal yang utama, tetapi pengetahuan lokal yang mampu menjaga kelestarian alam merupakan kekuatan utama dalam pengelolaan wisata di Pantai Gelung.
24
bersosialisasi dengan baik, ini dibuktikan dengan awal kunjungan penelitian yang langsung mendapat sambutan sangat baik dan ramah.
Masyarakat sekitar juga sangat mendukung rencana pengembangan wisata Pantai Gelung, dengan harapan bahwa pengelolaan Pantai Gelung menjadi lebih baik sehingga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam di kawasan Pantai Gelung.
b Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat adalah pengetahuan dan pandangan mereka terhadap pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung. Persepsi masyarakat dapat diketahui dari pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap kawasan Pantai Gelung sebagai kawasan wisata pantai, pengetahuan terhadap tujuan wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan Pantai Gelung, keinginan terlibat langsung dalam pengembangan dan keinginan berpartisipasi lebih aktif dimasa mendatang di sajikan pada tabel 3.2.
Tabel 0.2 Persepsi masyarakat terhadap pengembangan wisata di kawasan Pantai Gelung
Pemahaman masyarakat tentang kelestarian pantai Gelung
Masyarakat memiliki pemahaman bahwa pengembangan wisata dengan melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan
Masyarakat memiliki pemahaman bahwa pengembangan wisata dilakukan dengan mendatangkan banyak wisatawan
Pengetahuan masyarakat tentang status kawasan Masyarakat memiliki pengetahuan bahwa status
kawasan tersebut adalah milik pemerintah
Masyarakat memiliki pengetahuan bahwa status kawasan tersebut adalah milik perorangan atau kelompok
Keinginan dan harapan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan wisata
Peningkatkan penghasilan
Berperan aktif dalam kegiatan wisata adalah unutk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan
25
desa Gelung, sehingga masyarakat berhak mengelola kawasan tersebut. Selain itu, masyarakat sekitar pantai Gelung ingin berpartisipasi dalam pengembangan wisata di kawasan tersebut untuk menambah penghasilan mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan Pantai Gelung masih kurang, sehingga untuk pemahaman mengenai pelestarian di dalam wisata berkelanjutan itu sendiri, harus ditingkatkan melalui penyuluhan dan kegiatan yang berhubungan dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
c Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat terhadap pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung dapat dilihat dari tingkat pengetahuan masyarakat sekitar mengenai lokasi obyek wisata yang potensial di kawasan tersebut dan peluang pekerjaan sampingan yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Selain itu juga dapat dilihat dari partisipasi dan keinginan masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pengelolaan kawasan dan pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung (Tabel 3.3).
Tabel 0.3 Partisipasi masyarakat terhadap pengembangan wisata di kawasan Pantai Gelung.
No. Parameter Kriteria Jumlah
(n=30)
a. Areal Pantai Gelung b. Sekitar pemukiman
26
Aktivitas masyarakat dalam kegiatan wisata di Pantai Gelung tidak selalu mementingkan kelestarian sumberdaya alam, tetapi terdapat pula aktivitas masyarakat yang merusak kelestarian alam, seperti pengambilan terumbu karang secara liar. Terumbu karang yang diambil di perairan Pantai Gelung tersebut dijual sebagai bahan baku souvenir dan koleksi (Gambar 3.14). Saat ini kondisi terumbu karang di Pantai Gelung banyak yang telah hancur dan rusak.
Gambar 0.14 (a) Terumbu karang di penampungan; (b) Terumbu karang untuk souvenir; (c) dan (d) Kondisi terumbu karang di Pantai Gelung yang rusak
d Saran dan Harapan Masyarakat
Saran masyarakat sekitar pantai Gelung untuk pengembangan wisata adalah dapat membuka lapangan pekerjaan, adanya pengelolaan yang baik sehingga kebersihan, ketertiban dan keamanan di kawasan tersebut dapat terjaga. Selain itu masyarakat juga berharap adanya pencegahan terhadap abrasi dan terumbu karang yang semakin rusak. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat sekitar dapat dijadikan sebagai suatu peluang dalam pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung di masa yang akan datang. Jenis usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitarnya antara lain menjadi pemandu wisata. Jumlah wisatawan yang semakin meningkat dan pengendalian terhadap aktivitas-aktivitas pengunjung di kawasan Pantai Gelung supaya kelestarian alam dan lingkungan tetap terjaga, maka peran masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pemandu wisata.
Air Bersih
Air bersih yang terdapat di kawasan Pantai Gelung, yang dapat digunakan untuk umum sangat jernih pada kondisi normal (tidak ada hujan). Air bersih tersebut diusahakan secara swadaya oleh masyarakat untuk kepentingan wisata. Masyarakat mendapatkan air bersih tersebut dengan cara menggunakan sumur bor
(a)
(b)
27
sedalam lebih dari 30 meter (Gambar 3.15). Masyarakat juga membangun bilik-bilik-bilik kecil yang digunakan sebagai kamar mandi. Jarak sumber air tersebut dengan lokasi wisata sangat dekat, yaitu kurang dari 100 meter (Gambar 3.16).
Gambar 0.15 Sumber air bersih
28
Infrastruktur
Jalan darat antara pusat kota Situbondo dengan Pantai Gelung seluruhnya telah diaspal. Lebar jalannya 3-5 meter (Gambar 3.17) dan terdapat 2 jalur menuju ke Pantai Gelung, Jalur timur dan jalur barat (Gambar 3.17). Jalur timur berjarak 5 km dari pusat kota dengan melalui 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Panji dan Kecamatan Mangaran. Jalur barat berjarak 6 km dari pusat kota dengan melalui 1 kecamatan, yaitu Kecamatan Panarukan. Sedangkan waktu tempuh dari pusat kota ke Pantai Gelung sekitar 30 menit.
Gambar 0.17 Kondisi jalan di Kawasan Pantai Gelung
29
Kesesuaian Wisata Pantai
Tingkat kesesuaian wisata pantai dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter. Sepuluh parameter tersebut adalah kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar (Gambar 3.19).
Gambar 0.19 Peta kesesuaian wisata pantai di Pantai Gelung
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kawasan pantai Gelung terdapat 2 lokasi yang merupakan fokus pengembangan wisata dan dikategorikan cukup sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi. Lokasi pertama terletak di sebelah barat daya dengan koordinat koordinat 113o59’10.01 BT dan 7o39’30.05 LS mempunyai luas area 3386 m2. Lokasi kedua terletak di sebelah timur laut dengan
koordinat 113o59’48.53 BT dan 7o38’11.95 LS dan mempunyai luas area 7149.29 m2 (Gambar 3.20-3.21). Lokasi pertama (Gambar 3.20) terletak di sebelah barat dengan luas area 3386 m2. Kawasan sepanjang 226.87 meter ini merupakan area
30
Gambar 0.20 Peta kesesuaian wisata pantai lokasi pertama dengan kategori cukup sesuai
Sedangkan lokasi kedua (Gambar 3.21) terletak di sebelah timur dengan luas area 7149.29 m2 sepanjang 526.82 meter. Area ini pantainya didominasi oleh pasir hitam, merupakan lahan terbuka, kecerahan perairan yang mencapai 91.5%, sangat dekat dengan sumber air tawar yaitu kurang dari 100 meter, tidak ada biota berbahaya di kawasan tersebut dan arus laut di pantai Gelung menurut Disparbudpora (2010) berkisar antara 0.05-0.1 m/detik.
31
Keinginan Pengunjung
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, responden berjumlah 45 orang yang terdiri dari pengunjung aktual 12 orang dan pengunjung potensial 33 orang. Karakteristik pengunjung terhadap pengembangan wisata di alam kawasan Pantai Gelung disajikan dalam Tabel 3.4.
a Karakteristik pengunjung
Tabel 0.4 Karakteristik pengunjung terhadap pengembangan wisata di kawasan Pantai Gelung.
No. Parameter Kriteria
32
Wisatawan yang berkunjung pada saat pengambilan data, sebagian besar mempunyai kisaran umur 26-35 tahun yang tergolong dewasa muda. Kisaran usia 26-35 tahun tergolong usia produktif untuk melakukan berbagai kegiatan, selain itu tingkat keingintahuan yang tinggi serta ditunjang oleh tingkat pendidikannya merupakan hal pendorong untuk mengetahui hal-hal yang baru (Fennell 1999).
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Gelung sebagian besar merupakan pegawai, tetapi ada juga pelajar. Sedangkan tingkat pendidikan pengunjung juga beragam, tetapi tingkat pendidikan yang sebagian besar adalah SMA. Dari hasil tersebut ternyata tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keinginan dan pemahaman sesorang untuk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan Pantai Gelung, hal tersebut dibuktikan bahwa semua pengunjung Pantai Gelung sangat prihatin dengan kerusakan pantai karena erosi pantai dan semakin berserakannya sampah, bahkan beberapa kelompok pengunjung memungut sampah disekitarnya untuk di buang ke tempat sampah terdekat.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, wisatawan yang berkunjung umumnya bukan merupakan kunjungan pertama, tetapi telah beberapa kali berkunjung ke Pantai Gelung. Selain itu wisatawan yang berkunjung ke Pantai Gelung cenderung datang bersama keluarga dan dengan lama kunjungan 1 hari. b Motivasi pengunjung
Tabel 0.5 Keinginan pengunjung terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di Pantai Gelung
No. Parameter Kriteria
pengunjung
b. Mengisi waktu libur dan keingintahuan b. Suasana tenang dan
alami.
33
No. Parameter Kriteria
pengunjung
e. Adanya nilai sejarah pada kawasan Pantai c. cerita dari orang
(saudara,teman,dll) Berdasarkan hasil pengamatan lapang, motivasi pengunjung yang berwisata ke pantai Gelung adalah untuk menikmati keindahan pemandangan pantai dan kenyamanan kawasan. Pemandangan yang indah dan udara segar di kawasan Pantai Gelung merupakan alasan yang terbesar yang digunakan wisatawan untuk mengunjungi pantai Gelung. Hal ini berarti, sumberdaya alam di kawasan pantai Gelung merupakan daya tarik utama bagi pengunjung, sehingga kelestarian sumberdaya alam dikawasan tersebut harus tetap terjaga. Selain itu, semua pengunjung mendapatkan informasi tentang Pantai Gelung berasal dari cerita dari teman, saudara, dll. Hal ini cerita mengenai kawasan pantai Gelung dari orang ke orang merupakan sarana promosi yang efektif, sehingga kawasan pantai Gelung telah dikenal oleh masyarakat Situbondo dan sekitarnya.
c Persepsi pengunjung
Persepsi pengunjung disini merupakan pengetahuan pengunjung terhadap pengembangan wisata di Pantai Gelung. Pengembangan wisata di Pantai Gelung ini bertujuan untuk melestarikan sumberdaya fisik, biologi dan sosial budaya di kawasan Pantai Gelung. Persepsi responden terhadap pengembangan wisata dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 0.6 Persepsi pengunjung terhadap pengembangan wisata di Pantai Gelung
No. Parameter 1 Istilah Ekowisata
Pengunjung mengetahui istilah ekowisata
34
Persepsi pengunjung aktual terhadap pengembangan wisata di pantai Gelung adalah dengan penambahan fasilitas, seperti penginapan, taman, arena bermain dan lahan parkir. Sedangkan persepsi pengunjung potensial terhadap pengembangan wisata pantai Gelung adalah dengan menjadikan pantai Gelung sebagai kawasan tertutup. Artinya di kawasan pantai Gelung itu bebas kendaraan bermotor, sehingga jalan yang ada sekarang dialihkan. Selain itu penanaman mangrove di lokasi-lokasi yang sesuai dengan habitat mangrove harus dilakukan, untuk menanggulangi abrasi pantai, selain itu dapat juga dijadikan obyek dan daya tarik wisata.
Aktivitas pengunjung juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan di kawasan pantai Gelung. Sampah yang ada di kawasan Pantai Gelung semakin banyak dan menumpuk hal ini disebabkan oleh tingkat kepedulian pengunjung akan kebersihan lingkungan masih rendah, sehingga membuang sampah di sembarang tempat (Gambar 3.22). Selain itu, tidak tersedianya tempat sampah di kawasan tersebut menjadi alasan bagi pengunjung untuk membuang disembarang tempat. Selain dari aktivitas pengunjung, warung-warung di Pantai Gelung juga menumpuk sampahnya di sekitar pantai, sehingga tumpukan sampah semakin banyak. Saat ini, masyarakat setempat bersama aparat Desa Gelung setiap minggu secara swadaya membersihkan sampah-sampah tersebut dari pantai.
35
d Saran dan Harapan pengunjung
Saran yang disampaikan pengunjung untuk pengembangan wisata di kawasan Pantai Gelung adalah kebersihan pantai dan sekitarnya yang harus ditingkatkan, pencegahan abrasi pantai yang semakin meluas dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Gelung dengan melibatkan berbagai pihak. Pengunjung juga menginginkan adanya informasi yang lengkap mengenai potensi-potensi wisata yang terdapat di kawasan Pantai Gelung. Selain itu, pengunjung berharap dengan adanya pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung dapat meningkatkan peran serta masyarakat sekitar dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Perencanaan Pengelola
a Pengelola
Sampai saat ini, di Pantai Gelung belum ada pengelolaan secara intensif, baik dari Pemerintah Daerah maupun oleh pihak swasta. Pengelolaan kawasan sampai saat ini dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat Desa Gelung. Masyarakat sekitar yang juga memiliki usaha warung di sekitar pantai membentuk suatu paguyuban, pembentukan paguyuban tersebut sebagai forum komunikasi diantara mereka. Forum komunikasi tersebut menyangkut tentang jumlah warung, standar harga, keamanan lingkungan pantai, kebersihan lingkungan pantai dan permasalahan lainnya.
b Peran Pemerintah Daerah
Peran Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pengembangan pantai Gelung sampai saat ini baru pada tahap perencanaan. Sebagai langkah awal dari perencanaan pembangunan kawasan wisata Pantai Gelung tersebut, pada tanggal 16 Maret 2005 Dinas Pertanian (Sub Dinas Kehutanan) secara swadaya melakukan penghijauan di sekitar Pantai Gelung, yaitu dengan melakukan penanaman Bakau di area pantai. Penanaman ini bertujuan untuk mencegah abrasi, tetapi pada tahun 2007, Bakau yang ditanam oleh Dinas Pertanian tersebut telah rusak, hal ini terjadi karena area penanaman bakau tersebut merupakan area pantai yang berbatu dan berkarang, sehingga lebih mudah tergerus ombak. Penghijauan yang dilakukan Dinas Pertanian Kab. Situbondo juga menanam Mahoni, Sengon dan Cemara Udang di sepanjang jalan di kawasan Pantai Gelung.
36
Gambar 0.23 Rencana detail tata ruang kawasan pariwisata Situbondo Pada tahun 2007 Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Situbondo melakukan kajian dampak lingkungan (UKL-UPL) terhadap rencana pembangunan kawasan wisata di Pantai Gelung. Berdasarkan hasil kajian UKL-UPL tersebut, kegiatan pembangunan kawasan wisata Pantai Gelung ini diperkirakan akan menimbulkan dampak (positif dan negatif) bagi lingkungan. Secara umum dampak tersebut antara lain adalah :
1. Timbulnya persepsi positif dari masyarakat dimana dengan adanya kawasan wisata pantai Gelung ini akan membuka kesempatan kerja dan peluang usaha. 2. Meningkatnya pendapatan masyarakat
3. Adanya perubahan tata guna lahan. 4. Perubahan topografi lahan.
5. Gangguan pola aliran air tanah. 6. Perubahan estetika lingkungan. 7. Peningkatan kegiatan perekonomian.
Selain itu, saat dilakukannya kajian UKL-UPL teraebut rona awal lingkungan pantai Gelung masih baik, hal tersebut diketahui berdasarkan pengukuran komponen fisik kimia, biologi dan sosial, ekonomi dan budaya (Sosekbud) tidak ada yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.