• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN PENDIDIKAN JASMANI : Studi Deskriptif Kualitatif Pesantren AL FATH Kota Sukabumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN PENDIDIKAN JASMANI : Studi Deskriptif Kualitatif Pesantren AL FATH Kota Sukabumi."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN

PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Deskriptif Kualitatif Pesantren AL FATH Kota Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

Mochamad Yoga Pratama

0901846

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN PENDIDIKAN JASMANI

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PESANTREN AL FAT KOTA SUKABUMI)

Oleh

Mochamad Yoga Pratama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Mochamad Yoga Pratama 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MOCHAMAD YOGA PRATAMA

BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN PENDIDIKAN JASMANI

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PESANTREN

AL FAT KOTA SUKABUMI)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Uhamisastra.M,S.AIFO

NIP . 195106221980021

Pembimbing II

Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd

Nip . 194903161972111001

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono.M.Pd

(4)

ABSTRAK

BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH ALTERNATIF PENGAYAAN

PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Deskriptif Kualitatif Pesantren AL FATH Kota Sukabumi)

Pembimbing I Dr. Uhamisastar, M.S.AIFO. Pembimbing II Drs. Yoyo Bahagia M.Pd

Penelitian ini terfokus pada Bola Leungeun Seuneu (Boles) di Pesantren Dzikir Al – Fath Kota Sukabumi. Rumusan Masalah dalam Penelitian adalah bagaimana Boles bisa menjadi kearifan budaya lokal masyarakat Kota Sukabumi dan boles dijadikan alternatif pengayaan pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran boles di Pesantren Dzikir Al-Fath Kota Sukabumi.

Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan Reduksi data, Penyajian data, menarik kesimpulan dan verifikasi.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa : 1) Bola Leungeun Seuneu di Kota Sukabumi telah menjadi Kearifan Budaya Lokal masyarakat, dimulai dari lingkungan Pesantren Dzikir Al-Fath yang

memasukan Seni Budaya Kerajaan Pajajaran yaitu boles sebagai kegiatan unggulan pesantren dan mengajarkan secara berkesinambungan pada setiap

(5)

ABSTRACT

BOLA LEUNGEUN SENEU (BOLES) AS LOCAL ABLITY CULTURE AN ALTERNATIVE ENRICHMENT PHYSICAL EDUCATION

(Descriptive Qualitative Study Dzikir Al-Fath Boarding School Sukabumi)

Supervisor I Dr. Uhamisastar, M.S.AIFO. Supervisor II Drs. Yoyo Bahagia M.Pd

This research focused on Bola Leungeun Seneu (Boles) at Dzikir Al-Fath Boarding School Sukabumi. Problem formulation in this research is how “Boles” can be local ability culture Sukabumi society and “Boles” become alternative enrichment physical education. This research aims to know representation of “Boles” Dzikir Al-Fath Boarding School Sukabumi. Descriptive qualitative was used in this study. Instrument of this research in data collection is interview observation and documentation study. Data processing did with data Reduction, presentation of the data, draw the conclusion and verification data. Based on the

results of the processing and data analysis, can be concluded that: 1) Bola Leungeun Seneu in Sukabumi has become local ability culture society, starts from Dzikir Al-Fath Boarding School environment who enter the Kingdom of Padjadjaran Cultural Arts is “Boles” as the superior activity and teach continuously each generation. Beside the innovations that have been done by the boarding school with the Local Government of Sukabumi has produced a variety of proud achievement until the national level and become a symbol of Sukabumi. 2) “Boles” have grades which is same value as physical education is to build the individual in terms of Affective, Cognitive, and Psychomotor. “Boles” as an alternative enrichment to physical education received a variety of responses. So, need some deeper studies by experts and other fields.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Masalah Penelitian. ... 7

F. Definisi Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kearifan Budaya Lokal ... 9

B. Alternatif Pengayaan ... 11

C.Pendidikan ... 11

D. Pendidikan Jasmani ... 12

E. Permainan Tradisional & Olahraga Tradisional ... 17

1. Permainan Tradisional ... 17

a. Egrang ... 20

b. Gebuk Bantal ... 21

c. Terompah Panjang ... 21

d. Hadang ... 22

(7)

v

f. Congklak ... 24

g. Ucing Sumput (Petak Umpet) ... 25

h. Sondah ... 26

i. Kelereng ... 27

j. Lompat Tali Karet (Spintrong) ... 28

2. Olahraga Tradisional ... 29

F. Bola Leungeun Seuneu (Boles) ... 31

1. Asal Bola Leungeun Seuneu ... 31

a. Sejarah Seni Budaya Ngagotong Lisung ... 33

b. Sejarah Bola Leungeun Seuneu (Boles) ... 34

2. Pesantren Al –Fath Kota Sukabumi ... 38

3. Peraturan Permainan Bola Leungeun Seuneu ... 39

a. Pakaian dan Peralatan ... 39

b. Jumlah Pemain dan Pendukung Permainan ... 39

c. Waktu ... 39

d. Joget Silat ... 40

e. Pembagian Bola Api ... 40

f. Pelanggaran ... 40

g. Membawa Bola ... 41

h. Mengoper Bola ... 41

i. Menangkap Bola ... 41

j. Memasukan Bola ... 41

4. Jenis dan Bentuk Bola Leungeun Seuneu (Boles) ... 42

a. Boles Untuk Pementasan / Pertunjukan ... 42

b. Boles Untuk Pertandingan / Kompetisi ... 43

5. Lapangan ... 45

6. Bola ... 46

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi ... 53

2. Sampel ... 54

C. Instrumen Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Teknik Observasi ... 58

2. Teknik Wawancara ... 58

3. Studi dokumentasi ... 63

E. Teknik Analisis Data ... 63

1. Reduksi Data ... 64

2. Data Display (Penyajian Data) ... 65

3. Menarik Kesimpulan Data dan Verifikasi ... 65

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 66

1. Proses Keabsahan Data ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Latar Penelitian ... 64

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 66

1. Pengamatan Lapangan ... 66

2. Wawancara ... 68

C. Deskripsi Temuan dan Pembahasan ... 76

D. Diskusi Hasil Temuan Lapangan ... 78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83

(9)

Mochamad Yoga Pratama, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini arus modernisasi semakin berkembang, kemajuan teknologi

semakin terasa di dalam kehidupan masyarakat. Dampaknya pun dapat terlihat nyata dari berbagai bidang, seperti informasi yang bisa dengan cepat bisa di

dapatkan dengan mudah. Namun juga tidak dapat dipungkiri terancam lunturnya norma-norma yang berada di masyarakat menjadi satu fenomena tersendiri yang sulit untuk di bendung.

Indonesia merupakan negara yang kaya, mempunyai banyak pulau dan terpisahkan oleh hamparan laut yang luas. Begitu pula dengan masyarakatnya itu sendiri yang memiliki berbagai suku dan budaya yang beragam, menjadikan satu kebanggaan tersendiri bagi rakyat indonesia. Kekayaan ini justru menjadi sesuatu yang terancam karena adanya globalisasi, padahal ini merupakan warisan asli dari nenek moyang dan sudah turun temurun di lestarikan oleh para pendahulu sebelumnya. Bahkan lebih parahnya lagi kasus perebutan hak paten kebudayaan antara negara Indonesia dan Malaysia belakangan ini, menjadikan satu dampak yang bisa dilihat. Seperti kutipan yang pernah diberitakan oleh (detiknews.com : 2010) sebagai berikut :

“Perdebatan terkait tari tor tor bukanlah masalah budaya pertama yang dialami Indonesia. Sebelumnya Indonesia kerap terlibat perebutan budaya dengan negara tetangga. Hal ini terus terulang karena pemerintah dinilai kurang perhatian terhadap pendataan budaya lokal yang ada di Indonesia”

(10)

semuanya sibuk mengambil posisi untuk kepentingan masing - masing. Bila diurutkan lagi kebelakang memang tidak bisa menyalahkan pemerintah begitu saja, karena ternyata sebagian besar masyarakat nyatanya kurang begitu memperhatikan kebudayaan bangsa sendiri. Buktinya masyrakat Indomesia lebih senang mengadopsi segala sesuatu yang berasal dari luar yang mungkin belum di pahami bagaimana seluk beluknya. Seharusnya ini menjadi kewajiban masyarakat indonesia, sebagai generasi penerus dengan mewariskannya kembali pada generasi selanjutnya. Karena kebudayaan adalah identitas suatu bangsa, yang

menjadi kebanggaan dan ciri khas dari satu negara dengan negara yang lainnya. Dari kebudayaan masyarakat dapat mengenal bagaimana nilai – nilai budaya lokal, yang turun temurun diwariskan begitu lama oleh para leluhur. Bagaimana apabila nantinya generasi yang akan datang lebih mengenal dan mencintai nilai - nilai dari luar daripada kebudayaan nenek moyangnya sendiri? Yang terjadi adalah punahnya kebudayaan yang menjadi identitas aslinya. Bukankah menjadi kekhawatiran juga bila nantinya nilai – nilai yang mereka dapat dari luar justru tidak sesuai dengan kultur dan budaya Indonesia? Dan akhirnya justru malah memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri.

(11)

3

Mochamad Yoga Pratama, 2014

lain lain. Di samping untuk mempertahankan budaya, permainan tradisional mempunyai manfaaat yang sungguh sangat banyak bisa di dapatkan. Permainan tradisional merupakan aset yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai olahraga yang bisa mengisi waktu luang juga dapat membantu meningkatkan kualitas jasmani bagi masyarakat Bila dibandingkan, permainan modern biasanya tidak begitu banyak memerlukan gerakan yang berarti bahkan cenderung pasif. Akibatnya anak menjadi kekurangan gerak bahkan obesitas di usia dini. Sedangkan dari permainan tradisional bisa mengarahkan anak menjadi kuat secara

fisik maupun mental, pandai dalam bersosialisasi, kreatif, serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Keluarga yang menjadi lingkungan paling depan dalam kehidupan anak bahkan lebih mementingkan aspek kognitif anak dibandingkan psikomotor dari anak tersebut. Sebagai salah satu contoh ketika ada Festival Kebudayaan di salah satu daerah, justru hanya didominasi oleh para orang tua sedangkan generasi muda lebih memilih sesuatu yang berbau kebarat – baratan. Terlalu naïf memang bila kita membatasi dan bahkan mengatakan anti pada kemajuan teknologi, tapi bila kembali melihat dan berkaca pada Indonesia yang begitu besar dan kaya akan budaya Indonesia mempunyai jati diri sendiri yang bahkan Negara lain tidak mempunyainya. Cara pendekatan untuk pengenalan kebudayaan nenek moyang mungkin perlu dirubah dari hal yang terkecil sekalipun, agar dapat di sukai oleh generasi pewarisnya. Contoh kecil bukan tidak mungkin justru dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang ini kesempatan untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia semakin terbuka luas. Karena kekurangan informasi akan permainan tradisional tersebut menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat tidak memainkan bahkan tidak mengetahui tata cara permainan tersebut. Mungkin perlu adanya standarisasi peraturan permainan yang dibakukan dan disepakati oleh daerah pemilik permainan tradisional tersebut dan

pemerintah pusat sehingga bisa di sebarkan secara nasional.

Berbicara tentang kebudayaan dan permainan tradisional, Indonesia memiliki

(12)

Permainan Bola Leungeun Seuneu (Boles), salah satu permainan yang mungkin sampai saat ini belum diketahui oleh masyarakat Indonesia. Bahkan di telinga masyarakat Jawa Barat tepatnya di Kota Sukabumi Boles terdengar asing, padahal permainan ini sudah resmi menjadi simbol juga ciri khas kota tersebut. Boles sendiri memang baru dikembangkan kembali dengan gencarnya beberapa tahun belakangan ini oleh Ustadz DR. M. Fajar Laksana, yang dimana beliau Pemimpin dari Pesantren Dzikir Al – Fath Kota Sukabumi dan keturunan asli dari Prabu Siliwangi dari kerajaan Pajajaran. Di dalam pesantren ini para santri di berikan

pemahaman tentang agama dan juga kental akan budaya Sunda dalam melestarikan adat leluhur. Mulai dari cara para warga pesantren berpakaian dan bentuk rumah yang dihuni oleh pemimpin pondok pesantren. Didalam pondok pesantren terdapat 2 museum kasundaan yaitu Museum Prabu Siliwangi dan Museum Lisung/Boles. Lisung dan Boles merupakan kebudayaan yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah kerajaan pajajaran, keduanya sering dijadikan ikon dan juga dimasukan dalam upacara penyambutan para tamu dari kerajaan.

Dilingkungan pesantren sendiri para santri yang selesai mengaji pada malam hari dan mempunyai waktu senggang biasanya akan memakai waktu senggangnya dengan bermain Boles ini. Awalnya Boles hanya dipakai dalam penyambutan tamu – tamu dan acara penting pemerintahan atau peresmian organisasi, kantor dan lain lain. Namun saat ini boles dimodifikasi menjadi lebih kompetitif, boles yang kompetitif seperti gabungan antara permainan bola tangan dan basket yang biasa dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan sempat diadakan kompetisi sehingga menjadi lebih menarik dan bisa di lakukan oleh semua kalangan tanpa adanya unsur magis. Seperti yang dikemukakan oleh Ustadz DR. M. Fajar Laksana yang dilansir dalam situs internet (http://museum.pptalfath.ac.id/home/aktivitas-museum/nyonyoo-seuneu-permainan-api/) sebagai berikut:

(13)

5

Mochamad Yoga Pratama, 2014

budaya “Nyo-Nyo O Seuneu” adalah seni budaya yang berasal dari abad 14.5 M jaman pajajaran yang ada dalam Kitab Suwasit Majlis Dzikir Bashorun Fuadun Thariqot Hikmakiyah. Seni Budaya ini pada jaman Pajajaran ditunjukan untuk acara penyambutan kedatangan raja dan upacara kebesaran dikerajaan. Dalam Boles sendiri memiliki gerakan2 yang unik, yaitu dengan menggunakan unsur pencak silat, ketangkasan gerak tangan, dan juga keberanian”.

Jadi Boles memang salah satu seni budaya dan permainan tradisional kuno yang sudah ada sejak jaman pajajaran. Seiring berkembangnya waktu dan juga kepemerintahan boles kian lama semakin hilang bahkan hampir punah. Hal yang menjadi menarik lainnya adalah Boles memiliki kaitan erat dengan Pencak Silat, bela diri asli masyarakat Indonesia. Mulai dari pakaian yang di pakai dan juga gerakan yang di peragakan dalam Boles berdasar pada gerakan – gerakan pencak silat yang berasal dari tatar sunda. Selain itu musik tradisional yang mengiringi di setiap gerakan dan juga alur dari pertunjukan berasal dari tatar sunda.

Dunia pendidikan jasmani menjadi salah satu yang berperan dalam menumbuhkan aktifitas jasmani khususnya disekolah, memberikan sesuatu yang baik untuk ditiru di berbagai bidang lain walaupun. Di dalam penjas pada saat ini, guru menyelipkan permainan – permainan tradisional untuk menumbuhkan semangat dan juga mempersiapkan fisik menuju materi inti pada siswa siswa di sekolah. Memang belum semua guru penjas dapat memahami dan melakukan itu di Indonesia, hanya beberapa saja yang sudah sadar bahwa kegiatan penjas tidak harus selalu melulu memberikan materi olahraga modern. Hal ini di rasa ampuh untuk menumbuhkan minat belajar dan mencapai tujuan pembelajaran, selain itu dengan memberikan permainan tradisional siswa juga menjadi mengerti dan mengetahui kebudayaan mereka sendiri.

(14)

siswa dalam mengikuti pelajaran lain di sekolah lebih meningkat. Karena dengan penjas siswa menjadi lebih gembira bisa mengapresiasikan dirinya, juga dapat bersosialisasi dengan teman temannya. Sehingga kepenatan yang dialami dalam pelajaran yang akan di ikuti dan yang sudah di ikuti oleh siswa, akan terbebaskan dengan adanya penjas. Secara garis besar Pendidikan jasmani tidak melulu selalu melatih fisik saja, namun penjas mempunyai tiga tujuan utama yang mesti tercapai yaitu aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Seperti yang dikatakan oleh Gabbard, LeBlanck, dan Lowy (1987) bahwa “Pendidikan jasmani merupakan

pendidikan lewat aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam ranah psikomotorik, afektif, dan kognitif.”

Permainan boles mempunyai keterkaitan erat dengan tujuan Penjas itu sendiri, dimana boles menunjukan manfaat dan juga tujuan yang tidak jauh beda dengan penjas. Menjadikan boles berpotensi untuk dijadikan salah satu alternatif pengayaan Pendidikan Jasmani. Selain itu Boles sebagai kearifan budaya lokal yang harus di jaga dan dilestarikan, menjadikan satu alasan penulis merasa tertarik untuk melakukan sumbangan berupa karya tulis ilmiah. Maka dari itu dilihat dari latar belakang diatas penulis mengambil judul “BOLA LEUNGEUN SEUNEU

(BOLES) SEBAGAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL SEBUAH

ALTERNATIF PENGAYAAN PENDIDIKAN JASMANI “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

“Bagaimana Bola Leungeun Seuneu (Boles) sebagai kearifan budaya lokal, sebagai alternatif pengayaan pendidikan jasmani di Pesantren Al Fath Kota Sukabumi.”

(15)

7

Mochamad Yoga Pratama, 2014

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui Bola Leungeun Seuneu (Boles) sebagai kearifan budaya lokal, sebagai alternatif pengayaan pendidikan jasmani di Pesantren Al Fath Kota Sukabumi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Boles bisa dijadikan salah satu alternatif pendidikan jasmani oleh para guru penjas

2 Dapat dijadikan sebagai sumbangan keilmuan bagi dunia pendidikan, khususnya bagi mahasiswa FPOK UPI BANDUNG.

3 Dapat memperkenalkan dan melestarikan salah satu permainan tradisional, juga upaya yang diharapkan mampu dijadikan kajian, bahan informasi bagi masyarakat luas.

E. Batasan Penelitian

Agar dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan yang akhirnya akan mengakibatkan perluasan makna sehingga tujuan dari penelitian tidak tercapai, maka peneliti membatasi masalah ini sebagai berikut:

1. Masalah yang penulis teliti adalah Boles sebaga kearifan budaya lokal sebagai alternatif pendidika jasmani

2. Subjek penelitian adalah Santri yang berada di Pesantern Al Fath Kota Sukabumi

3. Lokasi penelitian adalah Pesantren Dzikir Al Fath Kota Sukabumi Perum Gading Kencana Asri Blog G Kota Sukabumi

(16)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian, penulis akan menjelaskan istilah - istilah yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berikut penjelasan beberapa istilah yang bersangkutan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bola Lengeun Seuneu. (dalam www.pesantrenAlfath.ac.id )

Bola seneu (Boles) konon merupakan Permainan yang merupakan tradisi Kerajaan Pajajaran dahulu kala yang telah diislamisasikan oleh Prabu Siliwangi. Seni budaya “Nyo-Nyo O Seuneu” adalah seni budaya yang berasal dari abad 14.5 M jaman pajajaran yang ada dalam Kitab Suwasit Majlis DzikirBashorun Fuadun Thariqot Hikmakiyah. Seni Budaya ini pada jaman Pajajaran ditunjukan untuk acara penyambutan kedatangan raja dan upacara kebesaran dikerajaan.

2. Kearifan Budaya Lokal ( dalam www.psychologymania.com)

Pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

3. Pendidikan Jasmani

Gabbard, LeBlanck, dan Lowy (1987) sebagai berikut :

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan lewat aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam ranah psikomotorik, afektif, dan kognitif

4. Permainan Tradisional

(17)

9

Mochamad Yoga Pratama, 2014

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau suatu cara yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian, agar jalannya penelitian berjalan lancer

dan hasil penelitian benar – benar objektif. Peneliti harus bisa menentukan metode penelitian seperti apa yang cocok untuk dipakai agar dapat menjawab permasalahan yang ada dalam suatu penelitian. Masalah yang akan diteliti serta tujuan yang dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena dalam penelitiannya lebih menekankan kepada apa dan bagaimana peristiwa berlangsung. Menurut Sugiyono (2012:15) menjelaskan bahwa:

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball , teknik pengumpulan data triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”

(19)

53

Mochamad Yoga Pratama, 2014

Sedangkan menurut Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksudn untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan , dan lain lain. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis, atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati, sehingga penelitian itu bersifat alamiah karena dalam penelitiannya peneliti menuliskan kondisi objek atau subjek yang sedang diteliti.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan, observasi wawancara, dan dokumentasi. Selain itu penulis juga melakukan

beberapa kajian berupa sumber tertulis seperti Jurnal – jurnal, artikel, dan buku yang berhubungan mengenai Bola Leungeun Seuneu.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara pengertian “populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.

1. Populasi

(20)

Pada penelitian kualitatif peneliti memasuki situasi social tertentu, sesuai dengan penjelasan diatas. Maka yang menjadi situasi social dalam penelitian ini adalah tempat (pesantren), pelaku (warga pesantren) dan dan aktivitasnya (bola leungeun seuneu). Lalu populasi yang dimaksud disini adalah para pelaku permainan tradisional bola leungeun seuneu baik pelatih dan penggiat permainan boles selain santri.

2. Sampel

Dalam penelitian kualitatif, Teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling , dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Petimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggapo paling tahu tentang apa yang kita harapakan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi pengambilan sampel sumber data (Sugiyono 2012:300)

Sesuai dengan pemaparan diatas dan mempertimbangkan hal tersebut dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dan wawancara pada orang – orang yang dipandang tahu tentang permainan bola leungeun seuneu. Penentuan sumber data pada yang diwawancarai peneliti memutuskan untuk memakai teknik sampling purposive , yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Ada empat karakteristik purposive sample, yaitu :

a. Desain sampel yang bersifat sementara

b. Seleksi berkelanjutan unit – unitnya. Mengoptimalkan keragaman merupakan tujuan terbaik yang perlu dicapai dalam pengambilan sampel. Unit – unti sampel diseleksi secara berkelanjutan sesuai dengan informasi yang diperoleh di lapangan. Antara pengambilan sampel, analisis, pencarian teori, dan penyusunan desain merupakan empat yang diiterasi

(21)

55

Mochamad Yoga Pratama, 2014

c. Penyesuaian atau pemfokusan sampel secara berkelanjutan dari informasi dan pemahaman mendalam di lapangan memungkinkan peneliti untuk merevisi pengambilan sampelny.

d. Seleksi sampel menuju kejenuhan informasi. Dalam penelitian naturalistic besar sampel ditetapkan dilapangan atas prinsip kejenuhan informasi. Bila dengan sampel yang telah diambil, ada informasi yang masih diperlukan, dikejar lagi sampel yang diperkirakan informasi yang belum diperoleh. Sebaliknya, bila dengan menambah sampel hanya diperoleh informasi

yang sama, berarti jumalh sampel sudah cukup, karena informasinya sudah jenuh.

(22)

Berikut adalah langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian

C. Instrumen Penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitaitf yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.melakukan validasi adalah penelitian sendiri,

Populasi

Sampel

Permohonan Izin

Sampel Pesantren Alfath Kota Sukabumi

Pengumpulan Data

Pengolahan Data dan analisis

(23)

57

Mochamad Yoga Pratama, 2014

melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono :2010) . Selanmjutnya Nasution (1988) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti, ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti sendiri sebagai satu satunya yang dapat mencapainya.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Tetapi pada focus penelitian yang akan dipelajari telah menjadi jelas ,maka dapat dikembangkan suatu instrument.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif setelah focus penelitian menjadi jelas maka akan dikembangkan penelitian instrument penelitian sederhana, yang diharapakan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

(24)

data merupakan langkah utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan gabungan dari ketiganya

1. Teknik Observasi

Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang bertujuan

untuk melengkapi dan menyempurnakan data – data yang penulis peroleh dari wawancara.

Menurut Cartwright yang dikutip Idham (2007:16) bahwa : “Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan terhadap suatu gejala yang diselidiki dengan tujuan untuk memahami dan memperoleh pengetahuan tentang gejala tersebut

Dalam melaksanakan teknik observasi penulis menggunakan observasi langsung, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu alat untuk pengambilan data dengan cara Tanya jawab antara peneliti dan objek / subjek penelitian seara lisan. Teknik wawancara adalah dengan melaksanakan Tanya jawab tatap muka atau mengkonfirmasikan penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara, tujuannya adalah untuk menggali data dan dari subjek penelitian.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila diteliti ingin

(25)

59

Mochamad Yoga Pratama, 2014

– report, atau setidak – tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi (Sugiyono 2010:317).

Berdasarkan pemaparan diatas dalam hal ini penulis akan mewawancarai Perintis Pelatih, Dinas Olahraga di daerah, santri, pengurus pesantren dzikir Al – Fath Kota Sukabumi, dan guru Pendidikan jasmani di Kota Sukabumi. Peneliti melakukan wawancara secara informal, yaitu peneliti mengajukan pertanyaan yang diperlukan sebagai bahan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan

wawancara terstruktu denngan menggunakan pedoman wawancara yang beraturan. Dengan kata lain lebih menekankan pada tanya jawab dengan responden, berikut merupakan pedoman wawancara yang penulis buat untuk mencapai tujuan penelitian

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Pelatih Boles

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Menurut Bapak bagaimana perkembangan boles saat ini ?

2. Bagaimana cara bapak dan pihak pesantren untuk mengembangkan boles saat ini ?

3. Apa sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan boles saat ini?

4. Nilai – nilai apa yang bisa diambil & terkandung dalam permainan boles?

5. Bagaimana pendapat bapak bila boles dijadikan sebagai alternatif pengayaan

(26)

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara Pelatih Lisung

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Menurut Bapak bagaimana perkembangan lisung saat ini ?

2. Bagaimana cara bapak dan pihak pesantren untuk mengembangkan seni budaya

kerajaan pajajaran yang sedang dikembangkan oleh pesantren?

3. Apa sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan seni budaya kerajaan

pajajaran khususnya boles?

4. Nilai – nilai apa yang bisa diambil & terkandung dalam permainan lisung dan

boles?

5. Bagaimana pendapat bapak bila boles dijadikan sebagai alternatif pengayaan

penjas?

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Bagaimana tanggapan bapak tentang Boles di Kota Sukabumi?

2. Apakah Boles bisa menjadi kearifan budaya lokal di daerah?

3. Apakah Boles bisa dijadikan alat promosi daerah?

(27)

61

Mochamad Yoga Pratama, 2014

5. Bagaimana Strategi Pemerintah Kota & penggiat permainan tradisional yg ada di

Kota Sukabumi Khususnya Boles?

6 Bagaimana harapan Bapak untuk Boles kedepannya

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Pengurus Pesantren

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Bagaimana pendapat anda tentang boles di pesantren ini?

2. Bagaimana kontribusi terhadap pesantren?

3. Apa tujuan penerapan boles di pesantren ?

4. Hubungan Boles terhadap penerapan pendidikan islam yang diterapkan di

pesantren?

5. Apa tujuan pesantren menjadikan boles sebagai alat untuk mendidik siswa?

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Santri HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Bagaimana pendapat anda tentang boles di pesantren ini?

2. Bagaimana kontribusi terhadap pesantren?

(28)

marak di kalangan generasi muda saat ini?

4. Bagaimana cara yang yang harus dilakukan agar generasi muda kita mencintai dan

melestarikan permainan tradisional?

5. Apa saja manfaat yang bisa diambil dari boles terhadap kehidupan anda?

Tabel 3.6

Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani SMPN 15 Kota Sukabumi

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

NO Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Bagaimana tanggapan anda tengan Boles?

2. Bisakah Boles dijadikan sebagai alternatif pengayaan pendidikan jasmani?

3. Setuju atau tidak bila boles dimasukan kedalam dunia pendidikan?

4. Bila dimasukan kedalam dunia pendidikan dimanakah posisi yang tepa untuk boles?

(29)

63

Mochamad Yoga Pratama, 2014

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melacak informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Suatu peristiwa yang bernilai sejarah, sosial, ritual dan kultural akan sangat bermanfaat apabila dipelajari detail-detailnya dalam foto daripada hanya mengalami peristiwanya tanpa foto. Pengguna foto untuk melengkapi sumber data jelas sekali manfaatnya. Pada prinsipnya dat-data merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat sebagai suatu sumber informasi yang dapat dianalisa dan diinterpresentasikan dari aspek-aspek yang dibahas dalam penelitian ini.

Dokumentasi merupakan bahan tertulis ataupun film. (Moleong, 2005:216). Dokumentasi berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan untuk meramalkan. Atas dasar dan alasan itulah maka dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini.

Yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, hal ini dikarenakan alamiah dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan untuk meramalkan. Atas dasar dan alasan itulah maka dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini.

Yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, hal ini dikarenakan peneliti berhadapan langsung dengan subjek peneliti sehingga mempunyai adaptasi yang tinggi untuk merespon terhadap situasi yang berubah-ubah yang terjadi selama penelitian itu berlangsung. Human instrument dimaksudkan untuk dapat menjelaskan kepada responden tentang suatu yang kurang dipahami, juga memilki kemampuan untuk menggali sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya, tidak diduga atau tidak lazim yang dapat memperdalam makna penelitian (Nasution, 1990:31).

E. Teknik Analisis Data

(30)

yang dapat dijadikan pedoman atau pola analisis data. Analisis data memerllukan data kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi, karena tidak ada cara terteentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.

Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif tentunya semua informasi yang dijaring dengan bermacam –macam alat dalam studi ini berupa tumpukan data mentah yang akan dianalistis berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini

proses analisis data dimulau dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber wawancara yang telah dituliskan dalam catatan lapangan dan dokumentasi serta observasi lainnya.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam (triangulasi) , dan dilakukan secara terus menerus samapi datanya jenuh (Sugiyono 2012:333)

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cuku banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting mencari polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan data yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya dan menyajikan data.

(31)

65

Mochamad Yoga Pratama, 2014

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian daya bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat , bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (1984) menjelaskan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. “looking at displays help us to understand what is happening and to do some thing-further analysis or caution on that understanding.” Miles dan Hubberman dalam Sugiyono (1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks naratif juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart (Sugiyono 2010:341).

Berdasarkan pemaparan diatas penulis akan menyajikan data menggunakam matrik serta dituangkan dalam teks yang bersifat deskriptif dalam penelitian ini.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analiss data kualitatif menurut Miles dan Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti yang kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono 2012:345)

(32)

kesimpulan umum. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan dalam penelitian ini sebagai fakta menjadi makna sesuai dengan pendapat Irawan (2007:6) bahwa : “Isi kesimpulan dari penelitian kualitatif, sesungguhnya sebuah rangkuman, akan tetapi adalah pemaknaan atas sejumlah fakta yang di peroleh di lapangan.”

Dari beberapa uraian tersebut, dapat di simpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi teori.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

1. Proses Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitin kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada keamanan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Pengertian reliabilitas dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif, hal ini terjadi karena melihat paradigm dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis dan selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Heraclitas dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa “ Kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang airnya sama” Air mengalir terus, waktu berubah terus, situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat

(33)

67

Mochamad Yoga Pratama, 2014

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bola Leungeun Seuneu (Boles) merupakan permainan tradisional yang sudah ada sejak jaman Kerajaan Pajajaran. Seiring berjalannya waktu Seni Budaya ini kian hilang dan hampir punah, ditambah lagi generasi muda Indonesia yang saat ini lebih menyukai kebudayaan dari luar dibandingkan dengan mengadopsi kebudayaan tradisional yang merupakan kebudayaan asli nenek moyang mereka. Pada saat ini Seni Budaya Kerajaan Pajajaran yang merupakan kebudayaan Sunda telah dikembangkan dan diperkenalkan kembali oleh Pesantren Al – Fath.

Berbagai cara mulai di lakukan agar kebudayaan ini tetap terjaga dan bisa lebih berkembang di masyarakat. Salah satunya dengan menjadikan boles sebagai Alternatif Pengayaan Pendidikan Jasmani. Berdasarkan pengolahan dan analisis dari penelitian yang telah diuraikan dan deskripsikan oleh penulis mengenai Boles sebagai kearifan budaya lokal dan Boles sebagai alternatif Pengayaan Pendidikan Jasamani dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Boles sudah menjadi Kearifan Budaya Lokal, khususnya dilingkungan masyarakat Kota Sukabumi. Hal ini terlihat dari upaya Pesantren Al-Fath yang terus melakukan pembinaan terhadap para santri mereka untuk mengetahui dan memainkan Boles di di lingkungan pesantren. Prestasi – prestasi yang telah diraih oleh boles sendiri hingga saat ini telah membutikan boles sebagai kearifan budaya local

(35)

80

Mochamad Yoga Pratama, 2014

ditakutkan akan menganggu keselamatan siswa dalam pembelajaran. Diluar Boles dalam tata cara memainkannya menggunakan air akal atau antibiotik agar tangan tidak panas ketika memegang bola api sehingga jauh dari unsur magis.

B. Saran

1. Bagi Pesantren dan Penggiat Boles

Bagi pesantren dan penggiat Seni Budaya permainan tradisional Bola Leungeun Seuneu agar dapat terus melakukan inovasi – inovasi demi perkembangan Boles di tanah air dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. 2. Bagi Mahasiswa

Bagi rekan mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian mengenai Bola Leungeun Seuneu, penulis menyarankan untuk memperdalam dan mengembangkan penelilitian menggunakan metode penelitian yang lain agar hasil penelitian lebih beragam.

3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Disarankan untuk bisa mengkaji lebih dalam dan memodifikasi permaian tradisional boles bila di aplikasikan dalam dunia pendidikan. Agar menjadi lebih meminimalisir factor bahaya yang mungkin saja bisa terjadi ketika kegiatan berlangsung. Sehingga nantinya boles sebagai kearifan budaya lokal dapat ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.

4. Bagi peneliti dan Pembaca

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abduljabar B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rizki Press

Uhamisastra.(2010). Permainan Tradisional Bandung : Universita Pendidikan Indonesia

Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Achmad Allatief dkk.(2006) Olahraga Tradisional Kemenpora Jakarta

Muhammad Fajar Laksana. (2014). Sasakala Prabu Siliwangi . Sukabumi

Muhammad Fajar Laksana (2014) Ngagotong Lisung & Maen Boles Pajajaran . Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. : Bandung. UPI.

Skripsi :

Gilang Ginanjar Strategi Pemasaran Olahraga Tradisional Benjang Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Febrian Dwi Marwanto (2012) Studi Deskriptif Tentang Tujuan Materi, Metode,

& Evaluasi Pendidikan Jasmani di SMP Darul Hikam Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Yayu wandira Suherman (2013) Tinjauan Fasilitas & Perlengkapan Serta Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Wilayah Kumuh dan Non Kumuh. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

(37)

82

Mochamad Yoga Pratama, 2014

Sumber dari Internet :

Detik news (2012)

http://news.detik.com/read/2012/06/20/053255/1945676/10/knpi-malaysia-minta-pemerintah-daftarkan-semua-budaya-indonesia-ke-unesco?r771108bcj

Muhammad Fajar Laksana (2012). Nyo –nyo’o seuneu (Permainan api)

(

http://museum.pptalfath.ac.id/home/aktivitas-museum/nyonyoo-seuneu-permainan-api/)

AGUS MAHENDRA (2012) Permainan anak dan aktifitas Ritmik (Jurnal)

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19630824198903 1-AGUS_MAHENDRA/Modul_Permainan_Anak-Aktivitas_Ritmik-5_Agus_Mahendra/

Nani norhandayani (2012). Kearifan Lokal

http://naninorhandayani.blogspot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html

Muhammad Fajar Laksana (2011) Maen Boles

http://museum.pptalfath.ac.id/home/aktivitas-museum/maen-boles/

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengayaan

http://www.kamusbesar.com/18078/pengayaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Altenatif

http://www.kamusbesar.com/1116/alternatif

Susnadi (2013). Hakikat Pendidikan Jasmani

http://www.docstoc.com/docs/144144572/Hakikat_Pendidikan_Jasmani

Oom Rohmah (2008) Hakikat Pendidikan Jasmani

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19600518198703

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Pelatih Boles
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Pengurus Pesantren
+2

Referensi

Dokumen terkait