Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR
KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Liza Septa Wilyanti
NIM 1201649
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR
KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Oleh
Liza Septa Wilyanti
S.Pd. Universitas Jambi, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Liza Septa Wilyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
JAMBI
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Definisi Operasional ... 11
G. Asumsi Penelitian ... 12
H. Alur Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERITA RAKYAT, NILAI-NILAI BUDAYA, DAN BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI PERGURUAN TINGGI A. Deskripsi Wilayah ... 14
1. Sejarah Berdirinya Provinsi jambi ... 14
2. Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi ... 17
3. Topografi ... 17
4. Klimatologi ... 19
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pendekatan Struktural ... 21
C. Hakikat Folkor ... 23
D. Cerita Rakyat sebagai Folklor Lisan ... 27
E. Genre Cerita Rakyat ... 29
1. Mite (Myth) ... 29
2. Legenda (Legend) ... 30
3. Dongeng (Folktale) ... 31
F. Struktur Cerita Rakyat ... 33
1. Alur ... 34
2. Tokoh dan Penokohan (Karakter) ... 37
3. Latar ... 39
4. Tema ... 40
G. Hakikat Nilai ... 44
H. Hakikat Kebudayaan ... 46
I. Nilai-Nilai Budaya ... 49
J. Perancangan Bahan Ajar Kajian Prosa Fiksi Perguruan Tinggi ... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 57
B. Data dan Sumber Data ... 59
C. Teknik Pengumpulan Data ... 60
D. Instrumen Penelitian ... 61
E. Teknik Analisis Data ... 62
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 65
BAB IV ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI A. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH: Silsilah Turunan ... 68
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Transkripsi Data... 68
b. Terjemahan ... 70
2. Analisis Cerita ... 72
a. Alur ... 72
b. Tokoh dan Penokohan ... 76
c. Latar ... 78
d. Tema... 81
e. Nilai Budaya ... 82
B. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH:Sang Pemberani ... 84
1. Deskripsi Cerita ... 84
a. Transkripsi Data... 84
b. Terjemahan ... 87
2. Analisis Cerita ... 89
a. Alur ... 90
b. Tokoh dan Penokohan ... 95
c. Latar ... 101
d. Tema... 105
e. Nilai Budaya ... 107
C. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja ... 110
1. Deskripsi Cerita ... 110
a. Transkripsi Data... 110
b. Terjemahan ... 115
2. Analisis Cerita ... 119
a. Alur ... 119
b. Tokoh dan Penokohan ... 124
c. Latar ... 130
d. Tema... 134
e. Nilai Budaya ... 135
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Negeri Jambi ... 141
1. Deskripsi Cerita ... 141
a. Transkripsi Data... 142
b. Terjemahan ... 147
2. Analisis Cerita ... 153
a. Alur ... 153
b. Tokoh dan Penokohan ... 161
c. Latar ... 166
d. Tema... 172
e. Nilai Budaya ... 174
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 179
BAB V PEMANFAATAN SERI CERITA RAKYAT ORANG KAYO HITAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI A. Pengantar ... 184
B. Silabus Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi ... 186
C. Bentuk Alternatif Bahan Ajar ... 192
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 210
B. Saran ... 214
DAFTAR PUSTAKA ... 216
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Karya sastra merupakan salah satu media untuk menanamkan suatu
paham, pendapat, atau pemikiran seseorang kepada orang lain. Karya sastra
berusaha menyampaikan hal yang ingin disampaikan pengarang lewat karyanya
dengan bahasa yang indah dan imajinatif namun sesungguhnya sarat akan makna
dan pengajaran. Wiyatmi (2009:14) mengibaratkan sastra seperti angin, berada di
mana saja dan kapan saja.
Sastra mampu mewujudkan sebuah sistem konvensi budaya pada suatu
masyarakat tertentu dan mempertahankan sistem konvensi tersebut dalam kurun
waktu tertentu. Teeuw (1984:11) mengatakan bahwa sastra sebagai karya seni
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk mengaktualisasikan
atau mewujudkan sebuah sistem konvensi atau kode sastra dan budaya. Melalui
karya sastra, dapat diketahui bagaimana budaya yang berkembang atau pernah ada
di suatu tempat atau daerah tertentu. Hal ini karena sebuah karya sastra
merupakan hasil buah pikir seseorang atau pengarang yang tak lain merupakan
bagian dari masyarakat itu sendiri yang kemudian dituangkan dalam bentuk cerita
atau tulisan. Di dalamnya, sarat akan nilai-nilai budaya yang berlaku yang
mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakat itu. Noor (2011:27)
berpendapat, “karya sastra merupakan salah satu cerminan nilai budaya dan tidak terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa sastra menyajikan gambaran kehidupan dan
kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial.
Jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk, masyarakat telah mengenal
adanya sastra yang kini disebut dengan sastra daerah. Sastra daerah merupakan
sastra yang lahir dengan menggunakan bahasa daerah, baik itu yang berbentuk
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sastra lisan maupun tulisan. Sebagai salah satu bentuk sastra daerah, sastra lisan
memiliki tempat yang tak terpisahkan dengan kehidupan dan budaya masyarakat
zaman dahulu. Sastra lisan kala itu disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Menurut Endraswara (2011:151), “Karena
disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya atau turun-temurun, sastra
lisan cenderung memiliki sifat khusus di antaranya banyak menggunakan
ungkapan-ungkapan yang klise dan terkesan menggurui”.
Sedyawati (Rafiek, 2012: 54) mengemukakan bahwa sastra lisan berisi
cerita-cerita yang disampaikan secara lisan dan bervariasi mulai dari uraian
genealogis, mitos, legenda, dongeng, hingga berbagai cerita kepahlawanan.
Bentuk sastra lisan yang bervariasi ini tentu tidak terlepas dari faktor
penyampaiannya yang tidak dalam bentuk tertulis sehingga memang bergantung
pada apa yang berhasil disimak dan diingat si pendengar untuk kemudian
diceritakan kembali. Selain itu, besar kemungkinan kevariasian cerita atau sastra
lisan karena adanya keinginan si pencerita untuk menyesuaikan isi cerita dengan
nilai-nilai yang sesuai dengan masa atau waktu penceritaan sebuah sastra lisan
dan nila-nilai apa pula yang ingin ditekankan pencerita kepada penyimak atau
pendengarnya.
Kajian tentang sastra lisan kemudian lebih dikenal dengan ilmu folklor.
Folklor sendiri berasal dari bahasa Inggris folklore. Kata ini berasal dari dua kata
dasar yaitu folk (kolektif) dan lore (tradisi). Menurut Danandjaja (1984:2), “folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi
yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat
atau alat pembantu pengingat (mnemonic device)”. Jadi, folklor dapat
didefinisikan sebagai suatu kebudayaan kolektif yang disampaikan secara turun-
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cakupan ilmu foklor sangatlah luas, bahkan Brundvand (dalam
Danandjaja, 1984:21) membagi folklor atas tiga kelompok besar, yaitu folklor
lisan (verbal folkolre), folklor sebagian lisan (partly verbal folklor), dan folklor
bukan lisan (nonverbal folklor). Bentuk-bentuk yang termasuk dalam folklor lisan
antara lain (a) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel
kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti pepatah, pribahasa, dan pameo;
(c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki; (d) puisi rakyat, seperti pantun, syair,
dan gurindam; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (f)
nyanyian rakyat.
Sementara itu, yang tergolong folklor sebagian lisan adalah yang
berbentuk kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat,
adat-istiadat, upacara adat, pesta rakyat, dan lain-lain. Adapun yang dimaksud folklor
yang bukan lisan adalah yang berbentuk material, seperti rumah adat, atau
alat-alat tradisional, dan yang berbentuk nonmaterial, seperti bunyi isyarat untuk
komunikasi rakyat.
Sebagai salah satu daerah yang disebut-sebut merupakan pusat
perkembangan dan pemerintahan kerajaan Sriwijaya pada masa lampau, Jambi
memiliki banyak sekali kekayaan folklor. Kekayaan folklor itu baik yang
berbentuk lisan, sebagian lisan, maupun bukan lisan. Di antara banyak jenis atau
bentuk tersebut, kekayaan sastra lisan di Jambi, terutama yang berbentuk cerita
rakyat, adalah salah satu yang paling hidup, berkembang, dan menjadi bagian dari
kehidupan Jambi masa lampau.
Cerita rakyat adalah suatu cerita yang hidup dan berkembang turun-temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat adalah milik masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat itu bisa disampaikan secara lisan dan disebut pula sastra lisan (oral literature). Cerita rakyat dapat dianggap sebagai karya sastra permulaan sebelum adanya pengaruh budaya Hindu dan Islam (Djamaris, 1990:12).
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disebut juga dongeng, adalah salah satu jenis kesusastraan rakyat yang disampaikan dari mulut ke mulut.” Dari beberapa pengertian di atas, tampak adanya penekanan pada penyampaiannya dari mulut ke mulut, dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Hal tersebut menjelaskan mengapa cerita rakyat tidak
pernah diketahui siapa sebenarnya pengarangnya.
Cerita rakyat di Jambi pada masa lampau dianggap sebagai media ampuh
untuk mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan karena memang cerita
rakyat yang disampaikan para tetua dari satu generasi ke generasi saat itu sarat
akan penggambaran hal-hal hebat atau luar biasa yang pernah ada atau hidup di
negeri Jambi. Salah satu cerita rakyat yang begitu melegenda di Jambi adalah
legenda Orang Kayo Hitam, bahkan beberapa bukti sejarah pun membenarkan
cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat Jambi itu benar-benar pernah
terjadi dan bukan bualan semata. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan keris
Siginjai yang disebut-sebut sebagai senjata andalan tokoh Orang Kayo Hitam.
Menurut Bascom (Danandjaja,1984: 50), cerita prosa rakyat dapat dibagi
dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (mythos), (2) legenda (legend), dan (3)
dongeng (folktale). Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi
dan dianggap suci oleh si pemilik cerita. Mite ditokohi oleh dewa atau makhluk
setengah dewa. Peristiwa di dalam mite terjadi di dunia lain, bukan seperti yang
kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Dongeng adalah prosa rakyat
yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh si pemilik cerita dan dongeng tidak
terikat oleh waktu maupun tempat. Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki
ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak
dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia walaupun
tokoh-tokoh tersebut adakalanya memiliki sifat-sifat yang luar biasa dan sering juga
dibantu makhluk-makhluk ajaib.
Dalam beberapa literatur, legenda Orang Kayo Hitam diceritakan dalam
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disusun oleh S. Tary dan Retno W, legenda Orang Kayo Hitam bercerita tentang
awal mula berdirinya negeri Jambi. Namun, dari sumber lain yang berjudul Cerita
Rakyat dari Jambi yang disusun oleh S. Amran Tasai, legenda Orang Kayo Hitam
bercerita tentang perlawanan negeri Jambi melawan kerajaan Majapahit. Dari
beberapa sumber lisan, juga ditemukan bahwa legenda Orang Kayo Hitam
menceritakan tentang keberaniannya ketika membantu kerajaan Majapahit
menghadapi pemberontakan. Hal tersebut seharusnya perlu diteliti agar diketahui
bagaimanakah bentuk legenda Orang Kayo Hitam yang sebenarnya. Apakah
cerita yang tersebar di masyarakat itu merupakan bentuk varian yang memiliki inti
cerita yang sama, atau berbentuk versi yang tidak saling berkaitan, atau bahkan
hanya penggalan cerita yang saling terkait. Hal tersebut perlu ditelusuri
kebenarannya karena akan menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang tidak
mengenal sejarah Jambi. masyarakat akan mempertanyakan apa sebenarnya isi
atau cerita yang terdapat dalam legenda Orang Kayo Hitam sesungguhnya. Dari
hasil observasi awal peneliti, diketahui bahwa Jambi sebenarnya memiliki cukup
banyak sumber tertulis tentang kebenaran legenda Orang Kayo Hitam.
Sayangnya, sumber-sumber tertulis tersebut belum banyak digali karena
keberadaanya yang menyebar atau merupakan milik pribadi.
Mengingat besarnya ketokohan Orang Kayo Hitam di Jambi, peneliti
merasa perlu kiranya diadakan penelitian tentang berbagai cerita mengenai
legenda Orang Kayo Hitam agar dapat didokumentasikan dan menjadi bukti
sejarah akan tingginya budaya sastra yang berkembang di tanah Jambi pada
zaman dahulu. Selain itu, pengumpulan berbagai bentuk cerita legenda Orang
Kayo Hitam dirasa perlu untuk meluruskan legenda Orang Kayo Hitam itu sendiri
di tengah masyarakat. Kekayaan sastra lisan Jambi merupakan bagian dari warisan
budaya nasional yang patut dilestarikan, dikembangkan, dan dimanfaatkan
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sementara itu, tradisi untuk mendongengkan cerita rakyat yang sarat akan
nilai-nilai kini dapat dikatakan sudah tidak ditemui lagi di tengah masyarakat
Jambi. Kebiasaan orang tua untuk memperdengarkan cerita rakyat kepada anak
atau cucu kini sudah bukan lagi menjadi tradisi masyarakat modern Jambi.
Kehebatan sebuah cerita sudah tidak lagi mampu membuat cerita itu tetap dikenal.
Pergeseran tradisi masyarakat ini tentu bukan tanpa alasan yang jelas. kemajuan di
bidang media elektronik dan massa jelas menjadi salah satu faktor penyebab.
Terlebih, masyarakat kini dihadapkan pada era globalisasi di mana dunia maya
seakan tanpa batas. Jarak dan waktu sudah bukan menjadi kendala dalam
berkomunikasi dan bertukar informasi. Beragam jejaring sosial pun kian
menjamur dengan berbagai varian bergantung tipe, hobi, dan hal-hal lain sesuai
dengan kepribadian dan kebutuhan si individu.
Jika sudah begitu, bentuk sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke
mulut atau didongengkan sebelum tidur dapat dikatakan sudah tidak menjadi
media yang efektif lagi. Padahal, cerita-cerita rakyat yang berasal dari daerah
Jambi sebenarnya begitu beragam dan sarat dengan nilai-nilai kearifan. Cerita
rakyat Jambi bahkan tak kalah menariknya jika dibandingkan dengan cerita rakyat
dari daerah lain seperti Malin Kundang dari Sumatera Barat, Sangkuriang dari
Jawa Barat, Bawang Merah dan Bawang Putih dari Riau, atau cerita rakyat dari
daerah lainnya yang sudah cukup dikenal.
Sibarani (2012:20) memaparkan pendapatnya tentang potensi cerita rakyat
sebagai berikut.
sekarang ini, sebagian besar cerita rakyat itu tidak lagi mentradisi, tetapi masih potensial untuk direvitalisasi sebagai sumber kekayaan pluralisme etnik di tengah globalisasi budaya. Cerita rakyat sebagai sastra lisan dan tradisi bercerita rakyat sebagai bagian dari tradisi lisan sama-sama penting untuk membuka kebebasan berpikir dan membangun kreativitas sebagai kekayaan budaya etnik.
Untuk itu, dirasa perlu menemukan cara lain yang dianggap mampu
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rakyat tetap sampai dan dikenal oleh generasi muda, salah satunya adalah dengan
menjadikannya sebagai bahan ajar di perguruan tinggi. Menurut Rusyana
(1984:283), keadaan pengetahuan sastra daerah masih kurang terperhatikan dan
belum begitu banyak yang diteliti. Sastra yang telah diteliti pun terkadang belum
lengkap dan tuntas. Seyogianya, kekayaan tradisi lisan seperti cerita rakyat dapat
dijadikan bahan ajar yang bermuatan budaya lokal. Terlebih, di daerah Jambi
sendiri masih sangat sedikit sekali penggunaan cerita rakyat sebagai bahan ajar.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra, Rusyana (1982:6-8) mengemukakan “tujuan pengajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra.” Pengalaman sastra mencakup pengalaman dalam berapresiasi dan berekspresi. Pengalaman bersastra dapat diperoleh dari berbagai
kegiatan seperti menulis, membaca, menyimak, atau menyaksikan suatu karya
sastra, sedangkan pengetahuan sastra mencakup sejarah, teori, dan kritik sastra.
Masih kurangnya penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal tidak
hanya terjadi di tingkat SD, SMP, dan SMA. Di perguruan tinggi, penggunaan
bahan ajar berbasis budaya lokal masih tergolong rendah. Padahal, penggunaan
bahan ajar berbasis budaya lokal di perguruan tinggi secara tidak langsung dapat
menjadi media dan pembelajaran agar mahasiswa yang kelak akan menjadi calon
pendidik maupun peneliti bahasa dan sastra dapat lebih mengenal dan tertarik untuk mengetahui kekayaan budaya daerahnya. “Sebuah karya sastra yang bermutu ditandai dengan berpotensi membuka peluang kepada pembaca untuk
membuka jalan yang muncul dalam dirinya” (Rozak, 2011:14-15). Penggunaan
legenda Orang Kayo Hitam di perguruan tinggi diharapkan tidak hanya sekadar
mampu memperkenalkan kekayaan sastra yang ada di daerah Jambi, tetapi lebih
jauh dapat menjadi ajang revitalisasi budaya di kalangan mahasiswa. Penggunaan
legenda Orang Kayo Hitam di perguruan tinggi juga diharapkan tidak hanya
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bentuk-bentuk baru yang menarik yang dianggap sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan pada masa kini.
Menurut Rahmanto (1993:15), “jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat.” Lebih lanjut, Rahmanto (1993:16) mengatakan bahwa pendidikan sastra dapat membantu pendidikan secara utuh pabila cakupannya
meliputi empat manfaat, yaitu: membentuk keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan
menunjang pembentukan watak.
Bila berpedoman pada silabus Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Jambi, terdapat beberapa mata kuliah yang menuntut mahasiswa
mampu mengapresiasi sastra dalam bentuk reseptif dan produktif. Salah satu mata
kuliah yang dianggap tepat adalah mata kuliah Kajian Prosa Fiksi karena pada
mata kuliah ini mahasiswa salah satunya dituntut untuk dapat mengapresiasi karya
sastra prosa dalam bentuk produktif. Artinya, legenda Orang Kayo Hitam dapat
dijadikan sebagai bahan ajar bandingan antara bentuk prosa lama yang bernilai
kearifan lokal dengan bentuk prosa baru yang dapat dihasilkan oleh mahasiswa
dengan tetap memasukkan cita rasa kedaerahannya. Lebih jauh, bahan ajar berupa
legenda Orang Kayo Hitam diharapkan dapat berkembang dalam bentuk-bentuk
baru dalam usaha revitalisasinya. Bentuk-bentuk revitalisasi yang dihasilkan
mahasiswa nantinya dapat saja berupa penulisan prosa fiksi modern yang
dikembangkan dari legenda Orang Kayo Hitam, lomba mendongeng, bahan
diskusi atau seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mendukung
pelestarian legenda Orang Kayo Hitam.
Sebagai calon tenaga pendidik di masa yang akan datang, khususnya di
bidang sastra, mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia haruslah
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki kemampuan profesional, baik sebagai pribadi, pendidik, atau pun
masyarakat. Seorang guru sastra dituntut memiliki kemampuan yang baik yang
berhubungan dengan bidang studinya. Untuk menjadi guru sastra yang baik,
seorang guru harus memiliki apresiasi yang baik terhadap sastra karena seorang
guru sastra harus bisa memberikan pengaruh yang tepat terhadap kelasnya pada
waktu ia melaksanakan pengajaran.
Selain itu, sebagai calon guru sastra sudah seharusnyalah mahasiswa
memiliki kemampuan memilih dan menyajikan bahan ajar sastra yang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran
sastra, guru harus mampu menyajikan bahan ajar dengan menarik sehingga
peserta didik dapat terlibat secara optimal.
Menurut Rahmanto (1993:27), “ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama, dari
sudut bahasa; kedua, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga, dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa.” Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa sudut latar belakang budaya para siswa perlu dipertimbangkan dalam memilih dan
menyajikan bahan ajar. Bahan ajar yang berbasis pada kebudayaan lokal perlulah
dikenalkan dan ditanamkan pada diri calon pendidik sehingga dalam menjalankan
profesinya kelak sebagai pengajar sastra para mahasiswa memiliki kemampuan
yang baik dalam memilih, menyajikan, dan menilai bahan ajar berlatar belakang
budaya.
Mengingat kedudukan dan perannya yang cukup penting, penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap legenda Orang Kayo Hitam.
Penelitian tersebut dianggap dapat menjadi upaya pelestarian legenda Orang
Kayo Hitam yang merupakan legenda asal mula berdirinya negeri Jambi. hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kayo Hitam di Jambi dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Kajian
Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi.”
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang diteliti
adalah legenda Orang Kayo Hitam sebagai upaya penyelamatan, pewarisan, dan
pelestarian dengan cara mengubahnya dari bentuk lisan ke bentuk tulisan agar
dapat dijadikan bahan ajar di perguruan tinggi. Masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah struktur dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam
legenda Orang Kayo Hitam di Jambi. Karena keterbatasan waktu, peneliti hanya
akan memfokuskan penelitian pada struktur dan nilai budaya yang terdapat dalam
cerita saja. Struktur cerita yang akan dianalisis mencakup (1) alur, (2) tokoh dan
penokohan, (3) latar, dan (4) tema.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan di atas, masalah pokok
penelitian yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah struktur legenda Orang Kayo Hitam di Jambi?
2) Bagaimanakah nilai-nilai budaya ditampilkan dalam legenda Orang
Kayo Hitam di Jambi?
3) Bagaimanakah penyajian bahan ajar mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di
FKIP Universitas Jambi dengan memanfaatkan hasil penelitian
legenda Orang Kayo Hitam di Jambi?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melestarikan sastra lisan,
khususnya legenda Orang Kayo Hitam di jambi. Selain menganalisis strukturnya,
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat masa lampau, khususnya nilai-nilai budaya yang terdapat dalam
legenda Orang Kayo Hitam agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar di
perguruan tinggi, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
1) mendeskripsikan struktur legenda Orang Kayo Hitam di Jambi.
2) mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam legenda
Orang Kayo Hitam di Jambi.
3) menemukan bentuk penyajian bahan ajar mata kuliah Kajian Prosa
Fiksi di FKIP Universitas Jambi dengan memanfaatkan hasil penelitian
legenda Orang Kayo Hitam di Jambi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian dapat ditinjau
dari dua aspek, yaitu teoretis dan praktis. Dari aspek teoretis, hasil penelitian
diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra, khususnya sastra
lisan. Untuk keperluan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi pengajaran sastra di perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah.
Lebih lanjut, manfaat penelitian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1) Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sastra, khususnya sastra lisan. Penelitian tentang sastra lisan daerah
dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai berbagai aspek kebudayaan
dan kehidupan masyarakat pemiliknya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian atau kajian
yang sama.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan berbagai pihak yang
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat, dan pemerintah daerah. Uraian manfaat praktis tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Bagi Pengajaran Sastra
Guru atau dosen dapat memanfaatkan legenda Orang Kayo Hitam di
Jambi yang telah diteliti, berikut pembahasannya, untuk dijadikan sebagai bahan
ajar dalam rangka meningkatkan dan membina apresiasi siswa atau mahasiswa
terhadap karya sastra daerah.
b) Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan
pemahaman tentang cerita rakyat daerahnya. Hal tersebut mengingat legenda
Orang Kayo Hitam mengandung nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan
bermasyarakat. Dengan memahami cerita rakyatnya, masyarakat akan memiliki
rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya sebagai kekayaan
budaya.
c) Bagi Pemerintah Daerah
Legenda Orang Kayo Hitam adalah kekayaan masyarakat Jambi.
penelitian ini dapat membantu pemerintah daerah dalam mendokumentasikan
sastra lisan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Jambi
lampau yang patut untuk terus dijaga dan dilestarikan.
F. Definisi Operasional
1) Struktur cerita, yaitu unsur-unsur yang membangun sebuah cerita yang
saling terkait dan saling terjalin sehingga dapat memberikan makna yang
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Nilai adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah
menjadi kepribadian dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat
tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
3) Nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap
bernilai dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi tingkah laku
manusia.
4) Folkor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun
contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
(mnemonic device).
5) Sastra lisan merupakan karya yang disebarkan dari mulut ke mulut, pada
umumnya hidup dalam masyarakat yang belum mengenal tradisi tulis.
Meskipun demikian, sastra lisan juga terdapat pada masyarakat modern.
6) Legenda Orang Kayo Hitam yang dalam penelitian ini disingkat OKH
adalah salah satu sastra lisan yang berbentuk prosa yang hidup dan
berkembang di tengah masyarakat Jambi pada masa lampau sebagai buah
budi masyarakat yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun biasanya
berisi nilai-nilai luhur.
7) Bahan ajar, yaitu bahan yang akan diajarkan kepada siswa/mahasiswa
secara terencana agar dapat meningkatkan apresiasi siswa/mahasiswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
8) Mata kuliah Kajian Prosa Fiksi merupakan salah satu mata kuliah lanjutan
yang tercantum dalam silabus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Jambi. Salah satu tujuan mata kuliah Kajian
Prosa Fiksi adalah mahasiswa mampu mengapresiasi karya sastra dalam
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilandasi dengan asumsi sebagai berikut:
1) legenda merupakan salah satu unsur budaya yang memperkaya
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
2) penelitian tentang legenda perlu dilakukan dalam rangka melakukan
konservasi budaya dengan jalan pendokumentasian.
3) Legenda, seperti halnya karya sastra yang lain, terdiri dari unsur-unsur
pembentuk yang memberikan makna yang menyeluruh.
4) Legenda sebagai salah satu bentuk cerita rakyat mengandung nilai-nilai
yang mencerminkan aspek-aspek kehidupan yang dimiliki masyarakat
pendukungnya.
5) Bentuk bahan ajar yang tepat diperlukan untuk memanfaatkan legenda
yang telah diteliti agar dapat dijadikan bahan ajar yang baik dan menarik
di perguruan tinggi.
H. Alur Penelitian
Untuk memperjelas paparan sebelumya, pada bagian ini, akan
digambarkan alur penelitian dalam bentuk bagan. Bagan tersebut akan
menggambarkan bagaiamana proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti,
mulai dari teknik pengumpulan data, proses analisis, hingga pada tahap
pemanfaatan hasil analisis. Berikut bagan alur penelitian.
bagan 1.1
Alur Penelitian
Legenda
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pengumpulan data
1. wawancara 2. catatan Lapangan 3. dokumentasi
Bahan Analisis
Hasil Analisis
Struktur dan Nilai Budaya dalam Legenda
Orang Kayo Hitam di Jambi
Pemanfaatan Legenda
Orang Kayo Hitam di Jambi
sebagai Alternatif Bahan Ajar pada mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi
sasaran penelitian. Seorang peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode
yang ada sesuai dengan tujuan, sifat objek, sifat ilmu, atau teori yang
mendukungnya. “Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang
digunakan” (Koentjaraningrat, 1977:1). Penelitian merupakan kegiatan
ilmiah maka metode yang digunakan pun harus secara sistematis dan prosedural.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena objek yang diteliti dalam penelitian
ini berupa proses, yaitu bagaimana realita sosial yang terjadi di tengah masyarakat
bukan tentang bagaimana hubungan sebab-akibat antarvariabel yang ada. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Denzin dan Lincoln (2009:6) sebagai berikut.
Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak terkaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.
Bogdan dan Tylor (Moleong, 2007:4) mengatakan bahwa Metode
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Metode
kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya, data yang diperoleh berupa kata-kata,
tuturan, atau perilaku. Data tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai situasi yang diteliti dalam penggambaran suatu fenomena yang terjadi
dalam lingkungan.
Sugiyono (2010:1) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi yang alamiah, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci,
dan hasil penelitiannya senada dengan pendapat Denzin dan Lincoln yaitu
menekankan makna daripada generalisasi. Lebih lanjut, Fraenkel dan Wellen
(2008:425-427) mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam penelitian kualitatif. Langkah-langkah tersebut adalah (a)
identification of the phenomenon to be studied; (b) identification of the
participants in the study; (c) generation of hypotheses; (d) data collection; (e)
data analysis; (f) interpretations and conclusions.
Syamsudin (2006:74) “tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk
menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka,
perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat meghasilkan sebuah
teori”. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta
yang berhubungan atau menjelaskan struktur dan nilai-nilai apa saja yang terdapat
dalam legenda OKH.
Menurut Siswantoro (2010:56), “penelitian sastra, sebagaimana penelitian
disiplin lain, bersandar pada metode yang sistematis. Hanya saja penelitian sastra
bersifat deskriptif karena itu metodenya juga digolongkan ke dalam metode
deskriptif.” Metode deskriptif merupakan prosedur penelitian yang berupaya
memecahkan masalah-masalah penelitian dengan cara mengungkapkan dan
menggambarkan objek penelitian apa adanya. Penggambaran tersebut berdasarkan
pada fakta-fakta yang ada secara objektif.
Karena penelitian ini adalah salah satu jenis penelitian folklor, metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi.
Menurut Sibarani (2012:265)
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode etnografi relevan dengan penelitian tentang tradisi lisan atau tradisi budaya. Etnografi melakukan penelitian dengan melakukan deskripsi secara emik tentang objek penelitian dengan tujuan idealnya adalah membuat profiling dan pendeskripsian tentang objek penelitian dengan hasil sebuah deskripsi informatif yang dapat dimanfaatkan untuk publikasi dan sumber rekomendasi tentang pengembangan objek penelitian.
Lebih lanjut, Spradley (1997:xvi) mengatakan bahwa metode etnografi
adalah metode penelitian lapangan yang bersifat holistik-integratif, thick
description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of
view. Salah satu teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian etnografi
adalah wawancara terbuka dan mendalam.
B. Data dan Sumber data
Data penelitian ini adalah teks cerita legenda OKH yang diperoleh melalui
informasi lisan dari para narasumber cerita yang kemudian akan ditranskripsikan
ke dalam cerita secara tertulis. Data penelitian digali melalui sumber data, yaitu
informan dan dokumentasi.
Data yang digali dari informan dan dokumentasi adalah data legenda OKH
di lapangan. Data dari informan adalah data utama (primer), sedangkan dari
dokumentasi merupakan data tambahan (sekunder). Hal ini sesuai dengan
pendapat Moleong (2007:157) “kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama.” Data-data utama yang didapat
dari informan kemudian direkam. Perekaman dilakukan saat peneliti sedang
mewawancari informan. Adapun data tambahan dalam penelitian ini adalah
salinan naskah “Sila-Sila Keturunan Raja Jambi” yang ditulis oleh Ngebi Sutho
Dilogo Priyayi Rajo Sari. Salinan tersebut peneliti dapat dari salah seorang tokoh
adat masyarakat Jambi bernama Sultan Abdurrahman Thaha Syaifuddin. Selain
itu, data tambahan juga diperoleh dari beberapa buku yang ditulis oleh budayawan
dan sejarawan Jambi, yaitu buku Jambi dalam Sejarah Nusantara (1989) karya A.
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Noor. Buku Jambi dalam Sejarah Nusantara merupakan dokumentasi Museum
Negeri Jambi. Dalam buku tersebut, terdapat informasi tentang apa kira-kira
makna dari nama OKH (lihat lampiran 6).
Selain data tambahan tersebut, peneliti juga melengkapi penelitian dengan
foto-foto dan gambar-gambar. Moleong (2007:161) “penggunaan foto untuk
melengkapi sumber data jelas besar sekali manfaatnya.” Penggunaan foto atau
gambar ini nantinya bukanlah sebagai bahan analisis, tetapi hanya sekadar
pelengkap data. Foto atau gambar yang akan ditampilkan adalah foto atau gambar
informan, benda-benda, atau tempat-tempat tertentu yang dianggap berhubungan
dengan penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian kualitatif sangatlah
beragam. Itulah sebabnya, agar mendapat data dan informasi yang tepat, peneliti
harus memilih teknik pengumpulan data yang tepat. Moleong (2007: 174)
mengatakan bahwa pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan cara
pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan penggunaan dokumen. Hal
tersebut senada dengan apa yang disampaikan Nasution (2010:54), “metode
pengumpulan data kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dokumen, dan membuat
catatan lapangan.”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa
dalam penelitian legenda teknik yang diperlukan adalah teknik pengumpulan data
berupa wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Wawancara digunakan
untuk mengumpulkan data utama (primer). Wawancara dilakukan untuk merekam
data atau informasi. Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) mendefinisikan wawancara
sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikonstruksikan maknanya dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau data mengenai legenda
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
semiterstruktur disertai dengan pencatatan dan perekaman. Teknik wawancara
secara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-depth interview dalam
pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan teknik terstruktur. Wawancara
teknik semiterstruktur tetap menggunakan pedoman wawancara namun tetap
mencatat ide-ide atau pendapat dari informannya (Sugiyono, 2010:320).
Adapun teknik dokumentasi dan catatan lapangan digunakan untuk
mengumpulkan data tambahan (sekunder). Teknik dokumentasi adalah catatan
peristiwa yang telah lalu. Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan teknik wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi
dilakukan untuk menganalisis arsip-arsip atau hal lain yang berkaitan dengan
legenda OKH, sedangkan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan
hal-hal penting yang dianggap relevan yang mungkin saja ditemui di lapangan di luar
wawancara sebelumnya.
D. Instrumen Penelitian
Dalam proses pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan
beberapa Instrumen penelitian yang berfungsi sebagai alat atau media pengumpul
data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif berbeda
dengan penelitian kualitatif. “Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama
penelitian adalah peneliti itu sendiri” (Sugiyono, 2010: 305). Dalam penelitian ini,
peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci. Hal ini didasarkan atas
pandangan Nasution (Sugiyono, 2010: 307) bahwa:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;
3. tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika;
6. hanya manusia sebagai instrumendapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respons yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respons yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respons yang lain daripada yang lain, bahkan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Sebagai instrumen utama, peneliti memiliki fungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan, dan melakukan pengumpulan data. Namun, peneliti
tentu saja menggunakan perangkat penelitian yang membantu karena keterbatasan
daya ingat. Perangkat-perangkat yang dimaksudkan: pedoman wawancara, buku
catatan lapangan, camera digital atau alat bantu rekam, Tabel pedoman analisis
struktur legenda, dan tabel uji kelayakan hand out. Masing-masing perangkat
tersebut memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Pedoman wawancara digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang
akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara (lihat
lampiran 3).
2. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari
wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.
3. Studi dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari
sumber tertulis.
4. Camera digital atau alat bantu rekam digunakan untuk
mendokumentasikan objek penelitian atau hal-hal yang dianggap relevan
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Tabel pedoman analisis untuk mempermudah peneliti mengklasifikasikan
data saat proses analisis cerita (lihat lampiran 4).
6. Tabel uji kelayakan hand out yang akan diberikan kepada para penelaah
eksternal (lihat lampiran 5).
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses
pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur dan nilai yang terdapat
dalam legenda OKH. Legenda OKH dimasukkan ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang struktur
dan nilai yang terdapat dalam legenda OKH yang dilengkapi dengan data-data
pendukung. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan Moleong (2007:280),
“analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Adapun Sugiyono
(2010:335) memaparkan definisi analisis data sebagai berikut.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah
proses menyusun data secara sistematis melalui langkah-langkah tertentu sesuai
dengan pola, kategori, dan satuan uraian dasarnya. Dalam proses analisis, peneliti
akan melakukan pengujian data secara sistematis agar ditemukan bagian-bagian,
hubungan antarbagian, dan hubungan keseluruhan dari objek yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2010:337), “aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan clonclusion drawing/verification”. Hal tersebut sama
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih umum, yakni (1)
reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan atau verifikasi.”
Bagan 3.1
Komponen dalam Analisis Data (interactive model)
Penjelasan ketiga tahapan analisis data menurut Sugiyono tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Reduksi Data
Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2) Display Data (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam
hal ini, Miles and Huberman (Sugiyono, 2010:341) menyatakan the most frequent
form of display data for qualitative research data in the past has been narrative Data
collection
Data reduction
Data display
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
text. Dengan mendisplay data, peneliti akan menjadi lebih mudah untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
3) Penyimpulan dan Verifikasi Data
Penyimpulan adalah tahap mengambil kesimpulan terhadap data-data yang
telah terkumpul. Penyimpulan dapat dilakukan selama proses penelitian
berlangsung. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kaulitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan
pemeriksaan keabsahan data secara cermat selama penelitian berlangsung. Dengan
demikian, kesimpulan tersebut harus selalu diverifikasi.
Kesimpulan yang diharapkan dapat dihasilkan dalam penelitian kualitatif
adalah berupa temuan-temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
struktur dan nilai-nilai budaya dalam legenda OKH. Untuk mendeskripsikan
struktur dan nilai–nilai budaya tersebut, dilakukanlah langkah-langkah
penganalisisan sebagai berikut.
(1) Proses reduksi data yang didapat di lapangan;
(a) pengidentifikasian data dengan jalan menandai data-data yang
terkumpul dan dapat mendukung penganalisisan tersebut;
(b) pengklasifikasian data berdasarkan aspek-aspek struktur yang terdapat
dalam legenda tersebut;
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(a) pentranskripsian data/cerita ke dalam bahasa Melayu Jambi/Melayu
Klasik;
(b) penerjemahan cerita yang telah ditranskripsikan ke dalam bahasa
Indonesia;
(c) penganalisisan terhadap setiap unsur struktur cerita yang dianalisis
dengan menemukan data-data pendukungnya menggunakan teknik
analisis struktural;
(d) penganalisisan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda
OKH;
(3) melakukan verifikasi data;
(4) perancangan bahan ajar dari legenda OKH yang sesuai dengan bentuk dan
tujuan pembelajaran prosa fiksi di FKIP Universitas Jambi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya merupakan unsur yang tak
terpisahkan dari penelitian. Menurut Moleong (2007:324-326), “ada empat
kriteria dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependenability), dan
kepastian (confirmability).”
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan keempat kriteria yang
disebutkan Moleong tersebut. Uji derajat kepercayaan (kredibilitas) data pada
dasarnya menggantikan konsep validitas internal pada penelitian kuantitatif. Uji
kredibilitas ini dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan penelitian, triangulasi, dan diskusi dengan teman sejawat.
Kriteria keteralihan (transferability) pada penelitian kualitatif berbeda
dengan validitas eksternal. Konsep validitas eksternal pada penelitian kuantitatif
menyatakan generalisasi suatu penemuan dapat berlaku pada semua konteks
dalam populasi yang sama. Hal tersebut berbeda dengan konsep keteralihan.
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengirim dan penerima. Uji keteralihan (transferability) dilakukan dengan
menggunakan teknik pemeriksaan uraian rinci.
Kriteria kebergantungan (dependenability) merupakan subsitusi istilah
reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, reliabilitas
ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Namun, konsep
kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh
peninjauannya dari segi bahwa konsep itu meperhitungkan segala-galanya, yaitu
yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lain yang tersangkut.
Uji kebergantungan (dependenability) dilakukan dengan menggunakan teknik
audit kebergantungan terhadap seluruh proses penelitian.
Kriteria kepastian (confirmability) berasal dari konsep objektivitas
menurut penelitian kuantitatif. Kuantitatif menerapkan objektivitas dari segi
kesepakatan antarsubjek. Pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan
penemuan seseorang. Artinya, kuantitatif lebih menekankan pada „orang‟,
sedangkan konsep kepastian pada penelitian kualitatif menghendaki agar
penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data itu sendiri. Jadi, dalam
penelitian kualitatif isi tidak lagi berkaitan dengan ciri penyidik, melainkan
berkaitan dengan ciri-ciri data. Uji kepastian (confirmability) dilakukan dengan
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini, dikemukakan simpulan dan saran yang didasarkan pada
pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Simpulan berisi
pernyataan-pernyataan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
dinyatakan pada bab I.
A. Simpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui struktur dan nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam legenda OKH. selain itu, penelitian ini juga
dilakukan untuk mengetahui bentuk alternatif bahan ajar seperti apa yang dapat
disusun dari legenda OKH guna diterapkan dalam mata kuliah Kajian Prosa Fiksi
di FKIP Unipenggalantas Jambi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode etnografi dan analisis
struktural. Dari hasil penelitian diketahui bahwa legenda OKH terdiri dari empat
penggalan cerita, yaitu OKH: Silsilah Turunan, OKH: Sang Pemberani, OKH: Si
Ginjai Keris Sang Raja, dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi. Keempat
penggalan legenda tersebut dibedakan ke dalam dua jenis penggolongan legenda
menurut Brunvand (Danandjaja, 1984). Legenda OKH: Silsilah Turunan, OKH:
Sang Pemberani, dan OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja tergolong sebagai legenda
perseorangan (personal legend) karena menceritakan ketokohan OKH di masa
lampau yang dianggap benar-benar terjadi. Legenda OKH: Asal-Usul Tanah Pilih
Negeri Jambi tergolong sebagai legenda setempat (local legends) karena
menceritakan asal usul negeri Jambi.
Keempat penggalan legenda OKH tersebut saling berhubungan dan dapat
diurutkan sesuai dengan urutan kronologis kejadian dalam kehidupan OKH.
Pemenggalan cerita dilakukan dengan alasan panjangnya cerita dan penyesuaian
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil analisis terhadap keempat penggalan cerita tersebut disimpulkan
struktur dan nilai budaya sebagai berikut.
1. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita. Dalam alur terdapat
beberapa peristiwa yang saling berhubungan. Hubungan yang terjadi adalah
hubungan sebab-akibat. Hubungan alur terjalin dari sekuen-sekuen dan hubungan
logis cerita. Dalam keempat penggalan legenda OKH, alur yang diceritakan
cenderung linear. Karena alur cerita pada keempat legenda OKH tersebut
cenderung linear, fungsi-fungsi utama (alur yang menampilkan cerita) pun
cenderung sejajar.
Untuk legenda OKH: Sang Pemberani dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih
Negeri Jambi, seluruh sekuen dan hubungan logis diceritakan secara linear dari
awal hingga akhir. Artinya, dalam legenda ini tidak terjadi peristiwa sorot balik.
Hubungan logis dibentuk sejajar dengan hubungan waktu (kronologis) dan urutan
teks dalam cerita.
Untuk legenda OKH: Silsilah Turunan memiliki sebuah sekuen sorot balik
dan dua buah sekuen deskriptif. Bila dibandingkan dengan penggalan legenda
OKH: Sang Pemberani dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi, legenda
OKH: Silsilah Turunan memang lebih banyak menarasikan cerita-cerita berupa
silsilah kepada pendengar daripada menghadirkan konflik-konflik atau aktivitas
fisik seperti dua legenda sebelumnya. Legenda OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja
juga tidak memiliki alur sorot balik. Semua sekuen dan hubungan logis terjadi
pada saat penceritaan. Akan tetapi, legenda ini memiliki dua tahap sekuen
deskripsi. Kedua tahap deskripsi tersebut juga ebih detail jika dibandingkan
dengan sekuen deskripsi pada legenda OKH: Silsilah Turunan.
2. Tokoh dan Penokohan
Liza Septa Wilyanti, 2014
KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam berbagai penggalan legenda OKH, tokoh dan penokohan berfokus
pada sosok OKH. OKH adalah tokoh utama yang menjadi fokus cerita. Selain
tokoh OKH, terdapat tokoh bawahan lainnya yang mendukung cerita.
Tokoh-tokoh tersebut ada yang terbagi menjadi Tokoh-tokoh antagonis dan ada pula protagonis.
Penokohan dalam penggalan legenda OKH digambarkan melalui tingkah laku
tokoh, ucapan-ucapan tokoh, penggambaran fisik tokoh, dan penjelasan langsung
penutur.
Legenda OKH: Silsilah Turunan adalah satu-satunya legenda yang tidak
menjadikan OKH sebagai tokoh utamanya. Karena legenda ini adalah asal-usul
kelahira